REFERAT

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya bahkan membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat. Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita. Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini berusaha merangkum mengenai patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi muskuloskeletal tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka kami ingin memberi referat ini dengan judul “OSTEOMYELITIS AKUT DAN KRONIS”. 1

description

OSTEOMYELITIS

Transcript of REFERAT

Page 1: REFERAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Osteomielitis adalah merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada tulang dan

struktur-struktur disekitarnya akibat infeksi dari kuman-kuman piogenik. Infeksi

muskuloskeletal merupakan penyakit yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur

dari sistem muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya

bahkan membahayakan jiwa. Dalam dua puluh tahun terakhir ini telah banyak

dikembangkan tentang bagaimana cara menatalaksana penyakit ini dengan tepat.

Seringkali usaha ini berupa suatu tim yang terdiri dari ahli bedah ortopedi, ahli bedah

plastik, ahli penyakit infeksi, ahli penyakit dalam, ahli nutrisi, dan ahli fisioterapi yang

berkolaborasi untuk menghasilkan perawatan multidisiplin yang optimal bagi penderita.

Infeksi dalam suatu sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui dua cara, baik

melalui peredaran darah maupun akibat kontak dengan lingkungan luar tubuh. Referat ini

berusaha merangkum mengenai patogenesis, diagnosis, dan tatalaksana dari infeksi

muskuloskeletal tersebut.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka kami ingin memberi referat ini dengan

judul “OSTEOMYELITIS AKUT DAN KRONIS”.

1.2. Tujuan

Untuk lebih memahami osteomyelitis akut dan kronis terutama tentang definisi,

proses terjadinya osteomyelitis, epidemiologi, patogenesis serta penatalaksanaannya.

1.3. Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

sehingga dapat membantu dalam mempelajari penatalaksanaan osteomyelitis akut dan

kronis.

1

Page 2: REFERAT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Osteomielitis (osteo – berasal dari bahasa yunani, yang berarti tulang, mielo-yang berarti

sumsum tulang, dan –itis adalah inflamasi) yang berarti suatu infeksi dari tulang dan sumsum

tulang. Osteomielitis dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan

sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum. Osteomielitis dapat diklasifikasikan pada

organisme penyebabnya (bakteri piogenik atau mikobakteria), durasi, dan anatomi lokasi infeksi.

2.2 EPIDEMIOLOGI

Morbiditas

Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonates adalah sekitar

1 kasus per 1.000 kejadian. Sedangkan kejadian pada pasien dengan anemia sel sabit adalah

sekitar 0,36%. Prevalensi osteomielitis setelah trauma pada kaki sekitar 16% (30-40% pada

pasien dengan DM). insidensi osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000

penduduk.

Morbiditas dapat signifikan dan dapat termasuk penyebaran infeksi lokal ke jaringan

lunak yang terkait atau sendi; berevolusi menjadi infeksi kronis, dengan rasa nyeri dan

kecacatan; amputasi ekstremitas yang terlibat; infeksi umum; atau sepsis. Sebanyak10-15%

pasien dengan osteomielitis vertebral mengembangkan temuan neurologis atau kompresi corda

spinalis. Sebanyak 30% dari pasien anak dengan osteomielitis tulang panjang dapat

berkembang menjadi trombosis vena dalam (DVT). Perkembangan DVT juga dapat menjadi

penanda adanya penyebarluasan infeksi. (Randall, 2011).

2

Page 3: REFERAT

Komplikasi vaskular tampaknya lebih umum dijumpai dengan Staphylococcus Aureus

yang resiten terhadap methacilin yang didapat dari komunitas (Community-Acquired Methicillin-

Resistant Staphylococcus Aureus / CA-MRSA) dari yang sebelumnya diakui. 

Mortalitas

Tingkat mortalitas rendah, kecuali yang berhubungan dengan sepsis  atau keberadaan

kondisi medis berat yang mendasari.

Ras

Tidak ada peningkatan kejadian osteomielitis dicatat berdasarkan ras.

Jenis kelamin

Pria memiliki resiko relatif lebih tinggi, yang meningkatkan melalui masa kanak-kanak,

memuncak pada masa remaja dan jatuh ke rasio rendah pada orang dewasa.

Usia

Secara umum, osteomielitis memiliki distribusi usia bimodal. Osteomielitis akut

hematogenous  merupakan suatu penyakit primer pada anak. Trauma langsung dan fokus

osteomielitis  berdekatan lebih sering terjadi pada orang dewasa dan remaja dari pada

anak. Osteomielitis vertebral lebih sering pada orang tua dari 45 tahun.

2.3 ETIOLOGI

Walaupun sistem muskuloskeletal dapat diinfeksi oleh berbagai macam agen, tetapi yang

paling banyak disebabkan oleh infeksi bakteri. Staphylococcus aureus, Streptococcus, dan

Haemophilus influenza adalah yang paling umum menyebabkan osteomielitis hematogen pada

anak-anak. Organisme bakteri yang jarang menyebabkan osteomielitis termasuk Borrelia

burgdorferi (penyakit Lyme), Mycobacterium tuberculosis, Brucella, dan bakteri anaerob

Clostridium dan Bacteroides. Organisme yang tidak biasa menyebabkan infeksi secara umum

tetapi bersimbiosis dengan penyakit immunocomprimesed seperti jamur (Blastomyces,

3

Page 4: REFERAT

Cryptococcus, Histoplasma, Sporotrichum, dan Coccidioidomycoses) dan atipikal mikobakteri

(kansasii, avium-intracellulare, fortuitum, triviale, dan scrofulaceum).

Peningkatan populasi immunocompromised karena penyebab iatrogenik (misalnya,

transplantasi organ) dan penyakit lain (misalnya, AIDS dan rheumatoid arthritis) telah

meningkatkan spektrum bakteri yang dapat menyebabkan infeksi muskuloskeletal. Beberapa

bukti bahkan menunjukkan bahwa penyakit Paget merupakan manifestasi lambat suatu infeksi

tulang.

4

Page 5: REFERAT

2.4 PATOGENESIS

Seluruh infeksi harus selalu adanya keterkaitan antara penyerangan mikroba dan

pertahanan penjamu. Infeksi terjadi apabila jika organisme bersifat virulen dan jumlah inokulum

yang besar. Bakeri dapat masuk kedalam tubuh secara langsung dengan adanya trauma tembus,

dengan penyebaran secara hematogen dari sisi sampingnya atau suatu fokus infeksi, atau paparan

selama opeasi.

Pada osteomielitis akut anak-anak, metafisis biasanya terlibat. Hal ini dikarenakan

pembuluh darah arteri nutrisi kosong sampai dengan vena-vena sinusoidal, menyebabkan aliran

yang melambat dan turbulen pada perbatasan ini. Kondisi ini memudahkan bakteri berpindah ke

endothelium dan menempel pada matriks. Juga, tekanan oksigen yang rendah pada daerah ini

menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Trombosis menyebabkan daerah yang

terkena menjadi nekrosis yang bisa menyebabkan terbentuknya abses. Kumpulan pus dan

tekanan yang dihasilkan, dapat meembus korteks melalui sistem haversian dan kanal Volkmann

dan akan dikumpulkan dibawah periostium. Abses subperiostium dapat menstimulasi

terbentuknya involucrum periosteal. Sekali mengenai korteks, pus dapat menembus jaringan

lunak sampai permukaan kulit, membentuk sinus pengeluaran (draining sinus).

2.5 KLASIFIKASI

Ada beberapa sistem dalam mengklasifikasikan osteomielitis. Sistem tradisional

membagi infeksi tulang berdasarkan durasi gejala: akut, subakut, dan kronis. Osteomielitis akut

diidentifikasi dalam onset 7-14 hari. Infeksi akut seringkali berhubungan dengan penyebaran

secara hematogen dari tulang pada anak-anak. Bagaimanapun, orang dewasa juga dapat menjadi

infeksi akut hematogen, terutama pada sekeliling dari protesis metal implant dan fiksasi keras.

Durasi dari osteomielitis subakut antara beberapa minggu dan beberapa bulan. Osteomielitis

kronis adalah infeksi tulang yang terjadi paling tidak beberapa bulan. Ini berhubungan dengan

nekrosis tulang episenter atau yang disebut sequestrum yang secara umum menyebabkan

pengaktifan kembali vaskularisasi yang disebut involucrum.

Sistem lainnya, dikembangkan oleh Waldyogel, mengkategorikan infeksi tulang

berdasarkan etiologi dan kronisitas: hematogen, penyebaran secara kontinyu (dengan atau  tanpa

5

Page 6: REFERAT

keikut- sertaan penyakit vaskular), dan kronis. Infeksi hematogen dan penyebaran kontinyu dapat

tejadi secara akut, walaupun sebelumnya berhubungan dengan trauma atau infeksi jaringan lunak

local seperti ulkus diabetes tungkai.

Ciemy dan Mader mengembangkan system tahapan pada osteomielitis yang

mengklasifikasikan berdasarkan luas anatomis dari infeksi dan status fisiologis host

dibandingkan dengan kronisitas dan etiologi. Empat tahapan memiliki karakteristik berdasarkan

pada keterlibatan tulang yang infeksi dalam meningkatkan kompleksitas: tahap 1 – hanya sum-

sum tulang, tahap 2 – hanya korteks superficial, tahap 3 – sum-sum tulang dan korteks lokal, dan

tahap 4 – sumsum tulang dan korteks difus.

6

Page 7: REFERAT

2.6 JENIS OSTEOMIELITIS

a. Osteomielitis Hematogen Akut

Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang

disebabkan oleh bakteri piogenik dimana mikro-organisme berasal dari focus di tempat lain dan

beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan pada anak-anak dan sangat jarang

pada orang dewasa. Osteomielitis hematogen akut pada dasarnya adalah penyakit pada tulang

yang sedang tumbuh. Diagnosis yang dini sangat penting oleh karena prognosis tergantung dari

pengobatan yang tepat dan segera. Osteomielitis hematogen akut sering sekali mengenai

metafisis tulang panjang pada anak-anak, tersering pada femur dan diikuti oleh tibia, humerus,

radius, ulna, dan fibula. Secara klinis, pasien memiliki gejala seperti inflamasi yang akut. Rasa

7

Page 8: REFERAT

nyeri biasanya terlokalisir, tetapi bisa saja menjalar kebagian tubuh lainnya. Sebagai contoh, jika

anak mengeluhkan nyeri pada lutut, sendi panggul harus juga dievaluasi untuk melihat

kemungkinan adanya arthritis septik. Jika tulang pada kaki terinfeksi, anak akan mengalami

kesulitan untuk berjalan atau berhenti berjalan. Pada pemeriksaan sering didapatkan terdapatnya

nyeri lokal dan biasanya diikuti dengan pergerakan yang terbatas pada sendi sebelahnya, tetapi

bengkak dan kemerahan agak jarang dijumpai. Tanda sistemik seperti demam dan menggigil

biasanya ada, dan bayi biasanya menunjukkan irritable atau letargik dan tidak ada selera makan.

Faktor predisposisi osteomilitis akut adalah :

a. Umur, terutama mengenai bayi dan anak-anak

b. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan 4:1

c. Trauma; hematoma akibat trauma pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor

predisposisi terjadinya osteomielitis hematogen akut

d. Lokasi; osteomielitis hematogen akut sering terjadi di daerah metafisis karena daerah ini

merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang.

e. Nutrisi, lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya

(seperti bisul, tonsilitis) merupakan faktor predisposisi osteomielitis hematogen akut.

Penyebaran osteomielitis melalui dua cara, yaitu :

1. Penyebaran umum

a. Melalui sirkulasi darah berupa bakteremia dan septikemia

b. Melalui embolus infeksi yang menyebabkan infeksi multifocal pada daerah-daerah lain

2. Penyebaran lokal

a. Subperiosteal abses akibat penerobosan abses melalui periost

b. Selulitis akibat abses subperiosteal menembus sampai di bawah kulit

c. Penyebaran ke dalam sendi sehingga terjadi arthritis septik

d. Penyebaran ke medula tulang sekitarnya sehingga sistem sirkulasi dalam tulang

terganggu. Hal ini menyebabkan kematian tulang lokal dengan terbentuknya tulang mati

yang disebut dengan sekuestrum

8

Page 9: REFERAT

Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu :

1. Teori vaskular (Trueta)

Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinus-

sinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat. Aliran darah yang

melambat pada daerah ini memudahkan bakteri berkembang biak.

2. Teori fagositosis (Rang)

Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan system retikulo-endotelial. Bila

terjadiinfeksi, bakteri akan difagosit oleh sel-sel fagosit matur di tempat ini. Meskipun

demikian di daerah ini terdapat juga sel-sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit

bakteri sehingga beberapa bakteri tidak difagosit dan berkembang biak di daerah ini.

3. Teori trauma

Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan maka akan terjadi

hematoma pada daerah lempeng epifisis. Dengan penyuntikan bakteri secara intravena,

akan terjadi infeksi pada daerah hematoma tersebut.

Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut tergantung pada umur, daya

tahan penderita, lokasi infeksi serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari

fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septicemia.

Embolus infeksi kemudian masuk ke dalam juksta epifisis pada daerah metafisis disertai

pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang dimana jaringan tulang tidak dapat

berekspansi akan menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah. Peninggian tekanan dalam

tulang mengakibatkan terganggunya sirkulasi darah dan timbulnya thrombosis pada pembuluh

darah tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Selain itu, pembentukan tulang baru

yang ekstensif terjadi pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis (terutama anak-anak)

sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang seperti peti mati yang disebut involucrum dengan

jaringan sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir minggu kedua. Apabila pus

menembus tulang, maka terjadi pengaliran pus (discharge) dari involucrum keluar melalui

lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit.

9

Page 10: REFERAT

Pada tahap selanjutnya penyakit akan berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada

daerah tulang kanselosa, infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang

membentuk abses tulang kronis yang disebut abses bordie.

Berdasarkan umur dan pola vaskularisasi pada daerah metafisis dan epifisis, Trueta membagi

proses patologis pada osteomielitis akut atas tiga jenis, yaitu :

1. Bayi

Adanya pola vaskularisasi fetal menyebabkan penyebaran infeksi dari metafisis dan

epifisis dapat masuk ke dalam sendi, sehingga seluruh tulang termasuk persendian dapat terkena.

Lempeng epifisis biasanya lebih resisten terhadap infeksi.

2. Anak

Dengan terbentuknya lempeng epifisis serta osifikasi yang sempurna, resiko infeksi pada

epifisis berkurang  oleh karena lempeng epifisis merupakan barier terhadap infeksi. Selain itu,

tidak ada hubungan vaskularisasi yang berarti antara metafisis dan epifisis. Infeksi pada sendi

hanya dapat terjadi bila ada infeksi intra-artikuler.

3. Dewasa

Osteomielitis akut pada orang dewasa sangat jarang terjadi oleh karena lempeng epifisis

telah hilang. Walaupun infeksi dapat menyebar ke epifisis, namun infeksi intra-artikuler sangat

jarang terjadi. Abses subperiosteal juga sulit terjadi karena periost melekat erat dengan korteks.

Gambaran klinis osteomielitis hematogen tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit.

Osteomielitis hematogen akut berkembang secara progresif dan cepat. Pada keadaan ini mungkin

dapat ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran napas bagian atas. Gejala lain

dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi, nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi

anggota gerak yang bersangkutan.

Gejala-gejala umum yang timbul akibat bakteremia dan septikemia berupa panas tinggi,

malaise serta nafsu makan yang berkurang.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan gangguan pergerakan sendi oleh

karena pembengkakan sendi, gangguan akan semakin berat bila terjadi spasme local. Gangguan

pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi (arthritis septik).

10

Page 11: REFERAT

Pada orang dewasa lokalisasi infeksi biasanya pada daerah vertebra torako-lumbal yang terjadi

akibat torakosintesis atau akibat prosedur urologis dan dapat ditemukan adanya riwayat kencing

manis, malnutrisi, adiksi obat-obatan atau pengobatan dengan imunosupresif, oleh karena itu

riwayat hal-hal yang tersebut di atas perlu ditanyakan.

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah

b. Sel darah putih meningkat sampai 30000, dengan peningkatan LED

c. Pemeriksaan titer antibody anti-stafilokokus

d. Kultur darah untuk menentukan jenis bakterinya dan uji sensitivitas.

e. Pemeriksaan feses, untuk dilakukan kultur atas kecurigaan infeksi oleh bakteri

Salmonella.

f. Biopsy, dilakukan pada tempat yang dicurigai untuk menyingkirkan dengan suatu tumor.

Karena gambaran klinis dan radiologis yang diperlihatkan pada osteomielitis menyerupai

beberapa neoplasma inflamasi seperti leukemia akut limfositik, sarcoma Ewing, dan

histiositosis sel Langerhans (yang disebut juga dengan granuloma eosinofilik). Maka dari

itu, biopsy dapat menyingkirkan sebuah tanda infeksi dari suatu tumor.

Pemeriksaan radiologis

a. Foto polos pada 10 hari pertama, tidak ditemukan kelainan radiologis yang berarti dan

mungkin hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak. Gambaran destruksi tulang

dapat terlihat setelah 10 hari (2 minggu) berupa rarefaksi tulang yang bersifat difus pada

daerah metafisis dan pembentukan tulang baru di bawah periosteum yang terangkat.

Akan terlihat gambaran lesi radiolusen dan perubahan dari periosteum.

b. Pemeriksaan radioisotope dengan 99mtechnetium akan memperlihatkan penangkapan

isotop pada daerah lesi. Dengan menggunakan teknik label leukosit dimana 111mindium

menjadi positif

c. Pemeriksaan ultrasonografi, dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi. Juga

memperlihatkan suatu area radiolusen pada tulang kanseolus dan adanya perubahan pada

periosteum.

11

Page 12: REFERAT

d. MRI (Magnetic Resonance Imaging), menunjukkan gambaran inflamasi awal dari

sumsum tulang dengan inflamasi periosteum dan jaringan lunak sekelilingnya sebagai

bentuk progresivitas infeksi. Pada tahap selanjutnya maka akan terbentuk abses yang

akan terlihat sebagai suatu tanda dari gambaran kontras gadolinium.

Komplikasi

1. Septikemia

Dengan makin tersedianya obat-obat antibiotic yang memadai, kematian akibat

septicemia pada saat ini jarang ditemukan.

2. Infeksi yang bersifat metastatik

Infeksi dapat bermetastasis ke tulang/sendi lainnya, otak dan paru-paru, dapat bersifat

multifokal dan biasanya terjadi pada penderita dengan status gizi yang jelek.

3. Arthritis supuratif

Dapat terjadi pada bayi muda karena lempeng epifisis bayi (yang bertindak sebagai

barier) belum berfungsi dengan baik. Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen

akut di daerah metafisis yang bersifat intra-kapsuler (misalnya pada sendi panggul) atau melalui

infeksi metastatik.

4. Gangguan pertumbuhan

Osteomielitis hematogen akut pada bayi dapat menyebabkan kerusakan lempeng epifisis

yang menyebabkan gangguan pertumbuhan, sehingga tulang yang terkena akan menjadi lebih

pendek. Pada anak yang lebih besar akan terjadi hiperemi pada daerah metafisis yang merupakan

stimulasi bagi tulang untuk tumbuh. Pada keadaan ini tulang tumbuh lebih cepat dan

menyebabkan terjadinya pemanjangan tulang.

5. Osteomielitis kronis

Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak dilakukan, maka osteomielitis akut akan

berlanjut menjadi osteomielitis kronis.

12

Page 13: REFERAT

Diagnosis banding

1. Selulitis

2. Arthritis supuratif akut

3. Demam reumatik

4. Krisis sel sabit

5. Penyakit Gaucher

6. Tumor Ewing

Pengobatan

1. Istirahat dan pemberian analgesic untuk menghilangkan rasa nyeri

2. Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah

3. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi

4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitu stafilokokus aureus

sambil menunggu hasil biakan. Antibiotik diberikan 3-6 minggu dengan melihat keadaan umum

dan laju endap darah penderita. Antibiotik tetap diberikan hingga 2 minggu setelah laju endap

darah normal.

13

Page 14: REFERAT

14

Page 15: REFERAT

15

Page 16: REFERAT

5. Drainase bedah. Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotik gagal (tidak

ada perbaikan keadaan umum), maka dapat dipertimbangkan drainase bedah. Pada drainase

bedah, pus subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus kemudian dilakukan

pemeriksaan biakan kuman. Drainase dilakukan selama beberapa hari dengan menggunakan

cairan Nacl 0,9% dan dengan antibiotik.

16

Page 17: REFERAT

b. Osteomielitis Hematogen Subakut

Kelainan ini dapat ditemukan di beberapa negara dengan insiden yang hampir sama

dengan osteomielitis akut. Gejala osteomielitis subakut lebih ringan oleh karena organisme

penyebabnya kurang purulen dan penderita lebih resisten. Osteomielitis hematogen subakut

biasanya di sebabkan oleh Stafilokokus aureus dan umumnya berlokasi di bagian distal femur

dan proksimal tibia.

Infeksi subakut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini biasanya

disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki gejala. Osteomielitis

subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan kombinasi dari gambaran akut dan

kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya osteolisis dan elevasi periosteal.

Seperti osteomielitis kronik, maka ditemukan adanya zona sirkumferensial tulang yang sklerotik.

Apabila osteomielitis subakut mengenai diafisis tulang panjang, maka akan sulit

membedakannya dengan Histiositosis Langerhans’ atau Ewing’s Sarcoma.

Patologi

Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang kanselosa dan mengandung

cairan seropurulen. Kavitas dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel-sel inflamasi

akut dan kronis dan biasanya terdapat penebalan trabekula.

17

Page 18: REFERAT

Gambaran klinis

Osteomielitis hematogen subakut biasanya ditemukan pada anak-anak dan remaja.

Gambaran klinis yang ditemukan adalah atrofi otot, nyeri local, sedikit pembengkakan dan dapat

pula penderita menjadi pincang. Terdapat rasa nyeri pada daerah sekitar sendi selama beberapa

minggu atau mungkin berbulan-bulan. Suhu tubuh penderita biasanya normal.

Pemeriksaan laboratorium

Leukosit umumnya normal, tetapi laju endap darah meningkat.

Diagnosis

Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas berdiameter 1-2 cm terutama pada

daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang-kadang pada daerah diafisis tulang panjang.

Pengobatan

Pengobatan yang dilakukan berupa pemberian antibiotic yang adekuat selama 6 minggu.

Apabila diagnosis ragu-ragu, maka dapat dilakukan biopsi dan kuretase.

c. Osteomielitis Kronis

Osteomielitis kronis umumnya merupakan lanjutan dari osteomielitis akut yang tidak

terdiagnosis atau tidak diobati dengan baik. Osteomielitis kronis dapat juga terjadi setelah fraktur

terbuka atau setelah Tindakan operasi pada tulang.

Bakteri penyebab osteomielitis kronis terutama oleh Stafilokokus aureus (75%), atau E.

colli, Proteus, atau Pseudomonas. Stafilokokus epidermidis merupakan penyebab utama

osteomielitis kronis pada operasi-operasi ortopedi yang menggunakan implant.

Patologi dan Patogenesis

Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang menghambat terjadinya

resolusi dan penyembuhan spontan yang normal pada kulit. Sekuestrum ini merupakan benda

18

Page 19: REFERAT

asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka (pada tulang) dan sinus (pada

kulit). Sekuestrum diselimuti oleh invoucrum yang tidak dapat keluar/dibersihkan dari medulla

tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang

yang dapat terlihat pada foto rontgen.

Gambaran Klinis

Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus setelah operasi,

yang bersifat menahun. Kelainan kadang-kadang disertai dengan demam dan nyeri local yang

hilang timbul di daerah anggota gerak tertentu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya sinus,

fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan. Mungkin dapat ditemukan sekuestrum

yang menonjol keluar melalui kulit. Biasanya terdapat riwayat fraktur terbuka atau osteomelitis

pada penderita.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya peningkatan LED, leukositosis, serta

peningkatan titer antibodi anti-stafilokokus. Pemeriksaan kultur dan uji sensitivitas diperlukan

untuk menentukan organisme penyebabnya.

Pemeriksaan Radiologis

1. Foto polos

Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda-tanda porosis dan sklerosis tulang,

penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya sekuestrum.

2. Radioisotop scanning

Radioisotop scanning dapat membantu menegakkan diagnosis osteomielitis kronis

dengan memakai 99mTCHDP.

19

Page 20: REFERAT

3. CT dan MRI

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk membuat rencana pengobatan serta untuk melihat

sejauh mana kerusakan tulang yang terjadi.

Pengobatan

1. Pemberian antibiotik

Osteomielitis kronis tidak dapat diobati dengan antibiotic semata-mata. Pemberian

antibiotic ditujukan untuk:

a. Mencegah terjadinya penyebaran infeksi pada tulang sehat lainnya

b. Mengontrol eksaserbasi akut

2. Tindakan operatif

Tindakan operatif dilakukan bila fase eksaserbasi akut telah reda setelah pemberian dan

pemayungan antibiotik yang adekuat. Operasi dilakukan dengan tujuan :

a. Mengeluarkan seluruh jaringan nekrotik, baik jaringan lunak maupun jaringan tulang

(sekuestrum) sampai ke jaringan sehat sekitarnya. Selanjutnya dilakukan drainase dan

dilanjutkan irigasi secara kontinyu selama beberapa hari. Adakalanya diperlukan

penanaman rantai antibiotic di dalam bagian tulang yang terinfeksi.

b. Sebagai dekompresi pada tulang dan memudahkan antibiotic mencapai sasaran dan

mencegah penyebaran osteomielitis lebih lanjut.

Komplikasi

1. Kontraktur sendi

2. Penyakit amiloid

3. Fraktur patologis

20

Page 21: REFERAT

4. Perubahan menjadi keganasan pada jaringan epidermis (karsinoma epidermoid, ulkus

Marjolin)

5. Kerusakan epifisis sehingga terjadi gangguan pertumbuhan

2.7 PROGNOSIS

Prognosis dari osteomielitis beragam tergantung dari berbagai macam faktor seperti

virulensi bakteri, imunitas host, dan penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien. Diagnosis

yang dini dan penatalaksanaan yang agressif akan dapat memberikan prognosis yang memuaskan

dan sesuai dengan apa yang diharapkan meskipun pada infeksi yang berat sekalipun. Sebaliknya,

osteomyelitis yang ringan pun dapat berkembang menjadi infeksi yang berat dan meluas jika

telat dideteksi dan antibiotik yang diberikan tidak dapat membunuh bakteri dan menjaga

imunitas host. Pada keadaan tersebut maka prognosis osteomyelitis menjadi buruk.

2.8 PENCEGAHAN

Osteomielitis hematogen akut dapat dihindari dengan mencegah pembibitan bakteri pada

tulang dari jaringan yang jauh. Hal ini dapat dilakukan dengan penentuan diagnosis yang tepat

dan dini serta penatalaksanaan dari fokus infeksi bakteri primer.

Osteomielitis inokulasi langsung dapat dicegah dengan perawatan luka yang baik, pembersihan

daerah yang mengekspos tulang dengan lingkungan luar yang sempurna, dan pemberian

antibiotik profilaksis yang agresif dan tepat pada saat terjadinya cidera.

21

Page 22: REFERAT

BAB III

KESIMPULAN

Ostemomielitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan

struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik. Pada dasarnya, semua

jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur, dan bakteri, dapat menghasilkan osteomielitis,

tetapi paling sering disebabkan oleh bakteri piogenik tertentu dan mikobakteri. Penyebab

osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus aureus (89-90%), Escherichia coli,

Pseudomonas, dan Klebsiella.

Infeksi dapat mencapai tulang dengan melakukan perjalanan melalui aliran darah atau

menyebar dari jaringan di dekatnya. Osteomielitis juga dapat terjadi langsung pada tulang itu

sendiri jika terjadi cidera yang mengekspos tulang, sehingga kuman dapat langsung masuk

melalui luka tersebut.

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula ditemukan pada bayi dan

‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah

tulang-tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Kejadian tertinggi

pada negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah

terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari. Penatalaksanaannya harus secara

komprehensif meliputi pemberian antibiotika, pembedahan, dan konstruksi jaringan lunak, kulit,

dan tulang.

 

22

Page 23: REFERAT

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Yarsif Watampone. 2003.

Halaman 132-141.

2. Skinner, Harry B, MD, PhD. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics, Fourth Edition.

Chapter 8 : Orthopedic Infections. The McGraw Hill Companies, Inc. 2006.

3. Swiontkowski, Marc F, MD; Stovitz, Steven D, MD. Manual of Orthopaedics, 6th Edition.

Lipponcott Williams and Wilkins. 2001. Chapter 3 : Prevention and Management of Acut

Musculoskeletal Infections.

5. Kumar, Vinay; Abbas, Abul K.; Fausto, Nelson; & Mitchell, Richard N. (2007). Robbins

Basic Pathology (8th ed.). Saunders Elsevier. pp. 810–811a

6. Adam, Greenspan. Orthopedic Imaging: A Practical Approach, 4th Edition. Lippincott

Williams & Wilkins. USA. 2004.

7. Anonym, “Osteomyelitis”.2011. Available from:

http://www.mayoclinic.com/health/osteomyelitis/DS00759

8. Anonym, “OSTEOMIELITIS : Perkembangan 10 tahun Terakhir”. Available from: 

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_023_sendi_&_tulang.pdf

9. Daniel, Lew, et al. 2012. “Review Article Current Concepts OSTEOMYELITIS” available

from : “http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/nejm199704033361406”

23