referat anestesi.docx

30
BAB 1. PENDAHULUAN Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang sebab-sebab terjadinya kecelakaan anestesi. Dokter spesialis anestesiologi seyogyanya mengunjungi pasien sebelum pasien dibedah, agar ia dapat menyiapkan pasien, sehingga pada waktu pasien dibedah dalam keadaan bugar. Kadang-kadang dokter spesialis anestesiologi mempunyai waktu yang terbatas untuk menyiapan pasien, sehingga persiapan kurang sempurna. Penundaan jadwal operasi akan merugikan semua pihak, terutama pasien dan keluarganya. Tujuan utama kunjungan pra anesthesia adalah untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Penilaian preoperatif ini juga sangat penting mengingat bahwa terjadinya suatu kasus salah identitas dan salah operasi bukan merupakan suatu cerita untuk menakut-nakuti atau dibuat-buat, karena memang pernah terjadi di Indonesia. Identitas setiap pasien harus lengkap dan harus dicocokkan dengan gelang identitas yang dikenakan pasien. Pasien ditanya lagi mengenai hari dan jenis bagian tubuh yang akan di operasi. 1

description

j

Transcript of referat anestesi.docx

Page 1: referat anestesi.docx

BAB 1. PENDAHULUAN

Persiapan prabedah yang kurang memadai merupakan faktor penyumbang

sebab-sebab terjadinya kecelakaan anestesi. Dokter spesialis anestesiologi

seyogyanya mengunjungi pasien sebelum pasien dibedah, agar ia dapat

menyiapkan pasien, sehingga pada waktu pasien dibedah dalam keadaan bugar.

Kadang-kadang dokter spesialis anestesiologi mempunyai waktu yang terbatas

untuk menyiapan pasien, sehingga persiapan kurang sempurna. Penundaan jadwal

operasi akan merugikan semua pihak, terutama pasien dan keluarganya. Tujuan

utama kunjungan pra anesthesia adalah untuk mengurangi angka kesakitan

operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan.

Penilaian preoperatif ini juga sangat penting mengingat bahwa terjadinya

suatu kasus salah identitas dan salah operasi bukan merupakan suatu cerita untuk

menakut-nakuti atau dibuat-buat, karena memang pernah terjadi di Indonesia.

Identitas setiap pasien harus lengkap dan harus dicocokkan dengan gelang

identitas yang dikenakan pasien. Pasien ditanya lagi mengenai hari dan jenis

bagian tubuh yang akan di operasi.

Penilaian pre-operatif digunakan untuk membangun hubungan antara

pasien dan dokter. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penting dalam menilai status

kesehatan dan status bedah pasien, terutama pada penyakit sistemik berat dan

adanya risiko morbiditas selama operasi. Pada kasus-kasus elektif, status

kesehatan pasien harus dioptimalkan dahulu untuk meminimalkan resiko

morbiditas selama operasi. Pasien sebaiknya diberikan pengarahan dan penjelasan

mengenai prosedur dan resiko operasi, dan setiap pertanyaan yang diajukan pasien

harus dijawab sehingga ketakutan dan kecemasan pasien dapat dikurangi,

tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang benar untuk menjamin

ketepatan terapi. Jika diperlukan, medikasi pre operatif dapat diberikan.

1

Page 2: referat anestesi.docx

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penilaian Pre-Operasi

Penting untuk memiliki suatu penilaian terhadap pasien selama pre-

operatif. Oleh karena itu dibutuhkan adanya suatu skema penilaian pre operatif

sehingga semua hal penting dapat tercakup di dalamnya. Adapun daftar penilaian

pre-anestesi adalah meliputi:

Riwayat :

o Penyakit–penyakit penyerta

o Pengobatan

o Toleransi latihan

o Masalah terhadap anestesi sebelumnya, atau riwayat masalah dalam

keluarga

o Alergi

Penilaian:

o Berat badaan

o Tekanan darah

o Kesehatan gigi

o Penilaian terhadap kemungkinan kesulitan jalan napas, klasifikasi

Malampati

o Sistem lain yang terkait

Informasi yang lain :

o Hasil wawancara yang sesuai

o Pendapat para ahli, jurnal

o Penggolongan ASA

o Informasi yang didapat dari pasien

o Kelainan keadaan mulut

o Premedikasi

2

Page 3: referat anestesi.docx

o Profilaksis

o Pemberitahuan ke ICU/ HDU jika diperlukan

2.2 Riwayat

Riwayat dan laporan catatan medis bertujuan untuk mendapatkan

informasi sebagai berikut :

a. Kondisi Operasi (bedah)

Informasi tentang kondisi operasi dan alasan operasi penting untuk

mendapatkan pemahaman tentang hal-hal yang terjadi selama operasi dan

lamanya operasi, khususnya mengenai kehilangan darah dan cairan tubuh, jenis

pembedahan dan kebutuhan analgesik selama dan setelah operasi. Jika operasi

yang dilakukan adalah emergensi atau urgent, pasien dapat tidak dipuasakan.

Monitoring cairan dan respon resusitasi juga diperlukan.

b. Penyakit – Penyakit Penyerta

Pendekatan sistemik hendaknya disertakan dalam membuat penilaian

penyakit – penyakit penyerta. Hal ini penting untuk mengevaluasi apakah

penyakit terkontrol dan apakah ada perkembangan terbaru dari keparahan

penyakit ataupun pengobatan yang dijalani. Penting juga untuk mengetahui

apakah ada penanganan khusus atau diperlukan pengelolaan lebih lanjut dalam

penilaian secara keseluruhan. Penanganan khusus ini tidak hanya digunakan untuk

menentukan status kesehatan terkait anestesi, tetapi untuk mengetahui keparahan

penyakit dan meyakinkan apakah ada hal lain yang dapat dilakukan untuk

mengoptimalkan kondisi pasien.

Penyakit jantung iskemik, asma, PPOK, hipertensi dan diabtes mellitus

seringkali dijumpai pada pasien yang akan dioperasi dan berhubungan dengan

peningkatan resiko perioperatif.

c. Toleransi Latihan

Dihitung dengan menentukan tingkat aktivitas maksimal yang dapat

dilakukan oleh pasien dan dapat digunakan untuk memperkirakan hasil akhir

secara keseluruhan. Toleransi latihan dipengaruhi oleh umur, tetapi memberikan

manfaat yang positif pada sistem kardio - respirasi. Penilaian mungkin sulit

3

Page 4: referat anestesi.docx

dilakukan apabila aktivitas terhambat oleh artritis. Pasien dengan

hambatan/keterbatasan sedang dalam latihan (harus dihentikan karena adanya

gangguan pernapasan atau angina yang dapat terjadi setelah berjalan cepat sejauh

100 yard atau menaiki tangga 2 tingkat/lantai) diperlukan penanganan lebih lanjut

dan penilaian untuk terapi yang tepat. Hambatan/keterbatasan berat dalam latihan

(kesulitan bernapas pada aktivitas minimal seperti berjalan jarak dekat, tidak dapat

menaiki tangga lantai tanpa berhenti) dibutuhkan monitor invasif selama operasi

dan perawatan di HDU/ICU setelah operasi.

Tabel 1. Beberapa kondisi medis dan risikonya

4

Page 5: referat anestesi.docx

2.3 Medikasi

Pengetahuan tentang dosis yang tepat, saat pemberian dan tipe pengobatan

sangat penting. Khususnya penting untuk mengetahui kerja obat - obat pada:

- Sistem kardiovaskular (antihipertensi, antiangina, antiaritmia)

- Sistem pembekuan darah ( antikoagulan)

- Sistem endokrin (obat antidiabetik, steroid)

- Sistem neurologis (antidepresan, antikonvulsan)

- Tonus bronkomotorik

Beberapa pengobatan harus dihentikan (antikoagulan) atau dimodifikasi

dosisnya (insulin). Akan tetapi, sebagian besar obat harus dilanjutkan selama

operasi (antihipertensi, antiangina), dan sesegera mungkin dievaluasi setelahnya.

2.4 Masalah–Masalah Terkait Anestesi

Masalah pada anestesi sebelumnya harus dipastikan dari rekam medis

sebelumnya dan dari anamnesis langsung. Hal–hal berikut ini akan mempengaruhi

manajemen perioperatif:

- Masalah pada manajemen airway – misalnya kesulitan laringoskopi dan intubasi

sebelumnya

- Respon terhadap pengontrolan nyeri dan efek opioid

- Mual muntah perioperatif dan responnya terhadap pengobatan

- Penyembuhan memanjang

- Perawatan di ICU

-Komplikasi atau reaksi obat yang tidak diharapkan lainnya, seperti hipertermi

maligna, apneu dan anafilaksis karena suksinilkolin.

2.5 Alergi / Reaksi Obat

Alergi atau reaksi hipersensitifitas lebih jarang ditemukan dibanding

dengan reaksi nonalergik yaitu perasaan tidak menyenangkan. Cara

pencegahannya adalah dengan mengajukan pertanyaan–pertanyaan spesifik.

Manifestasi di kulit (urtikaria), bronkospasme, kolaps kardiovaskular dan/atau

5

Page 6: referat anestesi.docx

oedem angioneurotik harus dianggap sebagai reaksi alergi selama belum terbukti

sebaliknya. Selain alergi karena agen anestesi, alergi terhadap antibiotik, plester,

lateks, semprotan dan makanan harus diketahui. Hal itu akan mempengaruhi

pemilihan teknik anestesi. Alergi terhadap lateks lebih sering ditemukan. Tanda–

tandanya antara lain riwayat reaksi alergi setelah kontak dengan produk karet

termasuk kondom, kateter urine atau sarung tangan operasi.

Tabel 2. Alergi dan pengaruhnya terhadap anestesi

Dermatitis kontak karena lateks sering terjadi dan tidak terlalu

berhubungan dengan anafilatik karena lateks. Sebagian besar produk bebas dari

lateks (kecuali sarung tangan non steril dan sarung tangan bedah).

2.6 Riwayat Sosial

Riwayat kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, dan penyalahgunaan

obat-obat tertentu merupakan hal yang penting untuk diketahui. Pada seorang

perokok, adanya riwayat batuk produktif mengindikasikan evaluasi dan

penatalaksanaan lebih lanjut. Berhenti merokok meskipun hanya sampai 12 jam

secara signifikan mengurangi jumlah karboksihemoglobin dalam darah dan

meningkatkan transport oksigen ke jaringan. Efek menguntungkan pada

reaktivitas dan sekresi pada jalan nafas tidak tampak sampai 4 minggu berhenti

merokok. Intoksikasi alkohol akut menurunkan kebutuhan agen anestesi serta

dapat menyebabkan hipotermia dan hipoglikemia. Penghentian alkohol dapat

menyebabkan agitasi, konfusi, hipertensi, palpitasi, dan seizure. Penyalahgunaan

6

Page 7: referat anestesi.docx

suatu bahan stimulan dapat menyebabkan aritmia dan konvulsi. Stimulan yang

digunakan, dapat meningkatkan kebutuhan agen anestesi (meningkat pada MAC).

Penyalahgunaan opioid meningkatkan dosis perioperatif agen yang digunakan.

2.7 Penilaian Fisik

Semua pasien sebaiknya ditimbang untuk mengetahui berat badan, kepala,

leher, dan jalan nafas. Penilaian jalan nafas sangat penting pada pasien yang akan

dianestesi. Adanya deformitas, derajat pembukaan mulut, keterbatasan pergerakan

vertebra cervical, deviasi trachea, lesi pada rongga mulut atau pada leher dapat

memberikan dampak. Ukuran mandibula seharusnya diperhatikan dengan

pengukuran jarak thyromental (jarak antara batas bawah mandibula sampai

penonjolan tyroid pada leher yang ekstensi sempurna). Jika jarak ini kurang dari

6,5 cm, biasanya laringoskop sulit dipasang. Tes lain yang digunakan untuk

memperkirakan sulit tidaknya laringoskopi dan intubasi trachea adalah dengan

klasifikasi Mallampati. Penilaian dilakukan dengan posisi pasien duduk dan posisi

kepala netral. Pertama, pasien diminta untuk membuka mulutnya selebar

mungkin, menjulurkan lidahnya, dan mengucapkan ‘aah’. Penilaian dilakukan

dengan memperhatikan struktur pada rongga mulut. Laringoskopi sulit dilakukan

pada klasifikasi kelas 3 dan 4.

7

Page 8: referat anestesi.docx

Tabel 3. Kondisi yang berhubungan dengan kesulitan pada manajemenjalan nafas

8

Page 9: referat anestesi.docx

a) Dada dan Prekordium

Pemeriksaan fisik untuk jantung dan paru sebaiknya dilakukankan sesuai

kondisi klinis. Pada semua pasien, seluruh lapang paru sebaiknya diauskultasi

untuk membuktikan sistem respirasi yang normal.

Tabel 4. Klasifikasi Mallampati

b) Abdomen

Pada distensi abdomen sebaiknya diperhatikan adanya tanda-tanda

peningkatan risiko dari regurgitasi dan aspirasi paru.

c) Neurologi

Perubahan pada tingkat kesadaran sebaiknya diperhatikan. Serta adanya

bukti lain dari masalah neurologis (misalnya hemiparesis atau neuropati)

sebaiknya diperhatikan. Ini mungkin berguna bila gejala neurologi dilaporkan

sesudah general atau regional anestesi.

d) Tulang Belakang

Infeksi pada kulit merupakan kontra indikasi injeksi spinal atau epidural.

Kelainan spinal lain juga dapat menimbulkan kesulitan dalam melakukan tindakan

ini dan potensial untuk cedera neurologis (merupakan kontra indikasi relatif).

e) Ekstremitas

Lengan atas merupakan lokasi yang tepat untuk kanulasi vena. Bila

direncanakan penggunaan blok lokal, petunjuk anatomi harus diperiksa dan

adanya infeksi kulit harus diperhatikan sebagai kontra indikasi dari blok anestesi

lokal.

9

Page 10: referat anestesi.docx

2.8 Investigasi

Penilaian laboratorium pre-operatif rutin seharusnya disesuaikan dengan

kondisi pasien secara individual. The National Institute for Clinical Excellence

telah membuat panduan dan banyak rumah sakit memiliki versi sendiri.

1. Hemoglobin

Pasien sehat yang akan operasi elektif dengan dugaan kehilangan darah <

10% dari total volume darah tidak membutuhkan pemeriksaan hemoglobin.

Pemeriksaan hemoglobin dibutuhkan pada:

- Neonatus < 6 bulan

- Wanita > 50 tahun

- Pria > 65 tahun

- Penyakit sikcle cell atau Trait

- Keganasan

- Kelainan hematologi

- Kehilangan darah pre-operasi

- Trauma

- Malnutrisi

- Penyakit sistemik lain dan ASA 3 atau di atasnya

2. Urea dan Elektrolit

Bukan indikasi pada pasien sehat yang akan operasi elektif. Indikasi

pemeriksaan urea dan elektrolit adalah:

- Pasien > 65 tahun

- Penyakit ginjal

- Diabetes mellitus

- Hipertensi

- Iskemik atau penyakit jantung vaskuler

- Penyakit hati

- Pasien yang mendapat digoksin, diuretik, steroid, ACE inhibitor, dan

agen antiaritmia.

Koreksi cepat dari abnormalitas elektrolit pada pasien stabil dapat

menyebabkan masalah, seperti demielinasi pons sentral pada koreksi hiponatremi

10

Page 11: referat anestesi.docx

dan terjadinya aritmia pada koreksi hipokalemi. Bila mungkin, operasi sebaiknya

ditunda dan dilakukan koreksi abnormalitas lain secara perlahan (lebih dari 2-3

hari untuk hiponatremi).

3. Pelajaran Bekuan Darah

Indikasi:

- Kelainan perdarahan yang diketahui atau koagulopati

- Terapi antikoagulan

- Baru saja melakukan tranfusi darah > 20% dari volume darah total

- Baru saja mendapat infus koloid atau plasma pengganti lain > 20% dari

volume darah total (volume darah total kira-kira 70-80 ml/Kg BB)

- Memar yang tidak dapat dijelaskan

-Kehilangan darah yang tidak dapat dijelaskandan dan/atau pengurangan

hemoglobin

- Hipersplenisme

- Kelainan hati

- Gagal ginjal

4. Elektrokardiogram

Diindikasikan pada:

· Laki laki >40tahun

· Perempuan >50tahun

· Penyakit ginjal

· Diabetus mellitus

· Ketidakseimbangan elektrolit

· Aritmia

· Pasien dalam pengobatan antihipertensi,antiaritmia,atau antiangina

Perubahan EKG dalam tiga bulan terahir harus dipertimbangkan dengan

signifikan dan diperlukan investigasi lebih dalam.

5. Foto thorax

Diindikasikan pada:

· Penyakit thorax

· Penyakit kardiovaskuler dengan gerak yang terbatas

11

Page 12: referat anestesi.docx

· Perokok kronis dengan tanda-tanda penyakit thorax

· Keganasan

Pada 3 bulan terahir, mayoritas kondisi diatas hasilnya memuaskan

walaupun ada perubahan pada tanda-tanda.

6. Investigasi lain

Mungkin diperlukan untuk memenuhi penilaian keadaan dari beberapa

penyakit, ketidak efektifan dari terapi, dan keadaan pasien yang berada pada

kondisi optimum atau kondisi yang penuh resiko. Investigasi ini terdiri dari:

· Tes fungsi paru

· Analisa Gas Darah (Penyakit paru dengan toleransi latihan yang terbatas)

· EKG (Penyakit jantung dengan indikasi yang terbatas)

· Monitoring EKG (Penyakit jantung koroner dengan angina)

· Enzim hepar (pecandu alkohol, penyakit hepar)

· Gula darah (diabetes mellitus)

· Fungsi endokrin (hipo, hipertyroid)

Beberapa investigasi juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis pre-operatif

untuk membandingkan perubahan intra operatif dan post operatif (sebagai contoh:

AGD).

2.9 Penilaian Risiko Anesthesia

Penilaian risiko berguna untuk:

· Melengkapi rekam medis

· Memaparkan informed consent

· Menyusun langkah-langkah tindakan

· Menyusun langkah-langkah yang sesuai untuk perawatan perioperatif

(monitoring invasif, HDU/ICU)

Kompleksitas keseluruhan dari kondisi klinis dapat diperkirakan dengan

status fisik menggunakan klasifikasi ASA. ASA IV atau lebih dan mayoritas ASA

III tidak layak pada kasus bedah, dan diperlukan monitoring yang intensif, serta

dibutuhkan perawatan intensif post operasi. ASA I dan V diperlukan penjelasan

12

Page 13: referat anestesi.docx

khusus. Perbedaan antara ASA II dan III, dan ASA III dan IV tidak signifikan.

Beberapa contoh ASA II, III, IV:

· ASA II: Terapi hipertensi tanpa komplikasi

· ASA III: Penyakit jantung koroner dengan angina pada kondisi yang

layak

· ASA IV: Beberapa infark miokard dengan gagal jantung

Dilaporkan pada tahun 1999 oleh NCEPOD angka kematian 84% pada

pasien dengan ASA lebih dari III. Beberapa variasi penilaian yang lain telah

dijelaskan untuk memperkirakan resiko pada pasien dengan penyakit jantung,

pernafasan atau penyakit sistemik.

Tabel 5. Klasifikasi ASA

2.10 Informasi dan Persetujuan Pasien

Pasien mungkin mempunyai ketakutan, kecemasan atau kekhawatiran

yang berhubungan dengan pembedahan dan anestesi, berikut dibawah ini

penjelasan dan informasi yang harus diberikan. Penjelasan anestesi berkaitan

dengan anxietas, termasuk kematian, kewaspadaan dan atau rasa sakit selama

pembedahan, tidak bangun, nyeri postoperasi, kehilangan kontrol dan rasa mual

dan muntah. Cobalah untuk menggali kecemasan dan meyakinkan pasien.

Berikan penjelasan yang tidak terburu-buru.

Realistis tentang risiko, tapi tetap berusaha meyakinkan. Pasien mempunyai

hak untuk mengetahui tentang resiko pada umumnya (dengan kejadian lebih

13

Page 14: referat anestesi.docx

dari 1%), dan resiko yang akan menyebabkan bahaya yang permanen atau

signifikan.

Jelaskan apa yang harus dilakukan untuk meminimalkan resiko.

Gambarkan apa yang harus diharapkan pasien (kanulasi, alat monitoring)

sebelum induksi anestesi dan pada pemulihan.

Diskusikan pilihan teknik anestesi (GA atau regional) dalam pandangan

pilihan pasien dan pengalaman sebelumnya.

Diskusikan alternatifnya apabila rencana yang dituju tidak bekerja (seperti

general anestesi apabila regional blok gagal).

Semua diskusi harus dikemukakan dengan cara yang sederhana, tidak

berjargon, atau tujuan pribadi. Banyaknya informasi yang diberikan pada pasien

akan tergantung pada kemauan pasien untuk mengetahui dan pengetahuan

sebelumnya.

Tabel 6. Komplikasi yang umumnya terjadi

14

Page 15: referat anestesi.docx

2.11 Persiapan Preoperatif pada Pasien

Pada umumnya, untuk operasi elektif:

Untuk dewasa, tidak boleh makan 6 jam sebelum operasi. Pasien dapat

sarapan ringan pada pagi harinya apabila operasi direncanakan pada

malam hari.

Anak-anak dan bayi dapat makan makanan padat dan atau susu sampai 6

jam sebelum operasi.

Semua pasien diberikan cairan infus 2 jam sebelum pembedahan.

Bayi diperbolehkan untuk makan atau diberi makanan formula sampai 4

jam sebelum pembedahan.

Alasan puasa preoperatif adalah untuk meminimalkan volume lambung

dan berhubungan dengan risiko regurgitasi dan aspirasi paru sesudah induksi.

Selain puasa yang cukup, beberapa pasien mungkin tetap berisiko terhadap

regurgitasi dan aspirasi paru. Pasien ini mempunyai waktu pengosongan lambung

yang rendah atau penurunan tonus esofagus bagian bawah atau keduanya.

Profilaksis antasid harus diresepkan pada pasien ini dan intubasi trakhea harus

dilakukan menggunakan metode cepat bertahap. Pasien ini tidak cocok untuk

laryngeal mask airway. Pasien yang membutuhkan pembedahan emergensi sering

dalam keadaan perut penuh bahkan apabila mereka telah dipuasakan sejak saat ini.

Secara jelas, pasien dengan akut abdomen akan mempunyai lambung yang statis.

Lambung yang statis dapat disebabkan karena anxietas, nyeri dan analgesik

opioid.

2.12 Premedikasi

Premedikasi jarang dilakukan pada pasien dewasa, kecuali jika ada

indikasi spesifik, premedikasi mungkin dibutuhkan dengan tujuan:

Untuk mengurangi anxietas

Mengurangi rasa nyeri (apabila dibutuhkan) untuk pergerakan, posisi, dan

prosedur (kanulasi, anestesi regional) sebelum induksi anestesi.

Untuk indikasi spesifik, seperti profilaksis antasid, gliseril trinitrat patch.

15

Page 16: referat anestesi.docx

Tabel 7. Faktor yang berhubungan dengan penurunan tonus esofagusbagian bawah

Tabel 8. Faktor yang meningkatkan rata-rata pengosongan lambung

16

Page 17: referat anestesi.docx

Pada anak, sering diberikan premedikasi sedatif dan anestesi krim topical

lokal yang dioleskan pada kulit yang akan dilakukan kanulasi vena.

Benzodiazepin, opioid, dan antikolinergik merupakan anxiolitik tradisional.

A. Benzodiazepin

Temazepam 10-20 mg diberikan secara oral 1 – 2 jam sebelum

pembedahan menimbulkan sedasi dan amnesia tanpa pemanjangan efek sedasi

setelah operasi. Diazepam 5-10 mg diberikan secara oral 1 – 2 jam sebelum

prosedur sedasi operasi, tapi mungkin dapat diperpanjang setelah pembedahan.

Dalam ruang anestesi, midazolam intravena 1-3 mg memberikan efek amnesia dan

sedasi.

B. Opioid

Indikasi utama untuk opioid adalah untuk mengurangi nyeri preoperatif

(fraktur, akut abdomen). Morfin 5-10 mg i.m. 60-90 menit sebelum pembedahan

sebelum pembedahan dibutuhkan. Opioid sering dikombinasikan dengan anti

emetik (contohnya cyclizine 50mg).

C. Antikolinergik

Indikasi utama adalah untuk mengurangi sekresi mukus pada pasien

dewasa dan mencegah terjadinya bradikardi selama induksi pada anak-anak.

Glikopirolate dapat digunakan dengan dosis 0,2-0,4 mg i.v untuk dewasa dan 10-

20mg/kg pada anak-anak.

D. Profilaksis untuk Aspirasi Pneumonitis

Pada induksi anestesi, reflek batuk menghilang dan regurgitan dari

lambung dapat teraspirasi kedalam trakhea. Beratnya pneumonitis aspirasi

tergantung pada keasaman lambung dan volumenya. Pasien dengan risiko

diantaranya adalah wanita hamil, pasien dengan hernia hiatal, refluks

gastroesofagal, kesulitan jalan napas, ileus, dan obesitas. Obat-obatan dapat

digunakan untuk meminimalkan sekresi dan volume pengisian lambung.

E. Histamin (H2) antagonis dan inhibitor pompa proton

Ranitidin 150-300mg secara oral atau 50-100mg i.v./i.m. mengurangi

keasaman dan volume pengisian lambung. Inhibitor pompa proton seperti

omeperazol sebagai alternatif.

17

Page 18: referat anestesi.docx

F. Antasid

Non particulate antasid, seperti sodium sitrat 30-60ml dapat diberikan

dengan segera sebelum induksi anestesi.

G. Prokinetik

Metoclopramide, sebagai anatagonis dopamin, dapat digunakan untuk

enhance pengosongan lambung dengan peningkatan simultan tonus spincter

esofagus bagian bawah. Pada sedikit kejadian, agen ini secara segnifikan dapat

mengurangi resiko regurgitasi.

18

Page 19: referat anestesi.docx

BAB 3. KESIMPULAN

Persiapan pra bedah meliputi persiapan penderita, saran untuk pemberian

anesthesia dan kamar bedah. Persiapan penderita diawali dengan penilaian pra

bedah, perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin, persiapan psikologis dan

kapan pasien dipuasakan. Cara pemberian dan pemilihan obat premedikasi dan

induksi disesuaikan dengan usia dan kedaan psikologis pasien dan sifat serta

lokasi pembedahan. Dapat dipilih anestesi umum, regional atau kombinasi.

Selama peri-operatif dilakukan monitoring organ vital secara seksama dan

penyulit yang timbul harus segera ditanggulangi. Pasca bedah pasien dirawat di

ruang biasa atau di ruang intensif tergantung keadaan penderita. Penilaian pre-

operatif digunakan untuk membangun hubungan antara pasien dan dokter.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik penting dalam menilai status kesehatan dan

status bedah pasien, terutama pada penyakit sistemik berat dan adanya risiko

morbiditas selama operasi. Terutama pada kasus-kasus elektif, status kesehatan

pasien harus dioptimalkan dahulu untuk meminimalkan resiko morbiditas selama

operasi. Pasien sebaiknya diberikan pengarahan dan penjelasan mengenai

prosedur dan resiko operasi, dan setiap pertanyaan yang diajukan pasien harus

dijawab sehingga ketakutan dan kecemasan pasien dapat dikurangi, tujuannya

adalah untuk memberikan informasi yang benar untuk menjamin ketepatan terapi.

Jika diperlukan, medikasi pre operatif dapat diberikan.

19

Page 20: referat anestesi.docx

DAFTAR PUSTAKA

Adipradja, K. 2006. Persiapan Sebelum Pembedahan dan Teknik Anestesi pada Pediatrik. Serial Online [4 Februari 2012]

Anonim. 2000. Dasar Anestesiologi. http//www.fkunmul.co.cc. Serial Online [4 Februari 2012]

Anonim. 2008. Natrium Chlorida (NaCl). Serial Online [2 Februari 2012]

Anonim. 2011. Referat Anestesiologi. Serial Online [3 Februari 2012]

Ardha, dkk. 2009. Penilaian Preoperatif. Serial Online [3 Februari 2012]

Latief, dkk. 2001. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Raimundus, A. 2009. Pengaruh Lidokain 1,5 mg/KgBB Intravena Terhadap Gejolak Kardiovaskuler pada Tindakan Laringoskopi dan Intubasi. Serial Online [3 Februari 2012]

Umar, N. 2010. Pemeriksaan Pra Bedah. http//www.fkusu.com. Serial Online [4 Februari 2012]

Wirjoatmodjo, K. 2000. Anesthesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Zuchradi, T. B. 1984. Cermin Dunia Kedokteran. Serial Online [4 Februari 2012]

20