· Web viewPembangunan baru dan perbaikan badan jalan serta perkerasan jalan Kabupaten Daerah...

82
PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

Transcript of  · Web viewPembangunan baru dan perbaikan badan jalan serta perkerasan jalan Kabupaten Daerah...

PEMBANGUNAN DAERAH, DESADAN KOTA

BAB XIV

PEMBANGUNAN DAERAH, DESA DAN KOTA

A. PENDAHULUAN

Pembangunan daerah mencakup seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di daerah, baik kegiatan pembangunan sektoral yang dilaksanakan oleh instansi-instansi vertikal, dan oleh Pe-merintah Daerah berbagai tingkat, maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Kegiatan tersebut perlu dikoordina-sikan dan diserasikan sehingga seluruh sumber daya yang ada di daerah dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat daerah yang bersangkutan dalam rangka pembangunan nasional.

Keserasian pembangunan antar-sektor di satu daerah, antar-daerah yang bertetangga, dan terutama antar-daerah di dalam sa-tu wilayah pembangunan, diusahakan melalui Forum Konsultasi Re-gional Bappeda di masing-masing wilayah pembangunan dan Konsul-tasi Nasional pada Tingkat Nasional. Forum-forum Konsultasi tersebut dilaksanakan setiap tahun.

Pelaksanaan program-program pembangunan daerah khususnya pada tahun kedua Repelita IV (1985/86) diuraikan pada bagian-bagian berikut ini.

B. PEMBANGUNAN DESA

1 . U m u m

Kebijaksanaan pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk daerah pedesaan. Kebi-jaksanaan tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan an-tara lain:

a. Memberi bantuan langsung kepada desa untuk melaksanakan pembangunan desanya masing-masing sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat desa yang bersangkutan. Jenis dan ma- cam proyek direncanakan oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dan dimusyawarahkan dalam rapat Lembaga Musya-warah Desa (LMD).

XIV/3

b. Meningkatkan pembangunan dan pembinaan sistem perencanaan di wilayah kecamatan melalui Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP).

c. Meningkatkan prakarsa dan peranan swadaya masyarakat desa dalam pelaksanaan pembangunan melalui LKMD.

d. Melaksanakan penataan desa, pemukiman kembali dan pembinaan sosial ekonomi kelompok-kelompok penduduk yang hidup ter-pencil, tersebar, dan bermatapencaharian yang berpindah-pindah.

e. Melaksanakan pemugaran perumahan dan lingkungan desa secara terkoordinasi dan terpadu antar sektor, dalam rangka me-wujudkan rumah yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.

f. Melaksanakan pemantauan dan penilaian tingkat perkembangan desa, agar setiap tahun dapat diketahui tingkat perkembang-an desa, mulai dari desa swadaya, desa swakarsa dan desa swasembada.

2. Bantuan Pembangunan Desa

Jumlah desa di Indonesia sejak Repelita I selalu meningkat karena adanya penyerahan desa-desa transmigrasi, pemukiman kem-bali penduduk (resettlement desa), dan pemekaran desa-desa yang padat penduduk.

Pada awal Repelita IV (1984/85) jumlah desa telah menjadi 67.448 buah, dan jumlah bantuan tiap desa menjadi sebesar Rp 1.250.000,- termasuk bantuan untuk menunjang kegiatan PKK sebesar Rp 250.000,-. Di samping itu, diberikan pula bantuan lain seperti tahun-tahun sebelumnya, sehingga jumlah bantuan seluruhnya menjadi Rp 92.882,0 juta. Bantuan tersebut telah mendorong usaha gotong-royong masyarakat desa sebesar Rp 44.076,- juta dan sumbangan Pemerintah Daerah sebesar Rp 282,0 juta, sehingga seluruhnya menjadi Rp 137.240,0 juta. Jumlah proyek yang berhasil dibangun sebanyak 185.335 proyek, terdiri dari 41.774 (24,7%) proyek prasarana produksi, 28.270 (15,2%) proyek prasarana perhubungan, 10.511 (3,6%) proyek prasarana pemasaran, dan 104.813 (56,5%) proyek prasarana sosi-al.

Pada tahun kedua Repelita IV (1985/86) setelah diadakan pe-nelitian mengenai keadaan desa, maka jumlah desa yang definitif

XIV/4

dan memenuhi persyaratan sebagai desa, berjumlah 66.173 buah. Namun karena jumlah bantuan tiap desa ditingkatkan menjadi Rp 1.350.000,- termasuk bantuan untuk menunjang kegiatan PKK sebesar Rp 250.000,-, serta bantuan lainnya yang masih diberi-kan, maka jumlah bantuan pembangunan desa seluruhnya menjadi Rp 98.568,0 juta. Bantuan tersebut telah mendorong peranserta Pemerintah Daerah sebesar Rp 86,2 juta, dan swadaya gotong-royong masyarakat sebesar Rp 8.294,0 juta, sehingga jumlah seluruhnya menjadi Rp 106.948,0 juta. Dengan jumlah anggaran tersebut, telah dapat dibangun 47.298 proyek, yang terdiri dari 21.423 (45,3%) proyek prasarana produksi, 3.980 (8,4%) proyek prasarana perhubungan, 2.536 (5,3%) proyek prasarana pemasaran, dan 19.359 (41,0%) proyek prasarana sosial.

Perkembangan jumlah bantuan pembangunan desa pada akhir Repelita III (1983/84) sampai dengan tahun kedua Repelita IV untuk masing-masing Propinsi dapat dilihat pada Tabel XIV-1 dan Tabel XIV-2. Perkembangan jumlah bantuan Pemerintah, sumbangan Pemerintah Daerah dan swadaya gotong royong masyarakat desa da-lam Program Bantuan Pembangunan Desa, pada akhir Repelita III (1983/84) sampai dengan tahun kedua Repelita IV (1985/86) ter-lihat pada Tabel XIV-3.

3. Pembangunan dan Pembinaan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP)

Untuk memantapkan sistem Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), telah dilaksanakan berbagai kegiatan guna meningkatkan kemampuan aparatur pengelola pembangunan, mengaktifkan diskusi-diskusi, musyawarah, dan lokakarya antara para pemuka masyara-kat dengan para pejabat daerah dan/atau instansi pusat di wila-yah kecamatan.

Sampai dengan akhir Repelita III, jumlah Camat yang telah ditatar sebanyak 1.093 orang, penempatan TKS-BUTSI sebanyak 1.183 orang, dan Kursus Kepala Urusan Pembangunan Desa tingkat Kecamatan sebanyak 3.427 orang. Selain dari itu telah dilaksa-nakan kegiatan diskusi UDKP, lokakarya LKMD di tingkat keca-matan dan rapat-rapat koordinasi di Propinsi.

Pada tahun pertama Repelita IV (1984/85), kecamatan yang mengikuti sistem UDKP berjumlah 3.517 buah kecamatan. Untuk mendukung hal tersebut, telah diadakan penataran Camat sebanyak 1.475 orang, yaitu mereka yang belum pernah ditatar sebelumnya, dan telah dilatih 3.821 orang staf Pembangunan Desa dari 27 propinsi. Selanjutnya pada tahun kedua Repelita IV (1985/86),

XIV/

TABEL XIV - 1

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,1983/84 - 1985/86

(dalam jutaan rupiah)

Repelita IV

No. P r o p i n s i 1983/84 1984/85 1985/86

01. Daerah Istimewa Aceh 7.014,0 7.106,7 7.642,9

02. Sumatera Utara 7.312,8 7.474,0 8.004,8

03. Sumatera Barat 4.613,8 4.659,8 4.994,1

04. R i a u 1.400,7 1.555,3 1.651,7

05. J a m b i 1.680,8 1.788,7 1.908,0

06. Sumatera Selatan 3.098,7 3.204,0 3.403,6

07. Bengkulu 1.411, 8 1.413,3 1.505,0

08. Lampung 2.080,0 2.063,0 2.172,6

09. DKI Jakarta 772,0 398,2 449,6

10. Jawa Barat 8.806,0 9.806,5 10.311,2

11. Jawa Tengah 11.512, 5 11.576,3 12.344,8

12. Daerah Istimewa Yogyakarta 1.031, 5 1.031,5 898,313. Jawa Timur 11.550,7 11.658,5 12.357,5

14. Kalimantan Barat 6.036,7 6.138,8 6.541,0

15. Kalimantan Tengah 1.530,7 1.625,5 1.690,3

16. Kalimantan Selatan 3.225,7 3.184,2 3.402,0

17. Kalimantan Timur 1.501,7 1.536,1 1.607,0

18. Sulawesi Utara 1.767, 3 1.770,0 1.882,2

19. Sulawesi Tengah 1.733,0 1.745,8 1.851,4

20. Sulawesi Selatan 1.913, 0 1.924,0 1.987,3

21. Sulawesi Tenggara 1.032,5 1.011,0 1.071,7

22. B a l i 948,3 888,1 1.004,4

23. Nusa Tenggara Barat 1.009, 3 859,0 893,2

24. Nusa Tenggara Timur 2.570,5 2.397,0 2.544,0

25. M a 1 u k u 2.376,5 2.238,0 2.403,7

26. Irian Jaya 1.418, 5 1.394,7 1.455,6

27. Timor Timur 2.262,0 2.355,7 2.483,0

Pusat 78,3 107,1

Jumlah: 91.611, 0 92.882,0 98.568,0

XIV/6

TABEL XIV - 2

PERKEMBANGAN JUMLAH DESA DAN BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,1983/84 - 1985/86

U r a i a nSatuan 1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86

1. Jumlah desa

Bantuan tiap desa

a. Bantuan Langsung

b. Bantuan keserasian :

- Peningkatan Kecamatan UDKP

- Keserasian

c. Hadiah Pemenang Lomba Desa

d. Pembinaan Operasional. Pembangunan Desa di tingkat Kecamatan

desa 66.432

Ribu Rp 1.2502)

Ribu Rp 83.046.250

Ribu Rp 6.042.250

Ribu Rp (5.030.000)

Ribu Rp (1.012.250)

Ribu Rp 1.651.500

Ribu Rp 871.000

67.448 66.1731)

1.2502) 1.3502)

84.310.000 89.333.550

5.962.950 6.658.985

(1.450.000) (4.583.800)

(4.512.950) (2.006.050)

651.500 1.656.000

879.250 881.500

e. Pembinaan Operasional Pemba-ngunan Desa di Tingkat Pusat Ribu Rp

Jumlah :

78.300 107.100

92.882.000 98.568.00091.611.000

1) Menurut Data Ditjen PUOD, desa definitif di Timor Timur berjumlah 442 desa.2) Termasuk bantuan untuk kegiatan PKK sebesar Rp. 250.000,- per desa.

XIV/7

TABEL XIV - 3

PERKEMBANGAN JUMLAH BANTUAN PEMERINTAH PUSAT, BANTUAN PEMERINTAH DAERAHDAN SWADAYA MASYARAKAT DALAM PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN DESA,

1983/84 - 1985/86(dalam ribuan rupiah)

R e p e l i t a IV

No. Sumber Bantuan 1983/84 1) 1984/85 1) 1985/86 2)

1. P e m e r i n t a h Pusat 9 1 . 6 1 1 . 0 0 0 9 2 . 8 8 2 . 0 0 0 9 8 . 5 6 8 . 0 0 0

2 . P e m e r i n t a h Daerah 2 9 1 . 9 8 3 2 8 1 .8 7 4 8 6 .1 7 6

3 . Swadaya Masyarakat 5 5 . 7 3 7 . 0 9 5 4 4 .0 7 5 . 8 3 1 8 . 2 9 4 . 4 1 5

Jumlah : 1 4 7 .6 4 0 . 0 7 8 13 7 .2 39 .70 5 106 .948 .591

1). Angka d i p e r b a i k i2). Angka sementara

XIV/8

telah dilatih 3.818 orang Kepala Urusan Pembangunan Desa ting-kat Kecamatan, dan 5.627 orang Pembina Teknis Kader Pembangunan Desa (KPD) tingkat kecamatan .

4. Peningkatan Swadaya dan Swakarsa Masyarakat

Desa-desa di Indonesia diharapkan akan menjadi landasan yang kuat dan mantap bagi ketahanan nasional. Untuk itu, setiap desa harus memiliki suatu lembaga desa yang mampu menggerakkan, mendorong dan mengembangkan usaha-usaha swadaya serta swakarsa masyarakat. Masing-masing lembaga desa tersebut melaksanakan pembangunan desanya dengan membuat rencana pembangunan, menger-jakan proyek, memelihara dan memanfaatkan hasilnya secara ber-swadaya dan bergotong-royong. Lembaga tersebut dikenal sebagai Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) yakni Lembaga Sosial Desa (LSD) yang telah disempurnakan.

Pada tahun kedua Repelita IV (1985/86) dari sejumlah 66.173 desa, sebanyak 65.788 desa (99,0%) telah membentuk LKMD. Dari 65.788 LKMD tersebut, sebanyak 10.020 LKMD (15,2%) masih tergo-long pasif, sebanyak 25.228 LKMD (38,4%) tergolong aktif dan sebanyak 30.540 LKMD (46,4%) sudah berfungsi penuh.

Berbagai upaya telah dilaksanakan guna meningkatkan peranan LKMD, antara lain dengan membentuk LKMD-LKMD percontohan seba-nyak 4.755 buah. Pada tahun 1985/86 telah dilatih 2.521 orang Pembina Teknis LKMD tingkat Kabupaten/Kotamadya, 23.748 orang latihan pengurus LKMD dan para pemuka/tokoh serta anggota ma-syarakat. Kegiatan lain yang dilaksanakan di dalam rangka pem-berian penerangan kepada masyarakat, berupa pementasan kegiatan LKMD melalui TVRI. Di samping itu, dilaksanakan penyuluhan se-perti Siaran Pedesaan melalui RRI yang diikuti oleh sekitar 39.200 Kelompok Pendengar serta penyebaran berbagai folder, poster atau brosur penyuluhan kegiatan LKMD dalam pembangunan 4esa. Khusus untuk desa-desa yang LKMD-nya masih pasif, dilak-sanakan penyuluhan dan peningkatan motivasi melalui pementasan sosiodrama yang diikuti oleh 9.575 peserta dari beberapa kelom-pok kesenian rakyat. Dalam rangka meningkatkan peranan LKMD ini, dilaksanakan pembentukan Kader Pembangunan Desa (KPD) di setiap desa. KPD berperanan untuk membantu kegiatan-kegiatan LKMD. Agar pembentukan KPD ini berhasil, terlebih dahulu di-adakan latihan-latihan bagi para pelatih KPD di tingkat Pusat, tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten/Kotamadya. Selain dari itu telah dilatih 5.186 orang Pembina Teknis KPD, 3.290 orang Pelatih Pembangunan Desa Terpadu dan 660 orang Kepala Desa .

XIV/9

Di dalam usaha untuk meningkatkan peranan wanita melalui wadah PKK, telah dilaksanakan pembentukan kader PKK melalui la-tihan atau kursus-kursus serta pembinaan lainnya oleh Tim Peng-gerak PKK Pusat. Latihan tersebut yang diikuti oleh sebanyak 256.608 orang, dan latihan untuk Tim Penggerak PKK di Daerah diikuti oleh 7.960 orang.

Untuk meningkatkan keterampilan anggota masyarakat desa di dalam berbagai kegiatan, telah dilaksanakan berbagai latihan di dalam kegiatan pengelolaan perekonomian desa, tehnologi pedesa-an, tata desa, dan prasarana desa, yang diikuti oleh 734 orang. Di dalam kegiatan pelaksanaan pemugaran perumahan dan lingkung-an desa serta pemukiman kembali penduduk (resettlement) telah diadakan kursus-kursus keterampilan yang diikuti oleh 42.315 orang.

5. Pemukiman Kembali Penduduk (Resettlement)

Untuk memperbaiki tingkat hidup kelompok-kelompok penduduk yang masih terpencil karena kondisi alam, sulitnya komunikasi, dan yang bermata-pencaharian masih berpindah-pindah, telah di-laksanakan pemukiman kembali pada tempat-tempat pemukiman baru yang lebih baik, dengan menyediakan berbagai kemudahan untuk hidup yang layak.

Sejak tahun pertama Repelita IV (1984/85) kebijaksanaan pemukiman kembali penduduk terutama diarahkan kepada pembinaan sosial dan ekonomi, khususnya kelompok-kelompok penduduk yang telah dimukimkan pada tahun-tahun sebelumnya, yang berjumlah sekitar 3.828 Kepala Keluarga (KK) tersebar di 20 propinsi.

Pada tahun kedua Repelita IV (1985/86), pemukiman kembali penduduk dilanjutkan dengan menambah penyediaan prasarana dan sarana pemukiman serta pembinaan sosial ekonomi kepada 2.982 KK di 33 lokasi. Di samping itu, telah dilaksanakan pula penambah-an 928 KK pemukiman kembali penduduk pada 17 lokasi lama yang masih tersedia lahannya .

6. Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa

Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa dilaksanakan de-ngan tujuan untuk membantu kelompok-kelompok penduduk yang ti-dak mampu memperbaiki rumah dan lingkungannya agar memenuhi syarat-syarat kesehatan. Pemugaran perumahan dan lingkungan de-sa ini telah dilaksanakan oleh berbagai instansi yang terkait, yaitu Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Sosial, dan Depar-

XIV/10

temen Dalam Negeri, secara terkoordinasi dan terpadu sejak pe-rencanaan hingga pelaksanaan.

Di dalam pelaksanaan pemugaran perumahan dan lingkungan de-sa, diberikan penyuluhan, bimbingan, latihan keterampilan, dan bantuan alat-alat pertukangan, serta bahan-bahan bangunan yang tidak ada di desa. Pelaksanaan kegiatan pemugaran dilakukan oleh masing-masing masyarakat desa secara bergotong-royong. hal ini dimaksudkan agar masyarakat desa lainnya dapat mengembangkan usaha pembangunan atau pemugaran perumahan dan lingkungan yang sehat secara mandiri.

Sampai akhir Repelita III, telah dilaksanakan pemugaran se-banyak 29.640 rumah yang tersebar di 741 desa. Kemudian pada tahun pertama Repelita IV (1984/85) telah dipugar sebanyak 17.250 rumah di 1.150 desa, dan pada tahun 1985/86 sebanyak 19.500 rumah yang tersebar di 1.300 desa/lokasi.

7. Perlombaan Desa dan Evaluasi Tingkat Perkembangan Desa

Untuk mendorong kegairahan desa dalam melaksanakan pemba-ngunan desa, maka setiap tahun disediakan hadiah kepada para juara/pemenang perlombaan desa, yaitu kepada masing-masing juara I, II, dan III tingkat Kabupaten/Kotamadya dan tingkat Propinsi. Hadiah tersebut diberikan untuk membiayai pembangunan proyek-proyek desa yang berguna bagi peningkatan pembangunan desanya.

Para Kepala Desa/Kelurahan dari Desa/Kelurahan yang menjadi juara pertama tingkat Propinsi diundang ke Jakarta untuk meng-hadiri upacara di Istana Negara pada setiap ulang tahun kemer-dekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus. Selain dari itu mereka juga mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya seperti perte-muan/diskusi atau temu wicara para Kepala Desa/Kelurahan dan mengunjungi desa-desa yang berhasil dalam pembangunan.

Pada tahun 1985/86, desa yang menjadi juara I, II, dan III tingkat Kabupaten/Kotamadya sebanyak 885 buah, dan tingkat Propinsi sebanyak 81 buah. Hasil pengamatan tingkat perkembang- an desa-desa setiap tahun menunjukkan bahwa sampai akhir Repe-lita III (1983/84) percepatan desa-desa swadaya menjadi desa swasembada sekitar 29,0% dan sampai dengan tahun 1985/86 seki- tar 37,0%. Sampai akhir Repelita III (1983/84) dari 66.437 de- sa, 11.228 buah (17,0%) tergolong desa swadaya, 36.280 buah (54,6%) desa swakarya dan 18.929 buah (28,4%) desa swasembada. Sampai dengan tahun 1985/86 dari jumlah desa sebanyak 66.173

XIV/11

buah, jumlah desa swadaya berjumlah 6.643 buah (10,0%), desa swakarya 34.853 buah (52,7%), dan desa swasembada 24.677 buah (37,7%).

C. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

1. U m u m

Pemerintah Daerah Tingkat II yang terdiri dari Kabupaten dan Kotamadya memegang peranan penting baik dalam bidang peme-rintahan umum dan pelayanan jasa-jasa, maupun dalam pengelolaan pembangunan nasional karena berhadapan langsung dengan masyara-kat dengan segala kepentingannya. Sejak tahun 1970/71 telah disediakan alokasi keuangan dalam anggaran pembangunan nasional untuk Daerah Tingkat II. Dengan penyediaan dana melalui aloka-si tersebut dimaksudkan agar Daerah Tingkat II akan lebih mampu untuk menyediakan berbagai macam prasarana perekonomian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di daerah masing-masing. Pada saat yang sama melalui pelaksanaan konstruksi dan penye-diaan bahan bangunan dan material untuk proyek-proyek yang dibiayai dari dana tersebut dapat tercipta kesempatan kerja yang cukup besar bagi penduduk di daerah.

2. Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II

Sesuai dengan maksud dan tujuan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II maka alokasi keuangan yang disediakan untuk masing Daerah Tingkat II, dihitung atas dasar:(1) jumlah penduduk yang ada di masing-masing Daerah Tingkat II, dan (2) keberhasilan Daerah Tingkat II dalam menghimpun Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA) sebagai pencerminan kemampuan aparatur Pemerintah Dae-rah.

Untuk daerah yang berpenduduk kurang dari suatu jumlah ter-tentu, disediakan alokasi keuangan minimum yang cukup besar un-tuk membiayai proyek-proyek yang sangat dibutuhkan masyarakat. Sebagian kecil dana bantuan ini disediakan sebagai insentif ba-gi Daerah Tingkat II yang dapat menghimpun IPEDA melampaui sa-saran yang telah ditentukan. Seluruh dana yang disediakan untuk Daerah Tingkat II disalurkan secara langsung ke daerah yang bersangkutan melalui sistem perbankan. Untuk Daerah-daerah Tingkat II di Irian Jaya dan Timor Timur dana disalurkan mela-lui Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Dagang Negara, dan un-tuk Daerah-daerah Tingkat II lainnya disalurkan melalui Bank Rakyat Indonesia. Selanjutnya bantuan keuangan tersebut merupa-

XIV/12

kan bagian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tingkat II (APED Dati II).

Untuk mengarahkan pemanfaatan dana sesuai dengan maksud dan tujuannya maka proyek-proyek yang dapat dibiayai dari Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, terdiri dari proyek-proyek yang menenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

(1) Menciptakan dan memperluas kesempatan kerja dalam pemba-ngunannya;

(2) Menggunakan tenaga kerja dan bahan yang tersedia setem-pat dan menggunakan bahan impor sekecil-kecilnya.

(3) Mempertinggi produksi dan memperlancar distribusi hasil pertanian serta memperbaiki lingkungan hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah;

(4) Meningkatkan partisipasi penduduk dalam pembangunan;(5) Secara teknis dapat dipertanggungjawabkan;(6) Pembangunan proyek dilakukan atas dasar pengupahan yang

wajar dan bukan atas gotong-royong;(7) Dapat direncanakan, dilaksanakan, dan diawasi oleh tenaga

teknis yang ada di Daerah;(8) Pelaksanaan pembangunan proyek tidak tergantung pada

proyek-proyek yang lain;(9) Dapat diselesaikan dalam tahun anggaran yang bersangku-

tan;(10)Serasi dengan proyek-proyek lain, yaitu proyek-proyek Da-

erah Tingkat II, proyek-proyek Daerah Tingkat I dan proyek-proyek Nasional yang ada di Daerah.

Dalam tahun pertama (1970/71) dana disediakan atas dasar bantuan Rp 50,- per penduduk, dan pada tahun terakhir Repelita III (1983/84) bantuan menjadi Rp 1.150,- per penduduk serta bantuan minimum per Daerah Tingkat II menjadi Rp 160 juta. Perhitungan per penduduk dan alokasi minimum per Daerah Tingkat II ini tidak mengalami perubahan sampai dengan tahun pertama Repelita IV (1984/85). Namun, karena jumlah penduduk yang men-jadi dasar perhitungan, maka masing-masing Daerah Tingkat II tetap menerima jumlah bantuan yang terus meningkat dengan ber-tambahnya penduduk setiap tahun, sehingga dalam tahun 1984/85 jumlah keseluruhan menjadi Rp 201.914 juta. Dalam jumlah ter-sebut telah termasuk biaya kegiatan penunjang, seperti pembeli-an peralatan dan biaya pembinaan. Peningkatan jumlah bantuan keuangan yang diterima oleh Daerah Tingkat II juga disebabkan karena meningkatnya dana rangsangan yang ditentukan atas dasar keberhasilan penerimaan IPEDA.

XIV/13

Bantuan keuangan untuk Daerah Tingkat II pada tahun 1985/86 berjumlah Rp 215.906 juta. Jumlah bantuan tersebut didasarkan atas perhitungan Rp 1.250,- per penduduk dan bantuan minimum sebesar Rp 170 juta. Perincian bantuan keuangan untuk daerah Tingkat II per Propinsi untuktahun1983/84, 1984/85 dan 1985/86 terlihat pada Tabel XIV-4.

Dari bantuan keuangan yang disediakan pada tahun 1985/86 telah disalurkan ke Daerah Tingkat II untuk membiayai proyek-proyek pembangunan sebesar Rp 214.923 juta, dan sisanya diper-gunakan untuk pengadaan peralatan (Rp 613 juta) serta untuk pembinaan (Rp 370 juta). Daerah Tingkat II (tidak termasuk Dae-rah Tingkat II di Timor Timur) telah merencanakan penggunaan dana yang tersedia. untuk membiayai 2.942 proyek jalan dan jem-batan dengan nilai Rp 156.251 juta, 230 proyek pengairan dan irigasi dengan nilai Rp 7.256 juta, dan 534 proyek lain-lain dengan nilai Rp 38.126 juta. Dari dana tersebut telah dipergu-nakan lebih kurang 5% untuk keperluan pengendalian dan pembina-an pelaksanaan proyek-proyek tahun 1985/86 serta perencanaan proyek-proyek yang akan diusulkan untuk dilaksanakan pada tahun 1986/87. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, seluruh proyek-proyek yang direncanakan dapat diselesaikan sebelum bulan Juli tahun berikutnya.

Dengan selesainya proyek-proyek tersebut, dalam tahun 1985/86 diperkirakan telah terserap 490.864 orang tenaga kerja, yaitu 245.128 orang yang bekerja dalam kegiatan konstruksi dan 245.736 orang dalam kegiatan lain-lain, sedangkan realisasi fi-sik yang dicapai meliputi antara lain 5.849 km perbaikan dan pembangunan jalan baru, 28.376 m perbaikan dan pembangunan jem-batan, 230 proyek-proyek pengairan dan 534 proyek lain-lain. Perincian hasil fisik yang telah dicapai dalam tahun 1983/84, 1984/85 dan 1985/86 terlihat pada Tabel XIV-5.

3. Koordinasi Pembangunan di Daerah Tingkat II

Penyediaan bantuan keuangan kepada Kabupaten/Kotamadya Dae-rah Tingkat II yang telah dimulai sejak Repelita II, dilanjut-kan dan ditingkatkan, dengan diberikannya Bantuan Pembangunan Sekolah Dasar mulai tahun 1973/74, Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan mulai tahun 1974/75, Bantuan Penghijauan/Reboisasi mulai tahun 1976/77, dan Bantuan Penunjangan Jalan mulai tahun 1979/80. Jumlah bantuan pembangunan yang dilaksanakan di Daerah Tingkat II sejak tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 da-pat dilihat pada Tabel XIV-6. Di samping itu mulai tahun 1976/77 kepada Daerah Tingkat II diberikan kesempatan untuk

XIV/14

TABEL XIV - 4

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI II,1983/84 - 1985/86

(dalam jutaan rupiah)

TABEL XIV - 5

HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEKBANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II,

1983/84 - 1985/86

Volume/Jumlah Proyek Satuan 1983/84Repelita IV

1984/85 1985/86

Jalan :

Volume Km 17.580 5.755 5.849 *)Jumlah Proyek Proyek 2.673 2.374 2.488

Jembatan :

Volume M 22.812 29.439 28.376

Jumlah Proyek Proyek 563 406 454

Pengairan :

Volume

Jumlah Proyek Proyek 341 250 230

Lain-lain :

Jumlah Proyek Proyek 748 480 534

Jumlah : Proyek 4.325 3.510 3.706

*) Belum termasuk panjang jalan yang dipelihara

XIV/16

TABEL XIV - 6

PERKEMBANGAN JUMLAH DANABANTUAN PEMBANGUNAN KEPADA DAERAH TINGKAT II,

1983/84 - 1985/86(dalam jutaan rupiah)

Repelita IV

No. Bantuan Pembangunan 1983/84 1984/85 1985/86

1. Daerah Tingkat II 197.167 201.914 215.906

2. Sekolah Dasar 589.159 580.800 617.002

3. Sasaran Kesehatan 98.450 98.450 114.552

4. Penghijauan/Reboisasi 87.313 39.800 42.267

5. Penunjangan Jalan 80.100 80.100 87.469

Jumlah : 1.052.189 1.001.064 1.077.196

XIV/17

memperoleh kredit lunak yaitu kredit tanpa bunga untuk pem-bangunan/pemugaran pasar.

Peningkatan dan perluasan kegiatan pembangunan yang menjadi tugas Daerah Tingkat II memerlukan peningkatan kemampuan apara-tur Pemerintah Daerah Tingkat II, baik di bidang koordinasi pe-rencanaan, maupun pelaksanaan dan pengawasannya. Agar berbagai program tersebut benar-benar mencapai sasaran yang diharapkan, maka kemampuan koordinasi juga ditingkatkan. Dalam hubungan ini maka dengan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1980 telah dibentuk Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Tingkat II. Badan tersebut merupakan satuan staf yang bertanggungjawab langsung kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dalam bidang perencanaan dan penilaian hasilnya.

Untuk tujuan tersebut di atas maka secara bertahap telah dilaksanakan penataan kembali satuan-satuan organisasi di Dae-rah Tingkat II sesuai dengan ruang lingkup fungsi dan tugas masing-masing unit. Tugas perencanaan umum merupakan tanggung jawab Bappeda sebagai staf Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II. Tugas-tugas perencanaan teknis dan pelaksanaan me-rupakan tanggungjawab instansi teknis yang bersangkutan, yaitu Dinas-dinas Tingkat II, tugas pengendalian pelaksanaan secara umum merupakan tugas Bagian Pembangunan, sedang tugas penga-wasan menjadi wewenang instansi Inspektorat. Dengan demikian maka Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat lebih melaksanakan tanggungjawabnya secara lebih intensif.

Dana bantuan pembangunan yang disediakan melalui Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II dan program-program ban-tuan lainnya sekaligus merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana, kegiatan dan biaya pembangunan Daerah Tingkat II. Sehubungan dengan itu, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tingkat II sebagai unsur Pemerintah Daerah berpartisipasi aktif dalam tugas pengawasan, agar bantuan-bantuan tersebut dapat di-manfaatkan secara optimal untuk kepentingan masyarakat di Dae-rah Tingkat II yang bersangkutan. Prinsip pengelolaan secara terbuka diterapkan agar masyarakat dapat mengetahui isi kegiat-an setiap proyek tersebut. Untuk itu pada setiap proyek yang dibangun dipasang papan nama proyek, yang memuat perincian pro-yek. Dengan demikian masyarakat dapat melakukan pengawasan so-sial terhadap pelaksanaan pembangunan di daerah.

4. Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten

Agar pembangunan juga berorientasi pada daerah-daerah yang

XIV/18

jarang penduduknya, maka sejak tahun 1979/80 dilaksanakan Pro-gram Bantuan Penunjangan Jalan Kabupaten. Dengan program terse-but diusahakan agar daerah-daerah yang jarang penduduknya dapat melaksanakan pembangunan untuk membuka bagian-bagian daerahnya yang masih terisolasi, dan sekaligus dapat menunjang program-program lain seperti perkebunan, transmigrasi, dan sebagainya.

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka dana yang ter-sedia melalui Program Bantuan Penunjangan Jalan dapat dipergu-nakan untuk hal-hal sebagai berikut :

(1) Pembangunan baru dan perbaikan badan jalan serta perkerasan jalan Kabupaten Daerah Tingkat II yang tingkat pelayanannya sudah berkurang;

(2) Perbaikan serta penggantian jembatan dan gorong-gorong yang sudah tua pada jalan Kabupaten Daerah Tingkat II;

(3) Pendidikan dan latihan tenaga Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat II dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam bidang teknis pembangunan jalan dan administrasi proyek.

Seperti halnya dengan proyek-proyek yang dibiayai dengan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II, maka proyek-proyek yang dibiayai dengan Bantuan Penunjangan Jalan dipilih dan direnca-nakan oleh masing-masing Daerah Tingkat II. Proyek-proyek ter-Sebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan dan kebijaksanaan tahunan Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Dengan demikian maka proyek-proyek tersebut harus diserasikan dengan proyek-proyek lain yang dibiayai dari berba-gai sumber pembiayaan dan dengan proyek-proyek daerah tetangga. Agar keserasian tercapai maka proyek-proyek yang diusulkan itu terlebih dahulu dikaji dan dinilai oleh tingkat Propinsi Daerah Tingkat I.

Pada tahun 1985/86, Bantuan Penunjangan Jalan yang diterima oleh Daerah Tingkat II dipergunakan untuk pembangunan 1.044 buah proyek, dengan perincian sebagai berikut :

(1) 6.591 km jalan dengan biaya seluruhnya sebesar Rp 75.235 juta.

(2) 39.073 m gorong-gorong dengan biaya seluruhnya sebesar Rp 4.413 juta.

(3) 7.437 m pembangunan, 623 m penggantian, 211 m peningkatan, 56 m penunjangan dan 583 m pemeliharaan jembatan yang selu-ruhnya menghabiskan biaya sebesar Rp 18.957 juta.

Perincian dari hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel XIV-

XIV/19

7.a. dan XIV-7.b.

D. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

1 . U m u m

Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I diberikan secara lang- sung kepada setiap Propinsi Daerah Tingkat I, dimaksudkan untuk menyelaraskan pembangunan sektoral dan daerah, meratakan pelaksanaan dan manfaat pembangunan di seluruh wilayah tanah air, serta meningkatkan kemampuan daerah dalam pembangunan.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, penggunaan dana bantuan terutama diarahkan pada sasaran-sasaran prioritas bagi kepen- tingan daerah yang mempunyai dampak nasional. Dana bantuan di- bagi dalam 2 bagian, yaitu:

1) Dana bantuan yang ditetapkan, dipergunakan untuk membiayai kegiatan pemeliharaan dan eksploitasi pengairan, peningkat- an dan penyempurnaan irigasi, serta penunjangan jalan dan jembatan, dan pembangunan jembatan baru;

2) Dana bantuan yang diarahkan, dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek yang bersifat ekonomis produktif, pembangunan daerah minus, pengembangan perkotaan, proyek-proyek lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, termasuk pembinaan generasi muda, serta untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan aparatur daerah.

Perkembangan dan perincian jumlah bantuan yang ditetapkan dan yang diarahkan untuk tahun 1983/84-1985/86 secara nasional dapat dilihat pada Tabel XIV-8 dan XIV-9.

2. Pelaksanaan Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat I

Perincian jumlah bantuan yang ditetapkan dan yang diarahkan tahun 1985/86 untuk setiap Propinsi Daerah Tingkat I dapat di- lihat pada Tabel XIV-10. Dari Rp 280.000 juta bantuan yang di-alokasikan pada tahun 1985/86, sebanyak Rp 85.511,4 juta di an-taranya berupa dana yang ditetapkan penggunaannya, dan sebanyak Rp 94.488,5 juta berupa dana yang diarahkan. Dana bantuan yang ditetapkan penggunaannya dipergunakan untuk membiayai kegiatankegiatan sebagai berikut :

1) Penunjangan Jalan dan Jembatan Propinsi sebesar Rp 41.839,6

XIV/20

TABEL XIV - 7.a

PENGGUNAAN BANTUAN PENUNJANGAN JALAN KABUPATEN,1983/84 - 1985/86

(dalam jutaan rupiah)

Penggunaan1983/84

Repelita IV

1984/85 1985/86

a. Konstruksi Jalandan Jembatan 82.250,3 93.465,0 98.605,0

b. Workshop 700,0 4.300,0 4.300,0

c. Pendidikan 1.200,0 500,0 500,0

d. Lain-lain 268,0 2.235,0 3.329,0

Jumlah : 84.418,3 100.500,0 106.734,0

XIV/21

TABEL XIV - 7.b

PERKEMBANGAN HASIL FISIK PELAKSANAAN PROYEK-PROYEKBANTUAN PENUNJANGAN JALAN KABUPATEN,

1983/84 - 1985/86

Repelita IV

U r a i a n Satuan 1983/84 1984/85 1985/86

Jumlah Proyek Proyek 858 1.007 1.044

Jalan Km 7.414,4 6.283 6.591

Jembatan M 19.732,2 16.373 8.910

Workshop Buah 25_

43

Gorong-gorong M_

44.671 39.073

XIV/22

TABEL XIV - 8

REKAPITULASI PERKEMBANGAN BANTUAN PEMBANGUNAN DATI I,1983/84 - 1985/86

(dalam jutaan rupiah)

Repelita IV

NO. P r o p i n s i 1983/84 1984/85 1985/86

1. Daerah Istimewa Aceh 9.000 9.000 10.000

2. Sumatera Utara 11.000 11.000 12.000

3. Sumatera Barat 9.000 9.000 10.000

4. R i a u 9.000 9.000 10.000

5. J a m b i 9.000 9.000 10.000

6. Sumatera Selatan 11.000 11.000 12.000

7. B e n g k u l u 9.000 9:000 10.000

8. L a m p u n g 9.000 9.000 10.000

9. DKI Jakarta 9.000 9.000 10.000

10. Jawa Barat 11.000 11.000 12.000

11. Jawa Tengah 11.000 11.000 12.000

12. Daerah Istimewa Yogyakarta 9.000 9.000 10.000

13. Jawa Timur 11.000 11.000 12.000

14. Kalimantan Barat 9.000 9.000 10.000

15. Kalimantan Tengah 9.000 9.000 10.000

16. Kalimantan Selatan 9.000 9.000 10.000

17. Kalimantan Timur 9.000 9.000 10.000

18. Sulawesi Utara 9.000 9.000 10.000

19. Sulawesi Tengah 9.000 9.000 10.000

20. Sulawesi Selatan 9.000 9.000 10.000

21. Sulawesi Tenggara 9.000 9.000 10.000

22. B a l i 9.000 9.000 10.000

23. Nusa Tenggara Barat 9.000 9.000 10.000

24. Nusa Tenggara Timur 9.000 9.000 10.000

25. M a l u k u 9.000 9.000 10.000

26. Irian Jaya 9.000 9.000 10.000

27. Timor Timur 9.000 9.000 10.000

Jumlah : 253.000 253.000 280.000

XIV/23

TABEL XIV - 9

BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT IMENURUT JENIS PENGGUNAAN,

1983/84 - 1985/86(dalam jutaan rupiah)

Repelita IV

U r a i a n 1983/84 1984/85 1985/86

A. Bantuan Yang ditetapkan : 77.188,0 74.614,1 85.511,4

1. Penunjangan Jalan dan (35.080,0) (34.522,6) (41.839,6)Jembatan serta Penggan-tian Jembatan

2. Perbaikan dan Peningkatan (9.213,0) (9.359,5) (11.246,5)Irigasi

3. Eksploitasi dan Pemeliha- (32.895,0) (30.732,0) {32.425,3)raan Pengairan

B. Bantuan Yang Diarahkan 175.812,0 178.385,9 194.488,6

Jumlah : 253.000,0 253.000,0 280.000,0

XIV/24

TABEL XIV – 10PERINCIAN BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I

MASING – MASING PROPINSI/DAERAH TINGKAT I,1985/86

(DALAM RIBUAN RUPIAH)

juta, meliputi kegiatan penunjangan jalan 8.359 km, penun-jangan jembatan 9.858 m, pembuatan gorong-gorong 2.117 buah, dan penggantian jembatan 2.462 m.

2) Perbaikan dan Peningkatan Irigasi Rp 11.246,5 juta meliputi kegiatan: 84 buah bendungan, 7.813 km saluran, 296 buah bangunan bagi, dan 584 buah bangunan pelengkap.

3) Eksploitasi dan Pemeliharaan Pengairan Rp 32.425,3 juta me-liputi kegiatan : 10.715 buah bendungan, 92.191 buah ba-ngunan air, 87.153 km saluran pembawa, 13.753 km saluran pembuang, 3.348 buah fasilitas eksploitasi, 3.954 km tang-gul banjir, 4.860 km jalan inspeksi, 10.344 PK pompa air, 1.337 juta m³ waduk, dan 823 km jaringan telepon.

Dana bantuan yang diarahkan penggunaannya sebesar Rp 194.488,5 juta dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan di bidang ekonomi, sosial, budaya, sarana dan prasarana peme- rintahan yang langsung dilaksanakan oleh aparat Pemerintah Daerah.

Seluruh pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana bantuan yang penggunaannya ditetapkan maupun yang diarahkan, berjumlah 2.794 buah proyek yang terdiri dari 993 buah proyek di ling-kungan sekretariat wilayah/daerah, 604 buah proyek di lingkung-an pekerjaan umum, 513 buah proyek di lingkungan pertanian, 58 buah proyek di lingkungan perhubungan dan pariwisata, 107 buah proyek di lingkungan perindustrian, pertambangan, dan perekono-mian, 293 buah proyek di lingkungan sosial budaya, 74 buah pro-yek di lingkungan pembangunan desa serta 152 buah proyek lain-nya.

3. Pengembangan Wilayah

Program Pengembangan Wilayah, pertama ditujukan untuk me-ningkatkan secara langsung pendapatan anggota masyarakat yang bermukim di daerah miskin. Pada umumnya mereka bertempat ting-gal di daerah pedesaan yang terisolasi dengan keadaan lahan kritis. Untuk mencapai tujuan tersebut, telah dilakukan berba-gai kegiatan pembangunan dalam bentuk proyek-proyek sederhana yang menyentuh langsung kehidupan dan penghidupan masyarakat, seperti usaha peningkatan keterampilan, penyediaan prasarana, dan pemberian kredit permodalan.

Kedua, untuk meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah daerah, baik Pemerintah Daerah Tingkat I maupun Pemerintah Dae-

XIV/26

rah Tingkat II, dalam tugas di bidang perencanaan, pengendali-an, pemantauan serta evaluasi pelaksanaan dan dampak pemba-ngunan.

Ketiga, untuk mengisi kesenjangan dalam kegiatan pembangun-an di daerah yang belum terjangkau oleh berbagai kegiatan sek-tor yang ada.

Dari pengalaman diketahui bahwa program/proyek pengembangan wilayah menimbulkan dampak yang sangat positip bagi masyarakat pedesaan dan aparat perencanaan di daerah. Oleh sebab itu jum-lah dan sumber dana yang tersedia untuk bantuan terus mening-kat. Perkembangan jumlah dana, jumlah Kabupaten dan jumlah proyek sejak tahun 1983/84 - 1985/86 disajikan pada Tabel XIV - 11.

Sejak tahun 1985/86 dilaksanakan pula kegiatan serupa, de-ngan menitikberatkan pada wilayah kritis, seperti Proyek Perta-nian Lahan Kering dan Konservasi Tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratun Seluna, DAS Brantas, dan DAS Citanduy. Proyek-proyek lainnya dapat disebutkan sebagai berikut:

a. Pengembangan Wilayah Terpadu di Sanrego, Sulawesi Selatan, dan Gu-Mawasangka, Sulawesi Tenggara;

b. Pengembangan Wilayah Mahakam Tengah di Kalimantan Timur;

c. Pengembangan Wilayah Terpadu di Nusa Tenggara Barat dan Nu- sa Tenggara Timur;

d. Pengembangan Wilayah Terpadu di Pulau Timor.

E. PEMBANGUNAN DAERAH TIMOR TIMUR

Pembangunan Propinsi Timor Timur yang dimulai sejak Repe-lita II telah meletakkan dasar-dasar organisasi pemerintahan di daerah agar mampu menunjang kelancaran roda pemerintahan, dan melaksanakan berbagai program pembangunan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat di daerah tersebut.

Usaha meningkatkan kemampuan aparatur pemerintahan dilak-sanakan dengan mengangkat dan menambah jumlah pegawai negeri yang bertugas di daerah. Pada tahun 1985/86 untuk menjalankan roda pemerintahan di Timor Timur telah ada 18.527 orang pegawai negeri yang bekerja di berbagai tempat dan instansi pemerintah-an. Selain dari menambah jumlah pegawai, pemerintah juga membe-rikan kesempatan kepada para pegawai negeri untuk memperdalam pengetahuannya di berbagai bidang. Sampai dengan tahun

XIV/27

TABEL XIV - 11

JUMLAH ANGGARAN, JUMLAH KABUPATEN DAN JUMLAH PROYEKPROGRAM PENGEMBANGAN WILAJAH (PDP/PPW),

1983/84 - 1985/86

No. Propinsi1983/84 1)

1984/85 1)

repe1ita IV

1985/862)

JumlahAnggaran(Rp.juta)

JumlahDati II

JumlahProyek

JumlahAnggaran(Rp.juta)

JumlahDati I

JumlahProyek

JumlahAnggaran(Rp.juta)

JumlahDati II

JumlahProyek

1. Daerah Istimewa Aceh 600,0 3 80 300,0 4 62 1.500,0 4 552. Jawa Tengah 1.387,0 8 195 750,0 7 102 900,0 8 623. Bengkulu 2.300,0 2 17 250,5 3 41 1.000,0 3 364. Jawa Timur 900,0 8 79 600,0 8 78 800,0 8 785. Kalimantan Selatan - - - 200,0 3 42 800,0 5 476. Nusa Tenggara Timur 3.550,0 3 14 400,0 5 43 996,0 5 427. Jawa Barat 1.245,6 7 20 550,3 6 24 600,0 6 308. Nusa Tenggara Barat 717,0 3 27 550,3 6 27 900,0 6 399. Daerah Istimewa Yogyakarta 2.500,0 2 15 961,5 2 13 1.873,0 2 1310. Sumatera Barat 2.250,0 1 23 450,0 1 20 550,0 1 3)

Jumlah : 15.449,6 37 470 5.012,6 45 452 9.919,0 48 402

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara3) Data belum tersedia

XVI/28

1984/85 telah ada 51 orang pegawai negeri yang berhasil menye-lesaikan pendidikannya di tingkat Perguruan Tinggi. Dalam tahun 1985/86, pemerintah Daerah Timor Timur kembali menugaskan 140 orang pegawai negeri untuk melanjutkan pendidikan di berbagai tempat di luar daerah, antara lain di beberapa kota di Jawa, Bali (Denpasar), Sulawesi (Ujung Pandang dan Manado), serta Sumatera (Bukit Tinggi dan Pekan Baru).

Pembangunan prasarana fisik untuk menunjang kegiatan pendi-dikan di daerah Timor Timur telah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dalam tahun 1984/1985 telah disediakan berbagai prasarana fisik pendidikan, seperti pembangunan 60 buah ruang kelas baru untuk SLTP, pembangunan 2 unit SMA, pembangunan 4 buah ruang kelas baru untuk SLTA, pembangunan gedung SMEA, pembangunan gedung dan rumah dinas serta rehabilitasi asrama, dan usaha-usaha penunjangan kegiatan pendidikan lainnya. Dalam tahun 1985/86 sekolah yang telah selesai dibangun berjumlah 31 SD, 28 SLTP, 15 SLTA, dan 9 sekolah kejuruan setingkat SLA la-innya. Di samping itu telah pula dilaksanakan pembangunan asra-ma pelajar SMTP/SMTA seluas 100 M2.

Untuk mempercepat peningkatan pendidikan di daerah Timor Timur dilaksanakan usaha lainnya dengan memberikan fasilitas bea siswa kepada putera-puteri daerah tersebut untuk belajar di luar daerahnya. Sejalan dengan usaha tersebut dalam tahun 1984/85 telah diberikan beasiswa lanjutan kepada 33 orang dan untuk SPG/KPG di Dili sebanyak 475 orang. Selanjutnya dalam tahun 1985/86 jumlah pelajar penerima beasiswa ditingkatkan masing-masing 22 orang di tingkat SLTA/Mahasiswa, dan 696 orang untuk siswa SPG di Dili. Dewasa ini tercatat 289 putera-puteri Timor Timur yang sedang melanjutkan studi di luar dae-rahnya.

Usaha-usaha pembangunan di bidang kesehatan ditujukan teru-tama untuk meningkatkan taraf kesehatan rakyat. Pada tahap awal pembangunan diarahkan untuk merehabilitasi sarana-sarana kesehatan yang ada serta meningkatkan kemampuan pelayanannya. Langkah selanjutnya ditujukan untuk mempersiapkan perluasan jaringan upaya kesehatan dengan membangun Puskesmas di setiap kabupaten dan Puskesmas Pembantu di setiap kecamatan.

Sampai dengan tahun 1984/85 telah dibangun 3 buah rumah sakit tipe D di kabupaten-kabupaten Dili, Baucau, dan Maliana, 1buah Kantor Wilayah Kesehatan di Dili, 42 Puskesmas, 102 Puskesmas Pembantu, 52 Balai Pengobatan, dan berbagai sarana penunjang kegiatan kesehatan lainnya. Dalam tahun 1985/86,

XIV/29

telah dilakukan usaha-usaha peningkatan pelayanan kesehatan di 13 kabupaten di Timor Timur, melalui pelaksanaan program pe-ningkatan keterampilan tenaga para medis telah dilatih sebanyak 21 orang, pemanfaatan gudang obat, dan pengadaan 3 unit rumah dinas type D bagi para petugas kesehatan. Selain dari itu, di-laksanakan pula perluasan bangunan RSU Baucau.

Usaha pembangunan di bidang sosial yang dilaksanakan dalam tahun 1985/86 merupakan lanjutan kegiatan yang telah dilaksa-nakan dalam tahun 1984/85. Pembangunan dalam tahun 1985/86 tetap diarahkan pada pembiayaan dan penyantunan kesejahteraan sosial yang lebih baik lagi bagi masyarakat, antara lain dengan pembangunan dan pengembangan 100 Karang Taruna, perluasan Panti Sosial, penyantunan sosial bagi 100 orang lanjut usia, dan pe-ngentasan 600 orang anak terlantar. Selain dari itu telah dibe-rikan bantuan kepada anak-anak terlantar melalui sistem non panti, dan bantuan sosial kepada 300 orang wanita miskin.

Di bidang pertanian, dalam tahun 1984/85 hasil perluasan areal produksi tanaman pangan terus dipelihara, dan dalam tahun 1985/86 telah ditingkatkan usaha-usaha perluasan areal perta-nian, intensifikasi pertanian, perbaikan, serta perluasan ja-ringan irigasi.

Dalam usaha mengamankan daerah irigasi, dalam tahun 1985/86 telah dilakukan perencanaan pembangunan embung di 3 lokasi dan pembuatan tanggul/krib/bronjong serta pengerukan Sungai Passabe (Ambeno). Dalam tahun itu juga, telah dilaksanakan pengembangan dan peningkatan produksi tanaman pangan seluas 450 ha. Khusus untuk tanaman pada, pada tahun 1985 telah dicapai produktivitas 1,72 ton/ha. Untuk lebih meningkatkan produksi pada di Timor Timur telah diusahakan pengadaan unit produksi pada sawah go-go. Demikian pula untuk produksi tanaman pangan lainnya seperti jagung, dan terutama palawija, juga telah ditingkatkan pengada-an unit-unit sarana produksi.

Usaha pembangunan pertanian di sub sektor perkebunan mela-lui pengembangan areal tanaman tidak banyak mengalami perubahan kecuali secara bertahap telah dilaksanakan pembangunan tempat-tempat pembibitan tanaman perkebunan, terutama dari jenis- jenis komoditi kopi, cengkeh, dan kelapa. Selain dari itu, di Kabupaten Lautem dan Viqueque telah dilakukan usaha-usaha pene-litian tanaman tebu untuk mendukung pengembangan perkebunan te-bu yang direncanakan akan dikembangkan seluas 10.000 ha di kedua kabupaten tersebut. Hasilnya diharapkan dapat menjadi bahan baku bagi pabrik gula yang akan dibangun di Lospalos.

XIV/30

Komoditi potensial dari sub sektor perkebunan di Timor Timur terdiri dari kopi dan kelapa. Daerah penghasil utama kopi ialah Kabupaten Ermera dan Ainaro.

Pembangunan di sub sektor peternakan secara berangsur-angsur telah dilakukan usaha perbaikan mutu ternak dengan pembibitan ternak unggul serta vaksinasi. Dalam tahun 1985/86 antara lain telah dilaksanakan pengadaan 100 ekor bibit kelin-ci, 15.000 doses vaksin ND dan 20.000 doses lainnya untuk ternak besar. Sebagaimana halnya daerah Nusa Tenggara, Propinsi Timor Timur merupakan daerah potensial untuk pengembangan peternakan.

Di bidang perikanan dilakukan usaha-usaha untuk memperbaiki produksi perikanan melalui pengembangan budidaya perikanan da-rat. Perikanan lautpun cukup potensial untuk dikembangkan.

Dalam tahun 1985/86 pembangunan di bidang perhubungan, baik laut, darat, udara, maupun pos dan telekomunikasi merupakan lanjutan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam tahun 1984/85. Dalam tahun 1985/86, dengan adanya penambahan fasilitas-fasili-tas untuk memperlancar bongkar muat barang serta sarana kesela-matan pelayaran, pelabuhan laut Dili mampu dirapati oleh kapal-kapal berbobot 5.000 ton. Selain dari itu, pada saat ini sedang dilaksanakan survey teknis pelabuhan Santana dan Tibar, serta Pembangunan kantor Syahbandar di pelabuhan Com.

Di bidang perhubungan udara, dalam tahun 1985/86 telah Selesai dibangun perpanjangan landasan lapangan terbang Komoro (Dili) beserta sarana keselamatan penerbangannya. Selain dari itu, telah diselesaikan pula pemantapan landasan di Maliana se-luas 4.629,3 m2.

Di bidang perhubungan darat, sampai dengan tahun 1984/85 Keadaan pembangunan jaringan jalan di Timor Timur telah menca-pai panjang 2.957 km termasuk pembangunan 18 buah jembatan. Dalam tahun 1985/86 telah diusahakan rehabilitasi jalan dengan pengaspalan antara Ainaro - Same sepanjang 20 km, jalan antara Ermera - Natulia sepanjang 6 km, dan rehabilitasi/pengaspalan jalan Manatuto - Baucau. Selain dari itu telah diselesaikan pula jembatan Sungai Laclo yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia Bagian Timur (240 m). Untuk pengamanan lalu lin-tas, dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pengadaan/pemasang-an rambu-rambu jalan raya sebanyak 200 buah dan pemasangan 3 set alat uji kendaraan bermotor.

XIV/31

Di bidang penyediaan air bersih, dalam tahun 1985/86 dilan-jutkan pembangunan bangunan pelengkap dan instalasi produksi terutama di Dili dan Baucau, serta pemasangan pipa sepanjang 11.109 meter. Selanjutnya pembangunan pompa air di Komoro dengan kapasitas 10 1/detik dan di Labana dengan kapasitas 20 1/detik diteruskan di beberapa kota lain seperti Viqueque dan Aileu usaha penyediaan air bersih saat ini sedang dalam tahap penyelesaian.

Dalam usaha pembangunan daerah pemukiman di pedesaan dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan usaha-usaha pembinaan pendu- duk untuk dimukimkan kembali di lokasi Memo (Kab. Bobonaro) dan di lokasi Vemase (Kab. Baucau) sebanyak 210 KK. Kepada mereka diberikan latihan keterampilan usaha tani. Di samping itu dila-kukan juga pembinaan terhadap 50 KK penduduk yang akan dimukimkan kembali masing-masing di Kabupaten Lautem dan di Kabupaten Viqueque. Sebagai pelengkap telah dibangun 50 unit rumah pemu-kiman untuk daerah pedesaan.

Pelayanan di bidang kelistrikan dalam tahun 1985/86 meru-pakan kelanjutan kegiatan tahun 1984/85. Kegiatan pembangunan diarahkan pada perluasan jaringan listrik dengan penambahan sambungan listrik sebanyak 2.460 sambungan dan pembangunan penerangan jalan umum di 500 titik. Sebagai hasil pembangunan di bidang kelistrikan di Timor Timur, dewasa ini tercatat 9.100 KW kapasitas terpasang, dengan pemakai sebanyak 6.175 pelanggan.

Pembangunan sektor industri di Timor Timur dalam tahun 1985/86 telah berhasil meningkatkan kemampuan pengusaha/peng-rajin tenun yang memakai unit ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan memperluas fasilitas pergudangan untuk penyimpanan garam di Kabupaten Baucau, serta melaksanakan pengadaan bahan bakar bagi keperluan pelaksanaan pameran industri. Kegiatan-kegiatan ter-sebut dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan rakyat dalam mengembangkan usaha industri kecil di Timor Ti-mur, terutama untuk merangsang gairah usaha golongan ekonomi lemah.

Kebijaksanaan pembangunan di bidang perdagangan pada tahun 1985/86 di Timor Timur ditujukan untuk memperluas dan memantap-kan jangkauan pelayanan perdagangan. Sehubungan dengan itu, pa-da tahun tersebut telah dilaksanakan pameran dagang dan pembi-naan pengusaha-pengusaha muda serta pengusaha wanita sebanyak 160 orang. Sementara itu telah dilaksanakan pula pembangunan Kantor Departemen Perdagangan di Kabupaten Ermera seluas

XIV/32

200 m2.

Untuk mendorong dan membina peranan koperasi sebagai salah satu unsur penunjang roda perekonomian rakyat, maka kemampuan aparatur pemerintahan telah ditingkatkan dengan penambahan prasarana fisik. Dalam tahun 1985/86 telah dilaksanakan pemba-ngunan 8 rumah dinas type C di kabupaten-kabupaten Dili, Aileu, Ainaro, Liquica, Baucau, Manatuto, Ermera, dan Kovalima. Sampai dengan tahun 1985/86 di Timor Timur telah terbentuk 134 unit usaha koperasi, dengan anggota sebanyak 28.996 orang.

Dalam tahun 1985/86 operasi penerangan telah dapat di-tingkatkan lagi, dengan selesainya pembangunan berbagai fasili-tas penerangan pada tahun 1984/85. Demikian pula untuk menunjang pembangunan desa, telah disediakan peralatan operasi penerangan yang memadai. Dalam tahun 1985/86, untuk lebih meningkatkan partisipasi rakyat di bidang penerangan serta pengembangan komunikasi sosial, telah dilaksanakan pendidikan bagi 84 juru penerang (Jupen) di Dili. Di samping itu, untuk memperlancar tugas aparat penerangan telah dibangun 3 unit rumah dinas serta berbagai peralatan operasi penerangan pedesaan.

Di bidang keagamaan, dalam tahun 1985/86 telah dilaksana-kan berbagai kegiatan pembangunan bidang rohani melalui pena-taran guru agama, pengadaan 9.500 buah buku agama, dan bantuan rehabilitasi/pembangunan 35 buah tempat ibadah yang tersebar di daerah. Selain dari itu, dilaksanakan pula penyelesaian pemba-ngunan gedung kantor beserta perlengkapannya dan pembebasan tanah seluas 1.000 m2. Untuk meningkatkan kehidupan beragama telah pula dilaksanakan kursus orientasi bagi para pemuka agama dan pemuda.

F. PENATAAN RUANG

1. U m u m

Kegiatan penataan ruang mencakup beberapa kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Kegiatan pokok antara lain berupa pe-nyusunan rencana tata ruang dalam berbagai ruang lingkup, se-perti rencana tata ruang wilayah/daerah, tata ruang kota, dan tata ruang kawasan. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan penunjang antara lain studi potensi wilayah/kota, inventarisasi penggunaan lahan, pemetaan serta pengumpulan data-data fisik tanah, pemetaan areal perkotaan, penyusunan masukan bagi pengaturan tataruang, penyelenggaraan kursus dan latihan tenaga perencana kota. Rencana tata ruang tersebut dimaksudkan sebagai :

XIV/33

1. Arahan bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat dalam usaha pe-manfaatan ruang dan sumber daya secara optimal, serasi, se-imbang dan lestari.

2. Alat untuk mengkoordinasikan dan menyerasikan perencanaan dan pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan;

3. Alat untuk mencegah atau memperkecil kerusakan lingkungan hidup sebagai akibat sampingan pelaksanaan pembangunan.

2. Penataan Ruang Wilayah/Daerah

Penataan ruang wilayah/daerah dilakukan melalui studi pe-ngembangan wilayah/daerah. Dari hasil studi diperoleh berbagai bahan dan masukan tentang potensi alam wilayah/daerah yang ber-sangkutan, keadaan dan perkembangan penduduk, keadaan dan arah perkembangan ekonomi serta berbagai permasalahan yang dihadapi daerah yang bersangkutan dalam perkembangannya.

Dalam tahun 1984/85 telah diselesaikan penyusunan Ren- cana Umum Tata Ruang Daerah untuk 8 kabupaten, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Daerah di Jawa Barat sebanyak 5 kawasan, dan Rencana Pengembangan Wilayah untuk 8 propinsi. Dalam tahun 1985/86 telah dimulai penyusunan rencana tata ruang wilayah untuk 17 propinsi yaitu : Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Timor Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Rencana tataruang wilayah 17 propinsi tersebut akan dija-barkan lebih lanjut menjadi rencana tataruang daerah tingkat II (Kabupaten). Dalam tahun 1985/86 telah disusun rencana tata-ruang daerah untuk 8 kabupaten yaitu Solok, Bandung, Purwakar-ta, Kulonprogo, Bone, Dili, Flores Timur, dan Sambas. Selain dari itu telah disusun juga rencana detail tataruang kawasan di 7 tempat yaitu Janthoe dan Pulau Weh (DI Aceh), Brastagi, Anyar, Bojonegoro, Mengwi dan Kubu Abang (Bali). Rencana detail tersebut akan memberikan petunjuk teknis bagi Pemerintah Daerah Tingkat II dalam mengendalikan pembangunan di daerahnya.

XIV/34

3. Penataan Ruang Kota

Seperti halnya penataan ruang wilayah/daerah, dalam Repeli-ta IV kegiatan penataan ruang kota diteruskan, dan disempurna-kan. Dalam tahun 1984/85 telah dapat diselesaikan penyusunan dan evaluasi Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan untuk 10 kota, Rencana Kerangka Umum Kota untuk 22 kota, Rencana Detail Tata Ruang untuk 4 kota, dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pemu-kiman untuk 1 Kawasan.

Dalam tahun 1985/86 telah disusun sebanyak 26 Rencana Umum Tata Ruang Kota, yaitu untuk Metropolitan Semarang, Ujung Pan-dang, Karawang, Citeureup, Samigaluh, Mojosari, Langsa, Solok, Sawahlunto, Muaratebo, Kayu Agung, Kota Agung, Sintang, Ampah, Kandangan, Tenggarong, Tahuna, Luwuk, Palopo, Una, Aha, Tual, Dompu, Bajawa, Oekusi dan Sorong. Selanjutnya telah diselesai-kan 18 Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Pusat Kota dan Indus-tri untuk kota-kota Tarakan, Bandar Lampung, Brastagi, Soreang, Dekalongan, Driorejo, Singaraja, Pematang Siantar, Dumai, Kuala kapuas, Muku-muko, pemukiman sepanjang jalan tol Jakarta-Tange-rang, sekitar kampus UI Depok, sepanjang jalur arteri Srondol - pelabuhan Semarang, Gunung Sempu, Samarinda Seberang, Dili dan Bekasi. Dengan adanya kebutuhan mendesak, telah disusun 5 Ren-cana Tehnik Ruang kawasan pemukiman di Pontianak, Gunung Putri, Ciawi, Kedunghalang, dan Citeureup.

4. Kegiatan Penunjang Penataan Ruang

Untuk menunjang kegiatan penataan ruang wilayah/daerah dan penataan ruang kota, telah dilakukan berbagai kegiatan meliputi pembinaan/latihan tenaga-tenaga daerah dalam penataan ruang di daerah dan penyiapan Rencana Undang-undang Tata Ruang.

Selain dari kegiatan tersebut di atas, sejalan dengan per-tumbuhan dan perkembangan kota, dilakukan usaha peningkatan da-ta guna penyelenggaraan pemerintahan kota. Usaha tersebut dila-kukan melalui studi peningkatan status pemerintahan kota ibu-kota kabupaten.

Dalam tahun 1984/85 telah dilakukan studi untuk peningkatan status kota dari kota kecamatan menjadi kota administra- tif untuk 8 kota kecamatan, perluasan wilayah administrasi un-tuk 4 kotamadya dan pemindahan ibukota kabupaten untuk 4 kabu-paten. Studi yang sama dilaksanakan dalam tahun 1985/86 untuk 17 kota kecamatan, yaitu untuk Bima, Metro, Kotabumi, Lahat, Watampone, Palopo, Lhokseumawe, Klaten, Kudus, Sorong, Cilegon,

XIV/35

Banjar, Langsa, Pangkalan Brandan, Rantau Prapat, dan Ketapang. Studi untuk perluasan wilayah juga dilaksanakan untuk 8 wilayah administrasi kotamadya meliputi Pontianak, Tegal, Pematang Siantar, Binjai, Jambi, Bengkulu, Malang, dan Pekanbaru. Studi pemindahan ibukota kabupaten yang dilakukan meliputi pemindahan Ibukota Kabupaten Agam dari Bukttinggi ke Lubuk Basung, Ibukota Kabupaten Bandung dari Bandung ke Soreang, ibukota Kabupaten Pekalongan dari Pekalongan ke Kajen, dan ibukota Kabupaten Limapuluh Kota dari Payakumbuh ke Tanjung Pati.

Semua hasil studi tersebut telah diajukan kepada Daman Per-timbangan Otonomi Daerah untuk diproses lebih lanjut.

G. PEMBANGUNAN AGRARIA

1. U m u m

Pembangunan Agraria meliputi dua aspek pertanahan yaitu yang menyangkut fisik dan penggunaan tanah, dan yang menyangkut hukum pertanahan yaitu penguasaan, pemilikan, dan pemindahan hak atas tanah. Kedua aspek pertanahan tersebut erat kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh pe-merintah, maupun yang dilaksanakan oleh masyarakat: Masalah agraria sering merupakan penghambat bagi pelaksanaan pembangun-an. Untuk itu maka dilaksanakan kegiatan Program Tata Guna Tanah yang berkaitan dengan aspek fisik serta penggunaan tanah, dan Program Tata Agraria yang berkaitan dengan aspek penguasa-an, pemilikan, dan pemindahan hak atas tanah.

2. Program Pengembangan Tata Guna Tanah

Program Pengembangan Tata Guna Tanah ditujukan untuk mengu-sahakan adanya penggunaan tanah yang serasi, yaitu agar perun-tukan dan penggunaan tanah serasi dengan kemampuan dan sifat-sifat fisik tanah serta keadaan lingkungannya. Dengan demikian penggunaan tanah akan memberikan manfaat secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Program Pengembangan Tata Guna Tanah meliputi berbagai ke-giatan pokok seperti pengukuran dan pemetaan penggunaan tanah pedusunan, pengukuran dan pemetaan tanah perkotaan, analisa dan pemetaan kemampuan tanah, penyusunan rencana tata guna tanah Dati II (kabupaten/kotamadya), perhitungan produktivitas tanah, pemantauan lokasi daerah miskin, serta pemantauan pelaksanaan penghijauan dan reboisasi.

XIV/36

Hasil analisa, pengukuran dan pemetaan berbagai aspek fi-sik tanah tersebut merupakan bahan-bahan penting dalam usaha pengalokasian tanah yang diperlukan oleh berbagai sektor pemba-ngunan, seperti pemukiman, peningkatan dan perluasan areal ta-naman pangan, rehabilitasi dan perluasan areal perkebunan, transmigrasi, pertambakan, dan lain-lain.

Dalam tahun 1985/86, program pengembangan tata guna tanah merupakan lanjutan kegiatan yang telah dilakukan dalam tahun 1984/85 dengan penekanan kepada pemetaan kemampuan tanah, peme-taan penggunaan tanah pedusunan dan pemetaan penggunaan tanah perkotaan. Pelaksanaan pengukuran dan pemetaan penggunaan tanah untuk transmigrasi, perkebunan, dan pertambakan di daerah-dae-rah tertentu sering menghadapi hambatan keterbatasan tenaga teknis dan peralatan lapangan. Untuk mengatasi masalah ini di-usahakan peningkatan pemanfaatan tenaga teknis dan peralatan lapangan yang ada. Tenaga teknis dan peralatan lapangan yang ada di daerah diarahkan untuk melaksanakan pengukuran dan peme-taan di daerah tempat konsentrasi pelaksanaan kegiatan.

Dalam tahun 1985/86 telah dapat dilakukan pemetaan kemampu-an tanah seluas 54.080 km2, pemetaan penggunaan tanah pedusunan seluas 56.774 km2, pemetaan penggunaan tanah pusat Desa di 25 daerah, pemetaan penggunaan tanah perkotaan di 3 Kotamadya, 16 kota kabupaten, dan 195 kota kecamatan. selain dari itu juga telah dilaksanakan pemetaan perencanaan tata guna tanah Dati II di 25 daerah, pemantauan penghijauan dan reboisasi seluas 148.000 ha, pemetaan produktivitas tanah di 103 kabupaten, pe-mantauan lokasi daerah miskin di 233 kabupaten, pemetaan data pokok pertanahan untuk 25 kabupaten, pemetaan penyediaan tanah lokasi transmigrasi seluas 119.408 ha, dan pemetaan penyediaan tanah untuk perkebunan (PIR dan PRPTE) seluas 10.635 ha. Penye-baran dan perkembangan pelaksanaan pemetaan tanah pedusunan da-lam tahun 1983/84 s/d 1985/86 dapat dilihat pada tabel XIV-12.

3. Program Tata Agraria

Program Tata Agraria dilaksanakan dalam rangka menjamin terselenggaranya tertib penguasaan dan pemilikan tanah serta pengalihan hak atas tanah dan untuk mewujudkan kepastian hukum atas tanah. Dengan adanya tertib penguasaan, pemilikan dan pengalihan hak atas tanah diharapkan dapat mendorong dan mem-perlancar usaha-usaha pembangunan baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.

XIV/37

TABEL XIV - 12

PERKEMBANGAN HASIL PELAKSANAAN PEMETAAN PENGGUNAAN TANAHMENURUT PROPINSI DAERAH TINGKAT I,

1983/84 - 1985/86(dalam km2)

Repelita IV

No. Propinsi 1983/84 1984/85 1985/86

1. Daerah Istimewa Aceh 2.880 6.000 4.800

2. Sumatera Utara 10.400 4.320 1.600

3. Sumatera Barat 6.320 7.600*) 3.5284. R i a u 140 9.520 8005. Jambi 4.480 7.840 8.160

6. Sumatera Selatan 8.720 1.600 1.500

7. Lampung 5.180 3.040 1.250

8. Bengkulu 9.040 4.800 3.2809. DKI Jakarta 20 1610. Jawa Barat 5.360 5.360 65011. Jawa Tengah 3.440 2.560*) 40012. Daerah Istimewa Yogyakarta 1.400 760 800

13. Jawa Timur 1.160 560*) 48014. Kalimantan Barat 2.720 800 800

15. Kalimantan Selatan 2.080 2.240 4.48016. Kalimantan Tengah 2.720 400 3.760

17. Kalimantan Timur 2.260 3.040*) 80018. Sulawesi Utara 640 960 4.32019. Sulawesi Tengah 2.160 2.080 80020. Sulawesi Selatan 1.740 320 4.56021. Sulawesi Tenggara 2.260 1.600 1.92022. B a l i 3.400 1.880*) 1.250

23. Nusa Tenggara Barat 1.820 1.040 1.600

24. Nusa Tenggara Timur 2.240 7.360 80025. Maluku 4.400 1.600 1.920

26. Irian Jaya 1.300 1.600 2.72027. Timor Timur 1.920 0*) 800

Jumlah : 90.180 78.900*) 56.774

*) Angka diperbaiki

XIV/38

Program Tata Agraria meliputi berbagai kegiatan, antara la-in pengukuran dan pemetaan situasi tanah desa, pemberian berba-gai hak atas tanah, penerbitan sertifikat tanah secara cepat dan murah, terutama bagi golongan ekonomi lemah, peningkatan pelaksanaan landreform serta kegiatan keagrariaan lainnya yang dapat menunjang sektor pertanian, sektor transmigrasi, dan sek-tor-sektor lainnya.

Dalam tahun 1985/86 kegiatan program tata agraria merupakan kegiatan lanjutan yang telah dilakukan pada tahun 1984/85. Adapun kegiatan pendaftaran tanah yang telah diselesaikan ialah pengukuran dan pemetaan kadastral dengan cara teristris seluas 100.425 ha, pengukuran dan pemetaan dengan cara fotogrametris di 25 kota dalam 4 propinsi di luar Jawa dan Sumatera, meliputi wilayah seluas 65.000 ha dengan skala 1 : 1.000. Untuk kegiatan penertiban dan peningkatan pengurusan hak-hak atas tanah telah diselesaikan penerbitan 22.461 buah surat keputusan mengenai berbagai hak atas tanah seperti hak milik, hak guna bangunan, hak pakai, hak guna usaha, dan hak pengelolaan. Dalam rangka kegiatan penerbitan sertifikat tanah telah diselesaikan seba-nyak 1.107.100 buah.

Dalam rangka pengembangan landreform, kegiatan yang telah diselesaikan meliputi identifikasi penguasaan dan pemilikan ta-nah pertanian seluas 4.300.000 ha dan tanah perkotaan 28.000 ha, perjanjian bagi hasil di 25 kabupaten, identifikasi tanah negara seluas 31.076 ha, redistribusi tanah pertanian obyek landreform seluas 24.000 ha kepada 25.000 KK petani, penyele-saian 97 kasus sengketa landreform, dan penyelesaian tertib landreform seluas 50.000 ha untuk 49.000 KK petani.

Kegiatan konsolidasi tanah perkotaan telah menyelesaikan 9 lokasi. Dalam memberikan bantuan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah telah diterbitkan 139.007 buah sertifikat tanah secara mudah dan murah melalui Proyek Operasi Nasional Agraria (PRONA).

H. PEMBINAAN APARATUR PEMERINTAH

1 . U m u m

Kegiatan pembangunan yang bertambah meningkat, meluas dan kompleks membutuhkan aparatur pemerintah dalam jumlah dan ke-mampuan yang memadai, serta dapat bekerja secara efisien, dan mampu menghadapi dan memecahkan masalah yang rumit di wilayah

XIV/39

yang luas. Usaha peningkatan jumlah dan kemampuan aparatur tersebut dikaitkan dengan pengadaan penambahan tenaga, perluas-an struktur organisasi, pembentukan lembaga baru, penyeleng-garaan kursus dan latihan serta pengadaan penelitian guna men-dukung berbagai kebijaksanaan yang akan dan harus dirumuskan. Guna mengimbangi kegiatan tersebut maka kemampuan dan keteram-pilan aparatur pemerintah ditingkatkan melalui berbagai jenis latihan dan pendidikan.

Untuk menanggulangi hal-hal tersebut di atas, maka Bappeda Tingkat I dan Tingkat II diharapkan dapat melaksanakan tugas-tugas perencanaan, pengendalian, koordinasi dan pemantauan proyek-proyek sektoral dan regional di daerah masing-masing.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Kegiatan pembangunan di daerah semakin meningkat dan masa-lah yang dihadapi semakin pelik sejalan dengan semakin me-ningkatnya jumlah dana dan jenis program/proyek yang berlokasi dan dilaksanakan oleh aparat pemerintah daerah. Kegiatan peren-canaan, koordinasi, pelaksanaan, pengendalian, evaluasi dan pe-nilaian program/proyek memerlukan kemampuan yang memadai untuk menentukan rencana dan pelaksanaan program/proyek pada lokasi dan penyediaan jumlah dana yang tepat dan sesuai guna mendapat-kan hasil pembangunan yang optimal bagi pembangunan daerah.

Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas telah dibentuk BAPPEDA Tingkat I dan Tingkat II di setiap Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya di seluruh Indonesia berdasarkan Kep- pres No.15 tahun 1974, dan kemudian disempurnakan dengan Kep- pres No. 27 tahun 1980.

Pengelolaan data sumber daya lahan merupakan salah satu landasan pokok terutama bagi perencanaan pembangunan daerah. Pengelolaan data memerlukan keahlian dan peralatan khusus. Da-lam kaitan ini, secara bertahap ditingkatkan kemampuan BAPPEDA melalui kursus dan latihan, pengadaan peralatan terutama untuk keperluan koordinasi, evaluasi data sumber daya lahan dan pem-bacaan peta. Untuk tahap pertama dalam tahun 1985/86 telah diusahakan untuk meningkatkan kemampuan 9 BAPPEDA Tingkat I, yaitu dengan melibatkan seluruh BAPPEDA Tingkat I se Sumatera dan BAPPEDA Tingkat I Jawa Barat melalui kursus dan latihan bagi para staf BAPPEDA tersebut serta pengadaan peralatan dan pergandaan peta-peta.

XIV/40

3. Pendidikan dan Latihan Aparatur Pemerintah

Program pendidikan dan latihan kedinasan menyangkut berbagai bidang tugas dan disiplin di berbagai tingkat, di pusat dan daerah untuk semua jenjang kepangkatan struktural dan fungsi-onal.

Sampai pada akhir tahun anggaran 1985/86 telah dididik dan dilatih sebanyak 61.901 orang pegawai, diantaranya 11.459 orang dalam 2 tahun anggaran Repelita IV pada Kursus Non Regu-ler, Pendidikan Regular (APDN dan IIP) dan Latihan-latihan singkat, Seminar/Lokakarya, dan sebagainya. Perincian lebih lanjut mengenai realisasi pelaksanaan pendidikan dan latihan untuk tahun anggaran 1984/85 dan 1985/86 adalah sebagai beri-kut: Diklat Akademis/Kader (IIP, APDN, Akademi Agraria) masing-masing 1.523 dan 929 orang; Diklat Penjenjangan (Sepala, Sepa-dya, Sespa) masing-masing 571 dan 497 orang; Diklat Teknis Fungsional meliputi bidang-bidang pendidikan dan latihan peme-rintahan, pembangunan, sosial politik, manajemen, agraria, per-kotaan, perencanaan dan evaluasi pembangunan, seminar dan loka-karya masing-masing 1.740 dan 4.572 orang; Diklat Penataran me-liputi Kursus Orientasi Pembangunan untuk Bupati/Walikotamadya (Dati II), Sekretaris Wilayah Daerah/Sekwilda dan Asisten Sek-wilda (Dati I) masing-masing 720 dan 287 orang; serta Diklat Persiapan Pegawai (Latihan Pra Jabatan) masing-masing 188 dan 432 orang.

Selain dari usaha diatas, kegiatan pendidikan dan latihan sejak tahun 1980/81 sampai dengan 1985/86 telah melatih seba-nyak 4.751 orang, diantaranya 679 orang dalam dua tahun pertama Repelita IV, melalui Proyek Latihan Perencanaan dan Tata Laksa-na Pembangunan Regional. Titik berat kegiatan proyek tersebut pada peningkatan kemampuan aparatur perencana di Daerah Tingkat I dan Tingkat II. Kegiatannya meliputi berbagai kursus singkat pembangunan daerah, latihan keterampilan manajemen, latihan teknik perencanaan, seminar, yang pada umumnya menyangkut bi-dang dan disiplin perencanaan, pelaksanaan, pengawasan/pengen-

dalian dan evaluasi proyek. Para peserta kursus dari daerah yang dididik/dilatih dalam program/proyek pada umumnya adalah staf perencana Bappeda Tingkat I dan Tingkat II, di samping pejabat-pejabat teras lainnya di daerah yang berhubungan dengan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Selanjutnya telah ber-hasil dibangun fasilitas Pusat Pendidikan Wilayah (Pusdikwil) di Ujung Pandang, Bukit Tinggi dan Yogyakarta. Sementara itu Pusdikwil di Bandung diharapkan akan ditingkatkan fasilitas-fasilitas pendidikannya untuk kegiatan pendidikan/latihan kedi-

XIV/41

nasan, latihan pra-jabatan, dan perkaderan.

Untuk meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan keuangan daerah, sejak tahun 1982/83 sampai sekarang telah diselengga-rakan Latihan Keuangan Daerah (LKD) bagi aparat keuangan peme-rintah daerah.

4. Penyempurnaan Pembangunan Prasarana Fisik Pemerintah

Sejak tahun pertama Repelita IV telah ditempuh kebijaksa-naan untuk mengadakan perluasan gedung kantor camat dan kantor bupati/walikotamadya. Sehubungan dengan itu, dalam tahun ang-garan 1984/85 telah disediakan dana untuk pembangunan dan per-luasan 72 kantor camat, 75 rumah jabatan camat, dan 4 kantor bupati.

Beberapa kantor camat dan rumah jabatan camat berada di da-erah yang relatif terpencil dan sulit dicapai, sehingga sulit mendapatkan pemborong yang memenuhi persyaratan. Karena dana tahun anggaran 1985/86 berlaku untuk tahun bersangkutan, maka dari 91 pembangunan/perluasan kantor camat yang direncanakan, 86 buah kantor yang dapat dilaksanakan. Demikian juga halnya dengan pembangunan rumah jabatan camat, dari 73 buah rumah jabatan camat yang direncanakan, 66 buah yang dapat dilaksana-kan, dari 8 buah pembangunan perluasan kantor bupati/walikota-madya yang direncanakan, 7 buah dapat direalisasikan. Perkem-bangan penyempurnaan prasarana fisik Pemerintah (Pamong Praja) tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1985/86 dapat dilihat pada tabel XIV-13.

Untuk menertibkan lalu lintas orang maupun barang antara negara R.I. dan negara tetangga, maka bagi daerah perbatasan disediakan dana untuk membangun 3 buah pos lintas batas di Kalimantan Barat. Selanjutnya untuk memberi perangsang kepada pegawai kecamatan perbatasan direncanakan pembangunan 14 buah rumah pegawai kecamatan di perbatasan Irian Jaya.

Mengingat bahwa banyak kantor camat berlokasi di daerah yang relatif terpencil dan belum dapat dijangkau oleh Perum Te-lekomunikasi, maka pada tahun 1984/85 dan 1985/86 telah dise-diakan dana untuk pengadaan sarana telekomunikasi bagi daerah tingkat II dan kecamatan, terutama untuk daerah-daerah di luar Jawa yakni hubungan komunikasi radio berupa EPABX 21 unit dan SSB 168 unit dalam tahun 1984/85, serta EPABX 27 unit dan SSB 203 unit dalam tahun 1985/86. Dana yang disediakan untuk keper-luan tersebut baik dalam tahun 1984/85 maupun 1985/86, dimak-

XIV/42

TABEL XIV - 13

PERKEMBANGAN PENYEMPURNAAN PRASARANA FISIK PEMERINTAH (PAMONG PRAJA),l)

1983/84 - 1985/86(buah)

Jenis Prasarana Fisik 1983/84Repelita IV

1984/85 1985/863)

Kecamatan:

1. Kantor Camat 161 72 86

2. Rumah Jabatan Camat 114 75 66

Daerah Tingkat II:

1. Kantor Walikotamadya - - 1

2. Kantor Bupati 5 42) 6

3. Rumah Jabatan Bupati- - 3

Jumlah2): 280 151 162

1) Tidak termasuk Timor Timur2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

XIV/43

sudkan untuk mengganti pesawat-pesawat yang lama serta pengada-an yang baru.

Sarana perkantoran tidak hanya disediakan bagi pamong pra-ja, melainkan juga bagi daerah yang sangat membutuhkan. Dalam tahun anggaran 1985/86 telah disediakan dana untuk pembangunan 1 kantor Agraria tingkat propinsi dan 7 kantor Agraria tingkat kabupaten.

I. PENELITIAN DAERAH

1. U m u m

Selama tahun pertama dan kedua Repelita IV, telah dilaksa-nakan berbagai kegiatan penelitian baik yang merupakan lanjutan tahun sebelumnya maupun yang merupakan kegiatan-kegi-atan penelitian baru yang menyangkut penelitian tentang masa-lah pemerintahan daerah dan kegiatan penelitian yang menyangkut masalah pertanahan.

2. Penelitian tentang Masalah Pemerintahan Daerah

Penelitian tentang masalah pemerintahan, daerah terbagi da-lam empat kelompok kegiatan, yaitu: penelitian dan pengembangan pemerintahan dalam negeri, penelitian dan pengembangan pemerin-tahan desa, penelitian struktur organisasi pemerintahan kota, dan penelitian pengembangan otonomi daerah.

Kegiatan penelitian dan pengembangan pemerintahan dalam negeri dalam tahun pertama Repelita IV antara lain mencakup ke-giatan penelitian tentang susunan organisasi dan tata kerja se-kretariat wilayah daerah dan sekretariat DPRD, penelitian pe-manfaatan diklat dalam rangka pengembangan karier di lingkung-an Departemen Dalam Negeri; penelitian pelayanan sosial ekonomi masyarakat pada beberapa daerah kritis, minus dan terisolasi; penelitian dan penyelenggaraan urusan pemerintahan umum di da-erah; penelitian pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1974; penelitian peningkatan partisipasi rakyat dalam pemilu, dan pe-nelitian identifikasi masalah pemerintahan dan pembangunan di daerah. Dalam tahun kedua Repelita IV kegiatan penelitian yang dilakukan antara lain meliputi : penelitian susunan dan tata kerja pembantu gubernur dan pembantu bupati; penelitian tentang pola jenjang kepangkatan di lingkungan Departemen Dalam Negeri; penelitian peningkatan efisiensi dan efektifitas administrasi pembangunan di daerah; penelitian penyelenggaraan

XIV/44

urusan pemerintahan di daerah; penelitian peraturan perundang-undangan penyerahan urusan dari pemerintah pusat kepada daerah, dan lanjutan kegiatan penelitian mengenai pelaksanaan Undang-undang No. 5 tahun 1974. Kegiatan penelitian dan pengembangan pemerintahan desa dalam tahun pertama Repelita IV antara lain mencakup penelitian penggalian sumber kekayaan dan pendapatan desa, serta penelitian tentang pembentukan modal swadaya masya-rakat dan pembangunan desa. Dalam tahun kedua Repelita IV kegiatan penelitian antara lain mengkaji peranan LMD dalam rangka mewujudkan demokrasi Pancasila, dan peranan PKK dalam rangka meningkatkan hasil usaha wanita pedesaan.

Di bidang struktur organisasi pemerintahan kota pada tahun pertama Repelita IV telah dilakukan dua kegiatan penelitian tentang status pemerintahan kota administratif dan masalah-ma-salah sosial daerah perkotaan. Pada tahun kedua Repelita IV ke-giatan penelitian meliputi penelitian tentang usaha peningkatan penerimaan pendapatan asli kotamadya Dati II dan penelitian tentang beban tugas penyelenggaraan pemerintahan dan pembangun-an pada kotamadya Dati II.

Kegiatan penelitian lainnya ialah penelitian tentang pe-ngembangan otonomi daerah. Sebagian besar kegiatan penelitian ini dilakukan dalam rangka kerjasama dengan 10 (sepuluh) uni-versitas negeri mengenai titik berat otonomi daerah pada Dati II. Diharapkan dari hasil penelitian ini akan diperoleh suatu model Dati II. Dalam tahun pertama Repelita IV telah dilakukan penelitian oleh 4(empat) universitas negeri yang kemudian di-lanjutkan pada tahun kedua Repelita IV oleh 6(enam) universitas negeri lainnya untuk mendapatkan pra konsep model Dati II. Selain kegiatan tersebut, kegiatan penelitian ini juga mencoba meneliti hal-hal lain yang menyangkut aspek otonomi daerah, seperti penelitian penentuan batas-batas administratif wilayah pemerintahan, penelitian tarif pajak dan retribusi daerah serta sistem pelaksanaannya.

3. Penelitian tentang Masalah Pertanahan

Kegiatan penelitian lainnya ialah penelitian dan pengem-bangan masalah pertanahan yang terdiri dari dua kelompok pene-litian, yaitu penelitian pengembangan pertanahan dan penelitian penataan tanah untuk pembangunan.

Dalam tahun pertama Repelita IV, kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi penelitian tanah untuk pembangunan; pene-litian identifikasi masalah tanah pertambangan; penelitian

XIV/45

kebijaksanaan pertanahan dalam rangka menunjang pendapatan negara dan penelitian tata cara pelaksanaan penyediaan tanah untuk menunjang proyek Inpres. Selain itu dilakukan pula studi pustaka mengenai masalah pertanahan yang mencakup berbagai as-pek pertanahan. Di antara penelitian di atas, kegiatan peneli-tian tanah untuk pembangunan telah menghasilkan model hipotetis (sementara). Model tersebut dapat digunakan untuk penyelengga-raan konsolidasi tanah-tanah yang diharapkan sesuai dengan kondisi Indonesia. Dalam tahun pertama Repelita IV kegiatan penelitian konsolidasi tanah perkotaan telah melakukan kegiatan uji coba untuk mendapatkan model terapan melalui suatu demon-stration-plot di daerah perkotaan.

Dalam tahun kedua Repelita IV kegiatan penelitian yang di-lakukan antara lain mengenai persiapan demonstration-plot kon-solidasi tanah perkotaan di Bandung, penelitian metoda penilai-an harga tanah, penelitian penyederhanaan prosedur sertipikasi tanah, penelitian mekanisme pemberian hak atas tanah, serta pe-nelitian pustaka tentang masalah-masalah keagrariaan yang meli-puti aspek tata guna tanah.

4. Studi Pengembangan Regional

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang lebih merata di seluruh tanah air diusahakan keserasian laju pertumbuhan antar daerah dan di dalam daerah masing-masing. Sejalan dengan itu sejak Repelita II telah dilakukan berbagai studi regional dan daerah untuk membantu merumuskan berbagai program dan proyek pembangunan daerah, sesuai dengan potensi dan permasalahan dae-rah. Dalam tahun 1985/86 studi regional tersebut dilanjutkan dan dimaksudkan untuk memberikan masukan bagi tersusunnya suatu Kebijaksanaan Pembangunan Regional dalam rangka pembangunan nasional. Selain dari itu dalam tahun 1985/86 juga dilakukan studi pengembangan regional propinsi-propinsi Jawa Barat, Irian Jaya, Sulawesi Tenggara dan Maluku, dan kemudian akan dirumus-kan wilayah-wilayah pembangunan di daerah-daerah tersebut serta program/proyek di masing-masing wilayah.

XIV/46