Referat Neurologi Draft Daoni
-
Upload
brandy-wells -
Category
Documents
-
view
143 -
download
8
Transcript of Referat Neurologi Draft Daoni
BAB I
PENDAHULUAN
Mungkin semua orang pernah mengalami vertigo. Sewaktu kita masih anak –anak,
kita pernah bermain memutar-mutar tubuh kita. Ketika kita berhenti berputar, terasa atau
terlihat sekeliling kita bergerak. Ini adalah vertigo.
Jumlah penderita gangguan keseimbangan atau vertigo yang mendatangi rumah sakit
atau praktek dokter sulit ditentukan. Karena disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat
disebabkan oleh beragam penyakit. Sehingga dapat dibedakan jumlah penderita vertigo
yang mengunjungi praktek dokter spesialis Telinga-Hidung-Tenggorok atau penyakit Saraf.
Vertigo sering disertai oleh gangguan system otonom seperti rasa mual, muntah dan
mungkin keringat yang berlebihan serta pucat. Hal ini dikarenakan apparatus vestibular
dihubungkan dengan pusat otonom dalam formation retikularis batang otak.
Istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan vertigo berbeda-beda misalnya
pusing, pening, rasa berputar, sempoyongan, rasa seperti melayang atau merasakan badan
atau dunia sekelilingnya berputar-putar dan berjungkir balik.
Keseimbangan bergantung pada empat system berbeda yang tidak saling tergantung.
Pertama. System vestibular yang menangkap gerakan akselerasi dan persepsi gravitasi.
Rangsangan proprioseptif dari sensasi posisi sendi serta tonus otot member informasi
menyangkut hubungan antara kepala dan bagian tubuh lainnya. Yang ketiga, penglihatan
member persepsi dari sensasi posisi, kecepatan, dan orientasi. Yang terakhir, semua sensasi
ini di integrasikan pada batang otak dan serebelum.
Vertigo disebabkan oleh gangguan atau kelainan atau penyakit pada sistem
vestibular. Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Gangguan keseimbangan beragam bentuknya dan
penyebabnya pun bermacam-macam. Sistem yang berperan dalam vertigo adalah:
Sistem vestibular
Sistem visual
Sistem somatosensorik
1
Untuk mempertahankan keseimbangan di ruangan maka sedikitnya 2 dari 3 sistem tersebut
diatas harus berfungsi dengan baik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Vertigo berarti sensasi bergerak atau berputar. Vertigo disebut subjektif bila
penderita merasa dirinya yang bergerak atau berputar. Vertigo disebut objektif bila penderita
melihat sekelilingnya yang bergerak atau berputar. Vertigo mungkin bukan hanya terdiri
dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala
somatik (nistagmus, unstable), otonomik ,pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing.
II. EPIDEMIOLOGI
Telah dikemukakan bahwa hampir semua orang pernah mengalami vertigo, sejak
dari masa anak-anak sampai dewasa. Disadari bahwa gangguan keseimbangan dapat
disebabkan oleh beragam penyakit. Jumlah penderita vertigo yang mengunjungi praktek
dokter spesialis penyakit dalam berbeda dari jumlah penderita dengan keluhan vertigo atau
puyeng yang mengunjungi praktek seorang dokter spesialis telinga-hidung-tenggorok atau
spesialis penyakit saraf.
Dari 119 pasien puyeng oleh kelainan yang desebutnya sebagai kelainan otologok.
Hain (1996) mendapatkan bahwa 49% menderita vertigo perifer paroksismal benigna,
18,5% penyakit Meniere, 13,5% parese vestibular unilateral, 8% parese vestibular bilateral,
6% disfungsi telinga tengah dan 5% fistula. Dari 74 penderita dengan keluhan puyeng yang
disebabkan oleh kelainan neurologik, Hain (1996) mendapatkan bahwa 35% adalah
penderita stroke atau TIA, 22% menderita gangguan saraf pusat lainnya, 16% menderita
migrain vertebrobasiler, 8% nistagmus, 7% ataksia sensorik, 4% disfungsi ganglia basal, 5%
ataksia serebeler, 3% menderita epilepsi.
Drachman dan Hart (1972) mendapatkan bahwa dari 102 penderita dengan keluhan
puyeng yang mengunjungi klinik neurootologi, 5 orang menderita kelainan medik, 34 orang
kelainannya tidak dapat ditentukan.
3
III. ANATOMI
Jaringan saraf yang terkait dalam proses sindrom vertigo :
1. Reseptor alat keseimbangan tubuh: reseptor mekanis di vestibulum, reseptor cahaya
di retina, reseptor mekanis di kulit, otot, dan persendian.
2. Saraf aferen, berperan menghantarkan impuls ke pusat-pusat keseimbangan di otak:
saraf vestibular, saraf optic, saraf spinoserebelaris.
3. Pusat-pusat keseimbangan inti vestibulum, serebelum, korteks serebri, hipotalamus,
pusat saraf otonom di batang otak, inti okulomotorius, formation retikularis.
IV. KLASIFIKASI VERTIGO
Vertigo dapat berasal dari kelainan di sentral (batang otak, serebelum atau otak) atau di
perifer (telinga – dalam, atau saraf vestibular).
VERTIGO SENTRAL
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di batang otak atau di
serebelum. Untuk menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia, perubahan sensibilitas dan
fungsi motorik, rasa lemah.
Perlu dicari gejala gangguan serebelar lainnya, seperti gangguan koordinasi.
Penderita gangguan serebelar mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan gerak
supinasi dan pronasi tangannya secara berturut-turut (dysdiadokinesia).
Percobaan tunuk – hidung (penderita disuruh menunjuk jari pemeriksaan dan
kemudian setelah itu menunjuk hidungnya) dilakukannya dengan buruk dan terlihat adanya
gejala atakia.
VERTIGO PERIFER
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik
Paling sering disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh
perubahan posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling
4
sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan oleh
trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular. Prognosis
umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan
tinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat. Pada
penyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang menyertainya ialah
mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis vestibular. Pada pemeriksaan
fisik mungkin dijumpai nistagmus.
Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral
Lesi Sistem vestibuler (telinga dalam,
saraf perifer)
Sistem vertebrobasiler dan gangguan
vaskular (otak, batang otak,
serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksismal
jinak (BPPV), penyakit maniere,
neuronitis vestibuler, labirintis,
neuroma akustik, trauma
iskemik batang otak, vertebrobasiler
insufisiensi, neoplasma, migren basiler
Gejala gangguan
SSP
Tidak ada Diantaranya :diplopia, parestesi,
gangguan sensibilitas dan fungsi
motorik, disartria, gangguan serebelar
Masa laten 3-40 detik Tidak ada
Habituasi Ya Tidak
Intensitas vertigo Berat Ringan
5
Telinga
berdenging dan
atau tuli
Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus
spontan
+ -
V. PATOFISIOLOGI
Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang
dipersepsikan oleh susunan saraf pusat.
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut ;
1. Teori Rangsang Berlebihan (over stimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan hiperemi
kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul vertigo,
nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori Konflik Sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai
reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan propioseptik atau
ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kiri dan kanan.
Ketidak cocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul
respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi bola mata) ataksia atau sulit berjalan
(gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi
kortikal).
Berbeda dengan teori rangsang berlebihan , teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.
6
3. Teori Neural Mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik , menurut teori ini otak
mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu, sehingga jika pada suatu saat
dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf autonom.
Jika pola gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagi usaha adaptasi
gerakan/perubahan posisi, gejal klini timbul jika sistem simpatis terlalu dominan, sebaliknya
hilang jika sistem parasimpatis mulai berperan.
5. Teori Neurohumoral
Diantaranya teori histamin (takeda), teori dopamin (kohl) dan teori serotonin (lucat) yang
masing-masing menekankan perananan neurotransmitter tertentu dalam mempengaruhi
sistem saraf otonom yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo.
6. Teori Sinaps
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmitter dan
perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya
ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stress yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasung factor), peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistem saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat diawal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis yang berkembang menjadi
gejala mual, muntah, dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas
susuna saraf parasimpatis. 7
VI. PENYEBAB VERTIGO
1. Penyakit system vestibular perifer
Benda asing, radang (labirinitis), trauma, perdarahan, gangguan saraf VIII (karena
trauma, infeksi)
2. Penyakit susunan saraf pusat :
Iskemia otak, infeksi, trauma kepala, tumor, epilepsy.
3. Kelainan endokrin (hormonal) :
Hipotiroid, hipoglikemik, menstruasi, menopause.
4. Kelainan psikiatri :
Depresi, neurosa, cemas, fobia.
5. Kelainan mata.
6. Intoksikasi makananan, minuman, dan obat-obatan :
Streptomisin, antikonvulsan, antihipertensi, penenang, alcohol, gentamisin kinin.
VII. DIAGNOSIS
Anamnesa
Meskipun di negara-negara yang telah maju peralatannya, anamnesis tetap merupakan
bagian yang penting bahkan untuk penderita vertigo merupakan bagian pemeriksaan yang
paling penting. Oleh karenanya perlu dilakukan anamnesis yang cermat serta banyak
memerlukan waktu.
1. Suruh penderita melukikskan keluhannya dengan kata-katanya sendiri apa yang ia
maksudkan dengan pusing tersebut.
2. Anamnesis khusus mengenai vertigonya :
a. Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya.
Rasa gerakan palsu dari tubuh atau sekitarnya (rasa berputar, rasa terapung)
Rasa tidak enak di kepala : kepala ringan, hubungannya dengan peglihatan dan
kesadaran.
8
Apakah vertigonya mempunyai pola gejala tertentu sistematis atau non sistematik
atau vertigo yang kabur.
Kecenderungan untuk jatuh
b. Intensitas timbulnya vertigo bersangkutan dengan perjalanan waktu, bagaimana
vertigo itu dimulai timbul dan bagaimana ia berakhir :
Jenis paroksismal atau vertigo yang konstan, atau vertigo yang serangannya akut
yang kemudian berangsur-angsur melemah. Berapa detik, hari, minggu atau bulan?
Apakah diantara serangan itu penderita bebas sama sekali dari keluhan ?
c. Pengaruh lingkungan atau situasi
Adakah suatu posisi perubahan posisi tubuh dan atau kepala menyebabkan
timbulnya serangan atau meningkatkan keluhan ?
Apakah stress psikis mengawali timbulnya serangan?
Apakah serangan didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas ?
d. Keluhan dari telinga
Rasa tertutupnya telinga, penekanan pada telinga
Tinitus : subyektif atau obyektif sebelah kanan atau sebelah kiri. Atau ditengah-
tengah
Tuli : terutama yang progresif didalam beberapa bulan. Hubungan tuli dengan
timbulnya vertigo : apakah sewaktu vertigo tulinya membaik (lemoyes) ataukah
semakin memburuk (meniere)
Tidak adanya keluhan tuli tidak menyingkirkan adanya tuli, karena saat serangan
penderita tidak merasakannya, dan lagi tulinya kadang-kadang selektif hanya pada
nada tinggi.
Diplakusis (distorsion in pitch) fenomena pengerahan (recruitment phenomenom)
atau distortion of loundness) yang dikeluhkan penderita timbulnya rasa nyeri pada
saat mendengarkan suara keras. Sindrom meniere mempunyai empat gejala,
tuli,tinitus, rasa penuh ditelingan dan vertigo.
9
3. Anamnesis umum
Termasuk disini anamnesis untuk menilai bentuk kepribadian, keluhan –keluhan lain (drop
attack, gangguan penglihatan, disartria, disfagia, gangguan pergerakan atau sensibilitas)
bilamana kelihan ini ada dan bersama-sama dengan penurunan kesdaran ingat kelainan
serevbrovaskular. Keluhan mata yang timbul bersama keluhan telinga, sindrom cogan.
4. Anamnesis intoksikasi/ pemakaian obat-obatan:
Streptomisisn/dihidrostreptomisin
Antikonvulsan
Gentamisisn/garamisin
Antihipertensi
Kanamisin
Penenang
Neomisin
Alkohol
Fenilbutason/salisilat
Kinin
Asam etakrinik
Tembakau
Pemeriksaan
1. Gejala objektif daripada vertigo ialah adanya nistagmus
Nistagmus mempunyai ciri sesuai gerakannya (misalnya “jerk” dan pedunlar),
menurut bidang gerakannya (horizontal, rotatoar, vertical, campuran), arah gerakan,
amplitude dan lamanya nistagmus berlangsung. Dianggap berasal dari susunan saraf
pusat (sentral) yaitu nistagmus yang vertikal murni, nistagmus yang berubah arah,
nistagmus yang sangat aktif namun tanpa vertigo. Didapat pada gangguan vestibular
perifer yaitu nistagmus yang rotatoar.
2. Tes Romberg dipertajam
Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lainnya,
tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem). Lengan
10
dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Orang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
3. Tes melangkah di tempat (stepping test)
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Harus berusaha agar tetap ditempat dan
tidak beranjak selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.
Kedudukan akhir dianggap abnormal bila penderita beranjak lebih dari 1 meter atau
badan terputar lebih dari 30 derajat.
4. Salah tunjuk (past – pointing)
Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi
dan kemudian kembali ke posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah
tunjuk (deviasi) demikian juga dengan gangguan serebelar.
5. Maneuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan
gangguan sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita
disuruh duduk di tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala
bergantung di pinggir tempat tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon
kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan
diulangi lagi dengan kepala menoleh ke kanan. Penderita disuruh tetap membuka
matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan muncul nistagmus.
6. Tes kalori
7. Elektronistagmografi
8. Posturografi
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik, tekanan darah diukur
dalam posisi berbaring,duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi
nadi perifer juga perlu diperiksa.
Pemeriksaan Neurologis
11
1. Pemeriksaan Mata
Mencari adanya strabismus
2. Mencari adanya nistagmus
Pada saat mata dalam posisi netral, bila ada nistagmus disebut nistagmus spontan
Pada saat mata melirik ke kiri, kana, atas dan bawah, bila ada nistagmus yang
disebut nistagmus tatapan
Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf pusat mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Nistagmus pendular
Nistagmus yang tidak mempunyai fase cepat atau fase lambat
b. Nistagmus vertikal yang murni
Nistagmus itu gerakannya keatas dan kebawah
c. Nistagmus rotari yang murni
Gerakannya berputar
d. Gerakan nistagmoid
Gerakan bola mata yang bukan nistagmus yang sebenarnya tetapi mirip
dengan nistagmus.
e. Nistagmus tatapan yang murni
Nistagmus yang berubah arahnya bila arah lirikan mata berubah.
3. Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg
Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua mata terbuka
kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan
bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya
atau suara tertentu). Orang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih. Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan
penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka
badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebellar badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun mata tertutup.
12
b. Tandem Gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti berganti. Pada tes ini penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki
yang lainnya, tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).
Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung
jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibuler posisi
penderita akan menyimpang/berputar ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar
cakram; kepala dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan
fase lambat ke arah lesi.
13
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh mengangkat
lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal
ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler
akan terlihat penyimpangan lengan penderita ke arah lesi.
14
a. Manuver Nylen – Barany atau Manuver Hallpike
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita dengan gangguan
sistem vestibular dan dilakukan maneuver Hallpike. Pada tes ini penderita disuruh duduk di
tempat tidur periksa. Kemudian ia direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir tempat
tidur dengan sudut sekitar 30 derajat dibawah horizon kepala ditolehkan ke kiri. Tes
kemudian diulang dengan kepala melihat lurus, dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke
kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya agar pemeriksa dapat melihat kapan
muncul nistagmus.
b. Tes kalori
Tes ini membutuhkan peralatan yang sederhana. Kepala penderita diangkat ke belakang
(menengadah) sebanyak 60º. (Tujuannya ialah agar bejana lateral di labirin berada dalam
posisi vertikal, dengan demikian dapat dipengaruhi secara maksimal oleh aliran konveksi
akibat endolimf). Tabung suntik berukuran 20 mL dengan ujung jarum yang dilindungi
oleh karet ukuran no 15 diisi dengan air bersuhu 30ºC (kira-kira 7º di bawah suhu badan)
air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1 mL/detik, dengan demikian gendang
telinga tersiram air selama kira-kira 20 detik. Bola mata penderita segera diamati terhadap
15
adanya nistagmus. Arah gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga
yang dialiri (karena air yang disuntikkan lebih dingin dari suhu badan) Arah gerak dicatat,
demikian juga frekuensinya (biasanya 3-5 kali/detik) dan lamanya nistagmus berlangsung
dicatat.Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita. Biasanya antara ½ -
2 menit. Setelah istirahat 5 menit, telinga ke-2 dites.
Hal yang penting diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada kedua
sisi, yang pada keadaan normal hampir serupa. Pada penderita sedemikian 5 mL air es
diinjeksikan ke telinga, secara lambat, sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20
detik. Pada keadaan normal hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2-2,5
menit. Bila tidak timbul nistagmus, dapat disuntikkan air es 20 mL selama 30 detik. Bila
ini juga tidak menimbulkan nistagmus, maka dapat dianggap bahwa labirin tidak
berfungsi.
Tes ini memungkinkan kita menentukan apakah keadaan labirin normal hipoaktif atau
tidak berfungsi.
c. Elektronistagmografi
Untuk mengurangi kemungkinan kesalahan pada tes kalori, dikembangkan pemeriksaan
elektronistagmografi. Pada pemeriksaan dengan alat ini diberikan stimulus kalori ke liang
telinga dan lamanya serta cepatnya nistagmus yang timbul dapat dicatat pada kertas,
menggunakan tekhnik yang mirip dengan elektrokardiografi.
d. Posturografi
Dalam mempertahankan keseimbangan terdapat 3 unsur yang mempunyai peranan
penting : sistem visual, vestibular, dan somatosensorik. Tes ini dilakukan dengan 6 tahap
:
a. Pada tahap ini tempat berdiri penderita terfiksasi dan pandangan pun dalam
keadaan biasa (normal)
b. pandangan dihalangi (mata ditutup) dan tempat berdiri terfiksasi (serupa
dengan tes romberg)
c. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang, dan ia berdiri pada tempat
yang terfiksasi. Dengan bergeraknya yang dipandang, maka input visus tidak
dapat digunakan sebagai patokan untuk orientasi ruangan.
16
d. pandangan yang dilihat biasa, namun tumpuan untuk berdiri digoyang.
Dengan bergoyangnya tempat berpijak, maka input somatosensorik dari
badan bagian bawah dapat diganggu.
e. mata ditutup dan tempat berpijak digayang.
f. pandangan melihat pemandangan yang bergoyang dan tumpuan berpijak
digoyang.
Dengan menggoyang maka informasi sensorik menjadi rancu (kacau;tidak akurat)
sehingga penderita harus menggunakan sistem sensorik lainnya untuk input
(informasi)
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN
Pengobatan terhadap veetigo dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara medikamentosa
dan latihan fisik.
Cara medikamentosa
Pengobatan cara ini pada umumnya hanya merupakan pengobatan simtomatis. Dalam hal ini
ada beberapa obat yang memberi manfaat antara lain dapat dikelompokkan sebagai berikut ;
1. Antikolinergik/parasimpatolitik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral, dapat menekan aktivitas sistem vestibular
dan dapat mngurangi gejala vertigo. Untuk maksud ini skopolamin dapat diberikan.
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau efedrin dan mempunyai
khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3mg-0,6 mg, 3-4 kali sehari.
Lama terapi obat
Lamanya pengobatan bervariasi. Pada sebagian terbesar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu . penderita yang kurang berespon terhadap satu
obat anti vertigo mungkin akan berespon dengan obat lainnya. Kombinasi obat dari
berbagai golongan (misalnya prometazine 25 mg) dan efedrin (25 mg) dapat
mempunyai efek sinergistik dalam menekan vertigo.
2. Antihistamin
17
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti-vertigo. Menekan gejala vertigo
bukanlah merupakan sifat yang umum daripada obat antihistamin. Sifat anti-vertigo
daripada obat antihistamin tidak berkaitan dengan potensinya sebagai antagonis
histamin. Aktivitas antihistamin yang dapat meredakan vertigo (seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meklisin, siklisin) nampaknya khas dan bukan hanya
merupakan kemampuan menekan saraf pusat muntah di batang otak. Banyak obat
antiemetik (antimuntah) yang mempunyai sedikit saja khasiat dalam meringankan
vertigo. Antihistamin yang mempunyai sifat anti-vertigo juga memiliki aktivitas
anti-kolinergik di susunan saraf pusat, mungkin sifat anti-kolinergik sentarl ini ada
kaitannya dengan kemampuan sebagai obat anti vertigo.
Efek samping antikolinergik, seperti mulut kering, dan penglihatan menjadi kabur,
kadang dijumpai dengan obat ini. Efek samping yang umum dijumpai dengan obat
antihistamin ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita dengan vertigo yang berat ,
efek samping mengantuk memberikan dampak yang posistif. Bagi mereka yang
tidak ingin mengantuk dapat dipilih obat yang mempunyai efek kantuk yang kurang.
Betahistin/ Betahistine mesylate (Merislon)/ Betahistine di HCL ( Betaserc).
senyawa betahistine ( suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Bethasitine mesylate (merislon) dapat diberi dengan dosis 6 mg (1 tablet)-12
m, 3 kali sehari peroral.
Betahistine di HCL (betaserc) dapat diberi 8 mg (1 tablet) 3 kali sehari.
Maksimum 6 tablet dibagi dalam beberapa dosis. Efek samping betahistin
ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan sesekali “rash” di kulit. Hati-hati
menggunakannya pada penderita dengan riwayat tukak peptik dan asma
bronkial.
Dimenhydraminate (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4-6 jam. Dapat diberi per oral atau parenteral
(suntikan intramuskular dan intravena). Dapat diberi dengan dosis 25 mg-50
mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping mengantuk
Diphenhydramine HCL (Benadryl)
18
Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul)-50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
3. Penenang minor dan mayor
Obat penenang minor, seperti lorazepam atau diazepam dapat diberikan kepada
penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang sering menyertai
gejala vertigo. Dosis lorazepam dapat 0,5 mg-1 mg dan diazepam 2-5 mg, 2-3 kali
sehari.
4. Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Efedrin merupakan salah satu
obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo. Lama
aktivitasnya ialah 4-6 jam dan dosis yang diberikan dapat 10-25 mg, 4 kali sehari.
Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasikan dengan obat anti vertigo
lainnya. Sifat stimulasi daripada efedrin dapat mengurangi efek sedasi obat
antivertigo lainnya. Efek samping yang sering dijumpai ialah insomnia, jantung
berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah-gugup.
5. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo dan puyeng. Obat
antagonis kalsium cinnarizine (sturgerone) dan flunarizine (sibelium) sering
digumakan untuk maksud ini. Anatagonis kalsium mungkin merupakan obat
supresan vetibular mengandung terowongan kalsium. Namun antagonis kalsium
sering mempunyai khasiat yang lain ini berperan dalam mengatasi vertigo belum
diketahui.
6. Cinnarizine (sturgerone)
Obat ini mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Philpiszoon, 1962
melakukan penelitian buta ganda mengenai khasiat obat ini pada stimulasi
vestibular. Ia mendapatkan bahwa cinnarizine dapat mengurangi respon terhadap
akselerasi angular dan linier.
19
Dosis cinnarizine biasanya ialah 15-30 mg, 3 kali sehari atau 1x 75 mg sehari. Bila
perlu dosis ini dapat ditingkatkan. Efek samping yang dapat terjadi ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa capek, diare, atau konstipasi, mulut terasa kering dan
“rash” kulit.
7. Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak yang mempunyai sifat antiemetik (anti muntah) namun
tidak semua obat anti-emetik mempunyai khasiat anti-vertigo atau anti mabok
kendaraan. Misalnya klorpromazine (largactil) dan prokhlorperazine (stemetil)
sangat efektif terhadap nausea yang diakibatkan oleh bahanm kimiawi, namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo dan mabok kendraan.
8. Promethazine (Phenergan )
Merupakan obat dari golongan fenotiazine yang paling efektif mengobati veetigo
dan mabok kendaraan, sama khasiatnya dengan obat antihistamin yang telah
diperbincangkan dahulu. Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg-25 mg (1 draze) 4 x sehari peroral. Dapat juga diberi parenteral
(suntikan intramuskular atau intravena). Efek samping yang sering dijumpai aialah
mengantuk (sedasi) promethasine lebih sedikit kemungkinannya menyebabkan afek
samping ekstrapiramidal dibanding dengan obat fenotiazine lainnya.
9. Klorpromazine (Largactile)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang berat dan akut. Obat
ini dapat diberikan peroral, intramuskular atau intravena. Dosis yang lazim ialah 25
mg (1 tablet)- 50 mg dan dapat diulang 3-4 kali sehari. Efek samping yang sering
dijumpai ialah mengantuk (sedasi)
10. Campuran tersebut diatas
Dosis obat tersebut dalam pemberian per oral dapat dilihat pada daftar 1
Daftar 1. Dosis obat per oral
20
Nama kelompok Nama generik Dosis sekali Interval pemberian
ulangan
Antikolinergik Skopolamin
Atropin
0,2-0,4 mg 3-6 jam
3-6 jam
Antihistamin Difenhidramin
Dimenhidrinat
Sinarizin
50-100 mg 6 jam
6 jam
24 jam
Simpatomimetik d- Amfetamin
Efedrin
10 mg
25-50 mg
12 jam
4-6 jam
Penenang
Minor
Fenobarbital
Diazepam
15-60 mg
5-10 mg
6-8 jam
4-6 jam
Mayor Prometazin
Klorpromazin
25-50 mg
10-25 mg
4-6 jam
4-6 jam
Fisioterapi
Tujuan fisioterapi pada penderita vertigo adalah untuk mempercepat timbulnya mekanisme
kompensasi/ adaptasi atau habituasi sistem vetibular yang mengalami gangguin tersebut.
Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari sistem saraf pusat dalam usaha memperoleh
keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan yang merupakan sebab terjadinya vertigo
akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan rangsangan
terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibuli) rangsangan tergadap visus
dan juga propioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan sehingga timbul
gejala nausea dan dilakukan secara berulang-berulang. Beberapa cara latihan untuk
penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :
21
Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap
(stasioner)
Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak
Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus
Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis.
Terapi fisik
Susunan saraf pusat mempunyai kemampuan untuk menkompensasikan gangguan
keseimbangan. Namun kadang-kadang dijumpai beberapa penderita yang kemampuan
adaptasinya kurang atau tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan lain
di susunan saraf pusat atau didapatkan defisit di sistem visual atau propioseptifnya. Kadang
-kadang obat tidak banyak membantu, sehingga perlu latihan fisik vestibular. Latihan
bertujuan untuk mengatasi gangguan vestibular, membiasakan atau mengadaptasikan diri
terhadap gangguan keseimbangan . Tujuan latihan ialah :
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lambat laun
2. Melatih gerakan bola mata, latihan fiksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan.
Contoh Latihan :
1. Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
2. Olahraga yang menggerakan kepala (gerakan rotasi ,fleksi, ekstensi,gerak miring)
3. Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
4. Jalan di kamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup.
5. Berjalan “tandem” (kaki dalam posisi garis lurus, tumit kaki yang satu menyentuh
jari kaki lainnya dalam melangkah)
6. Jalan menaiki dan menuruni lereng22