Referat Neurologi Draft Daoni

33
BAB I PENDAHULUAN Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –anak, kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo. Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf. Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak. Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik. Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung. Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi. Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta 1

Transcript of Referat Neurologi Draft Daoni

BAB I

PENDAHULUAN

Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –anak,

kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau

terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.

Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit

atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat

disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo

yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.

Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan

mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular

dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak.

Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya

pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan

atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.

Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung.

Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi.

Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot member informasi

menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan

member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi

ini di integrasikan pada batang otak dan serebelum.

Vertigo disebabkan oleh gangguan atau kelainan atau penyakit pada sistem

vestibular. Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan

atau gangguan orientasi di ruangan. Gangguan keseimbangan beragam bentuknya dan

penyebabnya pun bermacam-macam. Sistem yang berperan dalam vertigo adalah:

Sistem vestibular

Sistem visual

Sistem somatosensorik

1

Untuk mempertahankan keseimbangan di ruangan maka sedikitnya 2 dari 3 sistem tersebut

diatas harus berfungsi dengan baik.

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila

penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita

melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri

dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala

somatik (nistagmus, unstable), otonomik ,pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.

II. EPIDEMIOLOGI

Telah dikemukakan bahwa hampir semua orang pernah mengalami vertigo, sejak

dari masa anak-anak sampai dewasa. Disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat

disebabkan oleh beragam penyakit. Jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek

dokter spesialis penyakit dalam berbeda dari jumlah penderita dengan keluhan vertigo atau

puyeng yang mengunjungi praktek seorang dokter spesialis telinga-hidung-tenggorok atau

spesialis penyakit saraf.

Dari 119 pasien puyeng oleh kelainan yang desebutnya sebagai kelainan otologok.

Hain (1996) mendapatkan bahwa 49% menderita vertigo perifer paroksismal benigna,

18,5% penyakit Meniere, 13,5% parese vestibular unilateral, 8% parese vestibular bilateral,

6% disfungsi telinga tengah dan 5% fistula. Dari 74 penderita dengan keluhan puyeng yang

disebabkan oleh kelainan neurologik, Hain (1996) mendapatkan bahwa 35% adalah

penderita stroke atau TIA, 22% menderita gangguan saraf pusat lainnya, 16% menderita

migrain vertebrobasiler, 8% nistagmus, 7% ataksia sensorik, 4% disfungsi ganglia basal, 5%

ataksia serebeler, 3% menderita epilepsi.

Drachman dan Hart (1972) mendapatkan bahwa dari 102 penderita dengan keluhan

puyeng yang mengunjungi klinik neurootologi, 5 orang menderita kelainan medik, 34 orang

kelainannya tidak dapat ditentukan.

3

III. ANATOMI

Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :

1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya

di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.

2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di otak:

saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.

3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri, hipotalamus,

pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.

IV. KLASIFIKASI VERTIGO

Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di

perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).

VERTIGO SENTRAL

Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di

serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang

khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan

fungsi motorik, rasa lemah.

Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi.

Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak

supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).

Percobaan tunuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan

kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya

gejala atakia.

VERTIGO PERIFER

Lamanya vertigo berlangsung :

a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik

Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh

perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling

4

sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh

trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis

umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.

b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere

mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan

tinitus.

c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu

Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada

penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah

mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.

Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan

fisik mungkin dijumpai nistagmus.

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral

Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam,

saraf perifer)

Sistem vertebrobasiler dan gangguan

vaskular (otak, batang otak,

serebelum)

Penyebab Vertigo posisional paroksismal

jinak (BPPV), penyakit maniere,

neuronitis vestibuler, labirintis,

neuroma akustik, trauma

iskemik batang otak, vertebrobasiler

insufisiensi, neoplasma, migren basiler

Gejala gangguan

SSP

Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,

gangguan sensibilitas dan fungsi

motorik, disartria, gangguan serebelar

Masa laten 3-40 detik Tidak ada

Habituasi Ya Tidak

Intensitas vertigo Berat Ringan

5

Telinga

berdenging dan

atau tuli

Kadang-kadang Tidak ada

Nistagmus

spontan

+ -

V. PATOFISIOLOGI

Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang

mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang

dipersepsikan oleh susunan saraf pusat.

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut ;

1. Teori Rangsang Berlebihan (over stimulation)

Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi

kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo,

nistagmus, mual dan muntah.

2. Teori Konflik Sensorik

Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai

reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan propioseptik atau

ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.

Ketidak cocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul

respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata) ataksia atau sulit berjalan

(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi

kortikal).

Berbeda dengan teori rangsang berlebihan , teori ini lebih menekankan gangguan proses

pengolahan sentral sebagai penyebab.

6

3. Teori Neural Mismatch

Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik , menurut teori ini otak

mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat

dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul

reaksi dari susunan saraf autonom.

Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme

adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.

4. Teori Otonomik

Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagi usaha adaptasi

gerakan/perubahan posisi, gejal klini timbul jika sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknya

hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.

5. Teori Neurohumoral

Diantaranya teori histamin (takeda), teori dopamin (kohl) dan teori serotonin (lucat) yang

masing-masing menekankan perananan neurotransmitter tertentu dalam mempengaruhi

sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.

6. Teori Sinaps

Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmitter dan

perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya

ingat.

Rangsang gerakan menimbulkan stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin

releasung factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf

simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas

sistem saraf parasimpatik.

Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,

berkeringat diawal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis yang berkembang menjadi

gejala mual, muntah, dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas

susuna saraf parasimpatis. 7

VI. PENYEBAB VERTIGO

1. Penyakit system vestibular perifer

Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena

trauma, infeksi)

2. Penyakit susunan saraf pusat :

Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.

3. Kelainan endokrin (hormonal) :

Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.

4. Kelainan psikiatri :

Depresi, neurosa, cemas, fobia.

5. Kelainan mata.

6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :

Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.

VII. DIAGNOSIS

Anamnesa

Meskipun di negara-negara yang telah maju peralatannya, anamnesis tetap merupakan

bagian yang penting bahkan untuk penderita vertigo merupakan bagian pemeriksaan yang

paling penting. Oleh karenanya perlu dilakukan anamnesis yang cermat serta banyak

memerlukan waktu.

1. Suruh penderita melukikskan keluhannya dengan kata-katanya sendiri apa yang ia

maksudkan dengan pusing tersebut.

2. Anamnesis khusus mengenai vertigonya :

a. Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya.

Rasa gerakan palsu dari tubuh atau sekitarnya (rasa berputar, rasa terapung)

Rasa tidak enak di kepala : kepala ringan, hubungannya dengan peglihatan dan

kesadaran.

8

Apakah vertigonya mempunyai pola gejala tertentu sistematis atau non sistematik

atau vertigo yang kabur.

Kecenderungan untuk jatuh

b. Intensitas timbulnya vertigo bersangkutan dengan perjalanan waktu, bagaimana

vertigo itu dimulai timbul dan bagaimana ia berakhir :

Jenis paroksismal atau vertigo yang konstan, atau vertigo yang serangannya akut

yang kemudian berangsur-angsur melemah. Berapa detik, hari, minggu atau bulan?

Apakah diantara serangan itu penderita bebas sama sekali dari keluhan ?

c. Pengaruh lingkungan atau situasi

Adakah suatu posisi perubahan posisi tubuh dan atau kepala menyebabkan

timbulnya serangan atau meningkatkan keluhan ?

Apakah stress psikis mengawali timbulnya serangan?

Apakah serangan didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas ?

d. Keluhan dari telinga

Rasa tertutupnya telinga, penekanan pada telinga

Tinitus : subyektif atau obyektif sebelah kanan atau sebelah kiri. Atau ditengah-

tengah

Tuli : terutama yang progresif didalam beberapa bulan. Hubungan tuli dengan

timbulnya vertigo : apakah sewaktu vertigo tulinya membaik (lemoyes) ataukah

semakin memburuk (meniere)

Tidak adanya keluhan tuli tidak menyingkirkan adanya tuli, karena saat serangan

penderita tidak merasakannya, dan lagi tulinya kadang-kadang selektif hanya pada

nada tinggi.

Diplakusis (distorsion in pitch) fenomena pengerahan (recruitment phenomenom)

atau distortion of loundness) yang dikeluhkan penderita timbulnya rasa nyeri pada

saat mendengarkan suara keras. Sindrom meniere mempunyai empat gejala,

tuli,tinitus, rasa penuh ditelingan dan vertigo.

9

3. Anamnesis umum

Termasuk disini anamnesis untuk menilai bentuk kepribadian, keluhan –keluhan lain (drop

attack, gangguan penglihatan, disartria, disfagia, gangguan pergerakan atau sensibilitas)

bilamana kelihan ini ada dan bersama-sama dengan penurunan kesdaran ingat kelainan

serevbrovaskular. Keluhan mata yang timbul bersama keluhan telinga, sindrom cogan.

4. Anamnesis intoksikasi/ pemakaian obat-obatan:

Streptomisisn/dihidrostreptomisin

Antikonvulsan

Gentamisisn/garamisin

Antihipertensi

Kanamisin

Penenang

Neomisin

Alkohol

Fenilbutason/salisilat

Kinin

Asam etakrinik

Tembakau

Pemeriksaan

1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus

Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan pedunlar),

menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan,

amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf

pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah,

nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular

perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.

2. Tes Romberg dipertajam

Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya,

tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan

10

dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam

sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.

3. Tes melangkah di tempat (stepping test)

Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah

dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan

tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.

Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau

badan terputar lebih dari 30 derajat.

4. Salah tunjuk (past – pointing)

Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk

pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi

dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah

tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.

5. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike

Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan

gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita

disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala

bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon

kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan

diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka

matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.

6. Tes kalori

7. Elektronistagmografi

8. Posturografi

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah diukur

dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi

nadi perifer juga perlu diperiksa.

Pemeriksaan Neurologis

11

1. Pemeriksaan Mata

Mencari adanya strabismus

2. Mencari adanya nistagmus

Pada saat mata dalam posisi netral, bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan

Pada saat mata melirik ke kiri, kana, atas dan bawah, bila ada nistagmus yang

disebut nistagmus tatapan

Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Nistagmus pendular

Nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau fase lambat

b. Nistagmus vertikal yang murni

Nistagmus itu gerakannya keatas dan kebawah

c. Nistagmus rotari yang murni

Gerakannya berputar

d. Gerakan nistagmoid

Gerakan bola mata yang bukan nistagmus yang sebenarnya tetapi mirip

dengan nistagmus.

e. Nistagmus tatapan yang murni

Nistagmus yang berubah arahnya bila arah lirikan mata berubah.

3. Fungsi vestibuler/serebeler

a. Uji Romberg

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka

kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan

bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya

atau suara tertentu). Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam

selama 30 detik atau lebih. Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan

penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka

badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebellar badan penderita akan

bergoyang baik pada mata terbuka maupun mata tertutup.

12

b. Tandem Gait

Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki

kanan/kiri ganti berganti. Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki

yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).

Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Pada kelainan vestibuler

perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung

jatuh.

c. Uji Unterberger.

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan

mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi

penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar

cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan

lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan

fase lambat ke arah lesi.

13

d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat

lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal

ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler

akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.

14

a. Manuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike

Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan

sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di

tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat

tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes

kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke

kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan

muncul nistagmus.

b. Tes kalori

Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang

(menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam

posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi

akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi

oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan)

air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang

telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola mata penderita segera diamati terhadap

15

adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga

yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,

demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung

dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ -

2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.

Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua

sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es

diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20

detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5

menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila

ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak

berfungsi.

Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau

tidak berfungsi.

c. Elektronistagmografi

Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pada tes kalori, dikembangkan pemeriksaan

elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang

telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dapat dicatat pada kertas,

menggunakan tekhnik yang mirip dengan elektrokardiografi.

d. Posturografi

Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan

penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap

:

a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam

keadaan biasa (normal)

b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa

dengan tes romberg)

c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat

yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak

dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.

16

d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.

Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari

badan bagian bawah dapat diganggu.

e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.

f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak

digoyang.

Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat)

sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input

(informasi)

PENATALAKSANAAN

PENGOBATAN

Pengobatan terhadap veetigo dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara medikamentosa

dan latihan fisik.

Cara medikamentosa

Pengobatan cara ini pada umumnya hanya merupakan pengobatan simtomatis. Dalam hal ini

ada beberapa obat yang memberi manfaat antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut ;

1. Antikolinergik/parasimpatolitik

Obat antikolinergik yang aktif di sentral, dapat menekan aktivitas sistem vestibular

dan dapat mngurangi gejala vertigo. Untuk maksud ini skopolamin dapat diberikan.

Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai

khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3mg-0,6 mg, 3-4 kali sehari.

Lama terapi obat

Lamanya pengobatan bervariasi. Pada sebagian terbesar kasus terapi dapat

dihentikan setelah beberapa minggu . penderita yang kurang berespon terhadap satu

obat anti vertigo mungkin akan berespon dengan obat lainnya. Kombinasi obat dari

berbagai golongan (misalnya prometazine 25 mg) dan efedrin (25 mg) dapat

mempunyai efek sinergistik dalam menekan vertigo.

2. Antihistamin

17

Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti-vertigo. Menekan gejala vertigo

bukanlah merupakan sifat yang umum daripada obat antihistamin. Sifat anti-vertigo

daripada obat antihistamin tidak berkaitan dengan potensinya sebagai antagonis

histamin. Aktivitas antihistamin yang dapat meredakan vertigo (seperti obat

dimenhidrinat, difenhidramin, meklisin, siklisin) nampaknya khas dan bukan hanya

merupakan kemampuan menekan saraf pusat muntah di batang otak. Banyak obat

antiemetik (antimuntah) yang mempunyai sedikit saja khasiat dalam meringankan

vertigo. Antihistamin yang mempunyai sifat anti-vertigo juga memiliki aktivitas

anti-kolinergik di susunan saraf pusat, mungkin sifat anti-kolinergik sentarl ini ada

kaitannya dengan kemampuan sebagai obat anti vertigo.

Efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, dan penglihatan menjadi kabur,

kadang dijumpai dengan obat ini. Efek samping yang umum dijumpai dengan obat

antihistamin ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita dengan vertigo yang berat ,

efek samping mengantuk memberikan dampak yang posistif. Bagi mereka yang

tidak ingin mengantuk dapat dipilih obat yang mempunyai efek kantuk yang kurang.

Betahistin/ Betahistine mesylate (Merislon)/ Betahistine di HCL ( Betaserc).

senyawa betahistine ( suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan

sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.

Bethasitine mesylate (merislon) dapat diberi dengan dosis 6 mg (1 tablet)-12

m, 3 kali sehari peroral.

Betahistine di HCL (betaserc) dapat diberi 8 mg (1 tablet) 3 kali sehari.

Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. Efek samping betahistin

ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit. Hati-hati

menggunakannya pada penderita dengan riwayat tukak peptik dan asma

bronkial.

Dimenhydraminate (Dramamine)

Lama kerja obat ini ialah 4-6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral

(suntikan intramuskular dan intravena). Dapat diberi dengan dosis 25 mg-50

mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping mengantuk

Diphenhydramine HCL (Benadryl)

18

Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam diberikan dengan dosis 25 mg (1

kapsul)-50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan

parenteral. Efek samping mengantuk.

3. Penenang minor dan mayor

Obat penenang minor, seperti lorazepam atau diazepam dapat diberikan kepada

penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai

gejala vertigo. Dosis lorazepam dapat 0,5 mg-1 mg dan diazepam 2-5 mg, 2-3 kali

sehari.

4. Simpatomimetik

Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Efedrin merupakan salah satu

obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo. Lama

aktivitasnya ialah 4-6 jam dan dosis yang diberikan dapat 10-25 mg, 4 kali sehari.

Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasikan dengan obat anti vertigo

lainnya. Sifat stimulasi daripada efedrin dapat mengurangi efek sedasi obat

antivertigo lainnya. Efek samping yang sering dijumpai ialah insomnia, jantung

berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah-gugup.

5. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo dan puyeng. Obat

antagonis kalsium cinnarizine (sturgerone) dan flunarizine (sibelium) sering

digumakan untuk maksud ini. Anatagonis kalsium mungkin merupakan obat

supresan vetibular mengandung terowongan kalsium. Namun antagonis kalsium

sering mempunyai khasiat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum

diketahui.

6. Cinnarizine (sturgerone)

Obat ini mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Philpiszoon, 1962

melakukan penelitian buta ganda mengenai khasiat obat ini pada stimulasi

vestibular. Ia mendapatkan bahwa cinnarizine dapat mengurangi respon terhadap

akselerasi angular dan linier.

19

Dosis cinnarizine biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x 75 mg sehari. Bila

perlu dosis ini dapat ditingkatkan. Efek samping yang dapat terjadi ialah rasa

mengantuk (sedasi), rasa capek, diare, atau konstipasi, mulut terasa kering dan

“rash” kulit.

7. Fenotiazine

Kelompok obat ini banyak yang mempunyai sifat antiemetik (anti muntah) namun

tidak semua obat anti-emetik mempunyai khasiat anti-vertigo atau anti mabok

kendaraan. Misalnya klorpromazine (largactil) dan prokhlorperazine (stemetil)

sangat efektif terhadap nausea yang diakibatkan oleh bahanm kimiawi, namun

kurang berkhasiat terhadap vertigo dan mabok kendraan.

8. Promethazine (Phenergan )

Merupakan obat dari golongan fenotiazine yang paling efektif mengobati veetigo

dan mabok kendaraan, sama khasiatnya dengan obat antihistamin yang telah

diperbincangkan dahulu. Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam. Diberikan dengan

dosis 12,5 mg-25 mg (1 draze) 4 x sehari peroral. Dapat juga diberi parenteral

(suntikan intramuskular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai aialah

mengantuk (sedasi) promethasine lebih sedikit kemungkinannya menyebabkan afek

samping ekstrapiramidal dibanding dengan obat fenotiazine lainnya.

9. Klorpromazine (Largactile)

Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat

ini dapat diberikan peroral, intramuskular atau intravena. Dosis yang lazim ialah 25

mg (1 tablet)- 50 mg dan dapat diulang 3-4 kali sehari. Efek samping yang sering

dijumpai ialah mengantuk (sedasi)

10. Campuran tersebut diatas

Dosis obat tersebut dalam pemberian per oral dapat dilihat pada daftar 1

Daftar 1. Dosis obat per oral

20

Nama kelompok Nama generik Dosis sekali Interval pemberian

ulangan

Antikolinergik Skopolamin

Atropin

0,2-0,4 mg 3-6 jam

3-6 jam

Antihistamin Difenhidramin

Dimenhidrinat

Sinarizin

50-100 mg 6 jam

6 jam

24 jam

Simpatomimetik d- Amfetamin

Efedrin

10 mg

25-50 mg

12 jam

4-6 jam

Penenang

Minor

Fenobarbital

Diazepam

15-60 mg

5-10 mg

6-8 jam

4-6 jam

Mayor Prometazin

Klorpromazin

25-50 mg

10-25 mg

4-6 jam

4-6 jam

Fisioterapi

Tujuan fisioterapi pada penderita vertigo adalah untuk mempercepat timbulnya mekanisme

kompensasi/ adaptasi atau habituasi sistem vetibular yang mengalami gangguin tersebut.

Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari sistem saraf pusat dalam usaha memperoleh

keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan yang merupakan sebab terjadinya vertigo

akan dihilangkan.

Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan rangsangan

terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibuli) rangsangan tergadap visus

dan juga propioseptik.

Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga timbul

gejala nausea dan dilakukan secara berulang-berulang. Beberapa cara latihan untuk

penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :

21

Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap

(stasioner)

Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak

Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus

Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.

Terapi fisik

Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk menkompensasikan gangguan

keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan

adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain

di susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual atau propioseptifnya. Kadang

-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan

bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasikan diri

terhadap gangguan keseimbangan . Tujuan latihan ialah :

1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk

meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun

2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata

3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.

Contoh Latihan :

1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup

2. Olahraga yang menggerakan kepala (gerakan rotasi ,fleksi, ekstensi,gerak miring)

3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata

tertutup

4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.

5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh

jari kaki lainnya dalam melangkah)

6. Jalan menaiki dan menuruni lereng22

7. Melirikkan mata ke arah horizontal dan vertikal

8. Melatih gerakan mata dengan mengikuti objek yang bergerak dan juga memfiksasi

pada objek yang diam.

23