Referat Anestesi

22
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) adalah pendekatan sistematik untuk penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP yaitu resusitasi jantung paru. RJP yang efektif adalah dengan menggunakan kompresi dan dilanjutkan dengan ventilasi. BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesehatan. Ini bermaksud RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang awam. Keadaan di mana terdapat kegagalan pernafasan yang boleh menyebabkan systemic cardiopulmonary arrest (SCA) adalah seperti kecelakaan, sepsis, kegagalan respiratori, sudden infant death syndrome dan banyak lagi Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan tindakan resusitasi jantung paru, kerana penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan yang amat besar untuk dapat hidup kembali. Pasien yang ditemukan dalam keadaan tidak sadar diri atau mengalami penurunan pernafasan selalu diasumsi mempunyai gangguan SCA terlebih dahulu. RJP yang digunakan dirujuk kepada pedoman dari American Heart Association yaitu 2010 AMERICAN HEART ASSOCIATION GUIDELINES FOR CARDIOPULMONARY RESUSCITATION AND EMERGENCY CARDIOVASCULARCARE. Ini merupakan adaptasi daripada buku ABC of resuscitation yang ditulis oleh Peter Safar pertama kali pada tahun 1957.

description

Bantuan Hidup Dasar dan Lanjutan

Transcript of Referat Anestesi

Page 1: Referat Anestesi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS) adalah pendekatan sistematik untuk

penilaian pertama pasien, mengaktifkan respon gawat darurat dan juga inisiasi CPR atau RJP

yaitu resusitasi jantung paru. RJP yang efektif adalah dengan menggunakan kompresi dan

dilanjutkan dengan ventilasi.

BLS boleh dilakukan oleh orang awam dan juga orang yang terlatih dalam bidang kesehatan.

Ini bermaksud RJP boleh dilakukan dan dipelajari dokter, perawat, para medis dan juga orang

awam. Keadaan di mana terdapat kegagalan pernafasan yang boleh menyebabkan systemic

cardiopulmonary arrest (SCA) adalah seperti kecelakaan, sepsis, kegagalan respiratori,

sudden infant death syndrome dan banyak lagi

Menurut American Heart Association, rantai kehidupan mempunyai hubungan erat dengan

tindakan resusitasi jantung paru, kerana penderita yang diberikan RJP, mempunyai kesempatan

yang amat besar untuk dapat hidup kembali. Pasien yang ditemukan dalam keadaan tidak sadar

diri atau mengalami penurunan pernafasan selalu diasumsi mempunyai gangguan SCA

terlebih dahulu.

RJP yang digunakan dirujuk kepada pedoman dari American Heart Association yaitu 2010

AMERICAN HEART ASSOCIATION GUIDELINES FOR CARDIOPULMONARY

RESUSCITATION AND EMERGENCY CARDIOVASCULARCARE. Ini merupakan adaptasi

daripada buku ABC of resuscitation yang ditulis oleh Peter Safar pertama kali pada tahun 1957.

 Terdapat beberapa pembaharuan pada pedoman pada tahun 2010 dan yang dahulu yaitu pada

tahun 2005. Pada tahun 2010, terdapat pembaharuan yang besar di mana kompresi didahului

sebelum ventilasi.

Page 2: Referat Anestesi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Resusitasi membawa maksud menghidupkan kembali dengan usaha-usaha yang dapat

dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis.

Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas atau sirkulasi yang

berhenti oleh mana-mana sebab dan boleh membantu memulihkan kembali fungsi kedua

jantung dan paru ke keadaan normal. Bantuan hidup dasar atau basic life support (BLS)

termasuk mengenali jika terjadinya serangan jantung, aktivasi respon sistem gawat darurat,

dan defibrilasi dengan menggunakan defibrillator.

II.2. INDIKASI

1. Henti nafas

Henti nafas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan dari

korban atau pasien. Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan

Hidup dasar. Henti nafas dapat terjadi dalam keadaan seperti:

- Tenggelam atau lemas

- Stroke

- Obstruksi jalan nafas

- Epiglotitis

- Overdosis obat-obatan

- Tesengat listrik

- Infark Miokard

- Tersambar petir

Pada awal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan

jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan

ini diberikan bantuan resusitasi, ini sangat bermanfaat pada korban.

2. Henti Jantung

Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini

akan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernafasan yang

Page 3: Referat Anestesi

terganggu merupakan tanda awal akan terjadinya henti jantung. Henti jantung ditandai oleh

denyut nadi besar tak teraba disertai kebiruan atau pucat sekali, pernafasan berhenti atau satu-

satu, dilatasi pupil tak bereaksi terhadap rangsang cahaya dan pasien tidak sadar. Bantuan

hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang bertujuan untuk:

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.

b. Memberikan bantuan eksternal terhadapa sirkulasi dan ventilasi dari korban yang

mengalami henti jantung atau henti jantung melalui resusitasi jantung paru (RJP).

Resusitasi jantung paru terdiri dari dua tahap yaitu:

a. Survei primer: dapat dilakukan oleh setiap orang.

b. Survei sekunder: dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan

merupakan lanjutan dari survei primer.

II.3 PEMBAHARUAN PADA BLS GUIDELINES 2010

Terdapat beberapa pembaharuan pada BLS 2010, berbanding dengan 2005. Beberapa

perubahan yang telah dilakukan adalah seperti berikut:

1.Mengenali sudden cardiac arrest (SCA) dari mengenali respon dan pernafasan.

2. “Look, Listen dan Feel” tidak digunakan dalam algoritma BLS.

3. Hands-only chest compression CPR ditujukkan kepada siapa yang tidak terlatih

4. Urutan ABC diubah ke urutan CBA, chest compression sebelum breathing.

5. Health care providers memberi chest compression yang efektif sehingga terdapat

sirkulasi spontan.

6. Lebih fokus kepada kualitas CPR.

7. Kurangkan penekanan untuk memeriksa nadi untuk health care providers.

8. Algoritma BLS yang lebih mudah diperkenalkan.

9. Rekomendasi untuk mempunyai pasukan yang serentak mengendalikan chest

compression, airway management, rescue breathing, rhythm detection dan shock.

Page 4: Referat Anestesi

Untuk mengenali terjadinya SCA adalah perkara yang tidak mudah. Jika terjadi kekeliruan

dan keterlambatan untuk bertindak dan memulai CPR, ini akan mengurangi survival rate

pasien tersebut. Chest compression merupakan tindakan ang sangat penting dalam CPR

karena perfusi tergantung kepada kompresi. Oleh karena itu, chest compression merupakan

tindakan terpenting jika terdapat pasien yang mempunyai SCA.

II.4 EMERGENCY RESPONSE SYSTEM

Orang awam seharusnya menelepon rumah sakit yang terdekat atau nomor darurat

yang lain untuk memulai respon darurat. Instruksi dari rumah sakit haruslah jelas dan

merekomendasi CPR untuk orang awam tersebut untuk membantu korban yang tidak

bernafas karena kebanyakan pasien yang tidak bernafas adalah yang menghadapai SCA. Jika

pasien tidak bernafas atau mengalami gangguan pernafasan, asumsi yang pertama adalah

bahwa korban mengalami SCA. Untuk pemeriksaan nadi, orang awan tidak disarankan untuk

memeriksa nadi. Jika untuk orang yang terlatih, nadi diperiksa kurang dari 10 detik dan jika

tidak teraba nadi maka chest compression harus dimulai.

FASE RJP

FASE 1 : Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support)

Ini adalah prosedur pertolongan darurat untuk mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas

dan henti jantung.

C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru

A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka

B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenasi yang adekuat.

FASE II: Tunjangan Hidup Lanjutan (Advance Life Support)

Ini adalah prosedur setelah tunjangan hidup dasar yang ditambah dengan:

D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.

E (EKG) : diagnosis elektrokardiografi secepat mungkin untuk mengetahui fibrilasi

ventrikel.

1. FASE III : Tunjangan Hidup Terus-menerus (Prolonged Life Support)

Page 5: Referat Anestesi

G (Gauge) : Pengukuran dari pemeriksaan untuk memonitoring penderita secara terus

menerus, di nilai, di cari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.

H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem saraf dari

kerusakan lebih lanjtu akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah terjadinya

kerusakan neurologic yang permanen.

I (Intensive Care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi: trakeostomi,

pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran pH, pC02 bila

diperlukan dan tunjangan sirkulasi mengendalikan jika terjadinya kejang.

II.5 PROSEDUR CPR (RJPO)

Adult Basic Life Support

UNRESPONSIVE?

Shout for Help

Open airway

NOT BREATHING NORMALLY?

CALL EMERGENCY LINE

30 CHEST COMPRESSIONS

2 RESCUE BREATHS 30 COPMRESSIONS

Page 6: Referat Anestesi

Pada dasarnya resusitasi jantung mempunyai dua perkara yang harus diterapkan.

Pertamanya adalah kompresi dada dan yang kedua adalah bantuan pernafasan dengan

menggunakan nafas buatan. Sebelum menolong korban, hendaklah dinilai keadaan

lingkungan terlebih dahulu.

1. Circulation dan Chest compression

2. Airway

Kompresi dada dilakukan sebanyak 30 kali. Posisi kompresi dada, dimulai dari lokasi prosessus xyphoideus dan tarik garis ke lokasi 2 jari diatas prosessus xyphoideus dan melakukan kompresi dada di tempat tersebut. Untuk kompresi dada yang yang efektif, teknik push hard, push fast harus diterapkan. Kompresi sebanyak 100 kali per menit dengan kedalaman kompresi sebanyak 5cm dilakukan. Selain itu, waktu untuk paru-paru rekoil setelah kompresi juga harus ada. Perbandingan kompresi-ventilasi adalah 30:2

Page 7: Referat Anestesi

Menurut 2010 AHA GUIDELINES FOR CPR AND ECG, rekomendasi yang terbaik

adalah memulai kompresi sebelum ventilasi. Ini adalah karena 30 kompresi dan

kemudian 2 ventilasi membawa hasil yang lebih baik karen memperbaiki juga

sirkulasi darah. Keterlambatan memberi kompresi dada harus dielakkan. Tambahan

pula, kompresi dada boleh bersamaan dengan perbaikan jalan nafas karena reposisi

mouth-to-mouth atau penyediaan bag-mask apparatus mengambil waktu. CPR yang

dimulai dengan kompresi 30 kali dan kemudian ventilasi 2 kali mempercepat

kompresi.

Posisikan kepala dalam keadaan terlentang pada alas keras. Periksa jalan nafas korban

dengan membuka mulut, masukkan 2 jari dan lihat jika ada benda asing atau darah.

Pada korban tidak sadar, tonus otot menghilang sehingga lidah menyumbat laring.

Lidah yang jatuh dapat menyebabkan jalan nafas tertututp. Triple manuver dilakukan

yaitu dengan head tilt, dan jaw trust untuk membuka jalan napas.

II.6 RESCUER SPECIFIC CPR STRATEGIES

1. Untrained lay rescuer

Untuk orang awam yang tidak berpengalaman, hands only CPR adalah sangat

digalakkan dimana hanya kompresi dada yang dilakukan.

2. Trained lay recuer

Page 8: Referat Anestesi

Harus memberikan kompresi dada untuk korban SCA dan jika penolong cemas

boleh memberi ventilasi, maka perbandingan 30:2 dapat dilakukan.

3. Healthcare Provider

Resusitasi yang diberikam selalu tergantung kasus yang dihadapai. Contohnya,

jika terlihat korban jatuh secara tiba-tiba, asumsi yang pertama karena SCA. Jika

ada korban yang lemas atau korban yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan

dan mengalami kurang kesadaran, CPR juga diberikan. Ini dimulai dengan

kompresi dada sebanyak 30 kali dan diteruskan dengan ventilasi. Jika menemukan

korban yang tidak responsif atau tidak bernafas, asumsi SCA selalu dilakukan.

2010 AHA GUIDELINES FOR CPR AND ECC juga mengurangkan penekanan

terhadap pemeriksaan pernafasan. Ini karema banyak yang tidak dapat

mendeterminasi jika korban mempunyai pernafasan yang adekuat atau tidak.

Untuk pemeriksaan nadi, hal yang juga diterapkan. Ini adalah karena pemeriksaan

nadi mungkin mengambil waktu yang lama, untuk orang waham maupun untuk

orang yang sudah terlatih. Makanya, jika nadi tidak dapt dirasakan dibawah 10

detik, maka kompresi dada dilakukan terus.

Page 9: Referat Anestesi

Bantuan Hidup LanjutDrugs

Bantuan hidup lanjut berhubungan dengan teknik yang ditujukan untuk memperbaiki

ventilasi dan oksigenasi korban dan pada diagnosis serta terapi gangguan irama utama selama

henti jantung. Bantuan hidup dasar memerlukan peralatan khusus dan penggunaan obat.

Harus segera dimulai bila diagnosis henti jantung atau henti nafas dibuat dan harus diteruskan

sampai bantuan hidup lanjut diberikan. Setelah dilakukan CBA RJP dan belum timbul denyut

jantung spontan, maka resusitasi diteruskan dengan langkah DEF.

Obat-obatan tersebut dibagi dalam 2 golongan yaitu,

1. Penting, yaitu : Adrenalin

Natrium bikarbonat

Sulfat Atropin

Lidokain

2. Berguna, yaitu : Isoproterenol

Propanolol

Kortikosteroid. (5)

Natrium bikarbonat

Penting untuk melawan metabolik asidosis, diberikan iv dengan dosis awal : 1 mEq/kgBB,

baik berupa bolus ataupun dalam infus setelah selama periode 10 menit. Dapat juga diberikan

intrakardial, begitu sirkulasi spontan yang efektif tercapai, pemberian harus dihentikan karena

bisa terjadi metabolik alkalosis, takhiaritmia dan hiperosmolalitas. Bila belum ada sirkulasi

yang efektif maka ulangi lagi pemberian dengan dosis yang sama.

Adrenalin

 Adrenalin : 0,5 – 1,0 mg dosis untuk orang dewasa, 10 mcg/ kg pada anak- anak.  Cara

pemberian : iv, intratrakeal lewat pipa trakeal (1 ml adrenalin diencerkan dengan 9 ml

akuades steril, bukan NaCl, berarti dalam 1 ml mengandung 100 mcg adrenalin). Jika

keduanya tidak mungkin : lakukan intrakardial (hanya oleh tenaga yang sudah terlatih).  

Page 10: Referat Anestesi

Di ulang tiap 5 menit dengan dosis sama sampai timbul denyut spontan atau mati jantung.

Mekanisme kerja merangsang reseptor alfa dan beta dan yang perlu diperhatikan dapat

meningkatkan pemakaian O2 myocard, takiaritmi, fibrilasi ventrikel.

Lidokain

Meninggikan ambang fibrilasi dan mempunyai efek antiaritmia dengan cara meningkatkan

ambang stimulasi listrik dari ventrikel selama diastole. Pada dosis terapeutik biasa, tidak ada

perubahan bermakna dari kontraktilitas miokard, tekanan arteri sistemik, atau periode

refrakter absolut. Obat ini terutama efektif menekan iritabilitas sehingga mencegah

kembalinya fibrilasi ventrikel setelah defibrilasi yang berhasil, juga efektif mengontrol

denyut ventrikel prematur yang mutlti fokal dan episode takhikardi ventrikel. Dosis 50-100

mg diberikan iv sebagai bolus, pelan-pelan dan bisa diulang bila perlu. Dapat dilanjutkan

dengan infus kontinu 1-3 mg.menit, biasanya tidak lebih dari 4 mg.menit, berupa lidocaine

500 ml dextrose 5 % larutan (1 mg/ml).

Sulfat Artopin

Mengurangi tonus vagus memudahkan konduksi atrioventrikuler dan mempercepat denyut

jantung pada keadaan sinus bradikardi. Paling berguna dalam mencegah “arrest” pada

keadaan sinus bradikardi sekunder karena infark miokard, terutama bila ada hipotensi. Dosis

yang dianjurkan ½ mg, diberikan iv. Sebagai bolus dan diulang dalam interval 5 menit

sampai tercapai denyut nadi > 60 /menit, dosis total tidak boleh melebihi 2 mg kecuali pada

blok atrioventrikuler derajat 3 yang membutuhkan dosis lebih besar.

Isoproterenol

Merupakan obat pilihan untuk pengobatan segera (bradikardi hebat karena complete heart

block). Ia diberikan dalam infus dengan jumlah 2 sampai 20 mg/menit (1-10 ml larutan dari 1

mg dalam 500 ml dectrose 5 %), dan diatur untuk meninggikan denyut jantung sampai kira-

kira 60 kali/menit. Juga berguna untuk sinus bradikardi berat yang tidak berhasil diatasi

dengan Atropine.

Propranolol

Suatu beta adrenergic blocker yang efek anti aritmianya terbukti berguna untuk kasus-kasus

takhikardi ventrikel yang berulang atau fibrilasi ventrikel berulang dimana ritme jantung

Page 11: Referat Anestesi

tidak dapat diatasi dengan Lidocaine. Dosis umumnya adalah 1 mg iv, dapat diulang sampai

total 3 mg, dengan pengawasan yang ketat.

Kortikosteroid

Sekarangg lebih disukai kortikosteroid sintetis (5 mg/kgBB methyl prednisolon sodium

succinate atau 1 mg/kgBB dexamethasone fosfat) untuk pengobatan syok kardiogenik atau

shock lung akibat henti jantung. Bila ada kecurigaan edema otak setelah henti jantung, 60-

100 mg methyl prednisolon sodium succinate tiap 6 jam akan menguntungkan. Bila ada

komplikasi paru seperti pneumonia post aspirasi, maka digunakan dexamethason fosfat 4-8

mg tiap 6 jam.

EKG

Diagnosis elektrokardigrafis untuk mengetahui adanya fibrilasi ventrikel dan monitoring.

Fibrillation Treatment

Page 12: Referat Anestesi
Page 13: Referat Anestesi

Tindakan defibrilasi untuk mengatasi fibrilasi ventrikel. Elektroda dipasang sebelah kiri

putting susu kiri dan di sebelah kanan sternum atas.

Keputusan untuk mengakhiri resusitasi

Keputusan untuk memulai dan mengakhiri usaha resusitasi adalah masalah medis, tergantung

pada pertimbangan penafsiran status serebral dan kardiovaskuler penderita. Kriteria terbaik

adanya sirkulasi serebral dan adekuat adalah reaksi pupil, tingkat kesadaran, gerakan dan

pernafasan spontan dan refleks. Keadaan tidak sadar yang dalam tanpa pernafasan spontan

dan pupil tetap dilatasi 15-30 menit, biasanya menandakan kematian serebral dan usaha-

usaha resusitasi selanjutnya biasanya sia-sia. Kematian jantung sangat memungkinkan terjadi

bila tidak ada aktivitas elektrokardiografi ventrikuler secara berturut-turut selama 10 menit

atau lebih sesudah RJP yang tepat termasuk terapi obat. (5)

Page 14: Referat Anestesi

BAB III

KESIMPULAN

Resusitasi jantung paru adalah usaha yang dilakukan untuk apa-apa yang mengindikasikan

terjadinya henti nafas atau henti jantung. Kompresi dilakukan terlebih dahulu dalam kasus

yang terdapat henti pernafasan atau henti jantung karena setiap detik yang tidak dilakukan

kompresi merugikan sirkulasi darah dan mengurangkan survival rate korban. Prosedur RJP

terbaru adalah kompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas buatan. Fase-fase pada RJP adalah

Bantuan Hidup Dasar, Bantuan Hidup Lanjut dan Bantuan terus-menerus. Sistem RJP yang

dilakukan sekarang adalah adaptasi dan pembahauan dari pedoman yang telah diperkenalkan

oleh Peter Safar dan kemudiannya diadaptasi oleh American Heart Association.

Page 15: Referat Anestesi

DAFTAR PUSTAKA

1. American Heart Association.2010. Part 4 Adult Basic Life Support in Circulation

Journal

2. American Heart Association 2005. Part 4. Adult Basic Life Support in Circulation

Journal

3. Liza.2008. Resusitasi Jantung dan Paru. Diaskes dari

http://www.scribd.com/doc/6240591/Resusitasi-jantung-DanParu

4. Latief S.A., 2007. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Penerbit FKUI.

Jakarta.

5. Overview of basic life support in infants and children. Diaskes dari

http://www.uptodate.com/patients/content/topic.do?topicKey=-ZZjtriYsdaYe/.

6. Resusitasi Jantung dan Paru. Diaskes dari

http://itja.wordpress.com/2010/10/07/resusitasi-jantung-paru/.

7. Bantuan Hidup Dasar. Diaskes dari http://www.scribd.com/doc/4535323/bantuan-

hidup-dasar.

8. Peter Safar and the ABC of Resuscitation. Diaskes dari

http://en.wikipedia.org/wiki/ABC_(medicine)

9. Peter J. Safar. Diaskes dari http://www.laerdalfoundation.org/dok/Peter_Safar.pdf

Page 16: Referat Anestesi

BAGIAN ILMU ANESTESI Referat

FAKULTAS KEDOKTERAN November

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

BANTUAN HIDUP LANJUT (BHL)

Oleh :

Fardimayanti Abidin

10542 0079 09

Pembimbing :

Dr. dr. Hisbullah, Sp.An.KIC.KAKV

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

2015