Refarat Instrument for Anxiety

26
BAB I PENDAHULUAN Menurut Ermawati, dkk., (2009, dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011) “Ansietas merupakan respon emosional dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya.” Menurut Stuart & Laraia (1998) “ Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.” Freud (1933, dalam Semiun, 2006) menyatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahayayang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. (1) Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain : a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, d. Gangguan pola tidur, mimpi- mimpi yang menegangkan, e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat, f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar- 1

description

refarat

Transcript of Refarat Instrument for Anxiety

BAB IPENDAHULUANMenurut Ermawati, dkk., (2009, dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011) Ansietasmerupakan respon emosional dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya.Menurut Stuart & Laraia (1998) Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu. Freud (1933, dalam Semiun, 2006) menyatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahayayang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. (1)Menurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain : a.Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, d.Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat, f.Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala. (2)Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecemasan antara lain yaitu Faktor Masa Transisi, faktor fisik, faktor psikologis, faktor kognitif. Tingkatan kecemasan dibagi 4 yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. (3)Manifestasi dari kecemasan dapat berupa aspek psikologis maupun fisiologis. Untuk mengungkap atau mengukur gejala kecemasan ada beberapa metode, yaitu: a). Self report atau questionaire, merupakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu berupa test skala kecemasan, b). Overt behavioral, dengan melakukan observasi terhadap individu, dapat terlihat dari ekspresi seperti gemetar, pucat, menggigit-gigit kuku dan sebagainya, c). Physiological, menggunakan alat-alat pengukur tertentu, seperti pengukuran denyut jantung, pernafasan, keluarnya keringat, aktivitas kelenjar adrenalin dan lain-lain (Davison, dalam Adi, 1985). Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan itu sendiri ada beberapa macam, yaitu: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale), IPAT (Anxiety scale at institute for personality and Ability testing), STAI (State-Traite Anxiety Inventory). (4,5,6)Penatalaksanaan kecemasan meliputi:Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan makan yang bergizi dan seimbang, Tidur yang cukup, Cukup olahraga, Tidak merokok,Tidak meminum minuman keras, Terapi psikofarmaka, Terapi simtomatik, Psikoterapi dan Terapi religius. (7,8)

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

1.DEFINISI KECEMASANMenurut Ermawati, dkk., (2009, dalam Pieter, Janiwarti & Saragih, 2011) Ansietasmerupakan respon emosional dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan belum diketahui secara khusus faktor penyebabnya. Menurut Stuart & Laraia (1998) Ansietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu. Freud (1933, dalam Semiun, 2006) menyatakan bahwa kecemasan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahayayang akan datang. Keadaan yang tidak menyenangkan itu sering kabur dan sulit menunjuk dengan tepat, tetapi kecemasan itu sendiri selalu dirasakan. (1)Lazarus (1976) memberikan batasan kecemasan sebagai reaksi individu terhadap hal yang dihadapi yang merupakan suatu perasaan yang menyakitkan, seperti kegelisahan, kebingungan, kekhawatiran dan sebagainya yang berhubungan dengan aspek subjektif emosi seseorang. Ditambahkannya pula bahwa kecemasan merupakan gangguan yang kompleks, disertai dengan perubahan fisiologis. Lazarus (1976) juga mengatakan bahwa istilah kecemasan mempunyai dua macam arti, yaitu: kecemasan sebagai suatu respon, dan kecemasan sebagai intervening variable. (2) a. Kecemasan sebagai suatu respon Hampir setiap individu pernah mengalami kecemasan sebagai suatu peasaan yang tidak menyenangkan. Perasaan ini ditandai oleh kegelisahan, kebingungan, ketakutan, kekhawatiran, dan sebagainya. Perasaan yang dialami individu tersebut hanya dapat dirasakan dan diketahui oleh yang bersangkutan saja. Kecemasan disini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) State anxiety, adalah gejala kecemasan yang timbul bila individu berhadapan dengan situasi tertentu yang menyebabkan individu mengalami kecemasan, dan gejalanya akan selalu kelihatan selama situasi tersebut terjadi. 2) Trait anxiety, adalah kecemasan sebagai suatu keadaan yang menetap pada individu. Kecemasan ini berhubungan erat dengan kepribadian individu yang sedang mengalami kecemasan. Dengan kata lain kecemasan mengandung pengertian disposisi untuk menjadi cemas dalam menghadapi bermacam-macam situasi. Sehubungan dengan hal ini, kecemasan dipandang sebagi suatu simtom, yaitu keadaan yang menunjukkan kesukaran dalam menyesuaikan diri.

b. Kecemasan sebagai intervening variable Kecemasan disini diartikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi serangkaian stimulus dan respon. Jadi, kecemasan dalam hal ini tidak dapat diketahui secara langsung melalui observasi, akan tetapi hanya dapat diketahui secara tidak langsung dari keadaan yang mendahului dan akibatnya. Observasi hanya dapat mengetahui maupun akibatnya, dalam bentuk fisiologis keadaan yang mencemaskan (Lazarus, 1969). Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa kecemasan adalah suatu pengalaman emosional yang dirasakan sebagai suatu yang tidak menyenangkan, tidak jelas apa yang dirasakan dan tidak diketahui pasti penyebabnya, yang biasanya timbul karena ancaman baik dari luar maupun dari dalam tubuh terhadap integritas aspek psikologis maupun aspek fisiologis. Pada umumnya kecemasan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari, juga mempengaruhi penyesuaiannya terhadap lingkungan dan merupakan problem yang subjektif.

2.TANDA DAN GEJALA KECEMASANMenurut Hawari (2008), keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas antara lain : (3)a.Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.b.Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.c.Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.d.Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.e.Gangguan konsentrasi dan daya ingat.f.Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan dan sakit kepala.

3.FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN Menurut beberapa ahli (Partosuwido, 1992; Webster, 1962; Meichati, 1983; Gazali,1980; Hurlock,1975), faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi kecemasan pada mahasiswa adalah sebagai berikut. (4)a. Faktor Masa Transisi Perubahan yang terjadi pada mahasiswa menyebabkan sikap atau perlakuan lingkungan juga berubah. Mahasiswa yang masih berada pada masa remaja akhir menempati posisi antara masa remaja awal dan masa dewasa, yang perubahan ini sering disebut dengan masa dewasa. Diskontinuitas peran yang terjadi, menyebabkan tuntutan yang berbeda pada tiap periode perkembangan, mengharuskan remaja untuk banyak melakukan penyesuaian pada masa transisi ini. Menurut White dan Watt (dalam Partosuwido, 1992) Pada mahasiswa tingkat awal dihadapkan pada situasi baru yang sama sekali asing, suatu kehidupan baru yang penuh dengan tantangan, sedangkan ia telah memiliki pengalaman dan kebiasaan lama yang belum tentu sesuai dengan situasi baru. Keadaan ini menimbulkan rasa cemas, sedih, ragu, sehingga seseorang tidak mampu menguasai perasaan dan merasa frustasi, suatu keadaan yang menunjukkan tanda-tanda gangguan penyesuaian. Keadaan ini selalu dihadapi oleh mahasiswa, walaupun tidak semua mahasiswa mengalaminya sebagai hambatan, namun dapat dikatakan penuh tantangan sehingga mudah menimbulkan hambatan, dan menurunkan kemampuan menyesuaikan diri (Partosuwido, 1992). Senada dengan white dan watt, menurut Webster (1962) kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri akan menimbulkan perasaan cemas, perasaan tidak aman dan kegagalan tersebut membuat individu kehilangan kepercayaan diri, merasa rendah diri dan melemahkan daya juang pada individu (Meichati, 1983). b. Faktor fisik Perkembangan fisik pada masa remaja akhir tetap tampak walaupun mengalami perlambatan, dalam arti tidak sepesat perkembangan pada masa remaja awal, yaitu yang menyangkut perubahan fisik seperti tinggi badan dan proporsi tubuh (Hurlock, 1999), namun kegiatan hormonseksual yang berkaitan dengan dorongan-dorongan seks tidak jarang menimbulkan konflik dalam diri mereka dikarenakan pertimbangan-pertimbangan moral yang saling bertentangan dengan pengaruh dorongan-dorongan seks (Gazali, 1980). c. Faktor psikologis Menurut Gessel (dalam Hurlock,1975) remaja mengalami rasa takut (fear) akibat hubungannya dengan orang lain, juga mengalami rasa bersalah {guilt) timbul karena konflik internal antar nilai yang dipegangnya dengan perilaku yang tidak sejalan. Semakin jauh perilaku remaja menyimpang dari norma, makin besar potensinya untuk merasa bersalah (Hurlock, 1975). Menurut Offer (dalam Hurlock, 1999) kebanyakan remaja berada pada tipe surgent growth dan tumultous growth. Pada surgent growth remaja berkembang tidak menentu dan mengalami situasi yang labil, kadang progresif dan kadang regresif Pada tumultous growth remaja tampak banyak mengalami masalah dalam hal perilaku, timbul kecemasan dan konflik dengan orang tua. d. Faktor Kognitif Reaksi emosional manusia diakibatkan oleh proses kognitif atau cara manusia berpikir (Burns, 1988; Beck dalam Retnowati, 1990). Menurut Schachter (Powell, 1983), antara berpikir dan emosi terdapat suatu hubungan timbal balik. Bila individu menerima suatu stimulus, emosinya akan timbul dan mempengaruhi emosinya. Jadi bila individu berpikir positif tentang stimulus yang diterimanya, maka ia akan mengalami emosi yang positif pula. Berkaitan dengan kecemasan, menurut pandangan Frankl (dalam Schultz, 1991) kecemasan atau hal-hal yang tidak menyenangkan akan hilang apabila individu mengubah pola berpikirnya kearah yang positif Faktor penyebab yang dianggap penting untuk diteliti oleh penulis adalah faktor masa transisi dan faktor kognitif, karena pada masa transisi mahasiswa tahun angkatan awal lebih banyak mengalami kecemasan dibandingkan dengan tahun angkatan tengah dan akhir, hal ini didasarkan pada laporan dari bagian pelayanan bimbingan dan konseling mahasiswa di UGM (Nasori, 2000). Sedangkan faktor kognitif yang juga dianggap penting oleh penulis untuk diteliti dikarenakan, segala reaksi emosional manusia diakibatkan oleh proses kognitif atau cara berpikirnya (Burns, 1988).

4.TINGKAT KECEMASANMenurut Asmadi (2008), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain: (5)a.Kecemasan ringanKecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.Kecemasanringan mempunyai karakteristik :1)Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.2)Kewaspadaan meningkat.3)Persepsi terhadap lingkungan meningkat.4)Dapat menjadi motivasi posotif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.5)Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.6)Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.7)Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.b.Kecemasan sedangKecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.Kecemasansedangmempunyai karakteristik :1)Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih.2)Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.3)Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.c.KecemasanberatKecemasanberat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.Kecemasanberat mempunyai karakteristik :1)Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.2)Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang.3)Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.4)Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).d.PanikPanik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.Panik mempunyai karakteristik :1)Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.2)Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi3)Respons prilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali atau kontrol diri (aktifitas motorik tidak menentu), perasaan terancamm serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan dii sendiri dan atau orang lain.

5.PROSES TERJADINYA KECEMASANa.Faktor predisposisi kecemasanStuart & Laraia (1998) mengemukakan bahwa penyebab kecemasan dapat dipahami melalui beberapa teori yaitu : (6)

1)Teori Psikoanalitik.Menurut Freud, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.2)Teori Tingkah Laku (Pribadi)Teori ini berkaitan dengan pendapat bahwa kecemasan adalah hasil frustasi, dimana segala sesuatu yang menghalangi terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dapat menimbulkan kecemasan. Faktor presipitasi yang aktual mungkin adalah sejumlah stressor internal dan eksternal, tetapi faktor-faktor tersebut bekerja menghambat usaha seseorang untuk memperoleh kepuasan dan kenyamanan. Selain itu kecemasan juga sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.3)Teori KeluargaMenunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga dan juga terkait dengan tugas perkembangan individu dalam keluarga.4)Teori BiologisMenunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambatasam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA)juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya dengan endorfin. Selain itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.b.Faktor presipitasi kecemasanMenurut Stuart & Laraia (1998), faktor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Ada dua kategori faktor pencetus kecemasan, yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan terhadap sistem diri1)Ancaman terhadap integritas fisikAncaman pada pada kategori ini meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Sumber internal dapat berupa kegagalan mekanisme fisiologis seperti jantung, sistem imun, regulasi temperatur, perubahan biologis yang normal seperti kehamilan dan penuaan. Sumber eksternal dapat berupa infeksi virus atau bakteri, zat polutan, luka trauma. Kecemasan dapat timbul akibat kekhawatiran terhadap tindakan operasi yang mempengaruhi integritas tubuh secara keseluruhan.2)Ancaman terhadap sistem tubuhAncaman pada pada kategori ini dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial seseorang. Sumber internal dapat berupa kesulitan melakukan hubungan interpersonal di rumah, di tempat kerja dan di masyarakat. Sumber eksternal dapat berupa kehilangan pasangan, orangtua, teman, perubahan status pekerjaan, dilema etik yang timbul dari aspek religius seseorang, tekanan dari kelompok sosial atau budaya. Ancaman terhadap sistem diri terjadi saat tindakan operasi akan dilakukan sehingga akan menghasilkan suatu kecemasan.

B. PENGUKURAN KECEMASAN Manifestasi dari kecemasan dapat berupa aspek psikologis maupun fisiologis. Untuk mengungkap atau mengukur gejala kecemasan ada beberapa metode, yaitu: (6,7)a). Self report atau questionaire, merupakan sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh individu berupa test skala kecemasan. b). Overt behavioral, dengan melakukan observasi terhadap individu, dapat terlihat dari ekspresi seperti gemetar, pucat, menggigit-gigit kuku dan sebagainya. c). Physiological, menggunakan alat-alat pengukur tertentu, seperti pengukuran denyut jantung, pernafasan, keluarnya keringat, aktivitas kelenjar adrenalin dan lain-lain (Davison, dalam Adi, 1985). Adapun instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan itu sendiri ada beberapa macam, yaitu: (6,7,8)1. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory) Tes ini dikembangkaan di tahun 1937 oleh Starke Hathaway, seorang ahli psikologi dan J. Charnley Mckinley, seorang dokter psikiatri. Minnesota Multiphasic Personality Inventory adalah inventarisasi yang dilaporkan oleh pasien sendiri (Self-report) terdiri atas 500 lebih pernyataan dan 17 skala, seperti: A = kecemasan (anxiety), R = Represi (repression), ES = Kekuatan ego (ego strength), dan lain-lain. Kelemahannya: cenderung menekankan psikopatologi berat (Kaplan, dkk., 1997).

2. TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)Alat ini merupakan alat pengukur kecemasan yang pertama kali, diciptakan tahun 1950 oleh Janet Taylor, tes ini disebut TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale). Taylor mula-mula menggunakan TMAS untuk mengungkap: 1.Variasi tingkat dorongan (drive) yang dimiliki seseorang, yang berhubungan dengan internal anxiety atau emosionality. 2.Intensitas kecemasan, yang diketahui dari tingkah laku yang nampak keluar atau yang dimanifestasikan melalui gejala-gejala reaksi kecemasan (Subandi, 1995). Komponen yang mendasari terdiri dari: a).Self consciousness, lack of self confidence, constant worrying (kesadaran diri, kurang percaya diri, dan kecemasan menetap). b).Fear of blushing, cold hand, sweating (tersipu-sipu, tangan dingin dan berkeringat). c). Lost of sleep, worry (gangguan tidur dan cemas). d).Restlessness, motor tension, heart pounding, out of breath (gelisah, tekanan terhadap alat gerak, jantung berdebar dan kehabisan nafas). (Adi, 1985).

3. IPAT (Anxiety scale at institute for personality and Ability testing)Sesuai dengan perkembangan teori yang membedakan state dan trait anxiety maka pengukuran kecemasanpun dibedakan menjadi dua macam. State anxiety untuk kecemasan yang temporer atau terpengaruh oleh situasi yang ada, sedangkan trait anxiety menunjukkan proneness atau kecenderungan individu untuk bersikap cemas. Cattel dan Scheier kemudian mengembangkan IPAT (Anxiety scale at institute for personality and Ability testing). Tes ini untuk mengukur general anxiety (kecemasan umum) yang disebut juga dengan free floating atau manifest anxiety. Kecemasan tersebut termasuk dalam tipe trait anxiety dan sudah diadaptasikan oleh Sumadi Suryabrata dan Bambang Suwarno. Komponen pada skala IPAT terdiri dari lima unsur yaitu: 1. Q3 = Defective integration, Lack of self sentiment. 2. C = Ego weakness, Lack of ego strength. 3. L = Suspiciousness or paranoid insecurity. 4. O = Guilt proneness. 5. QA = Frustative tension or Id pressure (Adi, 1985).

4. STAI (State-Traite Anxiety Inventory)STAI (State-Traite Anxiety Inventory) dikembangkan oleh Spielberger. Skala ini untuk mendapatkan self report (melapor sendiri) pada format jenis Likert yang relatif singkat dan cukup untuk mengukur baik State Anxiety (A-State) maupun Trait Anxiety (A-Trait). Dengan demikian test ini disusun berdasarkan atas dua komponen yaitu: a). State anxiety (A-State), merupakan kecemasan sesaat atau karena keadaan. b). Trait anxiety (A-Trait), merupakan kecemasan yang relatif permanen atau karena sifat. Kelebihan dari test ini adalah memungkinkan perbedaan keadaan dan sifat kecemasan diteliti dengan baik, sedangkan kelemahannya adalah nomor STAI dibuat transparan (Kaplan, dkk., 1997). 5. HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)Menurut Maulana (2011),kecemasan dapat diukur dengan alat ukur kecemasan yang disebutHARS(Hamilton Anxiety Rating Scale). Skala HARS merupakan pengukuran kecemasan yang didasarkan pada munculnyasimptompada individu yang mengalami kecemasan. Menurut skala HARS terdapat 14simptomyang nampak pada individu yang mengalami kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0 sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali digunakan pada tahun1959 yang diperkenalkan oleh Max Hamilton. SkalaHamilton Anxiety Rating Scale(HARS) dalam penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:a.Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung.b.Merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu.c.Ketakutan : takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar.d.Gangguan tidur sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan mimpi buruk.e.Gangguan kecerdasan : penurunan daya ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.f.Perasaan depresi : hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hoby, sedih, perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.g.Gejala somatik : nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan ototh.Gejala sensorik : perasaan ditusuk-tusuk, penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa lemah.i.Gejala kardiovaskuler : takikardi, nyeri di dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung hilang sekejap.j.Gejala pernapasan : rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang dan merasa napas pendek.k.Gejalagastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut.l.Gejala urogenital : sering keneing, tidak dapat menahan keneing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi.m.Gejala vegetatif : mulut kering, mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala.n.Perilaku sewaktu wawancara : gelisah, jari-jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan cepat.

Cara Penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:0 = tidak ada gejala sama sekali1 = Ringan / Satu dari gejala yang ada2 = Sedang / separuh dari gejala yang ada3 = berat / lebih dari gejala yang ada4 = sangat berat / semua gejala adaPenentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 1-14 dengan hasil:a.Skor < 14 = tidak ada kecemasan.b.Skor 14 - 20 = kecemasan ringan.c.Skor 21 27= kecemasan sedang.d.Skor 28 41= kecemasan berat.e.Skor 42 56 = panik.

C.PENATALAKSANAAN KECEMASANMenurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut: (8,9,10)1.Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :1)Makan makan yang bergizi dan seimbang.2)Tidur yang cukup.3)Cukup olahraga.4)Tidak merokok5)Tidak meminum minuman keras2.Terapi psikofarmakaTerapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengam memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.3.Terapi SomatikGejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.4.PsikoterapiPsikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :1)Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.2)Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.3)Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.4)Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.5)Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.6)Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung5.Terapi psikoreligius (11)Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

BAB IIIKESIMPULANAnsietas merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada sesuatu yag buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala otonomik yang berlangsung beberapa waktu.Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan itu sendiri ada beberapa macam, yaitu: MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory), TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale), IPAT (Anxiety scale at institute for personality and Ability testing), STAI (State-Traite Anxiety Inventory).Penatalaksanaan kecemasan meliputi:Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : Makan makan yang bergizi dan seimbang, Tidur yang cukup, Cukup olahraga, Tidak merokok,Tidak meminum minuman keras, Terapi psikofarmaka, Terapi simtomatik, Psikoterapi dan Terapi religius.

DAFTAR PUSTAKA1. Stuart & Laraia. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA: Mosby.2. Stuart & Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3. Jakarta: EGC.3. Anshel, M.H. 1997. Sport psychology: From theory to practice. Scottsdale, AZ:Gorsuch Scarisbrick. 4. Cratty, B.J. 1973. Psychology in contemporary, sport. New Jersey: Prentice Hall, Inc. 5. Costin, F. & Draguns, J. G. 1989. Abnormal psychology: Patterns, issues, and inventions. New York: John Wiley & Sons. 6. Dunn, J. G. H., Wilson, P., & Syroruik, D. G. 2000. Reexamining the factorial composition and factor structure of the sport anxiety scale. Journal of Sport and Exercise Pscyhology, 22,183-193. 7. R. P. Snaith, M.D.(Lond.),F.R.C.Psych..Honorary ConsultantandSeniorLecturer in Psychiatry, Universityof Leeds; Department ofPsychiatry, C/mica/Sciences Building, Level 5, Stfames's University Hospital, LeedsLS9 7TF8. S.3.Baugh,M.B.Ch.B..M.R.C.Psych.,Lecturerin Psychiatry,Universityof Leeds9. A. D. Clayden,B.5c.,Ph.D..SeniorLecturerin Medical Statistics, Universityof Leeds10. A.1-lusain, M.B.B.S.M.R.C.Psych..Consultant Psychiatrist (formerly Senior Registrar), Leeds Regional Training Scheme11. M. A. Sipple , M.B.B.S.M.R.C. Psych. SeniorRegistrar, Leeds Regional Training Scheme.

17