Afasia Anomik PP

38
LAPORAN KASUS AFASIA ANOMIK OLEH: SETYO BUDI UTOMO (08700162) PEMBIMBING:

description

neuro

Transcript of Afasia Anomik PP

LAPORAN KASUSAFASIA ANOMIK

OLEH:SETYO BUDI UTOMO

(08700162)

PEMBIMBING:

LAPORAN KASUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Munawaroh

Umur : 50 tahun

Alamat : Trenggilis, Blooto

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status : Menikah

No RM : S1409051010

Tanggal MRS : 11 September 2014

Tanggal Pemeriksaan : 11 September 2014

POLI SARAF 11 – 09 - 2014

ANAMNESA PROBLEM ASSESMENT PLANING

Hetero Anamnesa :Merasa bicara bingung dan lupa sejak 1 hari yg lalu.Sulit menyebutkan sesuatu, namun mengerti ketika diajak bicara.

Sulit menyebutkan nama benda dan kegunaannya. Merasa bingung.

CVA Infark Afasia

P. Diagnosa : Cek Lab EKG Foto Thorak

P. TERAPI :dr. Tedy Sp. S Inf. RL 20 tpm Inj. Piracetam 3x3 Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1

DL 11 – 09 - 2014

EKG 11 – 09 - 2014

FOLLOW UP 12 – 09 – 2014 (hari ke 2)S O

Bicara bingung dan pelupa Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) Mual (-) Muntah (-) Makan sedikit Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 160/100 mmHg N : 82 x/menit T : 37 ‘C RR : 20 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 12 – 09 – 2014 (hari ke 2)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Infark

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP CT Scan

FOLLOW UP 13 – 09 – 2014 (hari ke 3)S O

Bicara bingung dan pelupa Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (-) Mual (-) Muntah (-) Makan sedikit Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 140/90 mmHg N : 80 x/menit T : 36,7 ‘C RR : 20 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 13 – 09 – 2014 (hari ke 3)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP

FOLLOW UP 15 – 09 – 2014 (hari ke 5)S O

Pasien tidak bisa menyebutkan nama benda, tp bisa menyebutkan fungsinya Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (-) Mual (-) Muntah (-) Makan sedikit Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 130/80 mmHg N : 88 x/menit T : 36,5 ‘C RR : 24 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 15 – 09 – 2014 (hari ke 5)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP

FOLLOW UP 16 – 09 – 2014 (hari ke 6)S O

Pasien tidak bisa menyebutkan nama benda, tp bisa menyebutkan fungsinya Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) mbliyur Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 150/90 mmHg N : 85 x/menit T : 36,5 ‘C RR : 20 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 16 – 09 – 2014 (hari ke 6)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP

FOLLOW UP 17 – 09 – 2014 (hari ke 7)S O

Pasien tidak bisa menyebutkan nama nama jari Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) mbliyur Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 130/80 mmHg N : 82 x/menit T : 35,8 ‘C RR : 22 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 17 – 09 – 2014 (hari ke 7)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP

FOLLOW UP 18 – 09 – 2014 (hari ke 8)S O

Pasien tidak bisa menyebutkan nama nama jari Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) mbliyur, sudah membaik Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 150/100 mmHg N : 83 x/menit T : 36,5 ‘C RR : 21 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 18 – 09 – 2014 (hari ke 8)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP

FOLLOW UP 19 – 09 – 2014 (hari ke 9)S O

Pasien belum bisa menyebutkan nama nama jari Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) mbliyur, kadang Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 140/90 mmHg N : 84 x/menit T : 36,2 ‘C RR : 21 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 19 – 09 – 2014 (hari ke 9)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP Konsul Rehab

FOLLOW UP 20 – 09 – 2014 (hari ke 10)S O

Membaik mulai mengenal nama jari Mengerti dan paham diajak bicara Pusing (+) mbliyur, kadang Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 130/80 mmHg N : 80 x/menit T : 37 ‘C RR : 22 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +1 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +1 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 20 – 09 – 2014 (hari ke 10)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

Inf. RL 20 tpm Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3 Konsul Sp. JP Konsul Rehab

FOLLOW UP 22 – 09 – 2014 (hari ke 12)S O

Sudah tidak ada keluhan Mual (-) Muntah (-) Makan dbn Minum dbn BAB/BAK dbn

Status Internis : KU : cukup Kesadaran : CM TD : 160/110 mmHg N : 80 x/menit T : 37 ‘C RR : 22 x/menit K/L : a/i/c/d -/-/-/- Thor : Simetris, ret (-) C : S1S2 tunggal, m (-), g (-) P : ves, rk (-), wh (-) Abd : Soepel, BU (+)N, met(-) Ekts : Akral hangat (+) Odem (-)

Status Neurologis : GCS : 456 Meningeal Sign : Kaku kuduk (-) Burdzinsky I (-) Laseque (-) Kernig (-) Motorik : Tangan 5 / 5 Kaki 5 / 5 N. VII dbn N. XII dbn R. Fisiologis : BPR +2 / +2 TPR +2 / +2 APR +2 / +2 KPR +2 / +2 R. Patologis : Babinski (-) Openhim (-) Chaddock (-)

FOLLOW UP 22 – 09 – 2014 (hari ke 12)A P

Diagnosa Topis : Afasia Anomik Diagnosa Etiologi : Cortical Diagnosa Klinis : CVA Bleeding

AFASIA

DEFINISI

Afasia merupakan gangguan bahasa atau komunikasi akibat

terjadinya gangguan atau kerusakan otak.

ETIOLOGI

1. Stroke

Stroke menyebabkan darah tidak mampu mencapai bagian tertentu otak yang

antara lain dipicu oleh kematian sel otak karena tidak mendapatkan cukup

oksigen.

2. Benturan pada kepala

Benturan keras ke kepala juga dapat merusak otak.

3. Infeksi dan tumor

Infeksi dan tumor pada otak bisa menyebabkan afasia.

Kerusakan ini dapat mempengaruhi pemahaman bahasa serta kemampuan

membaca dan menulis.

KLASIFIKASI

AFASIA LANCARBicara lancar, artikulasi baik dan irama baik, tapi isi pembicaraannya tidak berisi atau bermakna1. A. Sensorik (wernicke)

- Pemahaman bahasa terganggu- Lesi di bagian posterior dari girus temporal superior- Lesi subkortikal, merusak isthmus temporal

2. A. Konduksi- Gangguan berat pada repetisi- Gangguan menulis- Anomia berat

3. A. Amnesik (anomik)4. A. Transkortikal Sensorik

MANIFESTASI KLINIS

1. Ketidakmampuan untuk memahami percakapan

2. Ketidakmampuan untuk membaca (aleksia)

3. Ketidakmampuan untuk menulis (agraphia)

4. Ketidakmampuan untuk bicara, lumpuh otot

5. Ketidakmampuan untuk membentuk huruf

6. Lemah berbicara

7. Perkataan yg tidak sesuai atau salah

8. Ketidakmampuan untuk mengulangi pembicaraan

MANIFESTASI KLINIS

1. Afasia global. Afasia global ialah bentuk afasia yang paling berat. Keadaan ini

ditandai oleh tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip.

Afasia global hampir selalu disertai hemiparese atau hemiplegia yang menyebabkan invaliditas khronis yang parah.

Penyebab :

a. Lesi luas yang merusak sebagian besar atau semua daerah bahasa.

b. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya. Kemungkinan pulih ialah buruk.

MANIFESTASI KLINIS

2. Afasia Broca. Bentuk afasia ini ditandai oleh bicara yang tidak lancar, dan

disartria, serta tampak melakukan upaya bila berbicara. Pasien sering atau paling banyak mengucapkan kata benda dan kata kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata bahasa

Penyebab :a. Lesi yang menyebabkan afasia Broca mencakup daerah

Brodmann 44 dan sekitarnya. b. Lesi yang mengakibatkan afasia Broca biasanya melibatkan operkulum frontal (area Brodmann 45 dan 44) dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks motorik bawah dan massa alba paraventrikular tengah).

MANIFESTASI KLINIS

3. Afasia Wernicke. Pada kelainan ini pemahaman bahasa

terganggu. Ditandai oleh ketidakmampuan memahami

bahasa lisan dan tidak mampu memahami kata yang diucapkan.

Pengulangan (repetisi) terganggu berat.

Menamai (naming) umumnya parafasik. Membaca dan menulis juga terganggu berat.

Penyebabnya adalah lesi yang terletak di daerah bahasa bagian posterior

MANIFESTASI KLINIS

4. Afasia transkortikal. Ditandai oleh repetisi bahasa lisan yang baik (terpelihara),

namun fungsi bahasa lainnya terganggu Penyebab :

a. Lesi yang luas, berupa infark berbentuk bulan sabit, di dalam zona perbatasan antara pembuluh darah serebral mayor

b. Anoksia sekunder terhadap sirkulasi darah yang menurun, seperti yang

dijumpai pada henti-jantung (cardiac arrest).

c. Oklusi atau stenosis berat arteri karotis.

d. Anoksia oleh keracunan karbon monoksida.

e. Demensia.

MANIFESTASI KLINIS

5. Afasia anomik Kesulitan dalam menemukan kata dan tidak mampu

menamai benda Berbicara spontan biasanya lancar dan kaya dengan

gramatika, namun sering tertegun mencari kata dan terdapat parafasia mengenai nama objek.

Penyebabnya banyak tempat lesi di hemisfer dominan.

DIAGNOSA

Pemeriksaan Fisik :

1. Pemeriksaan pemahaman (komprehensi) bahasa lisan

2. Pemeriksaan repetisi (mengulang)

3. Pemeriksaan menamai dan menemukan kata

4. Pemeriksaan sistem bahasa

5. Pemeriksaan berbicara - spontan

6. Pada semua pasien dengan afasia didapatkan juga gangguan membaca dan menulis (aleksia dan agrafia)

Pemeriksaan Penunjang :

7. Tes genetik (mutasi gen)

8. Tes darah (infeksi dan jenis obat)

9. Test pencitraan (melihat kondisi otak)

TERAPI

Latihan berbahasa dan latihan pemahaman

PROGNOSIS

Tergantung pada berat atau tidaknya defek inisial

RESUME

Px. Datang berobat ke Poli Saraf Px. Terlihat bingung

Px. Bingung dalam berbicara

Px. Tidak bisa menyebutkan nama benda dan kegunaannya Px. Diberi terapi : Inf. RL 20 tpm

Inj. Antrain 3x1 Inj. Ranitidin 2x1 Inj. Piracetam 3x3

Setelah dirawat di Rumah Sakit selama 12 hari, px. Sekarang sudah bisa mengingat dan menyebutkan nama benda serta kegunaannya dengan benar