Nyeri Neuropatik
Transcript of Nyeri Neuropatik
NEUROPATHIC PAIN: DIAGNOSIS, PATHOPHYSIOLOGICALMECHANISMS, AND TREATMENT
Ralf Baron, Andreas Binder, Gunnar Wasner
dibawakan oleh
Dewiana Liku Layuk AlloC 111 09 877
Supervisor
Prof. Dr. dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KAP-KMN
PENDAHULUAN
• Nyeri = perasaan tidak menyenangkan yang disampaikan ke otak terkait dengan adanya kerusakan jaringan baik potensial maupun aktual
• Bersifat subyektif & emosional
JENIS NYERI
Berdasarkan durasinya :• Nyeri akut• Nyeri kronis
Berdasarkan asalnya :• Nyeri nosiseptif (proses inflamasi dan kerusakan jaringan)▫ Nyeri perifer/somatic– kulit, tulang, sendi, otot, dll – nyeri terlokalisasi▫ Nyeri visceral – dari organ internal seperti pankreas dan usus besar - lebih
dalam, lebih sulit dilokalisasi letaknya• Nyeri neuropatik ( lesi/kerusakan sistem saraf)
Berdasarkan intensitasnya :• Mild pain• Moderate pain• Severe pain
Berdasarkan Durasinya
Berdasarkan Asalnya
Berdasarkan Intensitasnya
MEKANISME NYERI NOSISEPTIF
1. Stimulasi
2. Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi
STAGE OF NOCICEPTION1. Transduksi Konversi dari stimulus yang berbahaya
(mekanik, suhu, dan zat kimia) menjadi aktivasi elektrik.
2 Transmisi Perhubungan impuls saraf dari sistem saraf tepi ke saraf tulang belakang, menuju traktus spinotalamikus sebelum menuju ke talamus dan korteks serebral
3 Modulasi Proses dimana impuls kembali dari otak menuju ke saraf tulang belakang, untuk secara selektif menghambat (dan terkadang memperkuat) impuls nyeri
4 Persepsi Hasil akhir dari ketiga proses diatas. Merupakan pengalaman nyeri secara subjektif.
STIMULASI / TRANSDUKSI
Reseptor khusus nyeri – nociceptor – berhubungan dengan saraf aferen berujung pada spinal cord
Jika terdapat stimulus nyeri (noxious pain) misalnya panas, tekanan, kimia – diubah menjadi impuls saraf – ditransmisikan (potensial aksi) di sepanjang saraf aferen menuju ke spinal cord – ke SSP
Dorsal HornDorsal root
ganglion
Peripheral sensoryNerve fibers
A
A
C
Largefibers
Smallfibers
Terdapat Dua Neuron Sensoris Aferen
1. Saraf A bermyelin besar, memiliki kecepatan konduksi yang cepat. Berespon pada stimulus yang tidak berbahaya
2. Saraf A & C, yang tidak bermyelin, memiliki kecepatan konduksi yang lambat. Berespon pada stimulus yang berbahaya
TRANSMISI• Merupakan suatu proses penyaluran impuls melalui
serabut saraf aferen (serabut nociceptor)
• Serabut saraf aferen ada 2 macam yaitu serabut A-δ dan serabut C
• Mediator inflamasi (histamin, prostaglandin,leukotrien, serotonin) dapat meningkatkan sensitivitas nociceptor - nyeri
PERSEPSI NYERI• Setelah impuls saraf sampai ke otak – nyeri dirasakan
– timbul respon ‘nyeriii...’
MODULASI NYERI
• Suatu proses interaksi antara analgesik endogen dengan impuls nyeri yang masuk (inhibition of nociceptive impuls)
• Contoh analgesik endogen - Endogenous opioid system – opioid endogen akan berikatan dengan reseptor opioid – modulasi perjalanan impuls nyeri – nyeri itu subyektif
Aktivasi sistem saraf pusat pada level saraf tulang belakang
Kerusakan Jaringan Aktivasi sistem saraf perifer
Transmisi impuls nyeri ke otak
NYERI
RESPON NYERI
Samad TA et al. Nature. 2001;410:471-5.
NYERI NEUROPATI• Nyeri yang disebabkan karena adanya kerusakan atau
malfungsi dari sistem saraf perifer atau CNS.
• Biasanya bertahan lebih lama
• Biasanya lebih sulit untuk diobati
• Contoh : nyeri pada pasien stroke, DM, irritable bowel syndrome
• Gejala yang dialami : rasa terbakar, tingling/kesemutan
GEJALA DAN TANDA
• Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar
• Nyeri bisa bervariasi tergantung intensitas dan lokasinya
• Nyeri bersifat subyektif
• Nyeri akut dapat menyebabkan hipertensi, takikardia, mydriasis, tetapi tidak selalu ada.
• Nyeri neuropati biasanya bersifat kronik, dan sukar untuk diobati dengan analgesik biasa.
KLASIFIKASI NYERI NEUROPATIK BERDASARKAN PENYAKIT DAN ANATOMINYA
• Nyeri neuropati perifernyeri phantom, nyeri stump, post-traumatic neuralgia, mastectomy, post herpetic neuralgia
• Nyeri tergeneralisir (polyneuropathy)
metabolik atau nutrisional Diabetes (“burning feet syndrome”), alcholism, hypothyroidism
akibat obat Antiretrovirals, ethambutol, isoniazid
keganasan Carcinoma-associated paraneoplastic peripheral neuropathy
• Sindrom nyeri sentrallesi vaskular di otak dan spinal cord, termasuk infark, haemorrhage, tumor
• Kelainan nyeri neuropatik kompleks• Sindrom nyeri campuran
nyeri belakang dengan radioculopati, nyeri kanker dengan invasi
VISUAL ANALOG SCALE
PATOFISIOLOGI NYERI NEUROPATIK1. Aktivitas ektopik nervus
Fisiologis : terjadinya kerusakan jaringan yang potensial akan mengaktivasi serabut saraf C dan serabut saraf A • Jika terjadi lesi nervus periferal terjadi peningkatan mRNA
untuk saluran Na dan peningkatan ekspresi saluran Na untuk serabut saraf yang memiliki lesi dan serabut saraf yang masih intak penurunan ambang batas potensial aksi terbentuk aktivitas ektopik
• Saluran kalium berkontribusi pada perubahan ekstremitas membran pada nervus nosiseptif
• Induksi peningkatan kinerja beberapa reseptor seperti TRPV-1 yang terletak di ujung saraf nosiseptif perifer yang secara fisiologis teraktivasi oleh noksious panas pada suhu 41◦C
PATOFISIOLOGI NYERI NEUROPATIK2. Sensitasi Sentral
terbentuk sebagai salah satu konsekuensi aktivitas ektopik pada serabut aferen nosiseptif primer dan kerusakan struktural dalam SSP tidak harus terlibat. Serabut aferen perifer yang melepaskan asam amino dan neuropeptida eksitatorik di dalam kornu posterior medula spinalis dapat mengakibatkan perubahan postsinaptik pada neuron nosiseptif tingkat kedua, seperti fosforilasi reseptor NMDA dan AMPA atau ekspresi saluran natrium. Perubahan ini menginduksi hipereksitabilitas neuronal yang memungkinkan serabut aferen Aß dan A untuk mengaktivasi neuron nosiseptif tingkat kedua. Sehingga hal tersebut membuat semua rangsang taktil normal seperti penggosokan ringan pada kulit dapat menimbulkan rasa nyeri.
PATOFISIOLOGI NYERI NEUROPATIK
3. * Inflamasi pasca lesi nervus induksi aktivasi emigrasi makrofag ke dalam nervus dan radiks ganglion dorsal melepaskan sitokin pro inflamasi (seperti TNP α) dan terjadi pula perubahan lain di ujung saraf perifer yang berkontribusi pada sensitasi sentral (seperti penurunan aktivasi ambang batas dan peningkatan ekstremitas membran) hipersensitivitas nyeri
* Lesi di nervus perifer interneuron GABA nergik di kornu spinalis kehilangan fungsi inhibisi
Kemungkinan Diagnosis
Hiperalgesia Dingin Nyeri syaraf traumatic
Sindrom Trench foot
Sindrom nyeri regional kompleks
Polineuropathi akibat induksi oxaliplatin
Nyeri sentral post-stroke
Hiperalgesia somatic dalam Sindrom nyeri regional kompleks
Nyeri yang bertahan simpatis Sindrom nyeri regional kompleks, herpes zoster akut
Neuropati fiber kecil terisolasi Diabetic polineuropati
Polineuropati amyloid
Fabry’s disease
Polineuropati herediter
Polineuropati fiber kecil idiopatik
Nyeri polineuropati pada beberapa anggota keluarga Polineuropati amyloid
Fabry’s disease
Charcot-Marie Tooth Disease tipe 5, tipe 2B
Polineuropati sensoris herediter, autonomic tipe 1, tipe 1 B
Diambil dari Baron.2 dengan izin dari Elsevier
Tabel 2 : Fitur klinis yang relevan dengan beberapa diagnosis spesifik nyeri neuropatik
Definisi Pemeriksaan bangsal Respons patologis yang diharapkan
Gejala dan Tanda Negatif
Hipoastesia Penurunan sensasi terhadap stimulus non-nyeri
Sentuh kulit dengan kuas, cotton swab, atau kawat tipis
Penurunan persepsi, rasa baal
Pall-hipoastesi Penurunan sensasi terhadap getaran
Letakkan garpu tala pada tulang dan sendi
Penurunan ambang batas persepsi
Hipoalgesia Penurunan sensasi terhadap stimulus nyeri
Tusuk kulit dengan satu jarum
Penurunan persepsi, rasa baal
Allodinia Nyeri akibat stimulus pergerakan ringan yang tidak nyeri pada kulit
Tusuk kulit dengan kuas, cotton swab, atau kawat tipis
Nyeri terbakar tajam superfisial; terutama dirasakan pada zona yang terkena namun dapat menyebar hingga ke area kulit yang tidak terkena
Hiperalgesia Nyeri akibat stimulus ringan tak nyeri pada kulit
Sentuh kulit dengan pin atau tongkat tajam
Nyeri tajam superfisial dengan intensitas yang semakin meningkat
PRINSIP PENGOBATAN
Pengobatan nyeri harus dimulai dari analgesik yang paling ringan sampai ke analgesik yang paling kuat.
• NSAID• Opioid lemah• Opioid kuat (dapat ditambahkan adjuvan seperti antidepresan,
antikonvulsan, dll ---- tergantung kebutuhan individual)
TUJUAN PENATALAKSANAAN NYERI
1. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
2. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi nyeri kronik yang persisten
3. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat adanya nyeri
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas hidup sehari-hari
PRINSIP PENGOBATANStep 1: Nyeri ringan- sedangObat non opiat dan adjuvantNSAID /asetominofenTerapi adjuvan dpt digunakan sendiri atau kombinasi dg non opiatContoh: kortikosteroid, antidepresan trisiklik, antikonvulsan, plester lidokain 5%, Capsaicin
Step 2: nyeri moderat sampai berat moderatAgen opiat spt: kodein, hidrokodon, propoxiphen.Sering dikombinasi dengan asetominofen atau NSAIDTramadol agen atipikal baru yg metabolitnya (o-demetil tramadol) dpt mengikat reseptor opiat mu dan memiliki karakteristik non opiat. Yaitu sedikit menghambat reuptake NE dan serotonin
Step 3: Nyeri moderat sampai beratMorfin, oksikodon, fentanil dan hidromorfin
PENATALAKSANAAN NYERI NEUROPATI
• Hampir sebagian besar nyeri neuropati tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik opioid
• Terapi utamanya adalah : antidepresan trisiklik (TCA’s), antikonvulsan, dan anestetik sistemik lokal
• Contoh obat yang dapat digunakan : Pregabalin, Gabapentin, Fenitoin, Carbamazepin
PARASETAMOL
• Memiliki khasiat analgetik dan antipiretik
• Menghambat pembentukan prostaglandin secara sentral, dan tidak di jaringan sehingga tidak berefek sebagai antiinflamasi
• Tidak memiliki efek antiplatelet
• ES ringan dan jarang, tidak menyebabkan gangguan lambung
• Pada dosis besar (>6 gr) dapat menyebabkan kerusakan hati
• Pilihan yang aman untuk ibu hamil/ menyusui
ASETOSAL (ASPIRIN)
• Punya efek analgetik, antipiretik, antiinflamasi
• Juga efek antiplatelet, sehingga dapat mencegah pembekuan darah
• Bersifat asam ----- mudah mengiritasi lambung
• Dapat menyebabkan Reye’s Syndrome (gangguan pada sistem hepatik dan SSP), sehingga sebaiknya tidak digunakan pada anak2 kurang dari 12 tahun
• Hati-hati pada pasien yg alergi thd aspirin
MAJOR ADVERSE EFFECT OPIOID
TABEL 3 = REKOMENDASI PENGOBATAN LINI PERTAMA UNTUK PASIEN NYERI NEUROPATIK
Cara kerja Efek samping utama Dosis awal/ dosis maksimal
Antidepresan tricyclic
Nortriptyline desipramine Menghambat reuptake serotonin dan/atau norepinefrin, blok channel natrium, antikolinergik
Sedasi, efek antikolinergik (mis, mulut kering, retensi urin, penambahan berat badan)
25 mg sebelum tidur/150 mg perhari
SSNRIs
Duloxetine Menghambat reuptake baik serontonin maupun norepinefrin
Mual 30 mg sekali sehari/ 60 mg dua kali sehari
Venlafaxine Menghambat reuptake baik serotonin maupun norepinefrin
Mual 37-5 mg sekali atau dua kali sehari/ 225 mg sehari
Kalsium channel Ligan α2-δ
Gabapentin Menurunkan pelepasan glutamate, norepinefrin dan substansi P, dengan ligan pada subunit α2-δ dari channel kalsium votage-gate
Sedasi, pusing, udem perifer 100-300 mg sekali hingga 3 kali sehari/1200 mg tiga kali sehari, kurangi bila ada gangguan fungsi ginjal
Pregabalin Menurunkan pelepasan glutamate, norepinefrin dan substansi P, dengan ligan pada subunit α2-δ dari channel kalsium votage-gate
Sedasi, pusing, udem perifer 50 mg tiga kali sehari atau 75 mg dua kali sehari/ 200 mg tiga kali sehari atau 300 mg dua kali sehari, kurangi bila ada gangguan ginjal
Lidokain Topikal
Potongan 5% lidocaine Blok channel natrium Eritema local, rash 1-3 patch/3 patch
Agonis Opioid
Morfin, oxycodone, methadone, levorphanol Agonis reseptor-µ (oxycodone juga menyebabkan antagonis reseptor-K)
Mual/muntah, konstipasi, pusing 10-15 mg morfin setiap 4 jam atau sesuai kebutuhan (dosis equianalgesik dapat digunakan untuk opioid lain/tidak ada dosis maksimal)
Tramadol Agonis reseptor-µ, inhibisi norepinefrin dan reuptake serotonin
Mual/muntah, konstipasi, pusing 50 mg sekali atau dua kali sehari/400 mg sehari sebagai obat long acting
Rangkuman rekomendasi yang di adaptasi dari Dworking dan kolega6,8+ dan Attal dan kolega, 69 CPSP = central post stroke pain, EKG = elektrokardiogram. PHN = postherpetic neuralgia, SCI = central pain setelah cedera spinal cord, SSNRI = serotonin selektif dan inhibitor reuptake norepinefrin. Rekomendasi level A = bukti ilmiah yang cukup menunjukkan bahwa manfaat obat ini secara substansial melebihi resiko potensialnya. Klinisi harus mendiskusikan pengobatan dengan pasien yang memungkinkan. Rekomendasi level B = beberapa bukti ilmiah membuktikan bahwa manfaat pengobatan melebihi resiko potensialnya. Klinisi harus berdiskusi dengan pasien yang memungkinkan. *obat-obatan lain dalam kelas ini juga telah di amati untuk mengobati nyeri neuropatik dan juga direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama
BAGAIMANA PEMILIHAN OBAT ???
• Tergantung dari intensitas nyeri
• Memperhatikan kondisi pasien (riwayat penyakit, kontraindikasi, alergi)