referat hidung berbau

31
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA FAKULTAS KEDOKTERAN Referat Sekret Hidung Berbau Pembimbing : Dr. Yuswandi Affandi Sp THT Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL Disusun Oleh : NORHIDAYU BINTI MESMAN 11.2013.177 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN- KEPALA DAN LEHER RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG 1

description

sinusitis

Transcript of referat hidung berbau

Page 1: referat hidung berbau

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Referat Sekret Hidung Berbau

Pembimbing :

Dr. Yuswandi Affandi Sp THT

Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL

Disusun Oleh :

NORHIDAYU BINTI MESMAN 11.2013.177

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN-KEPALA DAN LEHER

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Periode 16 Juni 2014 s/d 19 Juli 2014

1

Page 2: referat hidung berbau

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan

karunia-Nya maka tugas referat yang berjudul sekret hidung berbau ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penyusunan tugas referat ini merupakan salah satu tugas selama mengikuti

kepaniteraan di SMF Telinga Hidung Tenggorokan (THT) di RS Bayukarta. Judul

referat yang dipilih adalh sekret hidung berbau.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih terhadap pihak-pihak yang telah

membantu penyusunan tugas referat ini, ibu bapa, keluarga, teman-teman sejawat,

terutama kepada Dr. Yuswandi Affandi Sp.THT, Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL

yang telah bersedia memberi bimbingan agar tugas referat ini tersusun baik.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas referat ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran selalu kami harapkan. Besar harapan penulis

semoga tugas referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta

penyusun pada khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Karawang, 14 Juli 2014

2

Page 3: referat hidung berbau

DAFTAR ISI

Kata pengantar Halaman

Penghargaan 3

Pendahuluan 3

Anatomi dan fisiologi hidung

Hidung luar 4

Hidung dalam 5

Fisiologi hidung 6

Sekret hidung berbau

Definisi 10

Etiologi 10

Patogenesis 10

Diagnosis 11

Terapi 17

Prognosis 18

Pencegahan 19

Daftar pustaka 20

3

Page 4: referat hidung berbau

SEKRET HIDUNG BERBAU

PENGHARGAAN

Dalam kenyataannya, masih sering dijumpai penderita datang ke dokter

dengan keluhan hidung berbau, yang penting diperhatikan adalah bagaimana

menentukan diagnosis secara praktis, apalagi bagi seorang dokter yang tidak

mempunyai alat yang lengkap untuk memeriksa keadaan dalam hidung. Untuk

keperluan ini maka penulis tertarik untuk menulis referat tentang ‘Sekret Hidung

Berbau’ bagaimana patogenesis, anamnesis, cara pemeriksaan secara klinis yang

sederhana dan pedoman diagnostik berdasarkan diagnosis banding dari kelainan atau

beberapa penyakit yang dapat memberikan gejala hidung berbau.

1. PENDAHULUAN

Indera penghidu yang merupakan fungsi dari nervus olfaktorius, erat

hubungannya dengan indera pengecap yang dilakukan oleh nervus trigeminus, karena

keduanya bekerja bersama-sama. Stimulusnya berupa rangsangan kimiawi. Reseptor

organ penghidu terdapat di regio olfaktorius di bagian hidung sepertiga atas. Serabut

saraf olfaktorius berjalan melalui lubang-lubang pada lamina kribrosa os etmoid

menuju ke bulbus olfaktorius di dasar fossa kranii posterior.1

Partikel bau dapat mencapai reseptor penghidu bila menarik nafas dengan

kuat atau partikel tersebut larut dalam lendir yang selalu ada di permukaan mukosa

daerah olfaktorius. Berdasarkan survei data di Amerika Serikat tahun 1994 sekitar 2,7

juta orang mempunyai masalah dengan penciuman, salah satu diantaranya adalah

hidung berbau. Ini merupakan suatu gejala (simptom), bukan diagnosis. Sebagai

simptom, sekret hidung berbau sering disertai gejala hidung lainnya, misalnya hidung

tersumbat, keluar cairan dari hidung, kadang disertai dengan darah. Penelitian yang

dilakukan di RS dr. Kariadi Semarang tahun 1975-1976 tentang jenis penyakit yang

4

Page 5: referat hidung berbau

paling banyak menimbulkan gejala sekret hidung berbau di poliklinik Telinga Hidung

Tenggorok adalah korpus alienum dan sinusitis.1,2,3

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

2.1 Hidung Luar

Hidung luar berbentuk piramida dengan bagian-bagiannya yaitu pangkal

hidung (bridge), dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, kolumela dan lubang hidung

(nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang

dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk

melebarkan dan menyempitkan lubang hidung. Rangka hidung bagian luar terdiri

dari dua os nasal, prosesus frontal os maksila, kartilago lateralis superior, sepasang

kartilago lateralis inferior (kartilago ala mayor) dan tepi ventral (anterior) kartilago

septum nasi. Tepi medial kartilago lateralis superior menyatu dengan kartilago

septum nasi dan tepi kranial melekat erat dengan permukaan bawah os nasal serta

prosesus frontal os maksila.4,5

Gambar 1. Anatomi Hidung Luar

Pada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut

apertura piriformis. Tepi laterosuperior dibentuk oleh kedua os nasal dan prosesus

5

Page 6: referat hidung berbau

frontal os maksila. Dasarnya dibentuk oleh prosesus alveolaris maksila. Di garis

tengah ada penonjolan (prominentia) yang disebut spina nasalis anterior.4

2.2 Hidung Dalam

Struktur hidung dalam membentang dari os internum di sebelah anterior

hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dengan nasofaring.

Septum nasi merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi

organ menjadi dua hidung. Pada dinding lateral hidung terdapat konka dengan

rongga udara yaitu meatus superior, media dan inferior.5,6

Ujung-ujung saraf olfaktorius menempati daerah kecil pada bagian medial dan

lateral dinding hidung dalam dan ke atas hingga kubah hidung. Deformitas struktur

demikian pula penebalan atau edema mukosa berlebihan dapat mencegah aliran

udara untuk mencapai daerah olfaktorius dan dengan demikian dapat mengganggu

penciuman.6

Gambar 2. Anatomi hidung dan cavum nasi

2.3 Fisiologi Hidung

Fungsi hidung antara lain untuk jalan nafas, alat pengatur kondisi udara (air

conditioning), penyaring udara, indera penghidu, resonansi suara, membantu

proses bicara dan reflek nasal.4,7,8

a. Sebagai jalan nafas

6

Page 7: referat hidung berbau

Saat inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi

konka media kemudian turun kearah nasofaring, sehingga udara berbentuk

lengkungan atau arkus. Saat ekspirasi, udara masuk melalui koana dan

kemudian mengikuti jalan yang sama seperti saat inspirasi, di bagian depan

aliran udara memecah sebagian melalui nares anterior dan sebagian lagi ke

belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran udara nasofaring.8

b. Pengatur kondisi udara

Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur

suhu.

c. Sebagai penyaring dan pelindung

Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri

dan dilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir

dan enzim yang dapat menghancurkan beberapa bakteri yang disebut lisozim.8

d. Indera penghidu

Hidung bekerja sebagai indera penghidu karena adanya mukosa olfaktorius

pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum

nasi. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut

lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.4,7

Epitel olfaktorius adalah epitel berlapis semu berwarna kecoklatan dan terdiri

dari tiga macam sel-sel saraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius.

Lamina propia di daerah olfaktorius mengandung kelenjar olfaktorius

Bowman. Sel penunjang dan kelenjar Bowman (Graziadei) yang

menghasilkan mukus cair.4,7

Diantara sel-sel penunjang terdapat sel olfaktorius yang bipolar, sedangkan di

bagian puncak sel terdapat dendrit yang telah berubah bentuk dan melanjutkan

diri ke permukaan epitel, kemudian membentuk bulatan disebut vesikel

olfaktorius. Menurut teori stereokimia untuk penghidu setiap bau dari ketujuh

bau-bauan kimia atau dasar, indera penciuman mempunyai molekul yang

ukuran dan bentuknya unik dan bersifat elektrofilik atau nukleofilik. Epitel

olfaktorius diduga mempunyai reseptor-reseptor yang bentuk dan dimensinya

7

Page 8: referat hidung berbau

tertentu sehingga satu molekul bau yang spesifik membutuhkan partikel

reseptor tersendiri. Bau-bauan primer seperti bau-bauan eterial, kamper,

“musky”, wangi bunga, bau permen, pedas dan busuk. Bau tambahan

termasuk bau amandel, merupakan kombinasi yang ditimbulkan oleh

pertautan molekul-molekul dengan dua atau lebih reseptor primer.4

Teori lain berpendapat bahwa kualitas molekul yang dianggap sebagai bau

adalah interaksi antara vibrasi dengan organ reseptor. Kemungkinan besar,

permulaan perjalanan impuls pada nervus olfaktorius adalah rangsangan pada

batang olfaktorius atau silia, mungkin oleh larutan partikel bau-bauan dalam

lendir. Pada perangsangan sel reseptor, akan timbul perubahan potensial listrik

yang menghasilkan penjalaran impuls ke bulbus olfaktorius untuk merangsang

sel mitral. Bulbus olfaktorius mempunyai aktivitas listrik yang menetap dan

terus-menerus.4

Ujung proksimal sel olfaktorius menipis sampai hanya berbentuk filamen

setebal 1 mikrometer, yakni akson. Bersama-sama akson lainnya berkumpul

membentuk gabungan 20 filamen disebut fila olfaktoria, yang berjalan melalui

lubang pada lamina kribrosa dan memasuki bulbus olfaktorius di otak. Fila ini

tidak bermielin.4

Di dalam bulbus olfaktorius akson dari nervus olfaktorius akan berhubungan

dengan sel-sel mitral dan akson ini meninggalkan bulbus untuk membentuk

traktus olfaktorius yang berjalan sepanjang dasar lobus frontalis untuk

kemudian masuk ke korteks piriformis, komisura anterior, nukleus kaudatus,

tuberkulus olfaktorius dan limbus anterior kapsula interna dengan hubungan

sekunder.4

8

Page 9: referat hidung berbau

Gambar 3. Hubungan langsung dari mukosa olfaktorius ke bulbus olfaktorius

di Central Nervus System.

e. Resonansi suara

Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan

menyanyi. Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau

hilang, sehingga terdengar suara sengau (rinolalia).8

f. Proses bicara

9

Page 10: referat hidung berbau

Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah,

bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga

mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.8

g. Refleks nasal

Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran

cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh: iritasi mukosa hidung

menyebabkan refleks bersin dan nafas berhenti. Rangsangan bau tertentu

menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.8

3. 3. SEKRET HIDUNG BERBAU

3.1 Definisi

Sekret hidung berbau berarti bau busuk dari dalam hidung. Dalam

kepustakaan disebut sebagai offensive odor, fetid odor, stinkende afscheiding, a

stench. Ini merupakan suatu gejala (simptom), bukan diagnosis. Sebagai simptom,

sekret hidung berbau sering disertai gejala hidung lainnya, misalnya hidung

tersumbat, keluar cairan dari hidung, yang kadang-kadang disertai dengan darah.3,9

3.2 Etiologi

Ada beberapa penyakit yang memberikan gejala sekret hidung berbau antara

lain: 3

a. Korpus alienum

b. Rinolit

c. Difteri hidung

d. Sinusitis

e. Rinitis atrofi (Ozaena)

f. Nasofaringitis kronis

g. Rinitis kaseosa

3.3 Patogenesis

10

Page 11: referat hidung berbau

Menurut BOIES adanya berbau dalam hidung berarti terjadinya nekrosis dari

mukosa dan adanya organisme saprofit. Pus yang kronis dan berbau dalam sinus

maksilaris mungkin juga berasal dari gigi. Menurut BOYD, nekrosis dapat

disebabkan oleh: (1) berkurangnya aliran darah (blood supply), (2) toksin bakteri,

dan (3) iritasi secara fisik maupun kimiawi. Dikatakan pula bahwa sel-sel yang mati

akan mengalami pembusukan oleh organisme saprofit.3

Berdasar pendapat tersebut di atas, maka foetor ex nasi dapat disebabkan

oleh:3

1. Pembusukan sel-sel mati (benda-benda organik) atau korpus alienum oleh

kuman saprofit.

2. Pembusukan sel-sel jaringan yang nekrotis, sebagai akibat dari :

a. Trauma, mengakibatkan kerusakan jaringan sampai matinya jaringan

karena tidak mendapat suplai darah. Terjadilah nekrosis dan infeksi

sekunder sehingga timbul berbau.

b. Radang oleh iritasi fisik atau kimiawi.

c. Toksin bakteri.

d. Neoplasma maligna dengan bagian-bagian yang nekrotik.

3.4 Diagnosis

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti sangat membantu untuk

menentukan diagnosis etiologi dari sekret hidung berbau, karena banyak penyakit

yang memberikan gejala sekret hidung berbau. Meskipun hidung adalah organ

pembau, apabila dalam rongga hidung terjadi bau busuk, bau ini mungkin tidak

disadari oleh penderita. Apabila penderita dapat membau, kita beri tanda (+), dan

bila tidak membau kita beri tanda (-), maka kemungkinan yang dapat terjadi pada

pasien adalah: 3

1. Penderita sendiri (+), orang lain (+)

2. Penderita sendiri (+), orang lain (-)

3. Penderita sendiri (-), orang lain (+)

11

Page 12: referat hidung berbau

Bila penderita sendiri tidak dapat membau, berarti ia mengalami anosmia.

Bila orang lain tidak membau, berarti bau tersebut subjektif. Keluhan bau busuk

dari hidung anak sering dikeluhkan oleh orang tua atau pengasuhnya. Gejala nasal

discharge dengan hidung berbau dapat bersifat unilateral atau bilateral. Hal ini

perlu sekali ditanyakan dalam anamnesis oleh karena anamnesis yang teliti dan

terarah akan sangat membantu kita dalam mencari kemungkinan diagnosis.3

Anamnesis perlu disesuaikan dengan pemeriksaan, salah satu pemeriksaan

yang perlu dilakukan adalah menentukan apakah discharge purulent atau

sanguinous, dan apakah discharge sangat banyak (profuse). Berdasarkan adanya

macam-macam kelainan/penyakit yang dapat menimbulkan gejala hidung berbau,

dapatlah disusun diagnosis banding sebagai berikut :

1. Korpus alienum

2. Rinolit

3. Difteri hidung

4. Sinusitis

5. Rinitis atrofi (Ozaena)

6. Nasofaringitis kronis

7. Rinitis kaseosa

8. Radang kronis spesifik : sifilis tertier, tuberkulosis

9. Neoplasma maligna

1. Korpus alienum

Kebanyakan benda-benda kecil misalnya biji buah, manik-manik,

kancing, karet penghapus, kelereng, kacang polong, batu dan kacang tanah.

Kebanyakan ditemukan pada anak-anak dan biasanya unilateral. Bila benda

tersebut belum lama dimasukkan, maka tidak atau hanya sedikit mengganggu,

kecuali bila benda yang dimasukkan tajam atau sangat besar. Gejala yang

muncul antara lain obstruksi yang bersifat unilateral dan sekret yang berbau.

Benda asing umumnya ditemukan pada bagian anterior vestibulum atau pada

meatus inferior sepanjang dasar hidung. Karena penderita kebanyakan adalah

12

Page 13: referat hidung berbau

anak-anak, apakah penderita sendiri dapat membau atau tidak hal ini tidak

jelas.3,6,10

Gambar 4. Korpus alienum pada hidung

2. Rinolit

Rinolit juga dianggap sebagai benda asing tipe khusus yang biasanya

terdapat pada orang dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung

membentuk suatu masa berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau

bekuan darah. Warna sedikit abu-abu, agak coklat atau hitam kehijau-hijauan.

Konsistensi dapat lunak sampai keras dan rapuh atau porus. Seperti halnya

dengan korpus alienum, biasanya terdapat unilateral. Sekret sinus kronik dapat

mengawali terbentuknya masa seperti itu di dalam hidung.3,6,10

Gambar 5. Rinolit

3. Difteri hidung

Ada 2 tipe difteri hidung yaitu: (1) primer: terbatas dalam hidung,

bersifat benigna, ±2%, (2) sekunder: berasal atau bersama-sama dengan difteri

13

Page 14: referat hidung berbau

faring, bersifat maligna karena biasanya disertai gejala konstitusional.

Discharge biasanya bilateral, sanguinous, sering disertai ekskoriasi

vestibulum nasi. Berdasarkan adanya difteri hidung benigna dan maligna,

maka jangan lupa memeriksa keadaan faring. Bila masih ragu, sebaiknya

dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap sekret hidung dan tenggorok.3

4. Sinusitis

Dapat terjadi pada anak-anak ataupun dewasa, dapat unilateral, atau

bilateral. Pada anak-anak, discharge yang banyak sering disertai infeksi pada

adenoid dan alergi hidung. Pada anak-anak gejala yang sering ditemukan

ialah: nasal obstruction, persistent mucopurulent discharge, frequent colds.

Berdasarkan adanya infeksi adenoid dan alergi hidung, maka pada anak-anak

gejala discharge tentunya lebih sering bilateral. Pada anak-anak diragukan

apakah penderita sendiri membau atau tidak, jadi penderita sendiri (±), orang

lain (+). Penderita dewasa sering menyadari adanya bau yang tidak enak

dalam hidungnya, tetapi kadang-kadang hiposmia bila ada obstruksi dan

bersifat temporer.3,9,10

Gambar 6. Sinusitis maksilaris kiri.

5. Ozaena

Disebut juga rhinitis chronica atrophicans cum foetida.

Karakteristiknya adalah adanya atropi mukosa dan jaringan pengikat 14

Page 15: referat hidung berbau

submukosa struktur fossa nasalis, disertai adanya krusta yang berbau khas.

Untuk kepentingan klinis perlu ditetapkan derajat ozaena sebelum diobati,

yaitu ringan, sedang atau berat, karena derajat ozaena menentukan terapi dan

prognosisnya. Biasanya diagnosis ozaena secara klinis tidak sulit. Adanya

discharge yang berbau, bersifat bilateral, terdapat krusta kuning kehijau-

hijauan. Penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria, terutama

pada umur sekitar pubertas. Penderita sendiri mengalami anosmia, sedang

orang lain tidak tahan baunya.3

6. Nasofaringitis kronis

Di nasofaring terdapat jaringan limpoid, kadang-kadang adenoid,

dimana banyak tinggal bakteri-bakteri didalam kripti. Bila ada infeksi virus

maka bakteri tersebut menjadi virulen dan dapat meluas ke semua arah. Pada

kebanyakan kasus penyakit ini bersifat self limiting, bila daya tahan tubuh

baik penyakit segera sembuh. Tetapi dapat juga penyakit menjadi kronis dan

discharge nasofaring menjadi purulen serta mulai timbul bau, hal ini mulai

dirasakan oleh penderita sendiri. Penderita sering berusaha mengeluarkan

discharge di nasofaring yang dirasakan sangat mengganggu. Discharge pada

nasofaringitis kronis bersifat bilateral.3

7. Rinitis kaseosa

Adalah perubahan kronis inflamatoar dalam hidung dengan adanya

pembentukan jaringan granulasi dan akumulasi massa seperti keju yang

menyerupai kolesteatoma. Ada banyak teori tentang etiologi penyakit ini,

diantaranya bahwa penyakit ini adalah akibat radang kronis dan nasal stenosis

sekunder yang menyumbat nasal discharge. Oleh perubahan mekanis dan

kimiawi dan deskuamasi mukosa secara terus-menerus, terjadilah

penumpukan massa seperti keju yang menyerupai kolesteatoma. Kebanyakan

bersifat unilateral, dapat terjadi pada segala umur, tetapi terbanyak antara 30-

15

Page 16: referat hidung berbau

40 tahun. Karena kelainan ini adalah akibat sinusitis, penderita sendiri

membau (+), orang lain (+).3

8. Sinusistis dentogen

Kejadian sinusitis maksila akibat infeksi gigi rahang atas terjadi karena

infeksi bakteri (anaerob) menyebabkan terjadinya karies profunda sehingga

jaringan lunak gigi dan sekitarnya rusak. Pulpa terbuka maka kuman akan

masuk dan mengadakan pembusukan pada pulpa sehingga membentuk

gangren pulpa. Infeksi ini meluas dan mengenai selaput periodontium

menyebabkan periodontitis dan iritasi akan berlangsung lama sehingga

terbentuk pus. Abses periodontal ini kemudian dapat meluas dan mencapai

tulang alveolar menyebabkan abses alveolar. Tulang alveolar membentuk

dasar sinus maksila sehingga memicu inflamasi mukosa sinus. Disfungsi silia,

obstruksi ostium sinus serta abnormalitas sekresi mukus menyebabkan

akumulasi cairan dalam sinus sehingga terjadinya sinusitis maksila.

Gambar 7. Ilustrasi penyebaran infeksi odontogen (dentoalveolar abcess) tergantung

pada posisi apeks gigi penyebab.(A) Penyebaran pus kea rah sinus maksilaris (B)

Penyebaran pus pada rahang bawah tergantung pada posisi perlekatan otot

mylohyoid.

Gejala infeksi sinus maksilaris akut berupa demam, malaise, dan nyeri

Kepala yang tidak jelas yang biasanya reda dengan pemberian analgetik

biasanya seperti aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan gigi terasa nyeri

pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik dan turun tangga.

Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk, serta nyeri di

16

Page 17: referat hidung berbau

tempat lain karena nyeri alih (referred pain). Sekret mukopurulen dapat keluar

dari hidung dan terkadang berbau busuk.

3.5 Terapi

Terapi yang diberikan tergantung dari diagnosis :

a. Korpus alienum/ rinolit

Terapinya ialah mengangkat korpus alienum atau rinolit tanpa irigasi. Apabila

sulit, maka korpus alienum atau rinolit dapat di dorong ke nasofaring, dan

jangan sampai masuk tenggorokan.

b. Sinusitis dan rinitis kaseosa

Prinsip terapi ialah membersihkan discharge, memperbaiki ventilasi dan

drainase dengan dekongestan lokal, pemberian antibiotika yang sesuai selama

10-14 hari, meskipun gejala klinis telah hilang. Secara empiris, antibiotika

yang dapat diberikan misalnya Amoksisilin (3 x 500mg), Trimetoprim dan

Sulfametoksazol (2 x 960 mg), Amoksisilin dan Asam Klavulanat (2 x 500

mg), Klaritromisin (2 x 250 mg), dan Levofloksasin (4 x 500 mg). Bila tidak

berhasil baru dilakukan operasi. Terapi bedah pada sinusitis akut jarang

diperlukan, kecuali bila telah terjadi komplikasi ke orbita atau intrakranial,

atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret yang tertahan oleh sumbatan.

c. Ozaena

Terapi yang paling sering dipakai adalah irigasi nasi. Tujuan irigasi

adalah untuk mencegah pembentukan krusta. Untuk mencapai tujuan ini,

irigasi dilakukan beberapa kali sehari. Larutan dihirup ke dalam rongga

hidung dan dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuat–kuat, air yang

masuk ke nasofaring dikelurkan melalui mulut, dilakukan dua kali sehari.

Terapi lain yang dianjurkan adalah meningkatkan kelembaban ronggan

nasi. Untuk itu bisa dipakai gliserin, minyak mineral atau menthol yang

dicampur dengan paraffin. Untuk menghilangkan bau busuk dari hidung

penderita, bisa ditambahkan menthol. Selain itu bisa juga ditambahkan

17

Page 18: referat hidung berbau

pilokarpin atau atropine ke mukosa hidung untuk menstimulasi kelenjar

mukosa yang masih ada namun efektifitas tindakan ini belum diteliti. Selain

itu dapat juga diberikan tampon yang dibasahi dengan larutan ightyol 10%,

dimasukkan ke dalam hidung dan dibiarkan 20-30 menit sehingga krusta

lembek dan kemudian krusta dikeluarkan dengan forsep. Setelah krusta

dikeluarkan dapat diberikan larutan glukosa 25% dalam gliserin yang

menghambat organisme proteolitik.

Terapi antibiotik oral dengan antibiotik spektrum luas sesuai uji

resistensi kuman, dengan dosis adekuat sampai tanda–tanda infeksi hilang.

Terapi oral lainnya adalah vitamin A dan suplemen ferum.

d. Nasofaringitis kronis

Tidak ada terapi spesifik. Antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit

atau mengurangi insidens komplikasi bakteri. Sebagian besar kegawatan

adalah karena obstruksi hidung dan harus dilakukan upaya untuk

melegakannya jika keadaan tersebut mengganggu pada saat tidur atau pada

saat minum atau makan. Pemasukan obat-obatan melalui hidung mungkin

merupakan metode efektif untuk melegakan obstruksi hidung. Terapi lain

ialah dengan mengisap discharge yang lengket di nasofaring.

e. Sinusitis dentogen

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut

bakterial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta

membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik pilihan berupa golongan

penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan kuman telah resisten atau

memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-klavulanat

atau jenis cephalosporin generasi kedua. Terapi lain dapat diberikan jika

diperlukan seperti mukolitik, analgetik, steroid oral dan topikal, pencucian

rongga hidung dengan natrium klorida atau pemanasan. Selain itu, dapat

dilakukan irigasi sinus maksilaris atau koreksi gangguan gigi. Bedah sinus

18

Page 19: referat hidung berbau

endoskopi fungsional (BSEF) adalah operasi pada hidung dan sinus yang

menggunakan endoskopi dengan tujuan menormalkan kembali ventilasi sinus

dan klirens mukosiliar.

3.6 Prognosis

Prognosis untuk korpus alienum dan rinolit setelah pengangkatan korpus

alienum dan rinolit pada umumnya baik. Prognosis untuk radang pada umumnya

baik. Adanya bermacam-macam antibiotika dapat memperkecil insidens,

komplikasi dan mortalitas.3

Khusus untuk ozaena, prognosis tergantung dari derajat ozaena sebelum

diobati.3

Ozaena ringan, dengan terapi konservatif atau kombinasi konservatif dan

operatif, prognosis baik, dapat sembuh 100%.

Ozaena sedang, dengan terapi kombinasi konservatif dan operatif sekitar 75%

- 83% berhasil baik, dapat residif.

Ozaena berat, dengan terapi konservatif maupun operatif tidak berhasil, atau

hasilnya 0%. Oleh sebab itu dianjurkan untuk tidak melakukan operasi pada

ozaena berat.

3.7 Pencegahan

Pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya hidung berbau adalah dengan:

a. menjaga kebersihan

b. mempertinggi daya tahan tubuh agar tidak mudah terkena infeksi

c. mencegah terjadinya infeksi kronis 3

19

Page 20: referat hidung berbau

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunkusumo E. Gangguan Penghidu dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Soepardi EA, Iskandar N (ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2001;130.

2. Leopold DA. Disorder of Taste and Smell. http://www.emedicine.com. [diakses tanggal 14 Februari 2009].

3. Soedarjatni. Foetor ex nasi. Maj Cermin Dunia Kedokt. 1977;21-24.

4. Ballenger JJ. Hidung dan Sinus Paranasal dalam: Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta: Binarupa Aksara,1994;1-2.

5. Encarta. Anatomy of The Nose. http://www.encarta.msn.com/Anatomy of The Nose.html. [diakses tanggal 19 Februari 2009].

6. Hilger PA. Hidung: Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam: Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Adam, Boeis, Highler (eds). Jakarta: EGC.1997;174-176.

7. Dhingra PL. Disease of Ear, Nose and Throat. 4th ed. India: Elsevier. 2007;131.

8. Soetjipto D, Mangunkusumo E. Sumbatan Hidung dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Soepardi EA, Iskandar N (ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI,2001;88-94.

20

Page 21: referat hidung berbau

9. RS Dhillon, East CA. Ear Nose and Throat and Head and Neck Surgery. 2nd

ed. London: Churchill Livingstone, 1999;32.

10. Ghorayeb BY. Otolaryngology Houston. http://www.ghorayeb.com. [diakses tanggal 19 Februari 2009].

21