REFERAT ANESTESI

32
5/20/2018 REFERATANESTESI-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/referat-anestesi-5619712368bb0 1/32 BAB I PENDAHULUAN Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua Amerika,namun terbanyak didapati di daerah tropis.Leptospira bisa terdapat  pada binatang peliharaan seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut dan binatang pengerat lainnya seperti tupa,musang, kelelawar, dan lain sebagainya.Di dalam tubuh binatang tersebut,leptospira hidup di dalam ginjal atau air kemihnya.Tikus merupakan vektor utama dari  L.icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia.Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus-menerus dan ikut mengalir dalam filtrate urine.Penyakit ini bersifat musiman,di daerah beriklim sedang masa  puncak insiden dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena tempratur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan. 1  Internasional Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas. Di Indonesia, leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Lampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Pada kejadian banjir besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis dengan 20 kematian. 1  

Transcript of REFERAT ANESTESI

BAB IPENDAHULUAN

Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, di semua benua kecuali benua Amerika,namun terbanyak didapati di daerah tropis.Leptospira bisa terdapat pada binatang peliharaan seperti anjing, babi, lembu, kuda, kucing, marmut dan binatang pengerat lainnya seperti tupa,musang, kelelawar, dan lain sebagainya.Di dalam tubuh binatang tersebut,leptospira hidup di dalam ginjal atau air kemihnya.Tikus merupakan vektor utama dari L.icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada manusia.Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus-menerus dan ikut mengalir dalam filtrate urine.Penyakit ini bersifat musiman,di daerah beriklim sedang masa puncak insiden dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena tempratur adalah faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.1Internasional Leptospirosis Society menyatakan Indonesia sebagai Negara dengan dengan insidens leptospirosis tinggi dan peringkat ketiga di dunia untuk mortalitas. Di Indonesia, leptospirosis ditemukan di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Lampung, Sumatra Selatan, Bengkulu, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Pada kejadian banjir besar di Jakarta tahun 2002, dilaporkan lebih dari seratus kasus leptospirosis dengan 20 kematian.1

BAB IILAPORAN KASUS

II.1. IDENTITAS PASIENNama: Ny.SJenis kelamin: PerempuanUmur: 51 tahunSuku bangsa: IndonesiaAgama: Islam Pekerjaan: Buruh cuciStatus marital: MenikahAlamat : Jl. Lumajang Gg. Mawar RT 2/RW 11 Ds. Kedung Asem Wonoasih - ProbolinggoNo register : 481806Tanggal masuk : 30 Desember 2013Pukul 09.00

II.2. ANAMNESAKeluhan utama : Nyeri perut

Riwayat penyakit sekarang : Nyeri perut pada ulu hati sejak 4 hari yang lalu yang dirasakan secara terus menerus,nyeri seperti ditusuk-tusuk. Mual dan muntah sejak 4 hari yang lalu. Muntah 3 kali di rumah yang dimuntahkan adalah makanan yang dimakan.Pasien mengeluhkan makan berkurang,tiap makan pasien muntah,tapi masih mau minum,lidah terasa pahit.Perut dirasakan kembung sejak 1 minggu yang lalu serta perut sering terasa panas. Pasien juga mengeluh paha terasa sakit hingga ke kaki sejak 1 minggu yang lalu sampai kedua kaki susah untuk digerakkan,disertai nyeri sendi.Buang air besar berwarna kehitaman sejak 2 hari yang lalu tidak terdapat lendir.Buang air kecil lancar.

Riwayat penyakit dahulu :Pasien tidak pernah mengeluhkan sakit seperti ini sebelumnyaRiwayat HT (-),Riwayat DM (-), Riwayat asma (-), Riwayat allergi (-)

Riwayat penyakit keluarga :Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini.

Riwayat sosial :Pasien bekerja sebagai buruh cuci di rumah, pasien sering kontak dengan air, di rumah pasien banyak terdapat tikus.Pasien suka makan makanan pedas dan suka minum kopi

Riwayat alergi :Tidak ada alergi obat maupun makanan.

Riwayat obat :Tidak pernah diobati sebelumnya

II.3. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum: LemahKesadaran: Composmentis Vital sign :Tekanan darah: 116/77 mmHgNadi: 92 x/menitRR: 22 x/menitSuhu : 36,5 0C

Kepala Leher a/i/c/d: -/+/-/-tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thorax Pulmo : Retraksi otot-otot costa (-) Gerak nafas simetris Sonor pada hemithoraks kanan dan kiri Vesikuler +/+, wheezing -/- , rhonki -/-Cor : S1 S2 reguler , murmur (-)

Abdomen Inspeksi: Soefl, tidak terlihat penonjolan massa, scar (+)Auskultasi: Bising usus normal, bruit (-)Palpasi : Nyeri tekan pada daerah epigastrium dan hipokondrium dekstra, pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)Perkusi : Shifting dullness (-)

Ekstermitas Superior : Akral hangat, odema (- / -)Inferior : Akral hangat, odema (- / -)

II.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 30-12-2013)PemeriksaanHasilNilai Normal

LFT (Fungsi Hati)Alkali FosfataseBillirubin DirectBillubin totalSGOTSGPTDarah Lengkap (DL)Diff. Count.HemoglobinLekositPCV (Hematokrit)Trombosit

2132,615,32118305

-/-/6/59/33/219,313.5105521.000

< 31 U/I< 31 U/I

0-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%L: 13-18, P: 12-16 g/dl4000-11000/cmmL: 40-50, P: 35-47%150000-450000/cmm

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 7-1-2014)PemeriksaanHasilNilai Normal

RFTBUNCreatininUA893,46,310-20 mg/dl0,5-1,7 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 4-1-2014)PemeriksaanHasilNilai Normal

Darah Lengkap (DL)Diff. Count.HemoglobinLekositPCV (Hematokrit)Trombosit-/-/11/72/15/211,322.0003369.0000-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%L: 13-18, P: 12-16 g/dl4000-11000/cmmL: 40-50, P: 35-47%150000-450000/cmm

Pemeriksaan Laboratorium (tanggal 5-1-2014)PemeriksaanHasilNilai Normal

Darah Lengkap (DL)Diff. Count.HemoglobinLekositPCV (Hematokrit)Trombosit

11,725.09031118.0000-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%L: 13-18, P: 12-16 g/dl4000-11000/cmmL: 40-50, P: 35-47%150000-450000/cmm

Pemeriksaan Laboratorium tanggal (6 januari 2014)PemeriksaanHasilNilai Normal

Darah Lengkap (DL)Diff. Count.HemoglobinLekositPCV (Hematokrit)Trombosit-/-/15/67/17/112,620.00036114.0000-2/0-1/1-3/45-70/35-50/0-2%L: 13-18, P: 12-16 g/dl4000-11000/cmmL: 40-50, P: 35-47%150000-450000/cmm

Pemeriksaan USG- Dalam Batas Normal- Tidak ada gambaran obstruksi ikterus

II.5. DIAGNOSISLeptospirosisII.6. DIAGNOSIS BANDINGHepaitis Kronik

II.7. PENATALAKSANAAN1. Non Medikamentosa Bed rest/tirah baring Menghindari konsumsi alkohol Diet tinggi protein (1 g/kg/hari) Mengkonsumsi makanan yang cukup kalori Observasi tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, frekuensi pernafasan) Pemeriksaan laboratorium tiap 12-24 jam Edukasi: Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang perjalanan penyakit, prosedur diagnostik yang dilakukan serta terapi yang diberikan.

2. Medikamentosa Inj.Ranitidine Inj.Ciprofloxacin Inj.MecobalaminOral Papaverin Hcl AntasidaII.8. FOLLOW UPTanggal 2 Januari 2014S: Nyeri ulu hati, kedua kaki terasa nyeri dan sulit digerakkan,mual + muntah +,tiap makan muntah, makan berkurang minum mau,BAK lancar, BAB terdapat darah kehitaman.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 110/70 mmHgN: 100 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,2 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.Asam TraneksamatTanggal 3 Januari 2014S: Nyeri ulu hati, pusing +, kedua kaki terasa nyeri dan sulit digerakkan,mual + tidak bisa muntah,BAK lancar, BAB terdapat darah kehitaman.Makan minum normal, mulut terasa pahit,perut terasa sebah.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 120/60 mmHgN: 100 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 4 Januari 2014S: Nyeri ulu hati, pusing +, kedua kaki terasa nyeri dan sulit digerakkan,mual +,BAK lancar,BAB lancar warna biasa.Makan minum normal, mulut terasa pahit.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 110/80 mmHgN: 88 x/menitRR: 28 x/menitSuhu: 36,3 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 6 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri, geringgingan,nyeri perut -,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 110/80 mmHgN: 84 x/menitRR: 28x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 7 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar, nyeri ulu hati +O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/70 mmHgN: 100 x/menitRR: 20 x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 8 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri,nyeri perut +,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/60 mmHgN: 80 x/menitRR: 28 x/menitSuhu: 37,1 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 9 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri,nyeri perut +,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/70 mmHgN: 84 x/menitRR: 24x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 10 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri, Nyeri kepala belakang,nyeri perut -,makan minum normal mual muntah -, Belum BAB 2 hari, BAK lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/60 mmHgN: 96 x/menitRR: 16 x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 11 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri,nyeri perut -,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/60 mmHgN: 96 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,6 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.MecobalaminTanggal 13 Januari 2014S:Nyeri linu kaki kanan dan kiri,kedua kaki kesemutan,nyeri perut +,makan minum normal, mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/60 mmHgN: 88 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, nyeri tekan hipokondrium dekstra +,Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: - Inf.RL 20 tpm- Inj.Ranitidine- Inj.cefotaxime- Inj.Ondansentron- Inj.Mecobalamin

Tanggal 14 Januari 2014S:Pusing +,nyeri perut ulu hati +,makan minum normal mual muntah -, BAK/BAB lancar.O: KU : CukupKesadaran : ComposmentisTD : 100/70 mmHgN: 96 x/menitRR: 24 x/menitSuhu: 36,5 0CK/L: a/i/c/d -/+/-/-Thorax: Simetris kanan/kiriParu-paru: Vesikuler kanan/kiri Rh -/- Wh -/-Jantung: S1 S2 tunggalAbdomen: Soefl +, Bising usus normal, Nyeri tekan epigastrium +, Hepar/Lien /Ginjal Tidak terabaEkstremitas: akral hangat, edema A: LeptospirosisP: Tab.Ciprofloxacin Tab.Antasida Tab. Asam mefenamat Tab.Multivitamin

BAB IIITINJAUAN PUSTAKALeptospirosis adalah penyakit infeksi yang menyerang manusia dan hewan. Penyakit ini disebabkan oleh leptospira patogenik dan memiliki manifestasi klinis yang luas, bervariasi mulai dari infeksi yang tidak jelas sampai fulminan dan fatal. Pada jenis yang ringan, leptospirosis dapat muncul seperti influenza dengan sakit kepala dan myalgia. Leptospirosis yang berat, ditandai oleh jaundice, disfungsi renal dan diatesis hemoragik, dikenal dengan Weils syndrome.(S-1)

3.1Definisi (1,4)Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh leptospira patogen Leptospira icterohemorrhagica.Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik serotipenya. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun 1886 yang membedakan penyakit yang disertai ikterus ini dengan penyakit lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya dikenal sebagai Weils disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slamp fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium. Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk emerging infectious disease.

3.2Etiologi (1)

Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili treponemataceae, suatu mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 6-20 mm, dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1-0,2 um. Salah satu ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu kait.Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya flagella. Spirochaeta ini demikian halus sehingga dalam mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil.Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi leptospira secara umum dapat dilihat.Untuk mengamati lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap.Leptospira membutuhkan membutuhkan media dan kondisi yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk membuatkultur yang positif. Dengan medium Fletchers dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.Secara sederhana, genus leptospira terdiri atas dua spesies; L. interrogans yang patogen dan L. biflexa yang non paogen/saprofit. L. interrogans dibagi menjadi beberapa serogrup dan serogrup ini dibagi menjadi banyak serovar menurut komposisi antigennya. Beberapa serovar L. interrogans yang dapat menginfeksi manusia diantaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, L. javanica, dan lain-lain.Menurut bebrapa peneliti, yang tersering menginfeksi manusia adalah L. icterohaemorrhagica dengan reservoar tikus, L. canicola dengan reservoar anjing, dan L. pomona dengan reservoar sapi dan babi.

3.3Epidemiologi(5)Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883.Pada tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit occupational ini. Leptospirosis adalah zoonosis penting dengan penyebaran luas yang mempengaruhi sedikitnya 160 spesies mamalia. Tikus, adalah reservoir yang paling penting, walaupun mamalia liar yang lain yang sama dengan hewan peliharaan dan domestik dapat juga membawa mikroorganisme ini. Leptospira meningkatkan hubungan simbiosis dengan hostnya dan dapat menetap pada tubulus renal selama beberapa tahun.(s-1)Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian besar kasus terjadi saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan bersifat alkalis.Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui. Penemuan kasus leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed, unrreported dan underreported sejak beberapa laporan menunjukkan gejala asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah diagnosis dan nonfatal. Leptospirosis terutama didapatkan di daerah tropik, lingkungan yang berair, adanya binatang liar/peliharaan, serta erat kaitannya dengan pekerjaan petani,pekerja kebersihan,militer.Kondisi lingkungan air, temperatur hangat, hujan sangat baik untuk penyebaran leptospira.Mikroorganisme mampu bertahan berminggu-bulan dalam pH netral/alkalis, suhu 28-32 C.Sebagai reservoir adalah binatang liar/domestik yaitu tikus.Penularan terjadi sebagai akibat kontak dengan urine binatang reservoir.Pengendalian leptospirosis sulit karena kuman hidup simbiosis dalam ginjal hostdan sumber infeksi umumnya dari binatang liar.Faktor-faktor yang menentukan penyebaran penyakit adalah :1. Lingkungan alam : tropik, banyak hujan,genangan air, tanah alkalis, temperatur tinggi,keanekaragaman hayati.2. Musim : hujan, banjir, air selokan yang membludak, bencana alam3. Tempat tinggal : rural, urban4. Binatang sekitar : tikus, binatang liar lain/domestik5. Pria,usia aktif6. Pekerjaan : Kontak bahan infectious,misalnya petani,pekerja kebersihan,veterinarian,abbatoir7. Rekreasi : kontak air tercemar,misalnya berenang,rafting memancing3.4Penularan(1,2,3)Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini, bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menularkan leptospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan, atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.

3.5Patogenesis(1)Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan di sana dan dilepaskan melalui urin. Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya aglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4 minggu.Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis; invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.

Patologi (1,6)

Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang bertanggung jawab atas terjadinya keadaan patologi pada bebrapa organ. Lesi yang muncul terjadi karena kerusakan pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirosis terdapat perbedaan anatara derajat gangguan fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut. Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Lesi inflamasi menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit, dan sel plasma. Pada kasus yang erat terjadi kerusakan kapiler dengan pedarahan yang luas dan disfungsi hepatoseluler dengan retensi bile. Selain di ginjal, leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk ke dalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi akibat komplikasi leptospirosis. Organ-organ yang sering dikenai leptospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan spesifik pada organ :1. GinjalInterstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuclear merupakan bentuk lesi pada leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat tubular nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal, hemolisis dan invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.2. HatiHati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan proliferasi sel kupfer dengan kolestasis. Pada kasus-kasus yang diotopsi, sebagian ditemukan leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-sel parenkim.3. JantungEpikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat fokal atau difus berupa interstitial edema dengan infiltrasi sel mononuclear dan plasma. Nekrosis berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan endokarditis.4. Otot rangkaPada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa local nekrotis, vakuolisasi dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.5. MataLeptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan bertahan beberapa bulan walaupun antibody yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis.6. Pembuluh darahTerjadi perubahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan menimbulkan perdarahan. Sering ditemukan perdarahan/pteki pada mukosa, permukaan serosa dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit7. Susunan saraf pusatLeptospira mudah masuk kedalam cairan cerebrospinal (CSS) dan dikaitkan dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya respon antibody, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis diperantarai oleh mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit peningkatan sel mononuclear arakhnoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis aseptic, biasanya paling sering disebabkan oleh L. canicola.

Weil Disease(1,2)

Weil Disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran, demam tipe kontinua, dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan dalam jaringan. Gejala awal dari sindroma Weil lebih ringan dari leptospirosis.Pemeriksaan darah menunjukkan adanya anemia. Pada kari ke-3 sampai hari ke-6, muncul tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Penderita akan merasakan sakit saat berkemih atau air kemihnya berdarah. Kerusakan hati biasanya ringan dan akan sembuh total.Penyakit weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis. Penyebab weil disease adalah serotipe icterohaemorragica, pernah juga dilaporkan oleh seotipe copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis berupa gangguan renal, hepatik atau disfungsi vaskular.

Gambaran Klinis (1,5,6)Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosos mempunyai 2 fase penyakit khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.Manifestasi klinis yang sering terjadi ialah demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, conjungtival suffusion, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, ruam kulit, fotofobia. Sedangkan manifestasi klinis yang jarang terjadi ialah pneumonitis, hemoptoe, delirim, perdarahan, diare, edema, splenomegali, artralgia, gagal ginjal, neuritis, pankreatitis, parotitis, epididimitis, hematemesis, asites, miokarditis.

Fase LeptospiremiaFase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang diserai nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai menggigil, juga didapati mual dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus disertai penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat, bradikardi relatif, dan ikterus (50%). Pada hari ke 3-4 dapat dijumpai adanya konjungtiva suffusion dan fotofobia. Pada kulit dapat dijumpai rash yang berbentuk makular, makulopapular, atau urtikaria. Kadang-kadang dijumpai splenomegali, hepatomegali, serta limfadenopati. Fase ini berlangsung 4-7 hari. Jika cepat ditangani pasien akan membaik, suhu akan kembali normal, penyembuhan organ-organ yang terlibat dan fungsinya kembali normal 3-6 minggu setelah onset. Pada keadaan sakit yang lebih berat demam turun setelah 7 hari diikuti oleh bebas demam selama 1-3 hari, setelah itu terjadi demam kembali. Keadaan ini disebut fase kedua atau fase imun.

Fase ImunFase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang mencapai suhu 40C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang menyeluruh pada leher, perut, dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat perdarahn berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia dan ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, ptekie, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan paling sering. Conjungtiva injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomonis untuk leptospirosis.Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala dan tanda meningitis, tetapi pleiositosos pada CSS dijumpai pada 50-90% pasien. Tanda-tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya menghilang setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dijumpai didalam urin.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI(s-1)Ditemukannya sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan proteinuria ringan pada leptospirosis anikterik menjadi gagal ginjal dan azotemia pada kasus yang berat. Jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat. Pada leptospirosis anikterik, jumlah leukosit antara 3000-26000/L, dengan pergeseran ke kiri; pada Weils sindrome, sering ditandai oleh leukositosis. Trombositopenia yang ringan terjadi pada 50% pasien dan dihubungkan dengan gagal ginjal. Pada perbandingannya dengan hepatitis virus akut, leptospirosis memiliki bilirubin dan alkali phospatase serum yang meningkat sama dengan peningkatan ringan dari aminotransferase serum (sampai 200/ul). Pada Weils sindrome, protrombin time dapat memanjang tetapi dapat dikoreksi dengan vitamin K. Kreatin phospokinase yang meningkat pada 50 % pasien dengan leptospirosis selama minggu pertama perjalanan penyakit, dapat membantu membedakannya dengan infeksi hepatitis virus.Bila terjadi reaksi meningeal, awalnya terjadi predominasi leukosit polimorfonuklear dan diikuti oleh peningkatan sel mononuklear. Konsentrasi protein pada LCS dapat meningkat dan glukosa pada LCS normal.Pada leptopirosis berat, lebih sering ditemukan abnormalitas gambaran radiologis paru daripada berdasarkan pemeriksaan fisik berupa gambarab hemoragik alveolar yang menyebar. Abnormalitas ini terjadi 3-9 hari setelah onset. Abnormalitas radiografi ini paling sering terlihat pada lobus bawah paru.3.6DiagnosisPada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit karena pasien biasanya datang meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan diatesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang dengan pankreatitis. Pada anamnesis penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok risiko tinggi. Gejala atau keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali, dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai leukositosis, normal, atau sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria, dan cast. Bila organ hati terlibat, bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal. Trombositopenia terdapat pada 50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.

KulturDengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari pertama perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic. Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Kadng-kadang kultur urin masih positif selama memerapa bulan atau tahun setelah sakit. Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh, digunakan medium Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur , karena leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11 hari. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat digunakan.

SerologiJenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaktion (PCR), silver stain, atau fluroscent antibody stain, dan mikroskop lapangan gelap.

Table 3. Jenis uji serologi pada LeptospirosisMicroscopic Agglutination Test (MAT)Macroscopic Slide AgglutinationTest (MSAT)Uji carik celup : Enzyme linked immunosorbant assay- Lepto Dipstick (ELISA)- LeptoTek Lateral Flow Microcapsule agglutination testAglutinasi lateks kering Patoc-slide agglutination test (PSAT)(LeptoTek Dry-Dot) Sensitized erythrocyte lysis test (SEL)Indirect Fluorescent antibody test (IFAT)Counter immune electrophoresis (CIE)Indirect haemagglutination test (IHA)Uji aglutinasi lateksComplement fixation test (CFT)

3.7Diagnosis banding(s-1)Leptospirosis harus dibedakan dengan demam yang lain dihubungkan dengan sakit kepala dan nyeri otot,seperti dengue, malaria, demam enterik, hepatitis virus, dan penyakit rickettsia.* Dengue Fever* Hantavirus Cardiopulmonary Syndrome* Hepatitis* Malaria* Meningitis* Mononucleosis, influenza* Enteric fever* Rickettsial disease* Encephalitis* Primary HIV infection

3.8PengobatanPengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi, perdarahan dan gagal ginjal sangat penting pada leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.(1)Pemberian antibiotic harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari setelah onset cukup efektif. Berbagai jenis antibiotik pilihan, seperti : (1)

Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian intra vena penicillin G, amoxiciliin, ampisilin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk kasus-kasus ringan dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau amoksisilin maupun sefalosporin. (1)Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu diingat bahwa antibiotika bermanfaat jika leptospira masih di dalam darah (fase leptospiraemia). Pada pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch- Herxherimer 4 sampai 6 jam setelah pemberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas anti-leptospira. Tindakan suportif diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal secara umum. Kalu terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan dialysis. (1)Dialisis perlu dipertimbangkan bila dijumpai salah satu berikut :1. Hiperkalemia yang intractable ( K>6,5 mmol/l)2. Asidosis yang sulit dikoreksi3. Edema paru4. Ensefalopati uremik5. Pericarditis uremik6. Oligouria (produksi urine kurang dari 200ml/12 jam dan BUN lebih dari 100mg/dl)

3.9Prognosis(s-1)Mortalitas 5-20%,dipengaruhi oleh terminologi leptospirosis, derajat penyakit,serovar berlainan, usia lanjut, oligouria, renal failure,dyspnea,respiratory insuficiency,kadar billirubin tinggi,leukositosis, ECG abnormal,perubahan status mental,sumber daya dan fasilitas.Prognosis penderita dengan infeksi ringan sangat baik tetapi kasus yang lebih berat seringkali lebih buruk. Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal, karena pada kasus dengan ikterus angka kematian mencapai 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%. Sedangkan leptospirosis selama kehamilan dapat meningkatkan mortalitas fetus.

3.10KomplikasiKomplikasi meliputi meningitis, fatigue berlebihan, gangguan pendengaran, distress respirasi, azotemia, dan renal interstitial tubular necrosis yang akhirnya menyebabkan gagal ginjal dan kadang juga gagal hati. Bentuk berat dari penyakit ini disebut Weils disease. Masalah kardiovascular juga dapat terjadi.(2) Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6. Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian. Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak. Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas. Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva). Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.

3.11PencegahanPencegahan leptospirosis khususnya didaerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang memiliki risiko tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian terhadap tentara Amerika di hutan Punama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2% menjadi 0,2% san efikasi pencegahan 95%.(1)Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama direkomendasikan, tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut. (1)Sementara itu, cara-cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat agar terhindar dari penyakit ini, diantaranya: Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus. Mencuci tangan, dengan sabun sebelum makan. Mencuci tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/ sampah/ tanah/ selokan dan tempat tempat yang tercemar lainnya. Melindungi pekerja yang beresiko tinggi terhadap Leptospirosis ( petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan dan lain lain ) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan. Menjaga kebersihan lingkungan. Menyediakan dan menutup rapat tempat sampah. Membersihkan tempat tempat air dan kolam kolam renang. Menghindari adanya tikus didalam rumah atau gedung. Menghindari pencemaran oleh tikus. Melakukan desinfeksi terhadap tempat tempat tertentu yang tercemar oleh tikus. Meningkatkan penangkapan tikus.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eugene Braunwald et al,2001.Principle of internal medicine,Harrisons 15th edition.Mc2. Gordon Cook, 1996.Mansons Tropical Disease 20th ELBS with WB Saunders London.3. Mandell Gl et al., 1995.Douglas and Bennets Principles and Practice of Infectious Disease 4th edition.Churchill Livingstone New York,pp.690-704.4. Zein, Umar. Leptospirosis. Dalam buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III edisi IV. Jakarta : pusat penerbitan Departemen ilmu penyakit dalam FKUI. 2006. Hal 1823-5.5. Anonim. Leptospirosis, diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis pada hari minggu, 20 Desember 2009.6. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Leptospirosis&action=edit&section=5 pada hari minggu, 20 Desember 2009.7. Anonim. Leptopsirosis,diunduh dari http://medicastore.com/penyakit/190/Leptospirosis.html hari minggu, 20 Desember 2009.8. Cunha, John P. Leptospirosis. http://www.medicinenet.com/leptospirosis/page2.htm9. Dugdale, David C. Leptospirosis. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001376.htm