Referat jiwa
-
Upload
reyjenwijayakusuma -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of Referat jiwa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………… iii
BAB.I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1
II.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………… 2
BAB.II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Obat Antipsikotik
Klasifikasi Obat Antipsikotik
Obat antipsikotik sekarang ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan Tipikal dan
Atipikal. Hal ini didasarkan atas besarnya efek ekstrapiramidal yang di sebabkan. Disebut
golongan atipikal karena golongan ini sedikit menyebabkan reaksi ekstrapiramidal, sedangkan
disebut golongan tipikal karena efek ekstrapiramidal yang dihasilkan cukup besar.
Obat golongan atipikal pada umumnya memiliki afinitas yang lemah terhadap reseptor
dopamine 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4, serotonin, histamin,
reseptor muskarinik dan reseptor alfa adrenegik. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal
mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan
menyebabkan efek ekstrapiramidal yang kuat
a. Antipsikostik Tipikal
- Klorpromazin (CPZ)
Efek farmakologis klorpromazin meliputi susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem
endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor, diantaranya
dopamine reseptor, α-adrenergik, muskarinik, histamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2
dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin selain memiliki afinitas pada reseptor
dopamin, juga memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor α-adrenergik.
CPZ menimbulkan efek sedatif yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari
lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya
sedasi amat tergantung dari status emosional pasien sebelum minum obat.
CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang
oleh obat. CPZ yang merupakan golongan fenotiazin mempengaruhi ganlia basal,
sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal)
CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada
chemoreceptor trigger zone.
Pada dosis berlebihan semua derivate fenotiazin dapat menyebabkan gejala
ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada Parkinson. Dikenal 6 gejala sindrom
neurologik yang karateristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa terjadi sewaktu obat
diminum, yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme, dan sindrom neuroleptic malignan.
Dua sindrom lainya terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,
berupa tremor perioral dan dyskinesia tardii. CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot
rangka yang berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral
sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.
CPZ memiliki efek samping terhadap sistem reproduksi, terhadap wanita dapat terjadi
amenorea, galaktorea, dan peningkatan libido, sedangkan pada pria penurunan libido dan
ginekomastia. Efek ini terjadi karena efek sekunder dari hambatan dopamine yang
menyebabkan hiperprolaktinemiam serta adanya kemungkinan peningkatan perubahan
androgen menjadi estrogen di perifer.
Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat biasanya sering terjadi
dengan derivate fenotiazin. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer, curah jantung
menurun dan frekuensi jantung meningkat. Efek ini diperkirakan karena efek otonon dari
obat psikosis.
Klorpromazin memiliki bioavaibilitas berkisar antara 25%-35%, besifat larut dalam
lemak dan terikat kuat dengan protein plasma(92%-99%) serta memiliki volume
distribusi besar. Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu
setelah pemberian obat terakhir.
- Haloperidol
haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena halt
tertentu tidak dapat diberikan fenitiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien
yang diobati haloperidol.
Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis
yang kuat dan efektif untuk fase mania pneyakit manik depresi dan skizofenia.
Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami ekstasi.
Efek sedatif haloperidol kurang kuat disbanding dengan CPZ, sedangkan efek
haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat dan menghambat
jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang
konvulsi. Haloperidol menghambat sistem dopamine dan hipotalamus, juga menghambat
muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.
Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek antipsikotik lain,
walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur (blurring of
vision). Obat ini menghambat aktivasi respetor α-adrenergik , tetapi hambatanya tidak
sekuat hambatan CPZ.
Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat CPZ. Haloperidol
juga menyebabkan takikardia.
Seperti CPZ, haloperidol menyebabkan galaktorea dan respon endokrin lainya.
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai
dalam waktu 2-6 sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan
dalam plasma sampai berminggu-minggu.
Obat ini ditimbun dalam hati dan kita-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresikan
melalui empedu.
Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari
sesudah pemberian dosis tunggal.
Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden yang tinggi terutama
pada pasien usia muda.
Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati, dapat terjadi depresi
akibat reversi keadaan mania.
Perubahan hematologi ringan dapat terjadi, seperti leukopenia dan agranulositosis.
Frekuensi keadaan ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak
diberikan kepada wanita hamil, karena belum dapat terbukti bahwa obat ini tidak
menimbulkan efek teratogenik.
- Dibenzoksazepin
Obat ini mewakili golongan antipsikosis yang baru, namun sebagian besar memiliki efek
farmakologiknya sama.
Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan antiadrenergic. Obat ini
berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis lainnya.
Obat ini memiliki efek ekstrapiramidal dan diskinesia tardif, serta dapat menurunkan
ambang bangkita pasien, sehingga harus digunakan hati-hati pada pasien dengan riwayat
kejang.
Loksapin diarbsorbsi baik peroral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM)
dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 3,4. Metabolit utamanya memiliki waktu
paruh lebih lama (9jam).
Tabel 1. Antipsikosis: hubungan antara struktur kimia terhadap potensi dan toksisitas
Golongan Obat Potensi
Klinik
Toksisitas
ekstrapiramidal
Efek sedatif Efek
hipotensi
Fenotiazin
- Alifatik
- Piperazin
Klorpromazin
Flufenazin
++
++++
+++
++++
++++
++
+++
-
Tioxanten Thiotixene ++++ +++ +++ +++
Butirofenon Haloperidol ++++ +++++ ++ -
Dibenzodiazepin Klozapin +++ - ++ +++
Benzisoksazol Risperidon ++++ ++ ++ ++
Tienobenzodiazepin Olanzapin ++++ - +++ ++
Dibenzotiazepin Quetiapin ++ - +++ ++
Dihidroindolon Ziprassidon +++ - ++ +
Oihidrokarbostiril Aripriprazol ++++ + + ++
Tabel 2. Efek samping Antipsikosis
Sistem oragan yang
dipengaruhi
Manifestasi Mekanisme
Sistem saraf otonom Gangguan penglihatan, mulut
kering, sulit miksi, konstipasi
Hipotensi ortostatik, impotensi
Gangguan ejakulasi
Hambatan reseptor muskarinik
Hambatan reseptor adrenergik
Susunan saraf pusat Sindrom Parkinson, akatisia
dystonia
Dyskinesia tardif
Kejang
Hambatan reseptor dopamin
Supersensitivitas reseptor
dopamine
Hambatan reseptor muskarinik
Sistem endokrin Amenorea, galaktorea,
infertilitas, impotensi
Hambatan reseptor dopamine
yang menyebabkan
hiperprolaktinemia
Sistem lain Peningkatan berat badan Kemungkinan hambatan reseptor
H1 dan 5-HT2