Referat

download Referat

of 7

description

referat tatalaksana otitis eksterna

Transcript of Referat

PENDAHULUAN

Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang tua dengan diabetes mellitus, hal ini disebabkan karena pH serumen pada penderita diabetes lebih tinggi dibandingkan dengan pH serumen pada orang non diabetes. Otitis eksterna maligna juga dapat terjadi pada pasien dengan immunocompromised, seperti AIDS yang melibatkan populasi yang lebih muda. Di Amerika Serikat, sekitar 98% otitis eksterna disebabkan oleh P. Aeroginosa, kasus sisanya mungkin disebabkan oleh Proteus Vulgaris, Eschericia coli, S. Aureus1. Komplikasi dari otitis eksterna maligna meliputi lower cranial neuropathies, meningitis, abses otak, dan kematian2.

BAB IANATOMI DAN FISIOLOGI

I. ANATOMI TELINGATelinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, tengah, dan dalam. Telinga luar terdiri atas auricular dan meatus akustikus eksternus. Telinga tengah terdiri dari membrane timpani dan tulang-tulang pendengaran yang terdapat di dalam kavum timpani. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput), vestibulum, dan kanalis semisirkularis3.Auricula, atau daun telinga membentuk sebuah antihelix yang membentuk huruf Y, dengan bagian crux superior di sebelah kiri dari fossa triangularis, crux inferior pada sebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus yang berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga di dekat kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran, angulus conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crus helix yang berada di atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat dari concha, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif di dekat anthelix, helix yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura anterior yang berada di antara tragus dan antitragus, serta lobus yang berada di bagian paling bawah dari daun telinga, dan tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus4.Meatus akustikus eksternus, atau liang telinga, merupakan sebuah tabung berkelok yang menghubungkan auricular dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 1 inchi atau 2,5 cm, dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik auricular ke atas dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani5.Telinga tengah adalah ruang berbentuk kubus berisi udara di dalam petrosa ossis temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid. Telinga tengah berbatasan dengan membran timpani pada bagian luar, vena jugularis pada bagian bawah, dan bagian belakang dengan aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis. Batas atas adalah tegmen timpani, yang dibentuk oleh lempeng tipis tulangm merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan meningans dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media. Batas dalam telinga tengah, berturut-turut dari atas ke bawah ialah: kanalis semisirkuralis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium3.Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah, dan skala media 9duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissners membrane) sedangkan dasar skala media adalam membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

II. FISIOLOGI PENDENGARANPendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah6.Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong.Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan.Energi getar yang telah diamplifikasikan kemudian diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran di lobus temporalis3.

BAB IIOTITIS EKSTERNA MALIGNA

I. DEFINISIOtitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan ke tulang di sekitarnya sehingga timbul kondritis, osteitis, dan osteomyelitis yang menghancurkan tulang temporal.

II. EPIDEMIOLOGIOtitis eksterna sering dijumpai pada daerah-daerah yang panas dan lembab dan jarang pada iklim-iklim sejuk den kering7. Penyakit ini lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan dilaporkan menyerang kelempok semua umur tetapi lebih banyak pada pasien yang lebih tua.

III. ETIOLOGIOtitis eksterna maligna merupakan infeksi yang menyerang liang telinga luar dan tulang temporal. Organisme penyebabnya ialah Pseudomonas aeroginosa yang merupakan pathogen penyebab yang lazim pada otitis eksterna maligna, meskipun sangat jarang juga dapat dijumpai S. aureus, proteus, dan Aspergillus. Umumnya menyerang pasien diabetik yang berusia tua serta pasien dengan disfungsi imun selular, infeksi dimulai dengan otitis eksterna yang progresif menjadi osteomyelitis pada tulang temporal.

IV. PATOFISIOLOGI

V. TATALAKSANAVI. KOMPLIKASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Cody, D.T. 1997. Otolgia (Nyeri Telinga). Dalam Penyakit Telinga, Hidung, dan Tenggorokan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta, hal 44-482. Buchman CA, Levine JD, Balkany TJ. Infections of the Ear. In: Lee KJ, ed. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. Eight edition. McGraw-Hill Companies, Inc. USA, 2003: 468-70.3. Rusmarjono, Soepardi EA. Gangguan pendengaran dan kelainan telinga. Dalam : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti Dwi R, editor. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2007: h.10-34. Adams GL. Boies LR and Paparella MA : Fundamentals Of Otorhinolanyngology. WB.Saunders Co Asean ED, 1978, 5 th Edition. Lee KJ. Essential Otolaryngology head & neck surgery. 9th ed. McGrawHill Medical. New York 1991.5. Ballantyne J and Govers J : Scott Browns Disease of the Ear, Nose, and Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol. 56. Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit: EGC. Jakarta 2006.7. Kumar S. Fundamentals of Ear, Nose and Throat Diseases and Head - Neck Surgery, 6`h ed, Calcutta, Medical Book Company, 1996 : 77 - 81.