referat adim bedah
-
Upload
adimas-putra-firdaus -
Category
Documents
-
view
219 -
download
0
description
Transcript of referat adim bedah
REFERAT
MANAJEMEN AKUT ABDOMEN
Disusun oleh:
Adimas Putra Firdaus
112011101006
Dokter Pembimbing:
dr. Samsul Huda, Sp.B
Disusun untuk Melaksanakan Tugas Kepaniteraan Klinik
Lab/SMF ILMU BEDAH
Di RSD dr. Soebandi Jember
SMF/LAB ILMU BEDAH
RSD DR. SOEBANDI JEMBER
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan ataupun
perforasi akibat trauma.
Manajemen pasien dengan akut abdomen memerlukan keputusan yang
tepat dalam rentang waktu yang singkat, untuk melakukan operasi pembedahan.
Keputusan ini membutuhkan evaluasi dari riwayat pasien dan pemeriksaan fisik,
data laboratorium, dan tes pencitraan. Sindrom acute abdominal pain
menyebabkan sejumlah besar kunjungan ke rumah sakit dan dapat terjadi pada
mereka yang sangat muda, sangat tua, laki-laki maupun perempuan, dan semua
tingkatan sosioekonomi.
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi
Gawat Darurat setiap tahunnya diseluruh dunia. Dimana, 25-41% merupakan
kasus akut abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar
merupakan kasus ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa
kasus mengancam jiwa dapt berujung kepada kematian akibat misdiagnosis,
termasuk diantaranya ruptur aorta, aneurisma, appendicitis, kehamilan ektopik,
dan infark miokard.
Semua pasien dengan nyeri abdomen harus menjalani evaluasi untuk
menegakkan diagnosis sehingga pengobatan tepat waktu dan dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari
semua kunjungan gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat.
Studi lain menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat
mengeluh nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu
anak dan geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering
disebabkan oleh apendisitis , sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan
infark usus lebih umum terjadi pada bayi.
2
BAB II
ISI
A. DEFINISI
Akut abdomen adalah suatu kondisi abdomen yang terjadi secara
mendadak pada umumnya diikuti nyeri perut akibat dari radang, luka,
penyumbatan (obstruksi), kerusakan organ (ruptur), sehingga memerlukan
tindakan bedah darurat. Akut abdomen adalah suatu keadaan nyeri perut hebat
yang terjadi dalam hitungan jam dan tidak diketahui diketahui penyebabnya,
dimana dianggap sebagai keadaan darurat bedah karena tanda dan gejala
klinisnya.1
B. EPIDEMIOLOGI
Kasus abdominal pain tercatat 5% sampai 10% dari semua kunjungan
gawat darurat atau 5 sampai 10 juta pasien di Amerika Serikat. Studi lain
menunjukkan bahwa 25% dari pasien yang datang ke gawat darurat mengeluh
nyeri perut. Diagnosis bervariasi sesuai untuk kelompok usia, yaitu anak dan
geriatri. Sebagai contoh nyeri perut pada anak-anak lebih sering disebabkan
oleh apendisitis, sedangkan penyakit empedu, usus diverticulitis, dan infark
usus lebih umum terjadi pada bayi.2
C. ETIOLOGI
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan akut abdomen, apapun
penyebabnya gejala utama yang menonjol adalah nyeri akut pada daerah
abdomen. Secara garis besar, akut abdomen dapat disebabkan oleh infeksi atau
inflamasi, oklusi obstruksi, dan perdarahan. Keadaan infeksi atau peradangaan
misalnya pada kasus apendisitis, kolesistitis, atau penyakit Crohn. Keadaan
oklusi obstruksi misalnya pada kasus hernia inkaserata atau volvulus.
Sedangkan keadaan perdarahan misalnya pada kasus trauma organ abdominal,
kehamilan ektopik terganggu, atau rupture tumor.3
3
Menurut survei World Gastroenterology Organization, diagnosis akhir
pasien dengan nyeri akut abdomen adalah apendisitis (28%), kolesistitis
(10%), obstruksi usus halus (4%), keadaan akut ginekologi (4%), pancreatitis
akut (3%), colic renal (3%), perforasi ulkus peptic (2,5%) atau diverticulitis
akut (1,5%).
D. PATOFISIOLOGI
Nyeri viseral
Nyeri viseral terjadi bila terdapat rangsangan pada organ atau struktur dalam
rongga perut, misalnya cedera atau radang. Peritoneum viserale yang
menyelimuti organ perut dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak peka
terhadap perabaan, atau pemotongan. Dengan demikian sayatan atau
penjahitan pada usus dapat dilakukan tanpa rasa nyeri pada pasien. Akan
tetapi bila dilakukan penarikan atau peregangan organ atau terjadi kontraksi
yang berlebihan pada otot sehingga menimbulkan iskemik, misalnya pada
kolik atau radang pada appendisitis maka akan timbul nyeri. Pasien yang
mengalami nyeri viseral biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat letak
nyeri sehingga biasanya ia menggunakan seluruh telapak tangannya untuk
menunjuk daerah yang nyeri. Nyeri viseral kadang disebut juga nyeri sentral.
Penderita memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan persarafan embrional
organ yang terlibat. Saluran cerna berasal dari foregut yaitu lambung,
duodenum, sistem hepatobilier dan pankreas yang menyebabkan nyeri di ulu
hati atau epigastrium. Bagian saluran cerna yang berasal dari midgut yaitu
usus halus usus besar sampai pertengahan kolon transversum yang
menyebabkan nyeri di sekitar umbilikus. Bagian saluran cerna yang lainnya
adalah hindgut yaitu pertengahan kolon transversum sampai dengan kolon
sigmoid yang menimbulkan nyeri pada bagian perut bawah. Jika tidak disertai
dengan rangsangan peritoneum nyeri tidak dipengaruhi oleh gerakan sehingga
penderita biasanya dapat aktif bergerak.4
Nyeri somatik
Nyeri somatik terjadi karena rangsangan pada bagian yang dipersarafi saraf
tepi, misalnya regangan pada peritoneum parietalis, dan luka pada dinding
4
perut. Nyeri dirasakan seperti disayat atau ditusuk, dan pasien dapat menunjuk
dengan tepat dengan jari lokasi nyeri. Rangsang yang menimbulkan nyeri
dapat berupa tekanan, rangsang kimiawi atau proses radang.
Gesekan antara visera yang meradang akan menimbulkan rangsang
peritoneum dan dapat menimbulkan nyeri. Perdangannya sendiri maupun
gesekan antara kedua peritoneum dapat menyebabkan perubahan intensitas
nyeri. Gesekan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pada appendisitis
akut. Setiap gerakan penderita, baik gerakan tubuh maupun gerakan nafas
yang dalam atau batuk, juga akan menambah intensitas nyeri sehingga
penderita pada akut abdomen berusaha untuk tidak bergerak, bernafas dangkal
dan menahan batuk. 5
Nyeri alih
Nyeri alih terjadi jika suatu segmen persarafan melayani lebih dari satu
daerah. Misalnya diafragma yang berasal dari regio leher C3-C5 pindah ke
bawah pada masa embrional sehingga rangsangan pada diafragma oleh
perdarahan atau peradangan akan dirasakan di bahu. Demikian juga pada
kolestitis akut, nyeri dirasakan pada daerah ujung belikat. Abses dibawah
diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma pada permukaan limpa
atau hati juga dapat menyebabkan nyeri di bahu. Kolik ureter atau kolik
pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti labia
mayora pada wanita atau testis pada pria.5
Nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensoris
akibat cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal adalah nyeri
phantom setelah amputasi, atau nyeri perifer setempat akibat herpes zooster.
Radang saraf pada herpes zooster dapat menyebabkan nyeri yang hebat di
dinding perut sebelum gejala tau tanda herpes menjadi jelas. 5
Hiperestesia
Hiperestesia atau hiperalgesia sering ditemukan di kulit jika ada peradangan
pada rongga di bawahnya. Pada akut abdomen, tanda ini sering ditemukan
pada peritonitis setempat maupun peritonitis umum. Nyeri peritoneum
parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum sehingga
5
penderita dapat menunjuk dengan tepat lokasi nyerinya, dan pada tempat itu
terdapat nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri batuk serta tanpa rangsangan
peritoneum lain dan defans muskuler yang sering disertai hipersetesi kulit
setempat. Nyeri yang timbul pada pasien akut abdomen dapat berupa nyeri
kontinyu atau nyeri kolik. 5
Nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietal akan dirasakan terus
menerus karena berlangsung terus menerus, misalnya pada reaksi radang. Pada
saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi
bagian yang meraadang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. 5
Nyeri kolik
Kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya diakibatkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi
usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini
timbul karena hipoksia yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena
kontraksi berbeda maka kolik dirasakan hilang timbul.
Kolik biasanya disertai dengan gejala mual sampai muntah. Dalam serangan,
penderita sangat gelisah. Yang khas ialah trias kolik yang terdiri dari serangan
nyeri perut yang hilang timbul mual atau muntah dan gerak paksa. 5
Nyeri iskemik
Nyeri perut juga dapat berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan
tidak mereda. Nyeri merupakan tanda adanya jaringan yang terancam
nekrosis. Lebih lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum seperti takikardia,
keadaan umum yang jelek dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan
nekrosis. 5
E. PENEGAKKAN DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Dalam anamnesis penderita akut abdomen, perlu ditanyakan dahulu
permulaan nyerinya, letaknya, keparahannya dan, perubahannya, lamanya
dan faktor yang mempengaruhinya. Adakah riwayat keluhan serupa.
6
Muntah sering didapatkan pada pasien akut abdomen. Pada obstruksi usus
tinggi, muntah tidak akan berhenti dan bertambah berat. Konstipasi
didapatkan pada obstruksi usus besar dan pada peritonitis umum. Nyeri
tekan didapatkan pada iritasi peritoneum. Jika ada radang peritoneum
setempat ditemukan tanda rangsang peritoneum yang sering disertai defans
muskuler. Pertanyaan mengenai defekasi, miksi daur haid, dan gejala lain
seperti keadaan sebelum serangan akut abdomen harus dimasukkan dalam
anamnesis. 6
Letak nyeri perut
Nyeri viseral dari suatu organ biasanya sesuai letaknya sama dengan asal
organ tersebut pada masa embrional, sedangkan letak nyeri somatik
biasanya dekat dengan organ sumber nyeri sehingga relatif mudah
menentukan penyebabnya. Nyeri pada anak presekolah sulit ditentukan
letaknya karena mereka selalu menunjuk daerah sekitar pusat bila ditanya
tentang nyerinya. Anak yang lebih besar baru dapat menentukan letak
nyeri. 4
Sifat nyeri
Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan
nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri
dapat membantu menegakkan diagnosis. Nyeri bilier khas menjalar ke
pinggang dan ke arah belikat, nyeri pankreatitis dirasakan menembus ke
bagian pinggang. Nyeri pada bahu kemungkinan terdapat rangsangan pada
diafragma. 4
Permulaan nyeri dan intensitas nyeri
Bagaimana bermulanya nyeri pada akut abdomen dapat menggambarkan
sumber nyeri. Nyeri dapat tiba-tiba hebat atau secara cepat berubah
menjadi hebat, tetapi dapat pula bertahap menjadi semakin nyeri. Misalnya
pada perforasi organ berongga, rangsangan peritoneum akibat zat kimia
akan dirasakan lebih cepat dibandingkan proses inflamasi. Demikian juga
intensitas nyerinya. Sesorang yang sehat dapat pula tiba-tiba langsung
merasakan nyeri perut hebat yang disebabkan oleh adanya sumbatan,
7
perforasi atau pluntiran. Nyeri yang bertahap biasanya disebabkan oleh
proses radang, misalnya pada kolesistitis atau pankreatitis.
Posisi pasien
Posisi pasien dalam mengurangi nyeri dapat menjadi petunjuk. Pada
pankreatitis akut pasien akan berbaring ke sebelah kiri dengan fleksi pada
tulang belakang, panggul dan lutut. Kadang penderita akan duduk
bungkuk dengan fleksi sendi panggul dan lutut. Pasien dengan abses hati
biasanya berjalan sedikit membungkuk dengan menekan daerah perut
bagian atas seakan-akan menggendong absesnya. Appendisitis akut yang
letaknya retrosaekum mendorong penderitanya untuk berbaring dengan
fleksi pada sendi panggul sehingga melemaskan otot psoas yang teriritasi.
Akut abdomen yang menyebabkan diafragma teritasi akan menyebabkan
pasien lebih nyaman pada posisi setengah duduk yang memudahkan
bernafas. Penderita pada peritonitis lokal maupun umum tidak dapat
bergerak karena nyeri, sedangkan pasien dengan kolik terpaksa bergerak
karena nyerinya.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum, wajah, denyut
nadi, pernafasan, suhu badan dan sikap berbaring. Gejala dan tanda
dehidrasi, perdarahan, syok dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Inspeksi
Pada ileus obstruksi terlihat distensi abdomen bila obstruksinya letak
rendah, dan bila orangnya kurus kadang-kadang terlihat peristalik usus
(Darm-steifung). Tanda-tanda khusus pada trauma daerah abdomen.
Keadaan nutrisi penderita. Cullen’s sign (daerah kebiruan pada
periumbilical) dan grey turner’s sign (daerah kebiruan pada bagian flank)
merupakan tanda pancreatitis
8
Bekas-bekas trauma pada dinding abdomen, memar, luka, prolaps
omentum atau usus. Kadang-kadang pada trauma tumpul abdomen sukar
ditemukan tanda-tanda khusus, maka harus dilakukan pemeriksaan
berulang oleh dokter yang sama untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya
perubahan pada pemeriksaan fisik. Pada ileus obstruksi terlihat distensi
abdomen bila obstruksinya letak rendah, dan bila orangnya kurus kadang-
kadang terlihat peristalsis usus (Darm-steifung). 7
9
Palpasi
Palpasi akan menunjukkan 2 gejala yaitu nyeri dan muscular
rigidity/ defense musculaire. Nyeri yang memang sudah dan akan
bertambah saat palpasi sehingga dikenal gejala nyeri tekan dan nyeri lepas.
Pada peitonitis lokal akan timbul rasa nyeri di daerah peradangan dan
daerah penekanan dinding abdomen. defense musculaire/ muscular rigidity
ditimbulkan karena rasa nyeri peritonitis diffusa dan rangsangan palpasi
bertambah sehingga terjadi defense musculaire. 7
Kebanyakan kasus nyeri epigastrik atau nyeri perut atas akan didapatkan
nyeri tekan. Ada beberapa teknik palpasi khusus murphy sign (palpasi
dalam di perut bagian kanan atas menyebabkan nyeri hebat dan
berhentinya nafas sesaat) untuk cholecystitis, rovsing sign (nyeri di perut
kanan bawah saat palpasi di daerah kiri bawah/samping kiri) pada
appendicitis. Nyeri lepas di perut kanan bawah pada appendicitis dan nyeri
lepas di hampir seluruh bagian perut pada kasus peritonitis. Palpasi pada
kasus akut abdomen memberikan rangsangan peritoneum melalui
peradangan atau iritasi peritoneum secara lokal atau umum tergantung dari
luasnya daerah yang terkena iritasi. 7
Hepatomegali menandakan hepatitis dan abses hepar jika hebar
teraba lunak, atau ca liver jika teraba keras dan berbenjol-benjol. Benjolan
di daerah epigastrik dapat berupa kanker lambung atau pancreas. 7
Perkusi
Perkusi pada akut abdomen dapat menunjukkan 2 hal yaitu
perasaan nyeri oleh ketokan jari yang disebut sebagai nyeri ketok dan
bunyi timpani karena meteorismus disebabkan distensi usus yang berisikan
gas karena ileus obstruksi letak rendah. Pekak hati yang menghilang
merupakan tanda khas terjadinya perforasi (tanda pneumoperitoneum,
udara menutupi pekak hati). 7
10
Auskultasi
Auskultasi dapat memberikan informasi yang berguna tentang
saluran pencernaan dan sistem vaskular. Suara usus biasanya dievaluasi
kuantitas dan kualitasnya.
Data ini kemudian dapat dibandingkan dengan temuan selama palpasi dan
dievaluasi untuk konsistensi. Meskipun beberapa pasien sengaja mencoba
untuk menipu dokter mereka, beberapa mungkin melebih-lebihkan
keluhan rasa sakit mereka sehingga tidak dapat diabaikan atau dianggap
enteng.
Cruveilhier-Baumgarten sign, adanya murmur pada auskultasi caput
medusa pasien dengan hipertensi portal, akibat rekanalisasi dari vena
umbilical dengan aliran balik dari vena porta. 7
Rectal Toucher
Pemeriksaan rectal toucher atau perabaan rektum dengan jari
telunjuk juga merupakan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi adanya
trauma rektum atau keadaan ampulla recti apakah berisi faeces atau teraba
tumor.
Colok dubur dapat membedakan antara obstruksi usus dengan paralisis
usus karena pada paralisis dijumpai ampula rekti yang melebar, sedangkan
pada obstruksi usus ampulanya kolaps. Pemeriksaan vagina menambah
informasi kemungkinan kelainan di organ ginekologis. 4
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk memantau kemungkinan
terjadinya perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya
perdarahan cukup banyak terutama pada kemungkinan ruptura
lienalis.
11
Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya
trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
2) Pemeriksaan urine rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai
hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya
trauma pada saluran urogenital. 8
b. Pemeriksaan radiologi
1) Foto thoraks
Selalu harus diusahakan pembuatan foto thoraks dalam posisi tegak
untuk menyingkirkan adanya kelainan pada thoraks atau trauma
pada thoraks.
Harus juga diperhatikan adanya udara bebas di bawah diafragma
atau adanya gambaran usus dalam rongga thoraks pada hernia
diafragmatika.
2) Plain abdomen foto tegak
Akan memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
udara bebas retroperitoneal dekat duodenum, corpus alienum,
perubahan gambaran usus.
3) IVP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
persangkaan trauma pada ginjal.
4) Pemeriksaan Ultrasonografi dan CT-scan
Berguna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang
belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum. 9
12
Pencitraan yang di rekomendasi menurut lokasi nyeri akut
abdomen.
Lokasi nyeri Pencitraan
Kuadran kanan atas Ultrasonografi
Kuadran kiri atas CT
Kuadran kanan bawah CT dengan media kontras IV
Kuadran kiri bawah CT dengan media kontras IV dan oral
Suprapubis Ultrasonografi
c. Pemeriksaan khusus
1) Abdominal paracentesis
Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk
menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih
dari 100.000 eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari
rongga peritoneum setelah dimasukkan 100--200 ml larutan NaCl
0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. 9
2) Pemeriksaan laparoskopi
Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung
sumber penyebabnya. 9
3) Rektosigmoidoskopi
Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan
rektosigmoidoskopi. 9
4) NGT
Pemasangan nasogastric tube (NGT) untuk memeriksa cairan yang
keluar dari lambung pada trauma abdomen.
13
Dari data yang diperoleh melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan tambahan dan pemeriksaan khusus dapat diadakan
analisis data untuk memperoleh diagnosis kerja dan masalah-
masalah sampingan yang perlu diperhatikan. Dengan demikian
dapat ditentukan tujuan pengobatan bagi penderita dan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan pengobatan.
F. DIAGNOSIS BANDING
Kadang sukar membedakan kelainan akut di perut yang disertai nyeri perut
dengan kelainan akut di toraks yang menyebabkan nyeri perut. Umumnya
pada anamnesis nyata bahwa penyakit organ toraks tidak didahului atau
disertai dengan mual atau muntah. Kelainan perut umumnya tidak mulai
dengan panas tinggi atau menggigil (kecuali pada apendisitis dan tifus
abdominalis), sedangkan panas tinggi yang disertai menggigil lazim
ditemukan sebagai tanda awal kelainan akut toraks seperti pleuritis. Pada
pemeriksaan perut pun tidak ditemukan tanda rangsangan peritoneum. Nyeri
perut juga dapat disebabkan oleh kelainan organ kelamin dan saluran kemih.
Radang akut (pielitis) atau pionefros serta kolik ureter (batu atau gumpalan
darah) mungkin menyebabkan tanda yang mirip akut abdomen. 3
14
15
Kwandran kanan atas: 1. Cholecystitis acute 2. Perforasi tukak duodeni 3. Pancreatitis acute 4. Hepatitis acute 5. Acute congestive hepatomegaly 6. Pneumonia + pleuritis 7. Pyelonefritis acute 8. Abses hepar
Kwandran kiri atas: 1. Ruptur lienalis 2. Perforasi tukak lambung 3. Pancreatitis acute 4. Ruptur aneurisma aorta 5. Perforasi colon (tumor/corpus alineum) 6. Pneumonia + pleuritis 7. Pyelonefritis acute 8. Infark miokard akut
Paraumbilical: 1. Ileus obstruksi 2. Appendicitis 3. Pancreatitis acute 4. Trombosis A/V mesentrial 5. Hernia Inguinalis strangulata 6. Aneurisma aorta yang pecah 7. Diverculitis (ileum/colon)
Kwandran kanan bawah: 1. Appendicitis 2. Salpingitis acute 3. Graviditas axtra uterine yang pecah 4. Torsi ovarium tumor 5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata 6. Diverticulitis Meckel 7. Ileus regionalis 8. Psoas abses 9. Batu ureter (kolik)
Kwandran kiri bawah: 1. Sigmoid diverculitis 2. Salpingitis acute 3. Graviditas axtra uterine yang pecah 4. Torsi ovarium tumor 5. Hernia Inguinalis incarcerata,strangulata 6. Perforasi colon descenden (tumor, corpus alineum) 7. Psoas abses 8. Batu ureter (kolik)
Perkiraan penyebab berdasarkan fakta bahwa patologi struktur yang mendasari di
setiap regio cenderung memberikan nyeri perut maksimal di regio tersebut. 7
Right hypocondriac Epigastric Left hypocondriac
Right lower lobe
pneumonia/embolismPancreatitis
Left lower lobe
pneumonia/embolism
Cholecystitis Gastritis Large bowel obstruction
Biliary colic Pepti colic
HepatitisMyocardial
infarction
Right lumbar Umbilical Left lumbar
Renal colicSmall bowel
obstructionRenal colic
AppendicitisIntestinal
ischaemiaLarge bowel obstruction
Aortic aneurysm
Gastroenteritis
Crohn’s disease
Right iliac Hypogastric Left Iliac
Appendicitis Cystitis Sigmoid diverticulitis
Crohn’s disease Urinary Retention Left tubo-ovarian pathology
Right tubo-ovarian pathology Dysmenorrhea
Endometriosis
16
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan dari penatalaksanaan Akut abdomen antara lain, adalah :
1) Penyelamatan jiwa penderita
2) Meminimalisasi kemungkinan terjadinya cacat dalam fungsi fisiologis alat
pencemaan penderita. 10
Biasanya langkah-langkah itu terdiri dari :
1) Tindakan penanggulangan darurat
a) Berupa tindakan resusitasi untuk memperbaiki sistim pernafasan dan
kardiovaskuler yang merupakan tindakan penyelamatan jiwa penderita.
Bila sistim vital penderita sudah stabil dilakukan tindakan lanjutan.
b) Restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit.
c) Pencegahan infeksi dengan pemberian antibiotika. 10
2)Tindakan penanggulangan definitif Tujuan pengobatan di sini adalah :
a) Penyelamatan jiwa penderita dengan menghentikan sumber perdarahan.
b) Meminimalisasi cacad yang mungkin terjadi dengan cara :
o Menghilangkan sumber kontaminasi.
o Meminimalisasi kontaminasi yang telah terjadi dengan
membersihkan rongga peritoneum.
o Mengembalikan kontinuitaspassage usus dan menyelamatkan
sebanyak mungkin usus yang sehat untuk meminimalisasi cacat
fisiologis. 10
Tindakan untuk mencapai tujuan ini berupa operasi dengan membuka rongga
abdomen yang dinamakan laparotomi.
Laparotomi eksplorasi darurat
a) Tindakan sebelum operasi
1) Keadaan umum sebelum operasi setelah resusitasi sedapat mungkin harus
stabil. Bila ini tidak mungkin tercapai karena perdarahan yang sangat
17
besar, dilaksanakan operasi langsung untuk menghentikan sumber
perdarahan.
2) Pemasangan NGT (nasogastric tube)
3) Pemasangan dauer-katheter
4) Pemberian antibiotika secara parenteral pads penderita dengan
persangkaan perforasi usus, shock berat atau trauma multipel.
5) Pemasangan thorax-drain pads penderita dengan fraktur iga,
haemothoraks atau pneumothoraks.
b) Insisi laparotomi untuk eksplorasi sebaiknya insisi median atau para median
panjang.
c) Langkah-langkah pada laparotomi darurat adalah :
1) Segera mengadakan eksplorasi untuk menemukan sumber perdarahan.
2) Usaha menghentikan perdarahan secepat mungkin. Bila perdarahan
berasal dari organ padat penghentian perdarahan dicapai dengan tampon
abdomen untuk sementara. Perdarahan dari arteri besar hams dihentikan
dengan penggunaan klem vaskuler. Perdarahan dari vena besar
dihentikan dengan penekanan langsung.
3) Setelah perdarahan berhenti dengan tindakan darurat diberikan
kesempatan pads anestesi untuk memperbaiki volume darah.
4) Bila terdapat perforasi atau laserasi usus diadakan penutupan lubang
perforasi atau reseksi usus dengan anastomosis.
5) Diadakan pembersihan rongga peritoneum dengan irigasi larutan NaCl
fisiologik.
6) Sebelum rongga peritoneum ditutup harus diadakan eksplorasi sistematis
dari seluruh organ dalam abdomen mulai dari kanan atas sampai kiri
bawah dengan memperhatikan daerah retroperitoneal duodenum dan
bursa omentalis.
7) Bila sudah ada kontaminasi rongga peritoneum digunakan drain dan
subkutis serta kutis dibiarkan terbuka. 11
18
Daftar Pustaka
1. Fauci, Antoni, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine.
Edisi 17. New York. Mcgrawhill companies
2. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department
Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001
3. Melissa teo. 2008. Management acute abdomen.
4. Macaluso, C.R. 2012. Evaluation and Management Of acute abdominal
pain inte emergency department.Department of Emergency Mendicine:
Philadelpia
5. ASBGI. 2014. Emergency General Surgery (Acute Abdominal
Pain).www.nice.org.uk/accreditation
6. R,Sjamsuhidajat, Wim de jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.
7. Hospital Surgery: Foundation in surgical Practice,ed. Omer Aziz, et al.
Published by cmbridge university press.2009
8. Graff LG, Robinson D: Abdominal Pain and Emergency Department
Evaluation. Emerg MedClin North Am 19:123-136, 2001
9. Mazzel et al. The Role of US Examination in the Management of Acute
Abdomen.Critical Ultrasound Journal 2013.
10. Sartelli et al. World journal of Emergency Surgery 2013, 8:3
11. Brunicardi FC, Andersen DK, TR, et al. 2010. Shwartz’s Principles of
Surgery. 9th Ed. USA: McGrawHill Companies.
19