Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

50
1 REFERAT GIZI KERJA DAN PRODUKTIVITAS Achmad Syahid Aditya Megananda Bellia Marsya Putriani Khabibie Darma Jaya Novi Robbayanti Fiqih Ridho Ismail Hasan Yuny Hafitry Meidita Wahyu PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI

Transcript of Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

Page 1: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

1

REFERAT

GIZI KERJA DAN PRODUKTIVITAS

Achmad Syahid

Aditya Megananda

Bellia Marsya Putriani

Khabibie Darma Jaya

Novi Robbayanti Fiqih

Ridho Ismail Hasan

Yuny Hafitry

Meidita Wahyu

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG DJATI

CIREBON

2015

Page 2: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

2

BAB I

PENDAHULAUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap

peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah upaya peningkatan status gizi

masyarakat. Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan

kualitas hidup dan produktivitas kerja.

Sejalan dengan itu perlu perhatian terhadap masalah-masalah yang

berhubungan dengan kesehatan kerja serta faktor-faktor yang erat hubungannya

seperti keadaan gizi golongan pekerja serta cara-cara untuk memperbaiki status

golongan ini semakin penting untuk diteliti. Tubuh manusia memerlukan sejumlah

pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun

kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang miskin tidak

mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup.

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya

dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan

dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi

fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut

karena factor gizi.

Untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya tubuh melakukan

pemeliharaan dengan mengganti jaringan yang sudah aus, melakukan kegiatan,

dan pertumbuhan sebelum usia dewasa. Agar tubuh dapat menjalankan ketiga

fungsi tersebut diperlukan sejumlah gizi setiap hari, yang didapat melalui

makanan. Diperkirakan 50 macam senyawa dan unsur yang harus diperoleh dari

makanan dengan jumlah tertentu setiap harinya. Bila jumlah yang diperlukan tidak

terpenuhi maka kesehatan yang optimal tidak dapat dicapai.

Page 3: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

3

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Menjelaskan arti dari gizi kerja dan produktvitas

Menjelaskan Hukum pelaksanaan gizi kerja

Menjelaskan Pengertian gizi dan faktor-faktor kebutuhan gizi

Menjelaskan produktivitas

Menjelaskan Permasalahan gizi kerja

Menjelaskan Kebutuhan dan faktor yang mempengaruhi gizi tenaga kerja

Menjelaskan Energy untuk melakukan pekerjaan

Menjelaskan Hubungan antara gizi kerja dan produktivitas

1.2.2 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah

memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai gizi kerja dan produktvitas

bagi mahasiswa fakultas kedokteran atau pembaca pada umumnya.

Page 4: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

4

BAB II

ISI

2.1 Pengertian gizi dan faktor-faktor kebutuhan gizi

Gizi adalah suatu organism menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,

metabolism, dan pengeluaran zat gizi tubuh serta menghasilkan tenaga.

Sementara itu gizi kerja didefinisikan sebagai gizi yang diperlukan oleh

tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan kalorinya sesuai jenis pekerjaannya.

Gizi kerja sebagai salah satu aspek penting dari kesehatan kerja mempunyai

peran penting baik bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan

displin dan produktivitas. (Almastsier, 20111)

Kecukupan zat gizi pekerja terutama dipengaruhi oleh usia,ukuran

tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis

pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, kondisi fisiologis,

keadaan khusus seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, serta keadaan

lingkungan kerja. Faktor-faktor di atas harus menjadi dasar dalam

perhitungan besarnya kecukupanzat gizi pekerja. Berikut adalah kecukupan

zat gizi per hari pekerja menurut umur dan jenis kelamin.

Page 5: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

5

Tabel 1 Angka kecukupan Gizi Usia dewasa

Sumber : Kepmenkes RI No. 1593/Menkes/SK/XI/2005

Tingkat kecukupan gizi pada usia dewasa antara lain:

a. Energi

Kebutuhan energy pada usia dewasa menurun sesuai dengan

bertambahnya usia. Yang disebabkan oleh menurunnya metabolism basal

dan berkurangnya aktivitas fifik. Usia dewasa muda berkisar 19-49 tahun

merupakan usia produktif, banyak kegiatan fisik yang dilakukan sehingga

kebutuhan energy kelompok ini lebih tinggi dibandingkan usia 50-56

tahun. AKG energy pada laki-laki adalah 2550 kkal pada usia 19-29 tahun,

2350 kkal pada usia 30-49 tahun dan 2250 kkal pada usia 50-64 tahun.

Pada perempuan angka ini secara berturut-turut adalah 1900 kkal, 1800

kkal, dan 1750 kkal

Kelebihan asupan energy akan menyebabkan kenaikan berat badan.

Berat badan perlu dimonitor denga mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT)

untuk mengetahui kesesuaiannya dengan tinggi badan. Kelebihan berat

Page 6: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

6

badan meningkatkan risiko degenerative seperti penyakit jantung koroner,

hipertensi, diabetes mellitus.

b. Protein

Kebutuhan protein kelompok usia dewasa terutama digunakan

untuk mengganti protein yang hilang sehari-hari melalui urin, kulit, feses,

dan rambut serta untuk mengganti sel-sel yang rusak pada usia seseorang

yang tidak mengalamo pertumbuhan lagi. AKG protein laki0laki usia 19-

64 tahun sebanyak 60 g/hari. Sedangkan untuk perempuan sebesar

50g/hari. Konsumsi protein yang tinggi dapat meningkatkan kehilangan

kalsium melalui urin, penyakit jantung koroner, terutama sebagai akibat

tingginya asupan lemak jenuh dan kolestrol. Untuk mengurangi asupan

lemak jenuh dianjurkan sebagian dari protein berasal dari makanan nabati,

yaitu kacang-kacangan, berupa kedelai dan hasil olahannya seperti tahu

dan tempe serta kacang merah dan kacang hijau. (Almastsier, 2011)

c. Ferum (besi)

Angka kecukupan besi untuk laki-laki dewasa dan setengan tua

adalah 13mg/hari, untuk perempuan dewasa muda 26 mg/hari, dan dewasa

muda setengah tua karena pada usia tua tersebut perempuan kehilangan

besi setiap bulan melalui haid.

2.2 Definisi produktivitas

Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang

selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari

kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 : 12).

Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang

dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put).

Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai

dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas

kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan

input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila

Page 7: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

7

mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam

waktu yang singkat atau tepat.

2.3 Permasalahan gizi kerja

Berbicara masalah gizi, kita tidak terlepas dari pembahasan mengenai

zat-zat makanan atau nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Makanan yang

bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat nutrien yang dibutuhkan

oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-fungsinya dengan sebaik-

baiknya. Dengan perkataan lain zat gizi sangat diperlukan oleh tubuh untuk

pertumbuhan, perbaikan jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta semua

fungsinya. Sejak dari masa janin, bayi, remaja sampai ke masa dewasa dan

lansia (lanjut usia), manusia membutuhkan zat-zat yang berguna untuk

membantu fungsi semua organ agar dapat berjalan dengan baik, apakah zat

itu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam mineral dan air. Karbohidrat,

protein, dan lemak dibutuhkan sebagai sumber tenaga atau energi untuk

bekerja. Kalori yang dihasilkan untuk setiap 1 gram karbohidrat adalah

sebesar 4 gramkalori, sedang 1 gram protein menghasilkan 4 gramkalori dan

untuk setiap 1 gram lemak dapat menghasilkan kalori sebesar 9 gramkalori.

Vitamin dan mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan jalan

memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan syaraf,

vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Selain itu, di dalam

proses-proses tersebut juga dibutuhkan air dan oksigen dari udara. Peranan air

sangat penting sebagai medium atau pelarut dari getah-getah tubuh, peredaran

darah dan prosesproses dalam tubuh lainnya.

Kebutuhan akan zat-zat ini berbeda-beda dan perbedaan ini tergantung

dari umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan ataupun kegiatan-kegiatan yang

dilakukan. Pada wanita dewasa, kalori yang dibutuhkan berkisar antara 1.600

-2000 kilokalori, sedangkan pria dewasa membutuhkan sekitar 2.500 -3.000

kilokalori setiap harinya. Secara umum pengaruh gizi pada manusia sangatlah

kompleks, antara lain dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,

perkembangan fisik, produktivitas dan kesanggupan kerja yang mana

kesemua ini sangatlah erat hubungannya dengan perbaikan atau peningkatan

Page 8: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

8

pendapatan masyarakat. Dengan demikian agar dapat melakukan kerja

seoptimal mungkin sangatlah perlu diperhatikan kualitas makanan yang

dimakan, hendaknyalah memakan makanan yang cukup mengandung zat-zat

yang dibutuhkan oleh tubuh atau makanan yang berimbang (balanced diet).

Banyak masalah-masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan akibat tidak

adanya keseimbangan gizi yang lebih dikenal sebagai akibat gizi salah. Gizi

salah yang diderita pada masa janin (dalam kandungan) dan masa anak-anak

dapat menghambat antara lain kecerdasan, motivasi, kesanggupan belajar.

Selain itu, ada dugaan bahwa gizi salah yang diderita pada masa janin dapat

menimbulkan kelainan kromosoma yang bisa berakibatkan pada perilaku

abnormal ataupun kelainankelainan yang akan bertahan selama hidup.

Masalah lain yang dapat diakibatkan oleh gizi salah ini adalah gangguan

perkembangan Fisik. Suatu studi yang dilakukan di India menunjukkan

bahwa 90 % dari 3000 anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat

ekonomi rendah mempunyai ukuran tubuh lebih kecil dari ukuran normal.

Keadaan seperti ini merupakan gambaran umum dari masyarakat di negara-

negara yang secara ekonomi tergolong kurang berkembang. Masih berkaitan

dengan berat badan lahir yang rendah, pada suatu penelitian yang dilakukan

di Hertfordshire (lnggris) ditemukan bahwa bayi-bayi yang dilahirkan dengan

berat badan kurang dari 2,5 kg mempunyai resiko yang besar untuk menderita

penyakit jantung koroner.

Namun yang cukup menarik dari penelitian tersebut bahwa resiko itu

menjadi menurun bila kekurangan tersebut dapat dikejar sehingga mencapai

berat badan yang normal (Barker,1992). Jadi jelas sekali bahwa perawatan

yang tentunya termasuk gizi dalam hal ini cukup menentukan kondisi

seseorang selanjutnya dan ini tentunya sedikit banyaknya akan berkaitan

dengan produktifitas kerja dan kualitas hidupnya di kemudian hari.

Sebenarnya, dalam pembahasan gizi salah yang dapat menimbulkan

masalah kesehatan tidaklah semata-mata hanya keadaan kurang gizi, namun

kelebihan gizipun dapat menimbulkan gangguan pada manusia. Jadi kalau

kita tilik lebih dalam yang tergolong dalam gizi salah (malnutrisi) ini ada dua

golongan, yaitu kurang gizi (under nutrition) dan kelebihan gizi (over

Page 9: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

9

nutrition). Jelas, bahwa gangguan atau penyakit yang ditimbulkan oleh

golongan kedua ini lebih banyak dijumpai pada masyarakat di negara-negara

maju seperti penyakit jantung koroner, darah tinggi (hipertensi), dan lain-lain.

Sedangkan pada negara- negara berkembang pada umumnya banyak dijumpai

keadaan kurang gizi yang sering disebut dengan Kurang Energi Protein

(KEP), Defisiensi vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan lodium (GAKI)

dan lain-lain yang nantinya dapat berakibat pada turunnya daya tubuh dan

memudahkan untuk mendapat penyakit-penyakit infeksi ataupun gangguan

lain. Di Indonesia, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh BPS melalui

modul SUSENAS tahun 1986, 1987, dan 1989 serta hasil survai Vitamin A

tahun 1978 menunjukkan adanya penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi

buruk yang cukup bermakna. Pada tahun 1978 prevalensi gizi kurang dan gizi

buruk di Indonesia sebesar 15,9% yang kemudian menurun hingga 10,5%

pada tahun 1989. Demikian pula prevalensi Kurang Energi Protein (KEP)

berat juga mengalami penurunan dari 3% menjadi 1,4% dalam kurun waktu

yang sama. Keadaan ini menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan

energi dan protein rumah tangga Kecenderungan ini selain disebabkan sudah

mulai menurunnya jumlah penduduk yang miskin, juga pemerintah giat

melakukan berbagai program upaya perbaikan gizi masyarakat. Sedangkan

masalah GAKI di negara kita masih merupakan masalah yang cukup besar.

Data tahun 1990 menunjukkan angka prevalensi nasional GAKI dalam bentuk

angka penyakit gondok sebesar 27,7%. Angka ini hila dibandingkan dengan

data tahun 1982 (37,2%) telah mengalami penurunan. Namun bila

diperhatikan per propinsi, masih terdapat beberapa propinsi yang justru

menunjukkan peningkatan prevalensi.

Walaupun permasalahan kesehatan yang masih berkaitan dengan gizi

kurang masih cukup banyak dijumpai di Indonesia, namun saat ini

permasalahan gizi lebih sudah mulai meningkat terutama di daerah perkotaan

di Indonesia. Hal ini terlihat dari Survei kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

dimana penyakit kardiovaskuler yang pada tahun 1972 merupakan penyebab

kematian peringkat 11 menjadi peringkat ke-3 pada tahun 1986 dan pada

SKRT 1992 menjadi penyebab utama kemaatian di Indonesia. Dengan

Page 10: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

10

melihat kondisi ini, maka saat ini Indonesia sedang menghadapi dua masalah

atau problema ganda gizi dimana diperlukan pemecahan masalah yang tepat

sehingga diharapkan kualitas sumber daya akan meningkat yang pada

akhirnya juga berhubungan dengan tingkat produktifitasnya. Secara umum,

permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

lain faktor demografi seperti pertambahan jumlah penduduk, laju

pertumbuhan penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda,

penyebaran penduduk yang tidak merata, perubahan susunan penduduk;

faktor sosial ekonomi dimana terjadinya peningkatan kesejahteraan

masyarakat, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara baik

langsung berpengaruh pada pendapatan keluarga. Selain itu, faktor lain yang

berpengaruh pada masalah gizi dan pangan adalah perkembangan IPTEK

dimana terjadinya arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada

pola hidup masyarakat termasuk pada pola makan. Salah satu dampak dari

arus moderenisasi terhadap Dia makan adalah meningkatnya konsumsi lemak.

Tidak heran kalau kita lihat bahwa penyakit jantung koroner cenderung

meningkat akhir-akhir ini.

Gizi dan produktivitas kerja

Produktifitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor,

faktor manusia dan faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi

dalam faktor fisik dan faktor non fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia

dapat berupa tekno-struktur yang dipakai dalam bekerja, sistem manajemen

perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan kesejahteraan tenaga kerja secara

menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar Haluan Negara,

1988 pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang ditujukan

pada perbaikan upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan

dan kesehatan kerja. Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu

mengenai kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya

adalah agar masyarakat dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan

dirinya. Gizi dalam hati ini merupakan salah satu faktor penentu kapasitas

kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan

Page 11: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

11

untuk pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai

penelitian yang dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan

produktifitas kerja; hal ini terbukti dari hasil-hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan menurunkan daya kerja

serta produktifitas kerja.

Dalam melakukan pekerjaannya, perlu disadari bahwa masyarakat

pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan teliti

sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja.

Dapat dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling

tidak akan mengurangi konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam

melakukan kerja; kondisi ini tentunya sangat membahayakan keselamatannya

apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan alat-alat yang

dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang

tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan. Di

dalam Pembangunan Jangka Panjang tahap II, kreatifitas dan peningkatan

produktifitas kerja sangat diharapkan. Untuk dapat memenuhi tuntutan ini,

mutu ataupun kualitas sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang

cukup besar. Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur

kualitas sumber daya manusia. Pertama, Indeks Mutu Hidup atau Physical

Quality of Life Index (PQLI). Kedua, Human Development Index (HDI) yang

dikembangkan oleh UNDP. Ketiga, yang sekarang dalam taraf

pengembangan oleh BAPPENAS, yakni Social Development Index (SDl).

Dalam ketiga indikator yang disebut diatas, unsur yang menyangkut derajat

kesehatan selalu merupakan salah satu unsurnya. Hal ini menunjukkan bahwa

derajat kesehatan merupakan kontributor penting bagi kualitas sumber daya

manusia yang mana erat kaitannya dengan kreativitas dan peningkatan

produktiftas kerja yang selanjutnya akan dapat meningkatkan perekonomian

clan pendapatan masyarakat.

lLO (1976) mencanangkan suatu model pembangunan yang

menekankan pada pemerataan dan pertumbuhan yang diikuti oleh pendekatan

pemenuhan kebutuhan rnanusia (basic human needs). Pendekatan kebutuhan

Page 12: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

12

dasar ini menekankan pentingnya dipenuhinya kebutuhan dasar penduduk

yaitu pangan, sandang, perumahan dan sebagainya, sebelum dipenuhinya

kebutuhan lain yang kurang mendesak dan umumnya yang hanya dibutuhkan

oleh sejumlah kecil penduduk.

Dalam upaya pembangunan sumber daya manusia pendekatan ini

sangat berarti karena dapat mengurangi kurang gizi, penyakit dan kebodohan

akibat kurang pendidikan. Peran sumber daya manusia yang mempunyai

pengaruh besar terhadap pertumbuhan perekonomian ternyata dirasa juga

oleh pemikir dan perancang kebijakan di dunia. Hal ini terbukti pada North-

South Round Table Conference tentang Adjustment And Growth With

Human Development di Salzburg, Austria tahun 1986 yang menghasilakan

Salzburg Statement" yang antara lain menganjurkan agar kebijaksanaan

penyesuaian pembangunan ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan

ekonomi tetapi juga untuk membangun manusia. Untuk itu kegiatan

pembangunan agar memberikan perhatian yang lebih besar terhadap program-

program pendidikan dasar, pelayanan kesehatan dasar, perbaikan gizi.

Derajat kesehatan yang baik mempunyai dampak positif yang

langsung terhadap laju pembangunan. Rakyat yang semakin sehat, bukan

hanya merupakan tujuan tetapi juga sarana agar laju pembangunan dapat

dipercepat. Derajat kesehatan yang makin baik akan meningkat produktifitas

tenaga kerja, mengurangi jumlah hari-hari ia tidak masuk kerja karena sakit

serta memperpanjang umur produktifnya. Beberapa hasil penelitian yang

diacudalam World Development Report 1991 antara lain penelitian di Sierra

Leone menunjukkan bahwa apabila konsumsi kalori pekerjapekerja pertanian

disana, yang rata- rata mengkonsumsikan kalori hanya sebanyak 1.500 kalori

setiap hari, ditingkatkan konsumsi kalorinya sebanyak 10% maka

diperkirakan produktifitasnya yang diukur dengan output yang dihasilkan

akan naik 5%. Hasil yang sarna juga diperoleh dari penelitian terhadap

pekerja-pekerja pembangunan jalan di Kenya. Selain itu studi di 8 negara

berkembang juga menunjukkan bahwa penghasilan pekerja yang hilang

karena pekerja tidak dapat bekerja karena sakit berkisar antara 2,1% dan 6,5%

Page 13: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

13

dari seluruh penghasilannya. Hubungan antara keadaan gizi dan produktifitas

kerja sebenarnya telah dikenal dengan baik sejak satu abad yang lalu oleh

orang-orang yang mempunyai budak belian yang melihat bahwa gizi salah

berarti penurunan modal. Di Brazil Timur Laut, pemilik pabrik gula segera

mengetahui bahwa jika orang Afrika yang bekerja padanya disiksa atau

mendapat tekanan, akan memberikan hasil yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan keadaan bila diurus dengan baik yang berarti diberi

makanan yang bergizi cukup baik. Beberapa tuan dari budak belian di

Amerika Serikat juga telah sadar akan adanya hubungan erat antara susunan

makanan dengan pengembalian ekonomis. Seorang tuan tanah Virginia

memberikan nasihat dalam Farmer's Register pada tahun 1837. Ia mengatakan

bahwa pokok persoalan yang paling penting dalam manajemen budak belian

adalah pemberian makanan yang mencukupi. Tuan yang memberikan kepada

pekerja ladangnya setengah pon daging sehari dan sayur mayur akan

mendapat keuntungan lebih baik dalam bentuk tenaga kerja budak belian

tersebut dibandingkan dengan mereka yang memberikan jatah biasa kepada

budak beliannya.

Tonny Sajimin dari Jurusan Medik, Fakultas Kedokteran Universitas

Gajah Mada mengatakan bahwa status gizi mempunyai korelasi positif

dengan kualitas fisik manusia. Makin baik status gizi seseorang semakin baik

kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan

pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh

individu dengan status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas

juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi (1984) dalam penelitiannya dimana

dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktifitas kerja. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak menderita

anemia memiliki produktifitas 20% lebih tinggi daripada yang menderita

anemia. Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan

oleh pekerja berat dapat meningkatkan produktifitasnya.

Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat

ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas

Page 14: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

14

yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama

energi. Sebagai contoh, seorang pria dewasa dengan pekerjaan ringan

membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja dengan

pekerjaan yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori. Selain energi, tentu

keseimbangan zat gizi lain seperti protein, lemak, vitamin dan mineral sangat

penting diperhatikan untuk mendapatkan kondisi kesehatan dan kinerja yang

baik.

Nutrisi yang tepat berarti mengkonsumsi makanan dan cairan yang

memadai yang dapat memberikan :

• Bahan bakar (karbohidrat dan lemak) untuk energi.

• Bahan-bahan (protein) untuk membangun, memelihara, dan memperbaiki

semua jaringan tubuh.

• Bahan-bahan (vitamin dan mineral) untuk membantu proses-proses

metabolisme.

• Air, suatu medium cairan untuk membantu proses-proses metabolisme.

• Komposisi yang cukup memadai dari diet seimbang bagi pekerja

dianjurkan terdiri dari 50 -55% karbohidrat, 25 -35 % lemak, 10 -15 %

protein dan secukupnya air, vitamin serta mineral.

2.4 Hukum pelaksanaan gizi kerja

a. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga

kerja ,setelah bekerja terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.

b. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan

Kantin dan Ruang makan

c. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1989 tentang perusahaan

yang memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan

dan minum 1400 kalori

d. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No.

06/Kep/Menko/ Kesra/VIII/1989 , Program Pangan dan Gizi yang

berhubungan dengan produktivitas kerja, Penanggung jawabnya

dipercayakan kepada Depnaker.

Page 15: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

15

e. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang Catering Bagi

Tenaga Kerja.

f. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1999, tentang Peningkatan

Pengawasan dan Penertiban terhadap Pengadaan Kantin dan Toilet di

perusahaan.

2.5 Kebutuhan dan faktor yang mempengaruhi gizi tenaga kerja

a. Konsumsi Makanan

Konsumsi pangan adalah salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi status gizi secara langsung. Konsumsi pangan yang cukup

akan membentuk status gizi yang baik atau sebaliknya, konsumsi pangan

yang tidak cukup akan menimbulkan status gizi yang buruk pula.

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan

fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum

pada tingkat setinggi mungkin.

b. Lean Body Mass

Lean Body Mass yaitu massa jaringan bebas jaringan adiposa (lean

body mass) terdiri atas otot, tulang, serta cairan ekstraseluler. Komposisi

tubuh diukur untuk mendapatkan persentase lemak, tulang, air, dan otot

dalam tubuh. Pengukuran komposisi tubuh juga ditujukan untuk

mendeteksi kebutuhan tubuh terhadap asupan makanan serta mendapatkan

informasi yang relevan terhadap upaya pencegahan dan penanganan

penyakit (Brown et all 2005). Orang yang memiliki massa jaringan bebas

lemak yang berlebih diindikasikan memiliki otot, tulang dan cairan

exstraseluler yang berlebih pula. Alat untuk mengukur lean body mass

yaitu salah satunya dengan mesin BIA (Bioelectrical Impedence Analysis)

yang dapat digunakan juga untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, Percent

Body Fat, Waist Hip Ratio, Mass Body Fat, Lean Body Mass, Total Body

water, dan lain-lain (Maughan, 1993 dalam Sudibjo 2011).

c. Jenis kegiatan

Page 16: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

16

Jenis kegiatan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja,

dan mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda pula.

d. Faktor tenaga kerja

Faktor tenaga kerja yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin,

umur, hamil, menyusui, kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat

kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi oleh bakteri pada

alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan

terjadinya salah gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi

dan dedikasi.

e. Faktor ekonomi

Tidak disangka bahwa penghasilan keluarga akan turut

menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari.

Walaupun demikian, hendaklah dikesampingkan anggapan bahwa

makanan yang memenuhi persyaratan hanya mungkin disajikan di

lingkungan yang berpenghasilan cukup saja, padahal sebenarnya keluarga

yang berpenghasilan yang terbataspun mampu menghidangkan makanan

yang cukup memenuhi syarat gizi bagi anggota keluarganya.

f. Faktor pengetahuan tentang gizi

Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan

dapat membantu keluarga dalam memilih makanan yang bergizi, murah

dan memenuhi selera seluruh keluarga. Kemajuan ilmu dan teknologi

pangan berperan penting dalam mendorong perubahan proses pengolahan

makanan, selera, harga dan pola makan masyarakat.

g. Faktor terhadap bahan makanan tertentu

Adanya orang yang berpikiran salah dengan menggangap bila

makan sayuran yang banyak mengandung mineral dan vitamin akan

menurunkan harkat keluarga. Bahkan ada pula yang tidak mau makan jenis

makanan tertentu hanya karena kepercayaan yang menjurus takhayul,

misalnya apabila makan daging akan menjauhkan rizki.

h. Faktor fadisme

Page 17: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

17

Yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.

Hal ini akan mengakibatkan kurang berfariasinya makanan dan tubuh

akhirnya tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

i. Faktor pola makan

Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori yang

masuk dibanding yang keluar. Pola makan berlebihan akan meningkatkan

asupan dan menurunkan keluaran kalori.

j. Faktor lingkungan kerja

Faktor lingkungan kerja yang penting adalah :

1) Tekanan panas

Di lingkungan kerja dengan jenis pekerjaan berat, diperlukan

sekurang-kurangnya 2,8 liter air minum untuk seorang tenaga kerja,

sedangkan kerja ringan dianjurkan 1,9 liter. Kadar garam tidak boleh

terlalu tinggi untuk tenaga kerja yang sudah beradopsi dengan

lingkungan + 0,1%, sedangkan untuk tenaga kerja yang belum

beradopsi + 0,2%. Untuk tenaga kerja yang bekerja ditempat dingin,

makanan dan minuman hangat sangat membantu.

2) Pengaruh kronis bahan kimia

Bahan kimia dapat menyebabkan keracunaan kronis dengan disertai

penurunan berat badan. Vitamin C dapat mengurangi pengaruh zat-

zat racun logam berat, larutan organik, fenol, sianida dan lain-lain.

Susu tidak berfungsi sebagai zat penetral zat racun, namun sebagai

upaya meningkatkan daya kerja dan kesegaran jasmani.

3) Parasit dan mikroorganisme

Tenaga kerja dapat terjangkit mikroorganisme atau parasit yang ada

dilingkungan tempat kerja, misalnya infeksi oleh bakteri yang kronis

disaluran pencernaan akan menyebabkan kekurangan gizi karena

terganggunya penyerapan. Cacing tambang pada pekerja tambang,

perkebunan, petani akan menurunkan status gizi.

4) Faktor psikologis

Adanya ketegangan-ketegangan sebagai akibat ketidakserasian

emosi, hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang baik,

Page 18: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

18

rangsangan atau hambatan psikologis dan sosial akan menurunkan

berat badan, terjadinya penyakit dan produktivitas menurun.

5) Kesejahteraan

Kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi diimbangi dengan olahraga

akan menyebabkan kegemukan, hipertensi, hipokolesterol, penyakit

jantung dan lain-lain.

2.3.1 Cara Menentuan Gizi Pekerja di Berbagai Lingkungan Kerja

Pemenuhan kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah

satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai

bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan

salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam

peningkatan produktivitas kerja.  Hal ini perlu menjadi perhatian semua

pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya

menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja. Kebutuhan

gizi terutama energi dipengaruhi oleh Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis kelamin.

Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang

dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis. Keadaan khusus seperti pada

pemulihan kesehatan dan anemia, keadaan lingkungan kerja.  Faktor-faktor

tersebut di atas harus menjadi dasar dalam perhitungan besarnya energi,

komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh

terhadap gizi kerja adalah:

a. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi

sehingga pekerja mengeluarkan banyak keringat.  Karenanya perlu

diperhatikan kebutuhan air dan mineral sebagai pengganti cairan yang

keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi disarankan untuk minum air,

konsumsi sayur dan buah.

b. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan

keracunan kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya

metabolisme tubuh dan  gangguan fungsi alat pencernaan sehingga

menurunkan berat badan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan zat gizi.

Page 19: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

19

Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami gangguan

psikologis.

c. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan

tambahan protein dan antioksidan untuk regenerasi sel.

d. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan

pertambangan sering terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi

alat pencernaan dan kehilangan zat-zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan

zat gizi.

Tabel penyesuaian kalori menurut derajat kegiatan.

Lingkungan kerja dalam hal ini adalah beban tambahan pada proses

bekerja lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang manusiawi dan lestari akan

menjadi pendorong bagi kegairahan dan efisiensi kerja sedangkan lingkungan

kerja yang melebihi toleransi kemampuan manusia tidak saja merugikan

produktivitas kerjanya tetapi juga menjadi penyebab terjadinya  penyakit atau

kecelakaan kerja.

a. Suhu yang nyaman bagi pekerja sekitar 200C dan 270C dan dalam situasi

humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas

lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak

menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas

yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu

Page 20: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

20

mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan

bahkan fatal (CCOHS, 2001).

b. Jika suhu pada ruangan meningkat 5,5oC di atas tingkatan nyaman akan

menyebabkan penurunan  produktivitas sebesar 30%. Suhu tubuh

manusia tidak hanya didapat dari metabolisme tetapi juga dipengaruhi

oleh panas lingkungan. Makin tinggi panas lingkungan, semakin  besar

pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh.

2.6 Energy Untuk Melakukan Pekerjaan

2.6.1 Pengertian Kecukupan Gizi Pekerja

Kecukupan gizi pekerja merupakan suatu ukuran kecukupan rata-rata

zat gizi setiap hari untuk pekerja yang disesuaikan dengan golongan umur,

jenis pekerjaan, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktivitas tubuh untuk mencapai

tingkat kesehatan yang optimal dan mencegah terjadinya defisiensi zat gizi

(Depkes, 2005).

Tabel Angka Kecukupan Gizi Pekerja sesuia dengan AKG 2004

2.6.1 Cara Mengukur Status Gizi

Pengukuran status gizi pada pekerja dapat dilakukan secara langsung

dan tidak langsung. Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi

empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.

Page 21: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

21

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia,

ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan

dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara

umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan

energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh

(Supariasa dkk, 2002).

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan

dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran

tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan. Tinggi

badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar panggul

dan tebal lemak dibawah kulit. Parameter antropometri merupakan

dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter

disebut indeks antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering

digunakan yaitu:

1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan

gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri

yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan

kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan

gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,

maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat

ini (Current Nutrirional Status).

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur.

3) Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi

Page 22: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

22

badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan

searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan

tertentu.

4) Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas

berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi

orang dewasa yang berumur diatas 18 tahun khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak

dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan

olahragawan. Disamping itu pula IMT tidak bisa diterapkan pada

keadaan khusus (penyakit) lainnya, seperti adanya edema, asites

dan hepatomegali.

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:

IMT=Berat badan(kg)

Tinggi badan (m ) xTinggi badan (m)

Tabel 2.1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia (Sumber:

Depkes, 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orang

dewasa, Jakarta).

Kategori IMT

KurusKekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

GemukKelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berta badan tingkat berat >27,0

6) Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak

bawah kulit dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada

bagian lengan atas, lengan bawah, di tengah garis ketiak, sisi dada,

Page 23: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

23

perut, paha, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.

7) Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul

Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul digunakan untuk

melihat perubahan metabolisme yang memberikan gambaran

tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan perbedaan

distribusi lemak tubuh.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara

cepat (rapid clinical survey). Survey ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau

lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaaan fisik yaitu tanda (sign)

dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain :

darah, urine, tinja,dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala

klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih

banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

d. Biofisik

Page 24: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

24

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan meliht kemampuan fungsi (khusunya jaringan) dan

melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan

dalam situasitertentu seperti kejadian buta senja epidemik, cara yang

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Penilaian status gzi secara langsung dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

survey konsumsi makanan, statistic vital dan factor ekologi.

1) Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga

dan individu.  Survey ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

2) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu

dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunannya

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran

status gizi masyarakat.

3) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari

keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk

mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk

melakukan program intervensi gizi.

2.6.2 Cara Menentukan Kebutuhan Zat Gizi Makro, Mikro dan Caian

Page 25: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

25

Pada Pekerja

Untuk menentukan kebutuhan energy dan protein sesuai beban kerja

yang berbeda dengan menggunakan tabel AKG 2004 yang ada dibawah ini:

(sumber: AKG, 2004)

Untuk 8 jam kerja di perusahaan perlu disediakan makan dan

minum paling sedikit 2/5 (40%) dari kecukupan energi selama 24 jam

atau 30% makan lengkap + 10% selingan. Berdasarkan Keputusan Menteri

Tenaga Kerja No. 608/MEN/1989 untuk perusahaan yang mempekerjakan

tenaga kerjanya sembilan jam per hari, perusahaan wajib menyediakan

makanan dan minum 1400 kalori. Untuk shift malam hari perlu diberikan

makanan tambahan dengan memperhitungkan kebiasaan makan dan

kecukupan energi per hari. Dalam menentukkan kebutuhan gizi untuk

pekerja dibedakan menjadi 3 cara yaitu menentukan zat gizi makro, zat

gizi mikro, dan cairan yang dibutuhkan masing-masing pekerja sesuai

kebutuhannya.

a. Zat gizi makro

Zat gizi makro adalah zat gizi yang berperan sebagai sumber

energi. Zat gizi makro terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.

2) Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk

Page 26: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

26

metabolisme, pertumbuhan, pengaturan suhu dan kegiatan fisik.

Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan

energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka

panjang. (Hardinsyah, 2012).

Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori berdasarkan pada

pengeluaran energi basal (BEE = Basal Energy Expenditure) (Moore,

1997). BEE mencakup energi yang diperlukan untuk kebutuhan dasar

dari kehidupan, seperti pernapasan, fungsi jantung, mempertahankan

suhu tubuh.

Wanita: BEE = 655 + (9,6 x BB) + (1,7 x TB) – (4,7 x U)

Laki-laki: BEE = 660 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

BB = Berat badan (kg) TB = Tinggi badan (cm) U = umur (tahun)

Sekali BEE ditetapkan, maka kebutuhan energi harian untuk orang

sehat dapat ditentukan, yaitu dengan cara dikalikan dengan faktor

aktivitas.

Energi = BEE X Aktivitas Fisik

3) Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung atom

karbon, hydrogen dan oksigen dan merupakan senyawa organik yang

paling utama sebagai sumber energi bagi kebutuhan sel-sel dan jaringan

tubuh. Beberapa fungsi karbohidrat, yaitu sumber energi, protein sparer,

bahan metabolisme utama, dan sumber energi untuk otak. Kebutuhaan

hidrat arang dalam suatu menu berdasarkan prinsip gizi seimbang

untuk orang Indonesia kurang lebih sebesar 60%-70% dari total energi

sehari (Depkes RI, 2009). Cara untuk menentukan kebutuhan

karbohidrat bagi pekerja berdasarkan prinsip gizi seimbang untuk orang

Indonesia kurang lebih sebesar 60% - 70% dari total energi sehari

(Movira, 2008).

Karbohidrat = 50

100× energi total

4) Protein mempunyai peranan penting yaitu mengganti jaringan yang

rusak pada tubuh dan pertumbuhan jaringan tubuh. Protein juga

memiliki peran penting dalam pembentukan sistem kekebalan

Page 27: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

27

(imunitas) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon.

Setiap orang dewasa sedikitnya wajib mengkonsumsi 1 g protein per kg

berat tubuhnya, dimana setiap gram protein mempunyai nilai 4 kalori.

Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung

dan atlet. Protein yang dibutuhkan dalam suatu menu makanan kurang

lebih 10%-15% dari total energi perhari. (Depkes RI. 2009). Cara untuk

menentukan kebutuhan protein bagi pekerja sangat tergantung berat

badan tenaga kerja dan nilai biologi dari protein yang dimakan. Di

dalam menu, menghitung kebutuhan energi yang berasal dari protein

kurang lebih 10% - 20% dari total energi per hari (Movira, 2008).

Protein = 20

100× energi total

Dari penelitian-penelitian diperoleh suatu formula yang di kenal dengan

cara factorial (factorial method) untuk memperoleh angka kebutuhan

protein sebagai berikut:

R =(U b + F b S + G) x 1,1

Keterangan

R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari

Ub= Kehilangan nitrogen basl melalui air seni per kg berat badan sehari

Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari

S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari

G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari

1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin

Sementara itu, untuk menghitung kecukupan protein pekerja

disesuaikan dengan rata-rata berat badan sehat, serta dikoreksi dengan

faktor koreksi mutu protein. Rumusnya adalah: (Hardinsyah, 2012)

Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein

Keterangan :

AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)

BB = Berat badan aktual (kg)

Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa, 1.5 bagi anak

dan remaja, dan perempuan hamil = 1.2

Page 28: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

28

5) Lemak juga merupakan sumber energi yang ideal untuk sel tubuh sebab

setiap molekul mengandung energi yang besar, mudah di angkut dan

diubah bila diperlukan. Namun sayang, bentuknya lebih memakan

waktu dan sulit diserap oleh tubuh. Lemak merupakan zat yang bersifat

sebagai cadangan energi bagi tubuh. Pada tubuh lemak disimpan di

jaringan bawah kulit yang berfungsi untuk menstabilkan suhu tubuh,

sebagai bantalan bagi organ-organ tubuh sehinnga terlindung dari

getaran-getaran yang terlalu keras. Namun penimbunan lemak yang

berlebihan dapat meningkatkan resiko terhadap beberapa penyakit.

Lemak terdapat pada minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek

dan lemak hewan lainnya. Kebutuhan lemak per hari kurang lebih 20%-

25% dari total kebutuhan energi atau minimal 15% dan maksimal 30%

(Depkes RI. 2009). Lemak, kebutuhan lemak sangat tergantung dari

kebutuhan energi, kurang lebih 20% - 25% dari total per hari atau

minimal 15% dan maksimal 30% (Movira, 2008).

Lemak = 30

100× energi total

b. Zat gizi mikro

Vitamin dan Mineral

Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu

melancarkan kinerja tubuh, seperti mengatur dan melindungi proses dalam

tubuh, pembentukan enzim dan hormon dan mencapai vitalitas jaringan

yang prima. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-

buahan (Depkes RI. 2009).

1) Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan

oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.

Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia. Oleh karena

itu, harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi, kecuali

vitamin D.

2) Mineral disebut sebagai komponen anorganik tubuh atau disebut juga

sebagai abu sisa pembakaran. Karena pada proses pembakaran

sempurna mineral tidak ikut terbakar. Yodium merupakan mineral

yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang relatif sangat kecil, tetapi

Page 29: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

29

mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormon

tiroksin. Kebutuhan yodium per hari sekitar 1-2 g per kg berat badan.

Perkiraan kecukupan yang dianjurkan sekitar dan 150 g per hari untuk

orang dewasa. Untuk wanita dianjurkan tambahan masaing-masing 25

g per hari.

c. Cairan

Air berfungsi sebagai pelarut, mengatur sistim keseimbangan

tubuh. Air diperoleh dari cairan, makanan dan proses metabolisme tubuh.

Air merupakan unsur yang paling banyak di perlukan oleh tubuh, 60%

dari berat badan manusia terdiri dari air (Depkes RI, 2009). Lingkungan

kerja yang panas dataupun jenis pekerjaan yang berat membutuhkan air

minum ≥ 2,8 liter/hari, sedangkan untuk jenis pekerjaan ringan atau

pekerjaan dengan suhu lingkungan tidak panas membutuhkan air minum

sebesar 1,9 liter/hari. Rata-rata asupan cairan yang diperoleh oleh tubuh

dari miuman yaitu sebesar 1400ml, makanan 700ml, oksidasi makanan

200ml (total 2300ml). Rata-rata pengeluaran cairan oleh tubuh perhari

yaitu buang air kecil (BAK) sebesar 1400ml, buang air besar (BAB)

100ml, perespirasian kulit 100ml, kehilangan yang tidak terlihat yaitu

memalui kulit dan saluran nafas 700ml (total 2300). Ada pun rumus untuk

menghitung kebutuhan cairan perhari yaitu:

1) Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori

kebutuhan energi tubuh. Dengan rumus ini maka pekerja dengan

kebutuhan energinya A kkal akan  memerlukan cairan 1 x A kkal = B

ml atau sekitar 2 liter cairan perhari.

2) Untuk 10 kg pertama berat badan membutuhkan 1 liter cairan, 10 kg

kedua berat badan butuh 500 ml cairan, dan sisanya setiap kilogram

berat badan butuh 20 ml cairan (Lusia Kus, 2010).

2.7 Hubungan antara gizi kerja dan produktivitas

a. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadapa Produktivitas Kerja

Defisiensi Zat Besi dan Produktivitas Kerja

Page 30: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

30

Zat besi besar peranannya dalam kegiatan oksidasi menghasilkan

energi dan transportasi oksigen, maka tidak diragukan lagi apabila

kekurangan zat besi akan terjadi perubahan tingkah laku dan penurunan

kemampuan bekerja. Yang berperan dalam proses oksidasi antara lain

Cytochrome, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitochondria yang

mengandung zat besi lainnya. pada keadaan defisiensi besi, terjadi

penurunan konsentrasi sitokrom c pada mukosa usus lebih awal daripada

penurunan konsentrasi haemoglobin. Diduga akibat regenerasi sel lining

mukosa usus lebih cepat daripada regenerasi sel darah merah, sehingga

menurunnya pasokan besi mempengaruhi sel-sel tersebut secara cepat.

b. Defisiensi Energi dan Produktivitas Kerja

Tanpa ada gizi, energi tidak bisa dihasilkan oleh tubuh,

dikarenakan sel-sel kita tidak memperoleh makanan. Dan tentu saja,

seseorang akan loyo dan merasa malas bekerja. Sekalipun seseorang

memiliki kebiasaan malas, namun kurangnya gizi merupakan penyebab

utama (Ari Agung, 2002). Kurangnya dalam tubuh akan karbohidrat,

protein dan zat lemak dapat menyebabkan pembakaran ketiga unsur

tersebut kurang menghasilkan energi, akibatnya tubuh menjadi lesu,

kurang bergairah untuk melakukan berbagai kegiatan dan kondisi tubuh

yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian (peka akan

macam-macam penyakit, kemalasan untuk mencari nafkah, produktivitas

kerja sangat lemah, dan lain-lain) (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).

c. Defisiensi Vitamin B1 dan Produktivitas Kerja

Vitamin B1 dikenal sebagai “Vitamin Semangat” , karena bila

terjadi kekurangan akan menimbulkan penurunan kegiatan syaraf.

Penelitian pada manusia yang diberi makanan kurang vitamin B1

menunjukkan dalam waktu singkat orang-orang tersebut tidak

bersemangat, mudah tersinggung, sulit konsentrasi. Dalam tiga hingga

tujuh minggu timbul gejala kelelahan, nafsu makan berkurang, penurunan

berat badan,konstipasi, kejang otot dan berbagai rasa nyeri syaraf.

Page 31: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

31

Keluhan ini dapat dihilangkan dan pulih setelah mengkonsumsi vitamin

B1 secukupnya (Ari Agung, 2002)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja

untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis pekerjaan dan

beban kerjanya

2. Faktor yang mempengaruhi Gizi Kerja

a. Jenis kegiatan beban kerja.

b. Faktor tenaga kerja

c. Faktor lingkungan kerja sebagai beban tambahan, yang meliputi

fisik, kimia, biologi, fisiologi (ergonomi) dan psikologi..

3. Gangguan Gizi Kerja di pengaruhi:

a. Kebutuhan zat gizi

b. Kebutuhan kalori

c. Faktor lingkungan kerja (Tekanan panas, Bahan kimia, Faktor

biologi, Faktor psikologis, Gaya hidup dan kebiasaan)

4. Macam Gangguan Gizi Kerja:

a. Defisiensi zat besi

b. Defisiensi energi

c. Defisiensi vitamin B1

3.2 Saran

Dalam pemberian asupan Gizi para pekerja seharusnya diperjatikan jenis

beban kerja, tenaga, dan lingkungan kerjanya sehingga kecukupan gizi para

pekerja terpenuhi secara baik yang dapat meningkatkan produktivitas pekerja

dalam melaksanakan pekerjaannya

Page 32: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

32

DAFTAR PUSTAKA

Page 33: Referat Gizi kerja dan Produktivitas.docx

33

Almatsier, Sunita, dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.

Gramedia. Jakarta