Referat Luka Bakar

31
BAB I PENDAHULUAN Kasus luka bakar yang memerlukan perawatan terjadi pada pasien 500.000 per tahun di Amerika Serikat . 46% adalah luka bakar akibat api . Jumlah luka bakar serius menurun di Amerika Serikat karena peningkatan pencegahan seperti detektorasap, regulasi suhu air dan berhenti merokok. Namun masih ada sekitar 3500 kematian dari kebakaran area permukiman setiap tahun. Sekitar 75% dari kematian tersebut terjadi di tempat kecelakaan atau selama transportasi awal. Kematian yang terkait dengan luka bakar adalah terkait dengan usia pasien, persentase dari permukaan tubuh yang terbakar, dan adanya atau tidak adanya trauma inhalasi asap. Menurut model ini, pasien dengan luka bakar yang mencakup lebih dari 40% dari permukaan tubuh dan cedera inhalasi asap, diperkirakan memiliki resiko kematian dari 33%. Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan massa otot, penyembuhan luka yang buruk, ketidakseimbangan hormone dan kegagalan fungsi paru-paru, hati atau ginjal. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Pasien juga sering mengalami masalah sequel psikologis termasuk post-traumatic stress disorder (PTSD) dan depresi. 1

description

LUKA BAKAR

Transcript of Referat Luka Bakar

Page 1: Referat Luka Bakar

BAB I

PENDAHULUAN

Kasus luka bakar yang memerlukan perawatan terjadi pada pasien 500.000 per tahun

di Amerika Serikat. 46% adalah luka bakar akibat api . Jumlah luka bakar serius menurun di

Amerika Serikat karena peningkatan pencegahan seperti detektorasap, regulasi suhu air dan

berhenti merokok. Namun masih ada sekitar 3500 kematian dari kebakaran area permukiman

setiap tahun. Sekitar 75% dari kematian tersebut terjadi di tempat kecelakaan atau selama

transportasi awal. Kematian yang terkait dengan luka bakar adalah terkait dengan usia pasien,

persentase dari permukaan tubuh yang terbakar, dan adanya atau tidak adanya trauma inhalasi

asap. Menurut model ini, pasien dengan luka bakar yang mencakup lebih dari 40% dari

permukaan tubuh dan cedera inhalasi asap, diperkirakan memiliki resiko kematian dari 33%.

Pasien luka bakar yang selamat akan mendapat jaringan parut, infeksi, kehilangan tulang dan

massa otot, penyembuhan luka yang buruk, ketidakseimbangan hormone dan kegagalan

fungsi paru-paru, hati atau ginjal. Kehilangan jaringan kulit menyebabkan regulasi panas dan

penyembuhan luka menjadi lebih sulit,. Luka bakar kecil juga menyebabkan morbiditas yang

signifikan, seperti hilangnya fungsi tangan atau kecacatan pada wajah. Pasien juga sering

mengalami masalah sequel psikologis termasuk post-traumatic stress disorder (PTSD) dan

depresi.

1

Page 2: Referat Luka Bakar

BAB II

DEFINISI DAN ETIOLOGI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka

bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang

memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak

langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.

Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat

menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi

menjadi:

Paparan api

o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan

menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar

pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki

kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh

atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.

Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.

Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti

solder besi atau peralatan masak.

Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama

waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang

disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.

Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama

lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka

umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan

garis yang menandai permukaan cairan.

Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap

panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta

2

Page 3: Referat Luka Bakar

dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat

menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan

nafas akibat edema.

Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya

luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan

membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.

Zat kimia (asam atau basa)

Radiasi

Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,

adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,

baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah

yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah

terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat

kedalaman luka bakar.

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar

derajat I, II, atau III:

Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk

dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari

dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan

timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar

derajat I adalah sunburn.

3

Page 4: Referat Luka Bakar

Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat

epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut

misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.

Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3

minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat

dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.

Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul

edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi

full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan

yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi

4

Page 5: Referat Luka Bakar

dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit

harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula,

karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak

intak.

BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan

pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan

mempengaruhi berat luka bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya

kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar

menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak,

permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma

meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat

menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon

terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi

metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya

meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan

dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan

luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak

tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung

pada pasien dengan derajat luka II atau III.

5

Page 6: Referat Luka Bakar

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,

pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha

kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya

1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh

yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak

jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas

permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus

10-15-20 untuk anak.

6

Page 7: Referat Luka Bakar

Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala

pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak.

Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak dapat

menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan

lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan

turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

7

Page 8: Referat Luka Bakar

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body

surface area affected by burns in children.

PEMBAGIAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka

bakar

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang

dari 10 %

b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,

dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

8

Page 9: Referat Luka Bakar

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai

muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki,

dan perineum

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler

yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya

ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema

dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan

berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan

kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang

terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat

III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala

yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal

terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah,

dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap.

Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala

sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat

hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda

keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang

berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta

penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya

diuresis.

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium

yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi

9

Page 10: Referat Luka Bakar

karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,

pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi

pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman

saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini

biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai

antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari

kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram

negatif, Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin

lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi

pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman

memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan

granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan

nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan

perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka

bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis

pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga

jaringan yang didarahinya nanti.

Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan

terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka

bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram

negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat

menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin

kuman yang menyebar di darah.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan

meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang

masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal

rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang

nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh

sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang

atau hilang.

10

Page 11: Referat Luka Bakar

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus

menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat

menurun karena kekurangan ion kalium.

Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan

terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala

tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein

menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan

infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga

yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot

skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan

menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut

penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah

sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis

luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.

FASE PADA LUKA BAKAR

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu:

1. Fase awal, fase akut, fase syok

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas

yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di

dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti

keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)

dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan

dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah

yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan.

Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur

tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

11

Page 12: Referat Luka Bakar

Pembagian zona kerusakan jaringan:

1. Zona koagulasi, zona nekrosis

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat

pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis

beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis.

2. Zona statis

Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah

ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan

leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan

permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24

jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemi

Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa

banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang

diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi

zona kedua bahkan zona pertama.

INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap

bila:

1. Luka bakar derajat III > 5%

2. Luka bakar derajat II > 10%

3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki,

genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama) risiko signifikan untuk masalah

kosmetik dan kecacatan fungsi

4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor lainnya,

atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya

6. Adanya trauma inhalasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:

1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah

2. Urinalisis

12

Page 13: Referat Luka Bakar

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit

4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan

menyelimuti dan menutupi bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada

api yang menyala. Korban dapat mengusahakannya dengan cepat menjatuhkan diri dan

berguling agar bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Kontak dengan bahan yang panas

juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan mencelupkan bagian yang terbakar atau

menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram air panas.

Pertongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luka

bakar dengan air atau menyiraminya dengan air mengalir selama sekurang kurangnya lima

belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung

terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan

dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam

pertama. Oleh karena itu merendam bagian yang terbakar selama 15 menit pertama dalam air

sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan

diperkecil. Dengan demikian luka yang sebenarnya menuju derajat dua dapat berhenti pada

derajat satu, atau luka yang akan menjadi derajat tiga dihentikan pada tingkat dua atau satu.

Pencelupan atau penyiraman dapat dilakukan dengan air apa saja yang dingin, tidak usah

steril.

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang

terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk

berploriferasi dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.

Pada luka bakar berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, kalau

perlu dilakukan resusitasi segera bila penderita menunjukkan gejala syok. Bila penderita

menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, diberikan campuran udara lembab dan oksigen.

Kalau terjadi edema laring, dipasang endotrakeal tube atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi

berfungsi untuk membebaskan jalan nafas, mengurangi ruang mati dan memudahkan

13

Page 14: Referat Luka Bakar

pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, diberikan

oksigen murni.

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya

terbuka untuk perawatan terbuka atau menutupnya dengan pembalut steril untuk perawatan

tertutup. Kalau perlu, penderita dimandikan terlebih dahulu. Selanjutnya diberikan

pencegahan tetanus berupa ATS dan/atau toksoid. Analgesik diberikan bila penderita

kesakitan.(6)

Secara singkat, berikut adalah hal – hal yang bisa dilakukan untuk menolong korban

luka bakar di tempat kejadian.(7)

A. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Pertama

1. Jika kulit tidak rusak, siram air dingin di atas area yang terbakar atau rendam

dengan air dingin (bukan air es). Lakukan hal tersebut untuk beberapa menit. Jika

luka bakar terjadi karena suatu lingkungan dingin, Jangan gunakan air. Suatu

handuk basah yang dingin dapat juga membantu mengurangi sakit.

2. Luka bakar dapat sangat menyakitkan, tenteramkan hati korban dan jaga ia agar

tetap tenang.

3. Setelah membilas atau merendam luka bakar untuk beberapa menit, tutup luka bakar

dengan suatu perban yang steril, tidak mudah lengket atau kain bersih.

4. Lindungi luka bakar dari gesekan dan tekanan.

5. Pemberian analgesik mungkin diperlukan untuk mengurangi sakit, mereka juga bisa

membantu mengurangi peradangan dan pembengkakan.

6. Luka bakar ringan pada umumnya sembuh tanpa perawatan lebih lanjut.

B. Bantuan Pertama untuk Luka Bakar Derajat Dua dan Tiga

1. Jangan lepas atau tanggalkan pakaian yang terbakar; (kecuali jika pakaian itu lepas

dengan mudah), tetapi pastikan bahwa korban tidak kontak dengan bahan atau

material yang terbakar.

14

Page 15: Referat Luka Bakar

2. Pastikan bahwa korban masih bernafas. Jika nafasnya berhenti atau airway korban

terhalang kemudian buka airway dan jika perlu mulai resusitasi.

3. Jika korban bernafas, tutup luka bakar dengan suatu perban yang steril, lembab,

dingin atau kain bersih. Jangan menggunakan suatu selimut atau handuk; suatu

seprai yang mudah terbakar. Jangan gunakan obat salep dan hindari terjadinya

lepuh.

4. Jika jari tangan atau jari kaki telah dibakar, pisahkan mereka dengan pembalut luka

yang tidak mudah lengket steril, kering.

5. Angkat area yang terbakar dan lindungi dari tekanan atau gesekan.

6. Lakukan tindakan untuk mencegah syok. Letakkan korban pada tempat yang datar,

angkat kaki setinggi 12 inci, dan tutup korban dengan suatu mantel atau selimut.

Jangan tempatkan korban pada posisi syok bila dicurigai ada kepala, leher,

punggung, atau kaki yang luka atau jika posisi tersebut membuat korban tidak

nyaman.

7. Lanjutkan dengan memonitor tanda vital korban (nafas, denyut nadi, tekanan darah).

C. Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan

1. Jangan oleskan obat salep, mentega, es, pengobatan, pakaian berbahan kapas halus,

perban yang mudah lengket, kain sari, meminyaki percikan, atau menggunakan bahan

rumah tangga apapun untuk memperbaiki luka bakar. Hal ini dapat bertentangan

dengan penyembuhan yang sesuai.

2. Jangan biarkan luka bakar terkontaminasi. Hindari bernafas atau batuk di area yang

terbakar.

3. Jangan lakukan apapun pada kulit yang mati atau melepuh.

4. Jangan lakukan kompres beku dan jangan rendam suatu luka bakar serius dengan air

dingin. Hal ini dapat menyebabkan syok.

5. Jangan letakkan bantal di bawah kepala korban jika ada suatu luka bakar pada airway.

Hal ini dapat menutup airway.

15

Page 16: Referat Luka Bakar

Luka bakar adalah merupakan suatu keadaan gawat darurat, jadi setelah hal-hal diatas

dilakukan sebaiknya korban di bawa ke rumah sakit. Berikut adalah hal-hal yang dilakukan:(6,8)

DUA PULUH EMPAT JAM PERTAMA (HARI 1)

Survei primer :

A = Airway

adakah trauma inhalasi: anamnesa, suara serak (stridor)→observasi selama 24 jam bila

perlu pasang ET atau lakukan trakheostomi

B = Breathing

Gangguan nafas karena eschar yang melingkar dada, trauma thorax dll→lakukan

escharotomi atau penanganan trauma thorax yang lain

C = Circulation

Dilakukan resusitasi cairan. Bila penderita syok maka diatasi dulu syoknya dengan infus

RL diguyur sampai nadi teraba atau tekanan darah >90mmHg. Baru kemudian lakukan

resusitasi cairan. Cairan yang dibutuhkan dalam penanganan syok tidak dihitung.

Resusitasi cairan yang sering digunakan adalah cara Baxter.

Baxter dengan rumus :

4cc x kgBB x %luka bakar

Setengah dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan

selama 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan biasanya RL karena terjadi defisit ion

Na.

Cara lain yang bisa dilakukan adalah cara Evans :

1. %luka bakar x kgBB menjadi NaCl per 24 jam

2. %luka bakar x kgBB menjadi ml plasma per 24 jam

Keduanya merupakan pengganti cairan yang hilang akibat edema. Plasma diperlukan

untuk mengganti plasma yang keluar dari pembuluh darah dan meninggikan tekanan

16

Page 17: Referat Luka Bakar

osmosis hingga mengurangi perembesan keluar dan menarik kembali cairan yang telah

keluar.

3. Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000cc glukosa

5% per 24jam.

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya dalam 16 jam

berikutnya.

- Pasang kateter untuk memonitor produksi urin. Diharapkan produksi urin ½ -

1cc/KgBB/jam

- Pasang CVP pada luka bakar >/=40% dan pada penderita yang mengalami kesulitan

untuk mengukur tekanan darah.

Survei Sekunder

Penilaian luas luka bakar dan derajat kedalamannya. Biasanya dihitung sebelum

resusitasi cairan definitive

Pasang NGT. Untuk dekompresi penderita yang mengalami ileus paralitik dan untuk

memasukkan makanan

Cuci luka dengan NaCl dan savlon, keringkan, olesi dengan salep (Dermazin) kemudian

rawat luka secara tertutup

Pemeriksaan laboratorium darah dan Analisa Gas Darah tiap 24 jam

Pemberian analgetika dan antibiotika

Luka bakar termal, listrik dan bahan kimia membutuhkan penanganan dan pengobatan

yang berbeda. Terapi farmakologi memiliki peran yang terbatas dalam penatalaksanaan luka

bakar kimia. Disisi lain kunci dari penanganan luka bakar listrik adalah pada rehidrasi

sementara luka bakar termal memerlukan analgetik dan antibiotik topikal. Pastikan pasien

memberi informasi tentang alergi obat yang mereka miliki, obat – obatan yang sedang

diminum atau kondisi kesehatan lain.

A. Terapi Luka Bakar Termal

1. Analgetik

17

Page 18: Referat Luka Bakar

Untuk luka bakar termal dokter biasanya memberikan resep analgetik untuk

menghilangkan rasa nyeri dan memberikan kenyamanan pada pasien. Morfin sulfat,

Demerol dan Vicodin mungkin diresepkan untuk nyeri yang sangat hebat.

2. Anti Inflamasi Non steroid

Golongan obat ini digunakan untuk nyeri akibat luka bakar ringan sampai sedang.

Ibuprofen biasanya digunakan untuk terapi awal, tapi pilihan lain seperti naproxen,

ansaid dan anaprox dapat juga diberikan.

3. Antibiotik Topikal

Antibiotik topikal digunakan untuk mencegah infeksi dan pertumbuhan bakteri. Neo

sporin digunakan untuk infeksi minor dan dioleskan ke kulit 1 – 3x sehari.

Silvadene adalah krim topikal yang digunakan untuk luka bakar yang lebih berat.

Silvadene adalah obat golongan sulfa yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi

bakteri atau jamur. Silvadene harus dioleskan menggunakan teknik steril ke tempat luka

bakar dan tempat luka bakar tersebut harus dicuci bersih sebelum pemakaian. Hindari

menggunakan silvadene pada wajah dan silvadene tidak boleh digunakan pada neonatus, bayi

berumur kurang dari 2 tahun atau pada kehamilan trimester akhir.

B. Terapi Luka Bakar Kimia

Walaupun obat-obatan memegang peranan yang terbatas pada penatalaksanaan luka

bakar kimia pada umumnya namun antibiotik topikal, garam magesium dan kalsium mungkin

dapat digunakan. Setelah luka dibersihkan, terapi cairan IV dan obat-obat narkotik diberikan

1. Antibiotik

Silvadene digunakan untuk luka bakar pada kulit dan berguna dalam pencegahan

infeksi pada luka bakar derajat 2 dan 3. Obat ini harus dioleskan pada kulit 1 atau 2x

sehari dan semua obat yang diberikan sebelumnya harus dibersihkan terlebih dahulu

sebelum mengoleskan salep baru. Eritromicin salep (bacitracin) digunakan untuk

mencegah infeksi pada luka bakar yang terdapat di bagian mata.

2. Analgetik

18

Page 19: Referat Luka Bakar

Morfin dan asetaminofen diberikan untuk penatalaksanaan nyeri dan mungkin

dapat bertindak sebagai sedatif yang penting bagi pasien yang mengalami cedera pada

daerah mata.

3. Anti Inflamasi Non Steroid

Advil, Motrin, Ansaid, Naprosyn, dan anaprox adalah obat anti inflamasi yang

digunakan untuk menghilangkan nyeri ringan sampai sedang.

C. Terapi Luka Bakar Elektrik

Kunci dari penatalaksanaan luka bakar listrik adalah hidrasi. Hidrasi yang adekuat

dapat menurunkan morbiditas. Jika kerusakan otot terjadi sangat parah, diuretik osmotik

diberikan.

1. Terapi Cairan

Ringer Lactat biasanya digunakan untuk terapi. Ringer lactat adalah larutan isotonik dan

berfungsi sebagai pengganti volume cairan tubuh. Pemberiannya melalui jalur intra vena

dan harus dihentikan apabila terdapat tanda-tanda edema pulmo.

2. Osmosis diuretik

Manitol adalah diuretik osmosis yang tidak dimetabolisme secara signifikan dan melewati

glomerulus tanpa direabsorpsi oleh ginjal. Manitol digunakan untuk mengembalikan dan

mempertahankan urin output.

Komplikasi

Komplikasi Luka Bakar

 - Fase Akut: syok, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

19

Page 20: Referat Luka Bakar

Dalam 24 jam pertama

Luka Bakar

Meningkatnya permeabilitas kapiler

Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi

ke dalam rongga interstisial :

hypoproteinemia, hyponatremia, hyperkalemia

Hipovolemi

Syok

- Fase Subakut: infeksi dan sepsis,multiorgan failure

SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap berbagai

stimulus klinik beratakibat infeksi ataupun noninfeksi seperti trauma, luka bakar, reaksi

autoimun, sirosis, pankreatitis, dll.Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-

mediator inflamasi (proinflamasi) yang mulanyabersifat fisiologik dalam proses

penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi danfaktor

pencetus, respon ini berubah secara berlebihan (mengalami eksagregasi) dan menyebabkan

kerusakan padaorgan-organ sistemik, menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan

organ terkena menjalankan fungsinya;

MODS ( Multi-system Organ Disfunction Syndrome) bahkan sampai kegagalan

berbagai organ ( Multi-system OrganFailure/MOF). SIRS dan MODS merupakan penyebab

20

Page 21: Referat Luka Bakar

utama tingginya angka mortalitas pada pasien luka bakar maupuntrauma berat lainnya. Dalam

penelitian dilaporkan SIRS dan MODS keduanya menjadi penyebab 81% kematianpasca

trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri mengantarkan pasien pada

MODS.Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu

infection,injury,inflamation,inadequateblood flow, dan ischemia-reperfusion injury.

- Fase Lanjut: parut hipertropik 

1. Hipertrofi Jaringan Parut

Hipertrofi jaringan parut merupakan komplikasi kulit yang biasa dialami pasien dengan luka

bakar yang sulit dicegah, akan tetapi masih bisa diatasi dengan tindakan tertentu terbentuknya

hipertrofi jaringan parut pada pasien luka bakar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :

Kedalaman luka bakar

Sifat kulit

Usia pasien

Lamanya waktu penutupan kulit

Penanduran kulit.

2. Kontraktur

Kontraktur adalah komplikasi yang hampir selalu menyertai luka bakar dan menimbulkan

gangguan fungsi pergerakan.

PROGNOSIS

Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks.Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi, jenis kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka bakar, dan trauma penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia lanjut.

Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar menjadi perhatian, antara

lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan dengan cairan ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat imunosupresi.

21

Page 22: Referat Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku

ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.

2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn

DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA: The

McGraw-Hill Companies; 2007.

4. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F, Hirshon JM,

Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicine health .com . 28 Agusuts

2009.

5. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari

http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html. 30 Agustus 2009.

22