Referat Esofagografi

32
1 BAB I PENDAHULUAN Upper Gastro Intestinal Tract terdiri dari esofagus, gaster/maag dan duodenum (OMD). Untuk mendapatkan gambaran OMD, kita tidak dapat menggunakan foto polos karena akan terlihat hitam semua sehingga diperlukan bahan kontras. Esofagus dalam keadaan normal lumennya selalu kolaps, tidak tampak pada pemeriksaan foto polos, yang tampak hanyalah udara dalam trakea. Oleh karena itu digunakan bahan kontras melalui pemeriksaan Esofagografi. Esofagografi (Barium Swallow) merupakan suatu teknik Radiografis untuk pemeriksaan esofagus dengan menggunakan media kontras (biasasanya adalah Barium Sulfat). Pemeriksaan bisa dilakukan dengan single kontras (hanya Barium Sulfat saja) serta bisa juga double kontras dengan Barium dan udara di mana pasien diberi kristal baking- soda (mirip dengan Alka-Seltzer) untuk lebih meningkatkan kualitas gambar. Barium Sulfat merupakan senyawa metalik yang muncul pada sinar-X dan digunakan untuk membantu melihat kelainan pada esofagus dan lambung. Sinar-X diperlukan untuk melihat jalur dari sistem pencernaan yang sudah dipenuhi oleh kontras. X-ray (Radiograf) adalah tes medis invasif yang membantu dokter dalam mendiagnosa dan mengobati kondisi medis. Pencitraan dengan sinar-X menggunakan dosis kecil radiasi pengion untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Sinar-X merupakan bentuk tertua dan paling sering digunakan dalam pencitraan medis.

Transcript of Referat Esofagografi

Page 1: Referat Esofagografi

1

BAB I

PENDAHULUAN

Upper Gastro Intestinal Tract terdiri dari esofagus, gaster/maag dan duodenum (OMD). Untuk

mendapatkan gambaran OMD, kita tidak dapat menggunakan foto polos karena akan terlihat hitam se-

mua sehingga diperlukan bahan kontras. Esofagus dalam keadaan normal lumennya selalu kolaps, tidak

tampak pada pemeriksaan foto polos, yang tampak hanyalah udara dalam trakea. Oleh karena itu digu-

nakan bahan kontras melalui pemeriksaan Esofagografi.

Esofagografi (Barium Swallow) merupakan suatu teknik Radiografis untuk pemeriksaan esofa-

gus dengan menggunakan media kontras (biasasanya adalah Barium Sulfat). Pemeriksaan bisa di-

lakukan dengan single kontras (hanya Barium Sulfat saja) serta bisa juga double kontras dengan Bar-

ium dan udara di mana pasien diberi kristal baking-soda (mirip dengan Alka-Seltzer) untuk lebih

meningkatkan kualitas gambar.

Barium Sulfat merupakan senyawa metalik yang muncul pada sinar-X dan digunakan untuk

membantu melihat kelainan pada esofagus dan lambung. Sinar-X diperlukan untuk melihat jalur dari

sistem pencernaan yang sudah dipenuhi oleh kontras.

X-ray (Radiograf) adalah tes medis invasif yang membantu dokter dalam mendiagnosa dan

mengobati kondisi medis. Pencitraan dengan sinar-X menggunakan dosis kecil radiasi pengion untuk

menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Sinar-X merupakan bentuk tertua dan paling sering

digunakan dalam pencitraan medis.

Selain sinar-X, dapat digunakan fluoroskopi yang memungkinkan untuk melihat organ-organ

internal dalam gerakan. Bila saluran pencernaan bagian atas dilapisi dengan Barium, radiolog dapat

melihat dan menilai anatomi dan fungsi dari esofagus, lambung, dan duodenum.

Esofagografi dilakukan untuk memeriksa pasien yang secara klinis diduga mengalami kelainan

esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia, maupun metabolik, mencakup hiatal her-

nia, achalasia, atresia esofagus, spasme esofagus, striktura esofagus, divertikula esofagus, varises

esophagus, dan esofagitis.

Pemeriksaan esofagografi ini merupakan pemeriksaan yang relatif aman, meskipun demikian

setiap pemeriksaan dapat menyebabkan komplikasi tertentu seperti alergi terhadap Barium sehingga

menyebabkan reaksi anafilaksis dan dapat menyebabkan obstipasi.

Page 2: Referat Esofagografi

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fungsi Esofagus

Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan Hipofaring dengan

lambung. Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada keadaan yang paling

lebar) pada orang dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah Kartilago Krikoidea kira-kira

setinggi Vertebra Servikal VI kemudian akan berakhir di Orifisium Kardia Gaster setinggi Vertebra

Thorakal XI. Menurut letaknya esofagus terdiri dari beberapa segmen :

1. Segmen servikalis 5-6 cm ( C.VI-Th. I )

2. Segmen torakalis 16-18 cm ( Th I-V )

3. Segmen diafragmatika 1-1,5 cm ( Th X )

4. Segmen abdominalis 2,5 – 3 cm ( Th.XI )

Dinding esofagus terdiri dari 3 lapisan yaitu: mukosa yang merupakan epitel skuamosa,

submukosa yang terbuat dari jaringan fibrosa elastis dan merupakan lapisan yang terkuat dari

dinding esofagus, serta otot-otot esofagus yang terdiri dari otot sirkuler bagian dalam dan

longitudinal bagian luar dimana 2/3 bagian atas dari esofagus merupakan otot skelet dan 1/3 bagian

bawahnya merupakan otot polos.

Pada bagian leher, esofagus menerima darah dari a. karotis interna dan trunkus tiroservikal.

Pada bagian mediastinum, perdarahan esofagus disuplai oleh a. esofagus dan cabang dari a.

bronkial. Setelah masuk ke dalam hiatus esofagus, esofagus menerima darah dari a. phrenikus

inferior, dan bagian yang berdekatan dengan gaster di suplai oleh a. gastrika sinistra. Darah dari

kapiler-kapiler esofagus akan berkumpul pada v. esofagus, v. tiroid inferior, v. azygos, dan v.

gastrika.

Esofagus memiliki beberapa daerah penyempitan:

Daerah krikofaringeal, setinggi Vertebra Servikal VI.

Daerah ini disebut juga Bab el Mandeb / Gate of Tear, merupakan bagian yang paling

sempit, mudah terjadi perforasi sehingga paling ditakuti ahli esofagoskopi.

Daerah persilangan aorta (Arkus Aorta), setinggi Vertebra Thorakal IV.

Daerah persilangan bronkus kiri, setinggi Vertebra Thorakal V.

Daerah diafragma (Hiatus Esofagus), setinggi Vertebra Thorakal X.

Page 3: Referat Esofagografi

3

Gambar 1. Anatomi Esofagus

Page 4: Referat Esofagografi

4

Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (Nervus Vagus) dari pleksus

esofagus atau yang biasa disebut Pleksus Mienterik Auerbach yang terletak di antara otot

longitudinal dan otot sirkular sepanjang esofagus.

Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional. Bagian fungsional paling atas adalah Upper

Esophageal Sphincter (Sfingter Esofagus Atas), suatu cincin otot yang membentuk bagian atas

esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter ini selalu menutup untuk

mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam tenggorokan. Bagian fungsional

utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot yang panjangnya kira-

kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu Lower Esophageal Sphincter

(Sfingter Esophagus Bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan antara esofagus dan

lambung.

Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk mencegah makanan dan

asam lambung untuk kembali naik atau regurgitasi ke dalam badan esofagus. Sfingter bagian atas

akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk ke dalam bagian atas

dari badan esofagus. Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak di bawah sfingter

berkontraksi, menekan makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus. Kontraksi yang disebut

gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva untuk turun ke dalam lambung. Pada

saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka sfingter bawah akan membuka

dan makanan masuk ke dalam lambung

Esofagus berfungsi membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu

proses menelan, dimana akan terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi

yang lunak, proses menelan terdiri dari tiga fase yaitu:

Fase Oral: makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak (voluntary)

pada dorsum lidah menuju orofaring, palatum mole, dan bagian atas dinding posterior

faring terangkat.

Fase Faringeal: terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan laring bergerak ke atas

oleh karena kontraksi m. stilofaringeus, m. salfingofaring, m.tiroid, dan m.

Palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.

Fase Esofageal: fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan ke distal oleh

karena relaksasi m. krikofaring, di akhir fase sfingter esofagus bawah terbuka dan

tertutup kembali saat makanan sudah lewat.

Page 5: Referat Esofagografi

5

2.2 Definisi Esofagografi (Barium Swallow)

Esofagografi merupakan pemeriksaan esofagus dengan memasukkan bahan kontras.

Umumnya dilakukan dengan bahan kontras (+) tunggal tetapi dapat dilakukan juga dengan kontras

ganda. Esofagografi ialah pemeriksaan sinar-X yang digunakan untuk menentukan anatomi dari

traktus digestif bagian atas. Wanita yang sedang hamil sebaiknya memberitahu dokter yang

meminta pemeriksaan serta staf radiologi saat prosedur ini dilakukan. Pemeriksaan ini meliputi

pengisian dari esofagus dengan cairan putih (Barium). Hasilnya disebut Esofagogram.

2.3 Tujuan Esofagografi

Untuk menilai kelainan fungsi dan anatomis yang terdapat pada esofagus.

2.4 Teknik Pemeriksaan Esofagografi

A. Media Kontras : Kontras positif (Barium Sulfat)

Merupakan kontras media positif untuk orang dewasa. Diencerkan dengan air sesuai kebu-

tuhan. Pada esofagus, lumen dengan aliran kuat dan cepat, konsentrasi kontras harus tinggi (1:1

atau 1:2) atau pekat agar aliran cepat dan perlumuran dinding esofagus menjadi tepat sehingga

adanya defek dapat terdeteksi.Pada bayi kurang dari setahun, keluhan muntah dan proyektil, digu-

nakan cairan yang mudah diserap (water soluble), dimasukkan lewat dot/sendok/sonde misalnya

gastrografin. Dilakukan pada posis supine sehingga perlumuran bagus.

Esofagus normal memiliki dinding lumen yang sangat jelas dan outline jelas.

Gambar 2. Esogafogram

Normal

Page 6: Referat Esofagografi

6

B. Premedikasi : tidak diberikan

C. Persiapan Pasien

Tidak diperlukan persiapan secara khusus.

Pasien minum BaSO4, 1 sendok makan ditunggu 2 menit kemudian difoto AP dan Lat-

eral.

D. Persiapan Alat dan Bahan :

Pesawat X-Ray + Fluoroscopy

Baju Pasien

Gonad Shield

Kaset + film ukuran 30 x 40 cm

Grid 

X-Ray marker 

Tissue / Kertas pembersih

Bahan kontras

Air Masak

Sendok / Straw ( pipet )

E. Posisi Pasien

Erect di antara meja pemeriksaan yang diatur vertikal dengan layar fluoroskopi.

Diberikan Barium Sulfat, instruksikan untuk minum beberapa teguk, proses ini diikuti

dengan posisi recumbent. Posisi ini memungkinkan pengisian esofagus lebih sempurna

terutama bagian proksimal dan diperlukan pada klinis esofagus.

F. Teknik Pemeriksaan

Pengambilan gambar Radiografi dilakukan secara penuh/spot foto pada daerah-daerah

yang dicurigai ada kelainan dengan posisi: AP/PA, Oblik (biasanya RAO), Lateral.

Bila pemeriksaan dengan kontras ganda, prosedur sama dengan yang di atas, tetapi pada

larutan Barium dimasukkan kristal-kristal CO2 atau dapat juga ditelan sebelum meminum

cairan Barium.

Page 7: Referat Esofagografi

7

Proyeksi AP/PA 

Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari esofa-

gus.

Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : Region Pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1 

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

Posisi Pasien : Recumbent / Erect

Posisi Object : 

MSP pada pertengahan meja / kaset

Shoulder dan Hip tidak ada rotasi

Tangan kanan memegang gelas Barium. Tepi atas film 5 cm di atas Shoulder.

CR : Tegak lurus terhadap kaset

CP : pada MSP, 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-6 ) / 7,5 cm Inferior Jugular Notch

FFD : 100 cm

Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 

Catatan :

Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose.

Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum Barium dengan

straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

Kriteria radiograf :

Struktur : Esofagus terisi Barium

Posisi : Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular Joint simetris )

Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lapangan penyinaran.

Faktor eksposi :

Page 8: Referat Esofagografi

8

Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus superimposed

dengan Th-Vertebra.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

Gambar 3. Posisi AP

Proyeksi Lateral 

Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari esofa-

gus.

Faktor teknik : 

Film 30 x 40 cm memanjang 

Moving / Stationary Grid 

Shielding : Region Pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 

Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik)

Posisi Objek :

Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi, elbow flexi 

Mid coronal plane pada garis tengah meja / kaset. 

Shoulder dan Hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.

Tangan kanan memegang gelas Barium 

Page 9: Referat Esofagografi

9

Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder

CR : Tegak lurus terhadap kaset

CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm Inferior Jugular Notch

FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )

Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium

Catatan : 

Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian di-expose

Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum Barium den-

gan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4

tegukan.

Kriteria radiograf :

Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung

Posisi :

True lateral ditunjukan dari superposisi kosta Posterior.

Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus

Esofagus terisi media kontras. 

Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi : 

Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara jelas yang

terisi dengan kontras.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

Gambar 4. Posisi Lateral

Page 10: Referat Esofagografi

10

Proyeksi  RAO (Right Anterior Oblique) 

Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari esofa-

gus

Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Moving / Stationary Grid

Shielding : Region Pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1

Posisi Pasien : Recumbent / Erect (Recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik)

Posisi Objek :

Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi Prone dengan sisi kanan depan tubuh menem-

pel meja / film.

Tangan kanan di belakang tubuh, tangan kiri flexi di depan kepala pasien,

memegang gelas Barium, dengan straw pada mulut pasien.

Lutut kiri flexi untuk tumpuan.

Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja. Tepi atas

kaset 5 cm di atas Shoulder.

CR : Tegak lurus terhadap kaset

CP : pada pertengahan kaset setinggi T 5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )

Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 

Catatan : 

Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose

Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum Barium den-

gan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4

tegukan.

Page 11: Referat Esofagografi

11

Kriteria radiograf :

Struktur : Esofagus terisi Bariumterlihat diantara C.Vertebral dan jantung ( RAO

menunjukan gambaran lebih jelas antara Vertebra dan jantung dibandingkan

LAO )

Posisi :

Rotasi yang cukup akan menampakkan esofagus diantara C. Vert. & Jan-

tung, jika esofagus superimposed diatas spina, rotasi perlu ditambah.

Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus

Esofagus terisi media kontras.

Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara jelas yang

terisi dengan kontras.

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

Proyeksi LAO (Left Anterior Oblique)

Tujuan : melihat Strictura, benda asing, kelainan anatomis, tumor & struktur dari esofa-

gus

Faktor teknik :

Film 30 x 40 cm memanjang

Gambar 5. Posisi RAO

Page 12: Referat Esofagografi

12

Moving / Stationary Grid

Shielding : Region Pelvic

Barium Encer = BaSO4 : air = 1:1

Barium kental = BaSO4 : air = 3:1 atau 4 :1 

 PP : Recumbent / Erect ( Recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )

Posisi Objek :

Rotasi 35 – 40 derajat dari posisi PA dengan sisi kiri depan tubuh menempel

meja / film

Tangan kiri di belakang tubuh, tangan kanan flexi di depan kepala pasien,

memegang gelas Barium, dengan straw pada mulut pasien.

Lutut kanan flexi untuk tumpuan.

Pertengahan Thorax diatur pada posisi obliq pd pertengahan IR / meja 

Tepi atas kaset 5 cm di atas Shoulder

CR : Tegak lurus terhadap kaset

CP : pada pertengahan kaset setinggi T5-6 / 7,5 cm inferior jugular notch

FFD : 100 cm ( 180 cm bila pasien berdiri )

Kollimasi : atur luas lapangan penyinaran selebar 12-15 cm

Eksposi : Pada saat tahan nafas setelah menelan Barium 

Catatan : 

Pasien menelan 2/3 sendok Barium kental kemudian diekspose 

Untuk “full filling” digunakan Barium encer. Pasien minum Barium den-

gan sedotan langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4

tegukan.

Kriteria radiograf :

Struktur : Esofagus terisi Barium terlihat diantara sekitar hilus paru dan C.Verte-

bral

Posisi : Bahu pasien tidak superposisi dengan esofagus, esophagus terisi media

kontras.

Kolimasi : Seluruh Esofagus masuk pada lap.penyinaran

Faktor eksposi :

Teknik yang digunakan mampu menampakkan esofagus secara jelas yang

terisi dengan kontras, menembus bayangan jantung.

Page 13: Referat Esofagografi

13

Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

2.5 Indikasi dan Kontra Indikasi Esofagografi

A. Indikasi:

Esofagografi (Barium Swallow) dilakukan untuk memeriksa pasien yang secara klinis

diduga mengalami kelainan esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia, maupun

metabolik. Indikasi esofagografi antara lain:

Atresia Esofagus

Biasanya diketahui pada waktu pemberian minuman pertama kali pada saat bayi

lahir. Setelah minum bayi tersebut akan muntah. Pada esofagografi akan tampak esogafus

yang buntu.

Gambar 7. Atresia Esofagus

Gambar 6. Posisi LAO

Page 14: Referat Esofagografi

14

Fistula Tra kh eo-Esofagei

Fistula Trakeo-Esofagei ialah terdapatnya hubungan antara esofagus dan trakhea.

Pada bayi ini, saat pertama kali diberi minum ASI akan terjadi refleks batuk dan muntah.

Pada pemeriksaan ini tidak boleh menggunakan kontras BaSO4 karena tidak larut dalam air,

yang dapat masuk ke trakea menuju paru-paru dan merangsang terjadinya pneumonia. Bahan

kontras yang dipakai harus larut dalam air, seperti: dionosil, gastrografin.

Gambar 8. Fistula Trakheo-Esofagei

Ulkus Esofagus

Ulkus esofagus merupakan ulkus pada dinding esofagus yang disebabkan oleh

asam lambung yang disekresi oleh sel-sel lambung. Pembentukan ulkus juga berhubungan

dengan bakteri H. Pylori di lambung, obat-obat anti inflamasi, dan merokok. Nyeri pada

ulkus biasanya tidak berhubungan dengan luas atau beratnya lesi.

Dapat dijumpai dalam bentuk bentuk: additional defect, star formation, dan

spastik (mengkerut). Bila terdapat ulkus pada esofagus misalnya pada posisi jam 12 dan bila

difoto dengan posisi jam 3 atau 9 akan terlihat penonjolan ke luar dinding (additonal defect),

Page 15: Referat Esofagografi

15

sedang bila difoto pada posis jam 6 tampak lubang dengan garis-garis di sekitarnya dan

membentuk gambaran bintang (star formation), di mana garis-garis tersebut sebenarnya

adalah sikatriks. Selain itu dapat pula terlihat di sekitar dinding ulkus terdapat dinding esofa-

gus yang tidak mau berkontraksi (spastik).

Gambar 9. Ulkus Esofagus

Diverti k ula Esofagus

Pada foto dengan kontras BaSO4 terlihat gambaran additional defect berupa kan-

tong-kantong pada dinding esofagus. Divertikula disebabkan oleh traction atau tarikan

keluar, yaitu bila ada radang/abses yang sudah sembuh dan kemudian terjadi jaringan fi-

brotik. Jaringan fibrotik inilah yang akan menarik dinding esofagus. Selain itu divertikula

dapat disebabkan oleh pulsion atau dorongan dari dalam, yaitu jika ada proses radang atau

benda asing yang tidak diambil setelah beberapa bulan.

Page 16: Referat Esofagografi

16

Gambar 10. Divertikula Esofagus

Spasme Esofagus

Penyempitan esofagus bagian distal, biasanya terdapat pada dewasa muda. Ter-

jadinya spasme ini disebabkan oleh faktor psikis. Jadi, tidak ada kelainan anatomis. Letak

spasme biasanya pada 1/3 distal esofagus.

Page 17: Referat Esofagografi

17

Gambar 11. Spasme Esofagus

Sriktur Esofagus

Dapat terjadi pada semua umur. Terjadi kelainan anatomis dengan gambaran pada

foto berupa mouse tail appearance (ekor tikus). Untuk membedakan striktur dengan spasme

dapat diberikan muscle relaxan (buscopan i.v). jika melebar berarti spasme sedangkan bila

tetap kecil atau sempit berarti striktura. Selain itu pada striktura, dinding tidak licin.

Penyebab striktur esofagus dapat berupa peradangan, trauma, atau proses keganasan.

Gambar 12. Striktur Esofagus

Page 18: Referat Esofagografi

18

Achalasia Esofagus

Striktura dengan kelainan anatomis kongenital. Kelainan terjadi pada Pleksus

Aeurbachi Mesentericus, bila letaknya lebih bawah disebut achlasia gastrik. Terdapat gam-

baran mouse tail appearance karena tidak terjadi peristaltik dan dilatasi regio diatas bagian

yang aganglionik. Kelainan ini mirip dengan megakolon kongenital.

Gambar 13. Achalasia Esofagus

Varises Esofagus

Biasanya terjadi pada orang dewasa tua, keadaan sirosis hepatis, gizi buruk, kurus,

dan muntah darah. Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal esofagus. Terjadi susunan

yang berbentuk batu bata disebut cobble stone appearance. Terdapat filling defect berupa

lusensi. Pada valsava test tampak gambaran di atas yang menetap. Caranya lubang hidung di-

tutup kemudian berusaha mengeluarkan nafas sehingga rongga Thoraks membesar, akibatnya

vasa esofagus juga membesar sehingga tampak gambaran cobble stone appearance.

Varises esofagus disebabkan oleh Hipertensi portal. Di sini tekanan menjadi

meningkat sehingga terjadi bendungan sirkulasi portal dan cabang-cabang berikutnya mem-

Page 19: Referat Esofagografi

19

bentuk lingkaran yang memberi gambaran bentuk cacing (worm like). Varises esofagus

merupakan komplikasi tersering dari sirosis hepatis.

Gambar 14. Varises Esofagus

Massa (tumor) Esofagus

a) Tumor Jinak

Berupa polip (tunggal), poliposis (banyak), batas tepi jelas, dan tidak terjadi erosi dasar.

b) Tumor Ganas (Carcinoma Esofagus)

Biasanya terdapat pada orang tua, laki-laki > wanita, pada esofagus 1/3 distal. Tipe

yang terbanyak berupa adenokarsinoma.

Gambaran Radiologis:

Outline mukosa menjadi ireguler dan terjadi defek multipel pada lumen.

Bila tumornya pada satu sisi disebut fungioid, dua sisi disebut annulair, bila

pertumbuhannya menyerupai polip disebut polipoid.

Page 20: Referat Esofagografi

20

Bagian esofagus sebelah proksimal dari tumor akan melebar sedangkan

bagian yang ada tumornya menyempit. Daerah lesi bila diberi buscopan tidak

melebar.

Bagian esofagus yang tersering ialah pada anastomose anterior esofagus dan

gaster (esofagogaastric junction).

terjadi pada 1/3 distal esofagus karena terjadi perubahan epitel dari squamos-kolumner

yang menjadi tidak terkendali dan mengalami perubahan ke arah keganasan.

Gambar 15. Tumor Esofagus

B. Kontra Indikasi :

Megaesofagus

Regurgitasi

Pasien dengan suspek perforasi

Page 21: Referat Esofagografi

21

2.6 Komplikasi Esofagografi

Esofagografi biasanya merupakan pemeriksaan yang aman, namun seperti pemeriksaan

lainnya, kadang-kadang dapat ditemui komplikasi. Dokter sebaiknya dapat mengenali gejalanya

sehingga dapat segera diberikan terapi.

Komplikasi esofagografi di antaranya:

Reaksi alergi atau anafilaksis dapat terjadi pada orang yang alergi terhadap Barium yang

diminum.

Konstipasi.

Aspirasi Barium pada trakea.

Page 22: Referat Esofagografi

22

BAB III

KESIMPULAN

Esofagus adalah suatu saluran otot vertikal yang menghubungkan Hipofaring dengan lambung. .

Ukuran panjangnya 23-25 cm dan lebarnya sekitar 2 cm (pada keadaan yang paling lebar) pada orang

dewasa. Esofagus dimulai dari batas bawah Kartilago Krikoidea kira-kira setinggi Vertebra Servikal VI

kemudian akan berakhir di Orifisium Kardia Gaster setinggi Vertebra Thorakal XI. Esofagus berfungsi

membawa makanan, cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan

terjadi pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak.

Untuk mengetahui adanya kelainan esofagus secara anatomi, sebagai penunjang suatu diagnosa

penyakit, dapat digunakan pemeriksaan Esofagografi. Esofagografi (Barium Swallow) merupakan

suatu teknik Radiografis untuk pemeriksaan esofagus dengan menggunakan media kontras positif

(biasanya berupa Barium Sulfat). Hasilnya disebut Esofagogram.

Teknik ini dipergunakan untuk memeriksa pasien yang secara klinis diduga memiliki kelainan

esofagus baik karena infeksi, kongenital, trauma, neoplasia, maupun metabolik, mencakup hiatal

hernia, achalasia, atresia esofagus, spasme esofagus, striktura esofagus, divertikula esofagus, varises

esofagus dan esofagitis. Sedangkan pada pasien dengan suspek perforasi dan regurgitasi merupakan hal

yang dikontraindikasikan.

Pengambilan gambar Radiografi dilakukan secara penuh/spot foto pada daerah-daerah yang

dicurigai ada kelainan dengan posisi: AP/PA, Oblik (biasanya RAO), Lateral. Pemeriksaan

Esofagografi merupakan pemeriksaan yang relatif aman, meskipun demikian setiap pemeriksaan dapat

menyebabkan komplikasi tertentu seperti alergi terhadap kontras. Adapun diperlukan persiapan, posisi

maupun teknik pemeriksaan yang tepat untuk memperoleh hasil yang baik guna membantu

menegakkan sebuah diagnosa penyakit.

Page 23: Referat Esofagografi

23

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjahriar Rasad. 2008. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

2. Corr, Petter. 2010. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Alih Bahasa : dr. Dian Ramadhani.

Jakarta : EGC.

3. Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit Vol.2 Edisi 6. Jakarta EGC

4. David Sutton. 2006. Textbook of Radiology and Imaging Seventh Edition Volume I. USA : Else-

vier Churchill.

5. Robert D. Halpert. 2006. Gastrointestinal Imaging Third Edition. USA : Mosby Elsevier.

6. Holger Petterson, MD. 1995. A Global TextBook of Radiology. N. Norway : The NICER Insti-

tute.

7. http://radiology.rsna.org/content/237/2/414.full.pdf

8. http://www.noseandsinus.net/PDF%20Documents/Esophagoscopy_PT-INFO.pdf

9. http://www.google.co.id/search?

um=1&hl=en&biw=1280&bih=685&tbm=isch&sa=X&ei=uYEVUKbAAYzNrQeH_IGACw&v

ed=0CEMQvwUoAQ&q=esophagography&spell=1