Referat Gizi Buruk.docx

download Referat Gizi Buruk.docx

of 53

Transcript of Referat Gizi Buruk.docx

R E F R E S H I N G

DIAGNOSIS DAN TATALAKSANA GIZI BURUK PADA ANAK

Disusun Oleh :1. Alfian Wika Cahyono1050701071110372. Fahimma Albinsaid105070104111011

Pembimbing :dr. Anik Puryatni, SpAdr. Tjahyo Suryanto

LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANGTAHUN 2015

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi di dunia, terutama di negara-negara berkembang. Data statistik United Nation Foods and Agriculture Organization (FAO), menyatakan bahwa kekurangan gizi di dunia mencapai 1,02 milyar orang yaitu kira-kira 15% populasi dunia dan sebagian besar berasal dari negara berkembang. Anak-anak adalah golongan yang sering mengalami masalah kekurangan gizi. Kira-kira setengah dari 10,9 juta anak yaitu kira-kira 5 juta anak meninggal setiap tahun akibat kekurangan gizi (Mller O, Krawinkel M., 2005). Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebanyak 19 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk dan gizi kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi tengah. Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per umur (BB/U) pada anak balita mencapai 5.4% dan gizi kurang sebesar 13% (Kemenkes RI, 2011). Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek. Keadaan ini berpengaruh kepada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh karena itu masalah gizi perlu ditangani secara cepat dan tepat (KEMENKES RI, 2011). Menurut data dari World Hunger Organization, terdapat empat jenis masalah kekuranan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Malnutrisi Energi Protein (MEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) (Mengistu K, Alemu K, Destaw B., 2013).Prevalensi tertinggi Malnutrisi Energi Protein (MEP) berada pada anak di bawah umur 5 tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui. Berdasarkan lama dan beratnya kekurangan energi dan protein, MEP diklasifikasikan menjadi MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan MEP derajat berat (gizi buruk). Gizi kurang belum dijumpai gejala klinis yang khas, namun gizi buruk disamping gejala klinis didapatkan pula kelainan biokimia sesuai dengan bentuk klinis. Kwashiokor, marasmus, dan kombinasi kwasiokor-marasmur merupakan bentuk klinis dari gizi buruk (Mengistu K, Alemu K, Destaw B., 2013).Marasmus adalah permasalahan serius yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian yang terjadi pada anak-anakdi bawahusia 5 tahun di negara berkembang berkaitan dengan defisiensi energi danprotein sekaligus. Masalah malnutrisi atau kekurangan nutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu proses tumbuh kembang secara fiskal maupun mental. Hal ini dapat memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa mendatang.Dari data yang disampaikan diatas, maka dirasa perlu bagi seorang dokter umum untuk mampu mendiagnosis dan menatalaksana gizi, terutama masalah gizi buruk yang bersifat kronis yaitu marasmus. Dengan ini diharapkan dokter umum sebagai lini pertama dalam pelayanan kesehatan mampu mewujudkan generasi Indonesia yang lebih sehat.

1.2 Rumusan MasalahBagaimana menegakkan diagnosis dan tatalaksana gizi buruk pada anak?

1.3 Tujuan PenulisanMemahami cara mendiagnosa dan menatalaksana anak dengan gizi buruk.

1.4 Manfaat PenulisanMenambah pemahaman penulis tentang marasmus, baik proses penegakan diagnosis maupun tatalaksana sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan penulis dalam memberikan pelayanan pada pasien dengan marasmus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi2.1.1Gizi BurukGizi buruk akut atau malnutrisi akut berat (MAB) menurut WHO adalah keadaan dimana seseorang tampak sangat kurus, ditandai dengan BB/PB < - 3 SD dari median WHO child growth standard, atau didapatkan edema nutrisional, dan pada anak umur 5-59 bulan lingkar lengan atas (LLA) < 110 mm. Secara mendetail, klasifikasi status gizi anak berdasarkan berat derajatnya dijelaskan pada tabel berikut ini :IndeksSimpangan BakuStatus Gizi

BB / U 2 SD-2 SD sampai +2 SD 9 bulan dan sudah pernah diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi jika anak syoK (IDAI, 2011).Pilihan antibiotik spektrum luas Jika tidak ada komplikasi atau tidak ada infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25 mg sulfamethoxazole + 5 mg trimethoprim/kgBB setiap 12 jam selama 5 hari. Jika ada komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat letargis atau tampak sakit berat), atau jelas ada infeksi, beri: Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilanjutkan dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau, jika tidak tersedia amoksisilin, beri Ampisilin per oral (50 mg/kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total selama 7 hari, ditambah: Gentamisin (7.5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap hari selama 7 hari.Catatan: Jika anak anuria/oliguria, tunda pemberian gentamisin dosis ke-2 sampai ada diuresis untuk mencegah efek samping/toksik gentamisin. Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5 hari (IDAI, 2011).

Pengobatan terhadap parasit cacing Jika terdapat bukti adanya infestasi cacing, beri mebendazol (100 mg/kgBB) selama 3 hari atau albendazol (20 mg/kgBB dosis tunggal). Beri mebendazol setelah 7 hari perawatan, walaupun belum terbukti adanya infestasi cacing (WHO, 2009).Jika anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah mendapatkan obat pirantel pamoat dalam 6 bulan terakhir, dengan hasil pemeriksaan tinjanya positif, beri pirantel pamoat di klinik sebagai dosis tunggual (Diberikan pada fase transisi)UmurBerat BadanPirantel Pamoat (125 mg/tab)Dosis Tunggal

4-9 bln6 - < 8 Kg tablet

9-12 bln8 - < 10 Kg tablet

1-3 thn10 - < 14 Kg1 tablet

3-5 thn14 - < 19 Kg1 tablet

PemantauanJika terdapat anoreksia setelah pemberian antibiotik di atas, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 10 hari penuh. Jika nafsu makan belum membaik, lakukan penilaian ulang menyeluruh pada anak (WHO, 2009).

2.6.6 Koreksi Defisiensi MikronutrienSemua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan anemia, tidak boleh diberikan preparat besi pada periode awal (stabilisasi, transisi), tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi). Pemberian preparat besi dapat memperburuk keadaan infeksi serta terjadinya reaksi oksidatif oleh besi bebas yang akan merusak membran sel dan berakibat fatal (IDAI, 2011).TatalaksanaPemberian pada hari 1: Asam folat 5 mg, oral Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan sebelum dirujuk) (IDAI, 2011), dengan dosis seperti di bawah ini :

UmurDosis (IU)

< 6 bulan50 000 (1/2 kapsul Biru)

612 bulan100 000 (1 kapsul Biru)

1-5 tahun200 000 (1 kapsul Merah)

Tabel 6. Dosis vitamin A sesuai dengan usia anak (IDAI, 2011)Pemberian harian selama 2 minggu: Asam folat 1 mg/hari Suplemen multivitamin Zinc (2 mg Zn elemental/kgBB/hari) Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari) Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (pada fase rehabilitasi)Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15 (IDAI, 2011).

2.6.7 Pemberian Makan AwalPada fase stabilisasi, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab keadaan fisiologis anak masih rapuh dan kapasitas homeostasisnya berkurang. Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pasien masuk dan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein secukupnya untuk mempertahankan proses fisiologi dasar (IDAI, 2011). TatalaksanaGambaran hal-hal penting dalam pemberian makan pada fase stabilisasi adalah sebagai berikut: Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dengan osmolaritas rendah dan rendah laktosa (F-75) Pemberian makan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral Energi: 80 100 kkal/kgBB/hari Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari) Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus dipenuhi (IDAI, 2011).Tabel 7. Jadwal pemberian F-75 (WHO, 2009)HARI KEFREKUENSIVOLUME/KGBB/PEMBERIANVOLUME/KGBB/HARI

1-23-56 dstsetiap 2 jamsetiap 3 jamsetiap 4 jam11 ml16 ml22 ml130 ml130 ml130 ml

Formula awal F-75 sesuai resep (Tabel 8) dan jadwal makan (Tabel 7) dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi. Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepungberas atau maizena sehingga lebih menguntungkan karena mempunyaiosmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu dimasak dulu. Formula ini baik bagi anak gizi buruk dengan diare persisten (WHO, 2009). Formula F-75 mengandung 75 kkal/100 ml dan 0,9 gram protein / 100 ml cukup memenuhi kebutuhan bagi sebagian besar anak. Berikan dengan menggunakan cangkir atau sendok. Anak yang sangat lemah, mungkin perlu diberikan dengan sendok atau secara drop atau dengan spuit (IDAI, 2011).

Cara Membuat Formula WHO (F-75, F-100) Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rata dan masukkan susu bubuk sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis dan berbentuk gel.Tambahkan air hangat dan larutan mineral-mix sedikit demi sedikitsambil diaduk sampai homogen dan volumenya menjadi 1000 ml.Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak selama 4 menit. Untuk F-75 yang menggunakan campuran tepung beras atau maizena,larutan harus dididihkan (5-7 menit) dan mineral-mix ditambahkansetelah larutan mendingin. Apabila tersedia blender, semua bahan dapat dicampur sekaligusdengan air hangat secukupnya. Setelah tercampur homogen baruditambahkan air hingga volume menjadi 1000 ml. Apabila tidaktersedia blender, gula dan minyak sayur (dianjurkan minyak kelapa)harus diaduk dahulu sampai rata, baru tambahkan bahan lain dan air hangat (WHO, 2009).Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk pemberian makan setiap2 jam hanya pada kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak tiap 3 jam pada fase permulaan. Libatkan danajari orang tua atau penunggu pasien.Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidakterlalu lama tanpa pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian) (WHO, 2009).Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapaikebutuhan minimal (80 kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase awal ini. Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anakperlu mendapat ekstra air/cairan.Pemantauan Pantau dan catat setiap hari: Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan Muntah Frekuensi defekasi dan konsistensi feses Berat badan (WHO, 2009).

2.6.8 Tumbuh KejarPada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat (>10 g/kg/hari). Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang mengandung 100 kkal/100 ml dan 2,9 g protein/100 ml (IDAI, 2011). Kesiapan untuk memasuki fase rehabilitasi ditandai dengan kembalinya nafsu makan, biasanya sekitar satu minggu setelah perawatan. Transisi yang bertahap direkomendasikan untuk mencegah risiko gagal jantung yang dapat muncul bila anak mengonsumsi makanan langsung dalam jumlah banyak (IDAI, 2011). Untuk mengubah dari pemberian makanan awal ke makanan tumbuh kejar (transisi) : Ganti F 75 dengan F 100. Beri F-100 sejumlah yang sama dengan F-75 selama 2 hari berturutan. Selanjutnya naikkan jumlah F-100 bertahap sebanyak 10-15 ml setiap kali pemberian hingga mencapai pemberian formula mencapai 150 kkal/kgBB/hari (volume minimum pada tabel pemberian F-100). Energi: 100-150 kkal/kgBB/hari Protein: 2-3 g/kgBB/hari. Bila anak masih mendapat ASI, lanjutkan pemberian ASI, tetapi pastikan anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan karena ASI tidak mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh-kejar. Makanan-terapeutik-siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi sebanyak 500 kkal/sachet 92 g juga dapat digunakan pada fase rehabilitasi.

ZAT GIZISTABILISASITRANSISIREHABILITASI

Energi80-100 kkal/kgBB/hr100-150 kkal/kgBB/hr150-220 kkal/kgBB/hr

Protein1-1.5 g/kgBB/hr2-3 g/kgBB/hr4-6 g/kgBB/hr

Cairan130 ml/kgBB/hr atau 100 ml/kgBB/hr bila edema berat150 ml/kgBB/hr150-200 ml/kgBB/hr

Tabel 10. Kebutuhan zat gizi anak gizi buruk menurut fase pemberian makanan (WHO, 2011)

PemantauanMonitor selama fase transisi terhadap tanda gagal jantung (WHO, 2009): Frekuensi napas Frekuensi nadiBila frekuensi napas meningkat lima kali atau lebih/menit dan frekuensi nadi 25 atau lebih/menit selama 2 kali pemantauan dalam 4 jam berturut-turut, maka hal ini merupakan tanda bahaya (cari penyebabnya). Lakukan segera pengurangan volume makanan per kali makan kemudian ditingkatkan perlahan-lahan sebagai berikut: berikan tiap 4 jam F100 16 ml/kgbb/makan selama 24 jam 19 ml/kgbb/makan selama 24 jam berikutnya 22 ml/kgbb/makan selama 48 jam berikutnya kemudian tingkatkan jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali pemberian seperti dijelaskan sebelumnyaSetelah fase transisi, anak masuk ke fase rehabilitasi (IDAI, 2011): Lanjutkan menambah volume pemberian F-100 hingga ada makanan sisa yang tidak termakan oleh anak (anak tidak mampu menghabiskan porsinya). Tahapan ini biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30 ml/kgbb/makan (200 ml/kgbb/hari). Pemberian makan yang sering (sedikitnya tiap 4 jam) dari jumlah formula tumbuh-kejar Energi : 150-220 kkal/kg/hari Protein : 4-6 gram protein/kg/hari Bila anak masih mendapat ASI tetap berikan diantara pemberian formula (catatan: ASI tidak memiliki energi dan protein yang cukup untuk mendukung tumbuh kejar yang cepat)

Monitor kemajuan terapi Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap transisi dan mendapat F-100: Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan, plot pada formulir pemantauan berat badan. Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam satuan gram/kgbb/hari Jika kenaikan berat badan: buruk (< 5 g/kgBB/hari), anak membutuhkan penilaian ulang lengkap, periksa apakah target asupan terpenuhi, atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi. sedang (5-10 g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana baik (> 10 g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana (IDAI, 2011).

2.6.9 Stimulasi SensorikPada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku karenanya harus diberikan : Perawatan kasih sayang Lingkungan yang ceria dan nyaman Terapi bermain terstruktur selama 1530 menit per hari Aktivitas fisik segera setelah cukup sehatsesuai kemampuan psikomotor anak Keterlibatan ibu sesering mungkin (misal menghibur, memberi makan, memandikan, bermain) (WHO, 2009).

2.6.10Persiapan Tindak Lanjut setelah PerawatanBila anak sudah mencapai persentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak sudah pulih dari keadaan malnutrisi, walaupum mungkin BB/U masih rendah karena umumnya anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang baik dan stimulasi fisik dan sensorik dapat dilanjutkan di rumah. Tunjukkan kepada orang tua atau pengasuh bagaimana : Pemberian makan secara sering dengan kandungan energi dan nutrien memadai Berikan terapi bermain yang terstrukturSaran untuk orangtua atau pengasuh: Membawa anak kontrol secara teratur Memberikan imunisasi booster Memberikan vitamin A setiap 6 bulan (WHO, 2009).

2.7Kriteria sembuhBila BB/TB atau BB/PB >-2 SD dan tidak ada gejala klinis dan memenuhi kriteria pulang sebagai berikut (KEMENKES RI, 2011) Direktorat Bina Gizi 2011a) Edema sdah berkurang atau hilang, anak sadar, dan aktifb) BB/PB atau BB/TB >-3 SDc) Komplikasi sudah teratasid) ibu telah mendapat konseling gizie) ada kenaikan BB sekitar 50 g/kgBB/minggu selama 2 minggu berturut-turutf) selera makan sudah membak, makanan yang diberikan dapat dhabiskan

2.8 PencegahanMenurut IDAI (2009), malnutrisi energi protein berat salah satunya adalah marasmus, merupakan masalah gizi yang multifaktorial. Tindakan pencegahan bertujuan untuk mengurangi insiden dan menurunkan angka kematian. Oleh karena ada beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah tersebut, maka untuk mencegahnya dapat dilakukan beberapa langkah, antara lain :1. Pola makanPenyuluhan pada masyarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral berdasarkan umur dan berat badan).2. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama)3. Faktor sosialMencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan terjadinya MEP.4. Faktor ekonomiDalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat selanjutnya. Perlu ditekankan pula perlunya bahan makanan yang bergizi baik di samping kuantitasnya5. Faktor infeksiInfeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi, walaupun dalam derajat ringan.

BAB IIIKESIMPULAN

LAPORAN KASUS

Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum GCS 456, sadar, tampak sakit sedang, gerak tonus lemah Pucat, Kesan dehidrasi Nafas spontan, tampak sesak Kesan gizi buruk Wajah tidak dismorfik, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak edema Rambut tampak hitam, tipis, tidak mudah dicabut Kulit berwarna sawo matang, tidak pucat, tidak biru, tidak ikterus Pakaian dan higienitas cukup baik

Tanda-tanda Vital Denyut jantung: 162 kali/menit, reguler, kuat Laju napas: 50 kali/menit, reguler, spontan Suhu aksila: 36,70C Sat O2: 98 %

Status Antropometri

Berat Badan: 8,7 kg (-2SD s/d mean) Panjang Badan: 75 cm (-2SD s/d mean) Berat Badan Ideal: 9,5 kg %BBI :91,6% Lingkar Lengan Atas: 14cm (-1SD s/d mean) Kesimpulan : Gizi Baik

KepalaBentuk: mesosefal, simetris, tidak ada benjolan dan massa, ubun-ubun datarUkuran: normosefalRambut: warna hitam, tidak mudah dicabutWajah: simetris, deformitas (-), rash(-), sianosis (-)Mata: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata cowong (-/-), air mata (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm, reflek cahaya +/+Telinga: bentuk dan ukuran normal, posisi normal,sekret(-)Hidung: bentuk simetris, deviasi (-), sekret (-), perdarahan (-), hiperemi (-), pernapasan cuping hidung (-)Mulut: mukosa bibir kering (-), mukosa sianosis (-), faring hiperemi (-), pembesaran tonsil (-)

LeherInspeksi: simetris, pembesaran kelenjar leher (-), massa (-)Palpasi: pembesaran kelenjar limfe leher (-|-), trakea di tengah, kaku kuduk (-)

ToraksInspeksi: bentuk dada simetris, retraksi dinding dada (-), deformitas (-), jaringan parut (-), Jantung:Inspeksi: ictus cordis tidak terlihatPalpasi: ictus cordis teraba di ICS V Mid Clavicular Line sinistraAuskultasi: bunyi jantung S1, S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-)Paru:Inspeksi: gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding dada, retraksi dinding dada (-)Palpasi: pergerakan dinding dada saat bernafas simetris, stem fremitus normal.Auskultasi:SuaraNapasRonkiWheezing

KananKiriKananKiriKananKiri

VesikularVesikular----

VesikularVesikular----

VesikularVesikular----

AbdomenInspeksi: FlatAuskultasi: bising usus (+) normalPerkusi: meteorismus (-), shifting dullness (-), undulasi (-).Palpasi: abdomen soefl Hepar : 1/3 1/3Lien : tidak teraba pembesaranturgor kulit kembali agak lambat

EkstremitasPemeriksaanAtasBawah

KananKiriKananKiri

AkralHangat keringHangat keringHangat keringHangat kering

Anemis----

Ikterik----

Edema----

Sianosis----

Ptechiae----

CRT< 2 detik< 2 detik< 2 detik< 2 detik

Tonus ototKuat

AnusInspeksi : Diaper rash (-), baggy pant (-)

NeurologisGlasgow Comma Scale: 456Meningeal Sign: Kakukuduk (-), Kernigs Sign (-), Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), Brudzinski III (-), Brudzinski IV (-)Pupil bulatisokor 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, Reflek kornea +/+

EkstrimitasKekuatanTonus

KananKiriKananKiri

Atas55NN

Bawah55NN

Reflek Fisiologis:Biseps: +2 | +2Triseps: +2 | +2Patella: +2 | +2Achilles: +2 | +2

ReflekPatologis:Reflek:KananKiri

Hoffmann--

Trommer--

Babinski--

Chaddock--

Oppenheim--

Gordon--

Gonda--

Schaeffer--

Pemeriksaan penunjang 1. Hasil lab 24 - 04 - 2015, 11:58

Jenis PemeriksaanHasilSatuanNilai RujukanKesan

Hematologi

Hemolobin (HGB)Eritrosit (RBC)Leukosit (WBC)HematokritTrombosit (PLT)MCVMCHMCHCRDWHitung jenis Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit Lain-lain9,903,0015.2403020510033,033,022,90

1,30,444,644,88,9-g/dL106/L103/L%103/LfLpgg/dL%

0%%%%%-13,4-17,74,0-5,54,7-10,340-47142-42480-9327-3132-3611,5-14,5

0-40-151-6725-332-5-MenurunMenurunMeningkatMenurunNormalMeningkat MeningkatNormalMeningkat

NormalNormalMenurun Meningkat Meningkat-

Faal Hemostasis

PPT10,7Detik9,4-11,3Normal

APTT35,8 detik24,6-30,6Normal

KesimpulanNormal

2. Hasil lab 09 05 2015, 10:38Jenis PemeriksaanHasilSatuanNilai RujukanKesan

Hematologi

Hemolobin (HGB)Eritrosit (RBC)Leukosit (WBC)HematokritTrombosit (PLT)MCVMCHMCHCRDWHitung jenis Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit Lain-lainEvaluasi Hapusan DarahEritosit : normokrom, anisositosisLeukosit : kesan jumlah normalTrombosit : kesan jumlah normal, terdapat giant trombosit

12,103,859.4937,123196,431,432,618,30

0,00,043,048,09,0-

g/dL106/L103/L%103/LfLpgg/dL%

0%%%%%-

13,4-17,74,0-5,54,7-10,340-47142-42480-9327-3132-3611,5-14,5

0-40-151-6725-332-5-

NormalMenurunNormalMenurun NormalMeningkatMeningkatNormalMeningkat

NormalNormalMenurunMeningkatMeningkat-

KIMIA KLINIKFAAL HATI

SGOT78U/l0-40Meningkat

SGPT130 U/l0-41Meningkat

Albumin3,75 g/l3,5-5,5Normal

FAAL GINJAL

Ureum66,3Mg/dl16,6-48,5Meningkat

Kreatinin0,32Mg/dl