Referat gizi IKM

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan yang ingin dicapai Departemen Kesehatan adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Dalam pelaksanaannya masyarakat harus dapat berperan aktif sejak dimulainya perencanaan kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. [1] Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2007 diperkirakan sekitar 5,4 % anak menderita gizi buruk dan 13,0% menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), atau 18,4 % menderita gizi buruk dan kurang. Bila dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan 1

Transcript of Referat gizi IKM

Page 1: Referat gizi IKM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan yang ingin dicapai Departemen Kesehatan adalah

terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna

dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya. Dalam

pelaksanaannya masyarakat harus dapat berperan aktif sejak dimulainya perencanaan

kebijakan pembangunan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan

mendorong masyarakat agar mampu secara mandiri menjamin terpenuhinya

kebutuhan kesehatan dan kesinambungan pelayanan kesehatan. [1]

Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2007 diperkirakan

sekitar 5,4 % anak menderita gizi buruk dan 13,0% menderita gizi kurang (berat

badan menurut umur), atau 18,4 % menderita gizi buruk dan kurang. Bila

dibandingkan dengan target pencapaian program perbaikan gizi pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2015 sebesar 20% dan target MDG

untuk Indonesia sebesar 18,5% maka secara nasional target-target tersebut sudah

terlampaui. Sedangkan persentase anak dengan gizi baik mencapai 77,2% dan gizi

lebih mencapai 4,3%. [1]

Secara nasional prevalensi kurus pada balita adalah 13,6%. Menurut UNHCR

prevalensi kurus seharusnya < 5% dan masalah ini sudah dianggap serius bila

prevalensi kurus antara 10,1-15% dan dianggap kritis bila prevalensi kurus sudah

1

Page 2: Referat gizi IKM

diatas 15%. Hal ini berarti masalah kurus merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang serius. Bahkan dari 33 provinsi, 18 provinsi diantaranya masuk dalam kategori

kritis, 12 provinsi pada kategori serius dan hanya 3 provinsi yang tidak termasuk

dalam kategori serius ataupun kritis. Provinsi tersebut yaitu Jawa Barat, DI

Yogyakarta dan Bali. [1]

Selama tahun 2007, kasus gizi buruk di Kalsel tercatat 8,4% kasus (126

kasus), gizi kurang 18,2% gizi baik 70,4% dan gizi lebih 3,0%. Di Banjarmasin,

tercatat 42 kasus. Di Kabupaten Banjar 25 kasus, Tanah Laut 23 kasus, Barito Kuala

dan Hulu Sungai Tengah masing-masing 8 kasus, Hulu Sungai Utara 5 kasus,

Kotabaru 4 kasus, Hulu Sungai Selatan dan Tabalong masing-masing 3 kasus, Tanah

Bumbu 2 kasus, sedangkan Kabupaten Tapin, Balangan, dan Kota Banjarbaru,

masing-masing 1 kasus. [1]

Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2007

menggambarkan bahwa prevalensi gizi buruk dan kurang masih mencapai 26,6%

(rentang 17-35,6%). Sebagian besar kabupaten/kota (11 dari 13) belum mencapai

target nasional perbaikan gizi tahun 2015 dari target Indonesia (18,5%). Dua

Kabupaten/Kota yang telah mencapai target yaitu kabupaten Tanah laut dan Kota

Banjarbaru. Walaupun demikian berdasarkan Profil kesehatan kota Banjarmasin

tahun 2006, jumlah balita yang ditimbang di Provinsi Kalimantan Selatan hanya

sebesar 45,13%, balita yang berat badannya naik 68,4% dan Balita BGM (bawah

garis merah) adalah 4,48%. [1]

2

Page 3: Referat gizi IKM

Dari laporan tahunan Puskesmas Purnasakti Basirih didapatkan angka

penimbangan balita (D/S) di Kelurahan Basirih pada tahun 2009 hanya mencapai

69% (di bawah target nasional 80%). [2]

Keberadaan Posyandu sangatlah penting ditengah-tengah masyarakat yang

merupakan pusat kegiatan masyarakat, dimana masyarakat sebagai pelaksana

sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan serta Keluarga Berencana. Disamping itu

wahana ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk tukar menukar informasi,

pendapat dan pengalaman serta bermusyawarah untuk memecahkan berbagai

masalah yang dihadapi baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri. [3]

Penimbangan secara rutin dan teratur setiap bulan di Posyandu dapat

mendeteksi lebih awal memburuknya keadaan gizi anak balita tersebut. Anak

dengan gangguan gizi seminggu/sebulan sebelum menjadi malnutrisi maka

pertumbuhannya akan terhenti, sehingga dengan menimbang berat badan anak secara

teratur setiap bulan dan menuliskannya di dalam KMS merupakan langkah penting

untuk deteksi dini gangguan gizi anak.

Keterlibatan masyarakat sangat diharapkan dan sekaligus menentukan di

dalam pembentukan dan pelaksanaan Posyandu. Dengan demikian, peran kader yang

telah dilatih serta tokoh masyarakat setempat sangat menentukan kelangsungan

pelaksanaan posyandu.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat IKM ini adalah menyampaikan alternatif pemecahan

masalah yaitu melalui pengoptimalan peran kader sehingga mampu meningkatkan

3

Page 4: Referat gizi IKM

partisipasi ibu terhadap program penimbangan bulanan bayi dan balitanya sebagai

upaya deteksi dini keadaan gizi bayi hingga balitanya.

4

Page 5: Referat gizi IKM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pertumbuhan

Kata pertumbuhan sering dikaitkan dengan kata perkembangan sehingga

timbul istilah tumbuh-kembang. Kata pertumbuhan dan perkembangan sering

digunakan secara bergantian atau bersamaan. Namun secara singkat dapat

dijelaskan bahwa pertumbuhan dapat diartikan sebagai bertambahnya ukuran fisik

dari waktu ke waktu. Sedangkan perkembangan diartikan sebagai bertambahnya

fungsi tubuh yaitu pendengaran, penglihatan, kecerdasan dan tanggung jawab.[4]

Apabila pertumbuhan itu tidak berjalan sebagaimana mestinya maka hal

tersebut disebut dengan gangguan pertumbuhan yang diartikan sebagai

ketidakmampuan untuk mencapai tinggi badan tertentu sesuai umurnya.

Gangguan pertumbuhan ini merupakan akibat dari gangguan yang terjadi pada

masa balita, bahkan pada masa sebelumnya.[5]

Pertumbuhan seorang anak bukan hanya gambaran perubahan berat badan

(BB), tinggi badan (TB) atau ukuran tubuh lainnya, tetapi lebih dari itu

memberikan gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat

gizi seorang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Seorang anak dikatakan

gizi seimbang/baik jika anak mendapatkan zat gizi yang sesuai dengan

kebutuhannya, bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan disebut

5

Page 6: Referat gizi IKM

gizi kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi dari yang dibutuhkan

disebut gizi lebih.[4,6]

Seorang anak dikatakan tumbuh dengan baik, artinya anak mendapatkan

zat gizi yang cukup, jika seorang anak tidak dapat tumbuh dengan baik, pasti ada

sebabnya. Penyakit infeksi akut maupun kronis selain faktor makanan dapat

menyebabkan gangguan pertumbuhan anak.[7,8]

2.2 Pertumbuhan dan Gizi Seimbang

Tahap pertumbuhan anak pada tahun pertama sangat cepat, kemudian akan

berkurang secara berangsur-angsur sampai umur 3-4 tahun. Pertumbuhan akan

berjalan lamban dan teratur sampai masa akil balik, pada masa akil balik usia 12-

16 tahun pertumbuhannya akan kembali cepat. Pertumbuhan akan kembali

melambat secara berangsur-angsur sampai usia kira-kira 18 tahun akan berhenti.

[8]

Bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan, maka disebut

gizi seimbang atau gizi baik. Bila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang

dibutuhkan disebut gizi kurang, sedangkan bila jumlah asupan zat gizi melebihi

dari yang dibutuhkan disebut gizi lebih. Dalam keadaan gizi yang baik dan sehat

atau bebas dari penyakit, pertumbuhan seorang anak akan normal, sebaliknya bila

dalam keadaan gizi tidak seimbang, pertumbuhan seorang anak akan terganggu,

misalnya anak tersebut akan kurus, atau pendek.[5]

Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam waktu singkat dan dapat

terjadi pula dalam waktu yang cukup lama. Penyebab gangguan pertumbuhan ada

6

Page 7: Referat gizi IKM

bermacam-macam, baik akibat penyakit tertentu, kelainan sejak lahir, faktor

bawaan, pola makan yang salah, dan lain sebagainya. Gangguan pertumbuhan

dalam waktu singkat sering terjadi pada perubahan berat badan sebagai akibat

menurunnya nafsu makan, sakit seperti diare dan infeksi saluran pernapasan, atau

karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan

pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat dilihat pada

hambatan pertambahan tinggi badan.[5]

Pada anak normal pertumbuhan dan perkembangan ditandai dengan

kesehatan yang baik dan gizi seimbang/baik. Salah satu cara terbaik untuk

mengukur kesehatan seorang anak adalah dengan mengukur pertumbuhannya, dan

salah satu cara termudah untuk mengukur pertumbuhan adalah dengan

menimbang berat badan anak secara teratur dan membandingkannya dengan berat

badan standar sesuai umur. Berat badan merupakan salah satu ukuran yang paling

banyak digunakan yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan

tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan mendadak, seperti

terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang menurun. Sebagai indikator

status gizi, barat badan dalam bentuk indeks berat menurut umur (BB/U) dan berat

menurut tinggi badan (BB/TB) memberikan gambaran keadaan kini.[9]

2.3 Kelompok Rawan Gizi

Yang dimaksud dengan kelompok rawan gizi adalah kelompok masyarakat

yang paling mudah menderita kelainan gizi, bila suatu masyarakat terkena

kekurangan penyediaan bahan makanan. Adapun yang termasuk ke dalam

kelompok rawan gizi ialah : [10]

7

Page 8: Referat gizi IKM

Bayi umur 0 – 1 tahun

Kelompok balita, 1 - 5 tahun

Kelompok anak sekolah 6 – 13 tahun

1) Kelompok bayi

Kebutuhan bayi akan zat-zat gizi adalah yang paling tinggi, bila

dinyatakan dalam satuan berat badan, karena bayi sedang adalam periode

pertumbuhan yang sangat pesat. Bayi sehat yang dilahirkan dengan berat badan

cukup sekitar 2,5 – 3,5 kg, maka berat badannya akan naik 300-500 gram per

bulannya.

Makanan bayi yang alamiah adalah ASI yang dianjurkan diberikan kepada

bayi sampai sekitar 2 tahun. Pada umur 2 tahun ASI dihentikan dan makanan anak

diganti dengan jenis makanan orang dewasa yang dikonsumsi oleh keluarga

umumnya. Penggantian ASI dengan makanan untuk orang dewasa (menyapih)

sebaiknya dilakukan secara berangsur-angsur agar anak dan alat pencernaannya

mengadakan penyesuaian sedikit demi sedikit.

2) Kelompok Balita

Anak balita juga merupakan kelompok yang menunjukkan

pertumbuhan yang pesat, namun anak balita justru merupakan kelompok umur

yang paling sering menderita kekurangan gizi. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan mengenai hal tersebut, dimana anak balita masih dalam periode

transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa, jadi masih memerlukan

adaptasi.

3) Kelompok Anak Sekolah

8

Page 9: Referat gizi IKM

Kelompok anak sekolah pada umumnya mempunyai kondiisi gizi yang

lebih baik dari kelompok balita, walaupun demikian masih terdapat berbagai

kondisi gizi anak sekolah yang tidak memuaskan, misalnya berat badan yang

kurang. Keluhan yang banyak disuarakan oleh kaum ibi mengenai kelompok umur

ini yaitu bahwa mereka kurang nafsu makan, sehingga sulit sekali disuruh makan

yang cukup dan teratur.

2.4 Gizi Kurang dan Dampaknya

Proses metabolik anak relatif lebih aktif dibandingkan dengan orang

dewasa. Anak membutuhkan lebih banyak makanan untuk tiap kilogram berat

badan karena sebagian dari makanan tersebut harus digunakan untuk

pertumbuhan. Keperluan ini dapat dipenuhi dengan pemberian makanan yang

mengandung cukup kalori, selain kalori dalam makanan harus cukup tersedia

protein, karbohidrat, mineral, air, vitamin dan beberapa asam lemak dalam jumlah

tertentu. Apabila jumlah minimal keperluan tersebut tidak dapat dipenuhi dalam

waktu lama akan timbul gejala gizi kurang.[8,11]

Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi

mendatang. Anak yang mengalami gizi kurang akan mengalami gangguan

pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Beberapa dampak-gizi kurang pada

balita antara lain : [5]

(1). Pertumbuhan fisik terhambat, anak akan mempunyai tinggi badan lebih

pendek.

9

Page 10: Referat gizi IKM

(2). Perkembangan mental dan kecerdasan terhambat, anak akan mempunyai IQ

lebih rendah. Setiap anak yang berstatus gizi buruk mempunyai resiko kehilangan

IQ 10-13 poin.

(3). Daya tahan tubuh anak menurun sehingga mudah terserang penyakit infeksi,

yang semakin memperburuk keadaan gizi.

2.5 Penyebab Masalah Gizi

Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan masalah gizi yang selanjutnya

dapat menurunkan status gizi, salah satunya adalah kurangnya peran aktif ibu

dalam pendeteksian dini gizi kurang. Penurunan status gizi ini dapat terjadi pada

kelompok rawan gizi.[12]

Untuk mempertahankan status gizi yang baik perlu intervensi gizi melalui

pemberian makanan tambahan (PMT) khususnya kepada keluarga miskin dan

kelompok yang rentan gizi.[8,12]

10

Page 11: Referat gizi IKM

Bagan 1. Diagram Penyebab Masalah Gizi

Secara langsung keadaan gizi dipengaruhi oleh ketidakcukupan asupan

makanan dan penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh

ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, ketersediaan pelayanan kesehatan,

pola asuh yang tidak memadai. [5]

11

Page 12: Referat gizi IKM

Beberapa penelitian tentang penyebab masalah gizi di Indonesia adalah

sebagai berikut : [5,11,13]

1. Pola pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Masih rendahnya bayi yang mendapat ASI ekslusif sampai usia 4 bulan.

Berdasarkan SDKI 1995 sekitar 54% ibu yang memberikan ASI secara

ekslusif , dan hasil data dasar ASUH antara 7-13% (2002), beberapa alasan

sehingga tidak semua ibu memberikan ASI pada bayinya adalah jumlah ASI

kurang memadai sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi, tidak

selamanya ibu bersama-sama dengan bayi, pada umumnya faktor pekerjaan,

faktor kesehatan ibu yang kurang memadai, misalnya ibu menderita suatu

penyakit yang dikhwatirkan dapat menular kepad bayinya kemudian alasan

estetika, seorang ibu akan lebih mementingkan keindahan tubuhnya daripada

kesehatan anaknya.

Setelah bayi lahir, tidak semua ibu memberikan ASI . Hanya sepertiga ibu

yang memberikan ASI pada hari pertama setelah melahirkan. ASI yang

pertama keluar mengandung kolostrum yang penting bagi pertahanan tubuh

dan perkembangan bayi selanjutnya.

Bayi sudah diperkenalkan dengan makanan lain selain ASI pada minggu

pertama setelah kelahiran. Terdapat 26-49% ibu dan 13-33% bidan

memeperkenalkan makanan lain selain ASI pada minggu pertama setelah

kelahiran.

2. Interaksi ibu dan anak

12

Page 13: Referat gizi IKM

Interaksi ibu dan anak berdampak positif dengan keadaan gizi anak.

Anak yang mendapat perhatian lebih secara fisik maupun emosional, maka

keadaan gizinya lebih baik dibandingkan teman sebayanya yang kurang

mendapat perhatian dari orang tua.

3. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

Pemantauan pertumbuhan yang diikuti dengan tindak lanjut berupa

konseling, terutama oleh petugas kesehatan berpengaruh terhadap status

pertumbuhan anak. Data dasar ASUH 2002, menunjukkan bahwa :

Balita yang pernah ditimbang sebanyak 60,1%-85,9% dan 30,9-58,8%

diantaranya yang ditimbang secara teratur setiap bulannya.

Suplementasi kapsul vitamin A diberikan kepada 50,4%-%9% bayi

Kunjungan neonatal sekitar 21,5%-62,2% dan 31,3%-3,57% bayi yang

mendapat imunisasi campak

4. Kesehatan lingkungan

Selain ketidakseimbangan asupan makanan penyakit infeksi juga

mempengaruhi gizi. Kesehatan lingkungan yang baik artinya tersedianya sarana

air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat, akan mengurangi resiko kejadian

penyakit infeksi.

5. Ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga

Status gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah

keluarga dan jika tidak cukup dapat dipastikan konsumsi setiap anggota keluarga

tidak dapat dipenuhi.

13

Page 14: Referat gizi IKM

2.6 Kurang Energi Protein dan Klasifikasinya

Untuk penentuan dan pengklasifikasian status gizi di tingkat puskesmas,

dilakukan dengan metode antropometri, yaitu dengan menimbang BB anak yang

kemudian dibandingkan dengan umur dan menggunakan KMS dan Tabel BB/U

Median WHO-NCHS.

KEP (Kurang Energi Protein) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan

rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak

memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Adapun Klasifikasi KEP adalah sebagai

berikut : [14]

1. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita

warna kuning

2. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di Bawah

Garis Merah (BGM).

3. KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median WHO-

NCHS.

Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP sedang,

sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan Tabel BB/U Baku

Median WHO-NCHS. [14]

Pada KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya berupa

anak tampak kurus. Sedangkan pada KEP berat/gizi buruk, gejala klinisnya secara

garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor atau marasmik-

kwashiorkor. Selain itu, tanpa mengukur/melihat BB bila disertai edema yang bukan

karena penyakit lain adalah KEP berat/Gizi buruk tipe kwashiorkor. [14,15]

14

Page 15: Referat gizi IKM

a. Kwashiorkor

- Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki (dorsum

pedis)

- Wajah membulat dan sembab

- Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa

rasa sakit, rontok

- Pandangan mata sayu

- Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau

duduk

- Pembesaran hati

- Perubahan status mental, apatis, dan rewel

- Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna

menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis)

- Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut, anemia, diare.

b. Marasmus:

- Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit

- Wajah seperti orang tua

- Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy

pant/pakai celana longgar)

- Perut cekung

- Cengeng, rewel

- Iga gambang

15

Page 16: Referat gizi IKM

- Sering disertai penyakit infeksi yang umumnya kronis berulang, diare kronik

atau konstipasi/susah buang air

c. Marasmik-Kwashiorkor:

Merupakan gabungan dari beberapa gejala klinik Kwashiorkor dan

Marasmus, dengan BB/U <60% baku median WHO-NCHS disertai edema yang

tidak mencolok.

2.7 Penemuan kasus

Penemuan kasus balita KEP dapat dimulai dari : [4]

1. Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi

Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita

berada pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).

Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak

pada pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak

dikategorikan dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke

Puskesmas.

2. Puskesmas

Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM)

segera lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi

buruk (BB < 60% Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila

tanpa penyakit penyerta dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP

berat/Gizi buruk dengan penyakit penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.

16

Page 17: Referat gizi IKM

2.8 Upaya Mengatasi Masalah Gizi

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah gizi.

Tiga diantaranya yang dapat dilakukan di tingkat puskesmas adalah pendeteksian

dini dengan menggunakan KMS, pemberian MP-ASI, dan peningkatan peran kader

posyandu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat.

A. Kartu Menuju Sehat

Kartu Menuju sehat adalah alat sederhana yang dapat digunakan untuk

memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.[16]

Pertumbuhan merupakan parameter kesehatan gizi yang cukup peka untuk

dipergunakan dalam menilai kesehatan anak, terutama anak bayi dan balita.

Dalam upaya memonitor kesehatan gizi anak ini dipergunakan Kartu Menuju

Sehat (KMS).[10]

Pada dasarnya kartu ini memperlihatkan grafik berat badan anak menurut

masing-masing umur, ada bermacam-macam jenis kartu pertumbuhan tapi dengan

kartu ini para ibu dapat memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi

kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan anak, selain itu kartu ini juga

berisi catatan tentang imunisasi dan pemberian vitamin A.[6,14]

B. Pemberian Makanan Tambahan dan Cara Penyiapannya

17

Page 18: Referat gizi IKM

Setiap ibu perlu mengetahui bahwa bayi sejak umur 6 bulan sudah

memerlukan MP-ASI. Untuk umur 6-11 bulan perlu mendapat MP-ASI blended food

sebanyak 100gr/hari, anak umur 12-24 bulan 125 gr/hari dan anak diatas 24 bulan

150 gr/hari. Makanan dapat di bagi 3-4 kali sehari.[6,12]

a. Umur 6-11 bulan

Pada bayi umur 6-11 bulan selain makanan utamanya adalah ASI juga mulai

diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) karena kebutuhan makanan bayi

sudah mulai meningkat untuk pertumbuhannya.

Makanan pendamping ASI dapat diberikan berupa :

Makanan lembek atau lunak misalnya ; bubur yang dapat dibuat dari bahan

makanan setempat seperti tepung beras/gandum dan sebagainya.

Makanan lembek atau lunak dapat pula dari blended food (bahan makanan

campuran buatan industri/pabrik).

Nasi tim/makanan lunak yang dibuat dari beras dan campuran berbagai bahan

makanan setempat (sayuran, ikan atau penggantinya, kacang-kacangan).

Lama pemberian makanan diberikan setiap hari berturut-turut selama 180 hari.

b. Umur 12-23 bulan dan umur 24-59 bulan

Bentuk makanan dapat berupa kudapan (jajanan) yang dibuat dari bahan makanan

setempat, dan bahan makanan setempat ini bisa dibawa pulang. Lama pemberiannya

untuk anak umur 12-23 bulan, diberikan setiap hari berturut-turut selama 90 hari,

untuk anak umur 24-59 bulan diberikan seminggu sekali bersamaan dengan hari

dibukanya Posyandu.

18

Page 19: Referat gizi IKM

Adapun cara penyiapan MP-ASI yaitu, apabila MP-ASI yang diterima harus dimasak

terkebih dahulu, cara penyajiannya sebagai berikut : [6]

Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun

Persiapkan alat-alat bersih

Masukkan MP-ASI ke dalam panci dan tambahkan air matang dengan

perbandingan 1 : 4, contoh untuk bayi 6-11 bulan setiap 30 gr MP-ASI atau

kurang lebih 3 sendok makan dicampur dengan 120 ml air matang (kurang lebih

½ gelas ).

Aduk hingga rata dan dimasak sampai matang (5 menit)

Setiap hidangan untuk satu kali makan

Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.

Kemudian apabila MP-ASI yang diterima adalah MP-ASI yang siap saji (instan),

cara penyiapannya sebagai berikut :

Cuci tangan terlebih dahulu dengan sabun

Persiapkan alat-alat bersih

Tuangkan air panas (kurang lebih 100 ml) yang matang dalam mangkuk bersih,

lalu campurkan kurang lebih 25-30 gr MP-ASI atau kurang lebih 3 sendok makan

(untuk bayi 6-11 bulan)

Aduk sampai rata

Setiap hidangan untuk satu kali makan

Hangat-hangat kuku, berikan segera pada bayi.

C. Peningkatan Peran Kader Posyandu untuk Meningkatkan Partisipasi

Masyarakat dalam Penimbangan Bayi dan Balita

19

Page 20: Referat gizi IKM

Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan

untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas

kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai

strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam

peningkatan mutu manusia masa yang akan datang dan akibat dari proses

pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 intervensi yaitu : Pembinaan

kelangsungan hidup anak (Child Survival), pembinaan perkembangan anak (Child

Development) dan pembinaan kemampuan kerja (Employment). [3]

Memperhatikan kenyataan yang terjadi di masyarakat saat ini, bahwa

Posyandu telah menjadi bagian yang penting dalam pembangunan kesehatan

masyarakat pedesaan di Indonesia. Oleh sebab itu dalam kegiatan posyandu yang

dilakukan 1 bulan sekali tersebut harus ada setidaknya 2 petugas Pusksemas untuk

memberikan pelayanan teknis dan bimbingan atau pembinaan. [1]

Agar manfaat Posyandu semakin besar di perlukan adanya interaksi yang baik

antara Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat sendiri sebagai pelaksana dan

sekaligus target kerja. Petugas kesehatan tidak bisa berbuat banyak jika kader tidak

menyelenggarakan kegiatan Posyandu yang telah dijadwalkan. Usaha kader juga

akan sia-sia jika warga tidak ada yang datang, selanjutnya peran serta ibu yang tidak

aktif juga akan berdampak langsung terhadap kesehatan ibu dan anak karena

kurangnya pemantauan petugas. [1]

20

Page 21: Referat gizi IKM

Peningkatan peran kader dan partisipasi masyarakat dalam penimbangan bayi

dan balita dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan motivasi pada

ibu bayi balita dapat dilakukan melalui pelatihan ulang, pembinaan, dan

pendampingan kader, penyediaan sarana dan prasarana, termasuk penyediaan biaya

operasional juga diperlukan agar kader dapat menjalankan fungsinya secara optimal.

Serta peningkatan kuantitas dan kualitas penyuluhan melalui kerja sama lintas

program dan lintas sektor, baik secara langsung maupun melalui media massa secara

kontinyu. [2,17]

BAB III

KESIMPULAN

21

Page 22: Referat gizi IKM

Pemantauan pertumbuhan dengan melakukan penimbangan bulanan

menggunakan KMS serta pemberian MP-ASI merupakan suatu cara sederhana

namun mempunyai arti penting untuk mengetahui secara dini dan mencegah

terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rangka mempertajam upaya perbaikan gizi

masyarakat. Hal ini juga perlu didukung oleh adanya interaksi yang baik antara

Puskesmas, kader Posyandu dan masyarakat.

22