Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

51
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA FAKULTAS KEDOKTERAN Referat Pemeriksaan Fisik Telinga, Hidung, dan Tenggorokkan Pembimbing : Dr. Yuswandi Affandi Sp THT Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL Disusun Oleh : Rainy Chandranata 112014113 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA DAN LEHER 1

description

pf

Transcript of Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Page 1: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Referat

Pemeriksaan Fisik Telinga, Hidung, dan Tenggorokkan

Pembimbing :

Dr. Yuswandi Affandi Sp THT

Dr. Tantri Kurniawati Sp THT-KL

Disusun Oleh :

Rainy Chandranata

112014113

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

KEPALA DAN LEHER

RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

Periode 30 Maret 2015 s/d 2 Mei 2015

1

Page 2: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan

kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat ini dengan baik serta tepat

waktunya. Didalam referat ini, penulis akan membahaskan mengenai pemeriksaan fisik

telinga, hidung, dan tenggorokan.

Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga

penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari pelbagai pihak

untuk membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan

referat ini. Oleh kerana itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini.

Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat

membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis

memohon maaf sebesar-besarnya.

Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Karawang, April 2015

Penulis

2

Page 3: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

BAB I

Pendahuluan

Penyakit telinga, hidung, dan tenggorok (THT) sudah banyak terjadi di

masyarakat. Untuk dapat mengetahui tentang penyakit telinga, hidung, dan tenggorok

(THT) ini seorang dokter harus lebih dahulu mengetahui anatomi dan fisiologi dari

masing-masing organ tersebut. Selain itu, juga harus diketahui bagaimana cara

pemeriksaan pada organ tersebut. Selain telinga, hidung, dan tenggorok tentunya ada

organ-organ lain yang tidak kalah penting fungsinya. Salah satunya adalah kelenjar

limfa atau yang biasa disebut kelenjar getah bening. Sistem aliran limfa ini penting

untuk dipelajari dan diketahui oleh seorang dokter, karena hampir semua bentuk

radang atau keganasan kepala dan leher akan terlihat dan bermanifestasi ke kelenjar

limfa leher. Setelah mempelajari makalah ini diharapkan dokter muda dapat

mengetahui anatomi, fisiologi dan cara pemeriksaan penyakit THT sehingga

diharapkan dapat membantu penegakkan diagnosis penyakit-penyakit pada organ-

organ telinga, hidung, dan tenggorok (THT).

3

Page 4: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

BAB II

Anatomi dan Fisiologi Telinga, Hidung, dan Tenggorokkan

2.1 Anatomi

2.1.1 Anatomi Telinga

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di

sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita

tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar

disebut tuli. Telinga kita terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian

dalam. 1

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam(Diunduh dari http://www.jludwick.com/Notes/Miscellaneous/Insurance.html)

2.1.1.1 Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus, sampai membran

timpani. Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara,

4

Page 5: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga

mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanya dipersarafi oleh N.facialis.2

Bagian selanjutnya adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan liang

telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok yang

menghubungkan auricula dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih

kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm, dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop

dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus ke

belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5

mm dari membran timpani.1, 2

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga bagian

dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit, dan

sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula seruminosa. Glandula

seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna

coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah

masuknya benda asing.1, 2

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.auriculotemporalis

dan ramus auricularis n. vagus. Sedangkan aliran limfe menuju nodi parotidei superficiales,

mastoidei, dan cervicales superficiales.2

2.1.1.2 Telinga Tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang

dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi

meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam.

Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih

kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan

nasopharing melalui tuba eustachius dan di belakang dengan antrum mastoid.2

5

Page 6: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding

lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen

timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan

kavum timpani dan meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media. Lantai

dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin

sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dari bulbus

superior V. jugularis interna. Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis

tulang yang memisahkan kavum timpani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding

anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih ba-

wah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk ke dalam

saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini

diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat.

Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu

auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil,

disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo m. stapedius. Sebagian besar dinding

lateral dibentuk oleh membran timpani.1, 2

Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.

Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf

ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh

ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini

menghasilkan "refleks cahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.2

Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Bagian atas

disebut pars flaksida. Bagian bawah disebut pars tensa. Pars flaksida hanya berlapis dua,

bagian luar adalah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus

bersilia. Pars tensa memiliki satu lapis lagi di bagian tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari

6

Page 7: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di

bagian dalam. Membran tympan sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya

dipersarafi oleh n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.2,3

Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari

dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh

lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan belakang promontorium

terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi

medial fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior

promontorium terdapat fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran

timpani sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala

timpani.2,3

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus,

inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosessus longus maleus

melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada stapes.

Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.3

Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor

timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula ke arah

posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani

dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius

berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior

untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam

getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2

Tuba eustachius terbentang dart dinding anterior kavum timpani ke bawah, depan, dan

medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga

7

Page 8: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan

melalui pinggir atas m. constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan

tekanan udara di dalam cavum timpani dengan nasopharing.2

2.1.1.3 Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler

yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

helikotrema, menghubungkan perilimfe skala timpani dengan skala vestibuli.3

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di

sebelah bawah, dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala

timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli

disebut sebagai membran vestibuli (Reissneijs membrane) sedangkan dasar skala media

adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ Corti.3

Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran

tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel

rambut luar, dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.3

Gambar 2. Telinga Dalam

(Diunduh dari http://www.dailywriting.net/Attic%20Diary/InnerEar.htm)

2.1.2 Anatomi Hidung

2.1.2.1 Anatomi hidung luar

8

Page 9: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar

menonjol pada garis tengah di antara pipi dan bibir atas; struktur hidung luar dibedakan atas

tiga bagian : yang paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat

kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung

yang mudah digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari

atas ke bawah :

1) pangkal hidung (bridge),

2) batang hidung (dorsum nasi),

3) puncak hidung (hip),

4) ala nasi,

5) kolumela,

6) lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit,

jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan

lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari:

1) tulang hidung (os nasal)

2) prosesus frontalis os maksila

3) prosesus nasalis os frontal;

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di

bagian bawah hidung, yaitu

1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (ala mayor)

3) tepi anterior kartilago septum. 4

2.1.2.2 Anatomi hidung dalam

Bagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os. internum di

sebelah anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.

Kavum nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan

konka inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior,

berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas

konka media disebut meatus superior.2

9

Page 10: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Gambar 3. Anatomi Hidung Dalam

2.1.2.2.1 Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian

posterior dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh

kartilago septum (kuadrilateral) , premaksila dan kolumela membranosa; bagian

posterior dan inferior oleh os vomer, krista maksila , Krista palatine serta krista

sfenoid. 2

2.1.2.2.2 Kavum nasi

Kavum nasi terdiri dari:

1. Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus

horizontal os palatum.

2. Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal,

prosesus frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid.

Sebagian besar atap hidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh

filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus

olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial

konka superior.

3. Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os

maksila, os lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan

bagian dari os etmoid, konka inferior, lamina perpendikularis os platinum dan

lamina pterigoideus medial.

10

Page 11: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

4. Konka

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka. Celah antara

konka inferior dengan dasar hidung disebut meatus inferior, celah antara

konka media dan inferior disebut meatus media, dan di sebelah atas konka

media disebut meatus superior. Kadang-kadang didapatkan konka keempat

(konka suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan konka

media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior

merupakan tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan

palatum.5

2.1.2.2.3 Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara

septum dan massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid

posterior bermuara di sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang

besarnya bervariasi. Di atas belakang konka superior dan di depan korpus os sfenoid

terdapat resesus sfeno-etmoidal, tempat bermuaranya sinus sfenoid.5

2.1.2.2.4 Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih

luas dibandingkan dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila,

sinus frontal dan bagian anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media

yang letaknya menggantung, pada dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan

sabit yang dikenal sebagai infundibulum. Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk

bulan sabit yang menghubungkan meatus medius dengan infundibulum yang

dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial infundibulum membentuk

tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus unsinatus. Di atas

infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh salah

satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior

biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya

bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus

frontal. Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai

ostium tersendiri di depan infundibulum.2

2.1.2.2.5 Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai

muara duktus nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di

belakang batas posterior nostril.

11

Page 12: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

2.1.2.2.6 Nares Posterior

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan

nasofaring, berbentuk oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. Tiap nares

posterior bagian bawahnya dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam

oleh os vomer, bagian atas oleh prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh

lamina pterigoideus.2

2.1.2.3 Sinus Paranasal

Di bagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus

maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar

di antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya menghadap ke

fossa nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus os maksilla.2

2.1.2.4 Kompleks ostiomeatal (KOM)

Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa

celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran KOM

terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi

penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus

semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus frontal.

Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret yang

keluar dari ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit infundibulum sebelum

masuk ke rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret akan keluar melalui celah

sempit resesus frontal yang disebut sebagai serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal

drainase sekret dapat langsung menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara

prosesus unsinatus dan konka media.6

Gambar 4. Kompleks Ostio Meatal

12

Page 13: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

2.1.2.5 Perdarahan hidung

Bagian atas hidung rongga hidung mendapat pendarahan dari a. etmoid anterior dan

posterior yang merupakan cabang dari a. oftalmika dari a.karotis interna. Bagian bawah

rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, di antaranya adalah

ujung a.palatina mayor dan a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama

n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media.

Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang – cabang a.fasialis.7

Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,

a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach

(Little’s area). Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cidera oleh trauma,

sehingga sering menjadi sumber epistaksis (perdarahan hidung) terutama pada anak.2,7

Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan

arterinya .Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke v.oftalmika yang

berhubungan dengan sinus kavernosus. Vena-vena di hidung tidak memiliki katup, sehingga

merupakan faktor predisposisi untuk mudahnya penyebaran infeksi hingga ke intracranial.2,7

2.1.2.6 Persarafan hidung

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis

anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dari n.oftalmikus (N.V-1).

Rongga hidung lannya, sebagian besar mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui

ganglion sfenopalatinum. Ganglion sfenopalatinum selain memberikan persarafan sensoris

juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa hidung. Ganglion ini

menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila (N.V-2), serabut parasimpatis dari

n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-serabut simpatis dari n.petrosus profundus.

Ganglion sfenopalatinum terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka

media.

Nervus olfaktorius : saraf ini turun dari lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus

olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius di

daerah sepertiga atas hidung.7

2.1.3 Anatomi Tenggorokkan

Pada anatomi, tenggorokan bagian dari leher depan sampai kolumna vertebra. Terdiri

dari faring dan laring. Bagian yang terpenting dari tenggorokan adalah epiglottis, ini menutup

13

Page 14: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

jika ada makanan dan minuman yang lewat dan akan menuju ke esophagus. Tenggorakan jika

dipendarahi oleh bermacam-macam pembuluh darah, otot faring, trakea dan esophagus.

Tulang hyoid dan klavikula merupakan salah satu tulang tenggorokan untuk mamalia.

2.1.3.1 Rongga mulut

Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak di

depan batas bebas palatum mole, arkus faringeus anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi

terutama disusun oleh sebagian besar otot orbikularis oris yang dipersarafi oleh saraf fasilais..

Ruangan di antara mukosa pipi bagian dalam dan gigi adalah vestibulum oris. Muara duktus

kelenjar parotis menghadap gigi molar kedua atas.

Gigi ditunjang oleh krista alveolar mandibula dibagian bawah dan krista alveolar

maksila di bagian atas. Gigi pada bayi terdiri dari dua gigi seri, satu gigi taring dan dua gigi

geraham. Gigi dewasa terdiri dari dua gigi seri dan satu gigi taring, dua gigi premolar dan tiga

gigi molar. Permukaan oklusal dari gigi seri berbentuk menyerupai pahat dan gigi taring

tajam, sedangkan gigi premolar dan molar mempunyai permukaan oklusal yang datar. Daerah

diantara gigi molar paling belakang atas dan bawah dikenal dengan trigonum retromolar.

Palatum dibentuk oleh tulang dari palatum durum dibagian depan dan sebagian besar

dari otot palatum mole dibagian belakang. Palatum mole dapat dian gkat untuk faring bagian

nasal dari rongga mulut dan orofaring. Ketidakmampuan palatum mole menutup akan

mengakibatkan bicara yang abnormal (rinolalia aperta) dan kesulitan menelan. Dasar mulut

diantara lidah dan gigi terdapat kelenjar sublingual dan bagian dari kelenjar submandibula.

Muara duktus mandibularis terletak di depan ditepi frenulum lidah. Kegagalan kelenjar liur

untuk mengeluarkan liur menyebabkan mulut menjadi kering, atau xerostomia. Hal ini

merupakan keluhan yang menyulitkan pada beberapa pasien.2,3

Lidah merupakan organ muskular yang aktif. Dua pertiga bagian depan dapat

digerakkan, sedangkan pangkalnya terfiksasi. Otot dari lidah dipersarafi oleh saraf

hipoglosus. Dua pertiga lidah bagian depan dipersarafi oleh saraf lingualis dan saraf

glosofaringeus pada sepertiga lidah bagian belakang.3

Korda timpani mempersarafi cita rasa lidah dua pertiga bagian depan , sedangkan

saraf glosofaringeus mempersarafi cita rasa lidah sepertiga bagian belakang. Cita rasa dibagi

dalam daerah-daerah tertentu. Misalnya, rasa pahit dapat dirasakan pada lidah bagian

belakang. Permukaan lidah bagian atas dibagi menjadi dua pertiga depan dan sepertiga

bagian belakang oleh garis dari papila sirkumvalata yang berbentuk huruf V merupakan

tempat asal duktus tiroglosus. Fungsi lidah untuk berbicara dan menggerakkan bolus

makanan pada waktu pengunyahan dan penelanan.2

14

Page 15: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

2.1.3.2 Faring

Faring bagian dari leher dan tenggorokan bagian belakang dari mulut, cavum nasi,

kranial atau superior sampai esofagus, laring dan trakea. Faring adalah suatu kantong

fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian

bawah. Kantong ini mulai dari dasar tengkorak terus menyambung ke esofagus setinggi

vertebra servikalis ke-6. ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke

depan berhubungan dengan rongga mulut melalui ismus orofaring, sedangkan dengan laring

dibawah berhubungan melaui aditus laring dan ke bawah berhubungan dengan esofagus.

Panjang dinding posterior faring pada orang dewasa kurang lebih 14 cm; bagian ini

merupakan bagian dinding faring yang terpanjang. Dinding faring dibentuk oleh (dari dalam

keluar) selaput lendir, fasia faringobasiler, pembungkus otot dan sebagian fasia

bukofaringeal. Faring terbagi atas nasofaring, orofaring dan laringofaring (hipofaring).2

Pada mukosa dinding belakang faring terdapat dasar tulang oksiput inferior,

kemudian bagian depan tulang atas dan sumbu badan, dan vertebra servikalis lain. Nasofaring

membuka ke arah depan ke hidung melalui koana posterior. Superior, adenoid terletak pada

mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustakhius kartilaginosa terdapat didepan

lekukan yang disebut fosa Rosenmuller. Kedua struktur ini berada diatas batas bebas otot

konstriktor faringis superior. Otot tensor veli palatini, merupakan otot yang menegangkan

palatum dan membuka tuba eustakhius, masuk ke faring melalui ruangan ini. Otot ini

membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus tulang untuk memasuki palatum mole. Otot

tensor veli palatini dipersarafi oleh saraf mandibularis melalui ganglion otic.

Orofaring ke arah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal

dalam kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila,

arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglosus, dan dibelakang dari arkus faring

posterior disusun oleh otot palatofaringeus otot-otot ini membantu menutupnya orofaring

bagian posterior. Semuanya dipersarafi oleh pleksus faringeus.

Unsur-unsur faring meliputi mukosa, palut lendir (mucous blanket) dan otot:

a. Mukosa

Bentuk mukosa faring bervariasi, tergantung pada letaknya. Pada nasofaring

karena fungsinya untuk saluran respirasi, maka mukosanya bersilia, sedang

epitelnya torak berlapis yang mengandung sel goblet. Di bagian bawahnya, yaitu

orofaring dan laringofaring, karena fungsinya untuk saluran cerna, epitelnya

gepeng berlapis dan tidak bersilia.

15

Page 16: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Di sepanjang faring dapat ditemukan banyak sel jaringan limfoid yang

terletak dalam rangkaian jaringan ikat yang termasuk dalam sistem

retikuloendotelial. Oleh karena itu faring dapat disebut juga daerah pertahanan

tubuh terdepan

b. Palut Lendir (Mucous Blanket)

Daerah nasofaring dilalui oleh udara pernapasan yang diisap melalui hidung.

Di bagian atas, nasofaring ditutupi oleh palut lendir yang terletak diatas silia dan

bergerak sesuai dengan arah gerak silia ke belakang. Palut lendir ini berfungsi

untuk menangkap partikel kotoran yang terbawa oleh udara yang diisap. Palut

lendir ini mengandung enzim Lyzozyme yang penting untuk proteksi.

c. Otot

Faring merupakan daerah dimana udara melaluinya dari hidung ke laring

juga dilalui oleh makanan dari rongga mulut ke esofagus. Oleh karena itu,

kegagalan dari otot-otot faringeal, terutama yang menyusun ketiga otot

konstriktor faringis, akan menyebabkan kesulitan dalam menelan dan biasanya

juga terjadi aspirasi air liur dan makanan ke dalam cabang trakeobronkial.

Otot-otot faring tersusun dalam lapisan melingkar (sirkular) dan memanjang

(longitudinal). Otot-otot yang sirkular terdiri dari m.konstriktor faring superior,

media dan inferior. Otot-otot ini terletak disebelah luar. Disebelah depan, otot-

otot ini bertemu satu sama lain dan dibelakang bertemu pada jaringan ikat yang

disebut ”rafe faring” (raphe pharyngis). Kerja otot konstriktor untuk

mengecilkan lumen faring. Otot-otot ini dipersarafi oleh n.vagus (n.X)

Otot-otot yang longitudial adalah m.stilofaring dan m.palatofaring. letak

otot-otot ini sebelah dalam. M.stilofaring gunanya untuk melebarkan faring dan

menarik laring, sedangkan m.palatofaring mempertemukan ismus orofaring dan

menaikkan bagian bawah faring dan laring. Jadi kedua otot ini bekerja sebagai

elevator. Kerja kedua otot itu penting pada waktu menelan. M.stilofaring

dipersarafi oleh n.IX sedangkan m.palatofaring dipersarafi dan m.azigos uvula.

M.levator veli palatini membentuk sebagian besar palatum mole dan

kerjanya untuk menyempitkan ismus faring dan memperlebar ostium tuba

eustacius.otot ini dipersarafi oleh n.X.

M. tensor veli palatini membentuk tenda palatum mole dan kerjanya untuk

mengencangkan bagian anterior palatum mole dan membuka tuba eustachius.

Otot ini dipersarafi oleh n.X

16

Page 17: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

M. palatoglosus membentuk arkus anterior faring dan kerjanya

menyempitkan ismus faring. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

M. palatofaring membentuk arkus posterior faring. Otot ini dipersarafi oleh

n.X.

M. azigos uvula merupakan otot yang kecil, kerjanya memperpendek dan

menaikkan uvula ke belakang atas. Otot ini dipersarafi oleh n.X.

d. Pendarahan

Faring mendapat darah dari beberapa sumber dan kadang-kadang tidak

beraturan. Yang utama berasal dari cabang a.karotis eksterna (cabang faring

asendens dan cabang fausial) serta dari cabang a.maksila interna yakni cabang

palatina superior.

e. Persarafan

Persarafan motorik dan sensorik daerah faring berasal dari pleksus faring

yang ekstensif. Pleksus ini dibentuk oleh cabang faring dari n.vagus, cabang dari

n.glosofaring dan serabut simpatis. Cabang faring dari n.vagus berisi serabut

motorik. Dari pleksus faring yang ekstensif ini keluar cabang-cabang untuk otot-

otot faring kecuali m.stilofaring yang dipersarafi lansung oleh cabang

n.glosofaring (n.IX).

f. Kelenjar getah bening

Aliran limfa dari dinding faring dapat melaui 3 saluran yakni superior,

media dan inferior. Saluran limfa superior mengalir ke kelenjar getah bening

retrofaring dan kelenjar getah bening servikal dalam atas. Saluran limfa media

mengalir ke kelenjar getah bening jugulo-digastrik dan kelenjar servikal dalam

atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke kelenjar getah bening servikal

dalam bawah.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas:

1. Nasofaring

Berhubungan erat dengan beberapa struktur penting misalnya adenoid,

jaringan limfoid pada dinding lareral faring dengan resessus faring yang disebut

fosa rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan invaginasi struktur embrional

hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring diatas penonjolan

kartilago tuba eustachius, konka foramen jugulare, yang dilalui oleh nervus

glosofaring, nervus vagus dan nervus asesorius spinal saraf kranial dan vena

17

Page 18: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

jugularis interna bagian petrosus os.tempolaris dan foramen laserum dan muara

tuba eustachius

2. Orofaring

Disebut juga mesofaring dengan batas atasnya adalah palatum mole, batas

bawahnya adalah tepi atas epiglotis kedepan adalah rongga mulut sedangkan

kebelakang adalah vertebra servikal. Struktur yang terdapat dirongga orofaring

adalah dinding posterior faring, tonsil palatina fosa tonsil serta arkus faring

anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum

a. Dinding posterior faring

Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada

radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot

bagian tersebut. Gangguan otot posterior faring bersama-sama dengan otot

palatum mole berhubungan dengan gangguan n.vagus.

b. Fosa tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas

lateralnya adalah m.konstriktor faring superior. Pada batas atas yang disebut

kutub atas (upper pole) terdapat suatu ruang kecil yang dinamakan fossa

supratonsil. Fosa ini berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan

tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Fosa tonsil diliputi oleh fasia

yang merupakan bagian dari fasia bukofaring dan disebu kapsul yang sebenar-

benarnya bukan merupakan kapsul yang sebena-benarnya

c. Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dengan kriptus didalamnya.

Terdapat macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina dan

tonsil lingual yang ketiga-tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin

waldeyer. Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam

fosa tonsil. Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang

merupakan sisa kantong faring yang kedua. Kutub bawah tonsil biasanya

melekat pada dasar lidah.

Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah

yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi tonsil ialah epitel skuamosa yang

juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya biasanya ditemukan leukosit,

limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.

18

Page 19: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Permukaan lateral tonsil melekat pada fasia faring yang sering juga disebut

kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring, sehingga mudah

dilakukan diseksi pada tonsilektomi.Tonsil mendapat darah dari a.palatina

minor, a.palatina ascendens, cabang tonsil a.maksila eksterna, a.faring

ascendens dan a.lingualis dorsal.

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh

ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini

terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papila

sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan penjalaran duktus

tiroglosus dan secara klinik merupakan tempat penting bila ada massa tiroid

lingual (lingual thyroid) atau kista duktus tiroglosus.

Infeksi dapat terjadi di antara kapsul tonsila dan ruangan sekitar jaringan

dan dapat meluas keatas pada dasar palatum mole sebagai abses peritonsilar.

3. Laringofaring (hipofaring)

Batas laringofaring disebelah superior adalah tepi atas yaitu dibawah valekula

epiglotis berfungsi untuk melindungi glotis ketika menelan minuman atau bolus

makanan pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis (muara glotis bagian

medial dan lateral terdapat ruangan) dan ke esofagus, nervus laring superior

berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi laringofaring. Sinus

piriformis terletak di antara lipatan ariepiglotika dan kartilago tiroid. Batas

anteriornya adalah laring, batas inferior adalah esofagus serta batas posterior

adalah vertebra servikal. Lebih ke bawah lagi terdapat otot-otot dari lamina

krikoid dan di bawahnya terdapat muara esofagus.

Bila laringofaring diperiksa dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring

tidak langsung atau dengan laringoskop pada pemeriksaan laring langsung, maka

struktur pertama yang tampak di bawah dasar lidah ialah valekula. Bagian ini

merupakan dua buah cekungan yang dibentuk oleh ligamentum glosoepiglotika

medial dan ligamentum glosoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut

juga “ kantong pil” ( pill pockets), sebab pada beberapa orang, kadang-kadang bila

menelan pil akan tersangkut disitu.

Dibawah valekula terdapta epiglotis. Pada bayi epiglotis ini berbentuk omega

dan perkembangannya akan lebih melebar, meskipun kadang-kadang bentuk

infantil (bentuk omega) ini tetap sampai dewasa. Dalam perkembangannya,

epiglotis ini dapat menjadi demikian lebar dan tipisnya sehingga pada

19

Page 20: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

pemeriksaan laringoskopi tidak langsung tampak menutupi pita suara. Epiglotis

berfungsi juga untuk melindungi (proteksi) glotis ketika menelan minuman atau

bolus makanan, pada saat bolus tersebut menuju ke sinus piriformis dan ke

esofagus.

Nervus laring superior berjalan dibawah dasar sinus piriformis pada tiap sisi

laringofaring. Hal ini penting untuk diketahui pada pemberian anestesia lokal di

faring dan laring pada tindakan laringoskopi langsung

2.1.3.3 Laring

Laring merupakan bagian yang

terbawah dari saluran napas bagian atas.

Bentuknya menyerupai limas segitiga

terpancung, dengan bagian atas lebih

besar daripada bagian bawah.

Batas atas laring adalah aditus

laring, sedangkan batas bawahnya ialah

batas kaudal kartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring

tersusun dari satu tulang, yaitu tulang

hioid, dan beberapa buah tulang rawan.

Tulang hioid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah,

mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini

akan menyebabkan laring tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini

bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah.2

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kar-

tilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid.Kartilago krikoid dihubungkan dengan

kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid. Bentuk kartilago krikoid berupa

lingkaran.Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan

belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi

krikoaritenoid. Sepasang kartilago kornikulata (kiri dan kanan) melekat pada kartilago

aritenoid di daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat didalam lipatan

ariepiglotik, dan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.Pada laring

terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid.2

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid (ante-

rior, lateral dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid posterior,

20

Gambar 5. Bagian daripada laring

Page 21: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial,

ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang

menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid, dan ligamentum tiroepiglotika.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

intrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan

otot-otot intrinsik menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri.2

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hioid (suprahioid), dan ada

yang terletak di bawah tulang hioid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah

m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid. Otot yang infrahioid ialah

m.sternohioid, m.omohioid dan m.tirohjoid.Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid

berfungsi menarik laring ke bawah, sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.

Otot-otot intrinsik laring ialah m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis,

m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m.krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral

laring. Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah m.aritenoid

transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior.2

2.1.3.3.1 Rongga Laring

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah

bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan

belakang epiglotis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah

lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran

kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan

batas belakangnya ialah m.aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.3

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita

suara palsu). Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan antara

kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli.

Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu

vestibulum laring, glotik dan subglotik. Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat

di atas plika ventrikularis. Daerah ini disebut supraglotik. Antara plika vokalis dan plika

ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus laring Morgagni.3

Rima glotis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian interkartilago.

Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di bagian anterior,

sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak

21

Page 22: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

di bagian posterior. Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara

(plika vokalis).

2.1.3.3.2 Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis superior dan

n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Nervus

laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi pada mukosa

laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m.konstriktor faring medial, di

sebelah medial a.karotis interna dan eksterna, kemudian menuju ke kornu mayor tulang hioid,

dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior, membagi diri dalam 2

cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.3

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan

menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak di

sebelah medial a.tiroid superior, menembus membran hiotitiroid, dan bersama-sama dengan

a.laringis superior menuju ke mukosa laring.

Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu

memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan cabang

dari n. vagus. Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya,

sedangkan n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior berjalan di

antara cabang-cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid

akan sampai pada permukaan medial m.krikofaring. Di sebelah posterior dari sendi

krikoaritenoid, saraf ini bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus

anterior akan mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian lateral, sedangkan ramus

posterior mempersarafi otot-otot intrinsik laring bagian superior dan mengadakan

anastomosis dengan n.laringis superior ramus internus.3

2.1.3.3.3 Pendarahan

Pendarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan a.laringis

inferior. Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laringis

superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membran tirohioid bersama-sama

dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membran ini untuk

berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis, untuk

mempendarahi mukosa dan otot-otot laring.3

Arteri laringis inferior merupakan cabang. dari a.tiroid inferior dan bersama-sama

dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah

22

Page 23: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang,

mempendarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membran krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang

yang berjalan mendatari sepanjang membran itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang

arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid untuk mengadakan

anastomosis dengan a.laringis superior.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringis

superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

2.1.3.4 Trakea

Trakea merupakan pipa yang terdiri dari tulang rawan dan otot yang dilapisi oleh

epitel torak berlapis semu bersilia, mulai dari kartilago krikoid sampai percabangan ke

bronkus utama kanan dan kiri, pada setinggi iga ke dua pada orang dewasa dan setinggi iga

ke tiga pada anak-anak.

Trakea terletak di tengah-tengah leher dan makin ke distal bergeser ke sebelah kanan,

dan masuk ke rongga mediastinum di belakang manubrium sterni. Trakea sangat elastis, dan

panjang serta letaknya berubah-ubah, tergantung pada posisi kepala dan leher. Lumen trakea

ditunjang oleh kira-kira 18 cincin tulang rawan yang bagian posteriornya tidak bertemu. Di

bagian posterior terdapat jaringan yang merupakan batas dengan esofagus, yang disebut

dinding bersama antara trakea dan esofagus (tracheoesophageal party wall).3

Panjang trakea kira-kira 12 sentimeter pada pria dan 10 sentimeter pada wanita. Dia-

meter anteriorposterior rata-rata 13 milimeter, sedangkan diameter transversal rata-rata 18

milimeter. Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di antara bron-

kus utama kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut

karina.3

Mukosa di daerah subglotik merupakan jaringan ikat jarang, yang disebut konus

elastikus. Keistimewaan jaringan ini ialah, bila terangsang mudah terjadi edema dan akan

terbentuk jaringan granulasi bila rangsangan berlangsung lama. Pada pemeriksaan

endoskopik tampak trakea merupakan tabling yang datar pada bagian posterior, sedangkan di

bagian anterior tampak cincin tulang rawan. Mukosa di atas cincin trakea berwarna putih, dan

di antara cincin itu berwarna merah muda. Pada bagian servikal dan torakal trakea berbentuk

oval, karena tertekan oleh kelenjar tiroid dan arkus aorta.3

2.1.3.5 Esofagus

Esofagus bagian servikal terletak kurang lebih pada garis tengah leher di belakang

trakea dan didepan korpus vertebra. Saraf laringeus rekurens terdapat alur diantara esofagus

23

Page 24: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

dan trakea. Arteri karotis komunis dan isi selubung karotis terletak di lateral esofagus. Pada

lapisan otot faring terdapat daerah trigonum yang lemah di atas otot krikofaringeus yang

berkembang dari krikoid dan mengelilingi esofagus bagian atas. Divertikulum yang disebut

Divertikulum Zenker dapat keluar melalui daerah yang lemah ini dan berlawanan dengan

penelanan.3

2.2 Fisiologi

2.2.1 Fisiologi Pendengaran

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-reseptor khusus

untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara

hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam

prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara

alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh

telinga luar dan telinga tengah.8

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam

bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut

menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang

pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan

perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah

diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga

perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrana Reissner yang

mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrana basalis

dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan

terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi

penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses

depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan

menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius

24

Page 25: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.3

2.2.2 Fisiologi Hidung

Berdasarkan teori struktural, teori revolusioner dan teori fungsional, maka fungsi

fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah :

Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme imunologik

lokal;

Fungsi Penghidu. Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dan pengecap dengan

adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior, dan sepertiga

bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan

palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.

Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses berbicara dan

mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang;

Fungsi statistik dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi terhadap

trauma dan pelindung panas;

Refleks nasal. Iritasi mukosa hidung akan menyebabkan refleks bersin dan nafas

terhenti. Rangsang bau tertentu akan menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung, dan

pankreas 3

2.2.3 Fisiologi Tenggorokan

2.2.3.1 Fungsi faring

Terutama untuk pernapasan, menelan, resonansi suara dan artikulasi. Tiga dari fungsi-

fungsi ini adalah jelas. Fungsi penelanan akan dijelaskan terperinci.

Penelanan

Proses penelanan dibagi menjadi tiga tahap. Pertama gerakan makanan dari mulut

ke faring secara volunter. Tahap kedua, transport makanan melalui faring dan tahap

ketiga, jalannya bolus melalui esofagus, keduanya secara involunter. Langkah yang

sebenarnya adalah: pengunyahan makanan dilakukan pada sepertiga tengah lidah.

Elevasi lidah dan palatum mole mendorong bolus ke orofaring. Otot supra hiod

berkontraksi, elevasi tulang hioid dan laring intrinsik berkontraksi dalam gerakan

seperti sfingter untuk mencegah aspirasi. Gerakan yang kuat dari lidah bagian

belakang akan mendorong makanan kebawah melalui orofaring, gerakan dibantu oleh

kontraksi otot konstriktor faringis media dan superior. Bolus dibawa melalui introitus

esofagus ketika otot konstriktor faringis inferior berkontraksi dan otot krikofaringeus

25

Page 26: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

berelaksasi. Peristaltik dibantu oleh gaya berat, menggerakkan makanan melalui

esofagus dan masuk ke lambung.1,3

Proses berbicara

Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum

dan faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kearah dinding

belakang faring. Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-

mula m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-

sama m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli

palatini menarik palatum mole ke atas belakang hampir mengenai dinding posterior

faring. Jarak yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding

belakang faring yang terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring

sebagai hasil gerakan m.palatofaring (bersama m,salpingofaring) oleh kontraksi aktif

m.konstriktor faring superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu

bersamaan. Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada

periode fonasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan

hilang secara cepat bersamaan dengan gerakan palatum.3

2.2.3.2 Fungsi Laring

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta

fonasi.Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk

ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan.

Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi

otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat

kontraksi m.tiroaritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai

sfingter.3

Penutupan rima glotis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri

dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot intrinsik. Selain itu dengan refleks batuk, benda

asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan

bantuan batuk, sekret yang berasal dari paru dapat dikeluarkan.3

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila

m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago

aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glotis terbuka.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeobronkial akan

dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah

tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

26

Page 27: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu

gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus makanan

turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekpresikan emosi, seperti berteriak,

mengeluh, menangis dan lain-lain. Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan

membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh

peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan

merotasikan kartilago tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat

yang bersamaan m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke

belakang. Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya

kontraksi m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika

vokalis akan mengendor. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan

tinggi rendahnya nada.3

27

Page 28: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

BAB III

Pemeriksaan Fisik Telinga, Hidung, dan Tenggorokkan

Untuk dapat menegakkan diagnosis penyakit, diperlukan ketrampilan pemeriksaan

fisik dan prosedur diagnostik. Seperti halnya bidang-bidang ilmu kedokteran lainnya, cara-

cara pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok dimulai dengan :

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi

Cara-cara pemeriksaan telinga, hidung, dan tenggorok dikenal sebagai cara pemeriksaan

smooth and gentle karena organ-organ THT adalah organ yang sangat sensitif. Oleh karena

itu dalam pemeriksaan harus dilakukan secara hati-hati dan jangan sampai menyakitkan

penderita. Terkadang perlu dipergunakan obat anestesi lokal agar tidak menimbulkan rasa

sakit saat diperiksa.

3.1 Fasilitas Ruangan

Kamar periksa THT memerlukan sebuah meja alat yang berisi alat-alat THT ( THT

set, dengan lampu kepala yang arah sinarnya dapat disesuaikan dengan posisi organ yang

akan diperiksa. serta suction ) serta obat-obatan dalam botol yang diperlukan untuk

pemeriksaan.9

Di samping meja alat harus disiapkan kursi yang dapat diputar, ditinggikan serta dapat

direbahkan sebagai tempat berbaring untuk pasien sesuai dengan posisi yang diinginkan pada

pemeriksaan dan kursi dokter yang juga dapat berputar yang diletakkan saling berhadapan.

Jika kursi pasien seperti itu tidak ada sebaiknya selain dari kursi pasien, disediakan juga

sebuah tempat tidur.9

3.2 Persiapan Pemeriksaan

Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga adalah lampu kepala,

garpu tala 1 set (128Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz), spekulum telinga beberapa

ukuran (kecil, sedang, besar), pinset telinga, aplikator (pelintir kapas), aligator/cunam,

cerumen haak, cerumen spoon, otoskop, dan tampon steril. Aligator/cunam berfungsi untuk

mengambil benda asing dan mengangkat polip liang telinga. Selain itu, diperlukan juga obat

28

Page 29: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

anestesi lokal berupa larutan Lidokain 2%. Obat-obatan yang diperlukan untuk pemeriksaan

antara lain alkohol 70%, larutan rivanol, betadine, salep antibiotik, salep kortikosteroid.9

Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan hidung adalah lampu kepala,

spekulum hidung (kecil, sedang, besar), pinset bayonet, haak untuk mengambil benda asing

di dalam hidung, kapas untuk tampon, kaca laring (kecil, sedang, besar), tongue spatula,

nearbeken, dan tampon steril. Untuk anestesi dapat digunakan Lidokain 2% dan untuk

vasokonstriktor dapat digunakan ephedrine. Lampu spiritus juga diperlukan untuk

memanaskan kaca laring sebelum digunakan agar tidak mengembun pada waktu

pemeriksaan. Obat-obatan lain yang diperlukan antara lain salep antibiotika, vaselin, dan

alkohol 70%.9

Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan mulut (laring, faring) adalah

lampu kepala, tongue spatula, cunam untuk mengambil benda asing, kaca laring berbagai

ukuran. Selain itu, untuk anestesi juga digunakan Lidokain 2%.9

Pemeriksaan pada pasien anak sebaiknya dilakukan dengan cara anak dipangku oleh

orangtua. Kaki orangtua pasien bersilangan dengan kaki pemeriksa. Tangan orangtua

memegang kedua tangan pasien, lalu dibantu perawat untuk memegang kepala pasien. Bila

tidak memiliki asisten, minta orangtua untuk memfiksasi kepala anak dengan memegangi

dahi anak menggunakan 1 tangan, bagian belakang kepala anak menempel di dada orangtua,

sementara tangan yang lain melingkari badan anak. Pemeriksaan pada pasien dewasa

dilakukan dengan cara pasien duduk di bangku penderita dengan kaki bersilangan dengan

kaki pemeriksa.9

3.2 Pemeriksaan Telinga

3.2.1 Anamnesis

Anamnesis ini terutama ditanyakan keluhan utama pasien. Pada pemeriksaan telinga

seringkali keluhan utama berupa :

a. Nyeri telinga (otalgia)

Perlu ditanyakan onset terjadinya, apakah didahului dengan trauma, kemasukkan

benda asing, infeksi atau alergi pada hidung dan tenggorokkan. Ditanyakan juga

gejala-gejala penyerta lainnya. Diagnosis banding pada otalgia antara lain otitis

eksterna (sirkumkripta, diffusa), otitis media akut, dan mastoiditis.

29

Page 30: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

b. Gangguan pendengaran

Perlu ditanyakan onset terjadinya, apakah didahului dengan trauma, kemasukkan

benda asing, infeksi atau alergi pada hidung dan tenggorokkan. Ditanyakan juga

gejala-gejala penyerta lainnya. Penyebab gangguan pendengaran antara lain kelainan

kongenital, kelainan anatomi, otitis eksterna dan media baik akut maupun kronis,

trauma, benda asing dan serumen, ototoksik, degenerasi, noice induce, dan

neoplasma.

c. Telinga berdenging (tinitus)

Perlu ditanyakan onset terjadinya, apakah didahului dengan trauma, kemasukkan

benda asing, infeksi atau alergi pada hidung dan tenggorokkan. Ditanyakan juga

gejala-gejala penyerta lainnya. Apakah menderita penyakit lain seperti diabetes,

hipertensi, hiperkolestrolemi, dll. Diagnosis banding pada tinitus antara lain

serumen/korpus alienum, otitis eksterna, dan otitis media akut serta kronis.

d. Keluar cairan (ottorhea)

Perlu ditanyakan onset terjadinya, apakah didahului dengan trauma, kemasukkan

benda asing, infeksi atau alergi pada hidung dan tenggorokkan. Deskripsi cairan

apakan jernih atau keruh, konsistensi, warna, dan bau. Apakah cairan disertai dengan

darah. Ditanyakan juga gejala-gejala penyerta lainnya seperti demam, nyeri telinga,

pusing, dll. Diagnosis banding pada otorrhea antara lain perforasi membran timpani,

granulasi dan polip liang telinga, infeksi pada otitis media.9

3.2.2 Pemeriksaan Fisik

Inspeksi liang telinga dan membran timpani dapat mempergunakan spekulum telinga

atau otoskop. Lakukan pemeriksaan terhadap kedua telinga. Bila telinga yang sakit hanya

unilateral, lakukan pemeriksaan terhadap telinga yang sehat lebih dahulu. Otoskop dipegang

dengan menggunakan tangan yang sesuai dengan sisi telinga yang akan diperiksa. Otoskop

dapat dipegang dengan dua cara yaitu seperti memegang pensil atau seperti memegang pistol.

Kedua teknik ini memastikan otoskop dan pasien bergerak sebagai satu unit.9

Sebelum dilakukan pemeriksaan berikan informasi kepada pasien bahwa prosedur ini

tidak menyakitkan, hanya saja terasa sedikit tidak nyaman. Pasien diminta untuk tidak

bergerak selama pemeriksaan. Pastikan otoskop berfungsi dengan baik. Apabila terdapat

serumen yang menghalangi visualisasi liang telinga dan membrana timpani, lakukan

pembersihan serumen terlebih dahulu.

30

Page 31: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

Inspeksi telinga dilakukan untuk melihat kelainan pada telinga luar. Pada kulit daun

telinga dilihat apakah daun telinga terbentuk atau tidak, warna serta ukurannya. Dilihat juga

apakah ada kelainan seperti massa, fistel, hematoma, laserasi, atau caulliflower ear. Pada

liang telinga dilihat apakah ada penyempitan, tanda-tanda radang, serumen, benda asing,

keluar sekret atau tidak, massa, dan lesi. Penilaian membran timpani dilakukan dengan

menilai refleks cahaya, adanya perforasi, sikatrik, warna, retraksi, dan penonjolan prosesus

brevis.9

Pemeriksaan palpasi dilakukan dengan melakukan penarikan pada daun telinga untuk

melihat apakah terdapat nyeri. Dilakukan untuk menilai apakah terdapat massa pada sekitar

telinga luar dan untuk meraba pembesaran kelenjar getah bening regional. 9

3.2.3 Pemeriksaan Pendengaran

Meliputi :

1. Tes berbisik (whispered voice test)

Pemeriksaaan ini bersifat semikuantitatif dan untuk menentukan derajat ketulian

secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan adalah ruangan harus cukup tenang,

dengan panjang minimal 6 meter. Selama pemeriksaan lubang telinga

kontralateral ditutup. Pada nilai normal tes berbisik 5/6-6/6.3

2. Tes penala

Bertujuan untuk menilai ada tidaknya gangguan pendengaran tuli sensorineural

dan tuli konduktif. Prinsip utamanya adalah telinga dalam lebih sensitif terhadap

hantaran suara oleh udara dibandingkan oleh tulang. Bila ada gangguan pada

penghantaran suara oleh udara, telinga yang terganggu akan lebih sensitif terhadap

hantaran oleh tulang, disebut tuli hantaran murni/tuli konduktif. Garputala yang

dipakai adalah 512 Hz karena penggunaan garputala ini tidak terlalu dipengaruhi

suara bising di sekitarnya.3,9 Tes penala meliputi:

a. Tes Rinne. Tes ini berguna untuk membandingkan hantaran udara dan

hantaran tulang, sehingga membantu menegakkan diagnosis tuli konduktif.

Penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosessus mastoideus, setelah

tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira-kira 2,5 cm. Bila masih

terdengar disebut Rinne (+) yang menandakan pendengaran normal atau tuli

sensorineural, bila tidak terdengar disebut Rinne (-) yang menandakan tuli

konduktif.3,9

31

Page 32: Pemeriksaan Fisik Telinga Hidung Tenggorokkan Referat Akhir Pribadi

b. Tes Weber. Tes ini dilakukan setelah tes Rinne. Penala

3. Tes Bing

4. Tes Stenger

1. Adam G L, Boies L R, Higler P A (Alih bahasa : Wijaya C). Boeis buku ajar

penyakit THT edisi 6. Jakarta : EGC:; 2013. h. 30-8, 173-88, 264-71.

2. Snell Richard.Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Edisi 6. Jakarta:

EGC;2006.

3. Soepardi EA; Nurbaiti I, Bashiruddin J,Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan

telinga hidung ten ggorokan kepala & leher; Edisi keenam. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI;2007

4. Ballenger JJ. The technical anatomy and physiology of the nose and accessory

sinuses. In Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head, & Neck. Fourteenth edition

Ed. Ballenger JJ. Lea & Febiger. Philadelphia, London, 1991: p.3-8

5. East C. Examination of the Nose. In : Mackay IS, Bull TR(Eds). Scott-Browns’s

Otolaryngology Sixth ed London: Butterworth, 1997: p.4/1/1-8

6. Effendi H, editor. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: EGC ; 1997 ; p.135-

142.

7. Lund VJ. Anatomy of the nose and paranasal sinuses. In : Gleeson (Ed). Scott-

Browns’s Otolaryngology. 6th ed. London : Butterworth, 1997: p.1/5/1-30.

8. Sherwood L.Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2006.

9. Chang P, Pedler K.Ear examination : a practical guide. Australian Family

Physician;2005.p. 10, 34, 857-62.

32