refh 1 tb

download refh 1 tb

of 29

description

refh 1 tb

Transcript of refh 1 tb

  • Oleh:Nurhidayati2007730094REFERATSTASE INTERNARUMAH SAKIT SEKARWANGIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTATUBERCULOSISPembimbing :Dr. Rio Zakaria,SppD

  • DEFINISITB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). (DepKes, 2011). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). (DepKes, 2011)

  • EPIDEMIOLOGIMenurut WHO dalam Global Tb Control Report (2009) : Prevalensi TB di indonesia pada tahun 2008 adalah 296.514 kasus baru maupun relaps.Angka insiden kasus baru TB BTA (+) berdasarkan hasil survei Depkes RI tahun 2007 pada 33 propinsi adalah 104 per 100.000 penduduk.

  • PATOMEKANISME

  • MANIFESTASI KLINIK

  • DIAGNOSIS TUBERCULOSIS

  • ALUR DIAGNOSIS

  • Diagnosis TB MDRDipastikan berdasarkan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan M.tuberkulosis.

    Semua suspek TB MDR diperiksa dahaknya dua kali, salah satu diantaranya harus dahak pagi hari.

    Uji kepekaan M.tuberculosis harus dilakukan di laboratorium yang telah tersertifikasi untuk uji kepekaan. Sambil menunggu hasil uji kepekaan, maka suspek TB MDR akan tetap meneruskan pengobatan sesuai dengan pedoman pengendalian TB Nasional.

  • PENGOBATAN TUBERKULOSIS

  • TATALAKSANA

  • PENGELOMPOKAN OAT

    Golongan & JenisObatGolongan 1 Obat Lini PertamaIsoniazid (H)Ethambutol (E)Pyrazinamide (Z)Rifampicin (R)Streptomycin (S)Golongan 2/Obat Suntik/ suntikan Lini keduaKanamycin (Km)Amikacin (Am)Capreomycin (Cm)

  • Paduan OAT yang digunakan di IndonesiaKategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

    Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol.

  • Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

    Paket Kombipak. Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

  • TATALAKSANA

  • Pengobatan Tuberkulosis Resistan ObatPengobatan menggunakan minimal 4 macam OAT yang masih efektif.Jangan menggunakan obat yang kemungkinan menimbulkan resistan silang (cross-resistance)Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian suntikan dengan lama minimal 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi biakan.Lama pengobatan minimal adalah 18 bulan setelah konversi biakan Dikatakan konversi bila hasil pemeriksaan biakan 2 kali berurutan dengan jarak pemeriksaan 30 hari.

  • PEMANTAUAN DAN HASIL PENGOBATAN TB1) Pemantauan kemajuan pengobatan TBPemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu dan pagi).Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif.Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan positif.

  • Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif

  • DAFTAR PUSTAKA1. Guyton, Arthur C. 2008. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Bab 37-42. Edisi 11. Jakarta: EGC.2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Nasional Pengendaliaan Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.4. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisis IV. Jakarta: IPD FKUI.5. Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Bab 4. Edisi VI. Jakarta: EGC6. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Bab 13. Edisi 6. Jakarta: EGC.7. Vinay Kumar, MBBS, MD, FRCPath., dan Abul K. Abbas, MBBS., Nelson Fausto, MD. 2010. Dasar Patologi Penyakit. Bab 15. Edisi 7. Jakarta: EGC.

  • TERIMAH KASIHWASSALAMUALAIKUM WR. WB

    *Tahap awal (intensif) o Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. o Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. o Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Tahap Lanjutan o Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama o Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan**