REFERAT KATARAK

29
REFERAT KATARAK SENILIS PEMBIMBING : Dr. RIA MEKARWANGI, SP.M PENYUSUN : M RIFKI MAULANA 030.09.155 KEPANITERAAN KLINIK MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI PERIODE 9 FEBRUARI 2015 – 14 MARET 2015 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

description

xxxxx

Transcript of REFERAT KATARAK

Page 1: REFERAT KATARAK

REFERAT

KATARAK SENILIS

PEMBIMBING :

Dr. RIA MEKARWANGI, SP.M

PENYUSUN :

M RIFKI MAULANA 030.09.155

KEPANITERAAN KLINIK MATA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI

PERIODE 9 FEBRUARI 2015 – 14 MARET 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

Page 2: REFERAT KATARAK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Katarak adalah perubahan lensa mata yang semula jernih dan tembus

cahaya menjadi keruh, sehingga cahaya sulit mencapai retina akibatnya

penglihatan menjadi kabur. Katarak terjadi secara perlahan-lahan sehingga

penglihatan penderita terganggu secara berangsur. Katarak tidak menular dari satu

mata ke mata lain, tetapi katarak dapat terjadi pada kedua mata pada waktu yang

tidak bersamaan.Perubahan ini dapat terjadi karena proses degenerasi atau ketuaan

(jenis katarak ini paling sering dijumpai), trauma mata, infeksi penyakit tertentu

(Diabetes Mellitus).Katarak dapat terjadi pula sejak lahir (cacat bawaan), karena

itu katarak dapat dijumpai pada usia anak-anak maupun dewasa.

Data badan kesehatan PBB (WHO) menyebutkan penderita kebutaan di

dunia mencapai 38 juta orang, 48% di antaranya disebabkan katarak. Untuk

Indonesia, survei pada 1995/1996 menunjukkan prevalensi kebutaan mencapai

1,5% dengan 0,78% di antaranya disebabkan oleh katarak, dan yang terbesar

karena katarak senilis.

Selain penglihatan yang semakin kabur dan tidak jelas, tanda-tanda awal

terjadinya katarak antara lain merasa silau terhadap cahaya matahari, perubahan

dalam persepsi warna, dan daya penglihatan berkurang hingga kebutaan. Katarak

biasanya terjadi dengan perlahan dalam waktu beberapa bulan. Daya penglihatan

yang menurun mungkin tidak disadari karena merupakan perubahan yang

berperingkat (progresif).

Meskipun tergolong penyakit menakutkan, operasi katarak membutuhkan

waktu relatif singkat yaitu 30-40 menit saja. Bahkan, teknologi kedokteran terbaru

memungkinkan pembiusan dilakukan melalui tetes mata saja.

Operasi katarak merupakan operasi yang aman bagi kebanyakan orang.

Namun, sama seperti operasi lain, operasi katarak dapat menimbulkan komplikasi

seperti pendarahan dan kerusakan pada kornea atau retina yang memerlukan

pembedahan lebih lanjut.

Page 3: REFERAT KATARAK

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA

2.1 Anatomi Lensa

Gambar 1. Anatomi mata

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah,

transparan, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari

kapsul, epitel lensa, korteks dam nucleus. Ke depan, lensa berhubungan dengan

cairan bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca. Di belakang iris,

lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii (ligamentum

suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya

dengan korpus siliare. Zonula Zinni berasal dari lamina basal epitel tidak

berpigmen prosesus siliare. Zonula Zini melekat pada bagian ekuator kapsul lensa,

1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior

Page 4: REFERAT KATARAK

Gambar 2. Anatomi lensa

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada

permukaan anterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuous dan di

sebelah posteriornya korpus vitreus. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang

bekerja sebagai membran semipermeabel, yang melalukan air dan elektrolit untuk

makanannya. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator.

Di kapsul anterior depan terdapat selapis epitel subkapsular. Epitel ini

berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel,

termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.

Page 5: REFERAT KATARAK

Gambar 3. Lapisan lensa

Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-

lamel panjang yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya.

Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi,

sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus

dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Tiap serat

mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator,

yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan

di bagian anterior.

Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein

(kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water

soluble dan water insoluble. Water soluble merupakan protein intraseluler yang

terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk

dalam water insoluble adalah urea soluble dan urea insoluble. Kandungan kalium

lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Seperti telah

disinggung sebelumnya, tidak ada serat nyeri, pembuluh darah atau saraf di lensa.

2.1.2 Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya

hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan

sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut

akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama

kurvatura anterior.

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris

relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior

lensa sampai ukurannya yang terkecil; dalam posisi ini, daya refraksi lensa

diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk

Page 6: REFERAT KATARAK

memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga

tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi

lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara

korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina

dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan

refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.

Gambar 4. Akomodasi lensa

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu : kenyal atau lentur

karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung;

jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan; terletak di

tempatnya. Lensa dapat merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya, secara

normal sekitar 1,4 pada bagian tengah dan 1,36 pada bagian perifer yang berbeda

dari aqueous dan vitreous humor yang mengelilinginya. Pada keadaan tidak

berakomodasi, lensa memberikan kontribusi 15-20 D dari sekitar 60 D seluruh

kekuatan refraksi bola mata manusia. Sisanya, sekitar 40 D kekuatan refraksi

diberikan oleh udara dan kornea.

Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih

konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak

dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses

Page 7: REFERAT KATARAK

bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis.

Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-

kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”,

yang sering disangka katarak, padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa

menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini

disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.

2.1.3 Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation

(sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous.

Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan

kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior

dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak

ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-

K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-

ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt

(5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan

ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose

reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol

dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogen.

BAB III

KATARAK SENILIS

3.2 Definisi

Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi penurunan

penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan secara progresif.

Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di dunia saat ini.

3.3 Etiologi

Penyebab sebenarnya dari katarak senilis belum diketahuidan pada kasus-

kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, jadi sangat penting untuk

mengetahui riwayat keluarga pasien secara detil.

Page 8: REFERAT KATARAK

3.4 Epidemiologi

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan (WHO). Sebanyak tujuh

belas juta populasi dunia mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan

dijangka menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi empat puluh

juta.

Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering ditemukan.

90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis. Sekitar 5 % dari golongan

usia 70 tahun dan 10% dari golongan usia 80 tahun harus menjalani operasi

katarak.

3.5 Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya

diketahui. Diduga adanya interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan

dalam terjadinya katarak senilis dan belum sepenuhnya diketahui.

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan menjadi

tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat.

Lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga kemampuan fokus untuk

melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan terjadi pembentukan lapisan

kortikal yang baru pada lensa yang mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan

mengeras (sklerosis nuklear). Pada saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu

terbentukanya protein dengan berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan

perubahan indeks refraksi lensa sehingga memantulkan sinar masuk dan

mengurangi transparansi lensa. Perubahan kimia ini juga diikut dengan

pembentukan pigmen pada nuklear lensa.

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning

keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan penglihatan

(pandangan kabur/buram) pada seseorang.

Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga pupil

berwarna putih dan abu-abu./ Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai

lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit

Page 9: REFERAT KATARAK

dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus

bisa hilang sama sekali.

Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang

tinggi menjadi faktor risiko perembangan katarak sinilis.

Secara umum ada dua proses patogenesis katarak, yaitu :

1. Hidrasi

Terjadi penimbunan komposisi ionik pada korteks lensa dan penimbunan

cairan di antara celah-celah serabut lensa

2. Sklerosis

Serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu akan terdorong ke arah

tengah sehingga bagian tengah menjadi lebih padat (yang disebut nucleus),

mengalami dehidrasi serta penimbunan kalsium dan pigmen

3.6 Klasifikasi katarak senilis

Berdasarkan morfologinya katarak senilis dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Katarak Nuklear

2. Katarak Kortikal

3. Katarak Subkapsular Posterior

Katarak Nuklear

Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan

nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak

pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan keras

(sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat. Progresivitasnya

lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi. Pandangan jauh

lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan

baca dapat menjadi lebih baik.

Katarak Kortikal

Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta

komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang

mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun

Page 10: REFERAT KATARAK

dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.

Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.

Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu,

penglihatan merasa silau.

Katarak Subkapsular Posterior atau Kupuliformis

Pada katarak subkapsular posterior terjadi peningkatan opasitas pada bagian lensa

belakang secara perlahan. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun dan

progresivitasnya lebih cepat. Bentuk ini lebih sering menyerang orang dengan

diabetes, obesitas atau pemakaian steroid jangka panjang. Katarak ini

menyebabkan kesulitan membaca, silau, pandangan kabur pada kondisi cahaya

terang.

3.7 Stadium katarak senilis

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien, imatur,

matur, dan hipermatur.

Perbedaan stadium katarak senile.

Insipien Imatur Matur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan Lensa Normal Bertambah (air

masuk)

Normal Berkurang (air+masa

lensa keluar)

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos

Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaukoma

1. Katarak Insipien

Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang

membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.

Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada

awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan

Page 11: REFERAT KATARAK

poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian

lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu yang lama.

2. Katarak Imatur

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum mengenai

seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada

lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik

bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa yang mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik

mata dangkal sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangn

iris pada lensa, sehingga hasil uji shadow test (+).

3.Stadium Intumesen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratif

menyerap air. Masuknya air ke dalam lensa menyebabkan lensa menjadi bengkak

dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal

dibandingkan dalam keadaan normal. Katarak intumesen biasanya terjadi pada

katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lentikular.

4. Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses degenerasi

yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama hasil disintegrasi

melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa

yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

5. Katarak Hipermatur

Page 12: REFERAT KATARAK

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang mengalami

degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Lensa menjadi mengecil

dan berwarna kuning. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang

tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks

akan memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks

lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris

memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa

tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap sebagai

benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan glaukoma karena

aliran melalui COA kembali terhambat akibat terdapatnya sel-sel radang dan

cairan / protein lensa itu sendiri yang menghalangi aliran cairan bola mata.

3.8 Tanda dan gejala

Katarak didiagnosa melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang yang lengkap.

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau

berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-

hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau, dimana

tigkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun

dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau merasa

silau terhadap lampu mobil yang berlawanan arah atau sumber cahaya lain yang

mirip pada malam hari. Keluhan ini sering kali muncul pada penderita katarak

kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Page 13: REFERAT KATARAK

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan

dan tempat. Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini

diketahui lebih bagus daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui

kepastuian fungsi penglihatan; namun uji ini bukanlah indikator spesifik

hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena

pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan

diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan

menurun pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari,

sebaliknya paenderita katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan

pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding pada sinar redup.

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak

tumpul atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yang terlihat

disekeliling sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada

penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa

yang keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan

diplopia binocular dengan cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Page 14: REFERAT KATARAK

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan

persepsi warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau

kecoklatan dibanding warna sebenarnya.

10. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-

gerak pada lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau

badan vitreous yang sering bergerak-gerak.

Pemeriksaan Fisik

- Penurunan ketajaman penglihatan

Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan ketajaman

penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan dekat

lebih sering menurun jika dibandingkan dengan ketajaman pengihatan jauh, hal

ini mungkin disebabkan adanya daya konstriksi pupil yang kuat.

Peneglihatan menurun tergantung pada derajat katarak. Katarak imatur

dari sekitar 6/9-1/60; pada katarak matur hanya 1/300-1/~.

- Miopisasi

Page 15: REFERAT KATARAK

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang.

Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena

pasien ini mengalami penglihatan kedua. Namun setelah sekian waktu bersamaan

dengan memburuknya kualitas lensa,rasa nyaman ini berangsur menghilang dan

diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yang

asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak dapat

dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

3.9 Manajemen Katarak

Indikasi operasi katarak dibagi dalam 3 kelompok:

1. Indikasi Optik

Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan tajam

penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka

operasi katarak bisa dilakukan.

2. Indikasi Medis

Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera, bahkan

jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik:

- Katarak hipermatur

- Glaukoma sekunder

- Uveitis sekunder

- Dislokasi/Subluksasio lensa

- Benda asing intra-lentikuler

- Retinopati diabetika

- Ablasio retina

3. Indikasi Kosmetik

Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus optikus,

namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya pada

pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk membuat pupil

tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.

Page 16: REFERAT KATARAK

Teknik-teknik pembedahan katarak

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui

tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular Cataract

Extraction/Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini adalah

metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan

phacoemulsifikasi.

Operasi katarak intrakapsular/ Ekstraksi katarak intrakapsular

Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi

limbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang sudah jarang digunakan.

Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi atau

mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.

Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post

operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih

besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi

tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih

tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi

sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.

Operasi katarak ekstrakapsular

Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul

lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui

robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa okuler

posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh maka

dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta insiden

komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika

dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbul

katarak sekunder.

Page 17: REFERAT KATARAK

Fakoemulsifikasi

Merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena sama-sama

menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu 5

mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian

kapsul anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat

yang mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa

menjadi kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini

bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis.

Namun kurang efektif untuk katarak senilis yang padat.

Keuntungan dari metode ini antara lain:

(Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjadhit

karena akan menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya

astigmatisma, dan rasa adanya benda asing yang menempel setelah

operasi. Hal ini juga akan mencegah peningkatan tekanan intraokuli

selama pembedahan, yang juga mengurangi resiko perdarahan.

Cepat menyembuh.

Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhi

struktur mata.

Page 18: REFERAT KATARAK

Intraokular Lens (IOL)

Setelah pembedahan, pasien akan mengalami hipermetropi karena

kahilangan kemampuan akomodasi. Maka dari itu dilakukan penggantian dengan

lensa buatan (berupa lensa yang ditanam dalam mata, lensa kontak maupun

kacamata). IOL dapat terbuat dari bahan plastik, silikon maupun akrilik.

Untuk metode fakoemulsifikasi digunakan bahan yang elastis sehingga dapat

dilipat ketika akan dimasukan melalui lubang insisi yang kecil.

3.10 Komplikasi Katarak

Komplikasi katarak yang tersering adalah glaukoma yang dapat terjadi karena

proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

Fakolitik

- Pada lensa yang keruh terdapat lerusakan maka substansi lensa

akan keluar yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior

terutama bagian kapsul lensa.

- Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior

akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang

berfungsi merabsorbsi substansi lensa tersebut.

- Tumpukan akan menutup sudut kamera okuli anterior sehingga

timbul glaukoma.

Page 19: REFERAT KATARAK

Fakotopik

- Berdasarkan posisi lensa

- Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut

kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor

aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya

tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaukoma

Fakotoksik

- Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi

mata sendiri (auto toksik)

- Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang

kemudian akan menjadi glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbitan FKUI.

Jakarta. 2006.

2. Vaughen, G Daniel, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva : Oftalmologi

Umum. Balai Penerbit Widya Medika, Jakarta. Edisi 14, hlm 9-11, 175-

183.

Page 20: REFERAT KATARAK

3. Mayo Clinic Staf : Cataract. Mayo Clinic.com.tools for healthier lives.

www.mayoclinic.com/print/cataracts. 2006. Diunduh pada : 3 April 2014

4. D Ocampo, VV : Cataract, Senile. eMedicine. From WebMD.

www.emedicine.com/oph/topic49.htm.1-13. 2005. Diunduh pada 3 April

2014.

5. Husain R : Prevalence of cataract in rural Indonesia. Journal Article,

Research Support, Non-U.S. Gov'T

http://europepmc.org/abstract/MED/15993241/reload=0;jsessionid=5vQdd

zZvmOUltWDtVmNG.18. Diunduh pada 3 April 2014

6. Tong louis: Catarat senile. http://www.aaojournal.org/article/S0161-

6420%2805%2900313-1/abstract

7. Quillen DA (July 1999). "Common causes of vision loss in elderly

patients". Am Fam Physician (1): 99–108.

http://www.aafp.org/afp/1999/0701/p99.html

8. Allen, D.; Vasavada, A. (Jul 2006). "Cataract and surgery for cataract.".

http://www.bmj.com/content/333/7559/128