referat ginjal
-
Upload
andryharis -
Category
Documents
-
view
78 -
download
12
description
Transcript of referat ginjal
Pendahuluan
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman Mesir kuno.
Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada kandung kemih seorang mumi.
Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia dan t idak terkecuali
penduduk di Indonesia. Angka kejadian p e n y a k i t i n i t i d a k s a m a d i
b e r b a g a i b e l a h a n b u m i . D i n e g a r a - n e g a r a berkembang, banyak dijumpai
pasien batu buli-buli sedangkan di negara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran
kemih bagian atas. Hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di
Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-
rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah
satu dari tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.
Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar
dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini di
Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Dari dat adalam negeri yang pernah dipublikasi
didapatkan peningkatan jumlah penderita batu ginjal yang mendapat t indakan di
RSUPN-Cipto Mangunkusumo dari tahun ke tahun mulai 182 pasien pada tahun
1997 menjadi 847 pasien pada tahun 2002, peningkatan ini sebagian besar disebabkan
mulai tersedianya alat pemecah batu ginjal non-invasif ESWL ( Extracorporeal shock wave
lithotripsy) yang secara total mencakup 86% dari seluruh tindakan (ESWL, PCNL, danoperasi
terbuka).
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang seringmuncul
pada semua jenis batu dan oleh karena i tu menjadi bagian penting p e r a w a t a n
m e d i s p a d a p a s i e n d e n g a n b a t u s a l u r a n k e m i h .
D e n g a n perkembangan teknologi kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang tersedia
~ 1 ~
untuk pasien, namun pi l ihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas
dalam ketersediaan sarana di masing-masing rumah sakit maupundaerah. Terbentuknya batu
saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik,
infeksi saluran kemih, dehidrasidan keadaan keadaan lain yang masih belum
terungkap ( idiopatik) .
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batusaluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang
berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di
sekitarnya. Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batu ureter , batu
buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur:
kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xanthyn, dan sist in, s i l ikat dan senyawa lainnya.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menguraikan hal-hal yang b e r k e n a a n
d e n g a n b a t u s a l u r a n k e m i h s e r t a p e n a n g g u l a n g a n
d a n p e n c e g a h a n n y a . P e m b a c a d i h a r a p k a n d a p a t m e m a h a m i d a n
m e n g e t a h u i penatalaksanaan batu saluran kemih, serta penanggulangan dan pencegahannya
sehingga diharapkan dapat melakukan usaha-usaha promosi, preventif, kuratif,maupun
rehabilitatif terutama di bidang bedah.
~ 2 ~
ISI
Anatomi Ginjal
Ginjal merupakan organ pada tubuh manusia yang menjalankan banyak fungsi untuk
homeostasis, yang terutama adalah sebagai organ ekskresi dan pengatur keseimbangan cairan
dan asam basa dalam tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada manusia, masing-masing di sisi kiri
dan kanan (lateral) tulang vertebra dan terletak retroperitoneal (di belakang peritoneum). Selain
itu sepasang ginjal tersebut dilengkapi juga dengan sepasang ureter, sebuah vesika urinaria (buli-
buli/kandung kemih) dan uretra yang membawa urine ke lingkungan luar tubuh.
Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu
di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit
lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang
mendesak ginjal sebelah kanan.
~ 3 ~
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:
Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan
tubulus kontortus distalis.
Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks
Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus
memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix
minor.
Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix
major dan ureter.
Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
~ 4 ~
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (yaitu
glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle, tubulus
kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di sekeliling tubulus ginjal tersebut
terdapat pembuluh kapiler, yaitu arteriol (yang membawa darah dari dan menuju glomerulus)
serta kapiler peritubulus (yang memperdarahi jaringan ginjal) Berdasarkan letakya nefron dapat
dibagi menjadi: (1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks
yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang terbenam pada
medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-
pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari aorta abdominal,
sedangkan v.renalis akan bermuara pada vena cava inferior. Setelah memasuki ginjal melalui
hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri sublobaris yang akan memperdarahi segmen-
~ 5 ~
segmen tertentu pada ginjal, yaitu segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior
serta posterior.
Ureter
Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi,
reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang
terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.
Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior
di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.
Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-
ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
sering terbentuk batu/kalkulus.
~ 6 ~
DEFINISI
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan
urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada
adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi
subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
Gambar. Batu Ginjal
FISIOLOGI
Fungsi ginjal yaitu :
1. Mempertahankan keseimbangan H2O di dalam tubuh
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh
3. Mengatur kuantitas dan konsentrasi sebagian besar ion ECF seperti sodium, klorida,
potasium, ion hidrogen, bikarbonat, dll
4. Mempertahankan volume plasma
~ 7 ~
5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa di dalam tubuh
6. Membuang produk akhir metabolisme tubuh
7. Membuang zat asing seperti obat-obatan, pestisida, dan material non-nutritive lain yang
masuk ke dalam tubuh
8. Memproduksi eritropoietin
9. Memproduksi renin
10. Mengubah vitamin D ke bentuk aktif
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta buah
dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut
(terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan
dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan ko-
transpor. Hasil akhir yang diekskresikan disebut urin. Aliran darah ke ginjal adalah 1,2
liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan filtrat sebanyak 120
ml/menit (170 liter/hari) ke tubulus. Cairan filtrat ini diproses dalam tubulus sehingga akhirnya
keluar dari kedua ginjal dan menjadi urin sebanyak 1-2 liter/hari.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung
gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki
pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan
tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan filtrat
glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya
adalah lengkung/ansa Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal. Lengkung Henle
~ 8 ~
berfungsi untuk menjaga gradien osmotik pada medula ginjal yang berperan penting pada
kemampuan ginjal untuk memproduksi urin dalam konsentrasi yang bervariasi.
Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus juxtaglomerular ,
mengandung makula densa dan sel juxtaglomerular . Sel juxtaglomerular adalah tempat
terjadinya sintesis dan sekresi renin. Pada sisi luar dari aparatus juxtaglorular, tubulus sekali lagi
berhubungan (gulungan) erat untuk membentuk tubulus konvulasi distal yang berakhir pada
tubulus kolektikus. Setiap tubulus kolektikus akan mengalirkan cairan menuju delapan nefron
yang berbeda. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan ATP
dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus
(proksimal dan distal) dan tubulus kolektikus melalui proses osmosis.
Filtrasi glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeable terhadap protein plasma yang lebih besar
dan cukup permeable terhadap air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino,
glukosa dan sisa nitrogen. Kapiler glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah (90 mmHg vs
10-30 mmHg). Kenaikan ini terjadi karena arteriol aferen yang menuju ke kapiler glomerulus
mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan sedikit tahanan daripada kapiler yang
lain. Secara proporsional arteriol aferen lebih besar diameternya dari arteriol eferen. Berliter-liter
darah didorong menuju ke ruang yang lebih kecil, mendorong air dan partikel kecil yang larut
dari plasma masuk ke dalam kapsula Bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini
disebut tekanan hidrostatik (TH). Gerakan masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrasi
glomerulus dan materi yang masuk kedalam kapsula Bowman disebut filtrat. Tiga faktor lain
yang ikut serta dalam filtrasi: TH dan tekanan osmotik (TO) dari filtrat dalam kapsula Bowman
dan TO plasma. Tekanan osmotik adalah tekanan yang dikeluarkan oleh air pada membran
semipermeable sebagai usaha untuk menembus membran kedalam area yang mengandung lebih
banyak molekul yang tidak dapat melewati membran semipermeable.
~ 9 ~
Faktor-faktor yang memengaruhi laju filtrasi glomerulus
1. Tekanan arteri
Bila tekanan arteri meningkat, maka tekanan di dalam glomerulus meningkat.
Tetapi, peningkatan filtrasi tidak sebesar yang diperkirakan, karena arteriol secara
otomatis diatur oleh suatu mekanisme yang disebut “autoregulasi” untuk menjaga
tekanan glomerulus dari peningkatan yang terjadi pada organ lain.
2. Efek konstriksi arteriol aferen pada laju filtrasi glomerulus
Konstriksi arteriol aferen menurunkan kecepatan aliran darah dalam glomerulus dan
menurunkan tekanan glomerulus. Akibatnya, ada penurunan filtrasi yang
berhubungan dengan glomerulus
3. Efek konstriksi arteriol eferen
Konstriksi arteriol eferen meningkatkan tahanan terhadap aliran keluar dari
glomerulus.
~ 10 ~
4. Efek aliran darah glomerulus
Jika arteriol aferen dan eferen berkonstriksi, maka jumlah darah yang mengalir ke
glomerulus tiap menitnya akan menurun.
Lebih tepatnya, GFR adalah tingkat aliran cairan antara kapiler glomerulus dan kapsula
Bowman:
Dimana:
adalah GFR.
disebut filtrasi konstan dan didefinisikan sebagai produk dari konduktivitas hidrolik dan
daerah permukaan kapiler glomerulus.
adalah tekanan hidrostatik dalam kapiler glomerulus.
adalah tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman.
adalah tekanan osmotik koloid dalam kapiler glomerular.
dan adalah tekanan osmotik koloid dalam kapsula Bowman.
Metode penentuan GFR tercatat di bagian atas dan di bawah dan jelas dari persamaan kami
bahwa dapat ditemukan dengan membagi GFR eksperimental oleh tekanan filtrasi bersih:
~ 11 ~
Terdapat 3 tahap pembentukan urin :
1. Proses filtrasi
Terjadi diglomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan
aferent lebih besar dari permukaan eferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan
sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh kapsula bowmen’s yang terdiri dari glukosa, air, sodium,klorida, sulfat,
bikarbonat dll kemudian diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerpan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa
ion bikarbonat, prosesnya terjadi di tubulus proximal. Penyerapan terjadi secara aktif dikenal
dengan reabsorpsi fakultatif
3. Proses sekresi
Sisa penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke ginjal kemudian
dialirkan keluar.
~ 12 ~
Tubular reabsopsi
Hanya sekitar 1% dari fitrasi glomerulus yang meninggalkan tubuh karena sisanya (99% lainnya)
diserap ke dalam darah ketika melewati tubulus ginjal. Hal ini disebut reabsorpsi tubular dan
terjadi melalui tiga mekanisme yaitu osmosis, difusi dan transportasi aktif.
Proses reabsorpsi tubular terjadi dalam urutan sebagai berikut :
Tubulus konvulasi proksimal
Sebagian besar volume larutan fitrat ini direabsorpsi dalam tubulus konvulasi proksimal (PCT).
Termasuk air dan sebagian besar / semua glukosa (kecuali dalam kasus penderita diabetes).
Sebagian besar energi yang dikonsumsi oleh ginjal digunakan dalam reabsorpsi ion natrium
(Na+), yang merupakan zat terlarut negatif yaitu mereka dilarutkan dalam komponen air dari
solusi fitrat. Sebagai konsentrasi Na+ dalam larutan filtrat tinggi (hampir sama dengan
konsentrasi Na+ dalam plasma darah), Na+ bergerak dari cairan tubulus ke dalam sel dari PCT.
Dalam kasus ion Na+ banyak ini terjadi dengan bantuan symporters. Symporters sekaligus
memfasilitasi perjalanan melalui membran PCT kedua Na+ dan lain zat / zat terlarut. Zat lain
seperti itu yang diserap dengan Na+ dengan cara ini termasuk glukosa (jenis penting dari gula),
asam amino , asam laktat dan ion bikarbonat (HCO 3-). Ini kemudian melanjutkan melalui sel-sel
melalui difusi dan/atau proses transportasi lainnya.
Zat terlarut secara selektif pindah dari filtrat glomular untuk plasma dengan transportasi aktif.
(Namun, hampir semua glukosa dan asam amino, dan jumlah tinggi tetapi variabel ion, yang
diserap kembali lagi nanti - lihat bagian berikutnya, di bawah).
Setelah zat terlarut (termasuk Na+), air ini kemudian juga diserap kembali melalui osmosis.
Sekitar 80% dari volume filtrat diserap kembali dengan cara ini. Karena ini bagian dari proses
reabsorpsi tidak dikontrol oleh tubulus proksimal itu sendiri
~ 13 ~
Loop of Henle
Air yang tersisa (bersama dengan garam-garam terlarut dan urea) melewati dari PCT ke dalam
bagian bawah Henle. Kemudian melewati sepanjang Loop of Henle, dan sampai bagian atas
Henle.
Sifat-sifat permeabilitas yang berbeda dari dua anggota badan dari Loop of Henle, bersama
dengan pengaturan counterflow, memungkinkan perkalian arus balik untuk menghasilkan
konsentrasi zat terlarut tinggi dalam cairan jaringan dari medula (di luar tubulus). Konsentrasi zat
terlarut tertinggi dihasilkan jauh di dalam medula. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:
Descending Limb Loop of Henle
Lapisan epitel ekstremitas menurun dari Henle relatif permeabel terhadap air - tetapi jauh lebih
sedikit permeabel terhadap garam-garam Na+ dan Cl- dan urea. Oleh karena itu air secara
bertahap bergerak dari anggota tubuh yang turun dan masuk ke interstitium (sekitar tubulus)
sebagai aliran cairan melalui bagian dari sistem tubulus ginjal.
Ascending Limb Loop of Henle (bagian tipis)
Anggota tubuh atas Henle berbeda dari anggota tubuh bawah dalam yang tidak tembus air
(sehingga air yang berada di dalam tubulus pada tahap ini umumnya tetap di dalamnya), tetapi
sangat permeabel terhadap Na+ dan Cl-, dan agak permeabel untuk urea. Oleh karena itu
~ 14 ~
sementara cairan tubular mengalir kembali ke korteks ginjal, Na+ dan Cl- (yang lebih
terkonsentrasi di cairan tubular dari dalam cairan interstital) berdifusi dari tubulus ke
interstitium. Urea Beberapa juga memasuki tubulus pada tahap ini - tetapi hilangnya NaCl dari
cairan tubulus sangat melebihi keuntungan dalam urea.
Ascending Limb Loop of Henle (bagian tebal)
Anggota tubuh atas Henle (dan lanjutannya ke bagian pertama dari DCT), menyerap kembali
NaCl dari cairan tubulus melalui proses transportasi berbeda dari anggota tubuh atas Henle yang
tipis.
Efek keseluruhan dari proses yang diuraikan di atas adalah bahwa konsentrasi dari cairan di
dalam tubulus ginjal yang membentuk Loop of Henle adalah tertinggi pada bagian terdalam dari
medula ginjal, dan kurang terkonsentrasi di korteks ginjal. Inilah yang dimaksud dengan
"gradien konsentrasi" dari Loop of Henle. Istilah "kontra-saat ini" juga digunakan dalam
deskripsi dari Loop of Henle - dan mengacu pada cairan tubular mengalir dalam arah yang
berlawanan sepanjang anggota badan bawah dan atas (seperti yang ditunjukkan oleh panah
merah tipis dalam diagram di atas.
Dalam DCT
Air, urea, dan garam yang terkandung dalam anggota tubuh menaik Henle akhirnya masuk ke
dalam tubulus distal (DCT).
DCT bereaksi terhadap jumlah anti-diuretik hormon (ADH) dalam darah:
Para ADH lebih hadir dalam darah, semakin banyak air yang kembali diserap ke dalamnya. Hal
ini terjadi karena adanya ADH dalam darah menyebabkan sel-sel di bagian terakhir dari DCT
(dan tubulus terkait dan saluran pengumpul) untuk menjadi lebih permeabel terhadap air,
sehingga mereka memungkinkan lebih banyak air untuk lewat dari bagian belakang tabung
cairan ke dalam darah . Hal ini menyebabkan urin terkonsentrasi lagi.
Sebaliknya juga benar, yaitu jika tingkat ADH dalam darah berkurang maka sel-sel di bagian
terakhir dari DCT (dan tubulus terkait dan saluran pengumpul) menjadi kurang permeabel
~ 15 ~
terhadap air sehingga air kurang mampu lulus dari tubular cairan kembali ke darah - yang
menghasilkan urin kurang terkonsentrasi.
Sekresi tubular
Proses ketiga dimana darah ginjal bersih (mengatur komposisi dan volume) disebut sekresi
tubular dan melibatkan zat yang ditambahkan ke cairan tubular. Hal ini menghilangkan jumlah
yang berlebihan dari zat terlarut tertentu dari tubuh, dan juga menjaga darah pada pH sehat
normal (yang biasanya dalam kisaran pH 7,35 sampai pH 7.45).
Zat yang disekresikan ke dalam cairan tubular (untuk dihapus dari tubuh) meliputi:
Kalium ion (K +),
Ion Hidrogen (H +),
Ammonium ion (NH 4 +),
kreatinin,
urea,
beberapa hormon, dan
beberapa obat (misalnya penisilin).
Sekresi tubular terjadi dari sel-sel epitel yang melapisi tubulus ginjal dan duktus kolektivus. Ini
adalah sekresi tubular H+ dan NH 4+ dari darah ke dalam cairan tubular (yaitu urin - yang
kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui ureter, kandung kemih, dan uretra) yang membantu
untuk menjaga pH darah pada tingkat normal. Pergerakan ion ini juga membantu untuk
menghemat natrium bikarbonat (NaHCO3). pH khas urin adalah sekitar 6.
Pengaturan tonisitas, volume dan komposisi ion-ion cairan ekstrasel sebagai lingkungan
hidup sel
Pengaturan cairan ekstrasel sebagai lingkungan hidup sel (milieu interieur) sangat vital, karena
hidup sel sangat bergantung kepada kondisi yang stabil cairan ekstrasel itu (homeostasis).
~ 16 ~
Pengaturan itu meliputi pengaturan tonisitas, volume dan komposisi ion-ion, termasuk ion H+.
Pengaturan itu di antaranya melalui ginjal dan hormon antidiuresis (ADH = vasopresin) dan
melalui fungsi paru.
Pertahanan terhadap perubahan tonisitas
Tonisitas cairan antarsel dipertahankan terutama melalui fungsi sektresi vasopresin dan
mekanisme rasa haus. Osmolalitas total cairan tubuh berbanding langsung dengan jumlah total
ion Na+ dan K+ dibagi jumlah air total. Dengan demikian perubahan osmolalitas cairan tubuh
terjadi bila ada ketidakseimbangan antara jumlah elektrolit dan jumlah air yang dikonsumsi dan
diekskresi. Tubuh akan mengatur, bila tekanan osmosis plasma meningkat maka sekresi
vasopresin meningkat dan mekanisme haus dirangsang. Dengan demikian air akan ditahan
didalam tubuh untuk mengencerkan plasma yan hipertonik, dan masukan air juga ditingkatkan.
Sebaliknya bila plasma hipotonik, sekresi vasopresin dihambat dan air yang encer diekskresikan.
Dengan mekanisme demikian tonisitas cairan tubuh dipertahankan pada batas-batas yang sangat
sempit pada nilai normal. Pada keadaan sehat, osmolalitas plasma berkisar antara 280 – 295
mosm/kg air.
Pertahanan terhadap perubahan volume
Volume cairan ekstrasel dipertahankan terutama oleh jumlah total zat terlarut yang aktif
menimbulkan tekanan osmosis. Ion Na+ dan Cl- merupakan zat yang paling banyak daqn aktif
menimbulkan tekanan osmosis dalam cairan ekstrasel. Perubahan kadar Cl- terjadi sekunder
terhadap perubahan Na+, maka Na+ paling menentukan volume cairan ekstrasel. Maka
mekanisme yang mengontrol kadar Na+ merupakan mekanisme utama yang berperan pada
perubahan volume cairan ekstrasel. Namun ternyata ada mekanisme lain, yaitu melalui hormon
vasopresin. Rangsang volume lebih mendominasi mekanisme tersebut. Angiotensin II
merangsang sekresi aldosteron dan vasopresin. Hal ini juga menimbulkan rasa haus dan
konstriksi pembuluh darah yang juga mempertahankan tekanan darah. Angiotensin II berperan
utama dalam reaksi tubuh terhadap hipovolemia. Peningkatan volume cairan ekstrasel juga
merangsang ANP (atrial natriuretic peptide, A-type natriuretic peptide) dan BNP (brain
~ 17 ~
natriuretic peptide, B-type natriuretic peptide) oleh jantung, yang menyebabkan natriuresis dan
diuresis.
Aldosteron
Aldosteron merupakan salah satu hormon mineralokortikoid yang diproduksi oleh korteks
adrenal. Aldosteron dan steroid lain yang mempunyai aktivitas mineralokortikoid meningkatkan
reabsorpsi ion Na+ di ginjal, kelenjar keringat, saliva, dan kolon. Dengan demikian Na+ ditahan
di cairan ekstrasel, sehingga volume cairan ekstrasel meningkat.
Di ginjal, terutama pada sel P (principal cells) di duktus koligentes, aldosteron meningkatkan
retensi Na+ melalui pertukaran dengan ion K+ dan ion H+ di tubulus renalis, sehingga
menimbulkan diuresis K+ dan meningkatkan keasaman kemih.
Seperti halnya steroid yang lain (hormon yang larut dalam lemak), aldosteron akan bereaksi
dengan reseptornya yang berada di dalam sitoplasma. Kompleks hormon-reseptor ini masuk ke
dalam nukleus dan merangsang transkripsi mRNA pembentuk protein yang mengubah fungsi sel.
Protein yang pembentukannya dirangsang aldosteron ini mempunyai dua efek. Yang pertama
yaitu efek cepat yang meningkatkan aktivitas kanal ion Na+ epitel (ENaC) dengan meningkatkan
insersi kanal ion ini ke membran sel dari pool-nya di sitoplasma. Efek kedua merupakan efek
lambat yang meningkatkan sintesis ENaC.
Aldosteron juga berikatan dengan membran sel meningkatkan aktivitas membran dalam
pertukaran N+K+. Dan ini menyebabkan meningkatnya ion N+ di dalam sel. Dalam semua efek
aldosteron, umumnya memakan waktu sekitar 10 – 30 menit atau lebih lama lagi. Hal ini
menunjukkan bahwa kerja aldosteron memerlukan pembentukan protein baru sehingga
memerlukan waktu cukup lama. Pembentukan aldosteron dirangsang oleh angiotensin II. Mula-
mula angiotensinogen yang terdapat di peredaran darah diubah oleh renin menjadi angiotensin I,
angiotensi I diubah oleh ACE (angiotensi converting enzyme) menjadi angiotensin II.
Angiotansin II merangsang korteks adrenal untuk mensekresi aldosteron.
~ 18 ~
Bila ada mekanisme untuk meningkatkan retensi Na+, tubuh juga mempunyai mekanisme untuk
mengekskresi ion Na+.
Reabsorpsi Na+ dan K+
Reabsorpsi Na+ dan Cl- berperan penting dalam metabolisme aor dan eletrolit tubuh. Trransport
Na+ umumnya berpasangan dengan transport H+, elektrolit lain, glukose, asam amino, asam
organik, fosfat, dan beberapa zat lain dalam melewati dinding tubulus. Di tubulus proksimal,
ansa Henle asendens tebal, tubulus distal, dan di tubulus koligentes ginjal, ion Na+ dari lumen
tubulus masuk ke dalam sel epitel tubulus melalui kotransporter atau penukar (exhanger)
menuruni selisih konsentrasi dan selisih potensial listrik dan kemudian ditransport secara aktif ke
ruang antar sel ginjal oleh Na+-K+-ATPase, yaitu 3 ion Na+ keluar dari sel dan 2 ion K+ masuk ke
dalam sel. Transport terjadi di lateral intercellular space.
Normalnya sekitar 60% ion Na+ yang difiltrasi glomerulus, akan direabsorpsi oleh tubulus
proksimal, terutama melalui penukar (exchanger) Na+-H+. Selebihnya yang 30% diabsorpsi
kotransporter bersama Na+-Cl--K+ di ansa Henle asendens tebal, 7% diabsorsi oleh kotransporter
Na+-Cl- di tubulus liku distal (distal convoluted tubule). Sedang sisanya yang sekitar 3% yang
mencapai duktur koligentes ekskresi atau absorpsinya diatur oleh aldosteron.
Pengaturan ekskresi Na+
Ion Na+ difiltrasi di glomerulus dalam jumlah yang banyak. Tetapi lebih dari 96% ion Na+
diserap kembali oleh ginjal. Karena ion Na+ merupakan ion yang paling banyak di cairan
ekstrasel dan karena garam Na+ merupakan 90% zat yang aktif menimbulkan tekanan osmosis
dalam plasma dan cairan antarsel, maka jumlah Na+ di dalam tubuh merupakan penentu utama
volume cairan tubuh. Melalui berbagai mekanisme, ion Na+ diatur ekskresinya sesuai dengan
~ 19 ~
yang dikonsumsi. Ion Na+ yang diekskresikan melalui kemih dapat berkisar dari hanya 1 mEq/d
pada saat konsumsi garam rendah sampai 400 mEq/d pada saat konsumsi Na+ tinggi.
Variasi ekskresi Na+ terjadi melalui perubahan LFG (laju filtrasi glomerulus = glomerular
filtration rate, GFR) dan pengaturan aldosteron pada sekitar 3% yang mencapai duktus
koligentes. Faktor lain yang berpengaruh pada reabsorpsi Na+ yaitu hormon adrenokortikal lain,
ANP dan hormon natriuretik lain, serta sekresi H+ dan K+ di tubulus ginjal.
Pengaturan ekskresi K+
Sebagian besar dari K+ yang difiltrasi direabsorpsi secara aktif dari lumen tubulus di tubulus
proksimal., dan kemudian sekresikan kembali di tubulus distal. Tetapi kecepatan sekresi K+ ini
sangat bergantung kepada kecepatan aliran di lumen tubulus. Jumlah K+ yang diekskresi
biasanya sesuai dengan yang dikonsumsi.
Ekskresi air
Sekitar 180 L air difiltrasi dalam sehari semalam di glomerulus ginjal. Sedang produksi kemih
dalam 24 jam hanya sekitar 1 liter. Itu berarti bahwa yang 179 L direabsorpsi oleh ginjal. Ada
dua macam reabsorpsi air di ginjal, yaitu obligatory water reabsorption (tidak boleh tidak pasti
terjadi) yang terjadi di tubulus proksimal, dan facultative water reabsorption yang terjadi di
duktus koligentes. Fakultatif artinya kalau perlu. Reabsorpsi ini diatur oleh vasopresin atau
hormon antidiuresis (ADH). Bila osmolalitas cairan ekstrasel tinggi, sekresi ADH dirangsang,
ADH akan memasang banyak aquaporin (kanal air) di duktus koligentes sehingga reabsorpsi air
banyak (air ditahan di dalam tubuh). Sebaliknya bila osmolalitas cairan ekstrasel rendah, sekresi
ADH dihambat, akuaporin yang terpasang sedikit dan reabsorpsi air sedikit. Hal demikian dapat
terjadi karena mekanisme counter current ginjal membuat daerah antarsel di medula ginjal sangat
tinggi osmolalitasnya sehingga bila akuaporin banyak terpasang maka air yang lewat duktus
koligentes akan terserap ke daerah itu.
~ 20 ~
ETIOLOGI
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologik terdapat beberapa faktor yang mempermudah
terbentuknya batu pada saluran kemih pada seseorang. Faktor tersebut adalah faktor intrinsik
yaitu keadaan yang berasal dari tubuh orang itu sendiri dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan di sekitarnya.(3)
Faktor intrinsik antara lain :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan
Faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografis : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi dari pada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stonebelt.
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi.
4. Diet : Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu.
5. Pekerjaan : penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktifitas atau sedentary life.(3)
Faktor Resiko
Cairan yang tidak memadai asupan dan dehidrasi.
~ 21 ~
Output urin rendah didefinisikan sebagai <1 liter / hari. Etiologi khas nefrolitiasis adalah
cairan asupan rendah dan volume urin berkurang. Penyebab lain yang mungkin volume
urin rendah termasuk sindrom diare kronis yang menghasilkan cairan besar kehilangan
dari saluran pencernaan dan kehilangan cairan dari keringat, atau penguapan dari paru-
paru atau jaringan terbuka. Pembentukan batu dapat dimulai oleh output urin rendah,
menyediakan lingkungan terkonsentrasi untuk zat seperti kalsium, oksalat, asam urat,
sistin dan untuk memulai kristalisasi.
Beberapa kimia tingkat dalam urin yang terlalu tinggi (misalnya, kalsium, oksalat, asam
urat) atau terlalu rendah (misalnya, sitrat)
Kondisi medis yang menghalangi atau mengurangi aliran urin (kencing obstruksi
misalnya, kelainan genetik) juga meningkatkan risiko.
Infeksi saluran kemih
Diet - Diet tinggi sodium, lemak, daging, dan gula, dan rendah serat, protein nabati, dan
karbohidrat tidak dimurnikan meningkatkan risiko penyakit batu ginjal. Dosis tinggi
vitamin C (lebih dari 500 mg per hari) dapat mengakibatkan tingginya kadar oksalat
dalam urin (hyperoxaluria) dan meningkatkan risiko batu ginjal. Oksalat ditemukan
dalam buah, sayuran (misalnya, kacang hijau, bit, bayam, labu, tomat), kacang-kacangan,
cokelat, dan teh. Pembentuk batu harus membatasi asupan cranberry, yang mengandung
jumlah sedang oksalat.
Patofisiologi
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran
bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar
kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu,
mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Factor-faktor yang mencetuskan
peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu
kalsium. Saluran penyakit batu kemih, digambarkan di bawah ini, ini biasanya disebabkan oleh
dua fenomena dasar.
~ 22 ~
Nukleasi adalah pembentukan fase kristal padat dalam suatu larutan. Ini adalah langkah penting
dalam pembentukan batu ginjal. Tingkat jenuh garam dinyatakan sebagai rasio antara produk
ion-aktivitas yang sebenarnya (APsalt) dan kelarutan produk (SPsalt). Ion-aktivitas garam
dihitung dari konsentrasi ion bebas dan koefisien aktivitas yang sesuai dengan muatan ion dalam
garam. Titik di mana saturasi dari solusi tercapai, dan kristalisasi dimulai adalah umumnya
dikenal sebagai kelarutan termodinamika produk. Urine mengandung inhibitor kristalisasi dan
dapat menyimpan konsentrasi besar zat terlarut di atas. Jika konsentrasi zat terlarut meningkat
lebih lanjut dan titik mencapai tempat yang tidak dapat dikeluarkan dalam larutan, yang
merupakan titik pembentukan produk dalam urin. Proses nukleasi dalam larutan murni dikenal
sebagai homogen nukleasi. Dalam nukleasi sekunder, baru kristal deposito yang sudah ada pada
permukaan kristal sejenis. Nukleasi sekunder hasil dalam 'Produksi massal' dari kristal. Epitaksi
adalah sebuah proses dimana dengan bahan dari satu jenis kristal diendapkan pada permukaan
lain. Epitaksi secara klinis penting dalam pembentukan batu kalsium oksalat; adanya kristal asam
urat dapat mempromosikan pembentukan batu kalsium oksalat. Ini 2 proses berkaitan erat
dengan nukleasi heterogen. Urine bukan solusi murni dan nukleasi di urin sering terjadi di atas
permukaan yang ada, atau alternatif struktur. Proses ini disebut heterogen nukleasi. Produk
pembentukan heterogen nukleasi adalah produk ion-aktivitas di mana memfasilitasi
pembentukan kristal terjadi dan formasi produk dari nukleasi homogen adalah ion-aktivitas
produk yang dibutuhkan untuk pembentukan spontan kristal.
Proses untuk kristalisasi adalah pengurangan energi potensial dari atom atau molekul ketika
membentuk ikatan satu sama lain. Proses pertumbuhan kristal dimulai dengan tahap nukleasi.
Beberapa atom atau molekul dalam cairan tersaturasi yang mulai membentuk kelompok; energi
bebas terbesar dari cluster adalah lebih kecil dari cairan. Pertumbuhan kristal ditentukan oleh
ukuran molekul dan bentuk molekul, pH, dan cacat yang bisa terbentuk dalam struktur kristal.
Pertumbuhan kristal merupakan salah satu prasyarat untuk pembentukan partikel.
~ 23 ~
Fenomena pertama adalah jenuh dari urin oleh batu pembentuk konstituen, termasuk kalsium,
oksalat, dan asam urat. Kristal atau benda asing dapat bertindak sebagai Nidi, yang di atasnya ion
dari air seni jenuh membentuk struktur kristal mikroskopis. Para kalkuli sehingga menimbulkan
gejala ketika mereka menjadi terpengaruh dalam ureter ketika mereka menuju kandung kemih.
Mayoritas batu ginjal mengandung kalsium. Kalkuli asam urat dan kristal asam urat, dengan atau
tanpa ion mencemari lain, terdiri dari sebagian besar minoritas yang tersisa. Lainnya, jenis batu
lebih jarang termasuk sistin, asam urat amonium, xanthine, dihydroxyadenine, dan batu langka
yang terkait dengan berbagai pengendapan obat di saluran kemih. Jenuh air seni kemungkinan
penyebab batu urat dan sistin, tapi kalsium berbasis batu (batu kalsium oksalat terutama)
mungkin memiliki etiologi yang lebih kompleks.
Fenomena kedua, yang paling mungkin bertanggung jawab untuk batu kalsium oksalat, adalah
pengendapan bahan batu pada nidus kalsium fosfat ginjal papiler, biasanya plak Randall (yang
selalu terdiri dari kalsium fosfat). Evan dkk, baru-baru ini mengusulkan model yang didasarkan
pada bukti terkumpul dari beberapa laboratorium.
~ 24 ~
Presipitat kalsium fosfat dalam membran basal dari loop Henle tipis, mengikis ke interstitium,
dan kemudian terakumulasi dalam ruang subepitel dari papilla ginjal. Deposito subepitel, yang
telah lama dikenal sebagai plak Randall, akhirnya mengikis melalui urothelium papiler. Batu
matriks, kalsium fosfat, dan kalsium oksalat secara bertahap deposit pada substrat untuk
menciptakan kalkulus kemih.
Sitrat berasal dari metabolisme oksidatif endogen. Hal ini disaring bebas melalui glomelurus
tersebut. Sekitar 75% dari sitrat disaring direabsorpsi di tubulus proksimal. Selain penyebab
idiopatik, faktor etiologi lain dari hypocitraturia adalah menggunakan obat seperti acetazolamide
dan thiazides, asidosis tubulus ginjal, infeksi saluran kemih, hipokalemia, hypomagnesemia dan
penyakit inflamasi usus. Diuretik thiazide dapat menyebabkan hipokalemia karena hypocitraturia
untuk dengan asidosis intraseluler yang dihasilkan. Hypocitraturia adalah gangguan umum yang
terjadi pada> 50% pasien dengan nefrolitiasis. Sitrat telah dipelajari secara luas untuk tindakan
batu menghambat dalam urin dan telah ditemukan sangat efektif terhadap kalsium oksalat dan
batu fosfat.
~ 25 ~
BATU KALSIUM
Sebagian besar batu tersusun atas kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Penyakit batu
kalsium pal ing ser ing ter jadi pada usia 30-50 tahun. Di dalam urin terdapat
inhibi tor a lami yangmenghambat pembentukan kristal kalsium, yang meliputi sitrat,
nefrokalsin, uropontin, dan magnesium. Diantaranya, hanya kadar sitrat dan magnesium yang
~ 26 ~
diukur secara rutin; kadar sitrat yang rendah merupakan salah satu penyebab terjadinya
penyakit batu kalsium.
Terbentuknya batu kalsium oksalat diawali dengan pembentukan kristal pada
permukaan papil ginjal di atas kumpulan partikel kalsium fosfat suburotel yang
dinamakan Randall plaque. F a k t o r y a n g m e m i c u t e r b e n t u k n y a k a l s i u m o k s a l a t
p a d a p l a k t e r s e b u t a d a l a h supersaturasi kalsium oksalat, yang berkaitan erat dengan
ekskresi kalsium urin yang tinggi. Fraksi permukaan papil tertutup oleh plak pada pasien
dengan batu kalsium oksalat yang idopatik berbanding lurus dengan kadar kalsium dalam
urin dan berbanding terbalik dengan v o l u m e u r i n d a n p H .
Hiperkals iur ia biasanya ter jadi pada hiperparat i roidisme primer,
sarkoidosis , kelebihan vitamin D, pengobatan kortikosteroid, asidosis tubulus ginjal,
hipertiroidisme, dan neoplasma malignan. Apabi la t idak di temukan satupun dari
kondisi tersebut , maka meningkatnya ekskresi kalsium urin dikatakan idiopatik.
Beberapa pasien dengan hiperkalsiuria idiopatik memil iki r iwayat keluarga
hiperkals iur ia dan cenderung memil iki dasar genet ik untuk penyakit ini.
Hiperkalsiuria dapat dikategorikan berdasarkan perkiraan letak primer kelainan:
Hiperkalsiuria absorptif dimana kebanyakan pasien dengan hiperkalsiuria
idiopatik menyerap terlalu banyak kalsium dari usus. Sebagian besar dari mereka
memiliki kadar 1,25dihidroksivitamin D yang tinggi dan kadar serum fosforus
yang rendah; dengan hipotesis bahwa mereka memproduksi lebih banyak 1,25
dihidroksivitamin D atau memang lebih s e n s i t i f t e r h a d a p s u b s t a n s i
t e r s e b u t . B r e s l a u d k k m e n u n j u k k a n b a h w a t i d a k s e m u a hiperkalsiuria
idiopatik dimediasi oleh 1,25 dihidroksivitamin D, sehingga diduga terdapat
mekanisme lain yang mendasari hiperabsorpsi kalsium dalam usus.
Hiperkalsiuria resorptif terjadi apabila peningkatan turnover tulang menyebabkan
terjadinya kehilangan kalsium tulang ke urin. Kebocoran ginjal disebabkan oleh kelainan
primer pada transpor tubulus ginjal yangmenyebabkan kebocoran kals ium ke
ur in dan selanjutnya ter jadi peningkatan absorpsi kalsium usus atau
mobilisasi kalsium dari tulang.
~ 27 ~
Hiperparatiroidisme
Hiperparat i roidisme primer dapat menyebabkan hiperkals iur ia dan
nefrol i t ias is . Dalam sebuah penel i t ian didapatkan bahwa 56 (4,9%) dari 1132
pasien dengan nefrol i t ias is terdiagnosis hiperparatiroidisme. Paratiroidektomi
mencegah timbulnya kembali penyakit batu pada 48 pasien. Akan tetapi, hanya 17-
24% pasien dengan hiperparatiroidisme primer memiliki batu urin yang terdiri dari
kalsium oksalat atau kalsium fosfat. Telah dilakukan banyak penelitian, namun sulit
untuk menentukan mengapa sebagian kecil dari pasien inimenderita batu. Terdapat dua
penelitian yang setidaknya dapat memberikan penjelasan untuk hal tersebut. Parks dkk
menemukan bahwa, dibandingkan dengan pasien nefrol i t ias is dengan
hiperkalsiuria idiopatik, mereka dengan hiperparatiroidisme primer memiliki kadar
serum kalsium yang meningkat, derajat hiperkalsiuria yang lebih tinggi, dan kadar
fosfat serum yang lebih rendah. O d v i n a d k k m e n e m u k a n b a h w a , p a d a
p e n e l i t i a n t e r h a d a p 1 3 1 p a s i e n d e n g a n hiperparatiroidisme primer, 78
menderita nefrolitiasis dan 53 tidak. Mereka yang menderita batu mengekskresi
kalsium dalam jumlah yang lebih banyak (343 mg/hari) dibandingkan dengan mereka
yang tidak menderita batu (273 mg/hari), memiliki saturasi urin kalsium oksalat yang
lebih tinggi, dan mengekskresi kalsium dua kali lebih banyak setelah diberikan 1g kalsium oral.
D a r i p e n e l i t i a n t e r s e b u t d a p a t d i s i m p u l k a n b a h w a p a d a
~ 28 ~
p a s i e n d e n g a n hiperparatiroidisme primer, risiko terbentuknya batu berkaitan dengan
derajat hiperkalsiuria, dan juga peningkatan absorpsi diet kalsium dalam usus.
Asidosis Tubulus Ginjal
Gambaran asidosis tubulus ginjal distal adalah asidosis metabolik sistemik, urin yang bersifat
alkali, hipokalemia, hiperkalsiuria, hipositraturia, dan nefrolitiasis. Asidosis
metabolik yang kronis menyebabkan hilangnya kalsium dalam tulang, yang menyebabkan
hiperkalsiuria, dan berperan dalam ter jadinya hiposi t ra tur ia . Pembentukan batu
adalah hasi l dar i ekskresi kalsium urin yang berlebihan, defisiensi inhibitor kristal
urin sitrat, dan urin alkali yang persisten. Pengobatan dengan sodium bikarbonat atau
potasium sitrat mengkoreksi asidosis metabol ik, mengurangi hi langnya kals ium dari
tulang, mengkoreksi hipokalemia, dan meningkatkan sitrat urin.
Asam Urat
Peningkatan ekskresi asam urat urin berkaitan dengan pembentukan batu kalsium oksalat,
dan bila disertai pH urin yang rendah, juga berkai tan dengan pembentukan batu asam
urat . Peningkatan garam asam urat yang terlarut menginduksi pembentukan inti
kalsium oksalat. Pemberian allopurinol (Zyloprim) dapat menurunkan ekskresi
asam urat ur in sehingga menurunkan angka penyaki t batu kalsium.
Batu asam urat terutama terjadi pada pasien dengan pH urin yang rendah dan hiperurikosuria.
Pada beberapa pasien, urin pH yang sangat rendah ini diakibatkan oleh defek pada
sekresi ammonia ginjal , yang menyebabkan kurangnya penyanggaan pada ion
hidrogen yang tersekresi. Kecenderungan pembentukan batu asam urat dilaporkan meningkat
pada orang yang mengalami obesitas dengan sindrom metabolik. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa kelainan pada produksi ammonia oleh ginjal kemungkinan
disebabkan oleh resistensi insulin. Batu urat bersifat radiolusen namun dapat dilihat pada
ultrasonografi dan CT helikal. Pada CT hel ikal , mereka dapat dibedakan dari batu
kals ium dari densi tasnya yang lebih rendah. Karena asam urat jauh lebih larut
~ 29 ~
pada larutan basa, pencegahan dan pengobatan harus terdiri dari alkalinisasi urin
ke pH lebih dari 6,0 dengan sodium bikarbonat oral ataularutan sitrat dan hidrasi.
Pengobatan ini sesungguhnya akan melarutkan batu asam urat. Apabila hiperurisemia
atau hiperurikosuria terjadi, allopurinol dapat diberikan.
BATU STRUVIT
Batu struvit adalah hasil dari infeksi traktus urin bagian atas dengan bakteri penghasil urease
(Proteus sp, Haemophilus sp, Klebsiella sp, dan Ureaplasma urealyticum). Hidrolisis urea
menghasilkan ammonium dan ion hidroksil dan urin alkali yang persiten, dan rangkaian ini
memicu pembentukan batu yang tersusun atas magnesium ammonium fosfat, seperti struvit. Batu
~ 30 ~
struvit lebih sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memiliki obstruksi traktus urin
kronis atau kelainan neurologis yang mengganggu fungsi normal dari vesika urinaria
untuk mengosongkan isinya. Pengobatan yang dilakukan harus bisa mengeradikasi infeksi
dengan antibiotik dan menyingkirkan batu yang penuh bakteri dengan satu dari
beberapa teknik intervensi. Asam asetohidroksamat menghambat urease dan telah
digunakan untuk mengobati penyakit batu struvit, namun sering memiliki efek samping
yang berat.
BATU CYSTINE
Penyakit batu cystine terjadi pada seseorang yang diturunkan kelainan transpor tubulus ginjal
dan gastrointest inal resesif autosom dari empat asam amino, yai tu cyst ine,
ornothine, arginine, dan lysine. Di antara asam amino tersebut, cystine paling tidak larut
dalam suasana u r i n a s a m n o r m a l s e h i n g g a m e n g e n d a p m e n j a d i b a t u . O n s e t
d i m u l a i p a d a u s i a m u d a dibandingkan pada penyakit batu kalsium; batunya bersifat
radio-opaque. Kelarutan cystine adalah sekitar 243 mg/L pada urin normal dan meningkat
dengan pH. Beberapa pasien dapat mengekskresi 1000mg per hari.
Pengobatan terdiri dari:
Hidrasi, untuk mendapatkan volum urin harian 3-3,5 L
Alkalinisasi urin menjadi OH lebih besar dari 6,5 dengan menggunakan
potassium alkali(potassium sitrat) atau sodium bikarbonat
Pengurangan intake protein dan sodium untuk mengurangi ekskresi cystine
Apabila pengukurannya gagal, D-penicillamine (Depen), tiopronin (Thiola), atau
captopril (Capoten) dapat diberikan untuk mengubah cystine menjadi kompleks obat disulfi
decystine yang lebih larut. Captopril memiliki efek yang sedang dan biasa diberikan
dengan kompleks obat disulfide lainnya; captopril juga memiliki kelemahan yaitu
menyebabkan hipotensi . Efek samping dari D-penici l lamine dan t iopronin
mel iput i nyeri abdomen ,kehilangan selera, demam, proteinuria, dan pada beberapa kasus
sindrom nefrotik.
~ 31 ~
Pengembangan nyeri kolik ginjal dan kerusakan ginjal
Rasa sakit kolik-jenis yang dikenal sebagai kolik ginjal biasanya mulai di midback lateral yang
unggul atas sudut kostovertebral dan kadang-kadang subcostally. Ini memancarkan inferior dan
anterior ke arah pangkal paha. Rasa sakit yang dihasilkan oleh kolik ginjal terutama disebabkan
oleh pelebaran, peregangan, dan kejang disebabkan oleh obstruksi saluran kemih akut. (Bila
obstruksi parah tetapi kronis berkembang, seperti di beberapa jenis kanker, biasanya tidak sakit.)
Istilah "kolik ginjal" sebenarnya keliru, karena rasa sakit ini cenderung tetap konstan, sedangkan
kolik usus atau empedu biasanya agak terputus-putus dan sering datang dalam gelombang. Pola
nyeri tergantung pada ambang nyeri individu dan persepsi dan pada kecepatan dan tingkat
perubahan tekanan hidrostatik dalam ureter proksimal dan pelvis ginjal. Gerak peristaltik saluran
kemih, migrasi batu, dan memiringkan atau memutar batu penghalang dengan intermiten
selanjutnya dapat menyebabkan eksaserbasi atau perpanjangan nyeri kolik ginjal.
Tingkat keparahan nyeri tergantung pada derajat dan lokasi obstruksi, bukan pada ukuran batu.
Seorang pasien sering dapat menunjukkan lokasi nyeri tekan maksimum, yang kemungkinan
menjadi situs dari obstruksi saluran kemih (lihat gambar di bawah).
~ 32 ~
Nefrolitiasis: kolik ginjal akut. Distribusi rasa sakit ginjal dan saluran kemih.
Sebuah batu bergerak ke bawah ureter dan menyebabkan obstruksi intermiten hanya sebenarnya
mungkin lebih menyakitkan daripada sebuah batu yang bergerak. Sebuah obstruksi konstan,
bahkan jika kelas tinggi, memungkinkan untuk berbagai mekanisme autoregulatory dan refleks,
edema interstisial ginjal, dan pyelolymphatic dan arus balik pyelovenous untuk membantu
mengurangi tekanan hidrostatik ginjal panggul, yang secara bertahap membantu mengurangi rasa
sakit.
Edema interstisial ginjal diproduksi membentang kapsul ginjal, memperbesar ginjal (yaitu,
nephromegaly), dan meningkatkan drainase limfatik ginjal. (Permeabilitas kapiler Peningkatan
memfasilitasi edema ini).
Distensi dari pelvis ginjal awalnya merangsang hyperperistalsis saluran kemih, tapi ini berkurang
setelah 24 jam, seperti halnya aliran darah ginjal. Hidrostatik tekanan pelvis ginjal puncak
dicapai dalam 2-5 jam setelah obstruksi lengkap.
Dalam 90 menit pertama dari obstruksi saluran kemih lengkap, vasodilatasi arteriol aferen
preglomerular terjadi, yang sementara meningkatkan aliran darah ginjal. Antara 90 menit dan 5
jam setelah obstruksi, aliran darah ginjal mulai menurun sementara tekanan intraureteral terus
meningkat. Dengan 5 jam setelah obstruksi lengkap, baik aliran darah ginjal dan penurunan
tekanan intraluminal ureter pada sisi yang terkena.
~ 33 ~
Aliran darah ginjal menurun hingga sekitar 50% dari tingkat dasar normal setelah 72 jam, sampai
30% setelah 1 minggu, sampai 20% setelah 2 minggu, dan sampai 12% setelah 8 minggu. Pada
titik ini, tekanan intraureteral telah kembali normal, tetapi pelebaran ureter proksimal tetap dan
gerak peristaltik saluran kemih minimal.
Edema interstisial ginjal yang terkena benar-benar meningkatkan reabsorpsi cairan, yang
membantu untuk meningkatkan drainase limfatik ginjal untuk membangun, baru relatif stabil,
keseimbangan. Pada saat yang sama, aliran darah ginjal meningkat di ginjal kontralateral sebagai
fungsi ginjal menurun di unit terhambat.
Singkatnya, dengan 24 jam setelah obstruksi saluran kemih lengkap, tekanan hidrostatik ginjal
panggul telah menurun karena (1) penurunan peristalsis ureteral, (2) penurunan aliran pembuluh
darah arteri ginjal, yang menyebabkan penurunan terkait dalam produksi urin pada yang terkena
dampak samping, dan (3) edema interstisial ginjal, yang menyebabkan peningkatan ditandai
dengan drainase limfatik ginjal.
Selain itu, sebagai ureter proksimal ke distends batu, urin beberapa kadang-kadang dapat
mengalir di sekitar obstruksi, mengurangi tekanan hidrostatik proksimal dan membangun
keseimbangan, stabil relatif tanpa rasa sakit. Faktor-faktor ini menjelaskan mengapa nyeri kolik
ginjal yang parah biasanya berlangsung kurang dari 24 jam dengan tidak adanya infeksi atau
gerakan batu.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi seumur hidup nefrolitiasis adalah sekitar 12% untuk pria dan 7% untuk wanita di
Amerika Serikat, dan itu meningkat. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat batu dua kali
lipat harga ini. Sekitar 30 juta orang berada dalam bahaya di Amerika Serikat. Sekitar 2 juta
hadir secara rawat jalan dengan penyakit batu setiap tahun di Amerika Serikat, yang merupakan
peningkatan 40% dari 1994 pasien.
~ 34 ~
Kemungkinan bahwa seorang pria AS putih akan mengembangkan penyakit batu pada usia 70
tahun adalah 1 banding 8. Batu pada saluran kemih atas lebih sering terjadi di Amerika Serikat
daripada di seluruh dunia.
Kalkuli paling kemih berkembang pada orang yang berusia 20-49 tahun. Puncak insiden terjadi
pada orang berusia 35-45 tahun, tetapi penyakit ini bisa menyerang siapa saja pada usia berapa
pun. Pasien yang berulang beberapa batu membentuk biasanya mengembangkan batu pertama
mereka sementara di dekade kedua atau ketiga kehidupan.
Serangan batu awal setelah usia 50 tahun relatif jarang. Nefrolitiasis pada anak jarang terjadi,
anak-anak sekitar 5-10 berusia 10 bulan sampai 16 tahun setiap tahun untuk melihat kondisi di
sebuah pusat rujukan anak khas AS.
EFEK BATU PADA SALURAN KEMIH
Ukuran dan letak batu biasanya menentukan perubahan patologis yang terjadi pada
traktus urinarius :
a. Pada ginjal yang terkena
Obstruksi
Infeksi
Epitel pelvis dan calis ginja menjadi tipis dan rapuh.
Iskemia parenkim.
~ 35 ~
Metaplasia
b. Pada ginjal yang berlawanan
Compensatory hypertrophy
Dapat menjadi bilateral
GAMBARAN KLINIS
Batu ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala
berupa obstruksi aliran kemih dan infeksi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan pada penderita
batu ginjal antara lain : (1)
1. Tidak ada gejala atau tanda
2. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
3. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
4. Pielonefritis dan/atau sistitis
5. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
6. Nyeri tekan kostovertebral
7. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
8. Gangguan faal ginjal.
~ 36 ~
DIAGNOSIS
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal
perlu didukung dengan pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk
menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
A. Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset
kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya
nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang
sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang
sama.
Gejala klinis
~ 37 ~
Nyeri
Batu pada traktus urinarius bagian atas biasanya menyebabkan nyeri. Nyeri tersebut dapat
berupa kolik renal ataupun non kolik renal. Kolik renal biasanya disebabkan oleh
peregangan/stretching sistem colok tivus atau ureter dan nonkolik disebabkan oleh
distensi kapsul renal. Kolik renal dikenali dengan rasa nyeri hebat dengan intensitas yang
berubah-ubah dan biasanya di daerah pinggang atau kadang-kadang melalui ureter
menyebar ke genitalia eksterna, perineum dan bagian dalam tungkai atas. Kolik ini
disebabkan oleh tertutupnya seluruh/sebagian ureter, pielum atau kaliks dan paling
banyak disebabkan oleh batu dalam ureter dan berasal dari ginjal.
Gangguan Buang Air Kecil
o Nyeri BAK
o Mengejan pada saat BAK
Nausea dan Vomitus
Obstruksi dari tractus urinarius bagian atas sering diikuti dengan gejala gastrointestinal
seperti nausea, vomitus dan distensi abdominal atau kembung.
Hematuria
Pemeriksaan urinalisis yang lengkap dapat membantu diagnosis urolithiasis dengan
adanya hematuria, kristalluria dan dokumentasi pH urin. Namun urinalisis bisa normal
meskipun ada banyak batu. Dan yang membedakan pada pasien dengan tumor atau
kanker, yaitu hematuria yang nyeri pada pasien nefrolitiasis.
Infeksi
Batu struvit (magnesium ammonium phosphate) atau batu infeksi, umumnya merupakan
kumpulan infeksi Proteus, Pseudomonas, Providencia, Klebsiella dan Staphylococcus.
~ 38 ~
Bakteri uropatogenik dapat merubah peristaltik ureter oleh karena ekstosin dan endotosin
yang diproduksinya yang menyebabkan nyeri.
B. Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat disertai takikardi, berkeringat, dan
nausea.
Ballotement Test
Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita dengan obstruksi berat atau dengan
hidronefrosis.
Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra, tanda gagal ginjal dan retensi
urin.
Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat ditemukan pada pasien dengan
urosepsis.
Ditemukan gross hematuria dengan nyeri
C. Pemeriksaan penunjang
Radiologi
Berbagai teknik pencitraan membantu dalam menentukan adanya batu ginjal. Pendekatan terbaik
menggunakan spiral (atau heliks) computed tomography scan. Jika scan ini tidak tersedia, pasien
akan memerlukan USG atau standar x-ray. Jika tidak ada batu muncul, tetapi pasien memiliki
rasa sakit parah yang menunjukkan adanya batu ginjal, langkah berikutnya adalah pyelogram
intravena.
~ 39 ~
X-Rays Sebuah standar x-ray dari ginjal, ureter, dan kandung kemih mungkin menjadi langkah
pertama yang baik untuk batu mengidentifikasi, karena banyak terlihat pada x-ray.. Batu kalsium
dapat diidentifikasi dengan sinar X oleh warna putih mereka.
Spiral (atau spiral) Computed Tomography. Jenis computed tomography (CT) scan disebut
spiral atau helical CT scan saat ini merupakan metode terbaik untuk mendiagnosis batu baik
dalam ginjal atau ureter. Tes ini cepat, tidak memerlukan alat atau bahan kimia asing untuk
memasuki tubuh, dan memberikan gambar rinci akurat batu bahkan sangat kecil. Jika batu yang
tidak hadir, CT scan spiral sering dapat mengidentifikasi penyebab lain dari nyeri di daerah
ginjal. Lebih baik dari x-ray, USG, dan pyelogram intravena - tes standar sebelumnya untuk
mendeteksi batu ginjal. Para ahli berharap spiral CT akhirnya akan dapat mengidentifikasi bahan
kimia yang ada dalam batu.
USG. USG dapat mendeteksi batu asam urat yang jelas dan obstruksi pada saluran kemih.
Hal ini tidak berguna untuk menemukan batu sangat kecil, namun beberapa penelitian
menunjukkan bahwa mungkin menjadi langkah diagnostik yang berguna pertama di ruang gawat
darurat untuk membantu memprediksi kemungkinan batu, termasuk batu yang dicurigai pada
anak. Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
~ 40 ~
yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada
wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu
dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan
batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
Intravenous Pyelogram. Dengan pyelogram intravena (IVP), dokter menyuntikkan cairan khusus
ke pasien. Seorang teknisi akan mengambil x-ray sebagai pewarna memasuki ginjal dan
perjalanan ke bawah saluran kemih. IVP adalah invasif tetapi, sampai saat ini, adalah metode
paling efektif untuk mendeteksi batu. Di mana tersedia, spiral CT sekarang disukai, karena
memberikan diagnosis lebih cepat dan lebih akurat, aman, dan sama dalam biaya. Pada yang
radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila
diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu terletak di depan bayangan tulang,
sehingga dapat luput dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto
pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan adalah
bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam
hal ini perludilakukan pielografi retrograd
~ 41 ~
IVP tidak boleh digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Ada juga risiko reaksi alergi
terhadap zat warna standar, meskipun lebih baru, yang kurang alergi menjadi tersedia. Dalam
prosedur pyelogram intravena (IVP), pasien disuntik dengan pewarna. Sinar-X diambil sebagai
pewarna perjalanan melalui saluran kemih. Prosedur ini dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya
batu ginjal, meskipun beberapa batu mungkin terlalu kecil untuk dilihat.
~ 42 ~
Magnetic Resonance Imaging. Magnetic Resonance Imaging (MRI) teknik menunjukkan janji
untuk mendiagnosa obstruksi saluran kemih tapi belum secara akurat mengungkapkan batu kecil,
atau orang yang tidak menyebabkan penyumbatan. Karena radiasi tidak ada yang terlibat dengan
MRI, bagaimanapun, mungkin terbukti menjadi pilihan yang baik untuk ibu hamil
~ 43 ~
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.
Sampel urin diperlukan untuk mengevaluasi fitur dari urin, termasuk keasaman dan kehadiran:
Merah atau sel darah putih
Infeksi
Kristal
Tinggi atau rendah tingkat bahan kimia yang menghambat atau mempromosikan
pembentukan batu
Bersihkan-Catch Sample Urine. Setelah menentukan bahwa batu ginjal hadir, biasanya
memberikan pasien kit koleksi, termasuk filter, untuk mencoba menangkap batu atau kerikil saat
lewat keluar. Urin juga dapat diuji (kultur) untuk adanya infeksi organisme penyebab. Sampel
urin yang bersih-catch hampir selalu diperlukan untuk kultur. Untuk memberikan tangkapan
bersih, lakukan hal berikut:
Pertama, cuci tangan dengan bersih, dan kemudian mencuci penis atau vulva dan daerah
sekitarnya empat kali dengan stroke ke bawah, menggunakan spons bersabun baru setiap
kali.
Mulailah buang air kecil ke toilet dan berhenti setelah satu ons atau dua.
Posisi wadah untuk menangkap bagian tengah dari aliran urin.
Buang air kecil yang tersisa ke dalam toilet.
Kencangkan tutup wadah dengan aman, hati-hati untuk tidak menyentuh bagian dalam
bibir.
Sebuah koleksi urin 24-jam mungkin diperlukan untuk mengukur volume urin dan tingkat
keasaman, kalsium, natrium, asam urat, oksalat, sitrat, dan kreatinin.
Anda tidak harus mengubah apapun yang biasa Anda makan atau minum pola saat
melakukan tes ini. ~ 44 ~
Buang - buang air kecil pertama pada hari tes.
Setelah itu, mengumpulkan semua urin melewati 24 jam, termasuk buang air kecil
pertama pada pagi hari kedua.
Koleksi 24-jam urin kedua mungkin diperlukan untuk menentukan apakah pengobatan
bekerja, atau mungkin dilakukan jika analisis pertama tidak meyakinkan dan dokter
mencurigai batu kurang umum, seperti sistin atau batu xantin.
Pengujian Keasaman Urine
Pengujian apakah urine bersifat asam atau alkali membantu untuk mengidentifikasi jenis spesifik
batu. Tingkat keasaman atau kebasaan dalam larutan, termasuk air kencing, ditunjukkan dengan
skala pH:
Nilai pH 7,0 adalah netral.
Larutan dengan pH rendah (di bawah 7,0) adalah asam. (A pH rendah nikmat asam urat
dan batu sistin.)
Larutan dengan pH tinggi bersifat basa. (A pH tinggi nikmat kalsium fosfat dan batu
struvite.)
Tes Darah
Tes darah dapat membantu menentukan kadar nitrogen urea, kreatinin, kalsium, fosfat, dan asam
urat untuk pasien dengan batu kalsium oksalat yang diketahui atau dicurigai. Dokter biasanya
akan menjadwalkan tes ini sekitar 6 minggu setelah serangan, dalam rangka untuk mengukur zat
ini ketika batu itu telah berlalu dan pasien telah stabil. Hal ini terutama berlaku pada pasien
dengan batu berulang.
Tes paratiroid Tes untuk mendeteksi tingkat hormon paratiroid. Diberikan jika dokter
mencurigai hiperparatiroidisme, berdasarkan tanda-tanda lain dan gejala.
Tes untuk Infeksi. Hasil tes yang menunjukkan jumlah sel darah putih tinggi mungkin
mengindikasikan infeksi. Hasil seperti itu, bagaimanapun, bisa menyesatkan, karena jumlah sel ~ 45 ~
darah putih juga dapat meningkatkan tanggapan terhadap stres fisik ekstrim dari serangan batu
ginjal.
Pengujian Masalah Metabolisme. Sekitar setengah dari anak-anak dengan batu memiliki
gangguan metabolisme yang dapat diidentifikasi, yang meningkatkan risiko kekambuhan batu
lima kali lipat. Para ahli berpendapat apakah tes untuk gangguan metabolisme secara rutin
diperlukan sekali komposisi batu telah ditentukan. Studi menunjukkan hal berikut:
Orang dengan batu kalsium berulang memiliki berbagai darah tidak teratur atau hasil tes
urine, menunjukkan berbagai gangguan metabolisme mungkin. Misalnya, kalsium batu
dalam wanita paruh baya mungkin karena kelainan paratiroid.
Batu kalsium fosfat hasil kemungkinan besar dari asidosis tubulus ginjal.
Orang dengan non-kalsium batu umumnya memiliki gangguan metabolisme yang dapat
diidentifikasi.
Menentukan komposisi batu mungkin cukup untuk perawatan, dan dapat membantu
menghindari tes metabolisme yang tidak perlu.
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Terapi simtomatik
berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak
dan pemberian diuretik.
Non farmakologis :
•Batu kalsium : kurangi asupan garam dan protein hewani
•Batu urat : diet rendah asam urat
•Minum banyak ( 2,5 l / hari ) bila fungsi ginjal masih baik
~ 46 ~
Obat yang diberikan :
o Analgesik
o NSAID
o Corticosteroid
o Calsium channel blocker
o Uricosuric agen
o Antibiotik
o Thiazide diuretik
Pembedahan biasanya diperlukan jika:
Batu itu terlalu besar untuk menyampaikan sendiri
Batu ini berkembang
Batu yang menghalangi aliran urin dan menyebabkan infeksi atau kerusakan ginjal
Rasa sakit tidak dapat dikontrol
Teknik untuk menghancurkan batu pada nefrolitiasis :
Extracorporeal shock wave lithotripsy digunakan untuk menghilangkan batu sedikit lebih
kecil dari satu inci setengah yang terletak di dekat ginjal atau ureter. Ini menggunakan
gelombang suara atau kejutan untuk menghancurkan batu. Kemudian, batu meninggalkan
tubuh dalam urin.
Percutaneous nephrolithotomy digunakan untuk batu besar di atau dekat ginjal, atau bila
ginjal atau daerah sekitarnya yang tidak benar terbentuk. Batu itu akan dihapus dengan
tabung ( endoskop ) yang dimasukkan ke ginjal melalui sayatan kecil.
Ureteroscopy dapat digunakan untuk batu di saluran kemih bawah.
Jarang, operasi terbuka (nephrolithotomy) mungkin diperlukan jika metode lain tidak
bekerja atau tidak mungkin.
2. Litotripsi
~ 47 ~
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa
tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu
alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
Keuntungan:
Tidak ada sayatan atau dipotong diperlukan.
Rawat inap Tidak
Tidak diperlukan anestesi, maka pasien risiko tinggi bahkan secara medis dapat
ditawarkan opsi ini.
Tidak ada rasa sakit atau rasa sakit yang minimal,
Pasien kelompok umur semua dapat diobati.
~ 48 ~
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila
cara non-bedah tidak berhasil. Pengambilan batu dari pelvis ginjal disebut pielolitotomi.
Pengambilan batu dari parenkim ginjal disebut pielolitotomi. Bila untuk pengangkatan batu
secara keseluruhan dapat dilakukan bivalve nefrolitotomi, tetapi perlu diawasi ketat atas
perdarahan yang terjadi.
~ 49 ~
Prognosis
Karena modalitas minimal invasif untuk menghilangkan batu umumya sukses dalam
menghilangkan kalkuli, pertimbangan utma dalam mengella batu bukan apakah batu itu dapat
dihapus tapi apakah dapat dihapus dengan cara yang tidak rumit dengan morbiditas minimal.
Tingkat kekambuhan biasanya dikutip untuk batu urine sebesar 50% dalam waktu 5 tahun dan
70% atau lebih tinggi dalam 10 tahun, meskipun studi, besar prospektif yang diterbitkan pada
tahun 1999 menyarankan bahwa tingkat kekambuhan mungkin sedikit lebih rendah pada 25-30%
selama 7,5 tahun periode. Kambuh tarif setelah episode awal ureterolithiasis juga telah
dilaporkan 14%, 35%, dan 52% pada 1, 5, dan 10 tahun, masing-masing.
Evaluasi metabolik dan pengobatan diindikasikan untuk pasien yang berisiko lebih besar untuk
kambuh, termasuk mereka yang hadir dengan beberapa batu, yang memiliki riwayat pribadi atau
~ 50 ~
keluarga pembentukan batu sebelumnya, yang hadir dengan batu pada usia lebih muda, atau
yang memiliki batu sisa setelah pengobatan .
Menurut perkiraan, hanya meningkatkan asupan cairan dan secara teratur mengunjungi seorang
dokter yang menyarankan meningkatkan intake cairan dan moderasi makanan dapat mengurangi
angka kekambuhan batu sebesar 60%. Sebaliknya, penggunaan optimal dari pengujian metabolik
dengan evaluasi yang tepat dan kepatuhan dengan terapi sepenuhnya dapat menghilangkan batu
baru pada banyak pasien dan secara signifikan mengurangi pembentukan batu yang baru pada
kebanyakan pasien.
KOMPLIKASI
Berulang Batu Ginjal
Penderita batu ginjal memiliki kesempatan 50 persen terkena batu lain dalam 5 - untuk 7-tahun
periode.
Infeksi
Batu ginjal dapat menyebabkan infeksi. Cystitis, yang merupakan radang kandung kemih, dapat
berkembang jika batu ginjal yang menghalangi aliran urin dari kandung kemih. Peradangan pada
lapisan kandung kemih dari batu dan air seni pekat dapat menyebabkan infeksi. Apabila infeksi
kandung kemih tidak ditemukan secara dini dan diobati dengan tepat dapat menyebar ke ginjal.
Pielonefritis, infeksi pada ginjal dan ureter, dapat berkembang, yang dapat menjadi sangat serius
dan membuat sakit
Retensi urin
Komplikasi lain dari batu ginjal adalah retensi urin. Jika batu menyumbat uretra tidak akan bisa
buang air kecil. Seiring dengan risiko infeksi, kandung kemih akan menjadi buncit dan
menyebabkan sakit yang cukup besar. Intervensi bedah mungkin diperlukan.
~ 51 ~
Intervensi bedah
Sebuah komplikasi batu ginjal adalah kebutuhan untuk perawatan invasif. Jika batu tidak bisa
lewat dengan sendirinya, pengobatan awal mungkin litotripsi gelombang kejut. Prosedur ini
menggunakan gelombang suara berenergi tinggi diarahkan pada batu untuk istirahat itu menjadi
potongan kecil agar bisa lebih mudah lewat.
Jika litotripsi gelombang kejut tidak bekerja atau tidak calon untuk prosedur ini, intervensi bedah
adalah langkah berikutnya. Hal ini memerlukan rumah sakit tinggal dan meningkatkan resiko
komplikasi seperti infeksi, dan memperpanjang periode pemulihan
Gagal Ginjal
Sebuah komplikasi serius dari batu ginjal adalah gagal ginjal akut. Jika batu ginjal blok ureter
sehingga air seni yang tidak dapat mengalir dari ginjal yang terkena, urin akan kembali di ginjal.
Tekanan di dalam ginjal dapat mempengaruhi aliran darah ke organ dan merusak ginjal. Infeksi
juga dapat mengembangkan, menyebabkan kerusakan sendiri untuk ginjal. Gangguan fungsi
ginjal menciptakan lebih banyak masalah kesehatan yang memerlukan intervensi medis. Jika
Anda tidak dapat buang air kecil, tidak dapat mengekskresikan produk limbah dari tubuh.
Intervensi bedah diperlukan, namun jika kerusakan ginjal cukup parah, juga mungkin perlu
dialisis akut untuk jangka waktu singkat.
Ulangi infeksi dan trauma dari batu ginjal berulang meningkatkan risiko kerusakan ginjal
permanen. Hal ini dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal kronis
Steinstrasse
Steinstrasse adalah nama medis untuk penyumbatan yang disebabkan oleh pecahan batu di ureter
(tabung yang melekat setiap ginjal ke kandung kemih). Pasca extracorporeal lithotripsy dapat
menyebabkan beberapa fragmen batu berbaris di ureter. Steinstrasse gejala biasanya terjadi di
ureter distal. Tujuan dari lithotripsy adalah untuk batu fragmen yang cukup kecil untuk lulus
secara spontan ke dalam kandung kemih
~ 52 ~
Kadang-kadang, fragmen itu sendiri dapat menyebabkan obstruksi,
Dapat terjadi karena sebuah fragmen tunggal yang besar (> 5mm), atau
Akumulasi beberapa fragmen kecil
Pencitraan : Radiografi konvensional biasanya merupakan modalitas yang diperlukan untuk
menampilkan Steinstrasse kalkuli. Identifikasi pasca lithotripsy hidronefrosis biasanya dilakukan
dengan sonogram
Obstruksi saluran kemih telah dilaporkan dalam hingga 31% pasien yang menjalani litotripsi.
Insiden obstruksi telah berhubungan dengan ukuran dari batu asli (semakin besar, semakin besar
kemungkinan), jumlah batu dan lokasi mereka (lebih mungkin dengan batu di dalam pelvis
renalis). Sebagian besar kalkuli kecil dapat diobati secara konservatif tetapi beberapa mungkin
memerlukan intervensi jika obstruksi terus berlanjut
Steinstrasse kalkuli kecil. Beberapa yang
berbaris di ureter kiri distal (oval putih)
setelah gelombang kejut lithotripsy
extracorporeal telah dilakukan pada pasien
ini. Sebuah stent ureter memiliki
ditempatkan (panah hitam) sebagai langkah
pencegahan.
~ 53 ~
Hydronefrosis
Hidronefrosis adalah hasil dari beberapa kejadian patofisiologis abnormal. Sumber obstruksi
yang dapat timbul dari berbagai penyebab lainnya termasuk batu ginjal dan pembekuan darah.
Obstruksi dapat berupa sebagian atau lengkap dan dapat terjadi di mana saja dari meatus uretra
ke calyces dari pelvis ginjal . Obstruksi yang terjadi di mana saja di sepanjang saluran kemih atas
akan menyebabkan peningkatan tekanan dalam struktur dari ginjal karena ketidakmampuan
untuk buang air kecil dari ginjal ke kandung kemih. Penyebab umum obstruksi saluran atas
termasuk batu menghalangi dan persimpangan obstruksi (UPJ) ureteropelvic disebabkan oleh
penyempitan intrinsik dari ureter atau kapal atasnya.
Obstruksi terjadi di saluran kemih yang lebih rendah juga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan ini melalui refluks urin ke ginjal. Penyebab umum termasuk disfungsi kandung kemih
(seperti kandung kemih neurogenik) dan obstruksi uretra (seperti katup uretra posterior pada bayi
laki-laki) atau kompresi (seperti dari hipertrofi prostat pada orang dewasa laki-laki yang lebih
tua).
Pengobatan hidronefrosis berfokus pada penghapusan obstruksi dan drainase urin yang
menumpuk di belakang obstruksi. Oleh karena itu, perlakuan khusus tergantung pada di mana
obstruksi terletak, dan apakah akut atau kronis. Obstruksi akut pada saluran kemih atas biasanya
dirawat dengan menyisipkan sebuah nefrostomi tabung. Kronis obstruksi saluran kemih bagian
atas diperlakukan dengan menyisipkan sebuah stent ureter atau pyeloplasty.
Lebih rendah yaitu sumbatan saluran kencing (seperti yang disebabkan oleh obstruksi kandung
kemih keluar sekunder untuk hipertrofi prostat) biasanya diobati dengan memasukkan sebuah
kateter urin atau kateter suprapubik. Pembedahan tidak diperlukan dalam semua kasus
Prevensi
Pencegahan yang dapat dilakukan :
~ 54 ~
Minumlah air yang cukup. Minum 2 - 3 liter / hari atau satu gelas air putih setiap jamnya
(lebih banyak bila cuaca panas, atau banyak beraktivitas). Dengan meminum banyak air
akan melarutkan garam dan mineral sehingga konsentrasi garam dan mineral dapat
berkurang.
Jangan mengkonsumsi susu atau produk susu secara berlebihan karena mengandung
kadar kalsium yang tingi.
Jangan mengkonsumsi jeroan.
Banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung sitrat (mengkonsumsi lemon
atau lemon (2 - 3 sendok makan sebelum tidur), sebanyak 2 - 4 buah dijus dan diminum 2
kali sehari)
Tingkatkan atau kembangkan pola hidup yang aktif.
Hidroterapi (dengan cara meminum air setelah bangun tidur sebanyak - banyaknya,
karena diharapkan agar proses fase eksresi urin meningkat dan cairan tubuh dapat cepat
terganti)
~ 55 ~
DAFTAR PUSTAKA
J Stuart Wolf Jr, MD, FACS; Chief Editor: Bradley Fields Schwartz, DO, FACS.
Nephrolithiasis. Jan 23, 2012. http://emedicine.medscape.com/article/437096-overview.
Malvinder S Parmar, medical director. Kidney Stones. 2004 June 12. BMJ Publishing
Group Ltd. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC421787/
Phillip M. Hall, MD. Nephrolithiasis : Treatment, causes, and prevention. October 2009.
Department of Nephrology, Q7, Cleveland Clinic, 9500 Euclid Avenue, Cleveland, OH 44195.
http://www.ccjm.org/content/76/10/583.full&usg=ALkJrhgOj6NYCCoojexls7Ak7u2N0nR_bw
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange
Medical Book. 2004. 256-283.
Physiology of Kidney. 2012.
http://www.ivy-rose.co.uk/HumanBody/Urinary/Urinary_System_Kidneys_Actions.php
Harvey Simon, MD. Kidney Stones. 2009. Associate Professor of Medicine, Harvard
Medical School; Physician, Massachusetts General Hospital.
http://www.umm.edu/patiented/articles/how_kidney_stones_diagnosed_000081_6.htm
Mona Newbacher. 2010. http://www.livestrong.com/article/91839-complications-kidney-
stones/#ixzz1o9XwbNy2
Martha K Terris, MD. Medical Management of Kidney Stones.
http://emedicine.medscape.com/article/448503-treatment
~ 56 ~
Martino Marangella, Corrado Vitale, Cristiana Bagnis, Michele Petrarulo, and Alberto
Tricerri. Use of Drugs for Nephrolithiasis. 2008.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2781201/
Joan Colella, MSN, MPA, RN. Nephrolithiasis Management. 2005.
http://www.medscape.com/viewarticle/521366_9
Orson W Moe. Kidney stones: pathophysiology and medical management. 2006. Lancet
2006; 367: 333–44.
Doddametikurke Ramegowda Basavaraj, Chandra Shekhar Biyani, Anthony J. Browning,
Jon J. Cartledge. The Role of Urinary Kidney Stone Inhibitors and Promoters in the Pathogenesis
of Calcium Containing Renal Stones. 2007. www.sciencedirect.com.
Kristina Penniston, PhD, RD. UW Hospital Metabolic Stone Clinic. Citric Acid and
Kidney Stone. the Department of Clinical Nutrition Services, UW Hospital and Clinics,
Madison, WI.
~ 57 ~