Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

18
PENILAIAN GLASGOW COMA SCALE, ORIENTASI, BERBICARA DAN BERBAHASA SERTA APHASIA I. PENDAHULUAN Kesadaran adalah kesiagaan awareness seseorang terhadap peristiwa-peristiwa di lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif yang meliputi memori, pikiran, perasaan dan sensasi-sensasi fisik. Kesadaran memiliki beberapa tingkatan yang dapat ditentukan dengan cara melakukan pemeriksaan Glasgow coma scale . Adapun hal-hal yang dinilai berupa kemampuan motorik dan orientasi seseorang. Glasgow Coma Scale dikembangkan pada tahun 1974 oleh Teasdale dan Jannet sebagai cara praktis untuk menilai “dalam dan durasinya gangguan kesadaran” pada kondisi berbeda termasuk trauma kepala. Skor GCS dicatat pada skor subskor bebas (motor, verbal, dan eye). Kesedarhanaan yang lebih jauh adalah hanya dengan menjumlahkan tiga komponen sebagai skor tunggalnya yang diambil oleh Teasdale dan Jannet pada tahun 1977. Orientasi terhadap orang individu, waktu, dan tempat perlu dinilai. Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan masa lampau. Orientasi dan tempat dapat dianggap sebagai ukuran 1

description

your the cure

Transcript of Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

Page 1: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

PENILAIAN GLASGOW COMA SCALE, ORIENTASI, BERBICARA DAN

BERBAHASA SERTA APHASIA

I. PENDAHULUAN

Kesadaran adalah kesiagaan “awareness” seseorang terhadap peristiwa-

peristiwa di lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif  yang meliputi

memori, pikiran, perasaan dan sensasi-sensasi fisik. Kesadaran memiliki beberapa

tingkatan yang dapat ditentukan dengan cara melakukan pemeriksaan Glasgow

coma scale. Adapun hal-hal yang dinilai berupa kemampuan motorik dan

orientasi seseorang.

Glasgow Coma Scale dikembangkan pada tahun 1974 oleh Teasdale dan

Jannet sebagai cara praktis untuk menilai “dalam dan durasinya gangguan

kesadaran” pada kondisi berbeda termasuk trauma kepala. Skor GCS dicatat pada

skor subskor bebas (motor, verbal, dan eye). Kesedarhanaan yang lebih jauh

adalah hanya dengan menjumlahkan tiga komponen sebagai skor tunggalnya yang

diambil oleh Teasdale dan Jannet pada tahun 1977.

Orientasi terhadap orang individu, waktu, dan tempat perlu dinilai.

Orientasi merupakan kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan masa

lampau. Orientasi dan tempat dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka

pendek, yaitu kemampuan pasien memantau perubahan sekitar yang kontinu.

Penilaian orientasi dilakukan dengan melakukan tanya jawab yang secara tidak

langsung melakukan penilaian juga terhadap kemampuan berbahasa dan

menentukan ada tidaknya hendaya dalam berbahasa (afasia).

Dalam berbahasa tercakup berbagai kemampuan yaitu bicara spontan,

komprehensif, menamai, repetisi (mengulang), membaca dan menulis.

Pemeriksaan kelancaran berbicara, seseorang dikatakan lancar berbicara apabila

bicara spontannya lancar, tanpa tertegun tegun dan mencari kata yang diinginkan.

1

Page 2: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

II. Glasgow Coma Scale

A. Pengertian

Skala Koma Glasgow (GCS) adalah kriteria yang secara kuantitatif dan

terpisah menilai respon membuka mata (E), respon motorik terbaik (M), dan

respon verbal terbaik (V) yang dapat diperlihatkan penderita, yang disusun

berdarsarkan sebuah studi internasional yang dikoordinasikan dari kota Glasgow,

dan diterima secara luas untuk menilai derajat/tingkat kesadaran penderita. Setiap

penilaian mencakup poin poin, dimana total tertinggi bernilai 15.1,2,3

B. Cara Penilaian

Dalam kasus gangguan kesadaran maka auto anamnesis masih dapat

dilakukan, hal ini terjadi pada kasus dimana ganggua kesadaran masih bersifat

ringan, pasien masih dapat menjawab pertanyaan hasil auto anamnesis ini dapat

dimanfaatkan untuk menetapkan adanya gangguan kesadaran yang

bersifatpsikiatrik, termasuk sendrom otak organik atau gangguan kesdaran yang

bersifat neorologik (dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif kedalam

GCS). Respon perilaku dalam pemeriksaan GCS meliputi respon membuka mata,

respon verbal dan respon motorik. Glasgow Coma Scale meliputi pengkajian

reflek:2,3

a) Respon membuka mata (E)

Penilaian membuka mata meliputi evaluasi terhadap keadaan terjaga,

aspek pertama dari kesadaran. Jika mata pasien tertutup, maka keadaan terjaga

pasien dinilai berdasarkan derajat stimulasi yang diperlukan agar pasien dapat

membuka matanya. Membuka mata (terjaga selalu menjadi pengukuran pertama

yang dilakukan sebagai bagian dari GCS karena tanpahal tersebut kognisi tidak

dapat terjadi. Membuak mata 19 pasien tidak dapat dilakukan jika mata penderita

membengkak. Skor penilaiannya adalah:4,5

2

Page 3: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

a. Nilai 4

Membuka mata secara spontan, mata membuka tanpa harus diperintah atau

disentuh (respon optimal)

b. Nilai 3

mata membuka sebagai respon terhadap stimulus verbal (biasanya nama

paien) tanpa menyentuh pasien. Observasi mulai dari volume suara yang

normal dan naikkan volume suara jika diperlukan dengan mengatakan

perintah yang jelas.

c. Nilai 2

mata membuka sebagai responterhadap nyeri sentral, misalnya penekanan

trapezium, tekanan suborbital (direkomendasikan), sterna rub (menekan

dan memutar diatas sternum. Stimulus nyeri hanya dilakukan jika pasien

gagal merespon terhadap perintah yang jelas dan keras

d. Nilai 1

mata tidak membuka walaupun dengan stimulus verbal dan nyeri sentral.

Cara melakukan stimulus nyeri sentral meliputi :

1. Cubitan trapezium .

Dengan cara menggunakan cubitan ibu jari dan jari telunjuk pada sekitar

5cm otot trapezius (diantara kepala dan bahu dan diputar).

2. Tekanan suborbital.

Teknik pelaksanaannya letakkan satu jari disepanjang margin supraorbital

(pada tepi tulang disepanjang puncak mata) sampai mmenemukan takik

atau lekukan. Tekanan pada daerah ini akan menyebabkan nyeri yang

menyerupai jenis nyeri kepala. Kadang-kadang hal ini dapat membuat

pasien meringis yang menyebabkan penutupan dan bukan pembukaan

mata. Catatan : tidak boleh dilakukan jika pasien mengalami fraktur wajah.

3

Page 4: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

3. Sternal rub teknik.

Pelaksanaannya tekan dengan kuat sternum menggunakan kuku-kuku jari.

Catatan : dapat dilakukan dengan metode lain karena pada metode ini

dapat meninggalkan bekas pada kulit.

b) Respon Motorik (M)

Respon motorik dirancang untuk memastikan kemampuan pasien untuk

mematuhi perintah dan untuk melokalisasi, menarik, atau merasakan posisi tubuh

yang abnormal sebagai respon terhadap stimulus nyeri.jika pasien tidak merespon

dengan mematuhi perintah, maka respon terhadap stimulus nyeri harus dinilai.

Respon melokalisasi yang benar adalah pasien mengangkat lenganya setinggi

dagu, misalnya menarik masker oksigen. Untuk membangkitkan respon ini

direkomendasikan untuk melakukan cubitan trapezium, tekanan rijisupraorbital,

atau tekanan pada tepi rahang. Untuk menghindari cidera jaringan lunak,maka

setimulus diberikan tidak lebih dari sepuluh detik kemudian dilepaskan. Selain itu

ketika memberikan setimulus,paling baik dimulai dengan tekanan yang ringan

kemudian ditingkatkan sampai respon terlihat, yang penilaianya sebagai berikut: 4,5

a. Nilai 6

Pasien mematuhi perintah, minta pasien untuk menjulurkan lidah,jangan

minta pasien untuk hanya meremas tangan anda karena hal ini dapat

menampilkan respon genggam primitif,pastikan perawat meminta mereka

untuk melepasnya.Hal ini penting untuk memastikan bahwa respon yang

didapat bukan hanya suatu gerakan reflek,sangat penting untuk meminta

pasien melakukan dua perintah yang berbeda.

b. Nilai 5

Melokalisasi pusat nyeri,jika pasien tidak merespon terhadap stimulus

verbal,pasien dengan sengaja menggerakan lengan untuk menghilangkan

penyebab nyeri.Tekana rigisupra orbital dianggap merupakan tehnik yang

4

Page 5: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

paling dapat dipercaya karena paling kecil kemungkinannya untuk terjadi

kesalah interpretasi.

c. Nilai 4

Menarik diri dari nyeri : pasien melakukan fleksi atau melipat lengan

menuju sumber nyeri namun gagal melokalisasi sumber nyeri. Tidak ada

rotasi pergelangan tangan.

d. Nilai 3

Fleksi terhadap nyeri : pasien memfleksikan atau melipat lengan. Ini

ditandai oleh rotasi internal dan aduksi bahu dan fleksi pada siku dan jauh

lebih lambat dari pada fleksi normal.

e. Nilai 2

Ekstensi terhadap nyeri pasien mengekstensiakn lengan dengan

meluruskan siku,kadang kadang disertai dengan rotasi internal bahu dan

pergelangan tangan,kadang kadang disebut sebagai postur deserebrasi

f. Nilai 1

Tidak ada respons,tidak ada respons terhadap stimulus nyeri yang internal.

c) Respon Verbal (V)

Penilaian respons verbal mencakup evaluasi kewaspadaan, aspek kedua

dari kesadaran. Pada respons ini dilakukan penilaian secara komprehensif dari apa

yang dilakukan oleh praktisi dan dilakukan evaluasi terhadap area yang berfungsi

pada pusat yang lebih tinggi serta kemampuan untuk mengatakan dan

mengekspresikan jawaban Disfasia atau ketidak mampuan berbicara dapat

disebabkan oleh kerusakan pada pusat bicara di otak,misalnya setelah

pembadahan intrakranial atau cedera kepala. Memastikan ketajaman pendengaran

pasien dan pemahaman bahasa sebelum menilai respons ini merupakan hal yang

penting. Ketidakmampuan berbicara mungkin tidak selalu menunjukan pnurunan

tingkat kesadaran. Selain itu,beberapa pasien mungkin membutuhkan stimulasi

yang banyak untuk mempertahankan konsentrasi mereka ketika menjawab

5

Page 6: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

pertanyaan. Banyaknya stimulasi yang diperlukan harus dicatat sebagai bagian

dari penilaian dasar. Skor penilaiannya adalah sebagai berikut:4,5

a. Nilai 5

Orientasi baik, pasien dapat mengatakan kapeda praktisi siapa mereka,

dimana mereka, hari, tahun, serta bulan saat ini (hindari menggunakan hari

keberapa dari hari minggu ini atau tanggal)

b. Nilai 4

Konfusi (bingung), pasien dapat melakukan percakapan dengan praktisi,

namun tidak dapat menjawab secara akurat terhadap pertanyaan yang

diberikan.

c. Nilai 3

Kata-kata yang tidak tepat, pasien cenderung menggunakan kata-kata

tunggal dari pada suatu kalimat dan tidak terdapat percakapan dua arah.

d. Nilai 2

Suara yang tidak dimengerti,respons pasien diperoleh dalam bentuk suara-

suara yang tidak jelas seperti ruangan atau gumaman tanpa kata-kata yang

dapat dimengerti. Stimulus verbal dan juga stimulus nyeri mungkin

diperlukan untuk mendapatkan respons dari pasien.Jenis pasien ini tidak

waspada terhadap lingkungan sekitarnya.

e. Nilai 1

Tidak ada respons, tidak didapatkan respons dari pasien walaupun dengan

stimulus verbal maupun fisik. Catatan : catat sebagai “D” jika pasien

mengalami disfasia dan “T” jika pasien menggunakan selang trakeal atau

trakeostomi.

6

Page 7: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

C. Interpretasi

Dari hasil penilaian yang meliputi respon membuka mata (E), respon

motorik (M), respon verbal (V), skor diakumulasi dan didapatkan:4,5,6,7

a. Compos Mentis (14 – 15)

b. Apatis (12 – 13)

c. Somnolen (11 – 12)

d. Stupor (8 – 10)

e. Koma (< 7)

f. Koma dalam (3)

7

Page 8: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

III. Orientasi

A. Pengertian

Orientasi adalah kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar dengan

masa lampau. Orientasi dan tempat dapat dianggap sebagai ukuran memori jangka

pendek, yaitu kemampuan pasien memantau perubahan sekitar yang kontinu.2,3,8

B. Cara Penilaian

Pada pemeriksaan orientasi ditanyakan hal-hal sebagai berkut:2,3

a. Orientasi terhadap orang, seperti menanyakan nama, usia tanggal lahir,

dan apakah ia mengeal orang disekitarnya.

b. Orientasi tempat seperti dimana dia berada sekarang, apa nama tempat,

dan di kota mana dia sekarang.

c. Orientasi waktu, menanyakan hari apa sekarang, tanggal berapa, bulan

apa. Namun kadang kadang ada yang membuat kesalahan mengenai

tanggal dan hari.

IV. Kemampuan Berbicara dan Berbahasa Serta Penilaian Afasia

A. Pengertian

Bahasa adalah fungsi luhur yang paling utama bagi manusia selain fungsi

daya ingat, persepsi, kognisi, dan emosi. Dalam berbahasa tercakup berbagai

kemampuan yaitu bicara spontan, komprehensif, menamai, repetisi (mengulang),

membaca dan menulis. Kerusakan atau kelainan di otak dapat menimbulkan

gangguan kemampuan berbahasa yang disebut afasia. Afasia adalah gangguan

kemampuan berbahasa seseorang baik lisan maupun tulisan yang disebabkan

gangguan atau kerusakan di otak. Pemeriksaan kelancaran berbicara, seseorang

dikatakan lancar berbicara apabila bicara spontannya lancar, tanpa tertegun tegun

dan mencari kata yang diinginkan.cara pemeriksaan misalnya dengan

menyebutkan sebanyak banyaknya nama hewan dalam satu menit, atau

menyebutkan kata yang dimulai dengan huruf tertentu misalnya huruf S atau B

dalam satu menit.9,10

8

Page 9: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

Bentuk afasia EkspresiKomprehensi

verbalRepetisi Menamai

Komprehensi

membacaMeulis Lesi

Broca

(ekspresif)

Tidak

Lancar

Relatif

terpeliharaTerganggu Terganggu Bervariasi Terganggu

Frontal

inferior-

superior

Wernicke

(reseptif)Lancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu

Temporal

superior-

posterior

GlobalTidak

LancarTerganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu

Frontal

temporal

Konduksi LancarRelatif

terpeliharaTerganggu Terganggu Bervariasi Terganggu

Fasikulus

arkualus gyrus

supra marginal

Anomic LancarRelatif

tepeliharaTerpelihara Terganggu Bervariasi Bervariasi

Gyrus angular,

temporal

superior

inferior

Transkortikal

motor

Tidak

Lancar

Relatif

TergangguTerpelihara Terganggu Bervariasi Terganggu

Peri-sylvian

anterior

Transkortikal

sensorikLancar Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu Terganggu

Peri sylvian-

posterior

Mixed

transcortical

Tidak

lancarTerganggu Terpelihara Terganggu Terganggu Terganggu

Peri-

sylvianAnterior

dan posterior

Tabel. Jenis-jenis aphasia

9

Page 10: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

B. Cara Penilaian

Pemeriksaan komprehensi (pemahaman) bahasa lisan, kita dapat

melakukan evaluasi pemahaman (komprehensi) secara klinis yaitu:9,10

1) Melakukan koversasi, suruhan, pilihan (ya atau tidak) dan

menunjuk untuk menilai kemampuan memahami.

2) Pemeriksaan repetisi (mengulang), mulai dari satu kata hingga

suatu kalimat.

3) Evaluasi bagaimana pasien bicara spontan, komprehensi, repetisi,

dan naming

Penilaian afasia juga dapat menggunakan Boston Diagnostic Aphasia

Examination, Western Aphasia Battery, Boston Naming Test, Token Test, dan

Action Naming Test. Dengan melakukan penilaian yang sistematis kita dapat

mengidentifikasi adanya afasia serta jenisnya.9,10

10

Page 11: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

V. Kesimpulan

Kesadaran adalah kesiagaan “awareness” seseorang terhadap peristiwa-

peristiwa di lingkungannya serta peristiwa-peristiwa kognitif  yang meliputi

memori, pikiran, perasaan dan sensasi-sensasi fisik. Kesadaran memiliki beberapa

tingkatan yang dapat ditentukan dengan cara melakukan pemeriksaan Glasgow

coma scale. Orientasi adalah kemampuan untuk mengaitkan keadaan sekitar

dengan masa lampau. Dan seseorang dikatakan lancar berbicara apabila bicara

spontannya lancar, tanpa tertegun-tegun dan mencari kata yang diinginkan.

11

Page 12: Referat Penilaian Gcs, Orientasi, Berbicara, Berbahasa Serta Afasia

DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Gangguan fungsi luhur. In: buku ajar neurologi klinis 5th

Edition. Yogyakarta: Gadjah Mada Unversity Press. 2011. P.3-8.

2. Fadhia N. Ulfiana E. Ismono SR. 2012. Hubugngan Fungsi Kognitif

Dengan Kemandirian Dalam Melakukan Activities of Dayly Living (ADL)

pada Lansia di UPT PSLU Pasuruan. Uiversitas Airlangga.

3. Lindsay. Ian Bone. Examination of The Unconscious Patient. In:

Neurology & Neurosurgery Illustrated. International Ed. P.30

4. Maurice Victor. Allan H. Craniocerebral Trauma. In: Principle of

Neurology 7th Ed.2001. P.713-14

5. Mahardjono M. Sidharta P. Kesadaran dan Fungsi Luhur. In: Neurologis

Klinis Dasar 15th Ed. Jakarta: PT-Dian Rakyat.

6. Rowland lewis. Pedley Timothy. Head injury. In: Merrit’s Neurology 12 th

Ed. 2013. P.485-86

7. Japardi I. Gangguan Fungsi Luhur. Bagian Bedah: Fakultas Kedokteran

Uniersitas Sumatera Utara.

8. Lumbantobing SM. NEUROLOGI KLINIK: Pemeriksaan Fisik dan

Mental 15th Ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2012. P.155-97.

9. Rowland lewis. Pedley Timothy. Aphasia apraxia and agnosia. In: Merrit’s

Neurology 12th Ed. 2013. P.10-2

10. John C.M. Brust MD. Aphasia apraxia and agnosia. In: Current Diagnosis

& Treatment. International Ed. 2013. P.35-7

12