Referat Tumbang Def Fe

28
REFERAT Agustus 2015 “Pengaruh Defisiensi Besi Terhadap Tumbuh Kembang Anak” Nama :Fauzyah Fahma No. Stambuk :N 111 14 027 Pembimbing :dr. Effendy Salim, Sp.A 1

description

referat

Transcript of Referat Tumbang Def Fe

Page 1: Referat Tumbang Def Fe

REFERAT Agustus 2015

“Pengaruh Defisiensi Besi Terhadap Tumbuh Kembang Anak”

Nama :Fauzyah Fahma

No. Stambuk :N 111 14 027

Pembimbing :dr. Effendy Salim, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

20151

Page 2: Referat Tumbang Def Fe

BAB I

PENDAHULUAN

Besi (Fe) adalah salah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh,

antara lain pada sintesis DNA, fungsi mitokondria, transportasi oksigen,

produksi ATP dan untuk melindungi sel dari kerusakan akibat oksidasi.1

Setiap kelompok usia anak rentan terhadap defisiensi besi (DB).

Kelompok usia yang paling tinggi mengalami DB adalah usia balita (0-5

tahun) sehingga kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan

defisiensi besi. Kekurangan besi dengan atau tanpa anemia, terutama

yang berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2 tahun dapat

mengganggu tumbuh kembang anak, antara lain menimbulkan defek

pada mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan pada perkembangan

otak yang berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia

pada masa mendatang.2

Menurut McCann dan Anan (2007), konsentrasi besi di otak jauh

lebih tinggi jika dibandingkan dengan mikronutrien lainnya, kecuali seng

(Zn). Di otak, besi diperlukan oleh enzim untuk fungsi spesifik otak,

termasuk mielinisasi dan sintesis neurotransmitter serotonin (triptofan

hidroksilase) serta dopamine (tirosin hidroksilase). Defisiensi besi tanpa

anemia juga menimbulkan banyak dampak negatif karena besi

merupakan nutrien yang penting untuk kehidupan organisme. Anemia

defisiensi besi (ADB) pada balita merupakan masalah yang serius karena

pada usia balita terjadi proses tumbuh kembang yang cepat.

2

Page 3: Referat Tumbang Def Fe

Dikhawartirkan, bila tidak ditangani segera, kejadian ADB dapat

memberikan pengaruh buruk terhadap perkembangan kecerdasan.

Mengingat anak balita adalah generasi penerus bangsa, deteksi dini serta

penanganan defisiensi besi sedini mungkin sangatlah berarti. Selain itu

anak – anak akan lebih mudah terserang penyakit karena penurunan daya

tahan tubuh, dan hal ini tentu akan melemahkan keadaan anak sebagai

generasi penerus.3

Penyebab utama anemia gizi adalah konsumsi zat besi yang tidak

cukup dan absorbsi zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian

besar terdiri dari nasi dan menu yang kurang beraneka ragam. Selain itu

infestasi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita

pada daerah–daerah tertentu terutama daerah pedesaan. Soemantri

(1983), menyatakan bahwa anemia gizi juga dipengaruhi oleh faktor–

faktor lain seperti sosial ekonomi, pendidikan, status gizi dan pola

makan, fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi.

Faktor- faktor tersebut saling berkaitan.4

3

Page 4: Referat Tumbang Def Fe

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Defisiensi besi (Fe) merupakan suatu keadaan ketidakadekuatan

persedian besi untuk fungsi fisiologis tubuh. Defisiensi dapat disertai

anemia atau tanpa anemia. Bila disertai anemia, kadar hemoglobin dan

besi serum turun dibawah batas normal; sedangkan bila tanpa anemia,

terjadi penurunan cadangan besi dalam jaringan (feritin), tetapi belum

menurunkan konsentrasi hemoglobin. Defisiensi besi yang terjadi dan

berlangsung lama pada saat otak berkembang pesat terutama sampai

umur 3 tahun akan menimbulkan deficit fungsi otak yang menetap

sampai dewasa.1,4

Epidemiologi

Penegakkan diagnosi defisiensi besi tanpa anemia masih sulit,

sehingga prevalensi defisiensi tanpa anemia belum diketahui secara psti.

Saat ini, belum ada data statistic menegnai prevalensi defisiensi besi dan

ADB pad bayi berumur kurang dari 12 bulan. Penelitian oleh Hay dkk.

Di Norwegia 2004 pada bayi aterm mendapatkan prevalensi defisiensi

besi pada usia 6 bulan sebesar 4% dan meningkat pada usia 12 bulan

menjadi 12 %. Di amerika, prevalensi defisiensi besi pada anak usia 1

hingga 3 tahun sebesar 6,6% hingga 15,2 %. WHO memperkirakan

4

Page 5: Referat Tumbang Def Fe

prevalensi anemia adalah 25% (sekitar separuhnya dialami oleh anak

prasekolah) dan defisiensi besi merupakan kontributor utama anemia. Di

negara berkembang, kejadian ADB sering ditemui sehubungan dengan

kemampuan ekonomi yang terbatas, asupan protein hewaniyang rendah,

dan infestasi parasit yang merupakan masalh endemik. Di Indonesia,

anemia defisiensi besi adalah salah satu masalah gizi utama disamping

kekurangan kalori- protein, vitamn A, dan yodium. Gunadi dkk,

menyatakan bahwa pada tahun 1995, pada anak usia sekolah yang

menderita ADB adalah 47,2%. Menurut WHO tahun 2008 tingkatan

anemia menjadi masalah kesehatan masyarakat disuatu negara yaitu

masalah rendah jika prevalensinya kurang dari 15%, masalah sedang jika

prevalensinya 15-40%, dan masalah tinggi jika prevalensinya lebih dari

40%. Prevalensi ADB di Indonesia lebih dari 40%, maka ADB dapat

digolongkan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tinggi.5

Etiologi

Keseimbangan besi di dalam tubuh diatur sedemikian rupa

sehingga absorpsi besi dapat dipastikan cukup untuk mengompensasi

besi yang dikeluarkan oleh tubuh. Keseimbangan besi ini sebagian besar

ditentukan oleh absorpsi besi di bagian proksimal usus halus. Defisiensi

besi muncul akibat absorpsi besi yang tidak adekuat untuk menyesuaikan

dengan peningkatan kebutuhan pertumbuhan anak atau akibat

keseimbangan besi negatif dalam waktu lama. Keadaaan tersebut

menyebabkan penurunan cadangan besi dalam tubuh yaitu, feritin.

Proses terjadinya defisiensi besi pada anak diperkirakan sejak dalam 5

Page 6: Referat Tumbang Def Fe

kandungan karena defisiensi yang berat pada ibu, ibu penyandang

diabetes, ibu perokok dan ibu penyandang hipertensi.5,6

Secara fisiologis, cadangan besi (0,5 gram/kgBB pada bayi cukup

bulan) baru terbentuk sejak 3 bulan terakhir kehamilan, sehingga bayi

premature dengan berat badan lahir endah disertai cadangan besi yang

rendah beresiko mengalami defisiensi besi sejak lahir. Bayi yang

mendapatkan ASI ekslusif beresiko mengalami defisensi besi pada saat

berumur 4- 6 bulan, sehingga diperlukan makanan pendamping ASI dan

suplementasi besi untuk mencegah terjadinya defisiensi besi. Perdarahn

akut maupun kronis menurunkan cadangan besi dalam tubuh. Penyebab

kondisi ini adalah keadaan yang patologis, seperti refluks

gastroesofageal, intoleransi terhadap susu sapi, dan parasit usus.

Penyebab lain masalah defisensi besi, dengan anemia maupun tanpa

anemia, adalah sosial ekonomi yang rendah, sosio- budaya yang kurang

mendukung (tabu), sanitasi yang buruk.1,6

Beberapa bahan makanan merupakan sumber tinggi besi, baik dari

heme (berasal dari sumber hewani) dan nonheme (berasal dari sumber

nabati). Disamping itu, terdapat interaksi antara besi dengan nutrien-

nutrien lainnya, baik berupa interaksi sinergis (meningkatkan absorpsi

besi) maupun interaksi antagonis (menurunkan absorpsi besi). Nutrien

yang berinteraksi sinergis untuk absorpsi besi adalah fosfor, bismuth,

germanium, nikel, mangan, vitamin A, B1, C, folat niacin, niacinamide,

lesitin, protein, interaksi antagonis dengan beberapa mikronutrien seperti

6

Page 7: Referat Tumbang Def Fe

seng, kalsium, magnesium, timah, cobalt, vitamin B2, B5, B12, E, kafein

beras, teh, protein kedelai, susu sapi (kasein), asam oksalat.7

Sumber makanan

Heme Nonheme

Sapi Kacang almond

Ayam Roti

Ikan salmon Brokoli

Ikan tuna Macaroni

Udang Aprokit

kalkun Raisin

Bayam

Tabel 1. Sumber makanan yang mengandung besi

Patogenesis

Penagruh defisiensi besi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

anak bersifat multifaktorial. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap

kejadian defisiensi besi adalah faktor lingkungan (sosial ekonomi) yang

tidak menguntungkan, sehingga kemampuan pemberian makan menjadi

rendah, kemampuan pengasuhan rendah, dan meningkatnya depresi

maternal.6,7

7

Page 8: Referat Tumbang Def Fe

Konsentrasi besi di otak lebih tinggi daripada konsentrasi metal

yang lain, karena besi dibutuhkan untuk proses mielinisasi dan sintesis

neurotransmitter serotonin, dopamine, epinefrin dan norepinefrin. Besi

dibutuhkan oleh oligodendrosit untuk proses mielinisasi terutama neuron-

neuron pada sistem sensori (visual- auditori) pembelajaran, dan perilaku.

Besi juga dibutuhkan sebagai kofaktor enzim triptofan hidroksilase untuk

serotonin dan tirosin hidroksilase untuk sintesis norepinefrin dan

dopamine. Disamping itu, besi juga bermanfaat dalam metabolisme

neuron di hipokampus dan lobus prefrontal yang berperan penting pada

pemrosesan memori. Pekembangan saraf otak dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti pertumbuhan, aktivitas sinaptik dan lingkngan. Anak

merupakan populasi yang sangat rentan terhadap defisiensi besi terutama

sejak lahir sampai dengan umur 3 tahun, karena pada saat tersebut terjadi

perkembangan cepat strukur hipokampus. Secara fungsional, kematangan

mengingat hipokampus adalah anatar 3 hingga 18 bulan.1,7

Defisiensi besi mempengaruhi fungsi otak melalui gangguan pada

hipokampus dan di luar hipokampus.7

A. Pengaruh defisiensi besi pada hipokampus

1. Gangguan metabolisme neuron

ADB sejak lahir menurunkan aktivitas enzim sitokrom c oksidase

di hipokampus.

2. Ekspresi gen

Kondisi defisiensi menyebabkan gangguan ekspresi gen yang

penting dalam transkripsi DNA.

8

Page 9: Referat Tumbang Def Fe

3. Sinyal brain- derived neurotrophic factor (BDNF)

Defisiensi besi menyebabkan gangguan pertumbuhan dendritik dan

gangguan koneksi interneural hipokampus, struktur yang berfungsi

dalam memori.

4. Mammalian target of rapamycin (mTOR)

mTOR berfungsi dalam regulasi pertumbuhan sel- sel, regulasi

sintesis protein, dan organisasi aktin untuk diferensiasi neuronal,

maturasi oligodendrosit dan formasi myelin yang berguna untuk

struktur dan plastisitas neuron.

5. Kesehatan mitokondria

Defisiensi besi menyebabkan disfungsi enzim mitokondria.

B. Pengaruh defisiensi pada otak di luar hipokampus1. Hormon tiroid

Hormon tiroid bermanfaat dalam perkembangan otak, baik pada

seluruh hemisfer otak maupun pada hipokampus. Hormon tiroid

bekerja akibat aktivasi mTOR sehingga adanya gangguan aktivasi

mTOR akibat defisiensi besi menyebabkan gangguan fungsi

hormone tiroid. Akibatnya terjadi deficit kemampuan belajar dan

mengingat.

2. Mielinisasi

Defisiensi besi menyebabkan gangguan mielinisasi yang dimulai

dari masa janin dan berlangsung hingga umur 3 tahun sehingga

kecepatan fungsi neuron terganggu.

3. Dopamin

9

Page 10: Referat Tumbang Def Fe

Defisiensi besi menyebabkan gangguan metabolisme dopamine,

terutama di striatum dan subsatnsia nigra sehingga terdapat

gangguan pada psikomotor dan gangguan tidur.

Gejala klinis Defisiensi besi sering ditandai dengan anemia. Anemia didefinisikan sebagai suatu

keadaan kadar hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah dari pada nilai normal untuk

kelompok orang yang bersangkutan. Kelompok ditentukan menurut umur dan jenis kelamin,

seperti yang terlihat di dalam tabel dibawah ini

Kelompok Umur Kadar hemoglobin

Anak 6 bulan s/d 6 tahun 11

6 tahun s/d 14 tahun 12

Dewasa Laki- laki 13

Wanita 12

Wanita hamil 11

Tabel 2. Batas normal kadar hemoglobin3

Gejala klinis anemia pada anak biasanya bersifat ringan agak

pucat. Namun, dalam keadaan anemia berat, dapat muncul gejala pucat,

lemas badan, sakit kepala, berdebar, insomnia, serta gangguan

pertumbuhan. Gejala defisiensi besi lainnya adalah disfungsi sitem imun,

pica, serangan napas terhenti sejenak (breath holding spell), restless leg

syndrome.

Penelitian carte dkk (2010) menunjukkan bahwa defisiensi besi

tanpa anemia memiliki dampak negatif terhadap kognitif anak. Anak

10

Page 11: Referat Tumbang Def Fe

dengan defisiensi besi menunjukkan gejala kesulitan belajar dan

mengingat. Gejala yang tampak pada bayi baru baru lahir dengan

defisiensi besi adalah gangguan membedakan suara ibunya, sedangkan

gejala yang tampak pada bayi umjur 9 dan 12 bulan adalah kesulitan

membedakan wajah ibunya. Pada anak yang mengalami defisiensi besi

sejak lahir, pada umur 3,5 tahun ia akan mengalami kesulitan meniru

kegiatan, mengingat serta belajar. Pada umur 5 tahun, anak dengan

anemia defisiensi besi sejak lahir menunjukkan gejala penurunan

perkembangan bahasa dan motorik halus dibandingkan dengan anak yang

tidak mengalami kekurangan besi sejak lahir. Pada umur 11 sampai 14

tahun, anak dengan anemia defisiensi besi sejak balita mengalami

keterlambatan psikomotor, lebih sering tinggal kelas, dan mengalami

gangguan mengingat visuo spasial, gangguan kecemasan dan perhatian,

jika dibandingkan dengan anak dengan kadar besi yang cukup.1

Diagnosis

Penegakkan diagnosis defisiensi besi berdasarkan tahapan

penurunan cadangan besi dalam tubuh. Berdasarkan keadaan cadangan

besi, akan timbul defisiensi dalam tiga tahap

1) Deplesi besi (Iron depletion/storage iron deficiency)

Ditandai dengan berkurangnya cadanagn besi sampai tidak adanya

cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih

normal. Pada keadaan ini, terjadi peningktan absorpsi besi nonheme.

2) Deplesi besi eritropoietin (Iron deficiency erythropoietin)

11

Page 12: Referat Tumbang Def Fe

Menunjukkan suplai besi tidak mencukupi untuk menunjang

eritropoiesis. Dari pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai besi

serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total

iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte

pophyrin (FEP) meningkat.

3) Anemia defisiensi besi (Iron deficiency anemia)

Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju sumsum tulang tidak

cukup sehingga menghambat produksi sel darah merah normal.

Kondisi ini memberikan gambaran anemia hipokromik mikrositik.1

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan anemia defisiensi besi adalah mengetahui

faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi dengan

preparat besi. Pemberian preparat besi dapat dilakukan peroral atau

parenteral.1

1) Preparat besi oral

Senyawa zat besi yang sederhana dan diberikan peroral adalah ferrous

glukonat, fumarat dan suksinat dengan dosis harian 4-6 mg/kgBB/hari

besi elemen, yang diberikan dalam 2-3 dosis. Penyerapan akan lebih

baik jika lambung kosong, tetapi cara pemberian ini akan

menimbulkan efek samping pada saluran cerna. Efek samping yang

dapat terjadi adalah iritasi gastrointestinal, yang dapat menyebabkan

rasa terbakar, mual dan diare. Karena itu, pemberian besi bisa

dilakukan pada saat makan atau segera setelah makan meskipun akan

12

Page 13: Referat Tumbang Def Fe

mengurangi absorpsi obat sekitar 40-50 %. Preparat besi harusterus

diberikan selama 2 bulan setelah anemia teratasi.

Pentingnya suplementasi besi untuk anak

Rekomendasi terbaru menyatakan suplementasi besi sebaiknya

diberikan mulai usia 4-8 minggu dan dilanjutkan sampai usia 12-15

bulan, dengan dosis tunggal 2-4 mg/kg/hari tanpa melihat usia gestasi

dan berat lahir.6,7

Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah (BBLR)

Menurut World Health Organization (WHO), suplementasi besi

dapat diberikan secara massal, mulai usia 2-23 bulan dengan dosis

tunggal 2 mg/kgBB/hari. Bayi prematur perlu mendapat suplementasi

besi sekurangkurangnya 2 mg/kg/hari sampai usia 12 bulan.

Suplementasi sebaiknya dimulai sejak usia 1 bulan dan diteruskan

sampai bayi mendapat susu formula yang difortifikasi atau mendapat

makanan padat yang mengandung cukup besi.15 Centers for Disease

Control and Prevention (CDC) di Amerika merekomendasikan bayi-

bayi yang lahir prematur atau BBLR diberikan suplementasi besi 2-4

mg/kg/hari (maksimum 15 mg/hari) sejak usia 1 bulan, diteruskan

13

Rekomendasi 1

Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan

prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun

Page 14: Referat Tumbang Def Fe

sampai usia 12 bulan.10 Pada bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR),

direkomendasikan suplementasi besi diberikan lebih awal. 6,7

Suplementasi untuk bayi cukup bulan

Suplementasi ini diberikan mulai usia 6-23 bulan dengan dosis 2

mg/kgBB/hari. Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan

kemudian tidak mendapat besi secara adekuat dari makanan,

dianjurkan pemberian suplementasi besi dengan dosis 1 mg/kg/hari.

The American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan

pemberian suplementasi besi pada bayi yang mendapat ASI eksklusif

mulai usia 4 bulan dengan dosis 1 mg/kg/hari dilanjutkan sampai bayi

mendapat makanan tambahan yang mengandung cukup besi. Bayi

yang mendapat ASI parsial (>50% asupannya adalah ASI) atau tidak

mendapat ASI serta tidak mendapatkan makanan tambahan yang

mengandung besi, suplementasi besi juga diberikan mulai usia 4 bulan

dengan dosis 1 mg/kg/hari.7

Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah

Suplementasi besi dapat diberikan dengan dosis 2 mg/kgBB/hari

(dapat sampai 30 mg/hari) selama 3 bulan.

Suplementasi untuk remaja

Suplementasi besi pada remaja lelaki dan perempuan diberikan

dengan dosis 60 mg/hari selama 3 bulan. Pemberian suplementasi besi

dengan dosis 60 mg/hari, secara intermiten (2 kali/minggu), selama 17

14

Page 15: Referat Tumbang Def Fe

minggu, pada remaja perempuan ternyata terbukti dapat meningkatkan

feritin serum dan free erythrocyte protoporphyrin (FEP). 6,7

2) Terapi parenteral

Kemampuan untuk meningkatkan kadar hemoglobin tidak lebih baik

dibanding pemberian oral. Preparat besi diberikan parenteral, jika

pasien tidak dapat mentoleransi preparat besi peroral, terjadi

kehilangan darah yang cepat sehingga tidak dapat dikompensasi

dengan pemberian preparat besi peroral, terjadi gangguan pada traktus

gastrointestinal. 6,7

3) Terapi transfusi

Transfusi sel darah merah atau darah lengkap jarang diperlukan dalam

penanganan anemia defisiensi besi, kecuali bila terdapat pula

perdarahan. Anemia yang sangat berat atau anemia yang disertai

infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Secara umum,

15

Page 16: Referat Tumbang Def Fe

transfusi diberikan kepada penderita anemia berat dengan kadar Hb

kurang dari 6 gr/dl.1

Prognosis

Defisiensi besi dengan anemia dan tanpa anemia berakibat jangka

panjang, berupa gangguan kognitif dan keterlambatan psikomotor.

Pemberian suplementasi besi pada anak defisiensi besi dengan anemia

dan tanpa anemia belum terbukti dapat memperbaiki gangguan kognitif

dan psikomotor meskipun anemia telah dikoreksi. 6,7

Pencegahan

Skrining terhadap defisiensi besi dengan dan tanpa anemia telah

direkomendasikan oleh AAP pada tahun 2010, berupa pemeriksaan kadar

hemoglobin pada usia 1 tahun yang disertai dengan skrining faktor resiko

terjadinya anemia, seperti lahir prematur, berat bayi lahir rendah, paparan

timbal, mendapat ASI ekslusif selama 4 bulan tanpa suplementasi besi,

makanan pendamping ASI yang tidak difortifikasi besi, gangguan

pertumbuhan, gangguan makan dan kondisi sosial ekonomi rendah .

Untuk anak usia 1 hingga 3 tahun, dapat dilakukan skrining ulang untuk

mengidentifikasi resiko defisiensi besi dan anemia defisiensi besi.1

BAB III

KESIMPULAN

16

Page 17: Referat Tumbang Def Fe

Defisiensi besi dengan anemia dan tanpa anemia masih merupakan

maslah di seluruh dunia, terutama di negara berkembang seperti

Indonesia. Konsentrasi besi dalam otak tertinggi pada saat lahir, menurun

pada waktu penyapihan. Kebutuhan mulai meningkat bersamaan dengan

mielinisasi. Karena pertumbuhan dan perkembangan otak yang cepat

pada masa bayi dan anak, defisiensi besi yang terjadi pada masa tersebut

dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif yang cenderung

permanen. Pemberian asupan besi yang adekuat sejak bayi serta

pelaksanaan skrining defisiensi besi dan anemia defisiensi besi sangat

penting dalam rangka pencegahan defisiensi besi.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Referat Tumbang Def Fe

1. Djajadiman, G. 2011, Suplementasi Besi untuk Anak. Ikatan Dokter

Anak Indonesia

2. Arlinda, S W. 2004, Anemia defisiensi besi pada balita. Bagian Ilmu

Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu

Kedokteran Komunitas

3. McCann JC, Ames BN. “An overview for a causal relation between

iron deficiency during development and deficits ini cognitive or

behavioral function”. Am J Clin Nutr 2007;85:931-45

4. Raspati H, “Anemia deisiensi besi”, Dalam : Permono HB, Sutaryo,

Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting, Buku Ajar

Hematologi Onkologi Anak Edisi ke-2.Jakarta: BP IDAI; 2006.h.30-4

5. Medise, Bernie Endyarni, 2013, Mengenal keterlambatan

perkembangan pada anak, di akses dari http://idai.or.id/publicarticles/

seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatanperkembangan-

umum-pada-anak.html, pada tanggal 29 agustus 2015.

6. World Health Organization. Iron deficiency anemia: assessment,

prevention, and control. A guide for programme managers. Geneva:

WHO; 2001.

18