referat corpal

79
REFERAT CORPUS ALIENUM PADA TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN Oleh: Ika Nurwulandari (J500100051) Intani Mundiartasari (J500100112) Nafisatun Zahrokh (J500100054) Najib Rendra Mukti (J500100113) Reni Febriana (J500100066) Pembimbing: KRH. Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL KEPANITRAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN 1

description

corpal di THT

Transcript of referat corpal

Page 1: referat corpal

REFERAT

CORPUS ALIENUM

PADA TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN

Oleh:

Ika Nurwulandari (J500100051)

Intani Mundiartasari (J500100112)

Nafisatun Zahrokh (J500100054)

Najib Rendra Mukti (J500100113)

Reni Febriana (J500100066)

Pembimbing:

KRH. Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K),

MBA., MARS., M.Si, Audiologist

dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL

KEPANITRAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

RSUD KARANGANYAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

1

Page 2: referat corpal

Referat

CORPUS ALIENUM

PADA TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROKAN

Yang diajukan Oleh :

Ika Nurwulandari (J500100051)

Intani Mundiartasari (J500100112)

Nafisatun Zahrokh (J500100054)

Najib Rendra Mukti (J500100113)

Reni Febriana (J500100066)

Tugas ini dibuat untuk memenuhi persyaratan Program Profesi Dokter

Pada hari , tanggal 2014

Pembimbing :

KRH. Dr. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,

Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist (...........................)

dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT - KL (...........................)

Kabag. Profesi Dokter

dr. Dona Dewi Nirlawati (...........................)

KEPANITRAAN KLINIK ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

RSUD KARANGANYAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

2

Page 3: referat corpal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corpus alienum atau benda asing adalah benda yang berasal dari luar

atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh. Benda

asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari

luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh). Benda asing eksogen

terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari

zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan),

tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku,

jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam

benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair non-iritatif,

yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat berupa secret kental,

darah atau bekuan darah, nanah, krusta.1,2

Benda asing pada telinga, hidung, dan tenggorok (THT) merupakan

masalah kesehatan keluarga, yang sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-

anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang,

termasuk telinga, hidung, dan mulut. Benda-benda asing yang sering

ditemukan pada anak-anak antaranya kacang hijau, manik, mainan, karet

penghapus dan terkadang baterai. Pada orang dewasa yang relatif sering

ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat membersihkan

telinga, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang ditemukan

serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3

Diagnosis pada pasien sering terlambat karena penyebab biasanya

tidak terlihat, dan gejalanya tidak spesifik, dan sering terjadi kesalahan

diagnosis pada awalnya. Sebagian besar benda asing pada telinga dan hidung

dapat dikeluarkan oleh dokter yang sudah terlatih dengan komplikasi yang

minimal. Pengeluaran benda asing lazim dilakukan dengan forceps, irigasi

dengan air, dan kateter hisap. Benda asing pada faring atau trakea merupakan

keadaan yang darurat dan memerlukan konsultasi bedah. Hasil pemeriksaan

3

Page 4: referat corpal

radiografi biasanya normal. Endoskopi lunak ataupun kaku sering digunakan

untuk memperkuat diagnosis dan untuk mengeluarkan benda asing.2

Pengeluaran benda asing harus dilakukan sedini mungkin untuk

menghindari komplikasi yang dapat ditimbulkan misalnya terjadi gangguan

pendengaran, perdarahan pada hidung, gangguan menelan dan lain-lain. Usaha

mengeluarkan benda asing seringkali malah mendorongnya lebih ke dalam

sehingga harus dilakukan secara tepat dan hati-hati. Bila kurang hati-hati atau

bila pasien tidak kooperatif, berisiko trauma yang dapat merusak struktur

organ yang lain. Pada anak-anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga

tubuh dan kepala tidak dapat bergerak bebas.3

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014, corpus

alienum merupakan salah satu masalah kesehatan dengan kategori 4A. Hal

tersebut mewajibkan setiap dokter umum mampu menguasai dan dapat

menangani secara mandiri dan tuntas, baik diagnosis maupun tatalaksananya.

Oleh karena itu, perlu pembahasan lebih lanjut mengenai masalah penegakan

diagnosis cepat dan tepat yang berhubungan dengan corpus alienum untuk

mencegah komplikasi yang berlanjut.

B. Tujuan

Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat

terhadap corpus alienum yang terdapat didalam telinga, hidung dan tenggorok

sesuai dengan standart yang harus dikuasai oleh dokter umum menurut

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 tahun 2014.

4

Page 5: referat corpal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. CORPUS ALIENUM

1. Definisi

Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam

tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh1.

2. Jenis-jenis Corpus Alienum

Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing

eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang

berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen

terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari

zat organic seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-

tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik

seperti paku, jarum, peniti, batu, dan lain-lain. Benda asing eksogen cair

dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda

cair non-iritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. Benda asing endogen dapat

berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan,

membran difteri, bronkolit. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke

dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan1,2.

B. CORPUS ALIENUM PADA TELINGA

1. Anatomi telinga

Telinga merupakan salah satu panca indera  yang penting bagi

manusia yang mempunyai dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan

keseimbangan. Telinga, menurut anatominya dibagi menjadi 3 bagian,

yakni: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar

menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh

telinga tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang

saraf yang kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu

menjaga keseimbangan tubuh4.

5

Page 6: referat corpal

Telinga luar atau auris eksterna terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Aurikulum = daun telinga = pinna

Berbentuk pipih dan berlekuk, tersusun atas kerangkan tulang rawan

(kartilago) kecuali pada lobulus, diliputi oleh kulit yang melekat pada

perikondrium. Pada proses mendengar daun telinga ini berfungsi

untuk menangkap dan mengumpulkan glombang bunyi serta

menentukan arah sumber bunyi (pada binatang aurikulum ini dapat

digerakan)4

.

Gambar : aurikulum

2) Liang telinga luar = canalis auditorius eksternus

Terdiri atas :

a) Meatus akustikus eksternus (lubang)

b) Canalis auditorius eksternus (saluran)

Terbagi menjadi :

1/3 lateral = pars kartilago = cartilago auricula, lapisan kulit

(folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifera, kelenjar

seruminosa).

2/3 medial = pars oseus, kulit/mukosa, folikel rambut, kelenjar,

melekat erat pada tulang.

6

Page 7: referat corpal

Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga dan kemudian menuju ke membran timpani4.

Telinga tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan

sebuah ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang

menghubungkan gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang

tersebut adalah : 4

a. Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)

b. Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)

c. Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)

Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-

tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga

memiliki 2 otot yang kecil-kecil, yaitu otot tensor timpani (melekat pada

maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel), otot stapedius

(melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan

7

Page 8: referat corpal

jendela oval). Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius

akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan

hanya sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik,

yang membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena

suara3,4.

Tuba eustachius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling

tengah dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya

udara luar ke dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita

menelan, sehingga membantu menjaga tekanan udara yang sama pada kedua

sisi gendang telinga, yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal

dan kenyamanan. Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang

kompleks, yang terdiri dari 2 bagian utama, yaitu koklea (organ

pendengaran), Kanalis semisirkuler (organ keseimbangan). Koklea

merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri

dari cairan kental dan organ corti yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel

rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.

Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di telinga tengah

ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan dan sel

rambut. sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap frekuensi

suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang

saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat saraf pendengaran yang akan

membawanya ke otak4,5.

2. Definisi corpus alienum pada telinga

Corpus alienum pada telinga adalah keadaan dimana terdapatnya

suatu benda asing yang terjepit atau tersangkut didalam liang telinga 2.

Kadang-kadang benda asing tersebut dapat masuk ke dalam liang telinga

dengan disengaja ataupun tidak, bila kemasukan benda asing di telinga bisa

menjadi suatu keluhan berupa penurunan pendengaran3.

Pada anak, anak biasanya seringkali tidak melaporkan keluhannya

sebelum timbul keluhan nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama

telinganya bisa mengeluarkan bau. Jika hal ini terjadi, orang tua patut

8

Page 9: referat corpal

mencurigainya sebagai akibat kemasukan benda asing. Jangan

menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang masuk malah semakin

masuk lebih dalam lagi karena anatomi liang telinga yang berlekuk. Di

telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang masuk

biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dengan menggunakan peralatan dan

keahlian khusus.

3. Etiologi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang

telinga yaitu 4 :

a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.

b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu

menggunakan alat-alat pembersih telinga misalnya catton bud, tangkai

korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga.

c. Faktor kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk

kedalam telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga6:a. Air

Sering kali saat kita mandi, berenang atapun keramas, bisa

membuat air masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan

bersih, air bisa keluar dengan sendirinya. Tetapi jika didalam telinga

kita ada kotoran, air justru bisa membuat benda lain di sekitarnya

menjadi mengembang dan air sendiri menjadi terperangkap di

dalamnya.

Gambar : air di dalam telinga

9

Page 10: referat corpal

b. Cotton Bud

Cotton bud tidak dianjurkan secara medis untuk membersihkan

telinga. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya

adalah dapat menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati

menggunakannya.

c. Benda-benda kecil

Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke

dalam telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.

d. Serangga

Bila telinga sampai kemasukan semut, kecoa, nyamuk dan lain-

lain yang secara tidak sadar bisa masuk ke dalam liang telinga.

4. Manifestasi klinik

Efek dari masukya benda asing kedalam telinga dapat tanpa gejala

atau dengan gejala sampai berupa gejala nyeri berat dan adanya penurunan

pendengaran6.

a. Merasa tidak enak ditelinga

Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja

membuat telinga merasa tidak enak ataupun tidak nyaman.

b. Tersumbat

Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga,

tentu saja membuat telinga terasa tersumbat.

c. Pendengaran terganggu

Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat

campuran. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi

10

Page 11: referat corpal

membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran

suara ke telinga tengah.

d. Rasa nyeri telinga / otalgia

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat

hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus

lateralis atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri merupakan

tanda berkembang komplikasi telinga akibat benda asing.

e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing

5. Patofisiologi

Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis

audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,

sehingga pasien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,

tindakan yang pasien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut

sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asing ke bagian tulang

kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai

membrane timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membran

timpanai, akan menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri

telinga/otalgia dan kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi7.

6. Diagnosis7

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik

Caranya:

1) Bersihkan serumen

2) Melihat benda apa yang masuk ke dalam liang telinga

3) Lihat kanalis dan membran timpani

Interpretasi:

1) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya

infeksi

2) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah

dibelakang gendang.

3) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

11

Page 12: referat corpal

Gambar : Pemeriksaan dengan Otoskop

Gambar : Benda asing pada liang telinga

b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran

Test penyaringan sederhana :

1. Lepaskan semua alat bantu dengar

2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu

telinga

3. Berdirilah dengan jarak 30 cm

4. Bisikan angka secara acak

5. Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam

Uji Ketajaman Dengan Garpu Tala

1. Uji weber

Gambar: uji weber

12

Page 13: referat corpal

2. Uji Rine

Gambar: Cara uji rinne

3. Uji Swabach

7. Penatalaksanaan

Jika terdapat benda yang sangat kecil di dalam liang telinga dapat

dicoba dengan mengoyangkannya secara hati-hati. Menarik daun telinga

kearah posterior meluruskan liang telinga dan benda asing dapat keluar

dengan goncangan lembut pada telinga. Jika benda asing masuk lebih

dalam maka perlu diangkat oleh dokter yang kompeten. Tidak dianjurkan

untuk mengorek telinga sendiri karena dapat mendorong lebih kedalam dan

menyebabkan ruptur membran timpani atau dapat melukai liang telinga6.

Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di dalam

telinga6,7:

a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk

mengambil benda bisa dengan bantuan otoskop.

b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda

c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat

membuat benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan

debris.

13

Page 14: referat corpal

Gambar : cara irigasi telinga

Gambar : irigasi liang telinga

d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari

logam

e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa

sakit dan takut.

f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain, lalu

diirigasi dengan air hangat.

Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima

hari sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

14

Page 15: referat corpal

8. Pencegahan

a. Usaha pencegahan 6,7:

Kebiasaan terlalu sering memakai cottonbud untuk

membersihkan telinga sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan

beberapa efek samping: kulit teling kita yang ditumbuhi bulu-bulu halus

yang berguna untuk membuat gerakan menyapu kotoran di telinga kita

akan rusak, sehingga mekanisme pembersihan alami ini akan hilang. Jika

kulit kita lecet dapat terjadi infeksi telinga luar yang sangat tidak nyaman

dan kemungkinan lain bila anda terlalu dalam mendorong Cottonbud,

maka dapat melukai atau menembus gendang telinga.

Hindarkan memberi mainan berupa biji-bijian pada anak-anak,

dapat tejadi bahaya di atas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat

menyumbat jalan nafas.

C. CORPUS ALIENUM PADA HIDUNG

1. Anatomi Hidung

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke

bawah:

a. Pangkal hidung (bridge)

b. Batang hidung (dorsum nasi)

c. Puncak hidung (hip)

d. Ala nasi

e. Kolumela

15

Page 16: referat corpal

f. Lubang hidung (nares anterior)8.

Gambar : Anatomi Bagian-bagian Hidung Luar

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang

dilapisi oleh kulit, jaringan ikat, dan beberapa otot kecil yang berfungsi

untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang

terdiri dari:

1) Tulang hidung (os nasal)

2) Prosessus frontalis os maksila, dan

3) Prosessus nasalis os frontal.

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang

tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung, yaitu :

1) Sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

2) Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior

3) Tepi anterior kartilago septum8.

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke

belakang dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum

nasi kanan dan kiri. Pintu atau lubang masuk cavum nasi disebut nares

anterior dan lubang belakang disebut nares posterior (koana) yang

menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring8.

Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat

di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit

16

BRIDGE

Page 17: referat corpal

yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut panjang yang

disebut vibrise8.

Tiap kavum mempunyai empat buah dinding yaitu dinding medial,

lateral, inferior, dan superior. Dinding medial ialah septum nasi. Septum

dilapisi oleh perikondium pada bagian tulang rawan dan periosteum pada

bagian tulang, sedangkan luarnya dilapisi oleh mukosa hidung. Pada dinding

lateral terdapat empat buah konka yang terdiri dari konka inferior, media,

superior, dan suprema8.

Batas rongga hidung terdiri dari: 1) dinding inferior, merupakan

dasar rongga hidung dan dibentuk oleh os maksila dan os palatum, 2)

dinding superior sangat sempit dan dibentuk oleh lamina kribriformis, yang

memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung, 3) di bagian posterior,

atap rongga hidung dibentuk oleh os sfenoid8.

Kompleks osteo meatal (KOM) merupakan celah pada dinding

lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea.

Struktur anatomi penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus,

infundibulum etmoid, hiatus semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan

resesus frontal. KOM merupakan unit fungsional yang merupakan tempat

ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang letaknya anterior yaitu sinus

maksila, etmoid anterior dan frontal8.

2. Fisiologi Hidung

Fungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal adalah:

a. Fungsi respirasi untuk mengatur kondisi udara, penyaring udara,

humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran tekanan dan mekanisme

imunologik lokal,

b. Fungsi penghidu karena terdapatnya mukosa olfaktorius dan reservoir

udara untuk menampung stimulus penghidu,

c. Fungsi fonetik yang berguna untuk resonansi suara, membantu proses

bicara, dan mencegah hantaran suara sendiri melalui konduksi tulang,

d. Fungsi static dan mekanik untuk meringankan beban kepala, proteksi

terhadap trauma, dan pelindung panas,

17

Page 18: referat corpal

e. Refleks nasal8.

3. Definisi Corpus Alienum pada Hidung

Corpus alienum pada hidung adalah benda asing yang berasal dari

luar tubuh atau dalam tubuh, dimana pada keadaan normal tidak terdapat

pada hidung tersebut.9

Benda asing pada hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga

hidung, paling sering ditemukan di antara septum dan bagian bawah konka

nasalis inferior.. Lokasi lainnya ada di depan konka media. Benda-benda

kecil yang masuk ke bagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah

dikeluarkan dari hidung.14

Gambar: Predileksi benda asing di hidung

Gambar : Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung

(IT=Inferior Turbinate, MT=Middle Turbinate,

18

Page 19: referat corpal

SS=Sphenoid Sinus, ST=Superior Turbinate)

4. Epidemiologi

Kasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak,

terutama usia 1-4 tahun. Pada usia 1-4 tahun, anak cenderung

mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang termasuk

hidung. Mereka dapat memasukkan benda asing sebagai upaya

mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di dalam

hidung, atau untuk mengurangi gatal atau perih akibat iritasi yang

sebelumnya sudah terjadi. Benda asing paling sering ditemukan adalah sisa

makanan, permen, manik-manik, dan kertas9.

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing dalam

hidung antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi

sosial dan tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan

tidur, penurunan kesadaran, alkoholisme, dan epilepsi), ukuran, bentuk,

serta sifat benda asing, serta faktor kecerobohan9.

Benda asing dapat dapat menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas

bila masuk ke saluran nafas bawah9.

5. Etiologi

Berdasarkan jenis bendanya, etiologi corpus alienum pada hidung

dapat dibagi menjadi: 10

a. Benda asing hidup

1) Lalat

Beberapa kasus myasis hidung yang sering ditemukan di

daerah tropis seperti Indonesia ialah adanya infestasi larva lalat dari

spesies Chrysomia bezziana. Lalat dewasa dapat bertelur di organ

atau jaringan tubuh manusia, yang kemudian menetas menjadi

larva. Sering terjadi pada luka yang bernanah, luka terbuka,

19

Page 20: referat corpal

terutama jaringan nekrotik dan dapat mengenai setiap lubang atau

rongga seperti mata, telinga, hidung, dan mulut.

2) Lintah

Lintah merupakan hewan penghisap darah. Pada saat

menghisap darah, lintah mengeluarkan zat penghilang rasa sakit

dan mengeluarkan zat anti pembekuan darah sehingga darah pada

pasien tidak akan membeku. Setelah selesai menghisap darah,

lintah akan menjatuhkan diri.

3) Cacing

Ascaris lumbricoides merupakan nematoda usus yang

masih menjadi masalah di negara berkembang seperti Indonesia.

Hidung dapat menjadi port d’entry atau tempat cacing tersebut

bermigrasi dari usus untuk mendapatkan oksigen yang lebih

banyak.

b. Benda asing tak hidup

Benda asing tak hidup yang tersering adalah manic-manik,

baterai logam, dan kancing baju. Kasus baterai logam di hidung

merupakan salah satu kegawatan yang harus segera dikeluarkan

karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa

hidung.

6. Patofifiologi

20

Corpus alienum

Masuk ke dalam cavum nasi

Bertahan di dalam cavum nasi

Respon pertahanan pada hidung

Terjadi iritasi

Page 21: referat corpal

7. Manifestasi Klinis

Hidung tersumbat oleh secret mukopurulen yang banyak dan berbau

di salah satu rongga hidung tempat adanya benda asing. Kadang disertai

nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan tampak mukosa

edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral, serta dapat juga terjadi

ulserasi11,12.

Bila benda asing berupa lintah, terdapat epistaksis berulang yang

sulit berhenti meskipun sudah diberikan koagulan. Pada rinoskopi posterior

tampak benda asing berwarna coklat tua, lunak, dan melekat erat pada

mukosa hidung atau nasofaring11,12.

8. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang jika diperlukan9.

Gejala yang timbul akibat adanya benda asing di hidung adalah

hidung tersumbat, rinore unilateral yang kental dan berbau. Dapat disertai

demam dan nyeri. Gejala lain bervariasi sesuai patogenesisnya. Misalnya

benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang

21

Sel goblet epitel respiratorius

Keluar mukus

Medium yang baik untuk pertumbuhan

bakteri

Sekret mukopurulen

Kerusakan dan kematian sel

Pembusukan sel-sel jaringan yang nekrosis oleh

bakteri

Foeter Ex Nasi

Page 22: referat corpal

berbau busuk. Baterai logam di dalam hidung dapat menimbulkan keluhan

rasa terbakar atau panas di hidung9.

Benda asing hidup yang terdapat di dalam hidung kebanyakan

menimbulkan sensasi benda yang bergerak-gerak. Epitaksis tanpa rasa nyeri

sering menjadi keluhan utama pada pasien dengan lintah di dalam

hidungnya9. Gejala klinis yang timbul akibat miasys adalah hidung dan

muka menjadi bengkak dan merah, yang dapat meluas ke dahi dan bibir.

Terjadi pula obstruksi hidung sehingga penderita bernapas melalui mulut

serta suara menjadi sengau.

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior, selain benda asing yang dapat

dilihat langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung

unilateral, dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup mukous

sehingga disangka sinusitis. Namun untuk lintah, biasanya sulit dilihat

dengan rinoskopi anterior, sehingga kadang memerlukan pemeriksaan

nasoendoskopi. Dengan nasoendoskopi, lintah akan tampak sebagai benda

asing berwarna coklat tua dengan perabaan lunak dan melekat pada mukosa.

Mukosa hidung nekrotik, kadang-kadang perforasi septum nasi, serta hidung

berbau busuk. Pada miasys, jika dilakukan pemeriksaan tomografi komputer

dapat terlihat bayangan ulat yang bersegmen-segmen di dalam sinus.8,9

9. Penatalaksanaan

Benda asing pada hidung yang harus diperlakukan sebagai kasus

gawat sehingga harus dikeluarkan secepatnya antara lain baterai dan kapur

barus. Cara mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait

(hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap

kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan

sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut terbawa

keluar. Dapat juga menggunakan forsep alligator, cunam Nortman atau

“wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan

pengait yang ujungnya tumpul12,13.

22

Page 23: referat corpal

Gambar : Pengait (hook) Gambar dari atas : Jobson-Horne probe,

hook, and crocodile forceps

Gambar : Cara pengambilan benda asing pada hidung

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran 5

atau 6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang

terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing

diharapkan akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum

tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk

mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai

analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring

karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring

sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas13,14.

23

Page 24: referat corpal

Gambar : Kateter Foley Gambar : Penggunaan Fogarty Catheter

Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan tetes

minyak parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat

diteteskan tembakau. Untuk miasys hidung, dianjurkan pemakaian

kloroform dan minyak terpentin dengan perbandingan 1:4, diteteskan ke

dalam rongga hidung untuk melemahkan larva, kemudian larva tersebut

diambil secara manual menggunakan cunam. Tindakan operatif dengan

melakukan nekrotomi merupakan tindakan alternatif lain yang dilakukan

dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih dahulu14.

Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bila

terjadi laserasi mukosa hidung. Sedangkan pemberian antibiotik sistemik

selama 5-7 diberikan pada kasus benda asing di hidung yang telah

menimbulkan infeksi pada hidung maupun sinus13,14.

10. Komplikasi

Perdarahan merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada

corpus alienum di hidung. Edema pada mukosa dapat menyebabkan

obstruksi pada drainase sinus dan tuba eustachius sehingga mengakibatkan

sinusitis dan otitis media akut. Rinolith dapat timbul bila benda asing

bertahan selama bertahun-tahun. Infeksi struktur jaringan di sekitar hidung

juga dapat terjadi, seperti selulitis periorbital, meningitis, epiglositis, difteri,

dan tetanus14.

D. CORPUS ALIENUM PADA SALURAN NAPAS

Aspirasi benda asing merupakan hal yang paling sering ditemukan

dan ditangani di unit gawat darurat. Secara statistik, presentase aspirasi

benda asing berdasarkan letaknya di hipofaring ssebesar 5%, laring/trakea

12 % dan bronkus sebanyak 83%. Kebanyakan kasus aspirasi benda asing

terjadi pada anak usia < 15 tahun, 75% aspirasi benda asing terjadi pada

anak usia 1 - 3 tahun. Benda asing di bronkus paling sering pada bronkus

kanan, karena bronkus kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih

24

Page 25: referat corpal

besar dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan

dengan bronkus kiri15,16.

1. Anatomi dan Fisiologi saluran napas16

a. Saluran Nafas Atas

1) Hidung

Berfungsi :

a) Fungsi penghidu

b) Pernapasan

c) Penyaring debu

d) Kelembapan udara pernapasan

Rongga hidung terdiri atas :

a) Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi

b) Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai

penapis udara.

c) Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar

karena struktur yang berlapis

d) Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing keluar

dalam usaha untuk membersihkan jalan napas.

2) Faring

Bagian faring dan fungsinya :

a) Nasofaring

(1) Ada saluran penghubung antara nasopharinx dengan telinga

bagian tengah yaitu tuba eustachiius dan tuba auditori.

(2) Ada pharingeal tonsil (adenoids), terletak pada bagian

posteriomasopharinx merupakan bagian dari jaringan

lymphatic pada permukaan posterior lidah

(3) Mempunyai efek respiratorik

b) Orofaring

(1) Bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang

hyoid. Reflek menelan berawal dari orofaring menimbulkan

25

Page 26: referat corpal

dua perubahan, makanan terdorong masuk kedalam saluran

pencernaan.

(2) Mempunyai fungsi pencernaan makanan.

c) Laringofaring

Merupakan posisi terendah dari faring. Pada bagian

bawahnya, sistem respirasi menjadi terpisah dari sistem digestiv.

Makanan masuk ke bagian belakang, oesephagus dan udara

masuk ke arah depan masuk ke laring.

3) Laring

Fungsi utama laring adalah untuk terjadinya vokalisasi. Laring

juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan

memudahkan batuk.

4) Trakea

Trakea terdapat pada bagian oesephagus yang terentang mulai

dari cartilago cricoid masuk kedalam rongga thorax. Tersusun dari

16 – 20 cincin tulang rawan berbentuk huruf C yang terbuka pada

bagian belakangnya. Didalamnya mengandung epitel pseudostratified

columner cilia yang memiliki sel goblet untuk sekresi mukus.

Terdapat cilia yang memicu terjadinya reflek batuk/bersin.trakea

mengalami percabangan pada carina mebentuk bronchus kanan dan

kiri.

b. Saluran Nafas Bawah

1) Bronkus

2) Bronkiolus

3) Bronkiolus Terminalis

4) Bronkiolus respiratori

5) Duktus alveolar dan Sakus alveolar

6) Alveoli20.

26

Page 27: referat corpal

Gambar: Anatomi Saluran Napas

2. Gejala

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran nafas tergantung pada

lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan

ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat

tersangkut dihidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus.

Tiga stadium aspirasi benda asing yang menimbulkan gejala sebagai

berikut :

a. Stadium pertama, batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent

paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di

tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan

segera.

b. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval

asimtomatis.

c. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi

atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing sehingga

timbul batuk-batuk, hemoptosis, pneumonia dan abses paru18.

1) Benda Asing di Laring

Terjadi di antara pita suara, sub glotis dan dapat terjadi sumbatal total

maupun sumbatan sebagian.

a) Sumbatan total

27

Page 28: referat corpal

Hal ini dapat menyebabkan keadaan gawat yang berakibat

asfiksia dalam waktu singkat. Memiliki gejala disfonia afonia,

apneu dan sianosis.

b) Sumbatan tidak total :

Sumbatan tipe ini memiliki gejala :

(1) Suara parau

(2) Disfonia sampai Afonia

(3) Batuk disertai sesak (croupy cough)

(4) Odinofagi, mengi, sianosis

(5) Hemoptisis

(6) Dispneu dengan derajat bervariasi

Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala sumbatan laring yang

dibagi dalam 4 stadium (jackson).

a. Stadium pertama, cekungan sedikit pada inspirasi didaerah

suprasternal, kadang-kadang belum ada stridor

b. Stadium kedua, Cekungan di suprasternal dan epigastrium, stridor

mulai terdengar

c. Stadium ketiga, Cekungan terdapat di suprasternal, epigastrium,

intercostal dan supraclavicula. Stridor jelas terdengar dan pasien

tampak gelisah.

d. Stadium keempat, Cekungan bertambah dalam, sianosis, pasien

yang mula-mula gelisah mulai lemah dan akhirnya kesadaran

menurun.

2) Benda Asing di Trakea

Benda asing di trakea ini dapat menimbulkan gejala batuk

yang tiba - tiba berulang dengan rasa tercekik (choking), rasa

tersumbat di tenggorok (gagging), terdapat gejala patognomonik :

(a) Audible slap

(b) Palpatory thud

(c) Asthmatoid wheeze

(d) Tracheal flutter

28

Page 29: referat corpal

3) Benda Asing di Bronkus

Lebih banyak terjadi masuk ke dalam bronkus kanan. Gejala

yang ditimbulkan diantaranya :

(a) Sputum haemoragis

(b) Rasa logam / aroma khusus

(c) Emfisema, atelektasis

(d) Febris

(e) Dapat terlihat gambaran bronkiektasis, bronkopneumonia

dan abses paru

Jackson (1936) membagi sumbatan bronkus dalam 4 tingkat :

1. By-pass Valve Obstruction

a. Sumbatan sebagian

b. Udara dapat lewat waktu inspirasi dan ekspirasi tetapi

salurannya sempit bunyi napas (mengi)

c. Biasanya benda asing diam dan kecil

Penyebab :

a. Benda asing dalam bronkus

b. Penekanan bronkus dari luar

c. edema

d. Tumor intraluminer

2. Expiratory Check Valve Obstruction

a. Udara inspirasi dapat lewat

b. Udara ekspirasi terhambat (oleh karena kontraksi otot

bronkus)

c. Emfisema paru obstruktif

d. Benda asing diam 

Penyebab :

a. Benda asing di bronkus

b. Edema dinding bronkus pada bronkitis

3. Inspiratory Check-Valve Obstruction

4. Inspirasi terhambat

29

Page 30: referat corpal

5. Ekspirasi masih dapat terlaksana

6. Benda asing mobile 

Penyebab :

a. Benda asing dalam bronkus

b. Mucous plug (gumpalan ingus)

c. Tumor yang berttangkai

4. Stop Valve Obstruction 

a. Inspirasi dan ekspirasi terhambat

b. Terjadi atelektasis tanpa pneumothorax (udara yang sisa

diresorbsi)

Penyebab :

a. Benda asing menyumbat lumen

b. Trauma dinding bronkus dan peradangan berat 19.

3. Etiologi

a. Faktor personal (umu, Jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat

tinggal)

b. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal (keadaan tidur, kesadaran

menurun, alkoholisme, epilepsi)

c. Faktor fisik (kelainan dan penyakit neurologik)

d. Proses menenelan yang belum sempurna pada anak

e. Faktor kejiwaan

f. Kuran dan bentuk benda asing

g. Faktor kecerobohan

4. Patogenesis

Benda asing mati di hidung akan menyebabkan edema dan inflamasi

mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi, epitaksis, jaringan granulasi dan

dapat menjadi sinusitis. Benda asing hidup menyebabkan reaksi inflamasi

dengan derajat bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang

rawan dan tulang hidung dengan membentuk daerah supurasi yang dalam

dan berbau.

30

Page 31: referat corpal

Pada saat makanan atau benda didalam mulut anak tertawa atau

menjerit sehingga saat inspirasi laring terbuka dan makanan atau benda

masuk kedalam laring. Kemudian makanan terjepit di dalam sfingter laring,

pasien batuk berulang-ulang, sumbatan di trakea, mengi, sianosis. Bila

benda masuk kedalam trakea atau bronkus kadang-kadang terjadi fase

asimtomatik selama 24 jam atau lebih, kemudian diikuti oleh fase

pulmonum dengan gejala yang tergantung dengan derajat sumbatan

bronkus.

Benda asing organik mempunyai sifat higroskopik, mudah lunak dan

mengembang oleh air. Serta menjadi iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus

menjadi edema dan meradang. Serta dapat terjadi jaringan granulasi

disekitar benda asing sehingga gejala sumbatan semakin menghebat.

Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk, demam

yang tidak terus-terusan.

Benda asing anorganik menimbilkan reaksi jaringan yang lebih

ringan, dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik. Benda

asing yang terbuat dari metal dan tipis masuk ke bronkus yang lebih distal

dengan gejala batuk spasmodik.2

5. Diagnosis

a. Anamnesis

Gejala dan tanda sumbatan yang tampak fase awal (gejala sesaat

sesudah teraspirasi):

1) Batuk tiba-tiba

2) Rasa tercekik (choking)

3) Rasa tersumbat di tenggorokan (gagging)

4) Bicara gagap (sputtering)

5) Obstruksi jalan nafas yang terjadi segera

b. Pemeriksaan fisik

1) Fase asimtomatis :

a) Tanda dan gejala aspirasi benda asing berkurang / menghilang,

b) Refleks-refleks melemah akibat benda asing yang tersangkut.

31

Page 32: referat corpal

2) Fase komplikasi

Tanda dan gejala sesuai lokasi tersangkutnya benda asing

a) Laring

(1) Batuk paroksimal

(2) Parau

(3) Disfoni-Afoni

(4) Sesak nafas

(5) Stridor inspirasi dan ekspirasi

(6) Retraksi otot pernafasan

(7) Gelisah

(8) Sianosis

b) Trakea

(1) Batuk hilang timbul

(2) Asthmatoid wheezing

(3) Palpatory thud

(4) Audible snap

(5) Dispnea

(6) Retraksi otot pernafasan

(7) Stridor ekspirasi

(8) Gelisah

(9) Sianosis

c) Bronkus

(1) Batuk tidak produktif hingga produktif

(2) Mengi (wheezing)

(3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral

(4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral

c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax

1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA dan

leteral (dapat dilakukan segera)

2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24 jam

(untuk mengetahui adanya atelektasis/ emfisema)

32

Page 33: referat corpal

3) Video fluoroscopy

a) Cara terbaik melihat saluran napas keseluruhan

b) Evaluasi saat inspirasi dan ekspirasi

c) Adanya obstruksi parsial

Jika ≥ 1 tahapan di atas menunjukkan hasil positif  dilanjutkan

pemeriksaan endoskopi

d. Pemeriksaan endoskopi.

1) Laringoskopi

2) Bronkoskopi

(a) bronkoskop kaku

(b) bronkoskop fleksibel

e. Pemeriksaan laboratorium

Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa

serta tanda infeksi traktus trakeobronkial. 2

6. Penatalaksanaan

Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :

a) Intubasi

Intubasi dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat

mulut atau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan

penyelamatan dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika.

1) Membantu ventilasi

2) Memudahkan mengisap sekret dari traktus trakeobronkial.

3) Mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut atau berasal dari

lambung.

b) Perasat Heimlich

Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring

secara total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di

hipofaring. Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada

paru-paru17,18.

Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke atas

rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.

33

Page 34: referat corpal

Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar. Tata

cara pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang penderita sambil

memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan dengan bantuan tangan

kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian atas, kemudian dilakukan

penekanan rongga perut ke arah dalam dan ke atas dengan hentakan

beberapa kali18.

Jika dengan perasat ini gagal dapat dilakukan pertolongan

menggunakan laringoskop ataupun bronkoskopi jika alat-alat ini tidak

ada dapat dilakukan trakeostomi dengan posisi pasien Trendelenburg,

kepala lebih rendah dari badan. Kemudian dirujuk.

c) Back blow

1) Pada pemeriksa yang sadar.

Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut,

Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai

lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha

pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah,

krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih18.

2) Pada bayi :

a) Pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah

b) Topang dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan.

c) Lakukan pemukulan ringan pada punggung secara lembut antara

kedua tulang belikat.

34

Page 35: referat corpal

d) Laringotomi (Krikotirotomi)

Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran

tirokrikoid (krikotirotomi).

e) Trakeostomi

Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau membuat

lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea dengan dunia

luar untuk mengatasi gangguan pernapasan atas. Dilakukan pada corpus

alienum di trakea jika tidak ada bronkoskopi. Setelah dilakukan

trakeostomi keluarkan benda asing dengan cunam atau alat pengisap

melalui trakeostomi. Bila tidak berhasil rujuk ketempat yang terdapat

bronkoskopi.

f) Bronkoskopi

Pada aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat

dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan

bronkoskopi. Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan

bronkoskopi kaku maupun bronkoskopi serat optik.

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya

lebih besar variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk

mengekstraksi benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan

ventilasi yang adekuat.

7. Komplikasi

a. Infeksi paru

b. Penyakit paru obstruksi kronik

c. Bronkiektasis

d. Abses paru 19.

E. CORPUS ALIENUM PADA ESOFAGUS

1. Anatomi Dan Fisiologi Esofagus

Esofagus merupakan bagian saluran cerna yang menghubungkan

hipofaring dengan lambung. Bagian proksimalnya disebut introitus

esophagus yang terletak setinggi batas bawah kartilago krikoid atau setinggi

35

Page 36: referat corpal

vertebre servical VI. Di dalam perjalanannya dari daerah servikal,

esophagus masuk ke dalam rongga toraks. Di dalam rongga toraks,

esophagus berada di mediastinum superior antara trakea dan kolumna

vertebra terus ke mediastinum posterior di belakang atrium kiri dan

menembus diafragma setinggi vertebre torakal X dengan jarak kurang dari 3

cm di depan vertebra. Akhirnya esophagus ini sampai di rongga abdomen

dan bersatu dengan lambung di daerah kardia.

Berdasarkan letaknya esophagus dibagi dalam bagian servikal,

torakal dan abdominal. Esofagus menyempit pada tiga tempat. Penyempitan

pertama bersifat sfingter setinggi tulang rawan krikoid pada batas antara

esophagus dengan faring, yaitu tempat peralihan otot serat lintang menjadi

otot polos. Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esophagus diafragma

yaitu tempat esophagus berakhir pada kardia lambung. Otot polos pada

bagian ini murni bersifat sfingter. Inervasi esophagus berasal dari dua

sumber yaitu saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis dari

serabut-serabut ganglia simpatis servikalis inferior, nervus torakal dan

nervus splangnikus.23

Gambar: Anatomi Esofagus

36

Page 37: referat corpal

Gambar: Anatomi Esofagus

2. Definisi Corpus Alineum pada Esofagus22

Benda asing pada esophagus adalah benda yang tajam ataupun

tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esophagus karena

tertekan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah

utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur

pada tiap lokasi di esophagus, baik di tempat penyempitan fisiologis

maupun ptologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat

perforasi.

3. Etiologi dan Faktor Predisposisi 22,23

Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esophagus

dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara

lain, anomaly congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel

trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah.

Faktor predisposisi antara lain :

a. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik

b. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna

pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.

37

Page 38: referat corpal

c. Retardasi mental

d. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang

mendasarinya.

e. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk

atau pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (taktil sensation)

dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis.

Faktor predisposisi lian ialah adanya penyakit-penyakit esophagus

yang menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur

pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esophagus atau lambung, cara

mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya,

mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan).

4. Epidemiologi 22,23

Mati lemas karena sumbatan jalan nafas (suffocation) akibat tertelan

atau teraspirasi benda sing, merupakan penyebab ketiga kematian mendadak

pada anak dibawah umur 1 tahun dan penyebab kematian keempat pada

anak usia 1-6 tahun (National Safety Council 1984). Morbiditas dan

mortalitas yang tinggi tergantung pada komplikasi yang terjadi. Benda asing

di esophagus sering ditemukan di daerah penyempitan fisiologis esophagus.

Benda sing yang bukan makanan kebanyakan tersangkut di servikal

esophagus, biasanya di otot krikofaring atau arkus aorta, kadang-kadang di

daerah penyilangan esophagus dengan bronkus utama kiri pada sfingter

krdio esophagus. 70% dari 2394 kasus benda asing esophagus ditemukan di

daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12 % didaerah hipofaring dan

7,7% didaerah esophagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda sing yang

tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau

infeksi lokal. Pada orang dewasa benda asing yang tersangkut dapat berupa

makanan atau bahan yang tidak dapat dicerna seperti biji buah-buahan, gigi

palsu, tulang ikan, atau potongan daging yang melekat pada tulang.

5. Patogenesis 22,23

Ketika benda asing masuk ke oesofagus, dapat membentuk suatu

peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada

38

Page 39: referat corpal

esophagus. Kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa

nyeri. Efek lebih lenjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh di

leher dan kemudian dapat mengganggu sistem pernafasan sebagai akibat

trauma yang juga mempengaruhi trakea, dimana trakea memiliki jarak yang

dekat dengan esophagus.

6. Diagnosis 22,23

Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala

dan tanda, pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik

dilakukan untuk diagnostik dan terapi.

Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada

setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok

(gangging), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan

menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik

ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang

tajam.

7. Manifestasi Klinis 22,23

Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk, jenis benda asing,

lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan. Mula-mula

timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah

substernal atau nyeri di punggung. Terdapat rasa tercekik, gejala permulaan

benda asing esophagus adalah rasa nyeri di daerah leher bila benda asing

tersangkut di servikal.

Bila benda asing tersangkut di esophagus distal, timbul rasa tidak

enak di substernal atau nyeri di punggung. Gejala disfagia bervariasi

tergantung, pada ukuran benda asing, disfagia lebih berat bila telah terjadi

edema mukosa yang memperberat sumbatan sehingga timbul rasa sumbatan

esophagus yang persisten, gejala yang lain adalah odinofagia, hipersalivasi,

regurgitasi dan muntah, kadang-kadang mudah berdarah. Nyeri di punggung

menunjukkan adanya tanda perforasi atau mediastinitis. Gangguan napas

dengan gejala dispneu, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea

atau benda asing.

39

Page 40: referat corpal

8. Pemeriksaan Fisik 22,23

Terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat

edema yang timbul progresif . Bila benda asing ireguler menyebabkan

perforasi akut, didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum, emfisema

leher dan pada auskultasi terdengar suara getaran di daerah pre cordial dan

inter scapula.

Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral

dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumothoraks

jarang terjadi tetapi dapat timbul sebagai komplikas tindakan endoskopi.

Pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk, disebabkan oleh

aspirasi ludah atau minuman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi,

wheezing, demam, abses leher atau tanda empisema subkutan. Tanda lanjut,

berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang

terdapat di daerah servikal esophagus dan bagian distal krikofaring, dapat

menimbulkan obstruksi saluran napas dengan stridor karena menekan

dinding trakea bagian (posterior trachea esophageal party wall).

9. Komplikasi 22,23

Laserasi mukosa perdarahan, perforasi lokal dengan abses leher atau

mediastinitis. Perforasi dapat menyebabkan selulitis local, dan fistel

esofagus. Benda asing bulat atau tumpul dapat menimbulkan perforasi

sebagai akibat sekunder dari inflamasi kronik dan erosi. Jaringan granulasi

disekitar benda asing timbul bila benda asing berada di seofagus dalam

waktu yang lama.

Gejala dan tanda perforasi esophagus servikal dan torakal oleh

karena benda asing atau alat, antara lain emfisema subkutis atau

mediastinum, krepitasi di daerah leher atau dada, pembengkakan leher, kaku

leher, demam dan menggigil, gelisah, nadi dan pernapasan cepat, nyeri yang

menjalar ke punggung, retrosternal dan epigastrium. Bila terjadi perforasi ke

pleura dapat menimbulkan pneumothoraks atau pyotoraks.

10. Pemeriksaan Penunjang 22,23

40

Page 41: referat corpal

a. Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esofagus servikal dan torakal

anteroposterior dan lateral harus dilakukan pada semua pasien yang

diduga tertelan benda asing.

b. Esofagogram pakai barium enema dilakukan untuk benda asing

radiolusen akan memperlihatkan filling defect persistent. Pemeriksaan

ini sebaiknya tidak dilakukan untuk benda asing radioopak, karena

densitas pada bahan asing sama dengan zat kontras, sehingga akan

menyulitka penilaian ada tidaknya benda asing.

c. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan

(enhancement) pada daerah pinggir benda asing.

d. CT Scan dapat menunjukkan gambaran inflamasi dan jaringan lunak

e. MRI dapat memperlihatkan semua gambaran semua keadaan patologik

esophagus.

11. Penatalaksaan 22,23

Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar

benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi

ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya.

Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan esofagoskopi

harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut,

yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi.

Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar

pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum

luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang telah

masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus. Oleh

karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk mendapatkan

tanda perforasi dini. Bila letak benda asing menetap selama 2x24 jam maka

benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan (laparatomi).

41

Page 42: referat corpal

Gambar: Koin dalam esophagus pada foto Rontgen AP

Gambar: Koin dalam esophagus pada foto Rontgen lateral

Gambar: Koin dalam esophagus pada pemeriksaan endoskopi

42

Page 43: referat corpal

BAB III

PEMBAHASAN

Corpus alienum atau benda asing yang terdapat pada telinga, hidung, dan

tenggorok merupakan salah satu kegawatdaruratan yang harus didiagnosa secara

cepat agar dapat dilakukan tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih

lanjut. Benda-benda asing tersebut sering ditemukan pada anak-anak, antara lain

kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus dan terkadang baterai. Pada orang

dewasa yang relatif sering ditemukan adalah kapas cattonbud yang tertinggal saat

membersihkan telinga, potongan korek api, patahan pensil, kadang-kadang

ditemukan serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.3

A. Penegakan Diagnosis

1. Corpus Alienum pada Telinga7

Untuk mendiagnosis adanya corpus alienum di telinga diperlukan

anamnesis yang teliti mengenai benda apa yang masuk, gejala apa yang

dirasakan, serta perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara cermat.

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan dengan Otoskopik

Caranya melakukan pemeriksaan dengan otoskop adalah mula-

mula-mula bersihkan serumen, kemudian lihat kanalis dan membran

timpani. Interpretasi yang didapatkan antara lain:

a) Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya

infeksi

b) Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan darah

dibelakang gendang.

c) Kemungkinan gendang mengalami robekan.

b. Pemeriksaan Ketajaman Pendengaran

Untuk memeriksa ketajaman pendengaran dapat dilakukan test

penyaringan sederhana dengan cara:

a) Lepaskan semua alat bantu dengar

43

Page 44: referat corpal

b) Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu

telinga

c) Berdirilah dengan jarak 30 cm

d) Bisikan angka secara acak

e) Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam.

Selain itu, dapat pula dilakukan uji ketajaman menggunakan

garpu tala, dimana akan dilakukan tiga uji yakni uji weber, rine, dan

swabach.

2. Corpus Alienum pada Hidung

Diagnosis corpus alienum di hidung ditegakkan berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik. Perlu ditanyakan benda apa yang masuk

ke rongga hidung, adakah gejala yang muncul, serta kapan waktu

terjadinya. Untuk pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan rhinoskopi

anterior untuk melihat benda asing yang ada di dalam rongga hidung. Cara

melakukan pemeriksaan rhinoskopi mula-mula gunakan lampu kepala

kemudian ambil spekulum hidung dan masukkan masukkan lubang lidung

secara hati-hati dan dinuka setelah spekulum berada didalam. Setelah

dilakukan pemeriksaan dan spekulum hendak dikeluarkan, jangn menutup

spekulum di dalam lubang hidung agar rambut hidung tidak tercabut.9

Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, selain benda asing yang

dapat dilihat langsung, akan tampak edema dengan inflamasi mukosa

hidung unilateral, dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing tersebut biasanya

tertutup oleh mukous.8,9

3. Corpus Aleinum pada Saluran Napas

Untuk dapat menegakkan diagnosis corpus alienum di saluran

napas diperlukan anmnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan

penunjang jika diperlukan.

a. Anamnesis

Pada saat anamnesis, gejala dan tanda sumbatan yang

tampak fase awal (gejala sesaat sesudah teraspirasi) dapat berupa

batuk tiba-tiba, rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorokan

44

Page 45: referat corpal

(gagging), bicara gagap (sputtering), obstruksi jalan nafas yang terjadi

segera.

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik, terdapat dua fase yaitu fase

asimtomatis dan fase komplikasi. Fase asimptomatis ditandai dengan

berkurang bahkan menghilangnya gejala aspirasi dari benda asing tersebut, serta

refleks yang melemah akibat benda asing yang tersangkut. Sedangkan

tanda dan gejala pada fase komplikasi sesuai lokasi tersangkutnya benda

asing yaitu:

i. Laring

1) Batuk paroksimal

2) Parau

3) Disfoni-Afoni

4) Sesak nafas

5) Stridor inspirasi dan ekspirasi

6) Retraksi otot pernafasan

7) Gelisah

8) Sianosis

ii. Trakea

1) Batuk hilang timbul

2) Asthmatoid wheezing

3) Palpatory thud

4) Audible snap

5) Dispnea

6) Retraksi otot pernafasan

7) Stridor ekspirasi

8) Gelisah

9) Sianosis

iii. Bronkus

1) Batuk tidak produktif hingga produktif

2) Mengi (wheezing)

45

Page 46: referat corpal

3) Perkusi : normal / redup / hipersonor sisi ipsilateral

4) Auskultasi : vesikuler / melemah hipersonorsisi ipsilateral

c. Pemeriksaan radiologi leher-thorax

Jika diperlukan pemeriksaan penunjang, dapat dilakukan

pemeriksaan radiologi leher-thorax dengan interpretasi:

1) Benda asing radioopak/metal selanjutnya dilakukan foto polos PA

dan leteral (dapat dilakukan segera)

2) Benda asing radiolusen dapat dilakukan foto rontgen setelah 24

jam (untuk mengetahui adanya atelektasis/emfisema)

3) Video fluoroscopy, merupakan cara terbaik untuk melihat saluran

napas secara keseluruhan. Evaluasi dilakukan saat inspirasi dan

ekspirasi. Bisa juga digunakan untuk melihat adanya obstruksi

parsial.

Jika ≥ 1 tahapan di atas menunjukkan hasil positif  dilanjutkan

pemeriksaan endoskopi

d. Pemeriksaan endoskopi, terdiri dari laringoskopi dan bronkoskopi

(bronkoskop kaku, bronkoskop fleksibel)

e. Pemeriksaan laboratorium

Untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan asam basa

serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.2

4. Corpus Alienum pada Esofagus22,23

Ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dengan gejala

dan tanda, pemeriksaa radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopik

dilakukan untuk diagnostik dan terapi.

Diagnosis tertelan benda asing, harusnya dipertimbangkan pada

setiap anak dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok

(gangging), batuk, muntah. Gejala ini diikuti dengan disfagia, berat badan

menurun, demam, gangguan pernafasan. Harus diketahui dengan baik

ukuran, bentuk dan jenis benda asing, dan apakah mempunyai bagian yang

tajam.

46

Page 47: referat corpal

B. Penatalaksanaan

a. Corpus Alienum pada Telinga

Beberapa tehnik di klinik pada pengeluaran benda asing di

teinga6,7:

a. Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk

mengambil benda dengan bantuan otoskop

b. Suction dapat digunakan untuk menghisap benda

c. Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat

membuat benda-benda keluar dari liang telinga serta membersihkan

debris.

d. Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari

logam

e. Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa

sakit dan takut.

f. Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain, lalu

diirigasi dengan air hangat.

Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari

sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

b. Corpus Alienum pada Hidung

Cara mengeluarkan benda asing di hidung ialah memakai pengait

(hook) yang dimasukkan ke dalam hidung bagian atas, menyusuri atap

kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan

sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing akan ikut

terbawa keluar. Dapat juga menggunakan forsep alligator, cunam Nortman

atau “wire loop”. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya

digunakan pengait yang ujungnya tumpul12,13.

Cara lain yaitu dengan menggunakan kateter dengan balon ukuran

5 atau 6 F yang dimasukkan ke dalam hidung melewati benda asing yang

terperangkap, kemudian balon dikembangkan, sehingga benda asing

diharapkan akan keluar ke nares anterior dan mudah diekstraksi. Sebelum

tindakan dilakukan, terlebih dahulu diberikan fenilefrin 0,5% untuk

47

Page 48: referat corpal

mengurangi edema mukosa dan lidokain topikal atau spray sebagai

analgetik. Hindari mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring

karena akan menyebabkan masuknya benda asing tersebut ke dalam laring

sehingga menyebabkan sumbatan saluran nafas13,14.

Benda asing hidup sebaiknya dimatikan terlebih dahulu dengan

tetes minyak parafin atau alkohol sebelum diangkat. Untuk lintah dapat

diteteskan tembakau. Untuk miasys hidung, dianjurkan pemakaian

kloroform dan minyak terpentin dengan perbandingan 1:4, diteteskan ke

dalam rongga hidung untuk melemahkan larva, kemudian larva tersebut

diambil secara manual menggunakan cunam. Tindakan operatif dengan

melakukan nekrotomi merupakan tindakan alternatif lain yang dilakukan

dengan cara memberikan tetes kloroform terlebih dahulu14.

Pemberian antibiotik sistemik selama 3-5 hari hanya diberikan bila

terjadi laserasi mukosa hidung. Sedangkan pemberian antibiotik sistemik

selama 5-7 diberikan pada kasus benda asing di hidung yang telah

menimbulkan infeksi pada hidung maupun sinus13,14.

c. Corpus Alienum pada Saluran Napas

Penanggulangan pada obstruksi saluran nafas atas pada prinsipnya

supaya jalan napas lancar kembali.

1) Tindakan konservatif : pemberian antiinflamasi, amti alergi,

antibiotika serta pemberian oksigen intermitten yang dilakukan pada

obstruksi laring stadium 1.

2) Tindakan operatif/resusitasi : memasukkan pipa endotrakeal melalui

mulut (intubasiorotrakea) atau melalui hidung (intubasinasotrakea),

membuat trakeostoma yang dilakukan pada obstruksi laring stadium

ii,iii, atau melakukan krikotirotomi yang dilakukan pada obstruks

laring stadium IV.

Untuk menanggulangi obstruksi saluran napas atas :

a. Intubasi, dilakukan dengan memasukkan pipa endotrakeal lewat mulut

atau hidung. Intubasi endotrakea merupakan tindakan penyelamatan

dan dapat dilakukan tanpa atau dengan analgetika. Fungsi intubasi

48

Page 49: referat corpal

adalah membantu ventilasi, memudahkan mengisap sekret dari traktus

trakeobronkial, mencegah aspirasi sekret yang ada di rongga mulut

atau berasal dari lambung.

b. Perasat Heimlich

Suatu cara mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring

secara total atau benda asing yang berukuran besar yang terletak di

hipofaring. Prinsip perasat Heimlich adalah memberikan tekanan pada

paru-paru17,18.

Pada perasat Heimlich lakukanlah tekanan ke dalam dan ke

atas rongga perut sehingga menyebabkan diafragma terdorong ke atas.

Tenaga dorongan ini akan mendesak udara dalam paru-paru ke luar.

Tata cara pelaksanaannya adalah penolong berdiri dibelakang

penderita sambil memeluk badannya. Tangan kanan dikepalkan

dengan bantuan tangan kiri, kedua tangan diletakkan pada perut bagian

atas, kemudian dilakukan penekanan rongga perut ke arah dalam dan

ke atas dengan hentakan beberapa kali18.

c. Back blow

1) Pada pemeriksa yang sadar.

Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut,

Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung diikuti tiga sampai

lima kali hentakan abdomen atau dada dan ulangi usaha-usaha

pembersihan. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah,

krikotiroidotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih18.

49

Page 50: referat corpal

2) Pada bayi : pegang bayi dengan muka menghadap ke bawah, topang

dagu dan leher dengan lutut dan satu tangan, lakukan pemukulan

ringan pada punggung secara lembut antara kedua tulang belikat.

d. Laringotomi (Krikotirotomi)

Laringotomi dilakukan dengan membuat lubang pada membran

tirokrikoid (krikotirotomi).

e. Trakeostomi

Merupakan suatu tindakan bedah dengan mengiris atau

membuat lubang sehingga terjadi hubungan langsung lumen trakea

dengan dunia luar untuk mengatasi gangguan pernapasan atas.

d. Corpus Alienum pada Esofagus22,23

Dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar

benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskopi

ulang untuk menilai kelainan-kelainan esofagus yang telah ada

sebelumnya. Untuk benda asing tajam yang tidak bisa dilakukan dengan

esofagoskopi harus segera dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda

asing tersebut, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi.

Bila dicurigai perforasi kecil, segera dipasang pipa nasogaster agar

pasien tidak menelan dan diberikan antibiotik dan analgetik berspektrum

luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Benda asing tajam yang

telah masuk ke dalam lambung dapat menyebabkan perforasi di pylorus.

Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi sebaik-baiknya untuk

mendapatkan tanda perforasi dini. Bila letak benda asing menetap selama

2x24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan

(laparatomi).

50

Page 51: referat corpal

Flow Chart

51

Corpus Alienum/Benda Asing

Telinga Hidung Saluran napas

Esofagus

Diagnosis:

- Anamnesis

- Otoskopik

- Pemeriksaan

ketajaman

pendengaran

Tatalaksana:

- Forceps

- Suction

- Irigasi liang

telinga

- Penggunaan

magnet

- Pemberian

sedasi

- Pemberian

Lidocain

Tatalaksana:

- Pengait

- Forsep

alligator

- Cunam

Nortman/

wire loop

- Kateter

- Pemberian

minyak

parafin

Tatalaksana:

- Konservatif

- Operatif:

Intubasi

Perasat

Heimlich

Back blow

Laringostomi

Trakeostomi

Tatalaksana:

- Esofagoskopi

- Servikotomi

- Torakotomi

- Esofagotomi

- Laparatomi

Diagnosis:

- Anamnesis

- Rhinoskopi

anterior

Diagnosis:

- Anamnesis

- Pemeriksaan

fisik

- Pemeriksaan

radiologi

leher-thorax

- Endoskopi

- Laboratorium

Diagnosis:

- Anamnesis

- Pemeriksaan

fisik

- Pemeriksaan

Radiologi

- Endoskopi

Page 52: referat corpal

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Benda asing adalah masalah yang lazim pada bidang THT, khususnya

pada bidang THT anak, seringkali diikuti berbagai komplikasi, beberapa

mengalami keparahan. Pada tahun awal kehidupan anak mengalami penjelajahan

dan interaksi dengan lingkungan. Ketika anak mulai dapat merangkak dan

berjalan, anak mulai berinteraksi dengan banyak benda yang biasanya anak suka

memasukan benda-benda tersebut ke dalam lubang mulut, telinga, hidung, dan

sampai tenggorokan.

Pada pasien dewasa masalah benda asing biasanya terjadi akibat

kesengajaan atau tidak sengaja yang biasanya dapat diakibatkan oleh serangga,

ataupun benda asing lainnya. Karena benda asing bisa menjadi suatu keadaan

yang darurat maka perlu segera dilakukan tindakan untuk mengangkat benda

asing tersebut. Namun terkadang terjadi kesulitan dalam pengangkatan benda

asing dalam THT. Pengangkatan benda asing bergantung pada faktor-faktor dari

benda asing sendiri, dokter yang kompeten dengan alat-alat yang memadai, dan

kerjasama dari pasien.

52

Page 53: referat corpal

DAFTAR PUSTAKA

1. Medical dictionary. Corpus Alienum. http://medical-

dictionary.thefreedictionary.com/Corpus+alienum.

2. Junizaf MH. Benda Asing di Saluran Napas. In: Soepardi EA, Iskandar N.

Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher

edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 259-65.

3. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,

Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80. 28.

4. Maqbool M. Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB

Saunders Company, 1990:5-7,210-1.

5. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science,

Dalam : Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-

Heinemann Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.

6. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat.

University of Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am

Fam Physician. 2007, Oct 15; 76(8): 1185-89

7. Cunha JP. Objects or insects in Ear.

http://www.medicinenet.com/objects_or_insects_in_ear/article.htm.

8. Soepardi, E. A., dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala-Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

9. Ballenger J. 2002. Penyakit Telinga Hidung Tenggorok dan Kepala Leher.

Edisi 13. Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

10. Junizaf, M. H. 2008. Benda Asing di Saluran Napas. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi 6.

Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

11. Mansjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

53

Page 54: referat corpal

12. George, L., Adams. 1997. BOEIS : Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorok. Edisi 6. Jakarta: EGC

13. Rukmin, S., Herawati, S., 1999. Teknik Pemeriksaan Telinga Hidung

Tenggorok. Jakarta: EGC

14. Fischer, J.I., et al. 2013. Nasal Foreign Bodies. http:

http://emedicine.medscape.com/article/763767

15. Perkasa, M.F., 2009. Ekstraksi Benda Asing Laring (Rotan) dengan

Neuroleptic Anesthesia.  Medicinus , 22(2): 58-60.

16. Junizaf, M.H., 2001. Benda asing di saluran napas. Dalam: Soepardi, E.A.,

danIskandar, N., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Leher, edisi kelima, Balai penerbit FK UI, Jakarta, 218-23

17. Oswari J. Corpus Alienum di Hidung: Ludman H. Petunjuk Penting pada

Penyakit THT. Hipokrates. Jakata, : 13-19

18. Ballenger J. Penyakit THT dan kepala leher. Ed.13. jlid II. FKUI. Jakarta.

2007, H:305-325

19. Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Aose, and

Throat. UniVersity of Virginia School of Medicine, Charlottesville,

virginia. Am Fam Phisician 2007, oct 15 . 76 (8)

20. Seely S, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Sixth Edition, The

McGraw−Hill companies.

21. Munter DW. Gastrointestinal Foreign Bodies in Emergency medicine.

22. Yunizaf M. Benda Asing di Esofagus. In: Soepardi EA, Iskandar N. Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher edisi

6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008. Hal. 301.

23. Adams GL., Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah, Esofagus dan

Mediastinum : Buku Ajar Penyakit THT. Ed Keenam EGC

54