REFLEKSI KASUS NYERI KEPALA · Pasien perempuan atas nama Ny. R Usia 54, mengeluhkan nyeri kepala...
Transcript of REFLEKSI KASUS NYERI KEPALA · Pasien perempuan atas nama Ny. R Usia 54, mengeluhkan nyeri kepala...
REFLEKSI KASUS
NYERI KEPALA
Dosen Pembimbing :
dr. Farida Niken A.N.H. Sp.S, M. Sc
Disusun oleh:
Teresa Adryana Aryanti Putri
15/383106/KU/18306
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
DESKRIPSI KASUS
I. Identitas pasien
No. RM : 13-29-xx
Nama : Rahmayanti
Usia : 54 tahun
Tanggal lahir : 4 November 1964
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Condong Catur
Tanggal masuk : 9 September 2019
II. Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri kepala.
Riwayat penyakit sekarang
Satu tahun SMRS OS mengeluhkan nyeri kepala tanpa aura di daerah temporal kiri. Nyeri
terasanya seperti ditarik dan sakit sekali untuk beberapa detik kemudian perlahan
menghilang. Nyeri disertai leher tegang, kerongkongan seperti tersumbat, dan hidung
tersumbat. Ketika serangan masih bisa beraktivitas. Nyeri kepala hilang timbul, biasanya
2x perbulan. OS pergi ke RS “C” untuk mendapatkan pengobatan.
Satu bulan SMRS frekuensi bertambah menjadi setiap hari 1x.
Dua hari SMRS OS mendapatkan serangan nyeri tidak tertahankan sehingga pergi
konsultasi ke RS “C”. Kemudian RS “C” merujuk ke RSA UGM untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang MSCT head.
HMRS, OS masih merasa nyeri kepala. Tidak ada faktor yang memperberat atau
memperingan. OS mengeluhkan adanya hidung meler sebelah kiri ketika serangan. Tidak
ada keluhan penyerta mual, muntah, pusing berputar, sensitivitas terhadap cahaya atau
suara, dan tearing ketika serangan.
OS menyangkal adanya demam, trauma, kebal-kebal, kelemahan anggota gerak,
gangguan bicara, dan gangguan buang air kecil dan besar.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat kejang 2 tahun yang lalu.
Riwayat HT (+) dan sudah mengkonsumsi Amlodipin. Riwayat DM disangkal. OS
menyangkal alergi, penyakit jantung, riwayat stroke. Riwayat konsumsi alkohol dan
merokok disangkal.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluhan serupa pada keluarga disangkal. Terdapat riwayat hipertensi pada
keluarga (+) dan riwayat DM disangkal.
III. Review anamnesis sistem
Saraf : Nyeri kepala
Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
Kardiovaskular : riwayat hipertensi
Gastrointestinal : tidak ada keluhan
Pernapasan : tidak ada keluhan
Integumen : tidak ada keluhan
Endokrin : tidak ada keluhan
Status psikologis : tidak ada keluhan
IV. Resume anamnesis
Pasien perempuan atas nama Ny. R Usia 54, mengeluhkan nyeri kepala kronis sejak 1 tahun
yang lalu dan memberat 2 hari yang lalu.
V. Diagnosis sementara
Diagnosis klinis : nyeri kepala unilateral kronis progresif
Diagnosis topikal : intracerebral
Diagnosis etiologi : tension type headache
Diagnosis banding : migraine, cluster HA
VI. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis
Keadaan umum : baik, kesan gizi cukup
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Tanda vital
- Tekanan darah : 140/80 mmHg
- Nadi : 98x/menit
- Laju pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 36,5o C
b. Peneriksaan kepala-leher
Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Lnn dalam batas normal
c. Pemeriksaan paru
Inspeksi : simetris (+/+), ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : taktil fremitus simetris
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
d. Pemeriksaan jantung
Dalam batas normal.
e. Pemeriksaan abdomen
Dalam batas normal.
f. Pemeriksaan ekstremitas
Akral hangat
WPK<2 detik
g. Status psikiatri
Tingkah laku : normoaktif
Perasaan hati : normotimik
Orientasi : O/W/T/S baik
Kecerdasan : baik
Daya ingat : baik
h. Status neurologis
Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Kepala : Pupil isokor ∅ 3mm/3mm, Reflek cahaya (+/+), Reflek kornea
(+/+)
Nistagmus : negatif
Pemeriksaan keseimbangan lainnya tidak dilakukan
Saraf Kranialis Kanan Kiri
N. I Olfaktorius
Daya penghidu normal normal
N. II Optikus
Daya penglihatan normal normal
Lapang penglihatan normal normal
Melihat Warna normal normal
N. III Okulomotorius
Ptosis tidak ada tidak ada
Gerak mata ke medial normal normal
Gerak mata ke atas normal normal
Gerak mata ke bawah normal normal
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil bulat bulat
Reflek cahaya langsung normal normal
Reflek cahaya konsensual normal normal
N. IV Trochlearis
Gerak mata ke lateral bawah normal normal
N. V Trigeminus
Mengigit normal normal
Membuka mulut normal normal
Sensibilitas muka atas normal normal
Sensibilitas muka tengah normal normal
Sensibilitas muka bawah normal normal
N. VI Abdusen
Gerak mata ke lateral normal normal
N. VII Fasialis
Kerutan kulit dahi normal normal
Kedipan mata normal normal
Lipatan naso labial normal normal
Sudut mulut normal Normal
Mengerutkan dahi normal Normal
Mengerutkan alis normal Normal
Menutup mata normal Normal
Meringis normal Normal
Menggembungkan pipi normal Normal
N. VIII Akustikus
Mendengar suara berbisik normal Normal
N. IX Glosofaringeus
Arkus faring normal normal
N. X Vagus
Denyut nadi / menit 98x/menit 98xmenit
Bersuara normal normal
Menelan normal normal
N. XI Aksesorius
Memalingkan ke depan normal normal
Sikap bahu normal normal
Mengangkat bahu normal normal
N. XII Hipoglossus
Sikap lidah normal
Artikulasi normal
Menjulurkan lidah normal
Kekuatan lidah normal normal
Trofi otot lidah normal normal
Ekstremitas
G B B
B B
K 4/4/4 4/4/4
4/4/4 4/4/4
Rf +3 +3
+3 +3
Rp - -
- -
To B B
B B
Tr Eu Eu
Eu Eu
Cl -
-
Sensibilitas dbn, vegetatif BAK, BAB baik
VII. Resume pemeriksaan fisik
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, E4V5M6
Tanda vital : TD 140/80 mmHg, HR 98x/menit, RR 20x/menit, T 36,5o C
Status generalis : CA -/-, SI -/-, thorax dbn, abdomen dbn
Status neurologis : dbn
VIII. Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap :
Leukosit: 9,4
Eritrosit: 4,5
Hemoglobin: 13,2
Hematokrit: 40,3%
MCV: 89,8
MCH: 29,5
MCHC: 32,8
Trombosit: 275
Neutrofil: 63,8%
Limfosit: 27,7%
Monosit: 6,0%
Basofil: 0,1%
Glukosa sewaktu: 92
Ureum: 23,2
Na: 137
K: 3,8
Cl: 100
Kreatinin: 0,63
MSCT head :
o Retrobulbar tidak tampak kelainan
o Tidak tampak lesi hipo/hiperden
o Tidak tampak les perdarahan, infark atau tumor
o Gyri dan sulci tidak prominen
o Sistem ventrikel normal, posisi midline
o Thalamus dan ganglia basalis tidak tampak kelainan
o Tidak tampak kelainan tulang kepala
KESAN: tidak tampak kelainan pada MSCT kepala tanpa kontras
tidak tampak kelainan pada MSCT kepala tanpa kontras
IX. Diagnosis
Diagnosis klinis : intractable cephalgia
Diagnosis topik : intracerebri
Diagnosis etiologi : Short-lasting unilateral neuralgiform HA attacks
Diagnosis banding : Cluster type headache, Paroxysmal hemicrania, Hemicrania
continua
X. Penatalaksanaan
Asam folat 1mg x 2
Phenytoin 100mg x 2
Amlodipin 5mg x 1
Tramadol 50mg x 2
Ondansetron 4mg x 2
Amtitriptilin 25mg x 1
XI. Planning
Edukasi pasien dan keluarga
Kontrol ke dr spesialis dalam 5 hari
XII. Prognosis
Death : ad bonam
Disease : ad bonam
Disability : dubia ad malam
Discomfort : dubia ad malam
Dissatisfaction : ad bonam
Destitution : ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
Cephalgia atau nyeri kepala adalah nyeri pada daerah kepala atau leher. Otak bukan
merupakan organ yang sensitif terhadap nyeri, karena tidak memiliki reseptor nyeri. Beberapa area
di kepala dan leher memiliki reseptor nyeri sehingga sensitif terhadap nyeri. Nyeri kepala
kebanyakan merupakan hasil dari traction atau iritasi pada meninges dan pembutuh darah. Dapat
juga distimulasi oleh trauma kepala dan tumor yang menyebabnya nyeri. Spasme pembuluh darah,
pembuluh yang berdilatasi, inflamasi atau infeksi meninges dan otot tegang juga dapat
menstimulasi nociceptor dan menyebabkan nyeri.
Aspek sangat penting dalam diagnosis nyeri kepala adalah dengan anamnesis. Berikut
beberapa pernyataan kunci untuk mendiagnosis nyeri kepala:
Kapan nyeri kepala pertama kali dirasakan?
Berapa banyak tipe nyeri kepala yang Anda rasakan?
Seberapa sering Anda mengalami nyeri kepala? (membedakan kronis dan episodik)
Berapa lama satu episode nyeri kepala berlangsung? (dengan atau tanpa pengobatan)
Bagaimana intensitas, lokasi, sifat, dan kualitas dari nyeri nya?
Apakah ada gejala penyerta seperti mual, muntah?
Apakah ada faktor yang memperingan dan memperberat?
Apakah ada gejala focal neurological? (muncul aura)
Apa aktivitas Anda ketika terjadi serangan?
Secara umum cephalgia dibagi menjadi nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder.
Nyeri kepala primer merupakan suatu penyakit yang berdiri sendiri sedangkan nyeri kepala
sekunder merupakan gejala yang disebabkan oleh kondisi medis yang menyertai.
Berdasarkan International Headache Society, nyeri kepala primer dibagi menjadi 4, yaitu
migraine, tension type headache, trigeminal autonomic cephalalgias, dan other primary headache
disorders.
1. Migraine
Sakit yang dirasakan seperti tertusuk, berdenyut, dan disertai gejala lain seperti
mual dan sensitif berlebih pada suara dan cahaya. Sakit pada migraine sering berasal dari
daerah nuchal dan menyebal ke temporal atau frontal. Migraine dibagi menjadi 2 tipe major
yaitu migraine tanpa aura dan migrain dengan aura.
a. Migraine tanpa aura
Kriteria diagnosis:
1) Setidaknya 5 serangan yang memenuhi no 2-4
2) Sakit kepala selama 4-72 jam (saat tidak diobati atau tidak membaik setelah
pengobatan)
3) Sakit kepala memenuhi setidaknya 2 dari 4 karakter di bawah:
Unilateral
Berdenyut
Nyeri dengan intensitas sedang atau berat
Memberat dengan aktivitas fisik
4) Saat sakit kepala setidaknya terdapat 1 dari dibawah:
Mual dan/atau muntah
Photophobia dan phonophobia
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
b. Migraine dengan aura
Kriteria diagnosis
1) Setidaknya 2 serangan yang memenuhi kriteria 2 dan 3
2) Satu atau lebih dari gejala aura reversible:
Visual
Sensory
Speech dan/atau bahasa
Motor
Brainstem
Retinal
3) Setidaknya 3 dari 6 karakteristik dibawah:
Setidaknya saru gejala aura yang menyebar perlahan ≥5 menit
Dua atau lebih gejala aura
Setiap gejala aura berlangsung selama 5-60 menit
Setidaknya 1 gejala aura unilateral
Setidaknya 1 gejala aura positif
Saat atau setelah aura merasakan sakit kepala
4) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
2. Tension-type headache (TTH)
Sakit yang dirasakan biasanya dideskripsikan sebagai tertekan. Tension headaches
biasanya dianggap penyakit jika terjadi secara spontan, sering, dan reguler. Mekanisme
pasti TTH masih belum diketahui tetapi mekanisme nyeri perifer memiliki kemungkinan
paling berpengaruh pada infrequent episodic TTH dan frequent episodic TTH. Sedangkan
mekanisme nyeri central berpengaruh pada chronic TTH.
a. Infrequent episodic TTH
Kriteria diagnosis:
1) Setidaknya 10 episode sekit kepala terjadi <1 hari/ bulan dalam rata-rata (<12
hari/tahun) dan memenuhi kriteria 2-4
2) Terjadi 30 menit sampai 7 hari
3) Setidaknya 2 dari 4 karakteristik:
Lokasi bilateral
Menekan atau kencang (tidak berdenyut)
Intensitas ringan atau sedang
Tidak diperberat dengan aktivitas fisik
4) Memenuhi kedua syarat dibawah:
Tidak mual atau muntah
Tidak lebih dari satu photophobia atau phonophobia
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
b. Frequent episodic TTH
1) Setidaknya 10 episode sekit kepala terjadi 1-14 hari/ bulan dalam rata-rata >3
bulan (≥12 hari dan <180 hari/ tahun) dan memenuhi kriteria 2-4
2) Terjadi 30 menit sampai 7 hari
3) Setidaknya 2 dari 4 karakteristik:
Lokasi bilateral
Menekan atau kencang (tidak berdenyut)
Intensitas ringan atau sedang
Tidak diperberat dengan aktivitas fisik
4) Memenuhi kedua syarat dibawah:
Tidak mual atau muntah
Tidak lebih dari satu photophobia atau phonophobia
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
c. Chronic TTH
1) Terjadi pada ≥15 hari /bulan dalam rata-rata >3 bulan (≥180 hari/tahun),
memenuhi kriteria 2-4
2) Terjadi jam sampai hari, atau unremitting
3) Setidaknya 2 dari 4 karakteristik:
Lokasi bilateral
Menekan atau kencang (tidak berdenyut)
Intensitas ringan atau sedang
Tidak diperberat dengan aktivitas fisik
4) Memenuhi kedua syarat dibawah:
Tidak mual sedang atau berat atau muntah
Tidak lebih dari satu photophobia, phonophobia atau mual ringan
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
3. Trigeminal autonomic cephalalgias (TAC)
Memiliki kesamaan karakteristik klinis unilateral headache, dan biasanya
prominent cranial parasympathetic autonomic feature (lateralisasi dan ipsilateral dari HA).
a. Cluster HA
Kriteria diagnosis
1) Setidaknya 5 episode HA memenuhi kriteria 2-4
2) Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital dan/atau temporal pain
selama 15-180 menit (ketika tidak diobati)
3) Satu atau dua dari karakter di bawah:
Setidaknya satu dari gejala dibawah, ipsilateral dengan HA
- Conjunctival injection dan/atau lacrimation
- Nassal congestion dan/atau rhinorrhoea
- Eyelid oedema
- Forehead and facial sweating
- Miosis and/or ptosis
Rasa gelisah atau agitasi
4) Frekuensi antara 1 setiap beberapa hari dan 8 per hari
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
b. Paroxysmal hemicrania
Kriteria diagnosis
1) Setidaknya 20 episode HA memenuhi kriteria 2-5
2) Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital dan/atau temporal pain
selama 2-30 menit (ketika tidak diobati)
3) Satu atau dua dari karakter di bawah:
Setidaknya satu dari gejala dibawah, ipsilateral dengan HA
- Conjunctival injection dan/atau lacrimation
- Nassal congestion dan/atau rhinorrhoea
- Eyelid oedema
- Forehead and facial sweating
- Miosis and/or ptosis
Rasa gelisah atau agitasi
4) Frekuensi antara >5 per hari
5) Dapat dicegah dengan indomethacin
6) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
c. Short-lasting unilateral neuralgiform HA attacks
Kriteria diagnosis
1) Setidaknya 5 episode HA memenuhi kriteria 2-4
2) Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, temporal dan/atau
persebaran trigeminal lain, pain selama 1-600 detik dan terjadi sebagai 1 stab,
series of stabs atau in a saw-tooth pattern
3) Setidaknya satu dari gejala dibawah, ipsilateral dengan HA
- Conjunctival injection dan/atau lacrimation
- Nassal congestion dan/atau rhinorrhoea
- Eyelid oedema
- Forehead and facial sweating
- Miosis and/or ptosis
4) Frekuensi setidaknya 1 per hari
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
d. Hemicrania continua
Kriteria diagnosis
1) Unilateral HA memenuhi kriteria 2-4
2) Terjadi >3 bulan dengan eksaserbasi intensitas moderate atau berat
3) Satu atau dua dari karakter di bawah:
Setidaknya satu dari gejala dibawah, ipsilateral dengan HA
- Conjunctival injection dan/atau lacrimation
- Nassal congestion dan/atau rhinorrhoea
- Eyelid oedema
- Forehead and facial sweating
- Miosis and/or ptosis
Rasa gelisah atau agitasi
4) Berespon terhadap indomethacin
5) Tidak memenuhi diagnosis ICHD-3 lainnnya
4. Other primary headache disorders
Dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
a. HA yang berhubungan dengan physical exertion (batuk, sexual activity, thunderclap)
b. HA yang berhubungan dengan direct physical stimuli (cold stimulus, external pressure)
c. Epicranial HA (primary stabbing headache, Nummular HA)
d. Other (hypnic HA dan New daily persistent HA)
Karakteristik Migrain TTH Cluster HA Hemicrania Continua
Photophobia + +/- - (+)
Phonophobia + (+) - (+)
Mual/muntah + - - (+)
Aura (+) - - -
Lacrimation - - + (+)
Rhinorrhea - - + (+)
Meningkat
dengan stres
+ - - -
Hanya
unilateral
- - + +
Respon pada
triptan
+ - + -
Respon pada
oksigen
- - + -
Respon pada
indomethacin
- - - +
Nyeri kepala sekunder merupakan nyeri kepala yang muncul karena adanya kondisi medis
yang mendahului. Ketika kita melakukan anamnesis di awal pemeriksaan, patut dicurigai sebagai
sakit kepala sekunder jika terdapat red flags pada anamnesis pasien. Red flags pada umumnya
seperti:
Thunderclap headache (intensitas tinggi, seperti meledak, dan onset hiperakut)
Onset sakit kepala pada pasien >50 atau <10
Sakit kepala pada pagi hari yang menetap dengan mual
Onset baru sakit kepala pada pasien dengan riwayat cancer
Onset baru sakit kepala pada pasien dengan infeksi HIV
Sakit kepala progresif, memburuk mingguan
Sakit kepala berhubungan dengan perubahan posisi tubuh
Terdapat aura yang bertahan lebih dari 1 jam, kelemahan motoris, berbeda dengan aura
sebelumnya, atau pertama kali terjadi ketika mengonsumsi pil kontrasepsi.
Nyeri kepala sekunder dibagi menjadi 8, yaitu:
1. Headache attributed to trauma or injury to the head and/or neck
2. Headache attributed to cranial and/or cervical vascular disorder
3. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
4. Headache attributed to substance or its withdrawal
5. Headache attributed to infection
6. Headache attributed to disorder of homoeostasis
7. Headache or facial pain attributed to disorder od cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses,
teeth, mouth or other facial or cervical structure
8. Headache attributed to psychiatric disorder
Tatalaksana pada nyeri kepala disesuaikan dengan diagnosis nyeri kepala pasien. Sebelum
diberikan tatalaksana untuk nyeri kepala primer sangat penting untuk memastikan pasien tidak
memiliki red flags.
1. Migraine
Tatalaksana pada migraine memiliki 2 komponen yaitu penanganan akut dan profilaksis.
Analgesik (biasanya NSAID) atau obat anti-nyeri kepala spesifik (triptanes) biasanya
digunakan sebagai penangan akut sakit kepala. Penggunaan dosis NSAID yang tepat
sangatlah penting (asam asetilsalisilat: 500-1000mg, ibuprofen: 400-800mg). Triptan
adalah obat paling efektif dalam mengatasi serangan migraine akut (sumatriptan 25-
100mg). Pasien dengan mual berlebih bisa diberikan obat antiemetic (metoclopramide atau
domperidon). Semua obat analgesik, termasuk triptan dapat meningkatkan frekuensi
serangan dan menyebabkan drug-induced continuous headache jika terlalu sering
dikonsumsi. Maka sebaiknya analgesik dan triptan tidak dikonsumsi lebih dari 8-10 hari
perbulan.
2. TTH
Saat obat tricyclic diberikan untuk mengatasi tension headache, efikasi klinis dapat
meningkat dengan terapi perilaku secara bersamaan. Amitriptyline sebagiknya diberikan
dalam bentuk extended release pada sore hari dengan dosis awal 25 mg dan peningkatan
25 mg setiap 6-10 hari sampai dosis final 75mg. efek samping Amitriptyline adalah terasa
lelah di pagi hari, terutama jika yang dikonsumsi adalah tablet lepas lambat.
3. Cluster headache
Cluster HA paling efektif diterapi dengan rute parenteral atau intranal karena serangan
yang sangat singkat. Injeksi subkutan sumatriptan menjadi pilihan terapi akut jika terjadi
serangan. Inhalasi oksigen 100% pada aliran sangat cepat (12 L/min) melalui non-
rebreather mask secara cepat meringankan nyeri sampai 70% kasus.
Obat yang secara cepat dan efektif menjadi profilaksis jangka pendek adalah
korticosteroid (prednisolone dimulai pada 100mg/ hari untuk 5-7 hari, diikuti penurunan
dosis 20mg/ hari) dan triptan (yang jika dikonsumsi malam hari akan mencegah serangan
malam hari). Obat ini tidak disarankan dikonsumsi dalam periode yang panjang dan harus
diganti dengan obat profilaksis jangka panjang (Verapamil 120-160mg oral 3x/hari).
4. Hemicrani continua
Hemicrania continua berespon bak dengan indomethacin. Dimulai dengan dosis 25 tid
dan tingkatkan dosis 25mg bertahap sampai nyeri berkurang dengan dosis maksimum
75mg tid. Diberikan juga proton-pump inhibitor untuk mencegah peptic ulcer dan
perdarahan sebagai efek samping indomethacin. Tidak ada alternatif yang lebih efektif,
tetapi gabapentin, pregabalin, dan topiramate bisa dicoba.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed F. Headache disorders: differentiating and managing the common subtypes. Br J Pain.
2012;6(3):124–132. doi:10.1177/2049463712459691
Becker WJ, Findlay T, Moga C, Scott NA, Harstall C, Taenzer P. Guideline for primary care
management of headache in adults. Can Fam Physician. 2015;61(8):670–679.
Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS). The
International Classification of Headache Disorders, 3rd edition.
Levy A, Matharu MS. Short-Lasting Unilateral Neuralgiform Headache Attacks. Ann Indian Acad
Neurol. 2018;21(Suppl 1):S31–S38. doi:10.4103/aian.AIAN_356_17
May A. Hints on Diagnosing and Treating Headache. Dtsch Arztebl Int. 2018;115(17):299–308.
doi:10.3238/arztebl.2018.0299
Pengurus besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan primer Edisi I 2017.
Prakash S, Patel P. Hemicrania continua: clinical review, diagnosis and management. J Pain Res.
2017;10:1493–1509. Published 2017 Jun 29. doi:10.2147/JPR.S128472