REFERAT dm

40
DIABETES MELLITUS PENDAHULUAN Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh. Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis yang mempunyai jumpah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia. Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah menjadi glokosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat negatif atau merugikan. Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Selanjutnya orang tersebut akan kekurangan energi / tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan, sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl. Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit 1

Transcript of REFERAT dm

Page 1: REFERAT dm

DIABETES MELLITUS

PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah suatu penyakit gangguan kesehatan di mana kadar gula dalam

darah seseorang menjadi tinggi karena gula dalam darah tidak dapat digunakan oleh tubuh.

Diabetes Mellitus / DM dikenal juga dengan sebutan penyakit gula darah atau kencing manis

yang mempunyai jumpah penderita yang cukup banyak di Indonesia juga di seluruh dunia.

Pada orang yang sehat karbohidrat dalam makanan yang dimakan akan diubah

menjadi glokosa yang akan didistribusikan ke seluruh sel tubuh untuk dijadikan energi

dengan bantuan insulin. Pada orang yang menderita kencing manis, glukosa sulit masuk ke

dalam sel karena sedikit atau tidak adanya zat insulin dalam tubuh. Akibatnya kadar glukosa

dalam darah menjadi tinggi yang nantinya dapat memberikan efek samping yang bersifat

negatif atau merugikan.

Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Selanjutnya orang tersebut akan

kekurangan energi / tenaga, mudah lelah, lemas, mudah haus dan lapar, sering kesemutan,

sering buang air kecil, gatal-gatal, dan sebagainya. Kandungan atau kadar gula penderita

diabetes saat puasa adalah lebih dari 126 mg/dl dan saat tidak puasa atau normal lebih dari

200 mg/dl. Pada orang normal kadar gulanya berkisar 60-120 mg/dl.

Penyakit yang akan ditimbulkan oleh penyakit gula darah ini adalah gangguan

penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh

dan membusuk / gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan

sebagainya. Tidak jarang bagi penderita yang parah bisa amputasi anggota tubuh karena

pembusukan. Oleh sebab itu sangat dianjurkan melakukan perawatan yang serius bagi

penderita serta melaksanakan / menjalani gaya hidup yang sehat dan baik bagi yang masih

sehat maupun yang sudah sakit.

Terdapat dua tipe diabetes mellitus, DM tipe 1 adalah di mana tubuh kekurangan

hormon insulin atau istilahnya Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan DM tipe 2

di mana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya atau istilahnya

Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).

1

Page 2: REFERAT dm

Diabetes bukan 100% penyakit turunan. Diabetes melistus bisa disebakan riwayat

keturunan maupun disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Setiap orang bisa terkena

penyakit kencing manis baik tua maupun muda. Waspada bagi anda yang memiliki orang tua

yang merupakan pengidap diabetes, karena anda akan juga memiliki bakat gula darah jika

tidak menjalankan gaya hidup yang baik.

Resiko terkena diabetes dapat dikurangi dengan mengatur pola makan yang sehat,

rajin olahraga, tidur yang cukup, menghindari rokok mirasantika dan lain sebagainya. Bagi

anda yang sudah terkena diabetes sebaiknya berolahraga setiap pagi, makan makanan yang

bergizi rendah karbohidrat dan lemak namun tinggi protein, vitamin dan mineral. Perbanyak

makan sayuran dan makanan berserat tinggi lainnya. Rajin-rajin memeriksakan kandungan

gula darah anda dan menginjeksi insulin ke dalam tubuh dan minum obat jika diperlukan

sesuai petunjuk dokter secara teratur. Dengan begitu anda dapat menghindar dari resiko efek

yang lebih parah.

Mengelola penyakit ini sebenarnya mudah asal penderita bisa mendisiplinkan diri dan

melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran dokter, dan tidak mudah patah semangat.

Seseorang dikatakan menderita diabetes bila kadar glukosa dalam darah di atas 120 mg/dl

dalam kondisi berpuasa, dan di atas 200 mg/dl setelah dua jam makan. Tanda lain yang lebih

nyata adalah apabila air seninya positif mengandung gula.

Diabetes muncul lantaran hormon insulin yang dikeluarkan oleh sel-sel beta dari

pulau langerhans (struktur dalam pankreas yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah)

tidak lagi bekerja normal. Akibatnya, kadar gula dalam darah meninggi. Bila keadaan ini

berlanjut dan melewati ambang batas ginjal, zat gula akan dikeluarkan melalui air seni.

Sejak ditemukan hormon insulin oleh Banting dan Best dari Kanada pada 1921,

penderita diabetes yang membutuhkan insulin dapat diatasi sehingga angka kematian dan

keguguran bayi pada ibu hamil yang menderita diabetes semakin berkurang. Selain hormon

insulin, Franke dan Fuchs (1954) melakukan uji coba obat antidiabetes dan terbukti banyak

menolong para penderita.

Diabetes memang penyakit yang tidak bisa disembuhkan, namun dengan perawatan

yang baik, setiap penderita dapat menjalani kehidupannya secara normal.

2

Page 3: REFERAT dm

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah

penderita Diabetes Mellitus di dunia. Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta

penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.

Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia

meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan

di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.

Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor

keturunan. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena

diabetes karena risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada

orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya.

DEFINISI

Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau

pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) adalah kelainan metabolis yang disebabkan

oleh banyak faktor, dengan simtoma berupa hiperglisemia kronis dan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, sebagai akibat dari:

Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya.

Defisiensi transporter glukosa.

Atau keduanya.

Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh diabetes mellitus, antara

lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom Down, penyakit Huntington, kelainan

mitokondria, distrofi miotonis, penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner,

sindrom Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme, hipogonadisme,

dan lain-lain.

Gejala Umum

Gejala hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya:

Poliuria - sering buang air kecil

Polidipsia - selalu merasa haus

3

Page 4: REFERAT dm

Polifagia - selalu merasa lapar

Penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1

Setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi

kronis, seperti:

Gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,

Gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal

Gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan

pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,

Gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi,

charcot joint dan disfungsi seksual

Gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik

yang dapat berakibat pada stupor dan koma.

KLASIFIKASI

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan bentuk diabetes mellitus

berdasarkan perawatan dan simtoma:

1. Diabetes tipe 1, yang meliputi simtoma ketoasidosis hingga rusaknya sel beta di

dalam pankreas yang disebabkan atau menyebabkan autoimunitas, dan bersifat

idiopatik. Diabetes mellitus dengan patogenesis jelas, seperti fibrosis sistik atau

defisiensi mitokondria, tidak termasuk pada penggolongan ini.

2. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan oleh defisiensi sekresi insulin, seringkali disertai

dengan sindrom resistansi insulin

3. Diabetes gestasional, yang meliputi gestational impaired glucose tolerance, GIGT

dan gestational diabetes mellitus, GDM

Kelas empat pada tahap klinis serupa dengan klasifikasi IDDM (bahasa Inggris:

insulin-dependent diabetes mellitus), sedang tahap kelima dan keenam merupakan anggota

klasifikasi NIDDM (bahasa Inggris: non insulin-dependent diabetes mellitus). IDDM dan

NIDDM merupakan klasifikasi yang tercantum pada International Nomenclature of Diseases

pada tahun 1991 dan revisi ke-10 International Classification of Diseases pada tahun 1992.

4

Page 5: REFERAT dm

Klasifikasi Malnutrion-related diabetes mellitus, MRDM, tidak lagi digunakan oleh

karena, walaupun malnutrisi dapat mempengaruhi ekspresi beberapa tipe diabetes, hingga

saat ini belum ditemukan bukti bahwa malnutrisi atau defisiensi protein dapat menyebabkan

diabetes. Subtipe MRDM; Protein-deficient pancreatic diabetes mellitus, PDPDM, PDPD,

PDDM, masih dianggap sebagai bentuk malnutrisi yang diinduksi oleh diabetes mellitus dan

memerlukan penelitian lebih lanjut. Sedangkan subtipe lain, Fibrocalculous pancreatic

diabetes, FCPD, diklasifikasikan sebagai penyakit pankreas eksokrin pada lintasan

fibrocalculous pancreatopathy yang menginduksi diabetes mellitus.

Klasifikasi Impaired Glucose Tolerance, IGT, kini didefinisikan sebagai tahap dari

cacat regulasi glukosa, sebagaimana dapat diamati pada seluruh tipe kelainan hiperglisemis.

Namun tidak lagi dianggap sebagai diabetes.

Klasifikasi Impaired Fasting Glycaemia, IFG, diperkenalkan sebagai simtoma rasio

gula darah puasa yang lebih tinggi dari batas atas rentang normalnya, tetapi masih di bawah

rasio yang ditetapkan sebagai dasar diagnosa diabetes.

ETIOLOGI

Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti

hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang

sedang naik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering

disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.

Hipersekresi GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada

resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan

hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.

GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan

menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam

lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap

insulin, terutama pada otot lurik. Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH

pada sebagian banyak orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas,

terapi ini akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.

5

Page 6: REFERAT dm

Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi

penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia

dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan

glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat

meningkatkan risiko kardiovaskular.

Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan

hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.

Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang

disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas,

feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.

Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1.

Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-alfa, dijumpai membawa

sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi

akibat mekanisme Fas-FasL, dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan

perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.

DIAGNOSIS

Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan

metode enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis

DM (mg/dl).[6]

Bukan

DM

Belum

pasti DMDM

Kadar glukosa darah sewaktu:

Plasma vena <110 110 - 199 >200

Darah kapiler <90 90 - 199 >200

Kadar glukosa darah puasa:

Plasma vena <110 110 - 125 >126

Darah kapiler <90 90 - 109 >110

Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejalanya yaitu 3P (polidipsi, polifagi,

poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah yang tinggi (tidak

normal). Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil setelah penderita

berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan.

6

Page 7: REFERAT dm

Perlu perhatian khusus bagi penderita yang berusia di atas 65 tahun. Sebaiknya

pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa dan jangan setelah makan karena usia lanjut

memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Pemeriksaan darah lainnya yang bisa dilakukan adalah tes toleransi glukosa. Tes ini

dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada wanita hamil. Hal ini untuk mendeteksi

diabetes yang sering terjadi pada wanita hamil.

Penderita berpuasa dan contoh darahnya diambil untuk mengukur kadar gula darah

puasa. Lalu penderita diminta meminum larutan khusus yang mengandung sejumlah glukosa

dan 2-3 jam kemudian contoh darah diambil lagi untuk diperiksa.

Hasil glukosa contoh darah dibandingkan dengan kriteria diagnostik gula darah

terbaru yang dikeluarkan oleh PERKENI tahun 2006.

Sebelum berkembang menjadi diabetes tipe 2, biasanya selalu menderita pra-diabetes,

yang memiliki gejala tingkat gula darah lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi

untuk didiagnosa diabetes. Setidaknya 20% dari populasi usia 40 hingga 74 tahun menderita

pra-diabetes.

Penelitian menunjukkan beberapa kerusakan dalam jangka panjang, terutama pada

jantung dan sistem peredaran darah selama pra-diabetes ini. Dengan pre-diabetes, anda akan

memiliki resiko satu setengah kali lebih besar terkena penyakit jantung. Saat Anda menderita

diabetes, maka risiko naik menjadi 2 hingga 4 kali.

Akan tetapi, pada beberapa orang yang memiliki pra-diabetes, kemungkinan untuk

menjadi diabetes dapat ditunda atau dicegah dengan perubahan gaya hidup. Diabetes dan pra-

diabetes dapat muncul pada orang-orang dengan umur dan ras yang beragam, tetapi ada

kelompok tertentu yang memiliki resiko lebih tinggi.

Diabetes mellitus tipe 1

Diabetes mellitus tipe 1, diabetes anak-anak (bahasa Inggris: childhood-onset

diabetes, juvenile diabetes, insulin-dependent diabetes mellitus, IDDM) adalah diabetes yang

terjadi karena berkurangnya rasio insulin dalam sirkulasi darah akibat hilangnya sel beta

7

Page 8: REFERAT dm

penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. IDDM dapat diderita oleh anak-

anak maupun orang dewasa.

Sampai saat ini IDDM tidak dapat dicegah dan tidak dapat disembuhkan, bahkan

dengan diet maupun olah raga. Kebanyakan penderita diabetes tipe 1 memiliki kesehatan dan

berat badan yang baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun

respons tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama

pada tahap awal.

Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan

reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut

dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.

Saat ini, diabetes tipe 1 hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan

pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor pengujian darah.

Pengobatan dasar diabetes tipe 1, bahkan untuk tahap paling awal sekalipun, adalah

penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetik ketoasidosis bisa menyebabkan koma

bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya

hidup (diet dan olahraga). Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga

dimungkinkan pemberian insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian

masukan insulin 24 jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan

pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta dimungkinkan

juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".

Perawatan diabetes tipe 1 harus berlanjut terus. Perawatan tidak akan mempengaruhi

aktivitas-aktivitas normal apabila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan

kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalankan. Tingkat Glukosa rata-rata untuk

pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl, 4-6 mmol/l).

Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl (7-7.5 mmol/l) untuk mereka yang

bermasalah dengan angka yang lebih rendah, seperti "frequent hypoglycemic events". Angka

di atas 200 mg/dl (10 mmol/l) seringkali diikuti dengan rasa tidak nyaman dan buang air kecil

yang terlalu sering sehingga menyebabkan dehidrasi. Angka di atas 300 mg/dl (15 mmol/l)

biasanya membutuhkan perawatan secepatnya dan dapat mengarah ke ketoasidosis. Tingkat

glukosa darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kehilangan

kesadaran.

8

Page 9: REFERAT dm

Diabetes mellitus tipe 2

Diabetes mellitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related

diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes mellitus

yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan

merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk

yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel

terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin

yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin

serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi

gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan

kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia.

Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon

resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada

hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati.

NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi

insulin.

Pada tahap awal kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap

insulin, yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia

dapat diatasi dengan obat anti diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin

atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin

pun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori

yang menyebutkan penyebab pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas

sentral diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam

kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( nya suatu kelompok hormon) itu merusak

toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan

diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga,

walaupun di dekade yang terakhir telah terus meningkat mulai untuk mempengaruhi anak

remaja dan anak-anak.

Diabetes tipe 2 dapat terjadi tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2

biasanya, awalnya, diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya

9

Page 10: REFERAT dm

pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar

kembali kepekaan hormon insulin, bahkan ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,,

sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15 lb), paling terutama ketika itu ada di deposito

abdominal yang gemuk. Langkah yang berikutnya, jika perlu,, perawatan dengan lisan [[

antidiabetic drugs. [Sebagai/Ketika/Sebab] produksi hormon insulin adalah pengobatan pada

awalnya tak terhalang, lisan ( sering yang digunakan di kombinasi) kaleng tetap digunakan

untuk meningkatkan produksi hormon insulin ( e.g., sulfonylureas) dan mengatur

pelepasan/release yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati ( dan menipis pembalasan

hormon insulin sampai taraf tertentu ( e.g., metformin), dan pada hakekatnya menipis

pembalasan hormon insulin ( e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan

hormon insulin akan jadilah diperlukan untuk memelihara normal atau dekat tingkatan

glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang tertib tentang cek glukosa darah

direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali dan perlu ketika mengambil

kebanyakan pengobatan.

Sebuah zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru-baru ini

diperkenankan untuk digunakan sebagai pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat

penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain, sitagliptin akan membuka peluang bagi

perkembangan sel tumor maupun kanker.

Sebuah fenotipe sangat khas ditunjukkan oleh NIDDM pada manusia adalah

defisiensi metabolisme oksidatif di dalam mitokondria pada otot lurik. Sebaliknya, hormon

tri-iodotironina menginduksi biogenesis di dalam mitokondria dan meningkatkan sintesis

ATP sintase pada kompleks V, meningkatkan aktivitas sitokrom c oksidase pada kompleks

IV, menurunkan spesi oksigen reaktif, menurunkan stres oksidatif, sedang hormon melatonin

akan meningkatkan produksi ATP di dalam mitokondria serta meningkatkan aktivitas

respiratory chain, terutama pada kompleks I, III dan IV. Bersama dengan insulin, ketiga

hormon ini membentuk siklus yang mengatur fosforilasi oksidatif mitokondria di dalam otot

lurik. Di sisi lain, metalotionein yang menghambat aktivitas GSK-3beta akan mengurangi

risiko defisiensi otot jantung pada penderita diabetes.

Diabetes mellitus tipe 3

Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-resistant

type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected

10

Page 11: REFERAT dm

insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau

diabetes melitus pada kehamilan, melibatkan kombinasi dari kemampuan reaksi dan

pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, menirukan jenis 2 kencing manis di beberapa

pengakuan. Terjadi selama kehamilan dan dapat sembuh setelah melahirkan. GDM mungkin

dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM

bertahan hidup.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM

bersifat temporer dan secara penuh bisa perlakukan tetapi, tidak diperlakukan, boleh

menyebabkan permasalahan dengan kehamilan, termasuk macrosomia (kelahiran yang tinggi

menimbang), janin mengalami kecacatan dan menderita penyakit jantung sejak lahir.

Penderita memerlukan pengawasan secara medis sepanjang kehamilan.

Resiko Fetal/Neonatal yang dihubungkan dengan GDM meliputi keanehan sejak lahir

seperti berhubungan dengan jantung, sistem nerves yang pusat, dan [sebagai/ketika/sebab]

bentuk cacad otot. Yang ditingkatkan hormon insulin hal-hal janin boleh menghalangi

sindrom kesusahan dan produksi surfactant penyebab hal-hal janin yang berhubung

pernapasan. Hyperbilirubinemia boleh diakibatkan oleh pembinasaan sel darah yang merah.

Di kasus yang menjengkelkan, perinatal kematian boleh terjadi, paling umum sebagai hasil

kelimpahan placental yang lemah/miskin dalam kaitan dengan perusakan/pelemahan yang

vaskuler. Induksi/Pelantikan mungkin ditandai dengan dikurangi placental fungsi. Bagian

Cesarean mungkin dilakukan jika ditandai kesusahan hal-hal janin atau suatu ditingkatkan

risiko dari luka-luka/kerugian dihubungkan dengan macrosomia, seperti bahu dystocia.

TERAPI

Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja tidak mengalami

kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak

mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang

terkendali dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis

sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai

insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus

menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan

Ramadhan.

11

Page 12: REFERAT dm

DIET DAN OLAHRAGA

Mengelola penyakit kencing manis atau diabetes mellitus sebenarnya mudah asal

penderita bisa mendisiplinkan diri dan melakukan olahraga secara teratur, menuruti saran

dokter, dan tidak mudah patah semangat.

Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga

yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya,

penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh

kebutuhan energi diperoleh dari zat ini.

Selain mengontrol kadar gula secara teratur, melakukan diet makanan dan olahraga

yang teratur menjadi kunci sukses pengelolaaan diabetes. Dalam hal makanan misalnya,

penderita diabetes harus memperhatikan takaran karbohidrat. Sebab lebih dari separuh

kebutuhan energi diperoleh dari zat ini. Menurut dr. Elvina Karyadi, M.Sc., ahli gizi dari

SEAMEO-Tropmed UI, ada dua golongan karbohidrat yakni jenis kompleks dan jenis

sederhana. Yang pertama mempunyai ikatan kimiawi lebih dari satu rantai glukosa sedangkan

yang lain hanya satu. Di dalam tubuh karbohidrat kompleks seperti dalam roti atau nasi, harus

diurai menjadi rantai tunggal dulu sebelum diserap ke dalam aliran darah. Sebaliknya,

karbohidrat sederhana seperti es krim, jeli, selai, sirup, minuman ringan, dan permen,

langsung masuk ke dalam aliran darah sehingga kadar gula darah langsung melejit.

Dari sisi makanan penderita diabetes lebih dianjurkan mengkonsumsi karbohidrat

berserat seperti kacang-kacangan, sayuran, buah segar seperti pepaya, kedondong, apel,

tomat, salak, semangka dll. Sedangkan buah-buahan yang terlalu manis seperti sawo, jeruk,

nanas, rambutan, durian, nangka, anggur, tidak dianjurkan.

Peneliti gizi asal Universitas Airlangga, Surabaya, Prof. Dr. Dr. H. Askandar

Tjokroprawiro, menggolongkan diet atas dua bagian, A dan B. Diet B dengan komposisi 68%

karbohidrat, 20% lemak, dan 12% protein, lebih cocok buat orang Indonesia dibandingkan

dengan diet A yang terdiri atas 40 – 50% karbohidrat, 30 – 35% lemak dan 20 – 25% protein.

Diet B selain mengandung karbohidrat lumayan tinggi, juga kaya serat dan rendah kolesterol.

Berdasarkan penelitian, diet tinggi karbohidrat kompleks dalam dosis terbagi, dapat

memperbaiki kepekaan sel beta pankreas.

12

Page 13: REFERAT dm

Sementara itu tingginya serat dalam sayuran jenis A(bayam, buncis, kacang panjang,

jagung muda, labu siam, wortel, pare, nangka muda) ditambah sayuran jenis B (kembang kol,

jamur segar, seledri, taoge, ketimun, gambas, cabai hijau, labu air, terung, tomat, sawi) akan

menekan kenaikan kadar glukosa dan kolesterol darah.

Bawang merah dan putih (berkhasiat 10 kali bawang merah)serta buncis baik sekali

jika ditambahkan dalam diet diabetes karena secara bersama-sama dapat menurunkan kadar

lemak darah dan glukosa darah.

Pola 3J

Ahli gizi lain, dr. Andry Hartono D.A. Nutr., dari RS Panti Rapih, Yogyakarta

menyarankan pola 3J: yakni jumlah kalori, jadwal makan, dan jenis makanan.

Bagi penderita yang tidak mempunyai masalah dengan berat badan tentu lebih mudah

untuk menghitung jumlah kalori sehari-hari. Caranya, berat badan dikalikan 30. Misalnya,

orang dengan berat badan 50 kg, maka kebutuhan kalori dalam sehari adalah 1.500 (50 x 30).

Kalau yang bersangkutan menjalankan olahraga, kebutuhan kalorinya pada hari berolahraga

ditambah sekitar 300-an kalori.

Jadwal makan pengidap diabetes dianjurkan lebih sering dengan porsi sedang.

Maksudnya agar jumlah kalori merata sepanjang hari. Tujuan akhirnya agar beban kerja

tubuh tidak terlampau berat dan produksi kelenjar ludah perut tidak terlalu mendadak.

Di samping jadwal makan utama pagi, siang, dan malam, dianjurkan juga porsi

makanan ringan di sela-sela waktu tersebut(selang waktu sekitar tiga jam).

Yang perlu dibatasi adalah makanan berkalori tinggi seperti nasi, daging berlemak,

jeroan, kuning telur. Juga makanan berlemak tinggi seperti es krim, ham, sosis, cake, coklat,

dendeng, makanan gorengan. Sayuran berwarna hijau gelap dan jingga seperti wortel, buncis,

bayam, caisim bisa dikonsumsi dalam jumlah lebih banyak, begitu pula dengan buah-buahan

segar. Namun, perlu diperhatikan bila penderita menderita gangguan ginjal, konsumsi sayur-

sayuran hijau dan makanan berprotein tinggi harus dibatasi agar tidak terlalu membebani

kerja ginjal.

Diet kalori terbatas

13

Page 14: REFERAT dm

Penderita bisa mengikuti contoh susunan menu diet B untuk 2.100 kalori (Simbardjo

dan Indrawati, B.Sc. dari bagian ilmu gizi RSUD Dr. Sutomo Surabaya) seperti pada Tabel 1.

Diet B tinggi serat itu termasuk diet diabetes umum, yang tidak menderita komplikasi, tidak

sedang berpuasa atau pun sedang hamil.

Menu diet B terdiri dari:

Protein

Lemak

Karbohidrat

Kolesterol

65.49 g

45.89 g

377.45 g

112.5 mg

Makan pagi (pk. 06.30)

Nasi

Daging

Tempe

Sayuran A

Sayuran B

Minyak

110 g

25 g

25 g

100 g

25 g

5 g

Selingan (09.30)

Pisang 200 g

Makan siang (12.30)

Nasi

Daging

Tempe

Sayuran A

150 g

40 g

25 g

100 g

14

Page 15: REFERAT dm

Sayuran B

Minyak

50 g

10 g

Selingan (15.30)

Pisang/kentang

Pepaya

200 g

100 g

Makan malam (18.30)

Nasi

Daging

Tempe

Sayuran A

Sayuran B

Minyak

150 g

25 g

25 g

100 g

50 g

10 g

Selingan (21.30)

Pisang/kentang

Pepaya

200 g

100 g

Sedangkan buku panduan “Perencanaan Makan Penderita Diabetes dengan Sistem

Unit” terbitan Klinik Gizi dan Klinik Edukasi Diabetes RS Tebet, menuliskan tentang prinsip

dasar diet diabetes, dengan pemberian kalori sesuai kebutuhan dasar. Untuk wanita,

kebutuhan dasar adalah (Berat Badan Ideal x 25 kalori)ditambah 20% untuk aktivitas.

Sedangkan untuk pria, (Berat Badan Ideal x 30 kalori) ditambah 20% untuk aktivitas. Untuk

menentukan berat badan ideal (BBI) bisa diambil patokan: BBI = Tinggi Badan (cm) – 100

cm – 10%.

Contoh, seorang pria bertinggi badan 164 cm, berat badan 70 kg, maka BBI = 64 kg – 10% =

58 kg. Kebutuhan kalori dasar = 58 x 30 kalori = 1.740 kalori. Ditambah kalori aktivitas 20%

= 2.088 kalori. Jadi, pria ini memerlukan diet sekitar 2.000 kalori sehari.

15

Page 16: REFERAT dm

Namun, rumusan ini tidak mutlak. Bila pasien sedang sakit, aktivitas berubah, atau

berat badan jauh dari ideal, maka kebutuhan kalori akan berubah. Bila berat badan berlebih,

jumlah kalori dikurangi dari kebutuhan dasar. Sebaliknya, bila pasien mempunyai berat

badan kurang, jumlah kalori dilebihkan dari kebutuhan dasar. Begitu berat badan mencapai

normal, jumlah kalori disesuaikan kembali dengan kebutuhan dasar.

Prinsip makan selanjutnya adalah menghindari konsumsi gula dan makanan yang

mengandung gula. Juga menghindari konsumsi hidrat arang olahan yakni hidrat arang hasil

dari pabrik berupa tepung dengan segala produknya. Ditambah lagi mengurangi konsumsi

lemak dalam makanan sehari-hari (lemak binatang, santan, margarin, dll.), sebab tubuh

penderita mengalami kelebihan lemak darah.

Yang perlu diperbanyak justru konsumsi serat dalam makanan, khususnya serat yang

larut air seperti pektin (dalam apel), jenis kacang-kacangan, dan biji-bijian (bukan digoreng).

Bila penderita juga mengalami gangguan pada ginjal, yang perlu diperhatikan adalah

jumlah konsumsi protein. Umumnya, digunakan rumus 0,8 g protein per kilogram berat

badan. Bila kadar kolesterol/trigliserida tinggi, disarankan melakukan diet rendah lemak. Bila

tekanan darahnya tinggi, dianjurkan mengurangi konsumsi garam.

Kegagalan berdiet bisa disebabkan karena pasien kurang berdisiplin dalam memilih

makanannya atau tidak mampu mengurangi jumlah kalori makanannya. Bisa juga penderita

tidak mempedulikan saran dokter.

Untuk memudahkan penerapan, dibuat sistem unit 80 kalori. Misalnya, seorang pasien

yang memerlukan 1.600 kalori per harinya, akan mendapat makanan 20 unit sehari senilai 80

kalori setiap unitnya. Jumlah 20 unit terbagi atas sarapan empat unit, makanan kecil (pk.

10.00) dua unit, makan siang enam unit, makanan kecil (pk. 16.00) dua unit, dan makan

malam enam unit.

Makanan dalam kelompok A bisa dibilang berkomposisi paling baik, karena

mengandung serat dan atau rendah hidrat arang olahan serta rendah lemak. Sementara

golongan C kurang baik karena kandungan gulanya tinggi, rendah atau tanpa serat, dan

terlalu banyak lemak. Jadi, dianjurkan untuk memilih A atau B, bukan C. Nasi lebih baik

16

Page 17: REFERAT dm

daripada bubur, karena kandungan serat lebih baik sehingga lebih lama bertahan di usus.

Pemanis gula bisa diganti dengan pemanis buatan.

Di sini diberikan pula contoh menu yang dapat diikuti (20 unit atau 1.600 kalori):

Makan pagi

Setangkap roti tawar

Sebutir telur ayam

1 sendok teh selai

1 gls susu skim

1,50unit

1,25unit

0,25unit

0,75unit

Selingan (di kantor):

Arem-arem

Teh tanpa gula

2,75unit

Makan siang:

Nasi putih

Daging cah kembang kol

Sayur bening bayem

Pepaya

1,25unit

3,00unit

0,25unit

0,50unit

Selingan sore

Serabi pandan (kue basah)

1 gls jus melon

1,75unit

0,50unit

Makan malam

Nasi, sayur, daging, ikan goreng,

gado-gado

1 gls jus tomat

3,75unit

0,25unit

Selingan malam

1 pisang ambon 1,25unit

17

Page 18: REFERAT dm

Selain memperhatikan pola makan sehari-hari, penderita harus melakukan latihan

fisik. Pada prinsipnya olahraga bagi penderita diabetes tidak berbeda dengan yang untuk

orang sehat. Juga antara penderita baru atau pun lama. Olahraga itu terutama untuk

membakar kalori tubuh, sehingga glukosa darah bisa terpakai untuk energi. Dengan demikian

kadar gulanya bisa turun.

Penderita diabetes yang telah lama dikhawatirkan bisa mengalami arterosklerosis

(penyempitan pembuluh darah). Namun, dengan berolahraga timbunan kolesterol di

pembuluh darah akan berkurang, sehingga risiko terkena penyakit jantung juga menurun.

Menurut dokter olahraga di Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM) DKI Jaya

ini, sebaiknya jenis olahraga bagi penderita diabetes dipilih yang memiliki nilai aerobik

tinggi, macam jalan cepat, lari (joging), senam aerobik, renang, dan bersepeda. Jenis olahraga

lainnya, tenis, tenis meja, bahkan sepakbola, pun boleh dilakukan asal dengan perhatian

ekstra.

FID (frekuensi, intensitas, dan durasi) olahraga bagi penderita diabetes pada

prinsipnya tidak berbeda dengan yang diterapkan untuk orang sehat. Frekuensi berolah raga

adalah 3 – 5 kali seminggu.Namun, penderita yang menggunakan suntikan insulin harus hati-

hati. Harus diperhatikan waktu puncak kerja insulin yang disuntikkan. .

Sedangkan penderita diabetes berbadan gemuk, jenis olahraganya dikombinasikan

dengan latihan untuk obesitas. Biasanya, lamanya tidak satu jam, melainkan dua jam

misalnya. Maksudnya, supaya pembakarannya lebih banyak, gula darahnya turun, dan lemak

tubuhnya berkurang.

Dalam melakukan olahraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Kadar gula

darah penderita saat melakukan olahraga harus berada pada kisaran 100 – 300 mg/dl. “Lebih

dari 300 mg/dl dikhawatirkan terjadi ketosis (kelebihan keton dalam jaringan), misalnya.

Penderita dengan kadar gula yang terlalu rendah juga dilarang melakukan latihan. Sementara

jika kadar gulanya sudah normal lalu melakukan olahraga, ditakutkan malah terjadi

hipoglikemia.

Mereka yang memilih jenis olahraga yang memerlukan waktu lama, macam tenis

lapangan atau sepakbola, sebaiknya setiap 30 menit mengkonsumsi glukosa (makanan atau

18

Page 19: REFERAT dm

minuman manis). Dengan cara itu kadar gula darahnya bisa dijaga agar tidak terlalu turun.

Yang perlu diperhatikan pula saat berolahraga adalah cuaca. Pada cuaca sangat panas,

penyerapan insulin banyak sekali. Berarti gula darah lebih terserap lagi.

Menjaga kebersihan dan kesehatan kaki juga penting dalam berolahraga. Ketika

sedang joging atau jalan, kaki akan bergesekan dengan sepatu. Karena itu, kaus kaki yang

dikenakan harus bersih. Sepatu pun harus yang lunak bagian dalamnya untuk menghindari

lecet. Pakailah sepatu sesuai penggunaannya.

Dengan rajin berolahraga ditambah mengatur menu makanan serta mengontrol kadar

gula darah secara teratur, komplikasi akibat diabetes dapat dihindari.

Gaya Hidup

Faktor keturunan memiliki pengaruh apakah seseorang dapat terkena diabetes atau tidak.

Selain keturunan, gaya hidup juga berperan besar. Diabetes tipe 2 sering terjadi pada orang

yang mengalami obesitas. Obesitas atau kegemukan merupakan pemicu terpenting penyebab

diabetes.

Obesitas artinya berat badan berlebih minimal sebanyak 20% dari berat badan idaman.

Juga berarti indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2. Lemak yang berlebih akan menyebabkan

resistensi terhadap insulin. Ini menjelaskan mengapa diet dan olahraga merupakan metode

penatalaksanaan untuk diabetes tipe 2.

Dengan menurunkan berat badan dan meningkatkan massa otot, akan mengurangi

jumlah lemak sehingga membantu tubuh memanfaatkan insulin dengan lebih baik. Ternyata

ada hubungan antara diabetes tipe 2 dengan letak tumpukan lemak terbanyak. Bila timbunan

lemak terbanyak terdapat di perut maka risiko terkena diabetes lebih tinggi.

Para peneliti juga percaya bahwa gen yang membawa sifat obesitas ikut berperan dalam

menyebabkan diabetes. Gen yang bernama gen obes ini mengatur berat badan melalui protein

pemberi kabar apakah kita lapar atau tidak. Pada percobaan dengan tikus, bila gen ini

bermutasi maka tikus akan menjadi obes dan mengalami diabetes tipe 2.

19

Page 20: REFERAT dm

TERAPI

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah

dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk

dipertahankan.

Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan

terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk

itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri

dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat.

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang

yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka

menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur.

Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan

melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat

hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.

Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat

oral. Jika pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian

memberikan obat yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.Berikut ini

pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara

adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.

Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini

menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh

pankreas dan meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak

mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap

insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di

dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes

tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup. Obat

ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita

20

Page 21: REFERAT dm

memerlukan 2-3 kali pemberian.Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat

mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

2. Terapi Sulih Insulin

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus

diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan,

insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).

Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha

atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.

Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja

yang berbeda:

1. Insulin kerja cepat.

Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling

sebentar.

Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,

mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.

Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani

beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum

makan.

2. Insulin kerja sedang.

Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.

Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu

6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam.

Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama

sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan

sepanjang malam.

3. Insulin kerja lambat.

Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.

Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

21

Page 22: REFERAT dm

Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga

bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung

kepada:

o Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya

o Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan

dosisnya

o Aktivitas harian penderita

o Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya

o Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari

insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling

minimal.

Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis

insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan

pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.

Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat

dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja

cepat tambahan pada siang hari.

Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap

harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada

makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi

sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga.

Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak

sepenuhnya sama dengan insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa

membentuk antibodi terhadap insulin pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas

insulin sehingga penderita dengan resistansi terhadap insulin harus meningkatkan

dosisnya.

22

Page 23: REFERAT dm

Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada

tempat suntikan. Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa

terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan

selama beberapa jam.

Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit

tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk).

Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan

mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi

resistensi dan alergi.

Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak

makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita

diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk

membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi cara terbaik untuk

menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.

Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah

raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara

menghindari terjadinya komplikasi.

Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki

sehingga kukunya harus dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan

matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi pada pembuluh darah di mata.

KOMPLIKASI

Diabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan

terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula

darah yang tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf

dan struktur internal lainnya.

Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah

menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan

ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.

23

Page 24: REFERAT dm

Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat

berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis

(penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih

sering terjadi pada penderita diabetes.

Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa

melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan

pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta

memperlambat penyembuhan luka.

Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika

diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan

mematikan adalah serangan jantung dan stroke.

Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan

penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum). Kelainan

fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci

darah (dialisa).

Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu

saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai

biasa secara tiba-tiba menjadi lemah.

Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan

(polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan

atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera

karena penderita tidak dapat merasakan perubahan tekanan maupun suhu.

Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan

semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan

mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus

diamputasi.

24

Page 25: REFERAT dm

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),

kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat

menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan

gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila

kontrol kadar gula darah buruk.

Ketoasidosis Diabetikum

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa

berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis

diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel

tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari

sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan

senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing,

mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi

dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau

nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis

diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa

jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa

mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau

mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita

diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika

kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing

dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai

lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-

obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan

kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma

hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

Penyandang diabetes mellitus perlu memberikan perhatian lebih terhadap

kesehatan kakinya, karena diabetes dapat menimbulkan komplikasi yang dikenal

dengan istilah kaki diabetik (diabetic foot). Kaki diabetik merupakan salah satu

komplikasi diabetes yang masih luput dari perhatian. Padahal, konsekuensi dari kaki

25

Page 26: REFERAT dm

diabetik yang terlanjur memburuk dapat menyebabkan gangren dan mengarah pada

tindakan amputasi.

Kaki diabetik merupakan komplikasi yang serius dan mahal dari diabetes.

Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia menyebabkan peningkatan kasus amputasi

kaki karena komplikasi diabetes. Studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta

amputasi dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya. Ini berarti setiap 30

detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh dunia.

Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus (luka). Hanya sekitar

dua pertiga dari ulkus yang dapat sembuh dengan cepat, sisanya berakhir dengan

amputasi. Rata-rata diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan ulkus.

Baik ulkus maupun amputasi memiliki dampak yang besar pada kualitas hidup

penyandang diabetes, yakni terbatasnya kebebasan bergerak, terisolasi secara sosial,

dan menimbulkan stres psikologis.

Kaki diabetik juga merupakan masalah ekonomi yang nyata, mengingat

penyandang diabetes dengan kaki diabetik umumnya membutuhkan perawatan yang

lama, rehabilitasi, biaya yang tidak sedikit, dan risiko amputasi yang besar.

Menurut Dr. dr. Aris Wibudi, SpPD selaku Ketua Umum PB PEDI

(Perhimpunan Edukator Diabetes Indonsia), komplikasi kaki diabetik sebenarnya

dapat dicegah. Dengan menerapkan strategi yang menggabungkan upaya pencegahan,

perawatan jika terjadi ulkus pada kaki, penanganan medis yang sesuai, kadar gula

darah yang terkendali, serta edukasi terhadap penyandang diabetes dan tenaga medis,

dapat menurunkan kemungkinan risiko amputasi sampai 85%.

26