Referat Trauma Hidung Fix!!

24
BAB I PENDAHULUAN Cedera di dalam hidung biasanya terjadi ketika benda asing masuk ke dalam hidung atau ketika seseorang memakai obat-obatan melalui hidung. Cedera di luar hidung biasanya berhubungan dengan aktifitas olahraga, kekerasan, penyiksaan atau kecelakaan. Tulang hidung adalah tulang wajah yang paling sering patah karena tulang tersebut adalah tulang dengan posisi paling depan pada wajah. Meskipun tidak mengancam jiwa, patah tulang hidung dapat menyebabkan kelainan bentuk baik secara estetik dan fungsional. Patah tulang hidung juga dapat merusak selaput yang melapisi jalan nafas melalui hidung, menyebabkan terbentuknya jaringan parut sehingga menyumbat jalan nafas dan merusak indera penciuman seseorang. Seseorang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami trauma hidung adalah seorang atlet. Trauma hidung dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah kebocoran cairan serebrospinal dan peradangan selaput hidung. Penanganan dan pengobatan Trauma Hidung dapat berbeda tergantung pada kondisi pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah pembedahan hidung. Pencegahan trauma hidung berupa menghindari faktor risiko yang memungkinkan terjadinya trauma hidung. 1

Transcript of Referat Trauma Hidung Fix!!

Page 1: Referat Trauma Hidung Fix!!

BAB I

PENDAHULUAN

Cedera di dalam hidung biasanya terjadi ketika benda asing masuk ke dalam hidung atau

ketika seseorang memakai obat-obatan melalui hidung. Cedera di luar hidung biasanya

berhubungan dengan aktifitas olahraga, kekerasan, penyiksaan atau kecelakaan.

Tulang hidung adalah tulang wajah yang paling sering patah karena tulang tersebut

adalah tulang dengan posisi paling depan pada wajah. Meskipun tidak mengancam jiwa, patah

tulang hidung dapat menyebabkan kelainan bentuk baik secara estetik dan fungsional. Patah

tulang hidung juga dapat merusak selaput yang melapisi jalan nafas melalui hidung,

menyebabkan terbentuknya jaringan parut sehingga menyumbat jalan nafas dan merusak indera

penciuman seseorang.

Seseorang yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami trauma hidung adalah seorang

atlet. Trauma hidung dapat menyebabkan komplikasi diantaranya adalah kebocoran cairan

serebrospinal dan peradangan selaput hidung.

Penanganan dan pengobatan Trauma Hidung dapat berbeda tergantung pada kondisi

pasien dan penyakit yang dideritanya. Pilihan pengobatan adalah pembedahan hidung.

Pencegahan trauma hidung berupa menghindari faktor risiko yang memungkinkan terjadinya

trauma hidung.

1

Page 2: Referat Trauma Hidung Fix!!

BAB II

ANATOMI dan FISIOLOGI HIDUNG

2.1.1 Anatomi hidung

Untuk mengetahui penyakit dan kelainan hidung, perlu diingat kembali tentang

anatomi hidung. Anatomi dan fisiologis normal harus diketahui dan diingat kembali sebelum

terjadi perubahan anatomi dan fisiologi yang dapat berlanjut menjadi suatu penyakit atau

kelainan.

2.1.2 Embriologi hidung

Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan

anatomi sinonasal dapat dibagi menjadi dua proses. Pertama, embrional bagian kepala

berkembang membentuk dua bagian rongga hidung yang berbeda ; kedua adalah bagian

dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat, yang dikenal

dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut sebagai sinus.

Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu , perkembangan embrional

anatomi hidung mulai terbentuk dengan terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang

terpisah yaitu daerah frontonasal dan bagian pertautan prosesus maksilaris. Daerah

frontonasal nantinya akan berkembang hingga ke otak bagian depan, mendukung

pembentukan olfaktori. Bagian medial dan lateral akhirnya akan menjadi nares (lubang

hidung). Septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah posterior frontonasal dan

perluasan garis tengah mesoderm yang berasal dari daerah maksilaris.

Ketika kehamilan memasuki usia enam minggu, jaringan mesenkim mulai terebentuk,

yang tampak sebagai dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana. Usia

kehamilan tujuh minggu, tiga garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk tiga buah

konka.

Dan pada saat yang bersamaan terbentuknya prosesus unsinatus dan bula ethmoidalis

yang membentuk suatu daerah yang lebar disebut hiatus emilunaris. Pada usia kehamilan

empat belas minggu ditandai dengan pembentukan sel etmoidalis anterior yang berasal dari

invaginasi bagian atap meatus media dan sel ethmoidalis posterior yang berasal dari bagian

dasar meatus superior. Dan akhirnya pada usia kehamilan tiga puluh enam minggu, dinding

lateral hidung terbentuk dengan baik dan sudah tampak jelas proporsi konka. Seluruh

daerah sinus paranasal muncul dengan tingkatan yang berbeda sejak anak baru lahir,

2

Page 3: Referat Trauma Hidung Fix!!

perkembangannya melalui tahapan yang spesifik. Yang pertama berkembang adalah sinus

etmoid, diikuti oleh sinus maksilaris, sfenoid , dan sinus frontal.

2.1.3. Anatomi hidung luar

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol

pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar dibedakan atas tiga

bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat

kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang paling bawah adalah lobulus

hidung yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-

bagiannya dari atas ke bawah : 1) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum

nasi), 3) puncak hidung (hip),4) ala nasi,5) kolumela, dan 6) lubang hidung (nares

anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh

kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau

menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung (os nasal)

, 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ; sedangkan kerangka

tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung,

yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis

inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior kartilago septum.

2.1.4. Anatomi hidung dalam

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum

di sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari

nasofaring. Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior,

konka media, dan konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan

meatus inferior, berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan

sebelah atas konka media disebut meatus superior.

2.1.4.1 Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior

dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum

(kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan inferior oleh os

vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista sfenoid.

2.1.4.2. Kavum nasi

Kavum nasi terdiri dari:

3

Page 4: Referat Trauma Hidung Fix!!

Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus horizontal os

palatum.

Gambar 2.1 Anatomi Hidung Dalam

Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus

frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap hidung

dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang berasal

dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan

permukaan kranial konka superior.

Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os

lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka

inferior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial.

Konka

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ; celah antara konka

inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior ; celah antara konka media dan inferior

4

Page 5: Referat Trauma Hidung Fix!!

disebut meatus media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior. Kadang-

kadang didapatkan konka keempat (konka suprema) yang teratas. Konka suprema, konka

superior, dan konka media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior

merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum.

2.1.4.3. Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara

septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid posterior

bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang besarnya

bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus

sfeno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus sfenoid.

2.1.4.4. Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih luas

dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan

bahagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media yang letaknya

menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal

sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang

menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris.

Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan

dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula

etmoid yang dibentuk oleh salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan

sel-sel etmoid anterior biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid

anterior biasanya bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior

muara sinus frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang- kadang duktus nasofrontal

mempunyai ostium tersendiri di depan infundibulum.

2.1.4.5. Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara

duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di belakang batas

posterior nostril.

2.1.4.5. Nares

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan nasofaring,

berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. Tiap nares posterior

5

Page 6: Referat Trauma Hidung Fix!!

bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam oleh os vomer,

bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus.

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas

sinus maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus

paranasal terbesar di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya

menghadap ke fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus

os maksilla.

Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang

berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan bagian lateralnya

berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari orbita dan zygomatikus. Sinus-

sinus tersebut terbentuk oleh pseudostratified columnar epithelium yang berhubungan melalui

ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus

yang menghasilkan sel-sel goblet.

2.1.5. Kompleks ostiomeatal (KOM)

Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa

celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran KOM

terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. Struktur

anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid,

hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus frontal.

Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret yang

keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit infundibulum sebelum

masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret akan keluar melalui

celah sempit resesus frontal yang disebut sebagai serambi depan sinus frontal.

Dari resesus frontal drainase sekret dapat langsung menuju ke infundibulum etmoid

atau ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka media.

6

Page 7: Referat Trauma Hidung Fix!!

Gambar 2.2 Kompleks Ostio Meatal (Sumber : Nizar NW, 2000)

2.1.6 Pendarahan hidung

Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior

dan posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna. Bagian

bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya

adalah ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina

bersama n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka

media. Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis.

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,

a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach

(Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cidera oleh trauma,

sehingga sering menjadi sumber epistaksis(pendarahan hidung) terutama pada anak.

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan

arterinya . Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang

berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga

merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intrakranial.

7

Page 8: Referat Trauma Hidung Fix!!

2.1.7. Persarafan hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis

anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N.V).

Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui

ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris

juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini

menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari

n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus.

Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka

media.

Nervus olfaktorius. Saraf ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus

olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di

daerah sepertiga atas hidung.

2.1.8. Fisiologi hidung

Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka fungsi

fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah : 1) fungsi respirasi untuk mengatur kondisi

udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tek-

anan dan mekanisme imunologik lokal ; 2) fungsi penghidu, karena terdapanya mukosa

olfaktorius (penciuman) dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghidu ; 3) fungsi

fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan mencegah

hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang ; 4) fungsi statistik dan mekanik untuk

meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panas; 5) refleks nasal.

8

Page 9: Referat Trauma Hidung Fix!!

BAB III

TRAUMA HIDUNG

Trauma hidung didefinisikan sebagai setiap keadaan cedera hidung atau struktur terkait

yang dapat menyebabkan perdarahan, cacat fisik, berkurangnya kemampuan untuk bernapas

normal karena obstruksi, atau gangguan indera penciuman. Trauma dapat dipengaruhi oleh

faktor internal maupun eksternal.

Hidung manusia terdiri dari tulang, tulang rawan dan jaringan lunak. Ini berfungsi

sebagai saluran untuk udara masuk dari lingkungan luar ke dalam saluran pernafasan dan paru-

paru. Pada saat yang bersamaan, udara yang masuk ke dalam tubuh mengalami humidifikasi

dan dihangatkan oleh hidung.

Trauma internal pada hidung biasanya terjadi ketika sebuah benda asing (termasuk jari)

dimasukkan didalam hidung atau ketika seseorang mengonsumsi obat-obatan penyalahgunaan

(inhalants atau kokain) melalui hidung. Trauma eksternal hidung biasanya disebabkan

kekerasan atau trauma tumpul yang dapat berhubungan dengan olahraga, tindakan pidana

(pemukulan), kekerasan yang dilakukan orangtua terhadap anak, kecelakaan mobil atau sepeda.

Jenis trauma ini dapat mengakibatkan fraktur hidung.

Tulang hidung adalah tulang wajah yang paling sering fraktur ( patah) karena tulang

tersebut adalah tulang dengan posisi paling depan pada wajah. Meskipun tidak mengancam

jiwa, fraktur tulang hidung dapat menyebabkan kelainan bentuk, baik secara estetika dan

fungsional. Fraktur tulang hidung juga dapat merusak selaput yang melapisi jalan nafas melalui

hidung, menyebabkan terbentuknya jaringan parut sehingga menyumbat jalan nafas dan

merusak indera penciuman seseorang. Hanya sebesar 30g kekuatan yang diperlukan untuk

mematahkan atau memecahkan tulang hhidung dibandingkan tulang rahang yang memerlukan

kekuatan sebesar 70g . Bentuk fraktur tergantung pada arah datangnya trauma terhadap hidung,

apakah dari depan, samping, atau atas hidung.

Fraktur tulang akibat trauma ke hidung dapat melibatkan tulang septum ( partisi tulang

dan tulang rawan membagi hidung menjadi dua rongga ) serta tulang sekitar mata. Tulang-

tulang ini termasuk hidung, maxilla, lakrimal dan tulang frontal. Trauma langsung ke jembatan

hidung mungkin juga mengakibatkan kerusakan pada bagian dasar tengkorak yang dikenal

sebagai lamina kribriformis. trauma ini dapat memungkinkan cairan serebrospinal akan bocor

9

Page 10: Referat Trauma Hidung Fix!!

keluar dari tengkorak dan meninggalkan tubuh melalui hidung. Selain fraktur tulang, jaringan

lunak sekitar hidung dapat terluka yang dapat diakibatkan oleh gigitan (manusia atau hewan),

sengatan serangga, gunting, atau goresan. Luka tembus di sekitar hidung dapat disebabkan oleh

pistol udara atau senjata api lainnya. Terakhir, hidung piercing (tindik hidung), sebagai fashion

cenderung mengakibatkan trauma hidung jenis disengaja yang memiliki beberapa komplikasi,

termasuk infeksi tulang rawan dan jaringan lunak di hidung, penyumbatan jalan napas.

3.1.1 ETIOLOGI

Trauma eksternal pada hidung dapat terjadi secara tidak sengaja (kecelakaan lalulintas,

gigitan hewan, pistol udara, dan cedera olahraga) ataupun disengaja (berkelahi, kejahatan

kriminal, kekerasan dalam rumah tangga, ataupun piercing hidung). Trauma hidung dari cedera

olahraga dapat disebabkan oleh kontak dengan tubuh antar pemain ataupun alat. Jenis olahraga

yang dapat menyebabkan trauma hidung misalnya, sepak bola khususnya ketika dua pemain

berebut bola di atas kepala, olahraga yang menggunakan raket misalnya ketika smash, raket

dapat mengayun ke depan atau belakang dan dapat memukul hidung, karate, dan tinju.

Dalam beberapa kasus, trauma hidung eksternal dapat bersifat iatrogenik, atau

disebabkan oleh perawatan medis. Sebagian besar cedera ini terjadi saat melakukan

pemeriksaan kesehatan hidung dalam keadaan darurat atau sebagai komplikasi dari bedah

plastik. Dalam beberapa kasus kerusakan hidung disebabkan oleh terapi radiasi untuk kanker.

Trauma hidung internal mungkin mekanis (yang disebabkan oleh benda asing di hidung atau

dengan memilih atau menggaruk jaringan lapisan hidung) atau kimia (yang disebabkan oleh

iritasi lingkungan atau penyalahgunaan zat).

Trauma hidung akibat zat kimia dapat disebabkan secara sengaja ataupun tidak sengaja

saat bernapas atau mengendus zat iritan. Termasuk di dalamnya adalah asap tembakau,zat

pembersih rumah tangga ( amonia dan klorin pemutih ) dan furnitur perabotan, ozon dan

polutan udara yang lain, kokain, lem, pelarut cat, dan produk-produk rumah tangga yang

menghasilkan uap beracun. Trauma hidung yang disebabkan zat kimia juga sering ditemukan

pada anak- anak yang umumnya disebabkan luka bakar alkali akibat kebocoran baterai kecil

yang dimasukkan dalam hidung.

3.1.2. TANDA DAN GEJALA

Gejala trauma fisik pada hidung mencakup antara lain:

- Bentuk hidung rata atau deformitas lainnya.

10

Page 11: Referat Trauma Hidung Fix!!

- Infeksi tulang rawan atau jaringan lunak.

- Epistaxis atau perdarahan dari hidung.

- Krepitasi . Krepitasi adalah berderak tulang hidung yang dapat dirasakan saat palpasi

daerah hidung. Terdengar suara ketika ujung tulang dipalpasi, rasa sakit dan

pembengkakan jaringan hidung yang menyumbat saluran napas.

- Rhinitis.

- Hematoma septum.

- Kebocoran cairan serebrospinal melalui lubang hidung.

Gejala trauma truma hidung yang disebabkan zat kimia antara lain:

- Rinorrhea (hidung meler) dan lakrimasi.

- Rasa sakit.

- Berkurangnya penciuman.

- Hidung tersumbat dan kemerahan.

- Bersin.

- Pembengkakan pada membran mukosa yang melapisi hidung.

- Kerusakan tulang rawan di septum hidung dan jaringan yang melapisi hidung lainnya.

Beberapa iritan yang umum ditemui di rumah dan tempat kerja antara lain:

- Pelarut atau bubuk pembersih pakaian (detergen).

- Zat amoniak.

- Asap tembakau.

- Pemutih.

- Ozon.

- Belerang dioksida.

- Cat thinners .

- Arsenik.

- Asam kromat.

- Debu tembaga dan kabut.

Reaksi lanjutan yang mengikuti akibat paparan bahan kimia ini didasarkan tidak hanya pada

konsentrasi iritan tetapi juga pada faktor khusus untuk individu. Reaksi bervariasi antar

individu, bahkan dengan eksposure yang serupa.

11

Page 12: Referat Trauma Hidung Fix!!

3.1.3. DIAGNOSIS

Diagnosis fraktur tulang hidung biasanya berdasarkan adanya riwayat trauma hidung

dan gejala klinis. Epistaksis mungkin dapat terjadi ataupun tidak sama seklali. Pemeriksaan

intranasal dilakukan dalam rangka mencari sebuah defek berupa hematoma yang dapat

mengakibatkan konsekuensi yang serius seperti matinya jaraingan kartilago yang mengalami

defek. Pemeriksaan fisik pada hidung dilakukan untuk menentukan ada tidaknya nyeri,

mobilitas, kestabilan, dan krepitasi. Biasanya pemakaian sinar X belum diperlukan, namun pada

keadaan fraktur yang lebih hebat misal yang melibatkan beberapa tulang sebuah computed

tomography (CT scan) mungkin diperlukan. Sseorang dokter harus mencari klinis cedera terkait

seperti ekimosis periorbital ( sekitar mata ), mata berair, atau diplopia (penglihatan ganda) yang

menunjukkan adanya cedera orbital. Selain itu, fraktur gigi-geligi dan kebocoran cairan

serebrospinal ( csf ) harus dicari. Kebocoran cairan serebrospinal mengindikasikan adanya

sebuah cedera yang lebih parah dan memungkinkan terjadinya fraktur tulang etmoid.

Dokter mungkin juga meminta foto yang diambil sebelum cedera dalam rangka untuk

menentukan tingkat deformitas. Foto juga dapat diambil untuk dokumentasi kasus trauma yang

berhubungan dengan kasus hukum. Untuk mendiagnosis trauma yang disebabkan zat kimia,

riwayat kontak terpapar zat kimia beracun yang berpotensi harus dipastikan. Selain itu, pasien

juga harus membawa informasi yang berhubungan dengan jenis bahan kimia yang kontak

dengannya. Jika cedera terjadi di tempat kerja, lembar data keamanan materialatau bahan harus

tersedia di pusat kontrol pekerja. Pengukuran udara dari area kerja pasien juga dapat diperoleh.

Gejala perbaikan yang di nilai baik pada hari kerja maupun libur ditandai oleh kembalinya

gejala ketika kembali bekerja dan dijelaskan bahwa penyakit yang diderita berhubungan dengan

pekerjaan terkait. Dokter harus melakukan pemeriksaan intranasal untuk menentukan sejauh

mana luka kimia. Rontgen dada serta tes fungsi paru-paru dapat dianjurkan untuk menentukan

apakah ada keterlibatan saluran pernapasan bawah.

3.1.4. TATALAKSANA

Waktu

Trauma hidung harus segera mungkin ditanggulangi untuk mencegah komplikasi.

Baterai yang berada di dalam hidung harus segera dikeluarkan dalam waktu empat jam untuk

mencegah terjadinya luka bakar dan kerusakan jaringan hidung lainnya kebocoran zat kimia.

Jika sudah terbentuk hematoma, dokter harus mengobati segera mungkin untuk mencegah

12

Page 13: Referat Trauma Hidung Fix!!

infeksi atau kematian jaringan septum hidung. Terakhir jika anak digigit oleh hewan, trauma

tersebut harus dibersihkan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko penyakit rabies.

Perawatan fraktur hidung terbaik dilakukan selama tiga jam pertama setelah cedera. Jika

hal ini tidak dapat dilakukan, manajemen fraktur hidung harus dilakukan dalam tiga sampai

tujuh hari. Waktu merupakan hal penting dalam perawatan fraktur hidung karena penundaan

lebih lama dari tujuh sampai sepuluh hari dapat memungkinkan fraktur tulang untuk mengatur

tanpa kesejajaran yang tepat atau menyebabkan komplikasi seperti obstruksi jalan nafas dan

pembentukan jaringan parut. Buruknya perbaikan fraktur hidung biasanya memerlukan koreksi

bedah.

Prosedur Spesifik

Benda asing di dalam hidung umumnya dapat dikeluarkan dengan cara suction (sedot

hidung). Sementara itu bila terjadi epistaksis atau perdarahan dari hidung dilakukan penekanan

hidung dari luar selama 10-15 menit, dengan kepala pasien dipertahankan dalam posisi tegak.

Pemasangan tampon hidung dari lubang hidung (tampon sementara) dengan perban yang

dilapisi dengan petroleum jelly juga dapat dilakukan. Jika perdarahan tidak berhenti, atau jika

ini tampaknya berasal dari hidung atas, dokter akan berkonsultasi dokter bedah kepala dan leher

atau otolaryngologist untuk evaluasi khusus perdarahan. Senapan atau BB pelet yang sudah

menembus hidung atau dekat sinus umumnya ditangani dengan bantuan endoskopi, yang

merupakan sebuah alat tubular ramping yang memungkinkan dokter untuk memeriksa bagian

dalam rongga tubuh.

Tatalaksana pada fraktur tulang hidung tergantung pada tingkat cedera atau trauma,

kesulitan terbesar pada tatalaksana fraktur tulang hidung adalah pada mereka yang mengalami

fraktur melibatkan septum nasi. Dokter yang menatalaksana fraktur, yang berarti bahwa dia

akan mengembalikan posisi kerusakan tulang dengan tepat dan alignment. Meskipun pembiusan

lokal biasanya cukup untuk diberikan pada fraktur tulang hidung pada orang dewasa dan

remaja, namun pada kasus anak- anak dan orangtua biasanya diberikan anestesi umum.

Penanganan fraktur tulang hidung dapat dilakukan secara terbuka (open reduction) ataupun

tertutup (closed reduction). Penanganan tertutup melibatkan manipulasi tulang tanpa memotong

ke dalam overlying kulit. Penanganan jenis ini dilakukan pada fraktur tulang hidung yang

terbatas dalam ukuran dan kompleksitas. Open reduction dilakukan pada kasus fratur tulang

hidung yang lebih kompleks. Pada open reduction, dipindahkan ke posisi asli mereka setelah

dokter bedah membuat sayatan di overlying kulit. Prosedur ini dilakukan pada fraktur tulang

13

Page 14: Referat Trauma Hidung Fix!!

hidung yang melibatkan dislokasi dari septum serta tulang hidung. Selain itu open reduction

dilakukan jika anak memiliki defek hematoma atau fraktur terbuka dimana kulit telah terbuka.

Jika telah terbentuk hematoma, dokter akan melakukan drainase untuk mencegah

akumulasi darah dalam jaringan. Selanjutnya tulang hidung ditempatkan pada posisi yang tepat

dengan splints eksternal maupun internal, dan splint di pasang selama tujuh sampai sepuluh

hari. Pasien diberikan antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi dan dievaluasi lebih lanjut

oleh seorang otolaryngologist atau bedah plastik. Kompres dingin dapat dilakukan di rumah

untuk mengurangi pembengkakan. Dalam kasus gigitan binatang, pasien dapat diberikan

imunisasi aktif atau pasif terhadap rabies jika ada kemungkinan bahwa anjing atau binatang lain

terinfeksi. Tindakan pencegahan ini sangat penting untuk kasus gigitan hewan pada hidung atau

bagian lain dari wajah, seperti masa inkubasi virus rabies jauh lebih pendek untuk gigitan pada

kepala dan leher daripada untuk gigitan di tempat lain di tubuh. Komplikasi bisa timbul setelah

pengobatan dan karenanya tindak lanjut diperlukan. Masalah yang mungkin terjadi menyerupai

gejala fraktur hidung.

Lainnya termasuk infeksi, kebocoran CSF, terbentunya jaringan parut, dan sebuah

kelainan bentuk hidung pelana dimana jembatan hidung sangat tertekan. Pengobatan untuk

trauma yang disebabkan oleh iritasi inhalasi meliputi membersihkan pasien dari daerah yang

terkontaminasi atau penurunan waktu paparan. Langkah-langkah lainnya termasuk

menggunakan saline nasal spray atau topikal steroid.

3.1.5. PROGNOSIS

Pada umunya kasus trauma tulang hidung memiliki prognosis yang baik. Epistaksis

(mimisan) atau kerusakan jaringan yang disebabkan oleh mengorek hidung dapat membaik

dengan menghentikan kebiasaan tersebut. Infeksi atau reaksi alergi yang disebabkan oleh benda

asing di hidung biasanya membaik setelah segera dikeluarkan dari hidung. Fraktur tulang

hidung yang tidak melibatka septum nasi atau tulang wajah lainnya dan mendapatkan

pengobatan segera umumnya membaik tanpa cacat hidung, kehancuran tulang rawan, dan

komplikasi lainnya. Fraktur pada wajah yang lebih luas memerlukan tindakan bedah yang

bertujuan memperbaiki posisi tulang dan mengembalikan penampilan tulang (estetika).

Prognosis untuk trauma jaringan lunak hidung tergantung pada penyebab dan sejauh

mana luka yang terjadi. Seperti cedera robek yang disebabkan oleh gigitan memakan waktu

lebih lama untuk sembuh daripada luka yang sederhana, dan mungkin memerlukan bedah

plastik di kemudian hari untuk mengembalikan penampilan hidung. Kerusakan jaringan lapisan

14

Page 15: Referat Trauma Hidung Fix!!

hidung yang disebabkan oleh paparan iritasi asap atau tembakau dalam lingkungan biasanya

reversibel setelah pasien dijauhkan atau menghindar dari kontak dengan zat yang merusak.

Erosi atau kerusakan tulang rawan hidung karena inhalant atau penyalahgunaan obat, kokain,

biasanya memerlukan pembedahan.

3.1.6. PENCEGAHAN

Meski kebanyakan kasus trauma hidung terjadi secara tidak sengaja, beberapa langkah

dapat digunakan sebagai pencegahan. Pasien harus mengetahui gejala hidung patah dan harus

mencari pertolongan medis sesegera mungkin untuk mencegah bahaya lebih lanjut atau

komplikasi. Peralatan pelindung juga harus dikenakan ketika berolahraga. Karyawan juga harus

mewaspadai dari iritasi kimia di tempat kerja dan manajemen yang baik harus diambil untuk

menghindari paparan.

15

Page 16: Referat Trauma Hidung Fix!!

16

Page 17: Referat Trauma Hidung Fix!!

17