Neurologi Klinis

93
EVALUASI MOTOR CONTROL KELOMPOK 2

description

Evaluasi Motor Kontrol

Transcript of Neurologi Klinis

Slide 1

EVALUASI MOTOR CONTROLKELOMPOK 2DIAH TRI PUSPITAMEGA KUSUMA WLAILATUL MUBAROKAHSITI AISYAHM. ELYSA NASRI GSISKA IRAWANPUTRI KARUNIA PFARHAH DHAIFINAWINA AL SHIFAFENI SAFITRIIZHAR NASRULLAHALIFIA DAARIYRAHMI FAJRI JNI KETUT WAHYUNIRIVALDI AGUNG NUGRAHA Gerakan volunter yang normal mencerminkan fungsi yang terintegrasi dari beberapa level kontrol motor. Sensorimotor lingkaran segmental dari sumsum tulang belakang menjaga otot siap untuk beraksi dan membuat penyesuaian cepat ketika ada gangguan gerakan. Kumpulan syaraf spinal berkaitan menyebabkan gerakan berpola phasic dalam menanggapi rangsangan tertentu. Normalnya berupa tanggapan berpola, atau refleks spinal, mendasari pola pergerakan timbal balik otomatis seperti berjalan dan mudah dimodifikasi untuk memungkinkan penyesuaian terhadap situasi, misalnya, berjalan di permukaan kasar atau lembut.Gerakan yang normal juga memerlukan keutuhan biomekanik tertentu: elastisitas jaringan pasif dan elemen kontraktil aktif otot harus dipertahankan; harus bergerak bersama; dan kulit dan jaringan ikat harus utuh. Oleh karena itu, ketika mengevaluasi pasien dengan disfungsi sistem saraf pusat (SSP), semua pengaruh ini pada gerakan sukarela dikoordinasikan harus dipertimbangkan. Evaluasi pasien dengan disfungsi SSP mencakup estimasi atau pengukuran berbagai pasif gerak sendi, sensasi, tonus otot sebagai indikator kekakuan otot, refleks, tingkat kematangan atau pemulihan tonggak bermotor, tingkat kontrol sukarela memperoleh keterampilan motorik, kemampuan untuk merencanakan gerakan, kemampuan untuk belajar keterampilan motorik baru, dan kemampuan untuk menggunakan benda-benda secara bermakna.Rentang GerakDisfungsi SSP berbagai gerak pasif dipengaruhi oleh otot. Kisaran pasif gerak dievaluasi dengan memindahkan setiap sendi perlahan-lahan melalui sepenuh kisaran mungkin di setiap gerakan tersebut. Gerakan lambat diperlukan dalam kasus spastisitas untuk menghindari memunculkan refleks regangan. Jika refleks regangan diaktifkan, ketahanan terhadap gerakan akan terasa. resistensi ini dapat diatasi dengan mempertahankan stabil, kekuatan rendah terhadap perlawanan sampai otot hipertonik rileks dan memungkinkan gerakan untuk melanjutkan. Jika otot menurun, sendi akan hypermobile dan hiperekstensi dapat ditemukan dalam sendi yang tidak nomally hyperexted.Tonus OtotTonus otot mengacu pada kekuatan atau ketegangan otot. Biasanya otot cukup kaku untuk langsung bereaksi dengan benar dan cepat saat dipicu.

Ketegangan ditentukan oleh kombinasi 3 faktor:sifat elastis jaringanSifat viskoelastis serat ototAktivitas unit motorSatu unit motor adalah salah satu neuron.

Kekuatan otot diperkirakan oleh suatu resistensi, dimana jika resisten itu lebih besar dari norma, otot dianggap hipertonik, dan jika kurang dari normal diseput hipotonik.Kekuatan kontraksi sebanding dengan kecepatan peregangan. Penyesuaian dalam kekuatan kontraksi otot tergantung pada jumlah unit motor baik volunter maupun involunter.Spindel otot adalah mekanisme detektor panjang yang terletak didalam otot, dan biasanya disimpan di titik 0 oleh impuls dari pusat-pusat kontrol suprasinal. Disfungsi SSP mengganggu sistem zeroing, dapat mengubah dan mempengaruhi kontrol motor.Jika terlalu sedikit impuls suprasipnal menjapai spindel, maka kondisinya hipotonik. Sehingga tidak dapat mendeteksi peregangan otot, sehingga gerakan tidak muncul atau tertunda.

Terdapat dua jenis refleks peregangan:Refleks Peregangan StatisRefleks Peregangan Dinamis Statis atau tonik stretch refleks dikaitkan denga postur.Dinamis atau phasic stretch refleks dikaitkan dengan gerakan.Penilaian tonus otot dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode yang paling biasa digunakan adalah melakukan penilaian level tonus otot dengan menggerakkan (dgn cepat) otot yang bersangkutan dalam ROM masing-masing gerakan.

Dalam keadaan flaccid (layu), terjadi penurunan resistensi terhadap gerakan pasif. Ekstremitas dapat bergerak bebas karena tidak adanya ketegangan normal.Jumlah tonus untuk setiap kelompok otot diperkirakan sebagai normal, tidak ada (flaccid), atau meningkat (spastisitas).Spastisitas dapat dijelaskan lebih jauh sebagai ringan (apabila otot dpt dikontraksikan sebagian dari ROM-nya sebelum refleks peregangan terjadi pada sisa 25% dari ROM), sedang (apabila refleks regang terjadi pada 50% dari ROM), dan berat (bila refleks regang terjadi pada 25% dari awal nilai ROM).Metode lain telah banyak ditemukan, salah satunya oleh Brennan. Ia mengukur rentang dari normal tonus yang didefinisikan sebagai rentang gerak yang mungkin terjadi sebelum resistansi gerak dirasakan dengan menggunakan goniometer. pasien digerakkan seperti biasa. Dalam hal ini penyesuaian kelompok otot terhadap perubahan posisi dievaluasi. Jika refleks mendominasi, tonus pada limbs berubah sebagaimana posisi tubuh berubah. Resistensi alami terhadap pergerakan the limbs dicatat. Penyesuaian langsung dari otot terhadap perubahan postur tubuh merefleksikan tonus normal.Evaluasi Refleks IntegrasiRefleks:InvolunteerMemberi respon terhadap stimulus yang diberikanRespon refleks terhadap stimulus berfungsi untuk memperkuat janin dan untuk perkembangan kemampuan motorik di awal kehidupannya. Pada orang dewasa, hasilnya nyata dalam kemampuan motorik sebagai tanda adanya stress/lelah.

Pada orang normal, gerakannya fleksibel, dapat bergerak sesuai pola refleks selama stimulus diberikan.Pada orang yang mengalami kerusakan otak, mereka tidak mampu mengubah postur mereka selama stimulus diberikanTes refleks dilakukan dengan memberikan stimulus sesuai dengan ketentuan yang ada serta mengamati respon yang dihasilkan.Respon yang diamati adalah intensitas dan kualitas.Intensitas mencakup kecepatan respon dan derajat perubahan sikap, sedangkan kualitas mencakup komponen respon yang diberikan.Refleks dapat di uji dengan berbagai posisi selama stimulus itu dapat diaplikasikan dalam posisi tersebut serta aman.Jika responnya tepat, refleksnya positif. Jika responnya tidak tepat, refleksnya negatif.A. Reaksi UtamaDitemukan pada bayi yang baru lahirJika refleks tersebut tidak muncul maka kemungkinan mereka terindikasi kerusakan otak berat.1. Placing Reaction of The Upper LimbBayi 6 bulanPosisi Tes: Tempatkan pasien dewasa dalam keadaan duduk atau telentangStimulus: Usap salah satu dorsum tangan pasien ke permukaan bawah mejaRespon: Fleksi lengan dengan tangan di atas meja2. Refleks MoroBayi 6 bulanStimulus: suara yang keras di dekat kepala, melakukan gerakan seolah-olah menjatuhkan. Pada pasien dengan kursi roda dapat seolah-olah di dorong dari belakang.Respon: Abduksi, ekstensi, dan eksternal rotasi lengan serta abduksi dan ekstensi jari yang diikuti dengan fleksi jari ke arah midline.3. Refleks MenggenggamBayi 3-4 bulanStimulus: Tekan telapak tangan bagian ulnarRespon: Fleksi jari dengan genggaman kuat4. Refleks MenghisapBayi 3-4 bulanStimulus: Letakkan jari ke bibir pasienRespon: Akan ada gerakan menghisap dari bibirnya5. Fefleks RootingBayi 3-4 bulanStimulus: Respon: Bibir bawah, lidah, dan kepala mengarah ke stimulusB. Spinal RefleksTahap refleks dari fleksi total atau ekstensi dan dasar mobilitas motorik.1. Flexor WithdrawalBayi 2 bulanPosisi tes: pasien dalam keadaan telentang atau duduk dengan midposisi kepala dan kaki di luruskan.Stimulus:Respons : fleksi yang tidak terkontrol pada seluruh bagian kakiExtensor ThrustPosisi : pasien dalam keadaan supinasi atau duduk dengan kepala dalam kondisi midposition. Salah satu kaki ekstensi dan satu kaki yang lain dalam keadaan fleksi penuh.Stimulus : menekan pada bola yang ada di kaki yang fleksiRespons : ektensi yang tidak terkontrol pada kaki yang diberi stimulusCrossed Extension Posisi : pasien dalam keadaan supinasi dengan kepala yang berada pada midposition. Salah satu kaki ekstensi dan fleksi penuh.Stimulus : fleksi secara pasif pada bagian kaki yang ekstensiRespons : ekstensi yang berkebalikan dengan adduksi hip dan internal rotasiSebenarnya test spinal level reflexes ini tidak aman ketika pasien dalam keadaan duduk. Pasien dengan hemiplegi yang sudah bisa berdiri dapat dilakukan dengan cara berdiri.Brain Stem ReflexesHal ini melibatkan perubahan secara terus menerus pada postur otot yang bekerja pada seluruh tubuh atau lebih dari satu bagian tubuh.

Asymetrical Tonic Neck Reflexes (ATNR)Posisi : pasien dalam kondisi supinasi atau duduk dengan syarat tangan dan kaki ekstensiStimulus : memutar kepala 90o secara aktif maupun pasifResponse : meningkatkan ekstensi pada ekstremitas tubuh di bagian wajah dan fleksi ektremitas tubuh pada bagian tulang tengkorak

Symetrical Tonic Neck Reflexes (STNR)Posisi : pasien dalam kondisi duduk atau ditempatkan dalam posisi quadruceps.Stimulus 1 : fleksi kepala pasien,dan arahkan dagu ke bagian dadanya.Response : fleksi dan bagian upper ekstremitas dan ekstensi pada bagian lower ekstremitas.Stimulus 2 : ekstensi kepala pasienResponse : ekstensi dari bagian upper ekstremitas dan fleksi pada bagian lower ekstremitas.Tonic Labyrinthine Reflex (TLR)-PronasiPosisi : pasien dalam kondisi pronasi dengan kepala pada posisi midpositionStimulus : posisi pasien adalah stimulusnyaResponse : fleksi pada ektremitas atau meningkatnya fleksor tone

Apabila ada beberapa spastisitas pada ekstensor maka masih pada posisi ekstensi di kondisi pronasi tapi dengan kekuatan ekstensor yang relatif lemah dibandingkan dengan pada saat supinasiTonic Labyrinthine Reflex (TLR)-SupinasiPosisi : pasien dalam kondisi supinasi dengan kepala pada posisi midpositionStimulus : posisi pasien adalah stimulusnyaResponse : ekstensi pada ektremitas atau meningkatnya ekstensi tone

Positive Supporting Reaction Posisi : pasien diposisikan berdiri tegak apabila mungkin atau supinasi atau duduk. stimulus : kontak dengan tegas/kuat bola dari kaki ke lantai atau papan alas yang ada pada ttempat tidur dan dorsi fleksi bagian kakiResponse : ekstensi dari bagian lower ekstremitas dengan co kontraksi dari fleksor dan hasil yang ditimbulkan oleh ekstensor pada kekakuan ekstensi pada bagian ektremitas bawahAssociated ReactionPosisi : bisa dilakukan dengan posisi apapunStimulus : menolak semua pergerakan atau pasien diam dengan tangan yang tidak berefekReponse : meningkatkan fleksor tone yang mungkin terlihat dari tubuh..Labyrinthine righting acting on the headadalah refleks yang mengoreksi orientasi tubuh ketika dibawa keluar dari posisi tegak normal. Hal ini diprakarsai oleh sistem vestibular , yang mendeteksi bahwa tubuh tidak tegak dan menyebabkan kepala untuk bergerak kembali ke posisi tubuh yang diubah atau dimiringkan.Posisi :Mata pasien ditutupPasien dewasa tidak dapat diuji,pasien diangkat dalam posisi tubuh tengkurap lalu dipegang dibagian pelvicnya dan ketiak.Stimulus:Tubuh pasien diangkat sehingga kepalanya mengalami flexi lateral.ResponNegative:Kepala tidak terangkat (condong ke bawah)Positive:Kepala mengangkat

Body righting acting on the head

Posisi:Pasien terlentang atau tengkurap dengan lengan dan kaki diluruskan.Stimulus:Memiringkan kepala kesalah satu sisi.ResponNegative:Tidak terjadi perubahan arm,hip dan kneePositive :Terjadi perubahan arm , hip dan flexi kearah yang dimiringkan

Protective extension {Parachute Reaction}Posisi:Untuk bayi diuji dengan ditahan dbagian pelvic sehingga posisi tubuh tergantung.Untuk dewasa pasien diduduk kan di sebuah kursi lalu disisi kanan krinya diberi bangku.Stimulus:Kejutkan pasien ke salah satu sisi. Stimulus dilakukan untuk memperkuat pertahanan keseimbangan pasien.ResponNegative:Tidak ada reaksi spontan untuk menahan diri.Positive :Secara spontan tangan akan menahan.

Reaksi dalam Mempertahankan KeseimbanganPronePosisi:Pasien terlentang pada suatu papan atau matras.Stimulus:Miringkan papan atau matras kesalah satu sisiResponNegative:Tidak terjadi respon apapunPositive :Kepala pasien akan memutar ke arah yg dimiringkan tangan dan kakinya membuka dan menahan ke sisi yg lebih bawah.

SupinePosisi:Pasien diterlentangkan diatas papan atau matras.Stimulus:Miringkan papan atau matras ke salah satu sisiResponNegative:Tidak terjadi respon apapunPositive :Kepala pasien akan memutar ke arah yg dimiringkan tangan dan kakinya membuka dan menahan ke sisi yg lebih bawah.

QuadrupedPosisi:Pasien pada posisi merangkakStimulus:Angkat dan miringkan pasien ke satu sisiResponNegative:Pasien tetap dalam posisi semulaPositive:Kepala pasien akan terangkat ke atas,tangan dan kakinya akan meregang.

SittingPosisi:Duduk disebuah kursiStimulus:Tarik atau dorong pasien kesalah satu sisiResponNegative:Kepala dan dada ikut kearah yang mengalami tarikan.Positive:Kepala terangkat kearah lawan tarikan, tangan dan kaki meregang untuk manahan keseimbangan.

Kneel-standing: Dari 15 bulan sepanjang hidup.

Posisi tes: Pasien berlutut dengan tubuhnya tegak.

Stimulus: Keseimbangan lateralis diuji dengan memiringkan pasien ke satu sisi dengan menekan terhadap satu sisi tubuhnya.

Respon: Reaksi keseimbangan lateralmelibatkanmeluruskan bagian kepaladan atasdengan abduksi danekstensidariekstremitasStanding: Dari 15 sampai 18 bulan sepanjang hidup

Posisi tes: Pasien berdiri tegak.

Stimulus: Miringkan pasien ke satu sisi, lalu pegang pasien di pinggul atau di sekitar batang atas tubuh

Respon: Memperbaiki kepala dan tubuh atas dengan abduksi dan ekstensi di sisi atas dibesarkan dan Ekstensi pelindung dari extremities di sebelah sisi pasienReaksi KortikalMemperbaiki optic: Memperbaiki optik harus diuji jika labirin adalah negatif, namun memperbaiki reaksi optic harus diuji karena dapat digunakan untuk mengkompensasi kerugian labirin sebagai sarana postural orientasiPosisi tes: Untuk menguji orang dewasa, posisi rentan atau telentang di alas atau duduk dengan kepala lateral tertekuk. mata terbukaStimulus: Posisi kepala dalam kaitannya dengan dalam ruang landmarkRespon: Kepala dibawa ke posisi tegak lurus sejalan dengan isyarat lingkunganMerekam refleks dan perencanaan pembangunan perawatanPenilaian dilakukan dengan menunjukkan apakah respon yang positif atau negative, Meskipun memiliki beberapa bentuk kolom lain menunjukkan apakah tanggapan adalah normal atau abnormal. bagian komentar pada formulir dapat digunakan catatan perubahan dari posisi uji standar, kekuatan respon client , atau deskripsi lain dari respon. kekuatan respon, atau deskripsi lain dari respon. setelah mencatat hasil pengujian, tingkat tertinggi kontrol refleks dapat dicatat.Jika tingkat usia-sesuai maka pengembangan refleks normal, tetapi jika tingkat kontrol lebih rendah dari orang dewasa normal. Perlakuan direncakan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam perencanaan pengobatan termasuk kekuatan refleks primitive.Terapi ini bertujuan membentuk tingkat kematangan yang lebih tinggi berbasis pola motor normal, beberapa pasien dengan kerusakan parah seperti refleks primitif mungkin hanya berarti dari fungsi motorik. Pengobatan/perlakuan untuk menghambat refleks ini sebagai langkah pertama menuju ke fungsi tingkat yang lebih tinggi.Untuk pasien dewasa yang menderita kerusakan kortikal umum, seperti dalam kasus trauma kepala tertutup, jika yang diharapkan adalah perbaikan, diindikasikan untuk pengobatan perkembangan saraf. Ini dilibatkan untuk mencegah sumsum primitive dan respon reflex batang otak sambil menerapkan rangsangan kita mencatat lalu dapat menimbulkan reaksi yang lebih tinggi. Jika hasil evaluasi menunjukkan bahwa orang bertahan pada satu tingkat pematangan. Pengobatan melibatkan aktivitas dan pengobatan tambahan untuk pasien bergerak ke tingkat pemulihan berikutnya.

PENGARUH REFLEKS PADA GERAKAN SADARGangguan dari penggabungan refleks dan hasil sifat yang itu-itu saja, seperti postur dan gerakan berkaitan dengan usaha sadar seseorang untuk bergerak.

pengaruh reaksi pendukung positif : untuk meningkatkan sifat ekstensor dalam performa, sehingga mampu untuk melenturkan ekstremitas bawah secara bergantian saat berjalan

reaksi pendukung positif dari komponen plantar fleksi menempatkan beban pada bantalan kaki dan kurang berkontribusi pada heel strike di kondisi gait

namun,ketika ekstremitas bawah mengalami fleksi saat berganti dari posisi duduk dan posisi berdiri, individu tersebut tidak dapat menopang berat badannya di ekstremitas yang sedang mengalami fleksiketika pasien mencoba bergerak perlahan, refleks ekstensi yang bersilang mencegah pergerakan kaki secara resiplokal karena kaki yang terekstensi tidak dapat mengalami fleksi

Refleks leher kuat yang simetris berkontribusi menyulitkan dalam mempertahankan posisi berkaki empat.Posisi duduk seperti ini sering di observasi pada anak kecil dengan spastisitas dan"bunny hopping" dalam posisi ini berarti mereka memiliki daya penggerak.

refleks tonik berinteraksi untuk memperkuat atau meniadakan masing-masing sehingga yang mengamati perilaku motorik abnormal lain paling sering adalah interaksi beberapa refleks daripada dominasi salah satu refleksgerakan sadar didukung oleh pola postural otomatis- respon meluruskan dan keseimbangan.

reaksi meluruskan dan keseimbangan mengaktifkan individu untuk bergerak melawan gravitasi, meluruskan tubuh,dan mempertahankan keseimbangan.

sebagaimana reaksi ini berkembang,dominasi refleks lebih primitif berkurang (refleks terintegrasi)

di dalam perkembangan integrasi yang normal,refleks primitif dibutuhkan untuk peningkatan gerakan yang kuat

Uji Fungsi Kolom Posterior

Kerusakan kolom posterior dengan kehilangan propriosepsi yang mengakibatkan inkoordinasi akibat kesalahan penafsiran posisi tubuh dan masalah keseimbangan. Kekurangan koordinasi dari hilangnya propriosepsi dan cara evaluasinya adalah sebagai berikut :

Ataksia-terjadi lenggang yang lebar sebagai hasil hilangnya perasaan posisi.-Pasien dapat mengkoreksi jika dia melihat lantai dan peletakan kakinya sebagai kompensasi visual.Tanda Romberganda Romberg -adalah ketidakmampuan mempertahankan keseimbangan saat berdiri dengan mata tertutup -Untuk menguji: pasien berdiri dengan dua kaki lalu menutup matanya, tes dianggap positif apabila kehilangan keseimbangan terjadi. Awasi untuk menghindari jatuh

Pada defisit kolom posterior tes jari ke hidung dapat menunjukkan dismetria atau overshooting, tetapi dibedakan dengan disfungsi serebelar jika defisit meningkat saat mata tertutup.

Uji fungsi ganglion basal

Ganglion basal mengontrol gerakan otomatis, pola beritme dan inisiasi gerakan otomatis (dipelajari)

Lesi ganglion basal menghasilkan fenomena pelepasan yang mana gerakan ritmis lepas dari kontrol dan kurangnya gerakan otomatis atau inisiasi gerakanSalah satu atau lebih dari gerakan ritmis abnormal dibawah dapat terlihat sebagai akibat dari lesi :Athetosis.gerakan yang lambat, menggeliat, memutar, seperti cacing, khususnya meliputi leher, wajah, dan ekstremitasAthetosis tidak timbul saat tidurTonus otot dapat meningkat maupun menurun.Terdapat kekurangan mobilitas terkontrol di leher, badan, dan sendi proksimalGerakan tidak disengaja dan memperlihatkan mobilitas berlebih dari satu batas gerak ke batas lain

Distoniaadalah sebuah bentuk dari athenosis dimana peningkatan tonus otot menyebabkan gangguan postur badan dan ekstremitas proksimalKontraksi tak disadari otot badan menghasilkan spasme torsi dan peningkatan lordosis lumbar

ChoreaGerakannya cepat, tersentak dan iregular, biasanya mengenai wajah dan ekstremitas distalOtot hipotonis berhubungan dengan degenerasi putamen, seperti pada chorea Huntington, atau sebagai akibat dari demam rematik, seperti pada chorea Sydenham Chorea dapat timbul saat tidur.

Hemiballismusadalah chorea unilateral yang memiliki gerakan kasar, dipaksakan, melempar pada ekstremitas salah satu sisi tubuh, khususnya meliputi otot-otot proksimalHal ini disebabkan oleh lesi nukleus subthalamus

Tremor saat istirahat adalah ciri-ciri penyakit ganglion basalTermor berhenti diawal gerakan disadari tetapi akan berlanjut selama fase menahan pada tugas motorik ketika perhatian berkurang atau teralihka oleh tugas lainTremor saat istirahat melelahkan pasien dan dia harus diajari metode kompensasi untuk menghentikannyaBradikinesismemiliki arti miskin gerakan, pasien parkinson yang memiliki lesi substantia nigra memiliki kesulitan memulai gerakan lambat. Gerakan otomatis seperti tangan mengayun saat berjalan atau mimik wajah ketika berbicara menghilang.

Pasien dengan disfungsi basal ganglia tidak dapat melakukan kebiasaan pola motorik yang dipelajari dengan baik, seperti berjalan melewati permukaan beragam, tanpa mengacuhkan gerakan

Kesimpulannya evaluasi subkomponen koordinasi meliputi observasi pasien saat istirahat dan selama beraktivitas untuk mencatat kejadian gerakan tidak sinergis atau involunter

Setiap masalah inkoordinasi dan tingkat kegawatannya dicatat. Gerakan sering meliputi kedua sisi, namun satu sisi tubuh dapat lebih parah dari yang lain Apabila kerusakan serebellar unilateral, ekstermitas ipsilateral akan memperlihatkan inkoordinasi, jika kerusakan ganglion basal unilateral, ekstermitas kontralateral yang akan memperlihatkan gejala

InkoordinasiInkoordinasi akibat lesi serebellar maupun ganglion basal direkam dengan mencatat kehadiran atau ketidakhadiran defisit dan keparahannya. Tidak ada angka kesuksesan kuat dalam mengembalikan fungsi normal pada pasien dengan lesi serebelar atau ganglion basal.

Pola mobilitas paling awal adalah gerakan acak anggota tubuh; gerakan ini menjadi gerakan terkontrol setelah basis stabilitas proksimal tercipta. Pola stabilitas berkembang pada posisi menumpu berat. Penumpuan berat bilateral membagi berat antara kedua ekstremitas dan lebih mudah daripada penumpuan berat unilateral.

Pada setiap posisi penumpuan berat, sekuens mobilitas dan stabilitas dari bantuan bilateral (stabilitas), untuk berpindah ke posisi didukung secara bilateral (mobilitas terkontrol), menuju dukungan unilateral (stabilitas terkontrol), menggunakan ekstermitas untuk menyelesaikan sebuah tugas (kombinasi stabilitas terkontrol proksimal dan mobilitas distal)Pada pasien dengan lesi korteks motorikmuncul kembali secara progresif dari pola massa gerakan menjadi gerakan yang lebih selektif dan spesifik seperti:pola refleks primitif dipecah menjadi unit lebih kecil dan diatur ulang menjadi pilihan postur dan gerakan yang luas. Kontrol motorik volunter dibangun dari kontrol postur dan gerakan kepala dan mata, lalu badan, kemudian ekstremitas atas, dan akhirnya ekstremitas bawah

Evaluasi pematangan pola kontrol volunter didapat bisa dilakukan dengan menggunakan evaluasi:Rood, Bobath, atau Brunnstrom Evaluasi digunakan untuk:menentukan, berdasarkan sekuens perkembangan, tingkat tertinggi kontrol konsisten yang pasien bisa Terapi kemudian berfokus pada mengembangkan kontrol tingkat selanjutnya.

Development of hand functionSekitar 8 bulan, jangkauan melibatkan rotasi di bahu, bukan pada lengan bawah, untuk mengarahkan tangan ke objek. Siku lebih fleksibel saat menjangkau untuk memperoleh objek dekat dan jauh.

Development of hand functionSekitar 9 sampai 10 bulan anak tidak lagi harus memberikan perhatian penuh untuk mendekati dan memahami objek setelah dia melihatnya. Pergelangan tangan lebih fleksibel. Pendekatan ini masih dijalankan dengan ekstensi jari yang berlebihan, yang menenangkan dengan pematangan. Menggenggam refleks naluriah sepenuhnya dikembangkan: dalam menanggapi rangsangan menghubungitangan meraba-raba untuk menyesuaikan dan memahami objek.Development of hand functionTugas yang mengikuti urutan perkembangan ini dapat digunakan mengevaluasi fungsi tangan pasien dewasa yang mengalami kerusakan otak.

Pengamatan pertama terbuat dari apakah pasien memiliki dan wajib menggunakan refleks berhubungan dengan fungsi tangan: refleks menggenggam dan refleksi penghindaran.Evaluasi terdiri dari mengamati dan mendokumentasikan penggunaan tangan sesuai dengan tahapan pembangunan kembali palmar (kail) menggenggam: rotasi lengan untuk mengarahkan ke sebuah objek: Gross, tidak terkendali (semirefleks) ekstensi jari untuk mengantisipasi mengambil objek; pinch lateralis; oposisi; indeks dan kemudian jari lainnya, digunakan dalam kegiatan selain menggenggam, misalnya menyentuh, memapakan, menyapu, menunjuk, dll. Ekstensi jari sengaja digunakan; pelepasan oposisi menggenggam; dan lebih besar keterampilan dalam menggunakan jari-jari individual.Pada 11 bulan ada pelepasan mejepit menggenggam. penyempurnaan pelepasan berlanjut selama beberapa tahun ke depan. Pada 12 sampai 13 bulan supinasi berada dibawah kendali kontikal. Ketika anak mencapai 12 sampai 14 tahun, semua kemampuan manipulasi jari yang baik telah dikembangkan.

Dexterity Tests (Tes Ketangkasan)Ketangkasan didefinisikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi objek dengan tangan. Akurasi dan kecepatan adalah parameter pengukuran. Terapis akan mengamati tidak hanya apakah pasien bisa melakukan tugas-tugas, tetapi juga bagaimana dengan mudah, akurat dan cepat yang mereka lakukan. Pemilihan waktu kemampuannya dari pengobatan untuk pengobatan akan mendokumentasikan kemajuan. Tes sesuai dengan prosedur standar untuk membandingkan kinerja pasien dengan norma dan untuk memastikan keandalan dari tenemuan reevaluasi.

Dexterity Tests (Tes Ketangkasan)Kotak dan Blok Tes adalah tes yang hanya diberikan panduan ketangkasan kasar. Seratus lima puluh 1-inchi (2,5 cm) blok digunakan. Jumlah blok yang ditransfer dari satu sisi kotak lain dalam satu menit adalah skor. Masing-masing tangan diuji secara terpisah. Percobaan praktek 15 detik mendahului tes yang sebenarnya.Tes Pasak Sembilan Lubang adalah tes cepat sederhana ketangkasan jari. Skor adalah waktu yang diperlukan untuk menempatkan sembilan 1 inchi ( 3,2 cm) pasak dalam 5 inchi (12,7 cm) papan dan penghapusnya.The Jebsen Test of Hand FunctionMacam-macam tes adalah:menulis kalimat spesifikmembalikan 3-inci dengan kartu 5-incimemungut benda umum kecil dan menempatkan mereka dalam sebuah wadah menyusun catur simulasi makan memindahkan kaleng kosong dan memindahkan kaleng berat. Beberapa tes ketangkasan standar, seperti the crawford small parts dexterity test, the minnesota rate of manipulation test, and the purdue pegboard, telah divalidasi pada populasi orang yang dipekerjakan dalam pekerjaan yang membutuhkan derajat yang dikenal ketangkasan. data normatif karena itu sangat berguna, terutama dalam pengujian kejuruan.

satu piring memiliki 42 lubang berulir dan yang lain memiliki 42 lubang tidak berulir untuk mengakomodasi sekrup dan pin.

enam dari setiap jenis lubang merupakan uji praktek; tes yang sebenarnya terdiri dari 36 percobaan kedua pin dan sekrup.The crawford small parts dexterity testpin dan kerah harus diambil dan ditempatkan menggunakan pinset. sekrup dimasukkan ke kedalaman tertentu menggunakan obeng.

The Minnesota Rate of Manipulation Testterdiri dari: bingkai panjang (panjang sekitar 3 kaki atau 1 m) memiliki empat baris horisontal bukaan yang cukup besar untuk menampung/mengakomodasi 60 putaran blok (di diameter sekitar 1 1/2 inci atau 3,8 cm). The Purdue Pegboard adalah tes ketangkasan jari yang pada awalnya dirancang untuk membantu dalam seleksi orang dewasa untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan manual.terdiri dari: papan kayu dengan dua baris masing-masing berpusat dengan 25 lubang kecil yang dibor di dalamnya tempat tampung untuk pin kerah dan pencuci di bagian atas. sejak pembelajaran untuk mengontrol gerakan dari tubuh berubah akibat kelumpuhan pembelajaran dasarnya adalah baru, penting untuk dicatat kemampuan pasien jelas untuk belajar keterampilan motorik baru. Kualitas kinerja pada kebiasaan tugas yang memerlukan penggunaan ekstremitas non lumpuh seperti;

menyikat gigi dikontraskan dengan kinerja pada tugas-tugas baru seperti kerajinan atau pada tugas-tugas fungsional yang membutuhkan penggunaan kedua tungkai seperti mengenakan baju. Jika pasien mampu melakukan tugas-tugas kebiasaan dengan ekstremitas utuh tetapi tidak jika anggota badan yang terkena terlibat, memberikan petunjuk kepada pasien untuk melihat apakah meningkatkan kinerja, menunjukkan bahwa pasien dapat belajar dengan mengingat gerakan program lama.TERIMA KASIH