Referat - OMA
-
Upload
amandadeviana -
Category
Documents
-
view
128 -
download
7
Transcript of Referat - OMA
OTITIS MEDIA AKUT
PENDAHULUAN
Otitis berasal dari kata oto yang artinya telinga dengan akhiran -itis dan otitis
secara harafiah berarti adanya suatu inflamasi pada telinga. Sedangkan otitis media
berarti inflamasi pada telinga tengah.
Secara anatomis, telinga tengah mencakup tulang pendengaran antara lain
malleus, incus dan stapes, membrane timpani dan saluran yang menghubungkan
telinga tengah dengan nasofarings (tuba eustachius), otot dan tendon antara lain
musculus stapedius dan musculus tensor timpani. Juga ditemukan 2 simpul saraf yaitu
bagian horizontal dari N. facialis dan cabang dari N. facialis itu sendiri yang dikenal
dengan chorda timpani. Sehingga otitis media dapat diartikan sebagai peradangan
sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, anthrum mastoid dan
sel-sel mastoid.
Gambar 1. Gambar telinga normal
Otitis media dibedakan menjadi otitis media suppurativa dan otitis media
nonsuppurativa. Otitis media suppurativa dapat bersifat akut (otitis media akut =
OMA) maupun bersifat kronis (otitis media suppurativa kronis = OMSK). Sedangkan
otitis media nonsuppurativa disebuta juga otits media serosa atau otitis media effusi
(OME). Dan otitis media serosa dapat dibagi menjadi otitis media serosa akut dan
otitis media serosa kronis.
Bagan 1. Klasifikasi otitis media
DEFINISI DAN PATOFISIOLOGI
Otitis media akut adalah inflamasi pada mukoperiosteum telinga tengah yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Pada keadaan normal telinga tengah adalah
steril. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim-enzim dan antibodi.
Otitis media terjadi karena mekanisme pencegahan ini terganggu.
Otitis Media
Otitis Media Suppurativa
Otitis Media NonSuppurativa/
Otitis Media Serosa
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Suppurativa
Kronis (OMSK)
Otitis Media serosa Akut
Otitis Media Serosa kronis
Namun sumber lain mengatakan bahwa pada telinga tengah biasanya terjadi
absorbsi udara oleh mukosa telinga tengah dan terjadi pertukaran udara pada tuba
eustachius. Apabila terjadi gangguan pada tuba eustachius seperti adanya suatu
sumbatan sehingga menyebabkan udara tidak dapat masuk dari nasofarings dan udara
dari telinga luar telah diabsobsi oleh mukosa telinga tengah, hal ini menyebabkan
terjadinya tekanan negatif dan effusi serosa yang merupakan media yang sangat baik
untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah lagi dengan adanya infeksi saluran
pernafasan atas akan mempermudah proses ini karena fungsi tuba eustachius sebagai
portal untuk mikroba terganggu.
Insidensi terjadinya OMA pada anak-anak lebih besar dari pada dewasa. Hal
ini disebabkan karena pertama, sistem imun pada anak-anak masih belum sempurna
dibandingkan dengan orang dewasa. Kedua, tuba eustachius pada anak-anak lebih
pendek dan lebih mendatar dibandingkan dengan orang dewasa sehingga
memudahkan terjadinya OMA. Ketiga, adalah karena ukuran adenoid pada anak-anak
lebih besar dari orang dewasa. Adenoid merupakan kumpulan dari limfosit besar
yang digunakan sebagai sistem pertahanan. Karena sistem imun pada anak-anak
belum sempurna maka fungsi adenoid akan mendominasi sehingga adenoid pada
anak-anak menjadi lebih besar. Adenoid terletak di bagian atas posterior tenggorokan
dekat dengan tuba eustachius. Karena ukuran adenoid tersebut maka tuba eustachius
akan terdesak dan fungsi pembukaan tuba eustachius terganggu. Keadaan ini akan
memudahkan terjadinya OMA.
Adapun tahapan terjadinya OMA dimulai dengan masuknya organisme ke
dalam mukosa dan menyebabkan suatu proses inflamasi sebagai usaha jaringan untuk
membatasi penyebaran mikroorganisme tersebut. Inflamasi akan memberikan
gambaran membrana timpani hiperemis, edema dan adanya eksudat serosa.
Kemudian inflamasi ini akan menutup saluran tuba eustachius, sehingga terjadinya
tekanan intra timpani meningkat dan membrana timpani menjadi cembung. Tekanan
terhadap membrana timpani ini suatu saat akan menyebabkan perforasi. Dengan
terjadinya perforasi membrana timpani, cairan akan keluar melalui perforasi tersebut.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Faktor anatomis dan sistem imun memegang peranan penting dalam
terjadinya keadaan akut pada OMA. Bakteri yang paling sering menyebabkan OMA
antara lain Pneumococcus species, Haemophillus influenza, Staphylococccus aureus
dan Moraxella species. Penyebab yang lebih jarang adalah Mycoplasma species,
Proteus species, Pseudomonas aeruginosa, kadang-kadang juga ditemukan
Eschesichia coli dan virus. Namun OMA yang disebabkan oleh Haemophillus
influenza memiliki prognosis yang paling buruk karena mengenai anak-anak usia di
bawah 5 tahun dan cenderung sangat toksik serta dapat menyebabkan meningitis.
Ada sumber lain mengatakan bahwa OMA disebabkan oleh 2 pembagian,
antara lain:
yang sering: tonsilitis akut, influenza, batuk rejan (scarlet fever), gejala
coryza pada campak;
yang jarang: sinusitis, tonsilektomi yang menyebabkan infeksi sekunder,
penyelam, post-nasal drip, trauma membrana timpani (biasanya oleh suara
ledakan), barotrauma otitis dan fraktur tulang temporal.
Sedangkan untuk bakteri penyebabnya sendiri dibagi menjadi:
bakteri utama: bakteri piogenik, seperti Streptococcus haemoliticus,
Staphylococcus aureus, pneumococcus;
bakteri lain: Haemophillus influenza, Escherichia coli, Streptococcus
anhemilitikus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.
Faktor risiko terjadinya OMA yang telah diketahui sampai saat ini adalah:
1. kebiasaan hidup yang memudahkan terjadinya suatu infeksi saluran
nafas atas;
2. pada bayi yang menyusui dengan botol lebih sering terjadi OMA
dibandingkan dengan menyusui langsung dari ibu;
3. kebiasaan terpapar dengan asap rokok dapat memudahkan terjadinya
OMA;
4. jenis kelamin laki-laki lebih sedikit mendapat OMA daripada wanita,
namun pada anak laki-laki lebih sering terjadi OMA daripada anak
perempuan;
5. adanya riwayat keluarga yang menderita OMA akan memperbesar
kemungkinan untuk terjadi OMA;
6. terpapar OMA pada usia dini akan memperbesar kemungkinan untuk
terjadi kembali OMA.
GEJALA KLINIS OMA
Gejala klinis OMA pada orang yang dapat berkomunikasi dengan baik
biasanya didapatkan keluhan nyeri dan tidak nyaman dari sisi telinga terkena infeksi.
Tetapi banyak kasus juga muncul pada anak-anak atupun bayi yang belum dapat
mengungkapkan keluhan tersebut. Secara umum gejala klinis yang bersifat subjektif
pada OMA adalah sebagai berikut:
nyeri dan perasaan penuh pada sisi telinga yang terkena tetapi biasanya OMA
bersifat bilateral;
demam, namun gejala ini tidak spesifik untuk OMA;
disertai dengan gejala infeksi saluran pernafasan atas pada saat itu atau
riwayat sebelumnya;
adanya penurunan kualitas pendengaran;
pada neonatal biasanya asimptomatik dan salah satu manifestasi gejala adalah
demam tinggi disertai penurunan aktivitas menyusui dan menangis terus
menerus;
kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah serta nyeri kepala yang
hilang timbul, namun hanya 1-2% dari kasus yang memberikan manifestasi
gejala ini;
dari beberapa kasus dilaporkan ditemukan adanya gangguan keseimbangan
seperti gangguan keseimbangan saat berjalan.
Dari pemeriksaan fisik akan didapatkan, antara lain:
panas badan, biasanya di atas 39,5 ºC;
nyeri tekan pada regio antrum mastoid;
pada membrana timpani, dapat berupa kehilangan kilap (Refleks cahaya -),
berwarna merah jambu (terjadi hipervaskularisasi di processus incus dan tepi
membrana timpani), merah menyeluruh (handle malleus vertikal), membrana
timpani cembung atau tidak rata dengan warna merah suram disertai lapisan
luar mengalami deskuamasi;
perforasi membrana timpani dan tampak keluar cairan dari perforasi tersebut;
cairan biasanya banyak, pada awalnya mukoid, pulsasi kemudian kuning
kental;
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil foto röntgen sel mastoid berkabut.
STADIUM OMA
Pembagian stadium pada OMA didasarkan pada perubahan mukosa telinga
tengah yang disebabkan oleh infeksi dan gambaran membrana timpani yang diamati
melalui otoscope. Dan OMA dapat dibagi menjadi 5 stadium, antara lain:
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius adalah adanya gambaran retaksi
membrana timpani akibat adanya tekanan negatif pada telinga tengah karena
terjadi absorbsi udara oleh mukoperiosteum telinga tengah. Namun kadang-
kadang membrana timpani tampak tidak ada kelainan (berwarna keruh pucat).
Pada keadaan ini efusi mungkin sudah terjadi dan tidak terdeteksi.
retraksi membrana timpani, kadang-kadang dalam keadaan normal
Gambar 2. Gambar OMA stadium oklusi tuba eustachius
2. Stadium hiperemis
Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrana timpani
atau terjadi edema pada seluruh membrana timpani. Sekret masih bersifat
eksudat serosa dan sukar dilihat.
membrana timpani hiperemis, tampak dilatasi pembuluh darah dan edema pada seluruh membrana timpani
Gambar 3. Gambar OMA stadium hiperemis
3. Stadium supurasi
Pada stadium ini tampak edema hebat pada mukosa telinga tengah dan tampak
pelepasan epitel mukosa telinga tengah dan epitel superfisial. Sekret bersifat
purulen dan terlihat pada kavum timpani, sehingga membrana timpani tampak
cembung (bulging) atau menonjol. Pada keadaan ini, akan muncul demam,
takhikardi dan rasa sakit yang hebat. Tekanan sekret purulen yang tidak
berkurang akan menyebabkan iskemia karena adanya penekanan pada kapiler-
kapiler dan terjadi thromboflebitis pada vena-vena kecil, diikuti dengan terjadi
nekrosis mukosa dan submukosa telinga tengah. Nekrosis akan tampak
kekuningan dan lebih lembek dari biasanya.
tampak edema hebat pada membrana timpani dan membrana timpani tampak bulging
Gambar 4. Gambar OMA stadium supurasi
membrana timpani telah terjadi nekrosisGambar 5. Gambar OMA stadium supurasi
4. Stadium perforasi
Pada stadium ini terjadi perforasi membrana timpani dan tampak sekret keluar
dari telinga. Namun terjadi perubahan drastis dari demam tinggi menjadi
normal dan keluhan subjektif menjadi berkurang.
tampak perforasi pada membrana timpaniGambar 6. Gambar OMA stadium perforasi
5. Stadium resolusi
Pada stadium ini terjadi perbaikan, apabila membrana timpani yang tidak
mengalami perforasi akan perkahan-lahan normal kembali. Apabila terjadi
perforasi membrana timpani maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering.
Bila sistem imun dalam keadaan prima dan virulensi kuman rendah, stadium
resolusi ini dapat terjadi dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Bila OMA berlanjut dengan stadium perforasi yang menetap atau hilang
timbul lebih dari 3 minggu maka dikatakan sebagai otitis media suppurativa subakut.
Bila OMA menetap lebih dari 2 bulan maka disebut sebagai otitis media suppuratif
kronis. Dan bila OMA tidak mengalami perforasi membrana timpani dan sekret
serosa tertahan di dalam kavum timpani maka disebut sebagai otitis media serosa atau
otitis media efusi.
Bagan 2. Patogenesis terjadi otitis media OMA, OME, OMSK dan OMS Subakut
TERAPI OMA
Penanganan OMA tergantung pada stadium OMA sendiri, karena efektivitas
pemberian terapi harus sesuai dengan target pada masing-masing stadium.
Terapi OMA pada Stadium Oklusi Tuba Eustachius
Infeksi (+)
Infeksi (-)
Sembuh
Perforasi (+) Perforasi (-)
OMEOMA
Otitis Media Supurativa
Subakut
Otitis Media Supurativa
Kronis
Tuba tetapterganggu
Gangguan tuba
Tekanan negatiftelinga tengah
Efusi Sembuh/ normal
Pada stadium ini, terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba eustachius
sehingga tekanan negatif berkurang di telinga tengah. Dapat diberikan obat tetes
hidung HCl efedrine 0,5% dalam larutan fisiologis untuk anak di bawah 12 tahun dan
HCl efedrine 1% dalam larutan fisiologis untuk usia di atas 12 tahun. Pemberian
antibiotik juga diperlukan apabila terjadi infeksi. Obat pilihannya adalah golongan
penicillin dan amphicillin dengan lama pemberian minimal 7 hari. Penicillin sering
ditemukan resisten dan areaksi alergi, maka dapat diganti dengan eritromisin. Namun
eritromisin memiliki efek ototoksik sehingga harus dipertimbangkan untuk
penggunaan jangka panjang. Dosis untuk eritromisin adalah 40 mg/BB/hari,
sedangkan dosis amphicillin adalah 50-100 mg/BB/hari dibagi dalam 4 dosis atau
amoxicillin 40mg/BB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Terapi pada Stadium Hiperemis
Pada stadium ini terapi yang terutama adalah pemberian antibiotik, analgetik
dan obat tetes hidung. Bila membrana timpani sudah terlihat hiperemis difus
dianjurkan untuk miringotomi.
Terapi pada Stadium Supurasi
Sama halnya dengan stadium hiperemis, selain pemberian antibiotik yang
ideal dan analgetik, harus disertai dengan miringotomi apabila membrana timpani
masih utuh.
Terapi pada Stadium Perforasi
Pada stadium ini diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari untuk
melarutkan sekret serta antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
Terapi pada Stadium Resolusi
Pada stadium ini dapat diberikan antibiotik dan dilanjutkan sampai 3 minggu
apabila sekret terus mengalir dari liang telinga. Namun biasanya perforasi menutup
dan membrana timpani berangsur normal kembali pada stadium ini.
KOMPLIKASI OMA
Komplikasi OMA dapat didapatkan abses subperiosteal sampai dengan
meningitis. Bahkan di beberapa kasus pada anak-anak dapat menyebabkan
keterlambatan tumbuh kembang terutama pada proses bicara. Hal ini sebagai akibat
dari penurunan atau hilangnya kualitas pendengaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ashae, R. 2005. http://www.kidsource.com/ASHA/otitis.html. What is Otitis Media?.
Boesoirie, T. 2002. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan Otitis Media Suppuratif.
Majalah Kedokteran Bandung vol. XXXIV No. 4: 167-171
Djaafar, Z. 2001. Kelainan Telingan Tengah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,
Hidung dan Tenggorok. Edisi ke-5. Jakarta: 49-62
Gates, G.A. 2005. http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp. Journal of
Acute Otitis Media.
Ramsey, D.D. 2003. http://www.illionisuniv.com/infection/Midear.html. Middle Ear
Infection.
Robertson, J.S. 2004. http://www.emedicine.com/emerg/topic351.htm. Journal of
Acute Otitis Media.
Wikipedia. 2005. http://en.wikipedia.org/wiki/Ear. Wikipedia Ecyclopedia.