Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx
-
Upload
yuny-hafitry -
Category
Documents
-
view
93 -
download
20
Transcript of Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx
1
REFERAT
GIZI KERJA DAN PRODUKTIVITAS
Achmad Syahid
Aditya Megananda
Bellia Marsya Putriani
Khabibie Darma Jaya
Novi Robbayanti Fiqih
Ridho Ismail Hasan
Yuny Hafitry
Meidita Wahyu
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI
CIREBON
2015
2
BAB I
PENDAHULAUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap
peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah upaya peningkatan status gizi
masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan
kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya
seperti keadaan gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status
golongan ini semakin penting untuk diteliti. Tubuh manusia memerlukan sejumlah
pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun
kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak
mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup.
Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya
dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan
dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi
fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut
karena factor gizi.
Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan
pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan,
dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga
fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui
makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari
makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak
terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai.
3
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Menjelaskan arti dari gizi kerja dan produktvitas
Menjelaskan Hukum pelaksanaan gizi kerja
Menjelaskan Pengertian gizi dan faktor-faktor kebutuhan gizi
Menjelaskan produktivitas
Menjelaskan Permasalahan gizi kerja
Menjelaskan Kebutuhan dan faktor yang mempengaruhi gizi tenaga kerja
Menjelaskan Energy untuk melakukan pekerjaan
Menjelaskan Hubungan antara gizi kerja dan produktivitas
1.2.2 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai gizi kerja dan produktvitas
bagi mahasiswa fakultas kedokteran atau pembaca pada umumnya.
4
BAB II
ISI
2.1 Pengertian gizi dan faktor-faktor kebutuhan gizi
Gizi adalah suatu organism menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolism, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga.
Sementara itu gizi kerja didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai jenis pekerjaannya.
Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai
peran penting baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan
displin dan produktivitas. (Almastsier, 20111)
Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia,ukuran
tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis
pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis,
keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan
lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam
perhitungan besarnya kecukupanzat gizi pekerja. Berikut adalah kecukupan
zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.
5
Tabel 1 Angka kecukupan Gizi Usia dewasa
Sumber : Kepmenkes RI No. 1593/Menkes/SK/XI/2005
Tingkat kecukupan gizi pada usia dewasa antara lain:
a. Energi
Kebutuhan energy pada usia dewasa menurun sesuai dengan
bertambahnya usia. Yang disebabkan oleh menurunnya metabolism basal
dan berkurangnya aktivitas fifik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun
merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang dilakukan sehingga
kebutuhan energy kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-56
tahun. AKG energy pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun,
2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50-64 tahun.
Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah 1900 kkal, 1800
kkal, dan 1750 kkal
Kelebihan asupan energy akan menyebabkan kenaikan berat badan.
Berat badan perlu dimonitor denga mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)
untuk mengetahui kesesuaiannya dengan tinggi badan. Kelebihan berat
6
badan meningkatkan risiko degenerative seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus.
b. Protein
Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan
untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses,
dan rambut serta untuk mengganti sel-sel yang rusak pada usia seseorang
yang tidak mengalamo pertumbuhan lagi. AKG protein laki0laki usia 19-
64 tahun sebanyak 60 g/hari. Sedangkan untuk perempuan sebesar
50g/hari. Konsumsi protein yang tinggi dapat meningkatkan kehilangan
kalsium melalui urin, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat
tingginya asupan lemak jenuh dan kolestrol. Untuk mengurangi asupan
lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati,
yaitu kacang-kacangan, berupa kedelai dan hasil olahannya seperti tahu
dan tempe serta kacang merah dan kacang hijau. (Almastsier, 2011)
c. Ferum (besi)
Angka kecukupan besi untuk laki-laki dewasa dan setengan tua
adalah 13mg/hari, untuk perempuan dewasa muda 26 mg/hari, dan dewasa
muda setengah tua karena pada usia tua tersebut perempuan kehilangan
besi setiap bulan melalui haid.
2.2 Definisi produktivitas
Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 : 12).
Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang
dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put).
Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai
dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas
kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan
input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila
7
mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam
waktu yang singkat atau tepat.
2.3 Permasalahan gizi kerja
Berbicara masalah gizi, kita tidak terlepas dari pembahasan mengenai
zat-zat makanan atau nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Makanan yang
bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat nutrien yang dibutuhkan
oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-fungsinya dengan sebaik-
baiknya. Dengan perkataan lain zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk
pertumbuhan, perbaikan jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta semua
fungsinya. Sejak dari masa janin, bayi, remaja sampai ke masa dewasa dan
lansia (lanjut usia), manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk
membantu fungsi semua organ agar dapat berjalan dengan baik, apakah zat
itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air. Karbohidrat,
protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk
bekerja. Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah
sebesar 4 gramkalori, sedang 1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori dan
untuk setiap 1 gram lemak dapat menghasilkan kalori sebesar 9 gramkalori.
Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan jalan
memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan syaraf,
vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu, di dalam
proses-proses tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari udara. Peranan air
sangat penting sebagai medium atau pelarut dari getah-getah tubuh, peredaran
darah dan prosesproses dalam tubuh lainnya.
Kebutuhan akan zat-zat ini berbeda-beda dan perbedaan ini tergantung
dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan ataupun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan. Pada wanita dewasa, kalori yang dibutuhkan berkisar antara 1.600
-2000 kilokalori, sedangkan pria dewasa membutuhkan sekitar 2.500 -3.000
kilokalori setiap harinya. Secara umum pengaruh gizi pada manusia sangatlah
kompleks, antara lain dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
perkembangan fisik, produktivitas dan kesanggupan kerja yang mana
kesemua ini sangatlah erat hubungannya dengan perbaikan atau peningkatan
8
pendapatan masyarakat. Dengan demikian agar dapat melakukan kerja
seoptimal mungkin sangatlah perlu diperhatikan kualitas makanan yang
dimakan, hendaknyalah memakan makanan yang cukup mengandung zat-zat
yang dibutuhkan oleh tubuh atau makanan yang berimbang (balanced diet).
Banyak masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat tidak
adanya keseimbangan gizi yang lebih dikenal sebagai akibat gizi salah. Gizi
salah yang diderita pada masa janin (dalam kandungan) dan masa anak-anak
dapat menghambat antara lain kecerdasan, motivasi, kesanggupan belajar.
Selain itu, ada dugaan bahwa gizi salah yang diderita pada masa janin dapat
menimbulkan kelainan kromosoma yang bisa berakibatkan pada perilaku
abnormal ataupun kelainankelainan yang akan bertahan selama hidup.
Masalah lain yang dapat diakibatkan oleh gizi salah ini adalah gangguan
perkembangan Fisik. Suatu studi yang dilakukan di India menunjukkan
bahwa 90 % dari 3000 anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dari ukuran normal.
Keadaan seperti ini merupakan gambaran umum dari masyarakat di negara-
negara yang secara ekonomi tergolong kurang berkembang. Masih berkaitan
dengan berat badan lahir yang rendah, pada suatu penelitian yang dilakukan
di Hertfordshire (lnggris) ditemukan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan dengan
berat badan kurang dari 2,5 kg mempunyai resiko yang besar untuk menderita
penyakit jantung koroner.
Namun yang cukup menarik dari penelitian tersebut bahwa resiko itu
menjadi menurun bila kekurangan tersebut dapat dikejar sehingga mencapai
berat badan yang normal (Barker,1992). Jadi jelas sekali bahwa perawatan
yang tentunya termasuk gizi dalam hal ini cukup menentukan kondisi
seseorang selanjutnya dan ini tentunya sedikit banyaknya akan berkaitan
dengan produktifitas kerja dan kualitas hidupnya di kemudian hari.
Sebenarnya, dalam pembahasan gizi salah yang dapat menimbulkan
masalah kesehatan tidaklah semata-mata hanya keadaan kurang gizi, namun
kelebihan gizipun dapat menimbulkan gangguan pada manusia. Jadi kalau
kita tilik lebih dalam yang tergolong dalam gizi salah (malnutrisi) ini ada dua
golongan, yaitu kurang gizi (under nutrition) dan kelebihan gizi (over
9
nutrition). Jelas, bahwa gangguan atau penyakit yang ditimbulkan oleh
golongan kedua ini lebih banyak dijumpai pada masyarakat di negara-negara
maju seperti penyakit jantung koroner, darah tinggi (hipertensi), dan lain-lain.
Sedangkan pada negara- negara berkembang pada umumnya banyak dijumpai
keadaan kurang gizi yang sering disebut dengan Kurang Energi Protein
(KEP), Defisiensi vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan lodium (GAKI)
dan lain-lain yang nantinya dapat berakibat pada turunnya daya tubuh dan
memudahkan untuk mendapat penyakit-penyakit infeksi ataupun gangguan
lain. Di Indonesia, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BPS melalui
modul SUSENAS tahun 1986, 1987, dan 1989 serta hasil survai Vitamin A
tahun 1978 menunjukkan adanya penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk yang cukup bermakna. Pada tahun 1978 prevalensi gizi kurang dan gizi
buruk di Indonesia sebesar 15,9% yang kemudian menurun hingga 10,5%
pada tahun 1989. Demikian pula prevalensi Kurang Energi Protein (KEP)
berat juga mengalami penurunan dari 3% menjadi 1,4% dalam kurun waktu
yang sama. Keadaan ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan
energi dan protein rumah tangga Kecenderungan ini selain disebabkan sudah
mulai menurunnya jumlah penduduk yang miskin, juga pemerintah giat
melakukan berbagai program upaya perbaikan gizi masyarakat. Sedangkan
masalah GAKI di negara kita masih merupakan masalah yang cukup besar.
Data tahun 1990 menunjukkan angka prevalensi nasional GAKI dalam bentuk
angka penyakit gondok sebesar 27,7%. Angka ini hila dibandingkan dengan
data tahun 1982 (37,2%) telah mengalami penurunan. Namun bila
diperhatikan per propinsi, masih terdapat beberapa propinsi yang justru
menunjukkan peningkatan prevalensi.
Walaupun permasalahan kesehatan yang masih berkaitan dengan gizi
kurang masih cukup banyak dijumpai di Indonesia, namun saat ini
permasalahan gizi lebih sudah mulai meningkat terutama di daerah perkotaan
di Indonesia. Hal ini terlihat dari Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
dimana penyakit kardiovaskuler yang pada tahun 1972 merupakan penyebab
kematian peringkat 11 menjadi peringkat ke-3 pada tahun 1986 dan pada
SKRT 1992 menjadi penyebab utama kemaatian di Indonesia. Dengan
10
melihat kondisi ini, maka saat ini Indonesia sedang menghadapi dua masalah
atau problema ganda gizi dimana diperlukan pemecahan masalah yang tepat
sehingga diharapkan kualitas sumber daya akan meningkat yang pada
akhirnya juga berhubungan dengan tingkat produktifitasnya. Secara umum,
permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor demografi seperti pertambahan jumlah penduduk, laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda,
penyebaran penduduk yang tidak merata, perubahan susunan penduduk;
faktor sosial ekonomi dimana terjadinya peningkatan kesejahteraan
masyarakat, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara baik
langsung berpengaruh pada pendapatan keluarga. Selain itu, faktor lain yang
berpengaruh pada masalah gizi dan pangan adalah perkembangan IPTEK
dimana terjadinya arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada
pola hidup masyarakat termasuk pada pola makan. Salah satu dampak dari
arus moderenisasi terhadap Dia makan adalah meningkatnya konsumsi lemak.
Tidak heran kalau kita lihat bahwa penyakit jantung koroner cenderung
meningkat akhir-akhir ini.
Gizi dan produktivitas kerja
Produktifitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor,
faktor manusia dan faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi
dalam faktor fisik dan faktor non fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia
dapat berupa tekno-struktur yang dipakai dalam bekerja, sistem manajemen
perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara
menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar Haluan Negara,
1988 pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang ditujukan
pada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan
dan kesehatan kerja. Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu
mengenai kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya
adalah agar masyarakat dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya. Gizi dalam hati ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas
kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan
11
untuk pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai
penelitian yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan
produktifitas kerja; hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan menurunkan daya kerja
serta produktifitas kerja.
Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat
pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti
sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja.
Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling
tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam
melakukan kerja; kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya
apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang
dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang
tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan. Di
dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap II, kreatifitas dan peningkatan
produktifitas kerja sangat diharapkan. Untuk dapat memenuhi tuntutan ini,
mutu ataupun kualitas sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang
cukup besar. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur
kualitas sumber daya manusia. Pertama, Indeks Mutu Hidup atau Physical
Quality of Life Index (PQLI). Kedua, Human Development Index (HDI) yang
dikembangkan oleh UNDP. Ketiga, yang sekarang dalam taraf
pengembangan oleh BAPPENAS, yakni Social Development Index (SDl).
Dalam ketiga indikator yang disebut diatas, unsur yang menyangkut derajat
kesehatan selalu merupakan salah satu unsurnya. Hal ini menunjukkan bahwa
derajat kesehatan merupakan kontributor penting bagi kualitas sumber daya
manusia yang mana erat kaitannya dengan kreativitas dan peningkatan
produktiftas kerja yang selanjutnya akan dapat meningkatkan perekonomian
clan pendapatan masyarakat.
lLO (1976) mencanangkan suatu model pembangunan yang
menekankan pada pemerataan dan pertumbuhan yang diikuti oleh pendekatan
pemenuhan kebutuhan rnanusia (basic human needs). Pendekatan kebutuhan
12
dasar ini menekankan pentingnya dipenuhinya kebutuhan dasar penduduk
yaitu pangan, sandang, perumahan dan sebagainya, sebelum dipenuhinya
kebutuhan lain yang kurang mendesak dan umumnya yang hanya dibutuhkan
oleh sejumlah kecil penduduk.
Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia pendekatan ini
sangat berarti karena dapat mengurangi kurang gizi, penyakit dan kebodohan
akibat kurang pendidikan. Peran sumber daya manusia yang mempunyai
pengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian ternyata dirasa juga
oleh pemikir dan perancang kebijakan di dunia. Hal ini terbukti pada North-
South Round Table Conference tentang Adjustment And Growth With
Human Development di Salzburg, Austria tahun 1986 yang menghasilakan
Salzburg Statement" yang antara lain menganjurkan agar kebijaksanaan
penyesuaian pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan
ekonomi tetapi juga untuk membangun manusia. Untuk itu kegiatan
pembangunan agar memberikan perhatian yang lebih besar terhadap program-
program pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, perbaikan gizi.
Derajat kesehatan yang baik mempunyai dampak positif yang
langsung terhadap laju pembangunan. Rakyat yang semakin sehat, bukan
hanya merupakan tujuan tetapi juga sarana agar laju pembangunan dapat
dipercepat. Derajat kesehatan yang makin baik akan meningkat produktifitas
tenaga kerja, mengurangi jumlah hari-hari ia tidak masuk kerja karena sakit
serta memperpanjang umur produktifnya. Beberapa hasil penelitian yang
diacudalam World Development Report 1991 antara lain penelitian di Sierra
Leone menunjukkan bahwa apabila konsumsi kalori pekerjapekerja pertanian
disana, yang rata- rata mengkonsumsikan kalori hanya sebanyak 1.500 kalori
setiap hari, ditingkatkan konsumsi kalorinya sebanyak 10% maka
diperkirakan produktifitasnya yang diukur dengan output yang dihasilkan
akan naik 5%. Hasil yang sarna juga diperoleh dari penelitian terhadap
pekerja-pekerja pembangunan jalan di Kenya. Selain itu studi di 8 negara
berkembang juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja yang hilang
karena pekerja tidak dapat bekerja karena sakit berkisar antara 2,1% dan 6,5%
13
dari seluruh penghasilannya. Hubungan antara keadaan gizi dan produktifitas
kerja sebenarnya telah dikenal dengan baik sejak satu abad yang lalu oleh
orang-orang yang mempunyai budak belian yang melihat bahwa gizi salah
berarti penurunan modal. Di Brazil Timur Laut, pemilik pabrik gula segera
mengetahui bahwa jika orang Afrika yang bekerja padanya disiksa atau
mendapat tekanan, akan memberikan hasil yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan keadaan bila diurus dengan baik yang berarti diberi
makanan yang bergizi cukup baik. Beberapa tuan dari budak belian di
Amerika Serikat juga telah sadar akan adanya hubungan erat antara susunan
makanan dengan pengembalian ekonomis. Seorang tuan tanah Virginia
memberikan nasihat dalam Farmer's Register pada tahun 1837. Ia mengatakan
bahwa pokok persoalan yang paling penting dalam manajemen budak belian
adalah pemberian makanan yang mencukupi. Tuan yang memberikan kepada
pekerja ladangnya setengah pon daging sehari dan sayur mayur akan
mendapat keuntungan lebih baik dalam bentuk tenaga kerja budak belian
tersebut dibandingkan dengan mereka yang memberikan jatah biasa kepada
budak beliannya.
Tonny Sajimin dari Jurusan Medik, Fakultas Kedokteran Universitas
Gajah Mada mengatakan bahwa status gizi mempunyai korelasi positif
dengan kualitas fisik manusia. Makin baik status gizi seseorang semakin baik
kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan
pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh
individu dengan status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas
juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi (1984) dalam penelitiannya dimana
dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktifitas kerja. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak menderita
anemia memiliki produktifitas 20% lebih tinggi daripada yang menderita
anemia. Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan
oleh pekerja berat dapat meningkatkan produktifitasnya.
Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat
ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas
14
yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama
energi. Sebagai contoh, seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan
membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja dengan
pekerjaan yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori. Selain energi, tentu
keseimbangan zat gizi lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral sangat
penting diperhatikan untuk mendapatkan kondisi kesehatan dan kinerja yang
baik.
Nutrisi yang tepat berarti mengkonsumsi makanan dan cairan yang
memadai yang dapat memberikan :
• Bahan bakar (karbohidrat dan lemak) untuk energi.
• Bahan-bahan (protein) untuk membangun, memelihara, dan memperbaiki
semua jaringan tubuh.
• Bahan-bahan (vitamin dan mineral) untuk membantu proses-proses
metabolisme.
• Air, suatu medium cairan untuk membantu proses-proses metabolisme.
• Komposisi yang cukup memadai dari diet seimbang bagi pekerja
dianjurkan terdiri dari 50 -55% karbohidrat, 25 -35 % lemak, 10 -15 %
protein dan secukupnya air, vitamin serta mineral.
2.4 Hukum pelaksanaan gizi kerja
a. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga
kerja ,setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.
b. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan
Kantin dan Ruang makan
c. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1989 tentang perusahaan
yang memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan
dan minum 1400 kalori
d. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.
06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989 , Program Pangan dan Gizi yang
berhubungan dengan produktivitas kerja, Penanggung jawabnya
dipercayakan kepada Depnaker.
15
e. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang Catering Bagi
Tenaga Kerja.
f. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1999, tentang Peningkatan
Pengawasan dan Penertiban terhadap Pengadaan Kantin dan Toilet di
perusahaan.
2.5 Kebutuhan dan faktor yang mempengaruhi gizi tenaga kerja
a. Konsumsi Makanan
Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup
akan membentuk status gizi yang baik atau sebaliknya, konsumsi pangan
yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang buruk pula.
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan
fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum
pada tingkat setinggi mungkin.
b. Lean Body Mass
Lean Body Mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa (lean
body mass) terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi
tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot
dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk
mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan
informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan
penyakit (Brown et all 2005). Orang yang memiliki massa jaringan bebas
lemak yang berlebih diindikasikan memiliki otot, tulang dan cairan
exstraseluler yang berlebih pula. Alat untuk mengukur lean body mass
yaitu salah satunya dengan mesin BIA (Bioelectrical Impedence Analysis)
yang dapat digunakan juga untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, Percent
Body Fat, Waist Hip Ratio, Mass Body Fat, Lean Body Mass, Total Body
water, dan lain-lain (Maughan, 1993 dalam Sudibjo 2011).
c. Jenis kegiatan
16
Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja,
dan mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.
d. Faktor tenaga kerja
Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin,
umur, hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat
kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada
alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan
terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi
dan dedikasi.
e. Faktor ekonomi
Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari.
Walaupun demikian, hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa
makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin disajikan di
lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga
yang berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan
yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.
f. Faktor pengetahuan tentang gizi
Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan
dapat membantu keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah
dan memenuhi selera seluruh keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi
pangan berperan penting dalam mendorong perubahan proses pengolahan
makanan, selera, harga dan pola makan masyarakat.
g. Faktor terhadap bahan makanan tertentu
Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila
makan sayuran yang banyak mengandung mineral dan vitamin akan
menurunkan harkat keluarga. Bahkan ada pula yang tidak mau makan jenis
makanan tertentu hanya karena kepercayaan yang menjurus takhayul,
misalnya apabila makan daging akan menjauhkan rizki.
h. Faktor fadisme
17
Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
Hal ini akan mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh
akhirnya tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
i. Faktor pola makan
Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang
masuk dibanding yang keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan
asupan dan menurunkan keluaran kalori.
j. Faktor lingkungan kerja
Faktor lingkungan kerja yang penting adalah :
1) Tekanan panas
Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan
sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja,
sedangkan kerja ringan dianjurkan 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh
terlalu tinggi untuk tenaga kerja yang sudah beradopsi dengan
lingkungan + 0,1%, sedangkan untuk tenaga kerja yang belum
beradopsi + 0,2%. Untuk tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin,
makanan dan minuman hangat sangat membantu.
2) Pengaruh kronis bahan kimia
Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai
penurunan berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-
zat racun logam berat, larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain.
Susu tidak berfungsi sebagai zat penetral zat racun, namun sebagai
upaya meningkatkan daya kerja dan kesegaran jasmani.
3) Parasit dan mikroorganisme
Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada
dilingkungan tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis
disaluran pencernaan akan menyebabkan kekurangan gizi karena
terganggunya penyerapan. Cacing tambang pada pekerja tambang,
perkebunan, petani akan menurunkan status gizi.
4) Faktor psikologis
Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian
emosi, hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik,
18
rangsangan atau hambatan psikologis dan sosial akan menurunkan
berat badan, terjadinya penyakit dan produktivitas menurun.
5) Kesejahteraan
Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga
akan menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit
jantung dan lain-lain.
2.3.1 Cara Menentuan Gizi Pekerja di Berbagai Lingkungan Kerja
Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah
satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai
bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan
salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam
peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua
pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya
menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan
gizi terutama energi dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin.
Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang
dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan khusus seperti pada
pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja. Faktor-faktor
tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,
komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.
Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh
terhadap gizi kerja adalah:
a. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi
sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat. Karenanya perlu
diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang
keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air,
konsumsi sayur dan buah.
b. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan
keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya
metabolisme tubuh dan gangguan fungsi alat pencernaan sehingga
menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi.
19
Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan
psikologis.
c. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan
tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.
d. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan
pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi
alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan
zat gizi.
Tabel penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses
bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan
menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan
kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan
produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya penyakit atau
kecelakaan kerja.
a. Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi
humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas
lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak
menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas
yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu
20
mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan
bahkan fatal (CCOHS, 2001).
b. Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan
menyebabkan penurunan produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh
manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi
oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin besar
pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.
2.6 Energy Untuk Melakukan Pekerjaan
2.6.1 Pengertian Kecukupan Gizi Pekerja
Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata
zat gizi setiap hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur,
jenis pekerjaan, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi
(Depkes, 2005).
Tabel Angka Kecukupan Gizi Pekerja sesuia dengan AKG 2004
2.6.1 Cara Mengukur Status Gizi
Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung
dan tidak langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi
empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
21
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia,
ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara
umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh
(Supariasa dkk, 2002).
Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan
dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran
tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan. Tinggi
badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul
dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri merupakan
dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter
disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering
digunakan yaitu:
1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri
yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan
gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini (Current Nutrirional Status).
2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan
tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
3) Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
22
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu.
4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)
Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas
berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.
5) Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak
dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan
olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada
keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites
dan hepatomegali.
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT=Berat badan(kg)
Tinggi badan (m ) xTinggi badan (m)
Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber:
Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang
dewasa, Jakarta).
Kategori IMT
KurusKekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
GemukKelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0
6) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur
Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak
bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada
bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada,
23
perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.
7) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul
Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk
melihat perubahan metabolisme yang memberikan gambaran
tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan
distribusi lemak tubuh.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial
tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-
organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara
cepat (rapid clinical survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaaan fisik yaitu tanda (sign)
dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain :
darah, urine, tinja,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan
otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih
banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
24
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan
melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan
dalam situasitertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang
digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
survey konsumsi makanan, statistic vital dan factor ekologi.
1) Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang
dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga
dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan
kekurangan zat gizi.
2) Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran
status gizi masyarakat.
3) Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk
melakukan program intervensi gizi.
2.6.2 Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi Makro, Mikro dan Caian
25
Pada Pekerja
Untuk menentukan kebutuhan energy dan protein sesuai beban kerja
yang berbeda dengan menggunakan tabel AKG 2004 yang ada dibawah ini:
(sumber: AKG, 2004)
Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan
minum paling sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam
atau 30% makan lengkap + 10% selingan. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan
tenaga kerjanya sembilan jam per hari, perusahaan wajib menyediakan
makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift malam hari perlu diberikan
makanan tambahan dengan memperhitungkan kebiasaan makan dan
kecukupan energi per hari. Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk
pekerja dibedakan menjadi 3 cara yaitu menentukan zat gizi makro, zat
gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan masing-masing pekerja sesuai
kebutuhannya.
a. Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat gizi yang berperan sebagai sumber
energi. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
2) Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk
26
metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik.
Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan
energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang. (Hardinsyah, 2012).
Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada
pengeluaran energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure) (Moore,
1997). BEE mencakup energi yang diperlukan untuk kebutuhan dasar
dari kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung, mempertahankan
suhu tubuh.
Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)
Laki-laki: BEE = 660 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = umur (tahun)
Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang
sehat dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor
aktivitas.
Energi = BEE X Aktivitas Fisik
3) Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom
karbon, hydrogen dan oksigen dan merupakan senyawa organik yang
paling utama sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan
tubuh. Beberapa fungsi karbohidrat, yaitu sumber energi, protein sparer,
bahan metabolisme utama, dan sumber energi untuk otak. Kebutuhaan
hidrat arang dalam suatu menu berdasarkan prinsip gizi seimbang
untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60%-70% dari total energi
sehari (Depkes RI, 2009). Cara untuk menentukan kebutuhan
karbohidrat bagi pekerja berdasarkan prinsip gizi seimbang untuk orang
Indonesia kurang lebih sebesar 60% - 70% dari total energi sehari
(Movira, 2008).
Karbohidrat = 50
100× energi total
4) Protein mempunyai peranan penting yaitu mengganti jaringan yang
rusak pada tubuh dan pertumbuhan jaringan tubuh. Protein juga
memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan
27
(imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon.
Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 g protein per kg
berat tubuhnya, dimana setiap gram protein mempunyai nilai 4 kalori.
Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung
dan atlet. Protein yang dibutuhkan dalam suatu menu makanan kurang
lebih 10%-15% dari total energi perhari. (Depkes RI. 2009). Cara untuk
menentukan kebutuhan protein bagi pekerja sangat tergantung berat
badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Di
dalam menu, menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein
kurang lebih 10% - 20% dari total energi per hari (Movira, 2008).
Protein = 20
100× energi total
Dari penelitian-penelitian diperoleh suatu formula yang di kenal dengan
cara factorial (factorial method) untuk memperoleh angka kebutuhan
protein sebagai berikut:
R =(U b + F b S + G) x 1,1
Keterangan
R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari
Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari
1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin
Sementara itu, untuk menghitung kecukupan protein pekerja
disesuaikan dengan rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan
faktor koreksi mutu protein. Rumusnya adalah: (Hardinsyah, 2012)
Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein
Keterangan :
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
BB = Berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa, 1.5 bagi anak
dan remaja, dan perempuan hamil = 1.2
28
5) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab
setiap molekul mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan
diubah bila diperlukan. Namun sayang, bentuknya lebih memakan
waktu dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak merupakan zat yang bersifat
sebagai cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak disimpan di
jaringan bawah kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh,
sebagai bantalan bagi organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari
getaran-getaran yang terlalu keras. Namun penimbunan lemak yang
berlebihan dapat meningkatkan resiko terhadap beberapa penyakit.
Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek
dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang lebih 20%-
25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal 30%
(Depkes RI. 2009). Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari
kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total per hari atau
minimal 15% dan maksimal 30% (Movira, 2008).
Lemak = 30
100× energi total
b. Zat gizi mikro
Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu
melancarkan kinerja tubuh, seperti mengatur dan melindungi proses dalam
tubuh, pembentukan enzim dan hormon dan mencapai vitalitas jaringan
yang prima. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-
buahan (Depkes RI. 2009).
1) Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan
oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena
itu, harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi, kecuali
vitamin D.
2) Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut juga
sebagai abu sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran
sempurna mineral tidak ikut terbakar. Yodium merupakan mineral
yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi
29
mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon
tiroksin. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan.
Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150 g per hari untuk
orang dewasa. Untuk wanita dianjurkan tambahan masaing-masing 25
g per hari.
c. Cairan
Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan
tubuh. Air diperoleh dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh.
Air merupakan unsur yang paling banyak di perlukan oleh tubuh, 60%
dari berat badan manusia terdiri dari air (Depkes RI, 2009). Lingkungan
kerja yang panas dataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air
minum ≥ 2,8 liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau
pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum
sebesar 1,9 liter/hari. Rata-rata asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh
dari miuman yaitu sebesar 1400ml, makanan 700ml, oksidasi makanan
200ml (total 2300ml). Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh perhari
yaitu buang air kecil (BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB)
100ml, perespirasian kulit 100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu
memalui kulit dan saluran nafas 700ml (total 2300). Ada pun rumus untuk
menghitung kebutuhan cairan perhari yaitu:
1) Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori
kebutuhan energi tubuh. Dengan rumus ini maka pekerja dengan
kebutuhan energinya A kkal akan memerlukan cairan 1 x A kkal = B
ml atau sekitar 2 liter cairan perhari.
2) Untuk 10 kg pertama berat badan membutuhkan 1 liter cairan, 10 kg
kedua berat badan butuh 500 ml cairan, dan sisanya setiap kilogram
berat badan butuh 20 ml cairan (Lusia Kus, 2010).
2.7 Hubungan antara gizi kerja dan produktivitas
a. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadapa Produktivitas Kerja
Defisiensi Zat Besi dan Produktivitas Kerja
30
Zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan
energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila
kekurangan zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan
kemampuan bekerja. Yang berperan dalam proses oksidasi antara lain
Cytochrome, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitochondria yang
mengandung zat besi lainnya. pada keadaan defisiensi besi, terjadi
penurunan konsentrasi sitokrom c pada mukosa usus lebih awal daripada
penurunan konsentrasi haemoglobin. Diduga akibat regenerasi sel lining
mukosa usus lebih cepat daripada regenerasi sel darah merah, sehingga
menurunnya pasokan besi mempengaruhi sel-sel tersebut secara cepat.
b. Defisiensi Energi dan Produktivitas Kerja
Tanpa ada gizi, energi tidak bisa dihasilkan oleh tubuh,
dikarenakan sel-sel kita tidak memperoleh makanan. Dan tentu saja,
seseorang akan loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun seseorang
memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab
utama (Ari Agung, 2002). Kurangnya dalam tubuh akan karbohidrat,
protein dan zat lemak dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur
tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu,
kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh
yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan
macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas
kerja sangat lemah, dan lain-lain) (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).
c. Defisiensi Vitamin B1 dan Produktivitas Kerja
Vitamin B1 dikenal sebagai “Vitamin Semangat” , karena bila
terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan kegiatan syaraf.
Penelitian pada manusia yang diberi makanan kurang vitamin B1
menunjukkan dalam waktu singkat orang-orang tersebut tidak
bersemangat, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Dalam tiga hingga
tujuh minggu timbul gejala kelelahan, nafsu makan berkurang, penurunan
berat badan,konstipasi, kejang otot dan berbagai rasa nyeri syaraf.
31
Keluhan ini dapat dihilangkan dan pulih setelah mengkonsumsi vitamin
B1 secukupnya (Ari Agung, 2002)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja
untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan
beban kerjanya
2. Faktor yang mempengaruhi Gizi Kerja
a. Jenis kegiatan beban kerja.
b. Faktor tenaga kerja
c. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi
fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi..
3. Gangguan Gizi Kerja di pengaruhi:
a. Kebutuhan zat gizi
b. Kebutuhan kalori
c. Faktor lingkungan kerja (Tekanan panas, Bahan kimia, Faktor
biologi, Faktor psikologis, Gaya hidup dan kebiasaan)
4. Macam Gangguan Gizi Kerja:
a. Defisiensi zat besi
b. Defisiensi energi
c. Defisiensi vitamin B1
3.2 Saran
Dalam pemberian asupan Gizi para pekerja seharusnya diperjatikan jenis
beban kerja, tenaga, dan lingkungan kerjanya sehingga kecukupan gizi para
pekerja terpenuhi secara baik yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Almatsier, Sunita, dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
Gramedia. Jakarta