Referat BPH
-
Upload
andari-putri-wardhani -
Category
Documents
-
view
23 -
download
2
description
Transcript of Referat BPH
REFERAT
BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)
Disusun Oleh:Andari Putri Wardhani
I11110053
STASE ILMU BEDAH
RS TNI AU LANUD SUPADIO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
BAB IPENDAHULUAN
BenignProstatHiperplasia(BPH)ataudalam bahasa umumnya dinyatakansebagai
pembesaran prostat jinak (PPJ), merupakan suatu penyakit yang biasaterjadi.Ini dilihat dari
frekuensi terjadinya BPH di dunia, di Amerika secaraumum dan di Indonesia secara
khususnya.Di dunia,diperkirakan bilangan penderita BPH adalah sebanyak 30 juta,bilangan
ini hanya pada kaum pria karena wanita tidak mempunyai kalenjar prostat, maka oleh
sebab itu, BPH terjadi hanya pada kaum pria (emedicine,2009).Jika dilihat secara
epidemiologinya, di dunia, dan kita jaraskan menurutusia, maka dapat dilihat kadar
insidensi BPH, pada usia 40-an, kemungkinanseseorang itu menderita penyakit iniadalah
sebesar 40%,dansetelahmeningkatnya usia, yakni dalam rentang usia 60 hingga 70 tahun,
persentasenyameningkat menjadi 50% dan diatas70tahun, persentasenya mencapai hingga
90% (A.K. Abbas, 2005).
Di indonesia, penyakit pembesaran prostat jinak menjadi urutan keduasetelah
penyakitbatu saluran kemih, dan jika dilihat secara umumnya,diperkirakan hampir 50
persen pria Indonesia yang berusia di atas 50 tahun,dengan kini usia harapan hidup
mencapai 65 tahun ditemukan menderita penyakitBPH ini. Kanker prostat, juga merupakan
salah satu penyakit prostat yang lazim berlaku dan lebih ganas berbanding BPH yang hanya
melibatkan pembesaran jinak daripada prostat. Seperti juga BPH, kanker prostat juga
menyerang pria berusia lebih dari 50 dan pada usia di bawah itu bukan merupakan suatu
yang abnormal. Secara khususnya di Indonesia, menurut (WHO,2008) untuk tahun 2005,
insidensi terjadinya kanker prostat adalah sebesar 12 orang setiap 100,000 orang, yakni
yang keempat setelah kanker saluran napas atas, saluran pencernaan dan hati. Berdasarkan
data yang ada, sedikitnya gejala yang timbul pada BPH berhubungan dengan umur, pada
umur 55 tahun 25% gejala berkaitan dengan obtruksi yaitu susah untuk buang air kecil.
Pada umur 75 tahun, 50% laki- laki mengeluh kekuatan dan pancaran urine berkurang.2
BAB II
BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA
DEFINISI
Benigna Prostat Hiperplasia adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat
mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Selain itu,
BPH merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada
laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut.1
Gambar 1. Normal Prostat dan Prostat yang membesar
ANATOMI PROSTAT1
Prostat merupakan organ kelenjar dari sistem reproduksi pria. Merupakan kelenjar
yang terdiri atas jaringan kelenjar dinding uretra yang mulai menonjol pada amsa pubertas.
Secara anatomi, prostat berhubungan erat dengan vesica urinaria, uretra, ureter, vas
deferens dan vesica seminalis. Prostat terletak di atas diafragma panggul dan dapat diraba
pada pemeriksaan colok dubur.Ukuran prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan
diameter vertikal, lebar 4 cm pada dasar transversal dan lebar anteroposterior 2,5 cm, dan
dilewati oleh urethra pars prostatica.
Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti piramid
terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae. Basis prostat
melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa terputus dari satu
organ ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari basis prostat..
Apex(apex prostatae) menghadap ke arah difragma urogenitale.Urethra meninggalkan
prostat tepat diatas apex permukaan anterior.Facies anterior berbentuk konveks, facies
posterior berbentuk agak konkaf dan dan dua buah facies infero-lateralis. Facies anterior
berada 2,5 cm disebelah dorsal facies posterior symphysis osseum pubis. Celah yang
terbentuk ini terisi oleh jaringan lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum
retropubica (cavum retzii) dan ligamentum puboprostaticum.Ligamentum Puboprostaticum
menghubungkan selubung fibrosa prostat dengan facies posterior os pubis. Ligamentum ini
terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi fascia pelvis.1,4
Facies posterior prostat menghadap ke arah rectum, berhubungan erat dengan
permukaan anterior ampulla recti dan dipisahkan oleh septum rectovesicalis (fascia /
ligamentum Denonvilliers).Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah menuju
corpus perinealis.
Facies infero-lateralis difiksasi oleh serabut-serabut anterior m. pubocoocygeus (m.
levator ani) pada saat serabut berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius
menembus bagian atas facies posterior prostat untuk bermuara pada urethra pars prostatica
pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.
Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica yakni jaringan ikat pada permukaan
prostat.Diluar capsula terdapat terdapat fascia prostatica, yang membungkus capsula
prostatica, merupakan bagian dari lapisan viseral fascia pelvis, yang ke arah caudal
melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatis urogenitalis superior dan difiksasi pada
symphysis osseum pubis oleh ligamentum puboprostaticum mediale (ligamentum
pubovesicale).Selain difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum mediale yang
mengandung m. puboprostaticus, juga difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laterale
pada arcus tendineus fascia pelvis.
Pada sisi lateral prostat, diantara fascia prostatica dan capsula prostatica terdapat
plexus venosus prostaticus.Plexus venosus prostaticus menerima vena dorsalis penis,
meneruskan aliran darah venous kepada plexus venosus vesicalis dan selanjutnya bermuara
ke dalam vena iliaca interna.
Urethra berjalan vertical menembus bagian anterior prostat.Basis prostat mempunyai
hubungan erat dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral.Celah yang terbentuk
diantaranya terisi oleh plexus venosus vesicoprostaticus dan ductus ejaculatorius.
STRUKTUR DAN ZONA ANATOMI1,9
Prostat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuscular (25% myofibril otot
polos dan 25% jaringan ikat). Jaringan fibromuscular ini tertanam mengelilingi prostat dan
berkontrasi selama proses ejakulasi untuk mengeluarkan sekresi prostat ke dalam urethra.
Kelenjar prostat adalah modifikasi bagian dinding urethra.
Ujung urethra terproyeksi ke bagian dalam garis tengah posterior, berjalan sepanjang
urethra prostatika dan berakhir spinkter striata.Pada bagian ujung yang lain, sebuah celah
terbentuk (sinus prostaticus), dimana seluruh kelenjar mengalir kesitu (Mc. Neal,
1972).Pada bagian pertengahan, urethra melengkung kira-kira 35o kearah anterior
(lengkungan ini dapat bervariasi antara 0 – 90o).Sudut yang terbentuk dari lengkungan ini
membagi urethra prostatika secara anatomi dan fungsional menjadi bagian proksimal
(preprostat) dan distal (prostat) (Mc. Neal 1977, 1988).Pada bagian proximal, otot polos
sirkuler menebal untuk membentuk spinkter urethra internum.
Pada lengkungan urethra, seluruh bagian utama kelenjar prostat terbuka sampai ke
urethra prostatika.Ujung urethra melebar dan menonjol dari dinding posterior disebut
verumontanum.Celah orificium kecil dari utrikulum prostat ditemukan pada bagian apex
dari verumontanum dan terlihat melelui sistoskopi.Utrikulum panjangnya 6 mm sisa
mullerian terbentuk dari kantong kecil yang terproyeksi ke atas dan bawah prostat.
Pada pria dengan kelamin ganda, bisa terbentuk suatu divertikulum panjang yang
menonjol pada bagian posterior prostat.Pada bagian lain dari orificium utrikula, 2
pembukaan kecil pada duktus ejakulatorius bisa terlihat.Duktus ejakulatorius terbentuk dari
persambungan vas deferens dengan vesikula seminalis dan masuk ke basis prostat yang
bergabung dengan vesica urinaria.
Secara umum kelenjar prostat berbentuk tubuloalveolar dengan sedikit percabangan
dan sejajar dengan epitel kuboid atau kolumner.Penyebaran sel neuroendokrin, yang
fungsinya tidak diketahui, ditemukan diantara sel sekretorius.
Dibawah sel epitel, sel basal terletak sejajar setiap asinus dan akan menjadi stem sel
untuk epitel sekretorius. Setiap asinus terlindungi oleh otot polos yang tipis dan jaringan
ikat.
Jaringan kelenjar membentuk tiga buah gugusan konsentris, dibedakan oleh lokasi
duktus masing-masing ke dalam urethra, perbedaan lesi patologinya dan pada beberapa
kasus berdasarkan embryologinya,yaitu :
a. Zona Anterior atau Ventral
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
fibromuskular.Zona ini meliputi sepertiga kelenjar prostat.
b. Zona Perifer(Glandula prostatica propria)
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar
prostat.Sekitar 70% kanker prostat timbul pada zone ini dan umumnya
disebabkan oleh prostatitis kronik.
c. Zona Sentralis
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulatorius, sesuai dengan lobus
tengah meliputi 25% massa glandular prostat.Zone ini mengandung 25% dari
volume prostat dan membentuk kerucut disekeliling duktus ejakulatorius pada
bagian dasar vesica urinaria.Zone ini memiliki karakteristik secara struktural
dan imunohistokimia yang berbeda dari bagian prostat yang lain, dan diduga
berasal dari sistem duktus Wolffian (umumnya mirip dengan epididimis, vas
deferens dan vesica seminalis) dimana bagian prostat yang lain berasal dari
sinus urogenital. Berdasarkan hal tersebut zone sentral jarang terkena penyakit,
hanya 1 – 5% adenokarsinoma yang timbul pada lokasi ini sekalipun terinfiltrasi
oleh sel kanker dari zone yang berdekatan.
d. Zona Transisional.
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai
kelenjar preprostatik.Merupakan bagian terkecil dari prostat, yaitu kurang lebih
5% tetapi dapatmelebar bersama jaringan stroma fibromuskular anterior menjadi
benign prostatic hyperpiasia (BPH).Benign Prostat Hypertrophy (BPH)
umumnya muncul darizone ini.BPH awalnya merupakan mikronodul kemudian
berkembang membentuk makronodul disekitar tepi inferior dari urethra
preprostatik tepat diatas verumontanum.Makronodul ini selanjutnya menekan
jaringan normal sekitarnya pada posteroinferior zone perifer dengan membentuk
kapsul palsu disekitar jaringan hyperplasia.Perkembangan zone transisi ini
menghasilkan gambaran lobus pada sisi atas urethra, Lobus ini pada saatnya
akan menekan urethra pars prostatic dan preprostatik untuk menimbulkan
gejala.Sekitar 20% dari adenocarsinoma terjadi pada zone ini.
e. Kelenjar-Kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dan duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
tersebar sepanjang segmen uretra proksimal.
Batas-batas prostat :
a. Batas superior : basis prostatmelanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria,
otot polos berjalan tanpa terputus dari satu organ ke organ yang lain.
b. Batas inferior : apex prostat terletak pada permukaan atas diafragma
urogenitalis. Uretra meninggalkan prostat tepat diatas apex permukaan anterior.
c. Anterior : permukaan anterior prostat berbatasan dengan simphisis pubis,
dipisahkan dari simphisis oleh lemak ekstraperitoneal yang terdapat pada cavum
retropubica(cavum retziuz). Selubung fibrosa prostat dihubungkan dengan
permukaan posteriorospubis dan ligamentumpuboprostatica.Ligamentum ini
terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan kondensasi vascia pelvis.
d. Posterior : permukaan posterior prostat berhubungan erat dengan permukaan
anterior ampula recti dan dipisahkan darinya oleh septum retovesicalis (vascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
bawah excavatio rectovesicalis peritonealis, yang semula menyebar ke bawah
menuju corpus perinealis.
e. Lateral : permukaan lateral prostat terselubung oleh serabut anterior m. levator
ani waktu serabut ini berjalan ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius
menembus bagian atas permukaan prostat untuk bermuara pada uretra pars
prostatica pada pinggir lateral orificium utriculus prostaticus.
Prostat terbagi dalam beberapa lobus.Secara klinis prostat membentuk tiga buah
lobus, yaitu dua buah lobus lateralis dan sebuah lobus medius. Kedua lobus lateralis
dibagi oleh sulcus sentralis yang dapat dipalpasi pada pemeriksaan colok dubur dan
dihubungkan satu sama lain disebelah ventral urethra oleh isthmus prostatae, yang
tidak tampak dari luar. Lobus lateralis merupakan pembentuk massa prostat yang
utama.
Lobus medius, merupakan bagian yang berbentuk kerucut dari prostat dan terletak
antara kedua ductus ejaculatorius dan urethra. Mempunyai ukuran ukuran yang
bervariasi, terletak menonjol ke dalam urethra pars cranialis pada permukaan
posterior, dan menyebabkan terbentuknya uvula vesicae. Hypertrophi lobus medius
dapat menghalangi pengeluaran urine.Pembagian lobus ini tidak mempunyai
hubungan dengan struktur histologik pada prostat normal, tetapi umumnya
berhubungan dengan pembesaran patologik dari zone transisional bagian lateral dan
kelenjar periurethral pada bagian sentral.
INERVASI
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari plexus
nervosus prostaticus.Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla spinalis segmen
sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis berjalan sepanjang
prostat sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari arteri capsular untuk
mempercabangkan pada bagian kelenjar dan stromal.Saraf parasympathis berakhir pada
acinus dan merangsang sekresi, serabut sympathis menyebabkan kontraksi otot polos dari
kapsul dan stroma.Penghambatan alfa-1 adrenergik mengurangi tonus stroma prostat dan
tonus spinkter preprostatik dan meningkatkan laju aliran kencing pada orang dengan BPH
(benign prostat hypertrophy), hal ini menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi
stroma dan epitel.
Gabungan peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah ditemukan
pada prostat dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos.Neuron afferen dari prostat berjalan
sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat spinal thoracolumbar. Suatu blok prostatik
mungkin bisa didapatkan dengan menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus pelvis.
FISIOLOGI KELENJAR PROSTAT9
Pada laki-laki remaja prostat belum teraba pada colok dubur,sedangkan pada orang
dewasa sedikit teraba dan pada orang tua biasanya mudah teraba. Sedangkan pada
penampang tonjolan padaproses hiperplasi prostat, jaringan prostat masih baik.
Pertambahanunsur kelenjar menghasilkan warna kuning kemerahan, konsisitensilunak dan
berbatas jelas dengan jaringan prostat yang terdesakberwarna putih ke abu-abuan dan padat.
Apabila tonjolan itu ditekan,keluar cairan seperti susu. Apabila jaringan fibromuskuler
yangbertambah tonjolan berwarna abu-abu padat dan tidak mengeluarkancairan sehingga
batas tidak jelas. Tonjolan ini dapat menekan uretradari lateral sehingga lumen uretra
menyerupai celah. Terkadang jugapenonjolan ini dapat menutupi lumen uretra, tetapi
fibrosis jaringankelenjar yang berangsur-angsur mendesak prostat dan kontraksi darivesika
yang dapat mengakibatkan peradangan.4
Sekret kelenjar prostat adalah cairan seperti susu yang bersama-sama sekret dari
vesikula seminalis merupakan komponen utama dari cairan semen. Semen berisi sejumlah
asam sitrat sehingga pH nya agak asam (6,5). Selain itu dapat ditemukan enzim yang
bekerja sebagai fibrinolisin yang kuat, fosfatase asam, enzim-enzim lain dan lipid.Sekret
prostat dikeluarkan selama ejakulasi melalui kontraksi otot polos.kelenjar prostat juga
menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32%
dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah
pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.3
ETIOLOGI4,5
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia
prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya
dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat jinak
adalah: (1) Teori Dihidrotestosteron, (2) Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-
testosteron, (3) Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, (4) Berkurangnya kematian
sel (apoptosis), dan (5) Teori Stem sel.5
a. Teori Dihidrotestosteron (DHT)
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting
pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel
prostat oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA
pada inti dan sel selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi
pertumbuhan sel prostat.
Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh
berbeda dengan kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini
menyebabkan pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih
banyak terjadi dibandingkan dengan prostat normal.5
b. Ketidakseimbangan estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetap sehingga perbandingan antara estrogen : testosteron relatif
meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam
terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas
sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor
androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir
dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat
rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai
umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih besar.5
c. Interaksi stroma epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor) tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan
estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya
mempengaruhi sel-sel stroma itu sendiri secara intrakin dan autokrin, serta
mempengaruhi sel-sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya
proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.5
d. Berkurangnya kematian sel prostat (Apoptosis)
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar
prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan
jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan
pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat
proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas
kematian sel kelenjar prostat.5
b. Teori stem cell
Isaac dan Coffey mengajukan teori ini berdasarkan asumsi bahwa pada kelenjar
prostat, selain ada hubungannya dengan stroma dan epitel, juga ada hubungan antara
jenis-jenis sel epitel yang ada di dalam jaringan prostat. Stem sel akan berkembang
menjadi sel aplifying, yang keduanya tidak tergantung pada androgen. Sel aplifying
akan berkembang menjadi sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen,
sehingga dengan adanya androgen sel ini akan menyebabkan terjadinya proliferasi
sel.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah :
1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko
BPH.Testosteron akandiubahmenjadiandrogen yang lebihpotenyaitu
dihydrotestosteron (DHT) oleh enzim5α-reductase, yang memegang peran penting
dalam proses pertumbuhan sel-sel prostat.10
2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor)
dan penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan
kemampuan buli-buli dalammempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh
adanya obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala.17 Testis
menghasilkan beberapa hormon seks pria, yang secara keseluruhan dinamakan
androgen. Hormon tersebut mencakup testosteron, dihidrotestosteron dan
androstenesdion. Testosteron sebagian besar dikonversikan oleh enzim 5-alfa-
reduktase menjadi dihidrotestosteronyang lebih aktif secara fisiologis di jaringan
sasaran sebagai pengatur fungsi ereksi.Tugas lain testosteron adalah pemacu libido,
pertumbuhan otot dan mengatur deposit kalsium di tulang. Sesuai dengan
pertambahan usia, kadar testosteron mulai menurun secara perlahan pada usia 30
tahun dan turun lebih cepat pada usia 60 tahun keatas.8
3. Ras
Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk terjadi BPH
dibanding ras lain. Orang-orang Asia memiliki insidensi BPH paling rendah.5
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risikoterjadinya kondisi
yang sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang
mengidap penyakit ini, semakin besar risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat
terkena BPH. Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko
meningkat 2 kali bagi yang lain. Bila 2 anggota keluarga, maka risiko meningkat
menjadi2-5 kali. Dari penelitian terdahulu didapatkan OR sebesar 4,2 (95%, CI 1,7-
10,2).5
5. Obesitas
Obesitas akan membuat gangguan pada prostat dan kemampuan seksual,tipe bentuk
tubuh yang mengganggu prostat adalah tipe bentuk tubuh yang membesar di bagian
pinggang dengan perut buncit, seperti buah apel. Beban di perut itulah yang menekan
otot organ seksual, sehinggalama-lama organ seksual kehilangan kelenturannya,
selain itu deposit lemak berlebihan juga akan mengganggu kinerja testis.6Pada
obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap pembentukan
BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan menghambat
proses kematian sel-sel kelenjar prostat. Pola obesitas pada laki-laki biasanya berupa
penimbunan lemak pada abdomen.
6. Pola Diet
Suatu studi menemukan adanya hubungan antara penurunan risiko BPH dengan
mengkonsumsi buah dan makanan mengandung kedelai yang kaya akan isoflavon.
Kedelai sebagai estrogen lemahmampu untuk memblokir reseptor estrogen dalam
prostat terhadap estrogen.Jika estrogen yang kuat ini sampai menstimulasi reseptor
dalam prostat, dapat menyebabkan BPH.Studi demografik menunjukkan adanya
insidensi yang lebih sedikit timbulnya penyakit prostat ini pada laki-laki Jepang atau
Asia yang banyak mengkonsumsi makanan dari kedelai.Isoflavon kedelai yaitu
genistein dan daidzein, secara langsung mempengaruhi metabolisme
testosteron.Risiko lebih besar terjadinya BPH adalah mengkonsumsi margarin dan
mentega, yang termasuk makanan yang mengandung lemak jenuh.Konsumsi
makanan yang mengandung lemak jenuh yang tinggi (terutama lemak hewani), lemak
berlebihan dapat merusak keseimbangan hormon yang berujung pada berbagai
penyakit.
7. Aktivitas Seksual
Kelenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan hormon
laki-laki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan
kebersihan.Saat kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan
darah sebelum terjadi ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi
hambatan prostat yang mengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks
yang tidak bersih akan mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH.
Aktivitas seksual yang tinggi juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon
testosteron.8
8. Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokok meningkatkan aktifitas
enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.6
9. Kebiasaan minum-minuman beralkohol
Konsumsi alkohol akan menghilangkan kandungan zink dan vitamin B6 yang penting
untuk prostat yang sehat. Zinc sangat penting untuk kelenjar prostat. Prostat
menggunakan zinc 10 kali lipat dibandingkan dengan organ yang lain. Zinc
membantu mengurangi kandungan prolaktin di dalam darah. Prolaktin meningkatkan
penukaran hormon testosteron kepada DHT.7
10. Olah raga
Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih sedikit
mengalami gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif olahraga, kadar
dihidrotestosteron dapat diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko gangguan
prostat. Selain itu, olahraga akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang
melingkari prostat tetap stabil. Olahraga yang dianjurkan adalah jenis yang
berdampak ringan dan dapat memperkuat otot sekitar pinggul dan organ seksual.3
11. Penyakit Diabetes Mellitus
Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai
risiko tiga kali terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes
Mellitus mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki
dengan kondisi normal.3
PATOFISIOLOGI
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan
pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer. Pertumbuhan kelenjar ini sangat
bergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan
dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5α
reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-
sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan
kelenjar prostat.5
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal.
Untuk dapat mengeluarkan urine, buli- buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli- buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel
buli- buli. Perubahan struktur pada buli- buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang
dahulu dikenal dengan gejala prostatimus. 5
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli- buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli- buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. 5
MANIFESTAS KLINIK
a. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah (LUTS)5
Terdiri atas gejala obstruksi dan iritasi :
Obstruksi Iritasi
Hesistansi
Pancaran miksi lemah
Intermitensi
Miksi tidak puas
Distensi abdomen
Terminal dribbling (menetes)
Volume urine menurun
Mengejan saat berkemih
Frekuensi
Nokturi
Urgensi
Disuria
Urgensi dan disuria jarang terjadi,
jika ada disebabkan oleh
ketidakstabilan detrusor sehingga
terjadi kontraksi involunter.
Tabel . Gejala Obstruksi dan Iritasi Benigna Prostat Hiperplasia
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih
tergantung tiga faktor, yaitu:
1. Volume kelenjar periuretral
2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3. Kekuatan kontraksi otot detrusor
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk
mengeluarkan urine.Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan (fatigue)
sehingga jatuh ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi
urin akut.
Timbulnya dekompensasi buli-buli ini didahului oleh factor pencetus antara lain :
1) Volume buli-buli tiba-tiba penuh (cuaca dingin, konsumsi obat-obatan yang
mengandung diuretikum, minum tertalu banyak)
Hiperplasia Prostat
↓
Penyempitan lumen
uretra posterior
↓
Tekanan intravesika
meningkat
↓
↓
Buli-
buli: Ginjal
dan ureter:
Hipertrofi otot
detrusor Refluks
VU
Trabekulasi
Hidroureter
Selula
HidronefrosisDivertikel buli-buli
Gagal ginjal
2) Massa prostat tiba-tiba membesar (setelah melakukan aktivitas seksual/ infeksi
prostat)
3) Setelah mengkonsumsi obat-obat yang dapat menurunkan kontraksi otot detrusor
(golongan antikolinergik atau adrenergic-α)
Untuk menentukan derajat beratnya penyakit yang berhubungan dengan
penentuan jenis pengobatan BPH dan untuk menilai keberhasilan pengobatan BPH,
dibuatlah suatu skoring yang valid dan reliable. Terdapat beberapa sistem skoring, di
antaranya skor International Prostate Skoring System (IPSS) yang diambil
berdasarkan skor American Urological Association (AUA). Skor AUA terdiri dari 7
pertanyaan. Pasien diminta untuk menilai sendiri derajat keluhan obstruksi dan iritatif
mereka dengan skala 0-5. Total skor dapat berkisar antara 0-35. Skor 0-7 ringan, 8-19
sedang, dan 20-35 berat.
b. Gejala pada saluran kemih bagian atas5
Merupakan penyulit dari hiperplasi prostat, berupa gejala obstruksi antara lain
nyeri pinggang, benjolan di pinggang (hidronefrosis), demam (infeksi/ urosepsis).
c. Gejala di luar saluran kemih5
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi
prostat.Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba
massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine
yang selalu menetes tanpa disadari yang merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa.5
1) Pemeriksaan colok dubur / digital rectal examination ( DRE )
Pada pemeriksaan colok dubur diperhatikan:
Tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan adanya
kelainan buli-buli neurologik
Mukosa rektum
Keadaan prostat, antara lain: kemungkinan adanya nodul, konsistensi prostat,
simetri antar lobus dan batas prostat.
Colok dubur pada pembesaran prostat benigna menunjukkan konsistensi prostat
kenyal seperti meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan
nodul; sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras/ teraba nodul dan
mungkin di antara lobus prostat tidak simetris.5
2) Derajat berat obstruksi
Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urin
setelah miksi spontan.Sisa urin ditentukan dengan mengukur urin yang masih
dapat keluar dengan kateterisasi.Sisa urin dapat pula diketahui dengan
melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi.Sisa urin lebih dari 100cc
biasanya dianggap sebagai batas untuk indikasi melakukan intervensi pada
hipertrofi prostat.Derajat berat obstruksi dapat pula diukur dengan mengukur
pancaran urin pada waktu miksi, yang disebut uroflowmetri.Angka normal
pancaran kemih rata-rata 10-12 ml/detik dan pancaran maksimal sampai sekitar
20 ml/detik. Pada obstruksi ringan, pancaran menurun antara 6 – 8 ml/detik,
sedangkan maksimal pancaran menjadi 15 ml/detik atau kurang.6
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium:5
a. Sedimen urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi pada saluran
kemih.
b. Kultur urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensifitas
kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan
c. Faal ginjal
Mencari kemungkinan adanya penyulit yang mengenai saluran kemih bagian atas.
d. Gula darah
Mencari kemungkinan adanya penyekit diabetes mellitus yang dapat menimbulkan
kelainan persarafan pada buli-buli (buli-buli neurogenik)
e. Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)
Jika curiga adanya keganasan prostat
2. Pemeriksaan Patologi Anatomi
BPH dicirikan oleh berbagai kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat.
Beberapa kasus menunjukkan proliferasi halus-otot hampir murni, meskipun
kebanyakan menunjukkan pola fibroadenomyomatous hyperplasia.6
3. Pencitraan pada Benigna Prostat Hiperplasia:
a. Foto polos abdomen
Berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih, adanya batu/kalkulosa
prostat dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang
merupakan tanda suatu retensi urine.5
b. Pemeriksaan trans abdominal ultrasonography (TAUS)
Dari TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai:
- Perkiraan volume (besar) prostat
- Panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion (IPP)
- Mungkin didapatkan kelainan pada buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah)
- Menghitung sisa (residu) urin pasca miksi
- Hidronefrosis atau kerusakan ginjal akibat obstruksi prostat
IPP diukur dari ujung tonjolan (protusi) prostat di dalam buli-buli hingga dasar
(basis0 sirkumferensi buli-buli. Derajat 1 besarnya ≤ 1,5 mm, derajat 2 besarnya ≥ 5-
10 mm, dan derajat 3 besarnya ≥ 10 mm. Besarnya IPP berhubungan dengan derajat
obstruksi pada leher buli-buli (BOO), jumlah urin sisa pasca miksi, dan volume
prostat. Artinya adalah pasien dengan derajat IPP rendah, tidak menunjukkan urine
residu yang bermakna (<100 mL), dan tidak menunjukkan keluhan yang nyata,
sehingga tidak memerlukan terapi atau pembedahan. Sebaliknya pada pasien yang
menunjukkan IPP derajat tinggi terbukti mempunyai urin sisa >100 mL, dengan
keluhan yang bermakna dan pasien seperti ini membutuhkan terapi yang lebih
agresif.5
Gambaran Sonografi Prostat Normal
Gambaran Sonografi Benigna Prostat Hiperplasia
c. Pemeriksaan trans rectal ultrasonography (TRUS)
Pada pemeriksaan TRUS dicari kemungkinan adanya fokus keganasan prostat berupa
area hiperekoik dan kemudian sebagai petunjuk (guidance) dalam melakukan biopsi
prostat.5
Dalam prosedur ini, probe dimasukkan ke dalam rektum mengarahkan
gelombang suara di prostat. Gema pola gelombang suara merupakan gambar dari
kelenjar prostat pada layar tampilan. Untuk menentukan apakah suatu daerah yang
abnormal tampak memang tumor, digunakan probe dan gambar USG untuk memandu
jarum biopsi untuk tumor yang dicurigai. Jarum mengumpulkan beberapa potong
jaringan prostat untuk pemeriksaan dengan mikroskop. Biopsy terutama dilakukan
untuk pasien yang dicurigai memiliki keganasan prostat.7
Transrektal ultrasonografi (TRUS) sekarang juga digunakan untuk pengukur
volume prostat, caranya antara lain7:
Metode “step planimetry”. Yang menghitung volume rata-rata area horizontal
diukur dari dasar sampai puncak.
Metode diameter. Yang menggabungkan pengukuran tinggi (H/height) ,lebar
(W/width) dan panjang (L/length) dengan rumus : ½ (H x W x L)
4. Pemeriksaan Lain:5
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur:
Residual urin :
Jumlah sisa urin setelah miksi, dengan cara melakukan kateterisasi/USG setelah
miksi
Pancaran urin/flow rate :
Dengan menghitung jumlah urine dibagi dengan lamanya miksi berlangsung
(ml/detik) atau dengan alat uroflometri yang menyajikan gambaran grafik
pancaran urin.Aliran yang berkurang sering pada BPH. Pada aliran urin yang
lemah, aliran urinnya kurang dari 15mL/s dan terdapat peningkatan residu
urin.Post-void residualmengukur jumlah air seni yang tertinggal di dalam
kandung kemih setelah buang air kecil. PRV kurang dari 50 mL umumnya
menunjukkan pengosongan kandung kemih yang memadai dan pengukuran 100
sampai 200 ml atau lebih sering menunjukkan sumbatan. Pasien diminta untuk
buang air kecil segera sebelum tes dan sisa urin ditentukan oleh USG atau
kateterisasi.
Gambaran Pancaran Urin Normal dan pada BPH
Keterangan :
- Gambaran aliran urin atas : dewasa muda yang asimtomatik, aliran urin lebih
dari 15mL/s, urin residu 9 mL pada ultrasonografi.
- Gambaran aliran urin bawah : dewasa tua dengan benigna hyperplasia prostat,
terlihat waktu berkemih memanjang dengan aliran urin kurang dari 10mL/s,
pasien ini urin residunya 100 mL.
PENATALAKSANAAN
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalami tindakan medik.
Kadang-kadang mereka yang mengeluh LUTS ringan dapat sembuh sendiri tanpa
mendapatkan terapi apapun atau hanya dengan nasehat saja. Namun adapula yang
membutuhkan terapi medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena
keluhannya semakin parah.
Tujuan terapi hiperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2)
meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4)
mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu
urine setelah miksi dan (6) mencegah progrefitas penyakit. Hal ini dapat dicegah
dengan medikamentosa, pembedahan atau tindakan endourologi yang kurang invasif.
Observasi
Medikamentosa
Operasi Invasive minimal
Watchful waiting
Penghambat adrenergik α
Penghambat reduktese α
Fisioterapi Hormonal
Prostatektomi terbukaEndourologi
1. TURP2. TUIP3. TULP4. Elektovaporasi
TUMT TUBD Stent uretra TUNA
Tabel Pilihan Terapi pada Hiperplasia Prostat Benigna
Gambar (a). Skema pengelolaan BPH di Indonesia8
Gambar (b). Skema pengelolaaan BPH di Indonesia8
a. Watchful Waiting5
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7,
yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak
mendapat terapi namun hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin
dapat memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan mengkonsumsi kopi atau
alcohol setelah makan malam, (2) kurangi konsumsi makanan atau minuman yang
mengiritasi buli-buli (kopi/cokelat), (3) batasi penggunaan obat-obat influenza yang
mengandung fenilpropanolamin, (4) kurangi makanan pedas dan asin, dan (5) jangan
menahan kencing terlalu lama.
Secara periodik pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya keluhannya
apakah menjadi lebih baik (sebaiknya memakai skor yang baku), disamping itu
dilakukan pemeriksaan laboratorium, residu urin, atau uroflometri. Jika keluhan miksi
bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu dipikirkan terapi yang lain.
b. Medikamentosa
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk: (1) mengurangi resistansi otot
polos prostat sebagai komponen dinamik penyebab obstruksi infravesika dengan
obat-obatan penghambat adrenergik alfa (adrenergik alfa blocker) dan (2) mengurangi
volume prostat sebagai komponen statik dengan cara menurunkan kadar hormone
testosterone/dihidrotestosteron (DHT) melalui penghambat 5α-reduktase.
1) Penghambat reseptor adrenergik α. 5
Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang membantu untuk
meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh pembesaran prostat di BPH.
Ditemukannya obat penghambat adrenergik-α1 dapat mengurangi penyulit sistemik
yang diakibatkan oleh hambatan pada α2 dari fenoksibenzamin (penghambat alfa non
selektif). Beberapa golongan obat penghambat adrenergik-α1 adalah:prazosin yang
diberikan 2 kali sehari, terazosin, afluzosin, dan doksazosin yang diberikan sekali
sehari. Obat-obatan golongan ini dilaporkan dapat emperbaiki keluhan miksi dan laju
pancaran urin.
Gambar Lokasi Reseptor 1-Adrenergik (1-ARs)
2) Penghambat 5 α reduktase 5
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron (DHT)
dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5 α reduktase di dalam sel prostat.
Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat
menurun. Pembesaran prostat di BPH secara langsung tergantung pada DHT,
sehingga obat ini menyebabkan pengurangan 25% perkiraan ukuran prostat lebih dari
6 sampai 12 bulan.
c. Terapi Invasif Minimal
Diperuntukan untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap pembedahan
1) Microwave transurethral.
Pada tahun 1996, FDA menyetujui perangkat yang menggunakan gelombang mikro
untuk memanaskan dan menghancurkan jaringan prostat yang berlebih.Dalam prosedur
yang disebut microwave thermotherapy transurethral (TUMT), perangkat mengirim
gelombang mikro melalui kateter untuk memanaskan bagian prostat dipilih untuk
setidaknya 111 derajat Fahrenheit.Sebuah sistem pendingin melindungi saluran kemih
selama prosedur.
Prosedur ini memakan waktu sekitar 1 jam dan dapat dilakukan secara rawat jalan
tanpa anestesi umum. TUMT belum dilaporkan menyebabkan disfungsi ereksi atau
inkontinensia. Meskipun terapi microwave tidak menyembuhkan BPH, tapi
mengurangi gejala frekuensi kencing, urgensi, tegang, dan intermitensi.
Gambar Microwave Transurethral
2) Transurethral jarum ablasi.
Pada tahun 1996, FDA menyetujui transurethral jarum ablasi invasif minimal (TUNA)
sistem untuk pengobatan BPH.Sistem TUNA memberikan energy radiofrekuensi
tingkat rendah melalui jarum kembar untuk region prostat yang membesar.Shields
melindungi uretra dari kerusakan akibat panas.Sistem TUNA meningkatkan aliran urin
dan mengurangi gejala dengan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan
dengan reseksi transurethral dari prostat (TURP).
Gambar Transurethral Jarum Ablasi Invasif Minimal
3) Thermotherapy dengan air.
Terapi ini menggunakan air panas untuk menghancurkan jaringan kelebihan dalam
prostat.Sebuah kateter mengandung beberapa lubang diposisikan dalam uretra sehingga
balon pengobatan terletak di tengah prostat.Sebuah komputer mengontrol suhu air,
yang mengalir ke balon dan memanaskan jaringan prostat sekitarnya.Sistem ini
memfokuskan panas di wilayah yang tepat prostat.Sekitar jaringan dalam uretra dan
kandung kemih dilindungi. Jaringan yang hancur keluar melalui urin
Gambar Thermotherapy dengan Air
d. Bedah
Pembedahan direkomendasikan pada pasien-pasien BPH yang: (1) tidak menunjukkan
perbaikan setelah terapi medikamentosa, (2) mengalami retensi urin, (3) infeksi saluran
kemih berulang, (4) hematuria, (5) gagal ginjal, dan (6) timbulnya batu saluran kemih
atau penyulit lain akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah.
1) Open surgery.5
Dalam beberapa kasus ketika sebuah prosedur transurethral tidak dapat digunakan,
operasi terbuka, yang memerlukan insisi eksternal, dapat digunakan.Open surgery
sering dilakukan ketika kelenjar sangat membesar (>100 gram), ketika ada komplikasi,
atau ketika kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki.Prostateksomi terbuka
dilakukan melalui pendekatan suprarubik transvesikal (Freyer) atau retropubik
infravesikal (Millin).Penyulit yang dapat terjadi adalah inkontinensia uirn (3%),
impotensia (5-10%), ejakulasi retrograde (60-80%) dan kontraktur leher buli-buli
(305%).Perbaikan gejala klinis 85-100%.
2) Pembedahan Endoskopi.5
Prosedur yang disebut reseksi transurethral dari prostat/ transuretral resection of the
prostate (TURP) digunakan untuk 90 persen dari semua operasi prostat dilakukan
untuk BPH. Dengan TURP, alat yang disebut resectoscope dimasukkan melalui penis.
Resectoscope dengan panjang sekitar 12 inci dan diameter 1/2 inci, berisi lampu, katup
untuk mengendalikan cairan irigasi, dan loop listrik yang memotong jaringan dan segel
pembuluh darah.
Cairan irigan yang dipakai adalah aquades.Kerugian dari aquades adalah sifatnya yang
hipotonis sehingga dapat masuk melalui sirkulasi sistemik dan menyebabkan
hipotermia relatif atau gejala intoksikasi air yang dikenal dengan sindrom
TURP.Ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, somnolen dan tekanan darah
meningkat dan terdapat bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami
edema otak dan jatuh ke dalam koma. Untuk mengurangi risiko timbulnya sindroma
TURP operator harus membatasi diri untuk tidak melakukan reseksi lebih dari 1 jam
danmemasang sistostomi terlebih dauhlu sebelum reseksi diharapkan dapat
mengurangi penyerapan air ke sistemik.
Selama operasi 90-menit, ahli bedah menggunakan loop kawat resectoscope untuk
menghilangkan jaringan obstruksi satu bagian pada suatu waktu.Potongan-potongan
jaringan dibawa oleh cairan ke kandung kemih dan kemudian dibuang keluar pada
akhir operasi.Prosedur transurethral kurang traumatis daripada bentuk operasi terbuka
dan memerlukan waktu pemulihan lebih pendek.Salah satu efek samping yang
mungkin TURP adalah ejakulasi retrograde, atau ke belakang.Dalam kondisi ini,
semen mengalir mundur ke dalam kandung kemih selama klimaks bukannya keluar
uretra.
Berbagai Penyulit TURP, Selama maupun Setelah Pembedahan:
Selama operasi Pasca bedah dini Pasca bedah lanjut
Perdarahan
Sindrom TURP
Perforasi
Perdarahan
Infeksi lokal/sistemik
Inkontinensi
Dinsfungsi ereksi
Ejakulasi retrograde
Striktur uretra
3) Operasi laser5
Kelenjar prostat pada suhu 60-65oC akan mengalami koagulasi dan pada suhu yang
lebih dari 100oC mengalami vaporasi. Teknik laser menimbulkan lebih sedikit
komplikasi sayangnya terapi ini membutuhkan terapi ulang 2% setiap tahun.
Kekurangannya adalah: tidak dapat diperoleh jaringan untuk pemeriksaan patologi
(kecuali paad Ho:YAG coagulation), sering banyak menimbulkan disuri pasca bedah
yang dapat berlangsung sampai 2 bulan, tidak langsung dapat miksi spontan setelah
operasi dan peak flow rate lebih rendah daripada pasca TURP.Serat laser melalui uretra
ke dalam prostat menggunakan cystoscope dan kemudian memberikan beberapa
semburan energi yang berlangsung 30 sampai 60 detik.Energi laser menghancurkan
jaringan prostat dan menyebabkan penyusutan.
Gambar Operasi Laser pada Prostat
a) Interstitial laser coagulation.
Tidak seperti prosedur laser lain, koagulasi laser interstisial tempat ujung probe serat
optik langsung ke jaringan prostat untuk menghancurkannya.
Gambar Interstitial Laser Coagulation
b) Potoselectif vaporisasi prostat (PVP).
Cara sama dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ball yang spesifik
dengan mesin diatermi yang cukup kuat, sehingga mampu membuat vaporasi kelenjar
prostat. Teknik ini cukup aman tidak menimbulkan perdarahan pada saat
operasi.Namun teknik ini hanya diperuntukan pada prostat yang tidak terlalu besar
(<50 gram) dan membutuhkan waktu operasi yang lebih lama.
Gambar 19.Potoselectif Vaporisasi Prostat
BAB III
KESIMPULAN
Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada
populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah karena
terjadi hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan dalam
kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala obstruksi dan gejala
iritatif.
Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah
konvensional, dan terapi minimal invasif. Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan
tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Namun
BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat berkembang
menjadi kanker prostat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery 8 th
Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005
2. Mansjoer A, Suprahaita, Wardhani. 2000. Pembesaran Prostat Jinak. Dalam:Kapita
selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta ; 329-344.
3. Mulyono, A. 1995. Pengobatan BPH Pada Masa Kini. Dalam :Pembesaran Prostat
Jinak.Yayasan penerbit IDI, Jakarta ; 40-48.5.
4. Purnomo, Basuki B. Dasar – Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta:Sagung Seto.
5. Rahardjo, J. 1996. Prostat Hipertropi. Dalam: Kumpulan Ilmu Bedah. Binarupa
aksara, Jakarta ; 161-703.
6. Ramon P, Setiono, Rona,Buku Ilmu Bedah, Fakultas KedokteranUniversitas
Padjajaran ; 2002: 203-75.
7. Sabiston, David. Sabiston : Buku Ajar Bedah. Alih bahasa : Petrus. Timan.EGC.
1994.
8. Sjafei, M. 1995. Diagnosis Pembesaran Prostat Jinak. Dalam :Pembesaran Prostat
Jinak.Yayasan Penerbit IDI, Jakarta ; 6-17
9. Sjamsuhidajat R, De Jong W. 1997. Tumor Prostat. Dalam:Buku ajar Ilmu Bedah,
EGC, Jakarta, 1997; 1058-64.
10. Umbas, R. 1995. Patofisiologi dan Patogenesis Pembesaran Prostat Jinak. Yayasan
penerbit IDI, Jakarta ; 1-52.