Referat Autoimun Anemia Hemolitik
-
Upload
angelinasiyo -
Category
Documents
-
view
233 -
download
0
Transcript of Referat Autoimun Anemia Hemolitik
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
1/19
1
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Angelina Siyo
NIM : 406138106
Fakultas : kedokteran
Universitas : Universitas Tarumanagara Jakarta
Tingkat : Program Pendidikan Profesi Dokter
Bidang Pendidikan : Ilmu Penyakit Dalam
Periode Kepaniteraan Klinik : 7 Juli 201413 September 2014
Judul Referat : Anemia Hemolitik Autoimun
Diajukan : 7 Agustus 2014
Pembimbing : dr. Syaifun Niam sp.PD
TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN TANGGAL: ...............................
Pembimbing Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
BLUD RSUD Kota Semarang
Mengetahui
Pembimbing
dr. Syaifun Niam sp.PD
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
2/19
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga referat dengan judul anemia hemolitik autoimun ini
dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Referat ini disusun untuk memenuhi syarat
Kepaniteraan Klinik Bidang Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Tarumanagara di
RSUD Kota Semarang pada periode 7 Juli 201413 September 2014.
Dalam referat ini penulis mencoba menyajikan informasi mengenai anemia
hemolitik autoimun bagi pembaca,khususnya kalangan medis dan paramedis,dengan
harapan dapat menambah pengetahuan mengenai anemia hemolitik autoimun.Dalam
penyusunan referat ini,penulis menghadapi berbagai hambatan dalam memperoleh
informasi,seperti sulitnya memperoleh keakuratan data dengan melakukan seleksi dari
berbagai sumber,serta kurangnya pengalaman penulis dalam menyusun karya ilmiah.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan karena kemampuan dan pengalaman
penulis yang terbatas. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak agar referat ini dapat menjadi lebih baik, dan dapat berguna
bagi para pembaca. Akhir kata,penulis mohon maaf apabila masih banyak kesalahan maupun
kekurangan dalam referat ini,semoga referat ini bermanfaat bagi para pembaca
Semarang, 7 Agustus 2014
Penulis
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
3/19
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang.............................................................................. 4
1.2Tujuan Penulisan........................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum............................................................ 4
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eritropoiesis ................................................................................ 5-7
2.2 Anemia Hemolitik Autoimun
2.2.1 Definisi............................................................................ 8
2.2.2 Faktor Resiko................................................................... 8
2.2.3 Epidemiologi................................................................... 8
2.2.4 Etiologi............................................................................ 9
2.2.5 Klasifikasi....................................................................... 10
2.2.6 Manifestasi Klinis.......................................................... 11-13
2.2.7 Diagnosis................................................................ 13
2.2.8 Diagnos Banding........................................................................ 14
2.2.9 Tatalaksana ......................................................... 15
2.2.10 Prognosis..................................................................... 15
BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 20
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
4/19
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
5/19
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eritropoiesis
Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di
bagian tengah di kedua sisinya mencekung ,seperti sebuah donat
dengan bagian tengah menggepeng bukan berlubang. Tugas utama
dari eritrosit adalah membawa oksigen ke paru-paru dan jaringan.
Pada masa embrio,eritrosit mulanya diproduksi oleh kantung
kunir (yolk sack),memasuki pertengahan trimester kehamilan, hati
adalah organ utama penghasil eritrosit dan diikuti oleh limpa. Di
masa akhir kehamilan dan setelah dilahirkan,eritrosit diproduksi
oleh sumsum tulang hingga umur lima tahun kemudian pelan-pelan
sumsum tulang akan berubah menjadi berlemak dan tidak lagi
menghasilkan eritrosit kecuali sumsum tulang pada
sternum,vertebra,iga,dasar tengkorak dan ujung-ujung atas tulang
ekstremitas yang panjang.
Sumsum tulang yang memproduksi eritrosit disebut dengan
sumsum tulang merah. Di dalam sumsum tulang merah terdapat sel
bakal pluripotensial (pluripotensial hematopoietic stem cell) yang
belum berdiferensisasi yang secara terus menerus membelah diri
dan berdeferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. Jenis dan
jumlah sel yang dibentuk dan dikeluarkan ke dalam darah diatur
oleh faktor-faktor regulator hemopoietik yang bekerja pada
sumsum.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
6/19
6
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
7/19
7
Eritropoietin adalah hormon yang merangsang eritropoiesis
di sumsum tulang. Hormon ini bekerja pada turunan sel-sel bakal
yang belum berdeferensiasi yang telah berkomitmen untuk menjadi
eritrosit dengan cara merangsang proliferasi dan pematangan.
Ketika kadar oksigen ke organ dan jaringan normal,sekresi
eritropoietin dihentikan. Dengan adanya hormon ini,keseimbangan
antara produksi dan destruksi eritrosit dapat terwujud dengan baik.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
8/19
8
2.2 Anemia Hemolitik Autoimun
2.2.1 Definisi
Merupakan suatu kelainan dimana terdapat
antibodi terhadap sel-sel eritrosit sehingga umur
eritrosit memendek
2.2.2 Epidemiologi
Anemia hemolitik autoimun terbagi atas
beberapa jenis,tipe hangat dan tipe dingin adalah yang
paling sering ditemukan. Anemia hemolitik autoimun
tipe hangat dapat ditemukan disemua usia,terutama
pada seseorang dengan umur diatas 40 tahun. Setiap
tahun 1 dari 70.000-80.000 populasi dideteksi
menderita anemia hemolitik autoimu tipe hangat.
Sekitar 70% kasus anemia hemolitik autoimun
adalah tipe hangat. Kasus dengan tipe dingin terjadi 1
dari 14 juta populasi dan kebanyakan terjadi padawanita. Tidak ditemukan adanya hubungan antara ras
dan genetik dengan anemia hemolitk autoimun tipe
dingin.
2.2.3 Etiologi
Penyebab dari terjadinya anemia hemolitik
autoimun masih belum jelas. Kemungkinan adanyaketidakmampuan tubuh untuk membatasi limfosit
autoreaktif residual dan gangguan central tolerance
central toleranceberfungsi untuk mencegah
terjadinya autoimun dengan cara menyeleksi sel T
yang non-reaktif,menghilangkanself reactive-Tdan
limfosit B pada saat pematangan. Gangguan pada
central tolerancemenyebabkan populasi sel T
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
9/19
9
(self-antigens) lolos ke sirkulasi sehingga terjadi
reaksi autoimun
2.2.4
Klasifikasi
Anemia hemolitik autoimun dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Klasifikasi anemia hemolitik autoimun
1. Cold-active antibodies
Primary or idiopathic
Secondary
Lymphoproliferative diseasesAutoimmune disorders
InfectionsMycoplasma pneumoniae
Infectious mononucleosis
2. Paroxysmal cold hemoglobinuria (PCH)
Syphilis,Measles, mumps
3. Mixed cold- and warm-active antibodies
4.
Warm-active Antibodies Idiopathic
SecondaryLymphoproliferative disorders
Autoimmune and immunodeficiency disorders
Malignancy
Viral infections
5. Drug-induced immune hemolytic anemia (DI-IHA)
Drug adsorption type (penicillin)
Neoantigen type (quinidine/stibophen)
Autoimmune type (-methyldopa)
Nonimmune type (first-generation cephalosporins)
6. Transplant-associated hemolytic anemia
Hematopoietic stem cell transplantMinor ABO group mismatch
Major ABO group mismatch
Passive antibody transfer
7. Solid organ transplant
Passenger lymphocyte syndrome
Passive antibody transfe
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
10/19
10
2.2.5 Patofisiologis
Perusakan sel eritrosit yang diperantarai antibodi
terjadi melalui beberapa jalur,yaitu:
Aktifasi sistem komplemen
Aktifasi dari sistem komplemen akan memicu
penghancuran membran sel eritrosit dan
menyebabkan hemolisis intravaskuler yang
ditandai dengan terjadinya hemoglobinemia dan
hemoglobinuri. Jalur aktifasi sistem komplemen
akan diaktifkan melalui:
o
Aktifasi komplemen jalur klasik
o Aktifasi komplemen jalur alternatif
Aktifasi selular yang menyebabkan hemolisis
ekstravaskular
o Jika sel darah disensitasi oleh IgG yang
tidak berikatan dengan komplemen atau
berikatan dengan komponen komplemen
namun tidak terjadi aktifasi lebih
lanjut,sel eritrosit akan dihancurkan oleh
sel retikuloendotelia
Kombinasi dari aktifasi sistem komplemen dan
selular
Anemia hemolitik autoimun karena induksi obat
terjadi melalui beberapa jalur.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
11/19
11
Effector mechanisms by which drugs mediate a positive direct antiglobulin test. Relationships of
drug, antibody-combining site, and red blood cell membrane protein are shown. PanelsA, B, andCshow only a single immunoglobulin Fab region (bearing one combining site). A.Drug
adsorption/hapten mechanism. The drug () binds avidly to an unknown red bloodcell
membrane protein in vivo. Antidrug antibody (usually IgG) binds to the protein-bound drug. The
membrane protein is not known to be part of the epitope recognized by the antidrug antibody. The
direct antiglobulin test (with anti-IgG) detects IgG antidrug antibody on the patient's circulating
(drug-coated) red blood cells. The indirect antiglobulin test detects antibody in the patient's serum
only when the test red blood cells have been previously coated with the drug by incubation in
vitro. B.Ternary complex mechanism. Drug binds loosely or in undetectable amounts to red
blood cell membrane. However, in the presence of appropriate antidrug antibody, a stable
trimolecular (ternary) complex is formed by drug, red blood cell membrane protein, and antibody.
In general, the antibody-combining site (Fab) recognizes both drug and membrane proteincomponents but binds only weakly to either drug or protein unless both are present in the reaction
mixture. In this mechanism, the direct antiglobulin test typically detects only red blood cell
bound complement components (e.g., C3 fragments) that are bound covalently and in large
number to the patient's red blood cells in vivo. The antibody itself escapes detection, possibly
because of its low concentration but also because washing of the red cells (in the antiglobulin test
procedure) apparently dissociates antibody and drug from the cells, leaving only the covalently
bound C3 fragments. The indirect antiglobulin test also detects complement proteins on the test
red blood cells when both antibody (patient serum) and a complement source (fresh patient serum
or fresh normal serum) are present in the reaction mixture together with the drug. C.
Autoantibody induction. Some drug-induced antibodies can bind avidly to red blood cell
membrane proteins (usually Rh proteins) in the absence of the inducing drug and areindistinguishable from the autoantibodies of patients with autoimmune hemolytic anemia. The
direct antiglobulin test detects the IgG antibody on the patient's red blood cells. The indirect
antiglobulin test usually detects antibody in the serum of patients with active hemolysis. D.Drug-
induced nonimmunologic protein adsorption. Certain drugs cause plasma proteins to attach
nonspecifically to the red blood cell membrane. The direct antiglobulin test detects
nonspecifically bound IgG and complement components. If special antiglobulin reagents are used,
other plasma proteins, such as transferrin, albumin, and fibrinogen, also may be detected. In
contrast to the other mechanisms of drug-induced red blood cell injury, this mechanism does not
shorten red blood cell survival in vivo.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
12/19
12
2.2.6 Manifestasi klinis
Anemia hemolitik autoimun tipe hangat
o Onset penyakit tersamar
o
Anemia terjadi secara perlahan
o Ikterik
o Splenomegali,hepatomegali
o
Demam,pucat
o Urin berwarna gelap karena
hemoglobinuri
Anemia hemolitik autoimun tipe dingin
o Tercetus saat berada di udara dingin
o
Anemia ringan yang kronis
o Splenomegali
o akrosianosis
Paroxysmal cold hemoglobinuri
o
Setelah beberapa menit/jam terpajan
udara dingin,akan timbul rasa nyeri pada
pinggang dan kaki,kram perut,sakit
kepala
o
Menggigil,demam
o Raynaud phenomenon dan urtikaria
karena suhu dingino Ikterik,hemoglobulinuri
Anemia hemolitik autoimun karena induksi obat
o
Pucat,ikterik,mudah lelah
o Hemoglobinuri
o Dapat terjadi gagal ginjal akut
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
13/19
13
2.2.7 Diagnosis
Dua kriteria harus terpenuhi ketika menegakan
diagnosa,hasil laboratorium yang menunjukan adanya
hemolisis dan pemeriksaan serologis yang
menunjukan adanya autoantibodi.
1.
Pemeriksaan laboratorium rutin
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menemukan
adanya hemolisis adalah pemeriksaan darah
rutin (apusan darah tepi,bilirubin,laktat
dehidrogenase,haptoglobin,hemosiderin).
Adanya penurunan serum hemoglobin dan
hematokrit,peningkatan serum LDH dan
unkonjungasi bilirubin adalah pertanda umum
terjadinya hemolisis
2. Pemeriksaan serologis
Direk antiglobulin tes (direct coombs
test)
Sel eritrosit dicuci dari protein yang
melekat dan direaksikan dengan
antiserum dan fraksi komplemen. Jika di
permukaan sel eritrosit mengandung IgG
dan Cd3 maka akan terjadi reaksiaglutinasi
Indirek antiglobulin tes (indirect coombs
test)
Serum direaksikan dengan sel
reagen,imunoglobulin yang beredar pada
serum akan melekat pada sel reagen dan
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
14/19
14
dapat dideteksi dengan antiglobulin sera
dengan terjadinya aglutinasi.
Flowchart suggesting a rational clinical laboratory approach for investigating a positive DAT. AIHA,
autoimmune hemolytic anemia; CAD, cold agglutinin disease; DI-IHA, drug-induced immune hemolytic
anemia; HTR, hemolytic transfusion reaction; PCH, paroxysmal cold hemoglobinuria. (Modified from
Brecher ME, ed. Technical manual, 15th ed. Bethesda, MD: American Association of Blood Banks,2005:480.)
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
15/19
15
Elution
Jika hasil dari DAT positif maka antibodi
yang melekat pada permukaan eritrosit
dapat dipisahkan dari sel eritrosit dengan
asam atau xylene. Pemeriksaan ini
dilakukan jika kadar antibodi terlalu
rendah untuk dideteksi pada permukaan
sel eritrosit
2.2.8 Tatalaksana
Anemia hemolitik autoimun tipe hangat
o Kortikosteroid,dalam 2 minggu biasanya
akan memberikan hasil yang baik. Nilai
normal dari hasil laboratorium akan
tercapai pada hari ke 30 sampai hari ke
90 dan stabil. Ketika tubuh memberikan
respon yang baik terhadap
kortikosteroid,dosis akan diturunkan.
o Splenektomi akan dilakukan jika
pemberian kortikosteroid tidak adekuat
atau tidak dapat diturunkan dosisnya.Tujuan dari tindakan ini adalah untuk
menghilangkan tempat utama
penghancuran eritrosit. Pemberian dosis
rendah kortikosteroid masih sering
dilakukan pasca splenektomi.
o Imunosupresi untuk menekan sistem
pertahanan tubuh,digunakan ketika
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
16/19
16
splenektomi tidak memberikan hasil yang
baik atau terjadi kekambuhan sesudah
dilakukan splenektomi
o
Rituximab adalah suatu monoklonal anti
CD-20 yang berasal dari manusia atau
tikus,biasa digunakan pada limfoma.
Cara kerja rituximab berdasarkan dari
kemampuan antibodi mengeliminasi
limfosit B. Berdasarkan dari beberapa
laporan kasus,rituximab aman digunakan
pada ibu hamil
o Transfusi darah dilakukan pada kondisi
mengancam jiwa.
Anemia hemolitik autoimun tipe dingin
o Menjaga penderita selalu hangat,terutama
pada bagian ekstremitas
o Rituximab
o Chlorambucil
o Kortikosteroid dan splenektomi tidak
memberikan hasil yang memuaskan
o Transfusi darah jika keadaan kritis dan
memiliki komplikasi ke jantung
Paroxysmal cold hemoglobulinuri
o Sesuai gejala yang muncul
o Pada anak sering digunakan steroid walau
belum ada penelitian yang menunjukan
hasil dari pemberian steroid
o Transfusi darah
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
17/19
17
o Bila terdapat trombus dapat
menggunakan heparin namun harus
digunakan dengan hati-hati
o
Menghindari udara dingin
Anemia hemolitik autoimun karena induksi obat
o Menghentikan pemakaian obat-obatan
yang memicu
o Transfusi darah jika diperlukan
o Penggunaan kortikosteroid tidak terlalu
memberikan hasil yang memuaskan dan
masih dipertanyakan
2.2.9 Prognosis
Prognosis yang dimiliki dari setiap tipe anemia
hemolitik autoimun rata-rata baik. Pada tipe hangat
jarang sekali dapat sembuh sempurna,kebanyakan dari
penderita akan menuju ke arah kronis namun
terkendali.
Prognosis pada tipe dingin akan lebih baik pada
mereka yang sudah kronis,keadaan cukup stabil. Pada
paroxysmal cold hemoglobinuri tergantung pada
penyakit yang mendasari,pada kasus idiopatik juga
memiliki prognosis yang cukup baik. Anemiahemolitik autoimun karena induksi obat juga memiliki
prognosis yang baik.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
18/19
18
BAB III
KESIMPULAN
Anemia hemolitik autoimun merupakan suatu kelainan dimana terdapat antibodi pada
sel eritrosit sehinnga umur sel eritrosit memendek. Penghancuran sel eritrosit terjadi melalui
jalur aktifasi konplemen,jalur aktifasi seluler atau kombinasi dari kedua jalur tersebut.
Dari jalur-jalur tersebut,terdapat antibodi yang bereaksi berdasarkan suhu,sehingga
anemia hemolitik autoimun dibedakan menjadi tipe hangat dan dingin. Selain dua tipe
ini,anemia hemolitik autoimun juga dapat terjadi karena induksi dari obat yang mengaktifkan
sistem pertahanan tubuh sehingga terjadi autoantibodi dan menghancurkan eritrosit
Tanda dan gejala yang pasti muncul adalah anemia dan hemoglobinuri. Pada tipe
hangat,anemia yang terjadi cukup berat,dapat disertai ikterik. Tipe dingin dapat tercetus
karena suhu dingin,anemia yang terjadi termasuk ringan tetapi kronis. Prognosis dari anemia
hemolitik autoimun termasuk baik. Rata-rata mengarah ke kronis namun akan menjadi lebih
stabil.
Pemeriksaan laboratorium dan serologis merupakan dua pemeriksaan yang harus
dilakukan untuk mendapatkan bukti telah terjadi hemolisis. Tatalaksana yang dapat diberikan
adalah pemberian steroid,splenektomi jika pemberian kortikosteroid tidak terlalu memberikan
hasil yang memuaskan. Pemberian imunosupresan dilakukan jika hasil dari splenektomi tidak
memuaskan atau muncul kekambuhan setelah splenektomi.
-
8/11/2019 Referat Autoimun Anemia Hemolitik
19/19