Refaratku perbaikan baru

29
BAB I PENDAHULUAN Gangguan disosiasi adalah perubahan kesadaran mendadak yang mempengaruhi memori dan identitas. Para individu yang menderita gangguan disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru. Disosiasi timbul sebagai suatu pertahanan terhadap trauma. Pertahanan disosiatif memiliki fungsi ganda untuk menolong korban melepaskan dirinya sendiri dari trauma sambil juga menunda menyelesaikannya. 1 Pada penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia psikogenik), berjalan-jalan dalam keadaan trans (fugue), fungsi motorik (paralisis dan pseudoseizure) atau fungsi sensorik (anesthesia sarung tangan dan kaus kaki). 2 Gangguan tersebut cukup lazim terjadi sebagai suatu pertahanan terhadap trauma, khususnya timbul pada orang yang masa kanak-kanaknya 1

description

huffyhhhhheWW

Transcript of Refaratku perbaikan baru

Page 1: Refaratku perbaikan baru

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan disosiasi adalah perubahan kesadaran mendadak yang

mempengaruhi memori dan identitas. Para individu yang menderita gangguan

disosiatif tidak mampu mengingat berbagai peristiwa pribadi penting atau selama

beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru.

Disosiasi timbul sebagai suatu pertahanan terhadap trauma. Pertahanan disosiatif

memiliki fungsi ganda untuk menolong korban melepaskan dirinya sendiri dari

trauma sambil juga menunda menyelesaikannya.1

Pada penderita didapatkan hilangnya fungsi seperti memori (amnesia

psikogenik), berjalan-jalan dalam keadaan trans (fugue), fungsi motorik (paralisis

dan pseudoseizure) atau fungsi sensorik (anesthesia sarung tangan dan kaus

kaki).2 Gangguan tersebut cukup lazim terjadi sebagai suatu pertahanan terhadap

trauma, khususnya timbul pada orang yang masa kanak-kanaknya mengalami

kekerasan fisik atau seksual dan sering timbul dalam bentuk komorbiditas dengan

depresi mayor, gangguan somatisasi, gangguan stress pasca trauma,

penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian ambang, gangguan konduksi dan

gangguan kepribadian antisosial.3

Hal yang paling umum terlihat pada gangguan disosiatif adalah adanya

kehilangan (sebagian/seluruh) dari integrasi normal antara: ingatan masa lalu,

kesadaran akan identitas dan penghayatan dan kendali terhadap gerakan tubuh.

Onset dan berakhirnya keadaan disosiatif sering kali berlangsung mendadak akan

1

Page 2: Refaratku perbaikan baru

tetapi jarang sekali dapat dilihat kecuali dalam interaksi atau prosedur teknik-

teknik tertentu seperti hipnosis.

Gangguan disosiatif itu artinya sebuah kelompok gangguan yang ditandai

oleh suatu kekacauan atau disosiasi dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran.

Gangguan identitas disosiatif biasanya disebut sebagai kepribadian ganda. Gejala-

gejala disosiatif :

a) Gangguan-gangguan yang tidak diminta dalam hal kesadaran diri dan

perilaku, diikuti dengan hilangnya kontinuitas dalam pengalaman subjektif (gejala

“positif” disosiatif : pemecahan identitas, depersonalisasi, dan derealisasi)

b) Ketidakmampuan untuk mengolah informasi atau mengontrol fungsi

mental yang seharusnya secara normal

mampu untuk dikontrol (gejala “negatif” disosiatif : amnesia)

. Gangguan disosiatif dapat terjadi akibat trauma. Gejala-gejala yang terjadi,

termasuk hal yang memalukan dan membingungkan dalam gejala atau hasrat

untuk menyembunyikan gejala-gejala tersebut, diakibatkan karena trauma.

2

Page 3: Refaratku perbaikan baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan

sebagai sekumpulan gejala kejiwaan yang ditandai adanya gangguan pada

kesadaran, identitas, memori, kebiasaan motorik atau kepekaan terhadap

lingkungan. Atau dapat juga diartikan adanya kehilangan (sebagian atau seluruh)

dari integrasi normal (dibawah kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu,

kesadaran identitas dan penginderaan segera (awareness of identity and immediate

sensations) serta kontrol terhadap gerak tubuh.4,5

Dalam penegakan diagnosis gangguan disosiatif harus ada gangguan yang

menyebabkan kegagalan mengkordinasikan identitas, memori persepsi ataupun

kesadaran, dan menyebabkan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial,

pekerjaan dan memanfaatkan waktu senggang.

2.2 Epidemiologi

Gangguan disosiatif bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam

masyarakat. Tetapi juga gangguan disosiatif ini tidak jarang ada dalam kasus-

kasus psikiatri. Prevelensinya hanya 1 berbanding 10.000 kasus dalam populasi.

Dalam beberapa referensi bisa terlihat bahwa ada peningkatan yang tajam dalam

kasus-kasus gangguan disosiatif yang dilaporkan, dan menambah kesadaran para

ahli dalam menegakkan diagnosis, menyediakan kriteria yang spesifik, dan

3

Page 4: Refaratku perbaikan baru

menghindari kesalahan diagnosis antara gangguan disosiatif, schizophrenia atau

gangguan personal.

Orang-orang yang umumnya mengalami gangguan disosiatif ini sangat

mudah dihipnotis dan sangat sensitif terhadap sugesti dan lingkungan budayanya,

namun tak cukup banyak referensi yang membetulkan pernyataan tersebut.

Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan disosiatif ini

mengenai wanita 90% atau lebih, Gangguan disosiasi bisa terkena oleh orang di

belahan dunia manapun, walaupun struktur dari gejalanya bervariasi.

2.3 Etiologi

Gangguan disosiatif belum dapat diketahui penyebab pastinya, namun

biasanya terjadi akibat trauma masa lalu yang berat, namun tidak ada gangguan

organik yang dialami. Pendekatan psikoanalitik menyatakan amnesia terutama

sebagai mekanisme pertahanan di mana orang mengubah kesadarannya sebagai

cara untuk menghadapi suatu konflik emosional atau stresor eksternal. Gangguan

ini dapat terjadi pertama pada saat anak-anak namun tidak khas dan belum bisa

teridentifikasikan, dalam perjalanan penyakitnya gangguan disosiatif ini bisa

terjadi sewaktu-waktu dan trauma masa lalu pernah terjadi kembali, dan berulang-

ulang sehingga terjadinya gejala gangguan disosiatif.

Dalam beberapa referensi menyebutkan bahwa trauma yang terjadi berupa:

Kepribadian yang labil

Pelecehan seksual

Pelecehan fisik

4

Page 5: Refaratku perbaikan baru

Kekerasan rumah tangga ( ayah dan ibu cerai )

Lingkungan sosial yang sering memperlihatkan kekerasan

Identitas personal terbentuk selama masa kecil dan selama itupun, anak-

anak lebih mudah melangkah keluar dari dirinya dan mengobservasi trauma

walaupun itu terjadi pada orang lain.

2.6 Pedoman Diagnosis dan Klasifikasi Gangguan Disosiatif6

Gangguan disosiatif dibedakan atau diklasifikasikan atas beberapa

pengolongan yaitu :

F44.0 Amnesia Disosiatif

F44.1 Fugue Disosiatif

F44.2 Stupor Disosiatif

F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan

F44.4-F44.7 Gangguan Disosiatif dari gerakan dan Penginderaan

F44.4 Gangguan motorik Disosiatif

F44.5 Konvulsi Dsosiatif

F44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif

F44.7 Gangguan Disosiatif campuran

F44.8 Gangguan Disosiatif lainnya

F44.9 Gangguan disosiatif YTT

Untuk diagnosis pasti maka hal-hal berikut ini harus ada :

1. Ciri-ciri klinis yang ditentukan untuk masing-masing gangguan yang

tercantum pada F44.

5

Page 6: Refaratku perbaikan baru

2. Tidak ada bukti adanya gangguan fisik yang dapat menjelaskan gejala

tersebut.

3. Bukti adanya penyebab psikologis dalam bentuk hubungan waktu yang

jelas dengan problem dan peristiwa yang stressful atau hubungan

interpersonal yang terganggu (meskipun disangkal pasien).

Sedangkan berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders edisi keempat (DSM IV) ada 4 diagnostik spesifik gangguan

dissosiatif:

Amnesia Disosiatif

Fuga Disosiatif

Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan Depersonalisasi

F 44.0 Amnesia Disosiatif

Amnesia disosiatif terjadi pada 2-7% populasi general. Ciri utama adalah

hilangnya daya ingat, biasanya mengenai kejadian penting yang baru terjadi yang

bukan disebabkan karena gangguan mental organik atau terlalu luas untuk

dijelaskan.3,5 Amnesia adalah gejala disosiatif yang paling sering, karena terjadi

pada hampir semua gangguan disosiatif amnesia dissosiatif diperkirakan

merupakan gangguan disosiatif yang paling sering, lebih sering pada wanita

dibandingkan laki-laki, dan lebih sering pada dewasa muda dibandingkan dewasa

yang lebih tua.1

6

Page 7: Refaratku perbaikan baru

Pada amnesia disosiatif biasanya didapati gangguan ingatan yang spesifik

saja dan tidak bersifat umum. Informasi yang dilupakan biasanya tentang

peristiwa yang menegangkan atau traumatik dalam kehidupan seseorang.1

Bentuk umum dari amnesia disosiatif melibatkan amnesia untuk identitas

pribadi seseorang, tetapi daya ingat informasi umum adalah utuh.

Diagnostik pasti memerlukan :3

1. Amnesia, baik total maupun parsial, mengenai kejadian baru yang bersifat

stress atau traumatik.

2. Tidak ada gangguan otak

Berdasarkan DSM IV, amnesia dissosiatif dapat didiagnosis hanya jika

gejala tidak terbatas pada amnesia yang terjadi dalam perjalanan gangguan

identitas dissosiatif dan tidak sebagai akibat dari kondisi medis umum (sebagai

contoh: trauma kepala) atau ingesti suatu zat.1

Amnesia dari amnesia disosiatif dapat berupa: (1) amnesia terlokalisasi

(localized amnesia), tipe yang paling sering, adalah kehilangan daya ingat

terhadap peristiwa-peristiwa dalam periode waktu yang singkat (beberapa jam

sampai beberapa hari); (2) amnesia umum (generalized amnesia), adalah

kehilangan daya ingat akan pengalaman selama hidupnya; (3) amnesia selektif

(tersistematisasi), adalah kegagalan untuk mengingat beberapa peristiwa tetapi

tidak semuanya selama suatu periode waktu yang singkat.1,5

Beberapa pasien, walaupun sangat jarang, mengalami gangguan secara tiba-

tiba dimana sejumlah besar ingatan yang berhubungan dengan informasi

pribadi tidak dapat diingat walaupun pasien dalam keadaan sadar. Yang kedua

7

Page 8: Refaratku perbaikan baru

adalah presentasi yang lebih umum yaitu pasien dengan hilangnya bagian besar

dari aspek memori kehidupan pribadinya dari memori sadar. Pasien-pasien

ini biasanya tidak mengeluh kehilangan memori, dan kondisi mereka ini

biasanya ditemukan setelah didapatkan sejarah hidup menyeluruhnya.Onset akut

biasanay terjadi akibat dari stress psikologis yang sangat berat yang memberatkan

pasien baik secara fisik maupun mental. Onset dan  kesembuhan

amnesia biasanya terjadi secara mendadak. Memori pasien biasanya pulih setelah

perawatan yang tepat, walalupun tidak jarang amnesia menetap dan menjadi

kronik.5

b. F44.1 Fugue Disosiatif

Disosiasi fugue ditandai dengan perjalanan tak terduga yang tiba-tiba oleh

seseorang dari rumah ataupun tempat kerjanya dengan disertai ketidakmampuan

untuk mengingat sebagian atau keseluruhan masa lalunya.5 Disosiatif fugue

memiliki semua ciri amnesia disosiatif ditambah gejala perilaku melakukan

perjalanan meninggalkan rumah. Pada beberapa kasus, penderita mungkin

menggunakan identitas baru.6,7 Fugue disosiatif jarang terjadi, kira-kira 0.2% dari

keseluruhan populasi, dan walaupun penyalahgunaan alkohol berat dapat

mempredisposisikan seseorang menjadi fugue disosiatif, penyebab gangguan lebih

didasarkan pada faktor psikologis.1

Perilaku seseorang pasien dengan fugue disosiatif adalah lebih bertujuan

dan terintegrasi dengan amnesianya dibandingkan pasien dengan amnesia

disosiatif. Pasien dengan fugue disosiatif telah berjalan jalan secara fisik dari

8

Page 9: Refaratku perbaikan baru

rumah dan situasi kerjanya dan tidak dapat mengingat aspek penting identitas

mereka sebelumnya (nama, keluarga, pekerjaan). Pasien tersebut seringkali, tetapi

tidak selalu, mengambil identitas dan pekerjaan yang sepenuhnya baru, walaupun

identitas baru biasanya kurang lengkap dibandingkan kepribadian ganda yang

terlihat pada gangguan identitas disosiatif.5,7

Untuk diagnosis pasti harus ada :6

1. Ciri-ciri amnesia disosiatif

2. Dengan sengaja melakukan perjalanan tertentu melampaui jarak yang biasa

dilakukannya sehari-hari.

3. Tetap memepertahankan kemampuan mengurus diri

4. Masih bisa melakukan interaksi sosial sederhana dengan orang yang belum

dikenalnya.

Sebuah episode fugue sering muncul akibat adanya stres psikologis seperti

dislokasi sosial atau perang. Biasanya, fugue berlangsung selama beberapa hari,

kadang beberapa bulan tetapi hanya sedikit kasus yang diketahui.5

c. F.44.2 Stupor Disosiatif

Perilaku individu memenuhi kriteria untuk stupor, akan tetapi dari

pemeriksaan tidak didapatkan adanya tanda penyebab fisik. Seperti juga pada

gangguan-gangguan disosiatif lain, didapat bukti adanya penyebab psikogenik

dalam bentuk kejadian-kejadian yang penuh stress ataupun masalah sosial atau

interpersonal yang menonjol.

9

Page 10: Refaratku perbaikan baru

Stupor disosiatif bisa didefinisikan sebagai sangat berkurangnya atau

hilangnya gerakan-gerakan voulunter dan respon normal terhadap rangsangan luar

seperti cahaya, suara dan perabaan ( sedangkan kesadaran dalam artian fisiologis

tidak hilang ).

Untuk diagnosis pasti harus ada :

1. Stupor, seperti yang sudah disebutkan tadi.

2. Tidak ditemukan adanya gangguan fisik atau gangguan psikiatrik lain yang

dapat menjelaskan keadaan stupor tersebut.

3. Adanya masalah atau kejadian-kejadian baru yang penuh stress.

d. F44.3 Gangguan Trans dan Kesurupan

Merupakan gangguan-gangguan yang menunjukkan adanya kehilangan

sementara penghayatan akan identitas diri dan kesadaran terhadap lingkungannya,

dalam beberapa kejadian, individu tersebut berperilaku seakan-akan dikuasai oleh

kepribadian lain, kekuatan gaib atau malaikat. Gangguan trans yang terjadi selama

suatu keadaan skizofrenik atau psikosis akut disertai halusinasi atau waham atau

kepribadian multipel tidak boleh dimasukkan dalam kelompok ini.

e. F44.4-F44.7 Gangguan Disosiatif dari gerakan dan Penginderaan

Di dalam gangguan ini terdapat kehilangan atau gangguan dari gerakan

ataupun kehilangan pengideraan. Oleh sebab itu pasien biasanya mengeluh

tentang adanya penyakit fisik, meskipun tidak ada kelainan fisik yang dapat

ditemukan untuk menjelaskan keadaan-keadaan itu. Selain itu, penilaian status

10

Page 11: Refaratku perbaikan baru

mental pasien dan situasi sosialnya biasanya menunjukkan bahwa

ketidakmampuan akibat kehilangan fungsinya membantu pasien dalam upaya

untuk menghindar dari konflik yang kurang menyenangkan atau untuk

menunjukkan ketergantungan atau penolakan secara tidak langsung. Diagnosis

harus ditegakkan dengan sangat hati-hati apabila terdapat gangguan sistem saraf

atau pada individu yang tadinya menunjukkan kemampuan penyesuaian yang baik

dengan hubungan keluraga dan sosial yang normal.

Untuk diagnosis pasti :

1. Tidak didapatkannya tanda kelainan fisik.

2. Harus diketahui secara memadai mengenai kondisi psikologis dan sosial serta

hubungan interpersonal dari pasien, agar memungkinkan menyusun suatu

formulasi yang meyakinkan perihal sebab gangguan itu timbul.

F44.4 Gangguan Motorik Disosiatif

Bentuk yang paling lazim dari gangguan ini adalah kehilangan kemampuan

untuk menggerakkan seluruh atau sebagian dari anggota gerak. Paralisis dapat

bersifat parsial dengan gerakan yang lemah atau lambat atau total. Berbagai

bentuk inkoordinasi dapat terjadi, khususnya pada kaki dengan akibat cara jalan

yang bizarre. Dapat juga terjadi gemetar.

F.44.5 Konvulsi Disosiatif

Dapat menyerupai kejang epileptic dalam hal gerakannya akan tetapi jarang

disertai lidah tergigit, luka serius karena jatuh saat serangan dan inkontinensia

11

Page 12: Refaratku perbaikan baru

urin, tidak dijumpai kehilangan kesadaran tetapi diganti dengan keadaan seperti

stupor atau trans.

F.44.6 Anestesia dan Kehilangan Sensorik Disosiatif

Bagian kulit yang mengalami anestesi sering kali mempunyai batas yang

tegas yang menjelaskan bahwa hal tersebut lebih berkaitan dengan pemikiran

pasien mengenai fungsi tubuhnya daripada dengan pengetahuan kedokterannya.

Meskipun ada gangguan penglihatan, mobilitas pasien serta kemampuan

motoriknya sering kali masih baik. Tuli disosiatif dan anosmia jauh lebih jarang

terjadi dibandingkan dengn hilang rasa dan penglihatan.

F44.7 Gangguan Disosiatif campuran

Campuran dari gangguan-gangguan tersebut di atas.

f. F44.8 Gangguan Disosiatif lainnya

Sindrom Ganser

Ciri-ciri dari gangguan ini adalah “jawaban kira-kira”, yang biasanya

disertai beberapa gejala disosiatif lainnya, sring kali dalam keadaan yang

menunjukkan kemungkinan adanya penyebab yang bersifat psikogenik

dan harus dimasukkan di sini.

12

Page 13: Refaratku perbaikan baru

Gangguan Kepribadian Multipel

Ciri utama adanya dua atau lebih kepribadian yang jelas pada satu individu

dan hanya satu yang tampil untuk setiap saatnya. Masing-masing

kepribadian tersebut adalah lengkap, dalam arti memiliki ingatan, perilaku

dan kesenangan sendiri-sendiri yang mungkin sangat berbeda dengan

kepribadian premorbidnya.

Gangguan Disosiatif sementara terjadi pada masa kanak dan remaja

Gangguan Disosiatif lainnya YDT

g. F44.9 Gangguan disosiatif YTT

2.7 Komplikasi

Orang-orang dengan gangguan disosiatif beresiko besar mengalami

komplikasi, yang terdiri dari :

Mutilasi diri

Gangguan seksual

Alkoholisme

Depresi

Gangguan saat tidur, mimpi buruk, insomnia atau berjalan sambil tidur

Gangguan kecemasan

Gangguan makan

Sakit kepala berat

13

Page 14: Refaratku perbaikan baru

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila

tidak ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan

pendekatan psikologik terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.

Masuk rumah sakit diindikasikan bagi pasien yang memiliki

kecenderungan untuk membahayakan dirinya atau orang lain, ketika efek dari

penggunaan terapi obatnya harus dipantau atau ketika diagnosis sementara

belum dapat ditentukan. Perawatan di rumah sakit memungkinkan pasien

untuk memisahkan diri dari pengaruh lingkungan, penganiayaan fisik dan

seksual, dan stress yang mungkin telah memicu reaksi atau episode amnesia,

kelakuan kompulsif atau kecerobohan mereka. Hal ini juga melindungi

mereka disaat masa membingungkan dalam hidup mereka. Indikasi lain

adalah ketika mereka pernah mencoba atau memiliki tanda atau ide untuk

bunuh diri.5

Psikoterapi adalah penanganan primer terhadap gangguan disosiatif ini.

Bentuk terapinya berupa terapi bicara, konseling atau terapi psikososial,

meliputi berbicara tentang gangguan yang diderita oleh pasien jiwa.

Terapinya akan membantu anda mengerti penyebab dari kondisi yang

dialami. Psikoterapi untuk gangguan disosiasi sering mengikutsertakan teknik

seperti hipnotis yang membantu kita mengingat trauma yang menimbulkan

gejala disosiatif.

14

Page 15: Refaratku perbaikan baru

Penanganan gangguan disosiatif yang lain meliputi :

Terapi kesenian kreatif.

Dalam beberapa referensi dikatakan bahwa tipe terapi ini

menggunakan proses kreatif untuk membantu pasien yang sulit

mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka. Seni kreatif dapat

membantu meningkatkan kesadaran diri. Terapi seni kreatif

meliputi kesenian, tari, drama dan puisi.

Terapi kognitif

Terapi kognitif ini bisa membantu untuk mengidentifikasikan

kelakuan yang negative dan tidak sehat dan menggantikannya

dengan yang positif dan sehat, dan semua tergantung dari ide dalam

pikiran untuk mendeterminasikan apa yang menjadi perilaku

pemeriksa

Terapi obat

Terapi ini sangat baik untuk dijadikan penanganan awal,

walaupun tidak ada obat yang spesifik dalam menangani gangguan

disosiatif ini. Biasanya pasien diberikan resep berupa anti-depresan

dan obat anti-cemas untuk membantu mengontrol gejala mental

pada gangguan disosiatif ini. Penggunaan golongan obat anti cemat

itu antara lain adalah:

1. Fluoxetin 20 mg ( Prozac)

Fluoxetin adalah salah satu obat yang diandalkan untuk

pengobatan gajala depresi. Mekanisme aksi dari fluoxetin

15

Page 16: Refaratku perbaikan baru

adalah dengan meningkatkan kadar serotonin dalam otak,

dimana pada pasien depresi memiliki kadar serotonin yang

rendah. Maka dengan fluoxetin menaikkan atau

menyeimbangkan kadar produksi serotonin pada pasien. Dapat

diberikan pada pagi dan siang hari dan tidak boleh melebihi

dosis hingga 80 mg/hari selama jangka waktu 5-6 minggu lalu

lihat dan observasi apakah terjadi perubahan atau tidak.

2. Clomipramin (Anafranil)

3. Clonazepam

Barbiturat kerja sedang dan singkat, seperti tiopenal dan

natrium amobarbital diberikan secara intravena dan benzodiazepine

dapat berguna untuk memulihkan ingtannya yang hilang.

Pengobatan terpilih untuk fugue disosiatif adalah psikoterapi

psikodinamika suportif-ekspresif.

Pengobatan Alternatif

Ahli terapi biasanya merekomendasikan menggunakan hipnosis yang

biasanya berupa hipnoterapi atau hipnotis sugesti sebagai bagian dari penanganan

pada gangguan disosiatif.

Hipnosis menciptakan keadaan relaksasi yang dalam dan tenang dalam

pikiran. Saat terhipnotis, pasien dapat berkonsentrasi lebih intensif dan spesifik.

Karena pasien lebih terbuka terhadap sugesti saat pasien terhipnotis.

Ada beberapa konsentrasi yang menyatakan bahwa bisa saja ahli hipnotis

akan menanamkan memori yang salah dalam mensugesti.

16

Page 17: Refaratku perbaikan baru

2.9 Pencegahan

Anak- anak yang secara fisik, emosional dan seksual mengalami

gangguan, sangat beresiko tinggi mengalami gangguan mental yang dalam

hal ini adalah gangguan disosiatif. Jika terjadi hal yang demikian, maka

bersegeralah mengobati secara sugesti, agar penangan tidak berupa obat anti

depresan ataupun obat anti stress, karena diketahui bahwa jika menanamkan

sugesti yang baik terhadap usia belia, maka nantinya akan didapatkan hasil

yang maksimal, dengan penangan yang minimal.

17

Page 18: Refaratku perbaikan baru

BAB III

KESIMPULAN

Secara umum gangguan disosiatif (dissociative disorders) bisa didefinisikan

sebagai adanya kehilangan ( sebagian atau seluruh) dari integrasi normal (dibawah

kendali sadar) meliputi ingatan masa lalu, kesadaran identitas dan peng-inderaan-

an segera (awareness of identity and immediate sensations) serta kontrol terhadap

gerak tubuh.

Gangguan disosiatif bukanlah penyakit yang umum ditemukan dalam

masyarakat. Dalam beberapa studi, mayoritas dari kasus gangguan disosiatif ini

mengenai wanita 90% atau lebih, Gangguan disosiatif bisa terkena oleh orang di

belahan dunia manapun, walaupun struktur dari gejalanya bervariasi.

Ada beberapa penggolongan dalam gangguan disosiatif, antara lain adalah

Amnesia Disosiatif, Fugue Disosiatif, Stupor Disosiatif, Gangguan Trans dan

Kesurupan, Gangguan Motorik Disosiatif, Konvulsi disosiatif dan juga Anestesia

dan Kehilangan Sensorik Disosiatif.

Penatalaksanaan dengan menggali kondisi fisik dan neurologiknya. Bila

tidak ditemukan kelainan fisik, perlu dijelaskan pada pasien dan dilakukan

pendekatan psikologik terhadap penanganan gejala-gejala yang ada.

18

Page 19: Refaratku perbaikan baru

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI,Sadock BJ. 2010. Sinopsis Psikiatri jilid 2. Bina Rupa Aksara:

Tangerang.

2. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Edisi 2. Airlangga University Press:

Surabaya.

3. Santrock, J. W. (2007). Child Development. New York: McGraw-Hill.

Available on: www.wikipedia.org.

4. Mansjoer, A. dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid

Media Aesculapius: Jakarta.

5. Sharon I. 2010. Dissociative Disorders Etiology and Introduction.

Available on:  http://emedicine.medscape.com

6. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJ III), Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan

Medik, 1993. Cetakan Pertama.

7. Lahey, B. B. (2007). Psychology: An introduction. 9th edition. New York:

Mc Graw-Hill . Available on: www.wikipedia.org

8. Lindzey, G. Hall, C.S. (1957). Introduction to Theory of Personality.1 st

edition. Available on: www.wikipedia.org

19