Referat jiwa

11
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii DAFTAR ISI ……………………………………………… iii BAB.I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1 II.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………… 2 BAB.II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Obat Antipsikotik

description

jiwa

Transcript of Referat jiwa

Page 1: Referat jiwa

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………… iii

BAB.I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ……………………………………………… 1

II.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………… 2

BAB.II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi Obat Antipsikotik

Page 2: Referat jiwa

Klasifikasi Obat Antipsikotik

Obat antipsikotik sekarang ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu golongan Tipikal dan

Atipikal. Hal ini didasarkan atas besarnya efek ekstrapiramidal yang di sebabkan. Disebut

golongan atipikal karena golongan ini sedikit menyebabkan reaksi ekstrapiramidal, sedangkan

disebut golongan tipikal karena efek ekstrapiramidal yang dihasilkan cukup besar.

Obat golongan atipikal pada umumnya memiliki afinitas yang lemah terhadap reseptor

dopamine 2, selain itu juga memiliki afinitas terhadap reseptor dopamin 4, serotonin, histamin,

reseptor muskarinik dan reseptor alfa adrenegik. Kebanyakan antipsikosis golongan tipikal

mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2, hal inilah yang diperkirakan

menyebabkan efek ekstrapiramidal yang kuat

a. Antipsikostik Tipikal

- Klorpromazin (CPZ)

Efek farmakologis klorpromazin meliputi susunan saraf pusat, sistem otonom, dan sistem

endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat berbagai reseptor, diantaranya

dopamine reseptor, α-adrenergik, muskarinik, histamin H1 dan reseptor serotonin 5HT2

dengan afinitas yang berbeda. Klorpromazin selain memiliki afinitas pada reseptor

dopamin, juga memiliki afinitas yang tinggi terhadap reseptor α-adrenergik.

CPZ menimbulkan efek sedatif yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari

lingkungan. Pada pemakaian lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya

sedasi amat tergantung dari status emosional pasien sebelum minum obat.

CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang

oleh obat. CPZ yang merupakan golongan fenotiazin mempengaruhi ganlia basal,

sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal)

CPZ dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada

chemoreceptor trigger zone.

Pada dosis berlebihan semua derivate fenotiazin dapat menyebabkan gejala

ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada Parkinson. Dikenal 6 gejala sindrom

neurologik yang karateristik dari obat ini. Empat diantaranya biasa terjadi sewaktu obat

Page 3: Referat jiwa

diminum, yaitu distonia akut, akatisia, parkinsonisme, dan sindrom neuroleptic malignan.

Dua sindrom lainya terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun,

berupa tremor perioral dan dyskinesia tardii. CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot

rangka yang berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral

sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.

CPZ memiliki efek samping terhadap sistem reproduksi, terhadap wanita dapat terjadi

amenorea, galaktorea, dan peningkatan libido, sedangkan pada pria penurunan libido dan

ginekomastia. Efek ini terjadi karena efek sekunder dari hambatan dopamine yang

menyebabkan hiperprolaktinemiam serta adanya kemungkinan peningkatan perubahan

androgen menjadi estrogen di perifer.

Hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat istirahat biasanya sering terjadi

dengan derivate fenotiazin. Tekanan arteri rata-rata, resistensi perifer, curah jantung

menurun dan frekuensi jantung meningkat. Efek ini diperkirakan karena efek otonon dari

obat psikosis.

Klorpromazin memiliki bioavaibilitas berkisar antara 25%-35%, besifat larut dalam

lemak dan terikat kuat dengan protein plasma(92%-99%) serta memiliki volume

distribusi besar. Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu

setelah pemberian obat terakhir.

- Haloperidol

haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang karena halt

tertentu tidak dapat diberikan fenitiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% pasien

yang diobati haloperidol.

Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis

yang kuat dan efektif untuk fase mania pneyakit manik depresi dan skizofenia.

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami ekstasi.

Efek sedatif haloperidol kurang kuat disbanding dengan CPZ, sedangkan efek

haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat dan menghambat

jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang

Page 4: Referat jiwa

konvulsi. Haloperidol menghambat sistem dopamine dan hipotalamus, juga menghambat

muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.

Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek antipsikotik lain,

walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur (blurring of

vision). Obat ini menghambat aktivasi respetor α-adrenergik , tetapi hambatanya tidak

sekuat hambatan CPZ.

Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat CPZ. Haloperidol

juga menyebabkan takikardia.

Seperti CPZ, haloperidol menyebabkan galaktorea dan respon endokrin lainya.

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai

dalam waktu 2-6 sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan

dalam plasma sampai berminggu-minggu.

Obat ini ditimbun dalam hati dan kita-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresikan

melalui empedu.

Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari

sesudah pemberian dosis tunggal.

Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapiramidal dengan insiden yang tinggi terutama

pada pasien usia muda.

Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati, dapat terjadi depresi

akibat reversi keadaan mania.

Perubahan hematologi ringan dapat terjadi, seperti leukopenia dan agranulositosis.

Frekuensi keadaan ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak

diberikan kepada wanita hamil, karena belum dapat terbukti bahwa obat ini tidak

menimbulkan efek teratogenik.

- Dibenzoksazepin

Obat ini mewakili golongan antipsikosis yang baru, namun sebagian besar memiliki efek

farmakologiknya sama.

Page 5: Referat jiwa

Loksapin memiliki efek antiemetik, sedatif, antikolinergik dan antiadrenergic. Obat ini

berguna untuk mengobati skizofrenia dan psikosis lainnya.

Obat ini memiliki efek ekstrapiramidal dan diskinesia tardif, serta dapat menurunkan

ambang bangkita pasien, sehingga harus digunakan hati-hati pada pasien dengan riwayat

kejang.

Loksapin diarbsorbsi baik peroral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM)

dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 3,4. Metabolit utamanya memiliki waktu

paruh lebih lama (9jam).

Page 6: Referat jiwa

Tabel 1. Antipsikosis: hubungan antara struktur kimia terhadap potensi dan toksisitas

Golongan Obat Potensi

Klinik

Toksisitas

ekstrapiramidal

Efek sedatif Efek

hipotensi

Fenotiazin

- Alifatik

- Piperazin

Klorpromazin

Flufenazin

++

++++

+++

++++

++++

++

+++

-

Tioxanten Thiotixene ++++ +++ +++ +++

Butirofenon Haloperidol ++++ +++++ ++ -

Dibenzodiazepin Klozapin +++ - ++ +++

Benzisoksazol Risperidon ++++ ++ ++ ++

Tienobenzodiazepin Olanzapin ++++ - +++ ++

Dibenzotiazepin Quetiapin ++ - +++ ++

Dihidroindolon Ziprassidon +++ - ++ +

Oihidrokarbostiril Aripriprazol ++++ + + ++

Page 7: Referat jiwa

Tabel 2. Efek samping Antipsikosis

Sistem oragan yang

dipengaruhi

Manifestasi Mekanisme

Sistem saraf otonom Gangguan penglihatan, mulut

kering, sulit miksi, konstipasi

Hipotensi ortostatik, impotensi

Gangguan ejakulasi

Hambatan reseptor muskarinik

Hambatan reseptor adrenergik

Susunan saraf pusat Sindrom Parkinson, akatisia

dystonia

Dyskinesia tardif

Kejang

Hambatan reseptor dopamin

Supersensitivitas reseptor

dopamine

Hambatan reseptor muskarinik

Sistem endokrin Amenorea, galaktorea,

infertilitas, impotensi

Hambatan reseptor dopamine

yang menyebabkan

hiperprolaktinemia

Sistem lain Peningkatan berat badan Kemungkinan hambatan reseptor

H1 dan 5-HT2

Page 8: Referat jiwa