referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua bagian unit tersebut (Anonim, 2006). Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama kehamilan. Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil menggunakan obat dan suplemen pada saat periode organogenesis sedang berlangsung sehingga terjadi resiko cacat janin lebih besar (Anonim, 2006). Pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan obat saat hamil sangat penting bagi farmasis klinis yang diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan kefarmasian untuk kelompok pasien tersebut (Aslam dkk, 2001). Sekitar 35% wanita di Inggris minum obat sekurang– kurangnya sekali selama hamil, meskipun hanya 6% minum suatu obat selama trimester pertama. Selain suplemen besi dan vitamin serta obat–obat yang digunakan selama bersalin. Obat yang paling banyak dipakai adalah analgetik non-narkotik, yang diminum oleh 12,9% wanita; obat antibakteri, diminum oleh 10,3% wanita; dan antasida, 2 diminum oleh 7,4% wanita. Sebuah 1

description

Referat Dokter Muda FK Univ. Hang Tuah

Transcript of referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

Page 1: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKehamilan merupakan suatu proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh

wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa

kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu

hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua

bagian unit tersebut (Anonim, 2006).

Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama

kehamilan. Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau

gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil menggunakan

obat dan suplemen pada saat periode organogenesis sedang berlangsung sehingga

terjadi resiko cacat janin lebih besar (Anonim, 2006).

Pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan obat saat hamil sangat

penting bagi farmasis klinis yang diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam

pelayanan kefarmasian untuk kelompok pasien tersebut (Aslam dkk, 2001).

Sekitar 35% wanita di Inggris minum obat sekurang–kurangnya sekali selama

hamil, meskipun hanya 6% minum suatu obat selama trimester pertama. Selain

suplemen besi dan vitamin serta obat–obat yang digunakan selama bersalin. Obat

yang paling banyak dipakai adalah analgetik non-narkotik, yang diminum oleh 12,9%

wanita; obat antibakteri, diminum oleh 10,3% wanita; dan antasida, 2 diminum oleh

7,4% wanita. Sebuah tinjuan tentang penelitian epidemiologi pada kehamilan di

Amerika Utara dan Eropa selama jangka waktu 25 tahun menemukan tingkat

penggunaan obat yang selalu tinggi (Rubin, 2000).

Menurut perkiraan, penggunaan obat–obatan selama kehamilan bertanggung

jawab atas gangguan perkembangan yang ada kalanya timbul pada bayi dan anak

kecil sampai usia 5 tahun. Keamanan suatu obat harus dibuktikan berdasarkan hasil

percobaan hewan sewaktu registrasi untuk mendapatkan izin peredarannya. Namun,

hasil eksperimen pada hewan tidak selalu boleh diekstrapolir kepada manusia.

Contoh yang terkenal dan berakibat buruk adalah peristiwa talidomida (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Peresepan obat pada wanita hamil menjadi pembicaraan luas setelah krisis

talidomid yang mengakibatkan penarikan obat tersebut pada tahun 1961. Kenyataan

1

Page 2: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

bahwa obat dapat menembus sawar uri dan bisa menyebabkan efek yang

berbahaya pada janin sangat diperhatikan dalam pengobatan pada wanita hamil.

Banyak perusahaan obat yang ragu untuk menganjurkan penggunaan obatnya pada

ibu hamil dan sering memberikan pernyataan yang spesifik seperti “jangan

digunakan pada kehamilan kecuali bila manfaatnya melebihi resiko pengobatannya”.

Namun, pemberian obat sering kali diperlukan dan diperkirakan bahwa 90% wanita

pernah mendapat sekitar 3 atau 4 obat selama masa kehamilannya. Laporan lain

menyimpulkan bahwa sepertiganya wanita hamil mendapatkan sedikitnya satu seri

pengobatan yang baru (Aslam dkk, 2001).

Kategori keamanan obat pada kehamilan yang digunakan oleh United States

Food and Drug Administration (FDA) tidak mengimplikasikan adanya peningkatan

resiko mulai dari kategori A sampai X. Obat dikategorikan berdasarkan resiko

terjadinya efek samping terhadap sistem reproduksi dan perkembangan, serta

besarnya faktor resiko dibandingkan dengan besarnya manfaat terapeutik. Obat

dengan kategori D, X, dan C, mungkin memiliki faktor resiko yang sama besar, tetapi

berbeda dalam hal perbandingan besar resiko dan manfaat terapeutik (Anonim,

2007).

Perhatian yang besar perlu dilakukan dalam penggunaan obat pada wanita

hamil.Potensi penyebab bahaya pada janin dan bayi yang disusui harus

dipertimbangkan pada setiap bahan yang digunakan oleh ibu. Meskipun beberapa

obat terbukti menunjukkan efek teratogenik pada manusia, tidak ada obat yang

sama sekali aman pada masa awal kehamilan. Namun, dokter dan farmasi klinis

juga harus mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi bila penyakit kronis pada

wanita hamil tidak diobati, seperti misalnya epilepsi (Aslam dkk, 2001).

1.2 TujuanMelaksanakan pelayanan kefarmasian dan pengawasan keamanaan

penggunaan obat yang aman pada ibu hamil.

1.3 ManfaatUntuk menghindari terjadinya efek teratogenik pada janin yang dikandung

oleh ibu serta menghindari terjadinya kecacatan pada bayi saat lahir

2

Page 3: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan 2.1.1 Proses kehamilan dibagi manjadi 3 trimester, yaitu:

1. Trimester pertama (0-12 minggu)

Periode ini merupakan waktu pembentukan sekaligus perkembangan

pesat dari semua sistem dan organ tubuh bayi. Berbagai gejala kehamilan

akan dating di trimester kehamilan pertama, misalnya pembesaran payudara,

sering buang air kecil, konstipasi, mual muntah, merasa lelah, sakit kepala,

pusing, emosional, dan peningkatan berat badan.

2. Trimester kedua (13-27 minggu)

Ini merupakan periode penyempurnaan sistem organ umum dan mulai

berfungsinya berbagai sistem organ dari janin. Sistem organ mulai

berkembang meliputi sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem gastrointestinal,

sistem saraf dan neuromuscular, sistem saraf khusus(indra), sistem

perkemihan dan sistem endokrin. Saat ini ibu akan mengalami perubahan

seperti perasaan lebih nyaman serta meningkatnya kebutuhan mempelajari

perkembangan dan pertumbuhan jainin, kadang tampak egosentris dan

berpusat pada diri sendiri (Yulikhah, 2006)

3. Trimester ketiga (28-40 minggu)

Periode ini merupakan penyempurnaan fungsi dari berbagai organ.Ciri

perkembangan akhir masa janin adalah perlambatan pertumbuhan kepala

relative terhadap pertumbuhan badan.Awal bulan ketiga ukuran kepala

merupakan separuh ukuran bokong (crown-rumph length, CRL).Pada bulan

kelima ukuran kepala relatif berkurang sepertiga dari CRL, sampai pada saat

lahir menjadi seperempat dari CRL.Penurunan ukuran kepala seiring dengan

pertumbuhan badan dan ekstremitas. Perubuhan tingkah laku pada ibu

seperti perasaan aneh smbrono, lebih pendiam, dan merefleksikan

pengalaman masa lalu.(Yulikhah, 2006)

3

Page 4: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

2.1.2 Masalah yang sering terjadi pada kehamilan:1. Toksoplasmosis

Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik disebabkan oleh

Toxoplasma gondii.Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita

hamil.Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama menyebabkan

20% janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin. Bila ibu terinfeksi

trimester ke 3 maka 65 % janin akan terinfeksi.

Beberapa cara pencegahan dapat dilakukan seperti memasak daging sampai

matang dan menjaga agar tempat bermain anak tidak tercemar kotoran

hewan ternak.

2. Sifilis

Penyakit ini disebabkan oleh Treponema pallidum.Penyakit ini dapat

ditularkan memlallui plasenta sepanjang masa kehamilan.Respon janin biasa

terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan, dengan gejala

hepatosplenomegali, icterus, petheciae, meningoencephalitis, khorioretinitis,

dan lesi tulang.Infeksi ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat

badan rendah atau kematian.

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan yaitu promosi kesehatan tentang

penyakit menular sexual.

3. HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus pada janin penularan terjadi

secara transplasenta, akibat pemaparan darah, dan secret cervix selama

persalinan.Kebanyakan bayi yang terinfeksi HIV menunjukan gejala pada saat

lahir. Pencegan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak sexual

dengan banyak pasangan dan screening darah lebih ketat.

4. Rubella (German Measles)

Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella family Togaviridae dan genus

Rubivirus.Pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterine masa

inkubasi rata-rata 16-18 hari.Rubella hanya mengancam janin bila didapat

saat pertengahan pertama.Semakin awal ibu hamil terinfeksi rubella semakin

serius akibatnya pada bayi, yaitu kematian janin intrauterine, abortus spontan,

atau malformasi kongenital sebagian besar tubuh.

4

Page 5: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

5. Herpes Simpleks (Herpervirus hominis)

Penyakit ini disebabkan oleh HSV (Herpes Simplex Virus) infeksi pada bayi

didapat secara perinatal diakibatkan persalinan lama sehingga virus naik

melalui mukosa yang sobek untuk menginfeksi janin gejala mulai timbul pada

minggu pertama kehidupan tetapi kadang pada minggu ke 2 atau 3.

Pencegahan bisa dilakukan dengan pendidikan kesehatan terutama kontak

dengan bahan infeksius, menggunakan kondom, dan menggunakan sarang

tangan dalam menangani kasus infeksius.

6. Toksoplasmosis

Penyakit ini merupakan penyakit protozoa sistemik disebabkan oleh

Toxoplasma gondii.Pola transmisinya ialah transplasenta pada wanita

hamil.Bila infeksi ini mengenai ibu hamil trimester pertama menyebabkan

20% janin terinfeksi toksoplasma atau kematian janin. Bila ibu terinfeksi

trimester ke 3 maka 65 % janin akan terinfeksi.

Beberapa cara pencegahan dapat dilakukan seperti memasak daging sampai

matang dan menjaga agar tempat bermain anak tidak tercemar kotoran

hewan ternak.

7. Sifilis

Penyakit ini disebabkan oleh Treponema pallidum.Penyakit ini dapat

ditularkan memlallui plasenta sepanjang masa kehamilan.Respon janin biasa

terjadi setelah pertengahan kedua kehamilan, dengan gejala

hepatosplenomegali, icterus, petheciae, meningoencephalitis, khorioretinitis,

dan lesi tulang.Infeksi ini juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat

badan rendah atau kematian.

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan yaitu promosi kesehatan tentang

penyakit menular sexual.

8. HIV/AIDS

Penyakit ini terjadi karena infeksi retrovirus pada janin penularan terjadi

secara transplasenta, akibat pemaparan darah, dan secret cervix selama

persalinan.Kebanyakan bayi yang terinfeksi HIV menunjukan gejala pada saat

lahir. Pencegan bisa dilakukan dengan cara menghindari kontak sexual

dengan banyak pasangan dan screening darah lebih ketat.

5

Page 6: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

9. Rubella (German Measles)

Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella family Togaviridae dan genus

Rubivirus.Pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterine masa

inkubasi rata-rata 16-18 hari.Rubella hanya mengancam janin bila didapat

saat pertengahan pertama.Semakin awal ibu hamil terinfeksi rubella semakin

serius akibatnya pada bayi, yaitu kematian janin intrauterine, abortus spontan,

atau malformasi kongenital sebagian besar tubuh.

10. Herpes Simpleks (Herpervirus hominis)

Penyakit ini disebabkan oleh HSV (Herpes Simplex Virus) infeksi pada bayi

didapat secara perinatal diakibatkan persalinan lama sehingga virus naik

melalui mukosa yang sobek untuk menginfeksi janin gejala mulai timbul pada

minggu pertama kehidupan tetapi kadang pada minggu ke 2 atau 3.

Pencegahan bisa dilakukan dengan pendidikan kesehatan terutama kontak

dengan bahan infeksius, menggunakan kondom, dan menggunakan sarang

tangan dalam menangani kasus infeksius.

2.2 Perubahan Farmakokinetika Obat Akibat Perubahan Maternal1. Absorbsi saluran cerna

Pada wanita hamil terjadi penurunan sekresi asam lambung (40%

dibandingkan wanita tidak hamil), dan peningkatan sekresi mucus, dimana

kombinasi keduanya menyebabkan peningkatan pH lambung dan kapaitas

buffer.(Nindya,S., 2001)

2. Absorbsi paru

Pada kehamilan terjadi peningkatan curah jantung, tidal volume, ventilasi,

dan aliran darah paru.Perubahan ini mengakibatkan peningkatan absorbsi

alveolar, sehingga perlu pertimbangan dalam memberikan obat inhalasi.

(Nindya,S., 2001)

3. Distribusi

Volume distribusi obat akan mengalami perubahan selama kehamilan

akibat peningkatan jumlah plasma hingga 50%. Peningkatan curah jantung

akan berakibat peningkatan aliran darah ginjal hingga 50% pada akhir

trimester 1, dan peningkatan aliran darah uterus yang mencapai

puncaknyapada aterm (36-42L/jam); 80% akan menuju plasenta dan 20%

6

Page 7: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

akan mendarahi myometrium. Akibat peningkatan jumlah volume ini, terjadi

penurunan kadar puncak obat (Cmax) dalam serum.(Nindya,S., 2001)

4. Pengikatan protein

Sesuai perjalanan kehamilan, volume plasma akan bertambah, tetapi tidak

diikuti dengan peningkatan produksi albumin, sehingga menimbulkan

hipoalbuminemia fisiologis yang mengakibatkan kadar obat bebas akan

meningkat. Hanya obat yang tidak terikat protein yang dapat melewati

membran.(Nindya,S., 2001)

5. Eliminasi oleh hati

Fungsi hati dalam kehamilan banyak dipengaruhi oleh kadar estrogen dan

progesterone yang tinggi. Pada beberapa obat, seperti phenytoin,

metabolisme hati meningkat mungkin akibat rangsangan pada aktivitas enzim

mikrosom hati yang disebabkan oleh hormone progesterone; sedangkan

obat-obat seperti teofilin dan kafein, eliminasi hati berkurang sebagai akibat

sekunder inhibisi kompetitif dari enzim oksidase mikrosom oleh estrogen dan

progesterone.(Nindya,S., 2001)

6. Eliminasi ginjal

Pada kehamilan terjadi peningkatan aliran plasma renal 25-50%. Obat-obat

yang dikeluarkan dalam bentuk utuh dalam urin seperti penisilin, digoxin, dan

lithium menunjukkan eliminasi dan konsentrasi serum steady state yang lebih

rendah.(Nindya,S., 2001)

2.3 Farmakodinamik pada kehamilanEfek obat pada jaringan reproduksi, uterus, dan kelenjar susu, pada

kehamilan kadang dipengaruhi oleh hormone-hormon sesuai dengan fase

kehamilan. Efek obat pada jaringan tidak berubah bermakna karena kehamilan tidak

berubah, walau terjadi perubahan curah jantung dan aliran darah ginjal.Perubahan

tersebut kadang menyebabkan wanita hamil membutuhkan obat yang tidak

dibutuhkan pada saat tidak hamil.

2.4.      Teratogen

Teratogen adalah suatu obat atau zat yang menyebabkan pertumbuhan janin

yang abnormal.Kata teratogen berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘teratos’, yang

7

Page 8: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

berarti monster, dan ‘genesis’ yang berarti asal. Jadi teratogenesis didefinisikan

sebagai asalterjadinya monster atau proses gangguan proses pertumbuhan

yangmenghasilkan monster (Liana, 2014).

Banyak kejadian yang dikehendaki untuk perkembangan dari organisme baru

yang memiliki kesempatan besar dalam tindakan tersebut untuk menjadi suatu

kesalahan. Pada kenyataannya, kira-kira satu dari tiga kali keguguran embrio pada

manusia, sering tanpa diketahui oleh si Ibu bahwa dia sedang hamil. Perkembangan

abnormal yang lain tidak mencelakakan embrio tetapi kelainan tersebut akan

berakibat pada anak. Kelainanan perkembangan ada dua macam, yaitu: kelainan

genetik dan kelainan sejak lahir. Kelainan genetik dikarenakan titik mutasi atau

penyimpangan kromosom dan akibat dari tidak ada atau tidak tepatnya produk

genetik selama meiosis atau tahap perkembangan. Down syndrome hanyalah salah

satu dari banyak kelainan genetik. Kelainan sejak lahir tidak diwariskan melainkan

akibat dari faktor eksternal, disebut teratogen, yang mengganggu proses

perkembangan yang normal. Pada manusia, sebenarnya banyak zat yang dapat

dipindahkan dari sang ibu kepada keturunannya melalui plasenta, yaitu teratogen

potensial. Daftar dari teratogen yang diketahui dan dicurigai meliputi virus, termasuk

tipe yang menyebabkan kasus penyakit campak Jerman, alkohol, dan beberapa

obat, termasuk aspirin (Liana, 2014).

Teratogenesis adalah pembentukan cacat bawaan.Kelainan ini sudah

diketahui selama beberapa dasawarsa dan merupakan penyebab utama morbiditas

serta mortilitas pada bayi yang baru lahir.Setelah pembuahan, sel telur mengalami

proliferasi sel, diferensiasi sel, dan organogenesis. Embrio kemudian melewati suatu

metamorfosis dan periode perkembangan janin sebelum dilahirkan (Liana, 2014).

Ada sejumlah bahan yang/diduga bersifat teratogenik pada manusia dan

hewan, antara lain:

- Radiasi ion (senjata atom, radioidine, dan terapi radiasi).

- Infeksi cytomegalovirus, virus herpes, parvovirus B-19, virus rubella, syphilis

dan toksoplasmosis.

- Ketidakseimbangan metabolisme, misalnya karena konsumsi alkohol selama

kehamilan, kretinisme endemic, diabetes, defisiensi asam folat, hipertermia,

fenilketonuria, reumatik dan penyakit jantung bawaan.

8

Page 9: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

- Komponen kimia obat dan lingkungan seperti 13-cis-retinoic acid, isotretionin

(accutane), aminopterin, hormone androgenic, busulfan, kaptoril, enalapril,

dan sebagainya.

Kontak dengan komponen teratogenik bisa menyebabkan abnormalitas

struktural yang sangat beragam pada janin, seperti bibir sumbing, langit-langit mulut

belah, dysmelia, anencephaly dan penyimpangan pada ventricular septal (Liana,

2014)

2.4.1 Faktor-Faktor  PenyebabTeratogen

Faktor yang menyebabkan cacat ada dua kelompok, yaitu faktor genetis dan

lingkungan.

Faktor genetis terdiri dari :

1) Mutasi, yakni perubahan pada susunan nukleotida gen (ADN). Mutasi

menimbulkan alel cacat, yang mungkin dominan atau resesif.

2) Aberasi, yakni perubahan pada susunan kromosom. Contoh cacat karena

ini adalah berbagai macam penyakit turunan sindroma.

Faktor lingkungan terdiri atas :

1) Infeksi, cacat dapat terjadi jika induk yang kena penyakit infeksi, terutama

oleh virus.

2) Obat, berbagai macam obat yang diminum ibu waktu hamil dapat

menimbulkan cacat pada janinnya.

3) Radiasi, ibu hamil yang diradiasi sinar-X , ada yang melahirkan bayi cacat

pada otak. Mineral radioaktif tanah sekeliling berhubungan erat dengan

lahir cacat bayi di daerah bersangkutan.

4) Defisiensi, ibu yang defisiensi vitamin atau hormon dapat menimbulkan

cacat pada janin yang sedang dikandung.

5) Emosi, sumbing atau langit-langit celah, kalau terjadi pada minggu ke-7

sampai 10 kehamilan orang, dapat disebabkan emosi ibu.emosi itu

mungkin lewat sistem hormon (Liana, 2014).

2.4.2 Mekanisme kerja teratogenKerentanan terhadap teratogen berbeda-beda menurut stadium

perkembangan saat paparan.Masa yang paling sensitif untuk menimbulkan cacat

9

Page 10: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

lahir pada manusia adalah masa kehamilan minggu ketiga hingga

kedelapan.Masing-masing sistem organ mempunyai satu atau beberapa stadium

kerentanan.Manifestasi perkembangan abnormal tergantung pada dosis dan

lamanya paparan terhadap suatu teratogen. Teratogen bekerja dengan cara spesifik

pada sel-sel dan jaringan ringan yang sedang berkembang untuk memulai

patogenesis yang abnormal. Manifestasi perkembangan abnormal adalah kematian,

malformasi, keterlambatan perkembangan, dan gangguan fungsi (Anonimus, 2003).

Beberapa obat yang memiliki efek teratogenik adalah (Tanama, 2014):

OBAT EFEK TERATOGENIK

Tetrasiklin Perubahan warna dan cacat gigi,

pertumbuhan tulang terhambat

Alkohol IQ rendah, sindrom janin alcohol

Obat antitiroid Janin gondok dan hipotiroid

Warfarin Hidung tertekan, cacat mata, cacat

tangan

Fenitoin Bibir sumbing, mikrosefalus

Karbamazepin Cacat saraf

Isotretinoin Cacat CNS

2.5 Mekanisme Transfer Obat melalui PlasentaObat – obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat menembus sawar

plasenta sebagaimana halnya dengan nutrisi yang dibutuhkan janin, dengan

demikian obat mempunyai potensi untuk menimbulkan efek pada

janin.Perbandingan konsentrasi obat dalam plasma ibu dan janin dapat member

gambaran pemaparan janin terhadap obat – obatan yang diberikan kepada ibunya.

Waddell dan Marlowe (1981) menetapkan bahwa terdapat 3 tipe transfer obat –

obatan melalui plasenta sebagai berikut:

Tipe I

10

Page 11: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

Obat – obatan yang segera mencapai keseimbangan dalam kompartemen ibu

dan janin, atau terjadi transfer lengkap dari obat tersebut. Yang dimaksud

dengan keseimbangan disini adalah tercapainya konsentrasi terapetik yang

sama secara simultan pada kompartemen ibu dan janin.

Tipe II

Obat – obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin lebih tinggi

daripada konsentrasi dalam plasma ibu atau terjadi transfer yang berlebihan.

Hal ini mungkin terjadi karena transfer pengeluaran obat dari janin

berlangsung lebih lambat.

Tipe III

Obat – obatan yang mempunyai konsentrasi dalam plasma janin lebih rendah

daripada konsentrasi dalam plasma ibu atau terjadi transfer yang tidak

lengkap.

Faktor – Faktor yang mempengaruhi transfer obat melalui plasenta antara lain

adalah:

Berat molekul obat

Pada obat dengan berat molekul lebih dari 500D akan terjadi transfer tak

lengkap melewati plasenta.

PKa (pH saat 50% obat terionisasi)

Ikatan antara obat dengan protein plasma

Mekanisme transfer obat melalui plasenta dapat dengan cara difusi, baik aktif

maupun pasif, transport aktif, fagositosis, pinositosis, diskontinuitas

membrane dan gradient elektrokimiawi.

2.6 Penatalaksanaan Terapi saat Kehamilan Pemberian obat – obatan pada ibu hamil tidak boleh sembarangan.Perlu

adanya perhatian khusus terhadap pemberian obat-obatan untuk ibu hamil dan

meyusui. Jika sang ibu mengkonsumsi obat, hal tersebut bisa berdampak pada janin

yang dikandung atau pada bayi yang menyusui.

Untuk itu, ada beberapa kriteria obat untuk ibu hamil. Menurut FDA (Food Drug

Asociation), ada 5 kategori obat untuk ibu hamil, yaitu:

11

Page 12: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

1. Kategori A

Obat – obatan yang masuk dalam kategori A ini merupakan obat – obatan

yang telah diteliti dengan baik namun gagal menunjukkan resiko ke janin

pada trimester pertama kehamilan dan tidak ada bukti resiko pada trimester

berikutnya. Dengan kata lain, obat – obatan yang masuk dalam kategori ini

aman untuk dikonsumsi si ibu dalam masa kehamilan (Fransiscus, 2012).

2. Kategori B

Obat – obat dalam kategori ini telah diuji pada hewan hamil dan bayinya

tidak menunjukkan adanya masalah yang berkaitan dengan obat yang

diberikan.Atau, pada penelitian terhadap hewan uji hamil yang diberikan obat

ada beberapa bayi yang memiliki masalah.Namun dalam penelitian yang

terkendali dengan baik terhadap manusia, wanita hamil yang menggunakan

obat dan bayinya tidak memiliki masalah yang berhubungan dengan

penggunaan obat (Fransiscus, 2012).

3. Kategori C

Pada kategori C ini, obat – obat yang diuji pada hewan hamil memiliki

beberapa bayi dengan masalah.Atau, tidak ada penelitian pada hewan yang

telah dilakukan dan belum ada penelitian yang memadai dan terkendali

dengan baik pada wanita hamil.Namun, potensi keuntungan dapat menjamin

penggunaan obat pada wanita hamil meskipun ada potensi resiko

penggunaan obat (Fransiscus, 2012).

4. Kategori D

Pada kategori ini, studi pada manusia dan laporan lain menunjukkan

bahwa wanita hamil yang menggunakan obat, beberapa bayi yang dilahirkan

memiliki masalah yang berkaitan dengan obat. Namun, dalam beberapa

situasi serius, obat mungkin masih membantu ibu dan bayi walaupun bisa

menyakiti mereka (Fransiscus, 2012).

5. Kategori X

Obat yang masuk dalam kategori ini merupakan obat – obatan yang tidak

boleh digunakan oleh wanita hamil.Studi atau laporan pada manusia atau

hewan menunjukkan bahwa ibu menggunakan obat selama kehamilan

membawa resiko yang sangat tinggi untuk perkembangan janin.Obat memiliki

resiko yang jelas lebih besar daripada manfaatnya (Fransiscus, 2012).

12

Page 13: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

2.7 Contoh Efek Beberapa Obat sesuai Kategori Obat untuk KehamilanObat – Obat yang Kemungkinan Memberikan Efek pada Janin jika Diberikan

pada 3 Bulan Pertama Kehamilan

No. Obat Efek yang mungkin dapat terjadi pada bayi1. ACE Inhibitor Hipoplasia paru dan ginjal2. Anti epilepsy Defek pada jantung, wajah, dan angota gerak, dan

retardasi mental3. Obat-obat sitotoksik Defek multiple, aborsi, retardasi pertumbuhan dan

lahir mati4. Diethylstilbestrol Anomali genital pada bayi laki-laki dan perempuan,

adenokarsinoma5. Androgen Virilisasi pada bayi perempuan6. Estrogen Feminisasi pada bayi laki-laki7. Litium Defek kardiovaskular8. Misoprostol Moebius sekuens (paranalis nervus kranial 6 dan 7)9. Retinoid Defek pada telinga, kardiovaskular dan tulang serta

disfungsi system saraf pusat10. Talidomid Defek pada anggota gerak11. Wafarin Hipoplasia ani, khondroplasia punctata

Obat yang Kemungkinan Memberi Efek pada Janin jika Diberikan setelah 3 Bulan Pertama Kehamilan

No. Obat Efek yang mungkin terhadap bayi1. ACE inhibitor dan

reseptor angiostensin IIOligohidroamnion, retradarsi pertumbuhan, hypoplasia paru dan ginjal

2. Aminoglikosida Ketulian, kerusakkan vestibular3. Antiepilepsi Retradarsi pertumbuhan, kemungkinan autism4. Benzodiazepin Depresi respirasi neonates5. Antagonis beta

adrenoreseptorKemungkinan IUGR, hipoglikemi, bradikardi neonatal

6. Obat-obat sitotoksik IUGR, lahir mati7. Dietilstilbestrol Adenokarsinoma vagina8. Narkotika Depresi pernapasan bayi, gejala withdrawal

13

Page 14: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

Bab 3PENUTUP

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologi yang perlu dipersiapkan oleh

wanita dari pasangan subur agar dapat dilalui dengan aman. Selama masa

kehamilan, ibu dan janin adalah unit fungsi yang tak terpisahkan. Kesehatan ibu

hamil adalah persyaratan penting untuk fungsi optimal dan perkembangan kedua

bagian unit tersebut (Anonim, 2006).

Obat dapat menyebabkan efek yang tidak dikehendaki pada janin selama

kehamilan. Selama kehamilan, seorang ibu dapat mengalami berbagai keluhan atau

gangguan kesehatan yang membutuhkan obat. Banyak ibu hamil menggunakan

obat dan suplemen pada saat periode organogenesis sedang berlangsung sehingga

terjadi resiko cacat janin lebih besar (Anonim, 2006).

Pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan obat saat hamil sangat

penting bagi farmasis klinis yang diharapkan dapat memberikan pengaruh dalam

pelayanan kefarmasian untuk kelompok pasien tersebut (Aslam dkk, 2001).

Menurut perkiraan, penggunaan obat–obatan selama kehamilan bertanggung

jawab atas gangguan perkembangan yang ada kalanya timbul pada bayi dan anak

kecil sampai usia 5 tahun. Keamanan suatu obat harus dibuktikan berdasarkan hasil

percobaan hewan sewaktu registrasi untuk mendapatkan izin peredarannya. Namun,

hasil eksperimen pada hewan tidak selalu boleh diekstrapolir kepada manusia.

Contoh yang terkenal dan berakibat buruk adalah peristiwa talidomida (Tjay dan

Rahardja, 2002).

Telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa kehamilan terdiri atas tiga

periode. periode tersebut adalah trimester pertama(periode pembentukan sekaligus

perkembangan pesat dari semua sistem dan organ bayi), trimester kedua(periode

penyempurnaan sistem organ umum dan mulai berfungsinya berbagai sistem organ

dari janin) dan trimester ketiga(penyempurnaan fungsi dari berbagai organ).

Masalah yang sering terjadi pada kehamilan ialah penyakit toksoplasmosis,sifilis, hiv

aids, german measles virus, herpesvirus hominis. Pada kehamilan juga terjadi

perubahan farmakokinetika obat akibat perubahan maternal seperti penurunan

sekresi asam lambung, peningkatan sekresi mucus sehingga menyebabkan

peningkatan pH lambung dan kapasitas buffer sehingga menyebabkan perubahan

14

Page 15: referat Penggunaan Obat Pada Ibu Hamil

absorbsi obat di saluran cerna. Masih banyak perubahan perubahan maternal yang

akhirnya pula berdampak pada absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat.

Perubahan efek obat terhadap ibu hamil juga kerap terjadi. Beberapa obat

bahakn ada yang menyebabkan pertumbuhan yang abnormal pada janin. Obat ini

biasa disebut obat teratogen. Banyak kejadian dari administrasi obat yang

sebenarnya ditujukan untuk perkembangan janin tetapi akibatnya tidak seperti yang

diharapkan. Beberapa bahan diduga bersifat teratogenik atau menyebabkan

pembentukan cacat bawaan pada janin seperti radiasi ion, beberapa jenis infeksi,

ketidak seimbangan metabolisme dan komponen kimia obat dan lingkungan

(Liana, 2014).

Pemberian obat – obatan pada ibu hamil tidak boleh sembarangan.Perlu

adanya perhatian khusus terhadap pemberian obat-obatan untuk ibu hamil dan

meyusui. Jika sang ibu mengkonsumsi obat, hal tersebut bisa berdampak pada janin

yang dikandung atau pada bayi yang menyusui. Karena itulah FDA ( Food Drug

Association) telah menentukan beberapa kriteria obat untuk ibu hamil sesuai tingkat

keamanan obat tersebut terhadap ibu hamil. Kriteria tersebut tentu saja ditujukan

untuk keamanan ibu hamil dan janinnya agar terhindar dari bahaya bahan kimia dari

obat-obatan yang tidak diinginkan (Fransiscus, 2012)

Daftar Pustaka :

Liana, 2014. Makalah toksiologi teratogenik, Fakultas Farmasi Universitas Setia

Budi, Surakarta

Nindya,S., 2001, http://www.cerminduniakedokteran.com Perubahan Farmakokinetik Obat pada Wanita Hamil dan Implikasinya secara Klinik, diakses tanggal 10 Maret 2009

Sarwono,P., 2011, ilmu kebidanan, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo, pp. 67-80

Tanama, 2014.Penggunaan obat pada ibu hamil, ISTN.

Yulikhah, L., 2006, kehamilan: seri asuhan kebidanan,Jakarta,penerbit buku

kedokteran EGC,pp. 44-47

15