SELARAS DENGAN HARAPAN MASYARAKAT DAN …cms.jasamarga.com/id/csr/LaporanCSR/CSR Jasa Marga...
-
Upload
nguyendang -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of SELARAS DENGAN HARAPAN MASYARAKAT DAN …cms.jasamarga.com/id/csr/LaporanCSR/CSR Jasa Marga...
SELARAS DENGAN HARAPAN MASYARAKAT DAN KELESTARIAN LINGKUNGANAligned with Community Aspiration and Environmental Conservation
Laporan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008Corporate Social Responsibility Report 2008
Pengantar
Sambutan Direktur Utama
Kegiatan CSR Sebagai PerwujudanPerilaku Badan Usaha Modern
Satu Cita Menggapai Tujuan Bersama MitraProgram Kemitraan Jasa Marga
Bersama Ciptakan Lingkungan yang Harmonis
Membangun Solidaritas Sesama Anak Bangsa
Foreword
Message from President Director
CSR Activities Reflecting the Norms of the Modern Corporation
Achieving the goals of Jasa Marga partnership program
Creating a Harmonious Environment Together Community Development
Building Solidarity Among The Communities
01
02
04
06
26
32
Daftar IsiTable of Contents
1PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Jasa Marga mengemban semangat membangun serta mengembangkan jalan tol tanpa mengesampingkan dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat maupun kelestarian lingkungan di sekitar jalan tol yang dioperasikan. Untuk itu, Jasa Marga menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan sebagai wujud kebersamaan Jasa Marga untuk tumbuh bersama masyarakat dan lingkungan.
Jasa Marga espouses the spirit of developing and constructing toll roads, mindful of their impact on the welfare of the communities as well as preservation of the environment surrounding the operations of these toll roads.To that end, Jasa Marga undertakes corporate social responsibility as a manifestation of Jasa Marga’s commitment to grow together with its communities and environment.
Tumbuh Bersama Masyarakat dan LingkunganGrowing Together with Our Communities and Environment
2 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Sambutan Direktur UtamaMessage from President Director
Memiliki hampir 80% hak pengusahaan jalan tol di Indonesia, Jasa Marga tampil sebagai pengelola jalan tol terkemuka di tanah air. Walau telah berpengalaman lebih dari 30 tahun, Jasa Marga tidak pernah berhenti memperbaiki diri serta menjadikan Perseroan tumpuan harapan bagi segenap stakeholder.
Salah satunya adalah melalui penerapan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian
serta kewajaran sebagaimana tertuang di dalam asas GCG
(Good Corporate Governance). GCG tersebut kini telah
menjadi pedoman pelaksanaan manajemen Jasa Marga
secara umum, baik dari aspek pengembangan, operasional
maupun dalam melakukan interaksi sosial, khususnya
dengan masyarakat di sekitar daerah operasional, yaitu
melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility).
Semangat yang terkandung dalam penerapan CSR itu sendiri
memandang masyarakat sebagai stakeholder penting bagi
kelangsungan operasional perusahaan.
One of which is through the implementation of transparency,
accountability, responsibility, independence and fairness
pursuant to the principles of GCG (Good Corporate
Governance). This GCG principles have become the guideline
on which the Company’s management is based upon,
whether in undertaking development, operations or social
interaction, within the communities in which the Company
operates, through its Corporate Social Responsibility (CSR)
activities. The spirit that is contained in the implementation
of the CSR itself is to regard these communities as key
stakeholders for the sustainability of the Company’s
operations.
Owning close to 80% of all toll road concessions in Indonesia, Jasa Marga is by far the leading developer and operator of toll roads in the country. Even with more than 30 years of experience under its belt, Jasa Marga never ceases to improve itself and to make the Company a beacon of hope for all of its stakeholders.
Frans S. SunitoDirektur Utama
President Director/ CEO
3PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Komitmen Jasa Marga yang kuat terhadap pelaksanaan
CSR tersebut dapat dilihat mulai dari proses pengambilan
keputusan, penentuan skala prioritas hingga tahap
implementasi serta pemantauan di lapangan. Semuanya
bertumpu pada upaya memberikan yang terbaik kepada
masyarakat secara berkeadilan.
Program CSR Jasa Marga dikembangkan dan dilaksanakan
ke arah peningkatan tiga faktor utama yang sangat
mempengaruhi kualitas hidup masyarakat secara umum,
yaitu kesejahteraan, pendidikan, dan kesehatan.
Untuk membantu mengentaskan masyarakat dari
kemiskinan, Jasa Marga berupaya memberdayakan ekonomi
rakyat melalui perluasan kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja, dengan menggandeng usaha berskala
mikro dan kecil sebagai Mitra Binaan. Program ini diharapkan
mampu mendorong potensi ekonomi rakyat dalam kerangka
pemerataan pembangunan.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga diwujudkan dalam
bidang pendidikan, antara lain melalui perbaikan sarana
belajar-mengajar serta bantuan bea-siswa bagi siswa tak
mampu. Sementara itu bidang kesehatan dan perbaikan
lingkungan juga menjadi perhatian utama perusahaan.
Berbagai kegiatan yang dilakukan pada ketiga bidang
tersebut - yaitu pendidikan, kesehatan dan lingkungan -
diharapkan mampu memberikan sumbangsih Jasa Marga
bagi terwujudnya masyarakat yang cerdas, sehat serta
produktif, sehingga mampu menyejahterakan lingkungannya
maupun keluarganya masing-masing.
Kiranya berbagai kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan
yang telah dilaksanakan Jasa Marga selama ini dapat menjadi
kebanggaan sekaligus inspirasi bagi kita semua untuk
berbuat lebih baik lagi di masa mendatang.
Jasa Marga’s strong commitment towards CSR
implementation can be seen starting from the decision
making process, priority setting, to implementing and
monitoring the program on the ground. All of this is based
on efforts to provide the best for the communities in a just
manner.
Jasa Marga’s CSR program has been developed and
implemented with the aim of enhancing the three major
factors that determine the quality of life of communities in
general, namely welfare, education and health.
In order alleviate poverty among communities, the
Partnership Program of Jasa Marga seeks to empower grass-
root economies through the expansion of both business and
job opportunities, and by engaging micro and small-scale
businesses as Patronage Partners. This program is expected
to boost the potential of grass-root economies within the
framework of equitable development.
The Corporate Social Responsibility of Jasa Marga is
also manifested in the area of education, such as the
renovation of school buildings and facilities, the provision
of scholarships. The areas of healthcare and environmental
conservation also demand the keen attention of the
Company. Various activities that are undertaken in these
three areas - education, healthcare and the environment - are
expected to contribute to the development of communities
that are educated, healthy and productive, and thereby able
to improve their community welfare as well as that of their
respective families.
We hope that the corporate social responsibility that has
been undertaken by Jasa Marga to date can be a source of
pride and inspiration for all of us to look forward to greater
achievements in the years to come.
Jakarta, April 2009Jakarta, April 2009
Frans S. SunitoDirektur Utama
President Director/ CEO
4 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Kegiatan CSR Sebagai PerwujudanPerilaku Badan Usaha ModernCSR Activities Reflecting the Norms of the Modern Corporation
Tolok ukur keberhasilan Jasa Marga sebagai perusahaan
terdepan tidak saja diukur dari keberhasilannya secara
finansial ataupun manajerial dalam membangun dan
mengelola jalan tol. Tetapi keberhasilan itu juga dilihat dari
bagaimana Jasa Marga melaksanakan program-program CSR
sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Karena
CSR merupakan salah satu bagian dari penerapan GCG yang
memandang masyarakat sebagai stakeholder penting bagi
keberlanjutan operasional perusahaan dalam jangka panjang,
maka keberadaan masyarakat di lingkungan sekitar jalan tol
tidak luput dari perhatian Jasa Marga.
Kepedulian Jasa Marga terhadap masyarakat dan
lingkungannya diwujudkan dalam berbagai kegiatan antara
lain program kemitraan, bantuan pendidikan, kesehatan dan
kegiatan sosial lainnya serta program-program yang berkaitan
dengan peningkatan kualitas hidup.
Program Kemitraan (PK) merupakan program penyaluran
pinjaman lunak kepada pelaku usaha mikro/koperasi dengan
mengutamakan aspek permodalan dan investasi usaha.
Syarat untuk mendapatkan pinjaman sangat mudah. Selain
memiliki usaha yang berprospek cerah, Mitra Binaan harus
memiliki kesungguhan dalam berbisnis serta itikad baik yang
terwujud dalam pengembalian pinjaman.
Tujuan pelaksanaan PK ini adalah agar Mitra Binaan tidak
sekedar mampu bertahan hidup, melainkan lebih daripada
itu, mampu mengembangkan diri hingga dapat memberi
manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Daya gerak ekonomi
kerakyatan di sekitar wilayah operasional perusahaan
menjadi meningkat dan pada akhirnya derajat kesejahteraan
masyarakat pun diharapkan semakin membaik.
Program Bina Lingkungan (BL) merupakan kegiatan
penyaluran bantuan yang sifatnya amal demi peningkatan
taraf hidup sosial kemasyarakatan dalam bidang pendidikan,
kesehatan, keagamaan, lingkungan hidup dan perbaikan
fasilitas umum di sekitar jalan tol. Bantuan pendidikan
diwujudkan lewat perbaikan sarana fisik gedung sekolah
beserta peralatan dan meja kursinya, maupun pemberian
beasiswa. Pada tahun 2002 Jasa Marga membuka Program
Pendidikan Diploma D4 di bidang Pengoperasian Jalan Tol
guna menghasilkan lulusan siap pakai dalam mendukung
perkembangan industri jalan tol secara nasional.
Bantuan bidang kesehatan dilaksanakan dalam bentuk
layanan pengobatan secara cuma-cuma, termasuk juga
pengasapan nyamuk demam berdarah, renovasi puskemas,
Jasa Marga’s success as a pioneering company is not merely
measured from its financial achievements, nor of its capability
to build and operate toll roads. This success is also viewed
from the perspectives of how Jasa Marga undertakes
programs that are part of its corporate social responsibility
(CSR). Since CSR is part of the implementation of GCG that
considers communities as key stakeholders that contribute
to the sustainability of Jasa Marga’s operations over the long
term, the well-being of those communities in the vicinity
of Jasa Marga’s toll roads has not been overlooked by the
Company.
Jasa Marga’s concern for the community and environment is
manifested through several partnership program, healthcare
and other social activities as well as programs that are
associated with improvements in the quality of life.
The Patronage Partnership (PP) program provides soft
loans to small and medium-sized enterprises (SMEs) or
cooperatives, focusing on the aspect of capitalization and
business investment. The criteria to obtain the loans are
simple. In addition to having a prospective business, the
Patronage Partner should be committed to the business and
be able to show goodwill in the repayment of the loans.
The aim of the PP program is not only to help the survivability
of the Patronage Partner’s business, but more importantly,
also develop the business in that it could benefit local
communities as well. These programs seek to turn the
wheels of local economies, which in turn can be expected to
improve the social welfare and prosperity of the people in the
communities in which Jasa Marga operates.
The Community Development program provides aids and
funding activities that are philanthropic in nature for the
cause of improving social welfare through education,
healthcare, religious affairs, environment, and public
facilities in surrounding toll road areas. Education aids are
provided through the renovation of the school facilities
and equipment, as well as the provision of scholarships. In
2002, Jasa Marga inaugurated the four-year Diploma D4
education program in the field Toll Road Operations that has
since produced graduates who are trained to support the
development of the national toll road industry.
Healthcare aids are carried out through medical checks that
are provided free-of-charge, including the provision of free
medicines, as well as eradication of dengue-fever carrying
5PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
pelaksanaan kegiatan donor darah, sunatan massal,
serta operasi bibir sumbing dan katarak. Untuk kegiatan
keagamaan, Jasa Marga menyalurkan hewan kurban dan
mendanai peringatan hari-hari besar keagamaan.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan kondisi
sosial masyarakat di sekitar jalan tol, Jasa Marga telah
memperhitungkan dengan cermat dampak lingkungan
melalui amdal (analisis mengenai dampak lingkungan) dengan
melibatkan institusi yang kredibel. Agar lingkungan tetap hijau,
Jasa Marga melakukan penanaman pohon yang dapat menyerap
polusi di berbagai tempat, terutama di lingkungan jalan tol.
Untuk perbaikan fasilitas umum, Jasa Marga melakukan
perbaikan jalan di seputar jalan tol, perbaikan jembatan, gorong-
gorong, jalan desa, sarana olahraga dan lain sebagainya.
Selain itu, Jasa Marga memberi bantuan kepada masyarakat
yang tertimpa musibah dan bencana alam dengan
diterjunkannya tim relawan ke daerah-daerah bencana. Tim
relawan ini telah melaksanakan tugas ke Aceh dan Nias
sehubungan dengan bencana tsunami, serta ke Yogyakarta
dan Pangandaran saat terjadi gempa bumi dan gelombang
pasang. Di tempat-tempat bencana itu, selain membantu
merenovasi rumah ataupun gedung sekolah yang rusak, tim
relawan juga membantu mendirikan dapur umum, memberi
bantuan makanan, obat-obatan serta dana rehabilitasi.
Sebagai BUMN, Jasa Marga juga turut mendukung
pelaksanaan program sosial BUMN Peduli bersama dengan
BUMN lainnya.
Bagi Jasa Marga, pelaksanaan CSR ini bukan semata-mata
sebagai pemenuhan kewajiban sebagai BUMN, melainkan
juga merupakan salah satu inisiatif penting dalam menunjang
keberhasilan operasional secara jangka panjang. Selain itu,
CSR ini juga merupakan penegasan komitmen Jasa Marga
untuk berkembang bersama masyarakat dan lingkungan di
sekitarnya.
mosquitoes, blood donor, mass circumcision, and surgeries
on eye cataracts and lip deformities. In religious affairs, Jasa
Marga donates sacrificial cows and lambs and helps fund
religious commemorations.
To help conserve the environment and social conditions of
the communities in the surrounding areas of Jasa Marga toll
roads, Jasa Marga has carried out extensive analyses on the
environmental impact of toll roads, commissioned by credible
institutions. To preserve a green environment, Jasa Marga
undertakes a tree planting program that can absorb carbon
dioxide within the surrounding areas of toll roads. Whereas
in the case of public facilities, Jasa Marga carries out repair
and construction works on nearby public roads, bridges,
drainages, village roads, sports facilities and others.
In addition, Jasa Marga provided humanitarian aids for those
affected by natural disasters by dispatching volunteers to
disaster-stricken areas. Jasa Marga volunteers were present
in Aceh and Nias on the occasion of the tsunami disaster,
and in Yogyakarta and Pangandaran immediately following
the earthquake and high tide disasters. In those stricken
areas, Jasa Marga volunteers helped reconstruct homes and
schools, organized emergency kitchen, and distributed foods,
medicines as well as rehabilitation funds.
As a state-owned enterprise, Jasa Marga also participates in
the implementation of the social program, SOE Care, along
with other SOEs.
For Jasa Marga, the implementation of CSR is not merely
to meet its obligation as an SOE, but also represents a key
initiative to support the operational success in the long term.
In addition, the CSR program also constitutes a reaffirmation
of the commitments of Jasa Marga to grow together
alongside its communities and environment.
6 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Satu Cita Menggapai Tujuan Bersama MitraProgram Kemitraan Jasa MargaAchieving the Goals of Jasa Marga Partnership Program
Program Kemitraan Jasa Marga diimplementasikan ke dalam
dua bentuk, yakni (i) dalam bentuk bantuan pinjaman usaha,
dan (ii) dalam bentuk hibah. Bantuan pinjaman ini ditujukan
kepada usaha mikro dan Mitra Binaan lainnya agar mereka
terbantu dari segi permodalan dan investasi dalam upaya
meningkatkan kinerja dan skala usaha. Pengguliran dana
ini diharapkan mampu memberi dampak bagi perluasan
kesempatan usaha serta penciptaan lapangan kerja bagi
masyarakat di lingkungannya.
Oleh sebab itu, tujuan akhir program tersebut diarahkan
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat secara
lebih luas, dan tidak semata untuk pengembangan usaha
Mitra Binaan Jasa Marga itu sendiri. Dari situlah keberhasilan
pembinaan Jasa Marga dapat diukur, yaitu bagaimana Mitra
Binaan tersebut mampu memberikan manfaat sebesar-
besarnya bagi dirinya maupun masyarakat di lingkungannya.
Dana pelaksanaan Program Kemitraan berasal dari laba
bersih Perseroan, yang disisihkan sebesar maksimal
2% untuk pendanaan program kemitraan tersebut.
Selain menyalurkan bantuan dalam bentuk uang, Jasa
Marga menyelenggarakan program pendampingan yang
bertujuan untuk meningkatkan akselerasi kinerja dan
produktifitas UKM. Program ini diberikan secara hibah,
artinya difasilitasi sepenuhnya oleh Jasa Marga. Program
ini mencakup penyelenggaraan pendidikan dan latihan
di bidang manajemen usaha kecil, serta melibatkan Mitra
Binaan dalam ajang pameran dan promosi di dalam dan
luar negeri. Melalui diklat ini, diharapkan UKM memperoleh
pengetahuan dan inspirasi tentang pengelolaan usaha secara
modern. Event-event yang mereka ikut antara lain adalah
Jakarta Expo, Inacraft, Gelar Produk Daerah dan Pekan Raya
Jakarta (PRJ) dan Pameran diberbagai tempat di tanah air
lainnya.
Guna meningkatkan kualitas dan implementasi di lapangan,
setiap tahun Unit Program Kemitraan semua cabang ruas
jalan tol Jasa Marga mengadakan Rapat Koordinasi agar
diperoleh rekomendasi-rekomendasi berguna bagi tindak
lanjut pelaksanaan Program Kemitraan di masa mendatang.
Selama tahun 2008, total dana yang telah direalisasikan
untuk Program Kemitraan ini adalah Rp16,972 miliar. Berikut
ini adalah kisah sukses beberapa Mitra Binaan Jasa Marga.
The Jasa Marga Partnership Program is implemented in two
forms, namely (i) assistance in the form of business loans,
and (ii) assistance in the form of grants. Loan assistance to
small businesses and those in the partnership programs are
given out to help them in their capitalization and investment
so that they can improve the scale and performance of
their businesses. These fund inflows are expected to help
them expand their business opportunities and create job
opportunities for the local community.
As such, the ultimate goal of this program is not merely to
develop the businesses of those that are in the Jasa Marga
partnership program, but also directed to encourage growth
of the broader economy. This is where Jasa Marga’s success
can be measured, specifically in the ability of the Patronage
Partners to provide benefits to themselves as well as for the
broader communities.
Funding for the implementation of the Partnership Program
comes from the Company’s net profit, of which a maximum
of 2% is set aside for the program. In addition to financial
support, Jasa Marga also provides consultative support to
further accelerate the performance and productivity of the
SME. These programs are provided in the form of grants,
meaning that they are fully facilitated by Jasa Marga. This
program includes providing education and training in small
business management, and engaging the Patronage Partners
in various promotional and exhibition events both at home
and abroad. Through the training programs, Partners are
expected to gain insight and knowledge in modern business
practices. The events that they participated in include among
other the Jakarta Expo, Inacraf., Introduction of Regional
Products at Pekan Raya Jakarta (PRJ) and various trade fairs
throughout the country.
In order to improve the quality and implementation in
the field, each year the working unit responsible for the
Partnership Program in all toll road branches of Jasa Marga
held Coordination Meetings in order to obtain useful follow
up recommendations in implementing the program in the
future. During 2008, total realized funds for the Partnership
Program amounted to Rp16.972 billion. The following
feature stories describe the successes of some of the
Patronage Partners of Jasa Marga.
7PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Home Industri Obat Herbal di Medan
Dari sebuah profesi, kini berlanjut menjadi wira usaha
home industry. Begitulah jenis usaha obat-obatan herbal
yang diusung oleh Bapak dan Ibu Samran dengan nama CV
Ratulangi. Rumah mereka yang sekaligus dijadikan tempat
produksi terletak di sebuah komplek perumahan yang besar
dan asri di Kecamatan Medan Johor, Medan. Banyak sudah
jenis obat-obatan herbal yang mereka produksi, mulai dari
yang umum seperti obat batuk, flu, maag, penambah nafsu
makan, penambah kekebalan tubuh anak hingga obat untuk
mengobati penyakit ginjal.
Walaupun obat herbal, semuanya dikemas dengan kemasan
layaknya obat modern. Khasiatnya tidak diragukan lagi
dan dapat dipertanggungjawabkan tidak memiliki efek
sampingan, berkat latar belakang pendidikan sarjana farmasi
yang mereka peroleh dari Universitas Sumatera Utara (USU).
Hingga kini Pak Samran masih berprofesi sebagai dosen
di Universitas Sumatera Utara (USU), sementara sang isteri
meninggalkan profesi sebagai apoteker untuk mengawasi
kegiatan usaha sehari-hari.
Di kala mereka sedang merintis usaha itulah Jasa Marga hadir
memberikan bantuan yang benar-benar dirasakan mampu
meningkatkan kinerja usaha secara signifikan. “Sebagian
dari bantuan tersebut dipergunakan untuk membeli mesin
pengemas obat manual, yang lain untuk mendukung biaya
pemasaran, lainnya untuk membeli bahan baku tumbuh-
tumbuhan,“ ujar Bu Samran. Jasa Marga pula yang membawa
produk mereka ke berbagai pameran. Berkat bantuan
pinjaman tersebut kapasitas produksi semakin meningkat dan
Herbal Medicine Home Industry in Medan
From a profession, it now continues to become a home
industry business. Those are the types of herbal medicines
that are offered by Mr. and Mrs. Samran, in the name of CV
Ratulangi. Their home which doubles as their production
house is located in a large and beautiful housing complex in
the District of Johor, Medan. They have manufactured many
types of herbal medicines, ranging from general medicine
such as cough, flu, ulcer, appetite enhancer and increasing
children’s immune system to medications to treat kidney
diseases.
Although it is herbal medicine, it is all packed in modern
packaging, just like those “modern” medicines. Their
medicinal properties are beyond a doubt and without any
side effects. This is due to their pharmaceutical education
they received from North Sumatra University (USU). Mr.
Samran is still a lecturer at the University of North Sumatra
(USU), while his wife retired from being a pharmacist to
oversee the day-to-day business.
It is when they were at their infancy stage of this business
that Jasa Marga began to provide assistance that really
enabled them to significantly improve their business
performance. “Some of the aid is used to buy manual
packaging machine, some to support the cost of marketing
and others to buy new raw materials,” said Mrs. Samran.
Jasa Marga also introduced their products to various
exhibitions. With the help of the loan, production capacity
increased and the scope of sales expanded outside of North
8 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
cakupan penjualannya melebar hingga ke luar Sumatera Utara.
Kini hampir di semua toko obat dan apotik, orang dapat
memperoleh obat herbal mereka dengan mudah.
Kedua pasangan ini sempat jatuh bangun dalam
mengembangkan jaringan pemasarannya. Usaha yang
mereka rintis awalnya dilakukan secara gerilya dengan
mendekati para bidan. Kini, bukan saja bidan yang
merekomendasikan obat herbal mereka, tetapi bahkan
produk mereka dijual secara resmi di apotik RSUD Pringadi
Medan. Kapasitas produksi per produk rata-rata 5.000 botol
per minggu. Mereka tak perlu lagi bersusah payah secara
“door to door” dalam memasarkan, karena para agen
penjual selalu siap menyebarkan produk mereka hingga ke
Aceh dan Sumatera Barat.
Sejumlah karyawan yang dipekerjakan pada usaha ini
semuanya berasal dari lingkungan sekitar rumah tinggal.
Hal ini membuktikan peran Mitra Binaan Jasa Marga
membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
Dengan semakin besarnya skala usaha, kini Bapak dan Ibu
Samran sedang dalam persiapan untuk melompat ke tahap
selanjutnya yaitu menjadi pengusaha berskala nasional.
Banyak sudah berbagai pihak/ institusi keuangan yang
berusaha “ meminang” mereka. Bahkan sebuah bank
pemerintah terbesar menawarkan kredit senilai Rp300 juta.
Namun oleh karena prinsip kehati-hatian tetap mereka
kedepankan, mereka urung menerimanya, sampai mereka
merasa mantap dalam mengayunkan langkah ke depan.
Untuk kesekian kalinya mereka telah menerima kredit dari
Jasa Marga. Mereka mengakui, untuk melangkah ke arah
selanjutnya butuh modal yang tak sedikit. Mereka berharap
dapat kembali dibantu, karena Jasa Marga juga memberikan
bimbingan dan perhatian, tidak sekedar pinjaman uang saja,
demikian ungkap Bu Samran menutup pembicaraan.
Usaha Gerabah Abdul Malik Sembiring di Tanjung Morawa, Deli Serdang
Usaha gerabah milik Abdul Malik Sembiring dengan nama
Karya Cipta Lestari terletak di sebelah selatan kota Medan,
tepatnya di Jl. Wonosari Tanjung Morawa. Di dalamnya
tampak ada bangunan sederhana berbentuk huruf U yang
terbagi ke dalam sekat-sekat untuk ruang pamer, ruang
Sumatra. Now in almost all drug stores and pharmacies,
people can get their herbal medicines easily.
Mr and Mrs Samran had their ups and downs in developing
their marketing network. Initially, only local midwives
were their marketing target but now their herbal medicine
products are sold officially in apothecary of RSUD Pringadi
(Hospital) in Medan. The production capacity averages 5,000
bottles per week. They do not need to bother about “door
to door” sales because the sales agents are always ready to
spread their products to Aceh and West Sumatra.
A number of employees employed in this business come
from the neighbourhood. This proves the important role
of Jasa Marga in helping to improve the local community.
With the business getting bigger, Mr. and Mrs. Samran is
currently making preparations to jump to the next stage,
that is business of a national scale. Many different parties
and financial institutions have tried to “woo” them. Even
one of the government’s biggest bank was offering loans
worth Rp300 million. However, because of their belief in
the principle of prudence, they did not accept any of these
advances until they feel solid and strong enough to take the
next big step.
Mrs Samran, in closing the discussion acknowledged that
for the umpteenth time they had received credit from Jasa
Marga and that for the next step forward, bigger capital
is required. Hopefully Jasa Marga will assist them again
because Jasa Marga not only provides financial assistance
but also continues to provide guidance and attention.
Pottery (Gerabah) Business of Abdul Malik Sembiring in Tanjung Morawa, Deli Serdang
The Gerabah Business owned by Abdul Malik Sembiring
called Cipta Lestari is located on Jl. Wonosari Tanjung
Morawa in the southern city of Medan. There one can
find a simple U-shaped building, divided into sections for
the showroom, production and kiln. The old, the young,
9PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
produksi dan tempat pembakaran. Tua, muda, anak-anak
dan dewasa turut ambil bagian dalam proses produksi.
Namun tidak semuanya merupakan karyawan tetap Bapak
Abdul Malik Sembiring. “Sebagian merupakan karyawan
lepas yang sudah mahir dan membuat gerabah sendiri di
rumah mereka masing-masing dan dibawa ke sini untuk
dibakar,” ujarnya. Sebagian besar gerabahnya diproduksi
untuk memenuhi kebutuhan estetika perumahan maupun
kantor, sisanya baru untuk keperluan masak-memasak.
Karyawan yang sebagian besar berasal dari tetangga
sekitarnya ini merupakan binaan Pak Abdul Malik sendiri.
Dengan demikian, orang yang telah merasakan bantuan Jasa
Marga ini kini juga membantu masyarakat di sekelilingnya.
Beliau sendiri sudah merintis usaha sejak sekitar dua
puluh tahun yang lalu. Awalnya sebuah usaha keluarga
yang berlokasi di tempat lain, kemudian dilanjutkan dan
dikembangkan sendiri oleh Pak Abdul Malik di tanah milik
sendiri seluas kurang lebih 1,5 hektar ini.
Pak Abdul mengakui bahwa titik balik usahanya diawali
tatkala ia memperoleh kredit dari Jasa Marga. Pada awalnya
jumlahnya tidak banyak, hanya sekitar Rp5 juta sepuluh
tahun lalu. Namun bantuan sebesar itu sudah cukup untuk
meningkatkan kapasitas produksi yang dirasakan semakin
lama semakin tidak memadai menyusul permintaan pasokan
barang yang makin meningkat. Kini usahanya sudah semakin
berkembang. Nilai pinjamannya pun telah naik menjadi
Rp15 juta. Produknya sudah merambah ke hingga ke Pulau
Jawa dan Malaysia.
adults and children take part in the production process.
However, not all are permanent employees of Mr. Abdul
Malik Sembiring. “Some are previous employees who have
advanced and made their own pottery at home and they
will bring it here to be burned,” he said. Most potteries
are manufactured to meet the needs of housing and office
aesthetics, and the rest for culinary needs.
Employees who mostly come from the surrounding
neighbourhood, are partners of Mr. Abdul Malik himself.
Thus, people who have experienced the support of Jasa
Marga are now also helping the people around them.
Mr. Abdul has been in the business twenty years ago.
Originally it was a family business located in another place,
then it was resumed and developed by Mr. Abdul Malik
himself using his own land of about 1.5 hectares.
Mr. Abdul admitted that the turning point behind the
business was when he obtained a loan from Jasa Marga. At
the beginning, ten years ago, it was not large, only about
Rp5 million. Nevertheless, that loan was enough to increase
the production capacity to meet the increasing demands.
Now the business is fast growing. The loan has also
increased to Rp15 million. The products have also spread to
the island of Java and Malaysia.
10 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Dengan harga berkisar antara Rp5.000 hingga Rp1,5 juta
untuk gerabah paling besar, produknya relatif sangat
kompetitif dari segi harga. Pesaingnya hampir tak ada,
karena memang hampir tak ada orang yang menjalankan
usaha seperti ini di Tanjung Morawa. Pak Abdul berani
menjamin produknya lebih murah dan lebih kuat ketimbang
gerabah yang di Jawa. “Di Jawa, lama pembakaran hanya 3
jam sementara di sini 6 hingga 9 jam,” jelasnya.
Ada hasrat terbersit dalam diri Pak Abdul untuk memperluas
usahanya lagi. Untuk itu ia berharap Jasa Marga dapat
mengucurkan pinjaman yang jumlahnya lebih besar lagi.
“Sudah terlanjur terjalin erat,” begitu penuturan Pak Abdul
menjawab pertanyaan mengapa tidak mengharapkan
bantuan institusi lain.
Usaha Dodol Durian di Desa Bengkel
Sebuah usaha pembuatan dodol dilakukan oleh pasangan
suami-isteri Eriyadi di desa Bengkel, sebuah desa yang
menjadi sentra industri pembuatan dodol di Sumatera Utara.
Pemilik toko Anugerah yang berlokasi di pinggir jalan Lintas
Sumatera ini merasa bersyukur bahwa usahanya telah maju
oleh karena rejeki dari Allah. Karena pertemuannya dengan
Jasa Marga terjadi secara tak terencana saat ia membuka
toko hingga larut malam. Dari pertemuan itulah mereka
memperoleh penawaran pinjaman awal sejumlah Rp5 juta
sebagai bagian dari Program Kemitraan di tahun 1996.
Sejak menerima bantuan tersebut, lambat laun usahanya
berkembang, pelanggannya semakin banyak hingga mampu
merenovasi kiosnya bahkan membeli kios di sebelahnya.
Omsetnya makin membesar sehingga pasangan ini mampu
melunasi pinjaman dan memperoleh pinjaman baru senilai
Rp10 juta, dan terakhir Rp20 juta. Pendapatannya makin
memuncak saat mendekati Lebaran, terlihat dari jumlah
dodol yang telah diproduksi dengan enam kuali, masing-
masing kuali seberat 16 kg. Dalam seharinya, pembelian
bahan dasar gula merah bisa mencapai Rp30 juta dan bahan
baku kelapa senilai Rp8 juta. Pada saat-saat seperti inilah
Toko Anugerah mulai mengerahkan tenaga-tenaga baru
dari sekitar lingkungan kiosnya untuk membantu proses
produksi. Dengan demikian mereka telah turut membantu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
With prices ranging between Rp5,000 to Rp1.5 million
for the largest pottery, the products are relatively very
competitive in terms of price. There are almost no
competitors, because there are not many others who run
a business like this in Tanjung Morawa. Mr. Abdul can
guarantee that the product is cheaper and more sturdy
compared to those potteries in Java. “In Java, burning the
pottery is only 3 hours while here it takes 6 to 9 hours,” he
explained.
Mr. Abdul has hidden ambitions to expand the business
further. For that reason, he hopes that Jasa Marga can
increase the loan. “As we already have close relationship”
those are Mr. Abdul’s words to the questions why he does
not expect help from other institutions.
Durian Dodol Business in Bengkel Village
A dodol business carried out by the husband and wife
team of Mr. and Mrs. Eriyadi in Bengkel, a village in
North Sumatra that has become a center for the dodol
confectionary industry. The owners of the Anugerah Store
that is located on the side of the main trans Sumatra
road-lane feel fortunate and grateful that their business
has progressed by the grace of God. They met with Jasa
Marga unexpectedly in their store late one night. From that
meeting, they were offered an initial loan of Rp5 million
as part of the Partnership Program in 1996. Since receiving
the loan, their business has grown steadily, acquiring more
customers and enabling them to renovate their kiosk and
even acquired the kiosk next to theirs.
Business turnover increased so much that they were able to
pay off the loan and obtained new loans of Rp10 million,
and most recently for Rp20 million. Incomes soared when
the month of Ramadhan approaches. It can be seen from
the number of dodols that was produced in six large frying
pans, weighing16 kg each. On any given day, the business
could spend up to Rp30 million on the basic ingredient of
brown sugar, and around Rp8 million on coconut as another
raw material. It is at times like these that Anugerah Store
begins to recruit workers from around the kiosk to help
with production. In this way, the couple have participated in
helping to improve the welfare of the local community.
11PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Begitu banyaknya pelanggan yang datang dari Malaysia,
Kalimantan hingga Jawa tidak membuatnya kehilangan
kendali atas mutu, melainkan malah mendorongnya untuk
semakin ketat menjaganya. Kejujuran dan kendali mutu
menjadi ciri khas mereka dalam berproduksi. Kenyataan
bahwa dodol mereka diolah tanpa menggunakan bahan
pengawet dan hanya dapat bertahan selama 7 hari, bukan
3 bulan, tetap dikomunikasikan. Alhasil jumlah pelanggan
yang mengulangi pembelian semakin banyak. Hal itu mereka
syukuri dengan cara membayar kembali pinjaman secara
tepat waktu, bahkan sebelum jatuh tempo untuk pinjaman
yang senilai Rp20 juta. Dan saat produksi mencapai titik
puncak, mereka tak segan-segan berbagi rejeki dengan
merekrut tenaga-tenaga di sekitarnya.
Meskipun demikian, dalam menjalankan usaha sehari-hari
Toko Anugerah tidak pernah ngoyo atau memaksakan diri.
Mereka menolak tawaran mampir dari para pengemudi bus
wisata dengan imbalan tertentu dan cenderung memilih
pelanggan yang datang secara alamiah ke tokonya. “Rejeki
dari Allah” demikian semboyan mereka. Alhasil hingga
kini mereka selalu kebanjiran pelanggan, dan mereka pun
berharap kebersamaan dengan Jasa Marga dapat terus
dipertahankan selama mungkin.
Even with an increasing number of customers that come
as far away from Malaysia, Kalimantan and Java, the heavy
load of work does not make them lose control over quality,
but instead edged them on to improve their product quality.
Honesty and quality control are the main characteristics in
the production. The fact their dodol are processed without
using any preservatives and have a life shelf of only 7 days,
and not 3 months, is communicated clearly to customers.
This honesty appeals to customers who in tun brought more
customers to the store. With business doing so good, they
were able to repay the Rp20 million loan ahead of schedule.
And when production reaches its peak, they are not
reluctant to share their good fortune by recruiting workers
from the surrounding areas.
Furthermore, in running the day-to-day business they have
chosen not to get ahead of themselves. In that respect, they
have declived offers from bus drivers to drop off tourists at
their kiosk in return for commissions, and instead prefer to
welcome walk-in customers of their own will. “Our fortune
comes from Allah,” they explained. To this day, their store
is always swamped by happy customers, and they hope to
maintain their relationships with Jasa Marga for as long as
possible.
12 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Budi Daya Ikan Hias di Lubuk Pakam
Bapak dan Ibu Ramlan membuka usaha budi daya ikan hias
di daerah yang menjadi sentra usaha ini di Sumatera Utara.
Keuletan dan kesungguhan telah membawa dari pelaku
usaha kecil menjadi salah satu bandar pemasok ikan hias
terbesar di daerah Lubuk Pakam. Terkesan akan keuletan
dan kesungguhannya, Jasa Marga memberikan beberapa
kali pinjaman hingga pinjaman terakhir senilai Rp40 juta.
Kesemua pinjaman ini dilunasi secara tepat waktu.
Profesi awal Pak Ramlan adalah pekerja bangunan,
sedangkan Ibu Ramlam seorang ibu rumah tangga.
Perkenalan mereka dengan ikan hias mulanya hanyalah
sebagai hobi semata yang kemudian diupayakan dapat
menjadi penghasilan utama. Bermodalkan dua kolam dan
satu drum, mereka mulai membeli ikan hiasnya hanya
bermodalkan Rp2.000 di tahun 1986. Walaupun banyak
tantangan dan tentangan, mereka tetap tekun hingga
mampu mengusahakan kolam seluas satu hektar dan ingin
mengembangkan lebih luas lagi. Pada saat inilah Jasa Marga
hadir memberikan pinjaman dengan bunga lunak yang
selama ini ia cari-cari.
Sejak itu laju pertumbuhan bisnisnya tak tertahankan lagi.
Kini mereka memiliki kolam induk untuk produksi seluas
kurang lebih 1,5 hektar, belum termasuk kolam pada
cabang-cabang usaha di tempat lain dengan luas yang
hampir sama. Kesuksesannya tak lepas dari kemampuannya
membina relasi dengan petani-petani ikan di sekitar
kolamnya. Tak segan-segan mereka memberi saran dan
Ornamental Fish Farming in Lubuk Pakam
Mr. and Mrs. Ramlan opened an ornamental fish farming
business, in an area that is the center of this business in
North Sumatra. Their determination and perseverance have
brought them from being a small business owner to one of
the largest ornamental fish suppliers in Lubuk Pakam. These
qualities have impressed Jasa Marga and led them to provide
several loans, the last one of which amounted to Rp40
million. All these loans were repaid on time.
Mr. Ramlan began as a construction worker, while Mrs.
Ramly is a housewife. Their introduction to ornamental fish
started as a hobby, and with ample efforts grew to become a
major source of earnings . Starting up with two ponds and a
drum, the couple bought their first ornamental fish in 1986
at a cost of only Rp2,000. Although they were initially faced
with many challenges and oppositions, they persevered until
they were able to manage and worked a one-hectare pond
with plans to expand the business further. It was at this time
that Jasa Marga came in and was able to give soft loans with
low interest rates that they had sought for all this time.
Since then the business grew rapidly. Today, they own pond
for production with an area of approximately 1.5 hectares
and also ponds to other places of roughly the same size in
other branches of the business. Success is not separated
from their ability to build relationships with other farmers in
the vicinity of their fish ponds. They are not reluctant to give
advice and to counsel novice farmers. In addition, many are
13PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
nasihat kepada para petani pemula. Selebihnya banyak pula
yang diberi bibit ikan untuk dibesarkan di kolam masing-
masing. Setelah ikan membesar dengan ukuran yang
disepakati, mereka membelinya dengan harga yang pantas.
Mereka senantiasa berusaha tidak mengecewakan semua
pihak.
Mungkin karena itu, mereka merasa tidak pernah mengalami
kesulitan dalam memasarkan ikan-ikan hiasnya. Hampir
tiap pagi para pedagang dari penjuru Sumatera, bahkan
ada yang dari Bukittinggi berkunjung untuk kulakan ikan.
Ikan-ikannya dijual mulai dari harga Rp250 hingga Rp25.000
per ekor. Setiap hari Senin dan Kamis Pak Ramlan pergi ke
Medan untuk mengirimkan pesanan para pelanggannya.
Memang ada kalanya ia menemui pelanggan yang enggan
membayar, namun hal itu dianggapnya bukan sebagai
kendala yang besar. Kendala satu-satunya yang selama
ini harus ia hadapi adalah kendala produksi yang selalu
terbentur pada pakan ikan jenis tertentu yang tak mudah
diperoleh di pasaran.
Peran Jasa Marga dalam membesarkan usahanya diakui
oleh pasangan suami-isteri ini. Kini mereka merasa
sudah saatnya untuk berlari kencang dalam menjalankan
roda bisnisnya. Oleh karenanya mereka berharap dapat
kembali memperoleh pinjaman dari Jasa Marga, yang
akan digunakan untuk membeli kendaraan operasional
serta memperluas kolam di usaha cabang. “Kalau boleh
dengan nominal di atas Rp40 juta”, ujar Pak Ramlan sambil
berharap.
Usaha Kaos Kaki yang Berhasil di Ungaran
Di kota Ungaran, Semarang, Bapak Ambo Umar Said merintis
industri rumah tangga yang memproduksi kaos kaki. Usaha
itu dijalankannya di pekarangan rumahnya yang disulap
menjadi tempat produksi sekaligus ruang pamer dan penjualan
produknya. Dalam menjalankan kegiatannya terutama yang
menyangkut penjualan, pria asal Sumatera ini dibantu oleh
sanak saudaranya serta beberapa karyawati yang berasal dari
seputar lingkungan rumahnya. Sementara ia lebih berkutat
dalam masalah produksi dan pemasaran usahanya.
Mesin-mesin yang dipergunakan sebagai alat produksi
adalah mesin rajut sederhana yang berukuran tak lebih besar
dari mesin fotokopi. Namun berkat kreatifitas dan hobinya
given a lot of fish fries and hatchlings to raise in their own
ponds. After the fish will have grown to an agreed size, the
Ramlans would buy them at a reasonable price. They always
try their best not to disappoint anyone.
Maybe because of that, they find it easy to market their
products while making more friends in the course of their
business Almost every morning, traders from across Sumatra,
and as far away from Bukittinggi would come to buy the fish
wholesale. The fish are sold from Rp250 to Rp25,000 per
fish. Every Monday and Thursday Pak Ramlan goes to Medan
to deliver the customer’s orders. Indeed, sometimes there are
customers who are unreliable and do not want to pay, but
he regards this as a small obstacle. The only obstacle that he
continually faces is in production, especially in connection
with a certain kind of fish feed that is not readily available in
the local market.
The couple fully acknowledges Jasa Marga’s role in helping
them raise their business. They now feel ready to accelerate
the growth of their business even faster. They are hoping
that they may get new loans from Jasa Marga, which will
be used to acquire a van for operations and also expand the
size of their ponds in the branch units. “If possible, a loan of
more than Rp40 million,” Mr. Ramlan said, hopefully.
A Successful Sock Business in Ungaran
In the town of Ungaran, Semarang, Pak Ambo Umar
started a home industry in producing socks. The business
is run in the back-yard of his home that doubles as a place
of production, sales as well as showroom. In carrying out
these activities, especially concerning the sale, Pak Ambo,
who is from Sumatra, is assisted by his relatives as well as
several lady workers from around the neighbourhood. His
own role is more on dealing with production and business
development side.
The machinery that is used for production is a simple
knitting machine no bigger than a copying machine.
Thanks to his creativity and hobby to take machines apart,
14 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
mengutak-atik mesin, alat-alat produksi itu bekerja lebih
maksimal namun lebih hemat listrik hingga 50%nya. “Kalau
bisa hemat, kenapa harus boros?” demikian prinsipnya.
Ketrampilan mengutak-atik mesin juga ditularkannya pada
sebagian karyawan yang awalnya sangat awam tentang
mesin. Sehingga saat terjadi ganguan mesin, mereka dapat
memperbaikinya sendiri.
Semangat efisensinya juga nampak dari pemilihan bahan baku.
Dia cenderung mengambil benang sisa produksi pabrik-pabrik
tekstil di Bandung. Alhasil, produknya dijual dengan harga
yang sangat kompetitif. Pada tampilan depan ruang pamernya
ada kaos kaki anak seharga Rp1.000 sepasang. Namun
untuk kualitas, produknya berani diadu dengan merek-merek
terkenal. Suatu saat ada seorang bintang sinetron TV yang
meragukan kualitas produknya. Pak Ambo mempersilakannya
menguji coba. Selang beberapa hari kemudian sang artis
datang kembali untuk memborong sebagian besar kaos
kakinya.
Diawali dengan pinjaman sebesar Rp5 juta pada tahun 1996,
kini cabang-cabang penjualan kaos kaki Pak Ambo sudah
tersebar di berbagai tempat di Semarang. Ada yang terletak di
tempat-tempat perbelanjaan biasa, ada pula yang mengambil
tempat di Mal Citra Land Semarang dengan biaya sewa Rp5 juta
per bulan. Dengan harga yang bervariatif dari mulai Rp1.000
hingga puluhan ribu Ru[iah sepasang, pendapatan kotor
usaha kaos kaki Pak Ambo mencapai lebih dari Rp900 juta per
bulan, suatu jumlah yang cukup untuk menutupi seluruh biaya
operasional termasuk menggaji karyawannya. Dengan dukungan
Program Kemitraan Jasa Marga, Pak Ambo yakin bahwa usaha
kaos kakinya dapat terus dikembangkan untuk menjangkau
pasar nasional, bersaing dengan kaos kaki impor sekalipun.
even though these production machines work at their
maximum, they only use 50% of the electricity. “If we can
save, why should we splurge?” That is his principle. His skills
in handling the machinery is also passed down to some
employees who themselves are new to this. Thus, whenever
they have problems with their machines, they can repair the
machines by themselves.
The efficiency awareness can also be seen from the selection
of raw materials. He likes to use left-over yarns from textile
factories in Bandung. Consequently, the products are sold at
very competitive prices. In the front display room there sits a
pair of children’s socks priced at Rp1.000. In terms of quality,
the products can compete with famous brands. On one
occasion, a television soap-opera star doubted the quality of
his socks. Mr. Ambo allowed her to have a trial use. A few
days later the actress came back to buy up most of the socks
as presents and souvenirs.
Starting from a loan of Rp5 million in 1996, now the
branches selling Mr. Ambo socks are spread out in various
places in Semarang. There are some located in normal
shopping areas, and some are in modern malls such as
Citra Land Mall Semarang, with rental cost of Rp5 million
per month. With prices varying from Rp1,000 to tens of
thousands of rupiah per pair, Mr. Ambo’s gross income now
reaches more than Rp900 million per month, an amount
that is sufficient to cover all operational costs including
the salaries of his employees. With the continuing support
of Jasa Marga, Pak Ambo is confident that he can grow
his sock business to reach markets nationwide, even to
compete against imported socks.
15PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Usaha Batik di Sragen
Dewi Arum merupakan merek batik yang dikembangkan dan
diproduksi oleh Pak dan Bu Soemarsono di tengah-tengah
sebuah dusun bernama Kliwonan, Sragen, di Jawa Tengah.
Walaupun bukan merek yang dikenal luas secara nasional,
namun hasil produksinya banyak dibeli dan dipasarkan di
bawah merek yang sudah terkenal di Jakarta dan Solo. Motif
batik yang dijualnya pun bermacam-macam. Ada motif batik
Solo, Sragen, maupun motif modern. Beberapa pembeli dari
luar negeri di antaranya adalah dari Malaysia, Brunei dan
India. Perusahaan maupun instansi lainnya banyak pula yang
memesan dalam jumlah tertentu untuk keperluan seragam
karyawan mereka.
Meski memulai usaha sejak lama, Pak Soemarsono baru
bermitra dengan Jasa Marga selama empat tahun. Selama
kurun waktu itu Batik Dewi Arum mengalami perkembangan
yang luar biasa pesatnya sehingga seluruh pinjamannya
dapat dilunasi sebelum jatuh tempo.
Dalam menjalankan kegiatan produksinya, Pak Soemarsono
terhitung pengusaha yang mau peduli terhadap masalah
pengangguran di desanya. Karyawan tetapnya berjumlah 25
orang, sementara sekitar 150 orang lainnya karyawan lepas
yang bekerja dengan pola kemitraan “sanggan”. Dalam pola
kemitraan ini, orang boleh mengambil bahan kain dari Dewi
Arum untuk dikerjakan di rumah sesuai dengan kemampuan
membatik masing-masing. Ada yang mampu membuat motif,
sebagian memberi warna tertentu, dan lainnya mungkin
Batik Business in Sragen
Batik Dewi Arum is a batik garment brand that is developed
and produced by Mr. & Mrs. Soemarsono in the middle of
a village called Kliwonan, Sragen, in Central Java. Although
it is a brand that is not yet known nationwide, many of its
products are bought and marketed under brands that are
well known in Jakarta and Solo. The batik motifs sold are
manifold. There are Solo, Sragen, as well as modern motifs.
Some of the buyers come from as far away as Malaysia,
Brunei and India. Companies and many other institutions
also place large orders for Dewi Arum batiks to be made into
employee uniforms.
Although Mr. Soemarsono started the business a long time
ago, the partnership with Jasa Jasa Marga began only four
years ago. Since then Batik Dewi Arum has experienced
rapid growth that enabled it to repay the loan before
maturity.
In running the business, Pak Soemarsono is the type of who
cares about unemployment in his village. His permanent
employees total 25 people, while about 150 others are
employed as associate workers who work in a partnership
called “sanggan”. In this partnership, the person can take
the materials from Dewi Arum home to be worked at in
accordance with their ability in designing batik motifs. Some
are able to create a complex motif, some just to color them,
and others may only be able to make dots, and so on. As a
16 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
result, people can earn a living from Rp25 thousand per day
without the hindrance of space, time, ability and even age.
“Even grandmothers do not have to be unemployed because
of their age,” said Bu Soemarsono. In general, the “sanggan”
workers can work on their batik assignments in between
their daily activities.
During the holy Lebaran, the “sanggan” employees will also
be given their Hari Raya Benefits. With the number of people
engaged in their business, one can imagine how busy the
couple would be when Lebaran approaches. “Three months
before Lebaran, we must set aside some of our income for
their benefits,” she added.
In terms of production and distribution, batik Dewi Arum did
not experience difficulties. The problems faced are usually
cash flows, whereby payment from new buyers could come
as late as three months after. In the meantime, the business
must settle payment to its suppliers of raw materials and
equipment at the most two weeks after receiving the goods.
This problem is often quite worrysome, although the couple
have always managed to settle payments without having had
to resort to shark loaners by pledging away their receivables.
Pak Soemarsono admits that since receiving assistance from
Jasa Marga, he has more flexibility to expand his business.
Thus he hopes to continue partnering with Jasa Marga so
his business can grow larger. “If our business get bigger,
unemployment in our village can become smaller,” he says.
Electric Guitar Business in Mojokerto
It can be said that the business undertaken by Pak Falaq is
based on guts. After working for about a year in an electric
guitar manufacturing company, he resolved his will to resign
from his job and began his own guitar manufacturing
business. He basically started from zero, from A to Z; from
designing, searching for raw materials, cutting the materials
to stringing up the electric components. The same goes for
his sales activities which included all types of marketing style
from as door-to-door selling to participating in trade fairs
and exhibitions. His love for his craft overshadows the tough
business that he is in.
hanya dapat membuat titik-titik, dan seterusnya. Berkat pola
ini, orang bisa mendapat penghasilan mulai dari Rp25 ribu
per hari tanpa dibatasi ruang, waktu, kemampuan dan usia.
“Nenek-nenek pun tidak perlu mengangur hanya karena
mereka berusia lanjut,” kata Bu Soemarsono. Pada umumnya
para pekerja “sanggan” ini dapat bekerja di sela-sela
kegiatan sehari-hari mereka.
Saat lebaran, karyawan “sanggan” pun ikut juga memperoleh
Tunjangan Hari Raya (THR). Dengan jumlah karyawan sebanyak
itu, bisa dibayangkan betapa sibuknya pasangan suami isteri
tersebut saat pembagian THR tiba. “Tiga bulan sebelum
Lebaran, kami sudah harus menyisihkan sebagian pendapatan
kami untuk THR mereka,” sambung Bu Soemarsono.
Dalam hal produksi dan distribusi, batik Dewi Arum tidak
mengalami kesulitan yang berarti. Problem yang dihadapi
biasanya menyangkut masalah cash flow/arus kas, di mana
pembayaran dari pembeli baru ia terima paling cepat tiga
bulan setelah transaksi, sementara itu ia harus melunasi
pembayaran kepada para pemasok bahan baku dan alat
paling lambat dua minggu setelah barang diambil. Problem
ini memang sering mengganggu, namun syukurlah pasangan
suami isteri tersebut selalu sanggup mengatasinya dan tidak
tergoda untuk menggadaikan tagihannya kepada rentenir.
Pak Soemarsono mengakui bahwa sejak menerima bantuan
dari Jasa Marga, dia lebih leluasa untuk membesarkan
usahanya. Oleh karenanya ia berharap dapat terus bermitra
dengan Jasa Marga agar usahanya berkembang semakin
besar. “Jikalau kami semakin besar, angka pengangguran di
dusun kami semakin kecil,” tuturnya.
Usaha Gitar Listrik di Mojokerto
Boleh dibilang usaha yang dilakukan oleh Pak Falaq ini
benar-benar bermodalkan nekat. Setelah bekerja selama
kurang lebih setahun di salah satu pabrik gitar elektrik,
ia meneguhkan diri untuk berhenti bekerja dan memulai
usaha membuat gitar elektrik sendiri. Ia mengawali usaha
mulai dari nol, dari A hingga Z. Mulai dari mendesain,
mencari bahan baku, memotong bahan, hingga merangkai
komponen elektroniknya. Begitu pula dalam kegiatan
penjualannya, hampir segala jenis pemasaran, baik secara
gerilya maupun ikut pameran ia lakukan. Berat memang,
tetapi ia sudah terlanjur mencintai pekerjaannya.
17PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Pria lulusan SMA ini memang penggemar berat gitar. Salah
satu cita-citanya adalah memiliki gitar kenamaan sekelas
Fender atau Ibanez, namun tidak pernah terpikir olehnya
bahwa suatu saat nanti dia akan menjadi salah seorang ahli
membuat gitar elektrik. Saat memulai usahanya di tahun
1998, problem pertama yang dihadapi adalah mencari
bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi. Bahan baku bisa
berasal dari bermacam-macam jenis kayu, antara lain kayu
nangka, mahoni, atau kayu sonokeling yang lebih bagus dari
kayu jati.
Jenis kayu yang dipakai jelas dapat mempengaruhi harga jual
gitar yang ia beri merek Pro-Wish. Untuk menyiasatinya, ia
mempergunakan kayu dari limbah pabrik pengolahan kayu.
“Pro-Wish itu bisa juga berarti protol ya wis (jika rontok, apa
boleh buat),” kelakarnya. Walaupun demikian, kualitas gitar
tetap dijaga terutama saat proses finishingnya. “Siapa pun
takkan menyangka gitar ini terbuat dari kayu limbah pabrik
pengolahan kayu,” sambungnya sambil menyodorkan salah
satu gitar listrik yang sangat halus pengerjaannya, sama
sekali tak tampak adanya bekas sambungan. Gitar itu dijual
dengan harga hanya Rp750 ribu, termasuk yang jenisnya
akustik. Tak heran gitar ini sering dipesan untuk diberi label
merek-merek terkenal.
Harganya yang bersaing masih menjadi andalannya dalam
memasarkan produk. Setiap pameran, gitar elektriknya selalu
habis terjual sebelum pameran usai. Hingga ia kewalahan
memenuhi permintaan pengunjung pameran yang kecewa
karena tak sempat melihat produknya dan harus menunggu
sekian lama hingga gitar yang baru selesai diproduksi.
Kejadian ini terus berulang sampai dia berkesempatan
This high school graduate is a big fan of the guitar. One
of his ambition is to own a guitar in the class of a Fender
or an Ibanez but it never crossed his mind that one day he
would be an expert in making electric guitars. When he first
started his business in 1998, the first problem he faced was
searching for raw materials in line to the specifications. Raw
materials can be derived from various types of wood, among
others, jack fruit wood, mahogany or sonokeling wood,
which is of better quality than teak wood.
The types of wood used can clearly affect the selling price
of his guitar, named Pro-Wish. To prove this, he uses wood
waste from wood processing factories. Pro-Wish in Javanese
colloquial terms can be spun into ‘protol ya wis’ , literally
meaning ‘if it disintegrates, what can I say..?’ he jokes.
Nevertheless, the quality of the guitars is evident, especially
in the finishing process. “Who would have thought that this
guitar is made from wood waste?” he boasts of his electric
guitar, pointing to its smooth surface and lines, with no signs
of joints at all. The price of the guitar is only Rp750,000,
including the acoustic type. So, it is not a surprise that his
guitars are ordered and made under the labels of more
famous guitar brands.
The affordable price of his guitars is the key to marketing
the products. At each exhibition, the electric guitars are
always sold out long before the exhibition ends. He would
then be besieged by disappointed visitors who missed out on
his guitars and will have to wait for quite some time for the
production of new batches. This experience continued to
haunt him until he had the opportunity to submit a proposal
18 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
mengajukan proposal ke Jasa Marga. Pinjaman awal sebesar
Rp5 juta di tahun 2004 benar-benar terasa manfaatnya.
Walau jumlahnya tidak besar, namun sudah cukup untuk
menstok bahan baku, menyicil mesin penekuk kayu bekas
yang masih handal serta menggaji karyawan.
Karyawan yang dipekerjakannya kebanyakan adalah teman-
temannya sendiri. Namun bukan berarti hal itu mudah,
sebab, walaupun mereka senang bermain gitar, belum
tentu mereka memiliki passion dalam membuat gitar. Ia
mengibaratkannya seperti pekerjaan seorang seniman yang
membutuhkan feeling, tidak seperti pekerja pabrik yang
sekedar bekerja karena rutinitas.
Kini lima tahun sudah Pak Falaq bermitra dengan Jasa
Marga. Produknya sudah merambah ke Solo, Jogja, Bali,
Batam, Sulawesi, bahkan ada yang ke Dubai. Dengan lima
orang karyawan produksi serta memiliki mesin penekuk kayu
yang lebih presisi, kapasitas produksinya dapat ditingkatkan
hingga mampu mengimbangi penjualan rata-rata per
bulannya yang mencapai 20 buah gitar elektrik. Kegiatan
pemasarannya pun lebih bervariatif. Selain mengikuti
pameran, Pro-wish selalu hadir di dalam setiap ajang festival
band. Pemasukannya kini tak lagi hanya dalam penjualan
gitar, tetapi juga menerima servis gitar merek apapun.
Walaupun sudah mengalami kemajuan namun diakui oleh
Pak Falaq jalan masih panjang dan berliku. Hingga saat
ini, ia masih mencari distributor yang mampu menjamin
kontinuitas penjualan produk yang telah menjadi ikon
produk unggulan Mojokerto ini. Pak Falaq optimis, jika dia
terus diberi bantuan lagi dari Jasa Marga, usahanya bakal
berkembang lebih pesat lagi.
Rambak dari Mojokerto
Usaha pembuatan rambak atau krupuk kulit di Mojokerto
merupakan usaha rakyat yang tak pernah lekang oleh
waktu. Selama masih banyak orang yang gemar makan
kerupuk, sejumlah 40-an pengusaha rambak di Mojokerto
akan terus bertahan. Namun, proses produksinya tidak
semudah memakannya. Perlu tahapan-tahapan yang
to Jasa Marga. The resulting initial loan of Rp5 million in
2004 was very beneficial. Even though the amount was not
large, it was enough to stock up on raw materials, make
instalment payments for a wood-bending machinery and pay
employees salaries.
Most of his employees are also his friends. However, it
is often not that simple. Although his friends also enjoy
playing the guitar, it does not necessarily mean that they
have the same passion to make one. He likens the making of
guitars to the work of artists who have strong feelings about
their work, unlike the routine jobs of the factory worker, for
instance.
It is now five years since Pak Falaq enters into partnership
with Jasa Marga. His products have already penetrated
markets in Solo, Yogyakarta, Bali, Batam, Sulawesi, and even
as far away as Dubai. With five employees in the production
team and more precision wood-working equipment,
production capacity was increased to meet average monthly
sales of 20 electric guitars. The marketing efforts are also
more variative. In addition to participating in trade exhibits,
Pro-Wish would also be present in band festival events. The
business income today does not come merely from the sales
of guitars, but also from servicing guitars of all makes.
Despite this progress, Pak Falaq admits that the road is
still long and winding. To date, he is still looking for a
distributor who is able to ensure the continuity of the sales
of his guitars that have become a leading product icon of
Mojokerto’s. In any case, Pak Falaq is optimistic, that if his
business continues to receive further support from Jasa
Marga, he will be able to grow his business faster.
Rambak crackers from Mojokerto
The business of making rambak or cow hide crackers in
Mojokerto is a business for the community unsurpassed
by time. As long as there are many people who love to eat
crackers, around 40 businesses for rambak in Mojokerto will
continue to survive. However, the production process is not
as easy as consuming it. There are many stages that are long
19PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
panjang dari bahan baku hingga siap saji, yang kesemuanya
membutuhkan waktu paling cepat satu hingga dua minggu.
Bagi pemilik rambak merek Karunia, hal itu sudah menjadi
pekerjaan sehari-hari yang tak asing lagi baginya sejak kecil.
Karena usaha ini merupakan kelanjutan usaha yang telah
dirintis oleh orang tuanya. Tetapi, biarpun faham dengan
proses produksinya, bukan berarti ia dapat dengan mudah
mengajarkan ke orang lain, terutama saat ia mulai menjalankan
usahanya secara penuh di tahun 1998. Perlu ketekunan dan
kesabaran dalam mengajari proses pembuatan rambak kepada
karyawan barunya. Pada umumnya karyawan yang direkrut
berasal lingkungan kerabatnya, selebihnya dari penduduk
sekitar.
Mula-mula, bahan baku yang berasal dari kulit sapi bagian
dalam itu direndam dengan air kapur selama beberapa hari agar
mudah matang saat dimasak. Usai direndam, kulit dijemur agar
mengering. Setelah itu direbus untuk kemudian dikeringkan
kembali sebelum dipotongi. Usai dipotongi, kulit itu dijemur
kembali hingga benar-benar kering lalu digoreng. Proses yang
paling lama adalah penjemuran yang bisa memakan waktu
berhari-hari, karena rambak harus benar-benar kering sebelum
digoreng. Jika waktu penjemuran kurang lama, ataupun matahari
kurang terik sinarnya, krupuk menjadi tak bisa mengembang.
starting from the raw material to being readily edible, which
all takes between seven days to two weeks at the soonest.
For the Karunia rambak brand owner, it has become a
day-to-day work that is not alien to him since he was
small. That’s because he inherited the business from his
parents. Still, being familiar with the process of making
rambak crackers since childhood, does not mean that one
can easily transfer the knowledge to others; a fact that he
realized when he took full control of the business in 1998.
Persistence and patience are needed in the process of
teaching rambak to new employees. In general, employees
who are recruited are from relatives, the rest from the
surrounding area.
Firstly, the raw material originating from cow hide is soaked
in lime water for a few days so that it is easily cooked when
fried. After soaking, the hide is dried. After that it is boiled
and then dried again before they are cut. After they are
cut, the hide is dried again until they are really dry and then
fried. The drying process is the longest and can take many
days, because the rambak must be completely dry before
being fried. If drying time is not long enough, or the sun’s
rays are not strong, the crackers cannot expand.
20 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Bantuan awal sejumlah Rp5 juta yang diterimanya dari Jasa
Marga dirasakannya cukup membantu penyediaan alat
masak dan bahan baku di samping biaya untuk menggaji
karyawan. Bahan baku kulit berasal dari Madura, Malang
dan Sidoarjo. Umumnya selembar kulit dapat menghasilkan
6 kg rambak. Berkat bantuan Jasa Marga, kapasitas produksi
meningkat tajam sehingga dapat mengirim rambak sampai
ke Gresik. Melangkah ke depan, Rambak Karunia berencana
mengikuti berbagai pameran untuk meluaskan pasar serta
memasarkan merek Karunia secara lebih agresif..
Tas Kulit Buatan Mojokerto
Salah satu mitra binaan Jasa Marga yang juga
mengembangkan kemitraan dengan karyawannya adalah
Bapak Chatam Rois, pemilik UD Vista yang memproduksi
aneka macam tas kulit di Mojokerto. Selain memiliki
karyawan tetap yang sehari-hari bekerja di lokasi usahanya,
dia memberi kesempatan kepada siapa pun menjadi
karyawan lepas yang boleh membawa pulang bahan
bakunya untuk dikerjakan di rumah. Selang beberapa hari
bahan baku tersebut sudah menjadi tas, dan yang siap
dipasarkan oleh UD Vista. Dia berani menjamin kualitasnya
sama baiknya dengan tas dikerjakan oleh karyawan tetap.
UD Vista mengawali usaha di tahun 1978 dengan kapasitas
produksi maksimal sebanyak tiga lusin tas kulit per hari.
Kini UD Vista sudah yang ke-empat kalinya berturut-turut
menerima bantuan pinjaman dari Jasa Marga, termasuk
bantuan pelatihannya. Dengan mesinnya berjumlah 15 buah
dan karyawan tetapnya berjumlah dua puluh, sementara
pelanggannya sudah sedemikian banyaknya hingga
menjangkau luar pulau. Pada umumnya produk dibuat
berdasarkan pesanan. Pelanggan tinggal membawa contoh
produk yang diinginkan, UD Vista membuat mal/polanya, lalu
tas segera diproduksi sesuai contoh dengan jumlah pesanan
minimal sebanyak lima lusin tas. Kebanyakan pelanggan adalah
pemilik toko atau pengecer tas tangan itu sendiri, sehingga
menjadikan UD Vista sebagai produsen dan sekaligus penjual
partai besar tas kulit.
Walau berproduksi berdasarkan pesanan, bukan berarti UD
Vista tak mau membuat sendiri. Tak jarang karyawannya
berinisiatif memproduksi tas dengan model terkini, lalu
Initially, he felt the loan assistance of Rp5 million from Jasa
Marga was enough to assist in the provision of cooking
equipment, raw materials and salaries for his employees. The
cow hide raw material comes from Madura, Sidoarjo and
Malang. Generally, one sheet of hide can produce six kg of
rambak. Thanks to the assistance Jasa Marga, the production
capacity increased sharply so that he can send rambak all
the way to Gresik. Going forward, Rambak Karunia plans to
participate in various exhibitions to expand its market as well
to market its brand more aggressively.
Leather Bags Made in Mojokerto
One of Jasa Marga’s partners that is also developing
partnerships with his employees is Mr. Chatam Rois, the
owner of UD Vista who produces various kinds of leather
bags in Mojokerto. In addition to having permanent
employees who work at his business site, he gives anyone
the opportunity to become freelance employees who are
able to bring home the raw materials to be done at home.
After a lapse of several days, the said raw materials have
become a bag, and are ready to be marketed by UD Vista.
He can guarantee that the quality of these bags is as good
as those made by his permanent employees.
UD Vista started the business in 1978 with a capacity
production of a maximum of 3 dozen per day. UD Vista has
already received loan assistance from Jasa Marga four times
consecutively, including training assistance. The business
now operates 15 machines and employs 20 permanent
workers, whilst the number of customers has increased even
reaching outside the island. In general, products are custom-
made according to orders. Customers bring an example of
the desired product, UD Vista makes the pattern, and the
bags are then produced to specifications with a minimum
order of five dozen bags. Most customers are shop owners
or resellers of hand bags themselves, making UD Vista
somewhat of a producer and wholesaler of leather bags at
the same time.
Even though production is based on orders, it does not
mean that UD Vista does not want to create their own
design. Their employees are quite creative and intuitive to
21PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
menawarkannya ke pelanggan. Setelah melihat sampel itu,
pada umumnya pelanggan lalu minta dibuatkan lagi.
Di sini karyawan lepas memegang peranan yang tidak kecil,
antara lain dalam menangani kelebihan pesanan. Harga
produk berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp500 ribu.
Sementara produk yang paling diminati yang harganya
berkisar Rp400.000.
Untuk rencana ke depan, Pak Chatam Rois tidak merincinya
secara detail, namun yang jelas ingin mengembangkan
kapasitas produksi dan jangkauan produknya. Dia berharap
akan memperoleh pinjaman ulang dengan jumlah yang
signifikan agar perkembangan usaha berkembang lebih pesat.
“Kami ingin menjangkau pelanggan dari luar Jawa seperti
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,” ujarnya.
produce bags with the latest models, and show it to the
customers. After seeing the sample, customers would often
place an order in general, the customers will then make
their orders. Here, the part-time or freelance employees play
an important role in handling the excess orders. Prices range
between Rp200,000 to Rp500,000. Those products priced at
around Rp400,000 are the hot sellers.
For future plans, Pak Chatam Rois does not specify in detail,
but what is clear is that he wants to expand the production
capacity and new markets for his products. He hopes to get
additional loans for a significant amount in order to develop
the business more rapidly. “We want to extend our reach
to customers beyond Java such Sumatra, Kalimantan and
Sulawesi,” he said.
22 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Brondong Manis dari Garut
Usaha pembuatan brondong Pak Eman Sulaiman
merupakan usaha rakyat yang sederhana. Namun karena
ditekuni dengan sungguh-sungguh, dapat dikembangkan
menjadi suatu usaha yang juga bermanfaat bagi masyarakat
sekitar.
Pada awalnya hanya kesukaan membuat brondong belaka,
tanpa ada angan-angan untuk membisniskannya. Dorongan
untuk mengembankannya sebagai usaha semakin kuat
tatkala banyak orang memuji rasa brondong buatannya.
Mulailah ia menekuni bagaimana membuat brondong dalam
jumlah banyak, namun tetap enak dan dengan biaya yang
seefisien mungkin. Tidak mudah memang, namun dengan
semangat yang tinggi, didukung dengan restu keluarganya,
Pak Eman mudah mengatasi kendala awal tersebut.
Mula-mula ia membuat dalam jumlah terbatas, dengan
bantuan orang-orang di rumahnya. Ia memasok
brondongnya yang bermerek Semoga Sukses ke toko-toko
di sekitar lingkungan tempat tinggalnya Awalnya, produknya
tidak dipandang sebelah mata oleh pemilik toko, tetapi
karena brondongnya disukai orang, pasokannya cepat habis
sehingga kini giliran para pemilik toko yang mengejar-
ngejarnya.
Sweet Pop-Rice from Garut
The business of Pak Eman Sulaiman in making sweet
pop-rice is a simple communal business. However, when
carried out in earnest, it can grow to become a business
undertaking the benefits the surrounding community.
Initially, he only made the sweet pop-rice for the simple
pleasure of it, with no intention of making it into a business.
But he was greatly encouraged when people praised his
sweet pop rice after tasting them. He started learning how
to make them in large amounts, but not foregoing the taste
and being as cost efficient as possible. It was not easy, but
with high spirits, supported by his entire family, Pak Eman
was able to overcome these initial obstacles.
Initially he made a limited amount, with the help of those
in the house. He supplied to stores around the area with
the brand Semoga Sukses, which roughly means “hope for
success.” Initially, the products were not highly thought of by
the store owners, but because many people liked the sweet
pop rice, the supplies ran out very quickly. Now, it is the turn
of the store owners to seek Pak Eman out.
23PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Not long thereafter, he felt it was time to expand the scale
of his business. For that he needed a loan to pay the salaries
of employees for production as well as to increase the supply
of raw materials.
Fortunately he received information on the Partnership
Program of Jasa Marga. Immediately after his proposal was
approved, the first assistance of Rp5 million was used to
purchase raw materials and equipment. Employees who
were initially recruited were his own relatives, and later other
people from around his neighbourhood. As time goes by, his
production continued to increase, enabling him to supply
to stores outside of his village and regency. Many of his
customers are stores and retailers in Bandung and Jakarta.
Up to now, the demand from his customers and store
owners are still higher than the production capability. The
idea of further expansion did pass his mind, but he tends
to tread carefully. In his current condition, Pak Eman is very
grateful of the support that he receives from Jasa Marga, as
well as of his own ability to support and help other people.
Tidak lama setelah itu, ia merasa sudah saatnya memperluas
skala usahanya. Untuk itu ia membutuhkan pinjaman modal
untuk menggaji tenaga-tenaga baru di bidang produksi dan
untuk menambah pasokan bahan baku.
Beruntung ia memperoleh informasi mengenai Program
Kemitraan Jasa Marga. Segera setelah proposalnya disetujui,
bantuan pertama sejumlah Rp5 juta langsung ia pergunakan
untuk membeli bahan baku dan alat. Karyawan yang
direkrutnya mula-mula adalah saudara sendiri, belakangan
baru ia mampu merekrut tetangga di sekeliling rumahnya.
Makin lama kapasitas produksinya makin meningkat hingga
ia dapat memasok toko-toko yang lebih jauh hingga keluar
dari wilayah desa dan kabupatennya. Para pelanggannya
pun kini adalah toko-toko dan pengecer di Bandung dan
Jakarta.
Hingga kini, permintaan dari para pemilik toko dan
pelanggannya masih lebih tinggi daripada kemampuan
produksinya. Terbersit angan-angan untuk memperbesar
usahanya lagi, akan tetapi dia cenderung berhati-hati
agar tidak salah melangkah. Dalam kondisi seperti ini
pun ia sangat mensyukuri dukungan yang diperoleh dari
Jasa Marga, maupun juga akan kemampuannya sendiri
mendukung dan membantu orang lain.
24 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Produk Kulit Berkualitas dari Garut
Pengrajin kulit yang bermukim di Jawa Barat tak terhitung
jumlahnya, tetapi yang mampu mengekspor produknya hingga ke
mancanegara terbatas jumlahnya. Salah satunya adalah Pak Zacky
Sirodj di Garut. Memulai usahanya sekitar dua puluh tahunan
yang lalu, bakatnya dalam mendesain aneka produk kulit seperti
tas, jaket dan aksesoris tidak diragukan lagi. Kemampuan lain
yang sulit ditandingi oleh pengrajin lain adalah kemampuannya
membuat produk-produk kulitnya dengan perhatian terhadap
detil-detil desain yang luar biasa.
Lama kelamaan orang tidak hanya memesan satu atau dua buah,
tetapi dalam jumlah banyak, untuk kemudian diberi label merek
luar negeri. Bagi Pak Zacky, pesanan ini jelas sangat menantang.
Bagaimana menghasilkan produk yang sesuai dengan standar
dan presisi tinggi dalam jumlah yang massal. Untuk itu ia
membutuhkan tambahan permodalan dan tenaga kerja yang
tidak sedikit. Tawaran bantuan dari Jasa Marga langsung
disambut.
Kini pembelinya bukan hanya dari dalam negeri saja
melainkan langsung dari luar negeri yang ia temui sewaktu
mengikuti pameran internasional dengan bantuan Jasa
Marga. Usahanya pun terus berkembang Hingga kini
usahanya terus berkembang dimana Apkuga dapat memetik
manfaat dari reputasinya sebagai produsen hasil kerajinan
kulit yang bermutu tinggi.
Quality Leather Goods from Garut
There are countless numbers of leather craftsmen in West
Java but only a few who are capable of exporting their
products overseas. Mr. Zacky Sirodj of Apkuga in Garut is
one of them. Since starting the business about twenty years
ago, his talent in designing leather goods including bags,
jackets and accessories was never in doubt. Another talent
that was difficult for others to imitate was his extraordinary
attention to detail over his craftsmanship.
As time flies, customers not only order one or two items,
but wholesale, including customers who place their order
on behalf of well-know international labels and brands. For
Mr. Zacky, these orders were clearly challenging, which was
how to produce products that comply with international
standards and precision in bulk numbers. This would require
significant additional capital and labor. Hence the offer for
assistance from Jasa Marga was taken up.
Today, his customers are not only local buyers but those
who came from abroad whom he met during international
exhibitions in which Apkuga was able to take part with
the help of Jasa Marga. The business continues to thrive as
Apkuga is able to capitalise on its reputation for high quality
leather products.
25PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Dodol dengan Rasa Unik dari Garut
Dodol Garut memang sudah terkenal di seluruh pelosok
negeri. Tetapi dari sekian banyak produsen dodol di Garut,
ada satu yang memiliki bentuk yang khas dengan cita rasa
dan kemasan yang berbeda pula, yaitu Dodol Garut
Bu Hj Dedeh Sopiah
Bu Dedeh merintis dan mengembangkan usahanya bersama-
sama almarhum suaminya. Dengan menyandang merek
Dodol Aroma, PD Aroma dari awal tidak ingin membuat
dodol yang memiliki rasa dan bentuk seperti kebanyakan
dodol lainnya. Maka diciptakanlah dodol dengan berbagai
cita-rasa unik yang lambat laun semakin dikenal dan
digemari oleh pelanggan.
Bermacam-macam pengembangan bentuk dan rasa diciptakan
oleh Dodol Aroma, yang karena bentuknya yang bervariasi dan
rasanya yang unik, dapat diterima oleh toko-toko di kota Garut,
diantara sekian banyaknya dodol yang diproduksi di Garut sebagai
sentra industri dodol terbesar di Indonesia.
Dengan dukungan Program Kemitraan Jasa Marga,
PD Aroma lambat laun mampu menembus pasar nasional,
dengan menghadirkan Dodol Aroma di Jakarta, Bandung
dan di semakin banyak kota-kota besar lainnya.
Uniquely Tasting Dodol from Garut
Dodol Garut has long been famous throughout the country.
However, from the numerous dodol producers in Garut,
there is one that has unique forms and tastes and packaging
too, namely the Dodol Garut of Bu Hj Dedeh Sopiah.
Bu Dedeh began and developed the business with her late
husband. By attaching the brand name of Dodol Aroma,
PD Aroma from the very beginning did not want to make its
dodol looking and tasting like any other dodol in the market.
Hence, they developed a brand of dodol that is unique in its
variety of taste that gradually became increasingly known
and sought after by consumers.
A whole range of shapes and tastes were created by Dodol
Aroma, which because of the uniqueness of their shapes and
tastes, were accepted in stores throughput Garut, among
the countless other dodol brands that are produced in Garut
as the largest dodol industry center in the country.
With the support of the Partnership Program of Jasa Marga,
PD Aroma was able to gradually penetrate the national
market, bringing Dodol Aroma to Jakarta, Bandung and in
an increasing number of major cities.
26 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Bersama Ciptakan Lingkungan yang HarmonisCreating a Harmonious Environment Together
Jasa Marga juga melakukan kegiatan penyaluran bantuan
yang sifatnya amal demi peningkatan taraf hidup masyarakat
lingkungan. Secara garis besar bantuan tersebut terbagi atas
bantuan untuk pelestarian lingkungan serta peningkatan
kesejahteraan komunitas, khususnya dalam hal pendidikan,
layanan kesehatan, keagamaan serta prasarana umum.
Di bidang lingkungan, kepedulian Jasa Marga telah
ditunjukkan sejak sebelum dimulainya pembangunan
proyek jalan tol. Disadari sepenuhnya, pembangunan dan
pengembangan jalan tol membawa perubahan dari sisi
lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial kemasyarakatannya. Kesadaran tersebut mendorong
Jasa Marga melakukan berbagai upaya untuk memulihkan
kelestarian alam sekitar serta tata kehidupan sosial komunitas
yang terkena dampak pembangunan jalan tol.
Program Pelestarian Lingkungan dan Penanaman Pohon
Di mana pun Jasa Marga berencana membangun jalan tol,
studi kelayakan selalu dilakukan secara seksama dengan
berpegang pada AMDAL (analisis mengenai dampak
lingkungan), dengan melibatkan instansi terkait yang kredibel,
Jasa Marga also undertakes social activities that are philantrophic
in nature with the aim of improving the quality of life in
surrounding communities. On a broad scale the social activities
are divided intro aids for the conservation of environment and
the enhancement of community welfare, especially in terms of
education, healthcare, religious affairs and public facilities.
On the environmental aspect, Jasa Marga’s care and concern
begin long before the start of a toll road development
project. The Company is fully aware of the potential
impact that the development of toll roads may have on the
environment as well as the well-being of the communities in
the surrounding areas. This awareness induces Jasa Marga
to act responsibly and endeavors to restore or as much
as possible preserve the natural order social lives of those
communities affected by toll road developments.
Environmental Conservation and Tree Planting Program
Wherever Jasa Marga plans to build toll roads, a thorough
environmental impact analyses (Amdal) is carried, with the
involvement of credible institutions that are related such as
the Provincial Governments, the Office of the Ministry of the
27PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
baik dari unsur Pemerintah Propinsi, Dinas Kementrian
Lingkungan Hidup, maupun Departemen Pekerjaan Umum.
Dari tahapan perancangan, desain jalan tol diupayakan sedapat
mungkin tidak merubah tata sosial masyarakat yang dilaluinya,
dengan membangun under pass, jembatan-jembatan
penyeberangan orang dan kendaraan untuk menghubungkan
dua wilayah yang terputus. Jalan tol diupayakan tidak
memotong kawasan yang berpotensi menimbulkan risiko
lingkungan maupun sosial seperti hutan lindung, situs
bersejarah maupun kawasan yang dianggap keramat.
Dari aspek keasrian lingkungan, Jasa Marga melakukan
kegiatan penghutanan yang berkelanjutan di seluruh ruas
jalan tol. Ini merupakan contoh nyata komitmen Jasa Marga
dalam mengurangi dampak polusi serta kepedulian terhadap
masalah pemanasan global. Program penghutanan jalan tol
ini pun merupakan dukungan terhadap program pemerintah
yang menggalakkan penanaman pohon bertajuk “satu orang
menanam satu pohon.”
Di tahun 2008, Jasa Marga telah melakukan berbagai
penanaman pohon yang di antaranya dilakukan di Jalan Tol
Cipularang, dan dilaksanakan bersama dengan Departemen
Perhubungan pada tanggal 23 Pebruari. Selang 4 bulan
kemudian, bekerja sama dengan Alumni ITB, Jasa Marga
mengadakan penanaman di jalan yang sama KM 92+600A
pada tanggal 8 Juni 2008. Selanjutnya, penanaman dilakukan
dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Polri tanggal 18 Juni
di Jalan Tol Cikampek KM 66A dan pada Simpang Susun
Buah Batu di Jalan Tol Purbaleunyi. Dalam rangka Hari Bakti
PU, penanaman kembali dilakukan pada tanggal 1 Desember
2008 di Kantor Pusat Jasa Marga. Sementara penanaman
pohon secara serentak di seluruh Kantor Cabang Jasa Marga
dilakukan pada tanggal 15 Desember 2008. Penanaman
untuk tahun 2008 ditutup dengan penanaman tanggal
18 Desember 2008 di Jalan Tol Cipularang KM 104 A,
yang diikuti oleh gabungan 20 BUMN di mana Jasa Marga
bertindak sebagai koordinator penyelenggara.
Penyaluran Bantuan Lingkungan
Untuk program bantuan yang menyangkut perbaikan taraf
hidup sosial, mekanisme penyalurannya berlangsung lewat
dua cara. Pertama yang dilakukan secara aktif, di mana
petugas Jasa Marga secara aktif terjun langsung guna
menginventarisir kondisi sosial masyarakat pada seputar
radius 10 km dari jalan tol. Cara kedua adalah melalui
proposal yang diajukan masyarakat kepada Jasa Marga.
Environment, and the Department of Public Works.
From its planning stage, the design of the toll roads is aimed at
minimizing the disruption that it may cause towards the social
well-being of the communities that are passed by toll roads, by
building underpass crossings for vehicles or pedestrian bridges
as connecting access between areas that have cut off. Efforts
are made to ensure that toll roads do not cut across areas
that will potentially cause either social harm to communities
environmental risks to natural parks, historic sites or sacred
grounds.
From the picturesque aspect of the environment, Jasa Marga
carries out reforestry on a continuous basis alongside its
toll roads and in other places. This is an example of the true
commitment of Jasa Marga to reduce the impact of pollution
and awareness towards global warming issues. The greening
of Jasa Marga toll roads also supports the government tree
planting program called the “one man one tree planting”
In 2008, Jasa Marga conducted a variety of tree planting
programs, together with the Minister of Transportation on
23 February at the Cipularang Toll Road. Four months later,
with the Alumni of ITB, Jasa Marga arranged tree plantings
at KM 92 +600 A of the same toll road on 8 June 2008.
This was followed by tree plantings on the Anniversary of
the Indonesian Police on 18 June at the Cikampek Toll Road
at KM 66A and at the Simpang Susun Buah Batu of the
Purbaleunyi Toll Road. In commemorating the event of Hari
Bakti PU, re-planting was done on 1 December 2008 at the
Jasa Marga Headquarters. Furthermore, tree plantings were
simultaneously conducted in all of the branches of Jasa
Marga on 15 December 2008. The tree planting programs
for the year 2008 ended when Jasa Marga, acting as the
coordinator, organized a collective tree planting program
among 20 State Owned Enterprises at KM 104 A of the
Cipularang Toll Road on 18 December 2008.
Community Aid Distribution
In distributing community aids to improve the social living
standard, the mechanism of distribution can be undertaken
in two ways. The first, which is actively performed, is where
officers of Jasa Marga go directly to record social conditions in
the communities within a radius of 10 km from the toll roads.
The second alternative is through proposals submitted by the
community to Jasa Marga.
28 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Bantuan Pendidikan
Program pendidikan dilaksanakan dengan meningkatkan
kualitas sarana pendidikan dan perluasan kesempatan
memperoleh pendidikan. Di samping diberi bantuan
beasiswa, sekolah di berbagai daerah telah memperoleh
bantuan perbaikan gedung maupun perpustakaan dari Jasa
Marga. Tidak sedikit pula Jasa Marga mengadakan pelatihan
khusus guna membina mental dan spiritual anak sekolah
seperti pembinaan kecerdasan emosional berbasis agama
melalui pelatihan ESQ untuk siswa SMA di Jakarta Timur
pada tanggal 16 Pebruari 2008.
Sepanjang tahun 2008, Jasa Marga telah memberikan bantuan
sejumlah Rp1,122 milyar, yang antara lain digunakan untuk
merenovasi gedung sekolah yang tertera pada tulisan berikut ini.
Perbaikan Sarana Fisik Sekolah SD di Deli Serdang, Sumatera Utara.
Salah satu sekolah yang telah menerima bantuan dari Jasa
Marga adalah SDN 106180 di desa Tanjung Baru
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Tiga
ruangan kelasnya telah mengalami perbaikan total, yang
menyangkut perbaikan dinding, atap, langit-langit, cat maupun
lantai yang kini menjadi lantai keramik. Sejumlah 60 set meja
dan kursi belajar siswa, 8 set meja guru pun telah diganti
dengan yang baru. Dindingnya yang berwarna biru dan putih,
warna khas Deli Serdang, sangat terlihat menyala, menandakan
belum lama dicat. Toilet dan kamar mandi menjadi lebih bagus
dan layak dikunjungi oleh pejabat sekalipun. Halaman sudah
dipasangi con block yang baru. Pagar dan pintu sekolah pun
telah diganti baru. Untuk renovasi gedung SDN 106180 ini dana
yang dikucurkan Jasa Marga adalah sebesar Rp.194.516.300.
Sebagai Kepala Sekolah, Ibu Fitriani sangat bangga akan
kondisi sekolah saat ini. Upaya beliau mengajukan proposal
perbaikan gedung kepada Jasa Marga tidak sia-sia. Kini
semangat belajar murid-murid menjadi bertambah,
sejalan dengan pertambahan ruang kelas untuk belajar.
“Dulu di gedung ini hanya mampu menampung dua
rombel (rombongan belajar), tetapi sekarang lima rombel
sekaligus,“ujarnya. Murid-murid pun sebagian tidak perlu lagi
masuk siang. Ibu Fitriani merasa berterima kasih kepada Jasa
Marga yang cepat tanggap dalam merespon proposalnya.
Selama ini beliau telah mengirimkan proposal ke berbagai
instansi namun hingga kini belum mendapat tanggapan yang
memadai.
Education Assistance
The education program is conducted with the means
to improve the quality of education and expanding the
opportunities in obtaining an education. In addition to
the assistance given for scholarships, many schools in the
region have received assistance for the improvement of their
buildings as well as libraries from Jasa Marga. Furthermore,
Jasa Marga created special trainings to stimulate the mental
and spiritual intelligences for school children such as religion
based emotional intelligence through ESQ training for high
school students in East Jakarta on 16 February 2008.
Throughout the year 2008, Jasa Marga provided assistance
totalling Rp1,122 billion, which, among others, were used for
renovations of school buildings listed below.
Physical Improvements of School Facilities in Deli Serdang, North Sumatra.
One school that has received assistance from Jasa Marga
is SDN 106,180 Desa Tanjung Baru, Kecamatan Tanjung
Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Three class rooms have
undergone total repair, which involves repairing walls,
roofs, ceilings, floors and paint and also a new ceramic
floor. They were also provided with 6 new sets of desks
and chairs for students and 8 new sets of teacher’s tables.
The newly painted walls of blue and white, colors that are
typical of Deli Serdang is highly visible. Improved toilets and
bathrooms facilities make it more feasible to be visited even
by public officials. Even the school fences and gates are new.
The school premises have been provided with a new con-
block. Jasa Marga donated Rp.194.516.300 for all of these
renovations.
As the Principal, Mrs. Fitriani is very proud of the current
school condition. The efforts she made to put forth a
proposal to repair the school building to Jasa Marga was
not futile. Now enthusiasm for learning by the students
has increased, in line with the new additional classrooms.
“Previously the building was only able to accommodate two
study groups, but now it can be five at a time” said Mrs.
Fitriani. Some of the students no longer need to attend
classes in the afternoon. Mrs. Fitriani feels grateful to Jasa
Marga’s rapid response to her proposal. For quite some time,
Mrs. Fitriani has submitted proposals to various institutions,
but until now, there have been no adequate responses.
29PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Sejalan dengan semangat menghadirkan teknologi untuk
membantu meningkatkan kinerja, selain bantuan perbaikan
fisik, Jasa Marga juga membantu mengadakan seperangkat
komputer dan printer untuk mendukung kebutuhan
administrasi dan informasi sekolah.
Memang tidak semua kebutuhan renovasi sekolah dipenuhi
oleh Jasa Marga.Namun paling tidak, melalui bantuan
ini, proses belajar- mengajar kini tidak lagi menghadapi
kendala. Upaya perbaikan sarana belajar dan mengajar ini
juga menarik perhatian Bupati Deli Serdang, yang memang
memberi perhatian lebih kepada dunia pendidikan. Di sela-
sela kesibukannya, beliau menyempatkan diri hadir guna
meresmikan hasil renovasi sekolah tersebut pada 20 Januari
2009. Berita acara serah terima sekolah tersebut dilakukan oleh
Ir. Ricky Distawardhana selaku Kepala Cabang Jalan Tol Belmera
yang didampingi oleh Pejabat Cabang Belmera lainnya,di
hadapan Bupati Deli Serdang, Drs, H. Amri Tambunan, unsur
Muspida, Kapolres Deli Serdang, dan Kepala Sekolah SDN
106180 Dra. Fitriani bersama para guru dan orang tua siswa.
SD Balas Klumprik
SD Balas Klumprik merupakan salah satu SD dengan segudang
prestasi. Apa pun bidang yang dilombakan, entah lukisan,
In line with the spirit of bringing technology to help improve
performance, in addition to assisting physical repairs, Jasa
Marga also provided a set of computer and printer to support
the needs of the school’s administration and information
system.
Indeed, not all school renovation needs are fulfilled by Jasa
Marga but at the very least, through this assistance, the
teaching-learning process will no longer face obstacles.
Efforts to repair learning and teaching facilities also attract
the Regent of Deli Serdang, which has also been paying
much attention to education. In between his busy activities,
he was able to set aside time to attend the inauguration
of the newly renovated school on 20 January 2009. This
presentation was conducted by Ir. Ricky Distawardhana as
Head of the Belmera Toll Road Branch Office, accompanied
by other Belmera Branch Officers, before the Regent of Deli
Serdang, Drs, H. Amri Tambunan from Muspida, Kapolres
Deli Serdang, and the School Principal of SDN 106180, Dra.
Fitriani, along with the presence of the teachers and parents.
SD Balas Klumprik
SD Balas Klumprik is one of the primary schools with a
myriad of achievements. In any areas of competition such as
30 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
pramuka, drumband, Patroli Keamanan Sekolah dsb, minimal
menggondol juara untuk tingkat kotamadya. Sayang gedung
sarana belajarnya dalam kondisi yang kurang memadai.
Memang Jasa Marga sudah lama mendengar tentang prestasi
SD ini dan berencana memberi bantuan. Segera setelah
proposal disetujui, SD Balas Klumprik segera direnovasi total,
lengkap dengan meja-kursi serta peralatan belajar mengajar
lainnya. Gorong-gorong dibersihkan sehingga halaman
tidak pernah lagi tergenang air di kala hujan. Hasil renovasi
dengan bantuan dari Jasa Marga ini pun menjadikan SD ini
juara pertama dalam kategori sarana fisik gedung, satu lagi
prestasi dalam daftar prestasi yang panjang yang dimiliki SD
Balas Klumprik.
Bantuan Kesehatan
Di dalam bidang kesehatan, Jasa Marga secara aktif
melaksanakan penyuluhan kesehatan, pemberantasan sarang
nyamuk melalui fogging, perbaikan klinik, rumah sakit, donor
darah, sunatan massal, operasi bibir sumbing dan pengobatan
kesehatan gratis lainnya, seperti yang halnya pengobatan
gratis pada tanggal 1 Maret 2008. Pengobatan gratis bagi
masyarakat di seputar jalan tol ini dilaksanakan di seluruh
wilayah operasi Jasa Marga, dan dalam rangka Bhakti Sosial
berkenaan dengan HUT Jasa Marga ke-30. Jumlah bantuan
program peningkatan kesehatan yang terealisasi di tahun 2008
adalah sebesar Rp812.238.250.
Perbaikan Taraf Hidup Sosial Masyarakat
Perbaikan taraf hidup masyarakat dilakukan melalui
perbaikan atau pembangunan balai desa, jembatan,
gorong-gorong, jalan desa, sarana olah raga, sarana
ibadah, pelatihan kekaryaan bagi remaja putus sekolah dan
sebagainya. Salah satu contoh perbaikan sarana lingkungan
adalah pembuatan gorong-gorong di Jati Asih, Bekasi pada
tanggal 22 Pebruari. Selanjutnya tak terhitung lagi bantuan
kepada beberapa yayasan dan lembaga lainnya, untuk
pembangunan mesjid, sekolah, santunan kepada du’afa dan
lain-lain baik dalam bentuk sponsorship dan iklan maupun
sumbangan lainnya sejak Januari hingga Desember 2008.
painting, scouts, drumband or School Safety Patrol, they will
at least be champions at city level. Unfortunately, the building
facilities for studying are inadequate.
Jasa Marga has long heard of the achievements of this
elementary school and plans to provide assistance.
Immediately after the proposal was approved, SD Balas
Klumprik underwent total renovations, complete with
individual tables and chairs as well as other learning
equipment. The drainage systems were cleaned so that
the lawn will be free of stagnant water when it rains. With
these renovations, the school came in first in the school
building category, another achievement in the long list of
achievements by SD Balas Klumprik.
Health Assistance
In healthcare, Jasa Marga actively implements health
counselling, efforts to eliminate breeding of mosquitoes
through fogging, repair of clinics, hospitals, blood donors,
mass circumcision, harelip surgeries and other free health
treatments, such as free healthcare treatment on 1 March
2008. Free healthcare treatments for the communities
surrounding the Company’s toll roads were carried out in
all areas of operations of Jasa Marga, and on the occasion
Bhakti Sosial (Social Dedication) in celebration of the 30th
Anniversary of Jasa Marga. The amount of funds allocated to
public healthcare services in 2008 was Rp812,238,250.
Improvement to the Living Standards of Communities
Improvements to the living standards of the community is
done through the enhancement or development of the village
halls, bridges, drainage systems, village roads, sports facilities,
worship facilities, employment trainings of teenage drop
outs and so forth. One example of the improvement in the
environment is the production of drainage systems in Jati Asih,
Bekasi on 22 February. Moreover, the invaluable assistance to
several foundations and other institutions, for the development
of mosques, schools, monetary assistance to du’afa and others
both in the form of sponsorship and advertising as well as
other donations from January to December 2008.
31PT Jasa Marga (Persero) Tbk. 2008 Corporate Social Responsibility
Jasa Marga Membantu Pelaksanaan Kegiatan Keagamaan
Bantuan Jasa Marga juga menyentuh aspek keagamaan
baik yang dilaksanakan di lingkungan internal Jasa Marga
maupun yang melibatkan masyarakat luas. Hal ini terlihat
dari pelaksanaan peringatan hari-hari besar keagamaan serta
membagikan makanan pembuka puasa selama bulan puasa.
Jasa Marga to Assist in the Implementation of Religious Activities
The assistance of Jasa Marga also touched the religious aspects
that were conducted internally within Jasa Marga as well as
involving the broader community. This can be seen by the
implementation of special religious days and distribution of foods
for the breaking of fast during the Ramadhan fasting month.
32 PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan 2008
Membangun Solidaritas Sesama Anak Bangsa
Bantuan Jasa Marga Terhadap Korban Bencana Alam Building Solidarity Among The Communities Jasa Marga’s Assistance to Victims of Natural Disasters
Program CSR Jasa Marga memang memprioritaskan
masyarakat yang bermukim di seputaran jalan tol Jasa Marga.
Namun tak tertutup kemungkinannya Jasa Marga memberi
bantuan bagi mereka yang tinggalnya berjauhan dari jalan
tol, terutama yang daerahnya sedang dilanda bencana alam.
Peran penting Jasa Marga dalam memberikan kontribusi
langsung dalam peristiwa-peristiwa bencana di antaranya
adalah bencana banjir di Jakarta (tahun 2002), bakti sosial
bencana longsor di Desa Mandalasari, Kadu Ngora, Garut
(2003), bakti sosial bencana longsor sampah di Leuwi Gajah
Cimahi Bandung (2004), bakti sosial bencana longsor di
Banjarnegara serta penanganan pasca bencana tsunami
di Nangroe Aceh Darussalam (2005) penanganan pasca
bencana gempa bumi di Bantul Yogyakarta, bakti sosial di
lereng Gunung Merapi Jawa Tengah, penanganan pasca
bencana gempa bumi di Pangandaraan, penanganan banjir
besar di Jakarta (2007), penanganan bencana longsor di
Babakan Madang, Gunung Pancar, Bogor (2007) penanganan
pasca bencana gempa bumi di Bengkulu dan Sumatera Barat
(2007), tabrakan kereta api di Cirebon (2007) serta bencana
banjir di Jawa Tengah dan Jawa Timur (2008).
Dalam penanganan bantuan bencana alam, Jasa Marga
memberikan pelayanan medis, evakuasi, pendirian dapur
umum, merehabilitasi sarana dan prasarana umum dan
menyalurkan bantuan dalam bentuk uang, makanan,
pakaian, obat-obatan serta pengerahan relawan dan
peralatan operasional perusahaan ke daerah bencana.
Pelaksanaan bantuan korban bencana alam ini merupakan
kegiatan CSR yang dilandasi nilai-nilai pengabdian terhadap
kemanusiaan, dan di saat yang bersamaan merupakan
kegiatan untuk membangun citra perusahaan.
Jasa Marga’s Corporate Social Responsibility (CSR) program
priorities the community who live around Jasa Marga’s toll
roads. However, Jasa Marga will not rule out giving assistance
to those who live further away from these roads, especially
those areas experiencing natural disasters.
Jasa Marga’s important role in contributing aid directly to
the events of natural disasters includes floods in Jakarta
(2002), social work in the landslide disaster of the village
of Mandalasari, Kadu Ngora, Garut (2003), social work in
the landslide garbage disaster in Leuwi Elephant Cimahi
Bandung (2004), social work in the landslide disaster in
Banjarnegara and handling post-tsunami disaster in Nangroe
Aceh Darussalam (2005), post-disaster earthquake in Bantul,
Yogyakarta, social work in Iereng Mount Merapi in Central
Java, handling post-disaster earthquake in Pangandaraan,
handling major flooding in Jakarta (2007), handling landslide
disasters in Babakan Madang, Gunung Pancar Bogor (2007),
handling post-disaster earthquake in Bengkulu and West
Sumatra (2007), train collision in Cirebon (2007) and floods
in Central Java and East Java (2008).
In handling aids disasters mentioned above, Jasa Marga
provided medical services, evacuation, the set up of
emergency kitchens, rehabilitating public facilities and
infrastructure and provided assistance in the form of money,
food, clothing, medicine and the dispatch of volunteers and
the company’s operational equipment to disaster areas.
The implementation of assistance to victims of natural
disasters is one of the CSR activities based on the value of
the dedication to humanity, and at the same time reprenting
activities that build the company’s image.