refarat imunisasi

33
Health Education IMUNISASI Oleh : Maichel Yorgen 14014101014 Supervisor Pembimbing DR. dr. Hesti Lestari Sp.A (K) BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1

Transcript of refarat imunisasi

Page 1: refarat imunisasi

Health Education

IMUNISASI

Oleh :

Maichel Yorgen

14014101014

Supervisor Pembimbing

DR. dr. Hesti Lestari Sp.A (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2015

1

Page 2: refarat imunisasi

LEMBAR PENGESAHAN

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui Health Eduucation dengan judul

“IMUNISASI”

Pada hari Rabu, 05 November 2014

Mengetahui

Supervisor

DR. dr. Hesti Lestari Sp.A (K)

Residen Pembimbing

dr. Felix

2

Page 3: refarat imunisasi

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia sehat 2015 adalah target dari berbagai program yang terdapat dalam MDGs. Salah

satu program tersebut adalah menurunkan angka kematian balita sebesar dua-pertiganya

antara 1990 sampai 2015. Untuk memenuhi program ini maka di bentuk dua indikator yaitu

angka kematian balita dan cakupan imunisasi campak pada usia satu tahun. Angka kematian

balita pada tahun 1990 jumlahnya 97 per 1000 kelahiran hidup. Cakupan imunisasi campak

pada anak usia satu tahun terus meningkat setiap tahunnya dalam rangka mencapai target

MDGs sebesar 90% tahun 2015.1

Imunisasi dasar lengkap yang di berikan pada bayi usia 0 – 9 bulan adalah 3 dosis

Hepatitis B, 1 dosis BCG, 4 dosis Polio, 3 dosis DPT, dan 1 dosis Campak. Campak adalah

imunisasi terakhir yang diberikan pada bayi. Ini dapat diartikan cakupan imunisasi campak

sebagai indikator bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap.2

Profil kesehatan Indonesia di bidang imunisasi tahun 2011 digambarkan dalam

cakupan imunisasi campak nasional adalah 93,65%. Rentang cakupan ini terdapat di Papua

(69,9%) dan DKI Jakarta (101,7%). Persentasi ini menurun 5,35% jika dibandingkan dengan

cakupan campak nasional padatahun 2012 yaitu 86,3%. Rentang cakupan ini terdapat di

Sulawesi Selatan (44,5%) dan Sumatra Selatan (99,1%).3 Hal ini menimbulkan ketimpangan

kembali dengan target cakupan imunisasi UCI yaitu sebesar 82% tahun 2011 dan 85% tahun

2012. Alasan bayi tidak mendapatkan imunisasi lengkap adalah karena alasan informasi,

motivasi dan situasi. Alasan informasi berupa kurangnya pengetahuan ibu tentang kebutuhan,

kelengkapan dan jadwal imunisasi, ketakutan akan imunisasi dan adanya persepsi salah yang

beredar di masyarakat tentang imunisasi. Alasan motivasi berupa penundaan imunisasi,

kurangnya kepercayaan tentang manfaat imunisasi dan adanya rumor yang buruk tentang

imunisasi. Alasan situasi berupa tempat pelayanan imunisasi yang terlalu jauh, jadwal

pemberian imunisasi yang tidak tepat, ketidakhadiran petugas imunisasi, kurangnya vaksin,

orang tua yang terlalu sibuk, adanya masalah dengan keluarga, anak yang sakit, terlalu lama

menunggu dan biaya yang tidak terjangkau. Namun yang paling berpengaruh adalah karena

anak sakit, ketidaktahuan ibu akan pentingnya imunisasi, ketidaktahuan waktu yang tepat

untuk mendapatkan imunisasi berikutnya dan ketakutan akan efek samping imunisasi.4

3

Page 4: refarat imunisasi

Konsil Kedokteran Indonesia dalam buku Standar Kompetensi Dokter Indonesia

menjelaskan bahwa salah satu area kompetensi seorang dokter adalah: ”Mengidentifikasi,

memberikan alasan, menerapkan dan memantau kegiatan strategi pencegahan primer

yang tepat, berkaitan dengan pasien, anggota keluarga dan masyarakat.” Imunisasi

merupakan salah satu bentuk pencegahan primer. Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5

juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi. Di

Indonesia, imunisasi merupakan kebijakan nasional melalui program imunisasi. Imunisasi

masih sangat diperlukan untuk melakukan pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah

Dengan Imunisasi (PD3I), seperti Tuberkulosis (TB), difteri, pertusis , campak, tetanus,

polio dan hepatitis B. Program imunisasi sangat penting agar tercapai kekebalan masyarakat

(population immunity). Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada

tahun 1990, Indonesia telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang

merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah

mencapai 80% atau lebih. Saat ini Indonesia masih memiliki tantangan mewujudkan 100%

UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014. Kasus polio sudah tidak ditemukan lagi di Indonesia

sepanjang lima tahun terakhir ini. Tetapi upaya eradikasi polio masih harus dilanjutkan untuk

mewujudkan Indonesia Bebas Polio, sebagai bagian dari upaya eradikasi polio regional dan

global. Untuk kasus tetanus maternal dan neonatal telah dinyatakan mencapai tahap eliminasi

oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO di sebagian wilayah Indonesia. Selain itu,

langkah-langkah mewujudkan reduksi dan eliminasi campak di Indonesia masih harus

dilaksanakan.5

Indonesia bersama seluruh negara anggota WHO di Regional Asia Tenggara telah

menyepakati tahun 2012 sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin atau Intensification of

Routine Immunization (IRI). Hal ini sejalan dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional

atau GAIN UCI yang bertujuan meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan imunisasi

sampai ke seluruh desa di Indonesia.5

4

Page 5: refarat imunisasi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Imunisasi6,7,8

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan

memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang

mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal

atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau

resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan

imunisasi lainnya.

Imunisasi adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap

penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin.  Imunisasi merupakan salah satu cara

pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya. Imunisasi dasar

adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk

mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.

 Secara khusus, antigen merupakan bagian protein kuman atau racun yang jika masuk

ke dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh harus memiliki zat anti. Bila antigen

itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh manusia disebut antibody. Zat anti terhadap racun

kuman disebut antitoksin.

 Dalam keadaan tersebut, jika tubuh terinfeksi maka tubuh akan membentuk antibody

untuk melawan bibit penyakit yang menyebabkan terinfeksi. Tetapi antibody tersebut bersifat

spesifik yang hanya bekerja untuk bibit penyakit tertentu yang masuk ke dalam tubuh dan

tidak terhadap bibit penyakit lainnya.

       Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan/kuman mati/zat yang bila dimasukkan

ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Imunisasi bertujuan untuk

memberikan kekebalan terhadap penyakit : Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles),

Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC),

Hepatitis B dan untuk mencegah  penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan

oleh wabah yang sering berjangkit.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan

tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit

berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara

5

Page 6: refarat imunisasi

bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan

hidup anak.

B. Tujuan Imunisasi6

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi

angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa

menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan

imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan,

cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

C. Syarat Pemberian Imunisasi9

Syarat paling utama dalam pemberian imunisasi adalah anak yang dalam kondisi

sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan

virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibodi

(kekebalan). Oleh sebab itu, untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam

kondisi sehat. Jika anak dalam kondisi sakit maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus.

Imunisasi tidak boleh diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami

kelainan atau penurunan daya tahan tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau

dalam penggunaan obat obatan steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap

imunisasi tertentu atau komponen imunisasi tertentu.

D. Macam-Macam Imunisasi6,10,11,12

a) Imunisasi Aktif

Kekebalan aktif adalah kekebalan yang di buat sendiri oleh tubuh untuk menolak

terhadap suatu panyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat bertahan lama.

Kekabalan aktif dapat terjadi apabila terjadi stimulus “ system imunitas” yang menghasilkan

antibody dan kekebalan seluler dan bertahan lebih lama disbanding kekebalan pasif.

Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:

Imunisasi aktif alamiah

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di peroleh sembuh dari suatu penyakit.

Misalnya pada terkena difteri /poliomyelitis dengan proses anak terkena infeksi kemudian

terjadi silent abortive, sembuh selanjutnya kebal terhadap penyakit tersebut. Hal ini karena

paparan penyakit terhadapsistem kekebalan (sel limfosit) tersebut akan beredar dalam darah

6

Page 7: refarat imunisasi

darah dan apabila suatu ketika terpapar lagi dengan antigen yang sam, sel limfosit akan

memeproduksi antibody untuk mengenbalikan kekuatan imunitas terhadap penyakit tersebut.

Imunisasi aktif buatan

kekebalan tubuh yang di dapat dari vaksinasi yang di berikan untuk mendapatkan

perlindungan dari sutu penyakit. Dikenal dengan imunisasi dasar dan booster. Misalnya

pemberian vaksin (cacar dan polio) yang kumannya masih hidup, tetapi sudah dilemahkan

(virus, kolera, tipus, pertusis, toksoid)

b) Imunisasi Pasif

Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan

tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti tetanus Serum).Pada orang

yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain adalah: Terdapat pada bayi yang baru lahir

dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta

selama masa kandungan.misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini di bagi

yaitu:

Imunisasi pasif alamiah

Antibodi yang di dapat seorang karena di turunkan oleh ibu yang merupakan orang tua

kandung langsung ketika berada dalam kandungan. Kekebalan pada bayi, karena

mendapatkan zat anti yang diturunkan dari ibunya, ketika ia masih berada di dalam

kandungan. Antibodi dari darah ibu, melalui placenta, masuk kedalam darah si ibu. Macam

dan jumlah zat anti yang didapatkannya tergantung pada macam dan jumlah zat anti yang

dimiliki ibunya. Macam kekebalan yang diturunkan antara lain: terhadap tetanus, diptheri,

pertussis, typhus. Kekebalan ini biasanya berlangsung sampai umur 3-5 bulan, karena zat anti

ini makin lama makin berkurang, sedang ia sendiri tidak membuatnya.

Imunisasi pasif buatan.

kekebalan tubuh yang di peroleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit

tertentu. Kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat anti dari luar.

Pemberian zat anti dapat berupa pengobatan (therapeutika) maupun sebagai usaha

pencegahan (propilactic). Misalnya: seorang yang luka karena menginjak paku, karena ia

takut menderita tetanus ia disuntik ATS (Anti Tetanus Serum), sebagai usaha pencegahan.

7

Page 8: refarat imunisasi

Indikasi imunisasi pasif secara umum

Defisiensi sintesis antibody akibat defek B-limfosit bawaan maupun didapat.

Rentan terhadap suatu penyakit terpapar atau kemungkinan terpapar ( missal anak

dengan leukemia terpapar varisela atau campak) atau tidak cukup waktu untuk

memperoleh proteksi dengan vaksinasi (keadaan terpapar campak, rabies, hepatitis B)

Sebagai pengobatan membantu menekan dampak toksin (missal keracunan atau luka

bakar, difteria, tetanus) atau menekan proses inflamasi yang terjadi (Penyakit kawasaki)

E. Jenis-jenis Imunisasi

a) Imunisasi Yang Diwajibkan

1) Imunisasi BCG

Vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin) tidak dapat mencegah seseorang terhindar

dari TBC, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri

hidup yang dilemahkan. Ditemukan oleh Calmette dan Guerin.

Dosis dan cara pemberian :

Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio m. Deltoid

dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan.

Sediaan dan penyimpanan

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%

Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam sisanya ditimbun dalam

tanah dan di bakar di atasnya, Penyimpanan pada suhu < 5°C terhindar dari sinar

matahari (indoor day-light).

Kontra indikasi pemberian vaksin BCG:

Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital,

leukemia, keganasan

Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi

Hamil 

Penggunaannya

1) Persiapan alat :

Ampul BCG

Pelarut

Gergaji Ampul

Semprit untuk BCG + jarum

Kapas lembab dan plastik

8

Page 9: refarat imunisasi

2) Cara mempersiapkan vaksin BCG :

Membuka ampul

Sebelum dibuka, ampul diketuk – ketuk dahulu supaya semua vaksin turun ke

dasar ampul, kemudian ampul digergaji, saat mematahkan bungkus ampul

dengan plastik

Cara melarutkan vaksin

Pelarut dihisap dengan spuit 10 cc sebanyak 4 cc dan kemudian dimasukkan

ke ampul vaksin BCG tunggu sebentar sampai semua serbuk larut kemudian

digoyang – goyang sampai vaksin ini larut secara merata

3) Mengatur Posisi Bayi

Bayi dipangku ibunya, pakaian bayi yang menutupi lengan kanan atas dibuka

Tempat penyuntikan 1/3 bagian kanan atas (inertion M.Deltoideus)

Isilah semprit dengan vaksin BCG sebanyak 0,05 cc

4) Cara Penyuntikan BCG

Bersihkan lengan kanan atas dengan kapas yang dibasahi air matang

Peganglah lengan kanan anak dengan tangan kiri sehingga tangan kiri berada

di lengan anak. Lingkarkan jari – jari tangan bawah kulit lengan atas anak

meregang

Pegang semprit dengan tangan kanan dengan lobang jarum menghadap ke atas

Masukkan ujung jarum ke dalam kulit, usahakan sedikit mungkin melukai

kulit

Pertahankan jarum sejajar dengan lengan anak dan lobang tetap menghadap ke

atas

Jangan menekan jarum terlalu lama dan jangan meregangkan ujung jarum

terlalu menukik

Letakkan ibu jari tangan kiri anda di atas ujung barel

Pegang pangkal barel antara jari telunjuk dengan jari tengah lalu doronglah

piston dengan ibu jari tengan kanan anda

Bila cara tepat : timbul benjolan dikulit mendatar dengan kulit kelihatan pucat

dan pori – pori jelas .

Efek samping

1) Reaksi normal

Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi

pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10

9

Page 10: refarat imunisasi

mm.Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang

kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun

pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka

tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.

2) Reaksi berat

Kadang terjadi peradangan  setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam,

kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini

disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.

3) Reaksi yang lebih cepat

4) Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan

mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah

mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

2) Imunisasi Hepatitis B

Vaksin berisi HBsAg murni. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin

hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B. Vaksin hepatitis B dibuat

dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus) yang telah mengalami proses

pemurnian. Diberikan sedini mungkin setelah lahir, Dosis kedua 1 bulan berikutnya

Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan), Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian.

Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Kemasannya

menggunakan PID. Vaksin hepatitis B akan rusak karena pembekuan dan pemanasan

Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C.

Cara Pemberian Dan Dosis

Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu

Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan

secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha

Pemberian sebanyak 3 dosis

Dosis pertama diberikan pada usia 0 – 7 hari, dosis berikutnya dengan interval

minimum 4 minggu (1 bulan)

10

Page 11: refarat imunisasi

3) Imunisasi Campak

Imunisasi campak digunakan untuk mencegah penyakit campak. Vaksin dari virus

hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin

sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades.

Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh

dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.

Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat Celsius

Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C

Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan

kemudian.

Efek samping

demam, diare, konjungtivitis, ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi. Kejadian

encefalitis lebih jarang

Kontra indikasi

infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius

gangguan sistem kekebalan

pemakaian obat imunosupresan

alergi terhadap protein telur

hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin

wanita hamil.

Penggunaan

Cara Mempersiapkan Vaksin Campak

1. Cara melarutkan vaksin campak

Cek label flakon vaksin berapa cc yang dibutuhkan.

Ambillah semprit 5 cc dan jarum oplos yang steril.

Buka ampul / flakon pelarut yang diperlukan.

Sedot pelarut kedalam semprit.

Bersihkan tutup plakon dengan kapas basah dan masukkan pelarut dalam

vaksin campak.

Kocoklah sampai vaksin benar – benar telah bercampur.

2. Mengatur Posisi Bayi

Dudukkan bayi dipangkuan ibunya.

Lengan kanan bayi dilipat keketiak ibunya.

Ibu menopang kepala bayi.

11

Page 12: refarat imunisasi

Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi.

3. Cara penyuntikan

Pada 1/3 bagian lengan atas

Ambil sedkit kapas yang telah dibasahi dengan air bersih dan bersihkan tempat

penyuntikan.

Jepitlah lengan yang akan disuntikan dengan jari – jari tangan kiri.

Masukkan jarum kedalam kulit yang dijepit dengan sudut kira – kira 450

terhadap lengan, pastikan jarum tidak mengenai pembuluh darah. Bila ada

darah maka jarumnya dicabut dan dipindahkan ketempat lain.

Tekan piston perlahan-lahan

Cabut jarum dan usaplah bekas suntikan dengan kapas basah untuk

membersihkan kulit

4) Imunisasi DPT

Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut “triple

vaksin”. jumlah suntikan : 3 x Diberikan pada usia 2, 4, 6 bulan. Selang pemberian

minimal  4 minggu, Dosis 0,05 cc, IM / SC, Vaksin DPT disimpan pada suhu 2-8°C.

Vaksin akan rusak bila dibekukan kena panas.

Vaksin toxoid difteri

Vaksin ini merupakan bagian dari DPT, difteri disebabkan oleh bakteri yang

memproduksi racun, vaksin terbuat dari toxoid yaitu racun difteri yang telah

dilemahkan.

Vaksin pertussis

Merupakan bagian dari vaksin DPT, penyebab penyakit pertusis adalah bakteri vaksin

dibuat dari bakteri yang telah dimatikan, akan mudah rusak, bila kena panas, sama

seperti vaksin BCG, dalam vaksin DPT komponen pertusis merupakan vaksin yang

paling mudah rusak.

Vaksin tetanus

Vaksin ini merupakan bagian dari vaksin DPT. Tetanus disebabkan oleh bakteri yang

memproduksi toxin. Vaksin terbuat dari toxin tetanus yang telah dilemahkan.

Kontraindikasi

DPT 1: Panas lebih dari 38°C, riwayat kejang demam

DPT 2 atau 3        :    Reaksi berlebihan setelah imunisasi DPT (misalnya suhu

tinggi   dengan kejang, penurunan kesadaran, shock)

12

Page 13: refarat imunisasi

Efek samping

Panas

Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi

DPT, tapi panas ini akan sembuh 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus

dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan

ke air hangat.

Rasa sakit di daerah suntikan

Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.

Peradangan

Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan

peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena :

Jumlah tersentuh

Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak

steril.

Sterilisasi kurang lama.

Pencemaran oleh kuman.

Kejang-kejang

Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas reaksi disebabkan oleh

komponen dari vaksin DPT.

Penggunaan

1) Menyiapkan Vaksin DPT:

lihatlah dahulu labelnya

Kocok

2) Cara Mengisi Semprit DPT

Buka tutup metal

Usaplah karet penutup flakon dengan kapas basah

Ambil spuit 1 cc

Pasanglah jarum DPT ke semprit

Tusuklah jarum ke dalam flakon melalui tutup karet

Masukkan udara ke dalam flakon dan isaplah vaksin sebanyak 0,6 cc ke dalam

semprit

Cabut jarum dari flakon, jangan ada gelembung udara, lalu dorong piston

sampai ukuran 0,5 cc

Gunakan 1 semprit steril dan 1 jarum untuk setiap satu suntikan

13

Page 14: refarat imunisasi

3) Mengatur Posisi Bayi

Bayi dipangku oleh ibu

Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar

tangan kiri bayi

Tangan kanan bayi melingkar ke badan ibu

Tangan kanan ibu memegang kaki bayi dengan kuat

4) Cara Penyuntikan

Paha sebelah luar

Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik

Peganglah otot paha antara jari – jari telunjuk dan ibu jari

Bersihkan lokasi suntikan dengan kapas basah

Tusukkan jarum tegak lurus kebawah melalui kulit antara jari anda sampai ke

dalam otot

Tarik piston sedikit untuk meyakinkan bahwa jarum tidak mengenai pembuluh

darah

Dorong pangkal piston dengan ibu jari untuk memasukkan vaksin

5) Imunisasi Polio

Tindakan memberi vaksin poli (dalam bentuk oral) atau di kenal dengan nama oral

polio vaccine (OPV) bertujuan memberi kekebalan dari penyakit poliomelitis, vaksin

yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia berasal dari vaksin hidup

(yang telah dilemahkan) vaksin berbentuk cairan. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc

dalam 1 ampul. Diberikan pada bayi 4 x dengan jarak minimal 4 minggu umur 0,2,4,6

bulan sebanyak 2 tetes.

Efek samping

Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada

gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

Kontra indikasi

Defisiensi imunologik atau kontak dengannya

Penggunaan

1) Cara Mempersiapkan Vaksin Polio

Bukalah tutup metal atau karet

Pasanglah pipet plastic pada flacon

Vaksin polio siap diberikan

14

Page 15: refarat imunisasi

2) Atur Posisi Bayi

Bayi dilentangkan pangkuan ibu dan memegangnya erat – erat

Mulut bayi dibuka dengan menggunakan 2 jari sambil menekan kedua pipi bayi

sehingga mulut terbuka.

Teteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut bayi sebanyak 2 tetes,

dan pipet tidak menyentuh mulut bayi

b) Imunisasi yang dianjurkan6,12

1) Imunisasi HIB

Sesuai namanya, imunisasi ini bermanfaat untuk mencekal kuman HiB

(Haemophyllus influenzae type B). Kuman ini menyerang selaput otak sehingga

terjadilah radang selaput otak yang disebut meningitis. Meningitis sangat berbahaya

karena dapat merusak otak secara permanen sampai kepada kematian. Selain

mengakibatkan radang selaput otak, kuman ini juga dapat menyebabkan radang paru

dan radang epiglotis.

15

Page 16: refarat imunisasi

Mula-mula, kuman ini berada di dalam rongga hidung kemudian masuk ke darah dan

menyebar sampai ke otak dengan masa inkubasi satu minggu. Gejala yang muncul

bisa berupa demam tinggi lebih dari 38,50C, pusing, menggigil, kejang-kejang, dan

kesadaran menurun. Bila sudah terjadi serangan harus diatasi dengan segera dan tepat

oleh dokter yang memahami betul penyakit ini. Jika meningitis tak diobati dengan

baik atau terlambat ditangani, akan menimbulkan gejala sisa, seperti lumpuh, tuli,

bahkan kadang tak bisa melihat. Pada banyak anak perkembangannya juga terlambat,

bisa retardasi mental atau cerebral palsy. Itulah mengapa, peran imunisasi HiB dalam

mencekal penyakit ini sangatlah penting.

Usia & JumlahPemberian

Diberikan sebanyak 4 kali, yaitu pada usia 2, 4, 6, dan 15 atau 16 bulan. Bila

terlambat diberikan, semisal hingga usia 5 bulan belum diimunisasi, maka dapat

diberikan di usia 6 bulan dan 15 atau 16 bulan.

Efek Samping

Umumnya muncul demam ringan yang akan reda dengan sendirinya.

Tingkat Kekebalan

Efektivitasnya mencapai 97-99%.

Kontra Indikasi

Tak dapat diberikan pada anak yang sakit atau kekebalannya sedang menurun untuk

menghindari efek samping yang mungkin terjadi.

2) Imunisasi PCV

Jenis imunisasi ini tergolong baru di Indonesia. PCV atau Pneumococcal Vaccine

alias imunisasi pneumokokus memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit IPD

(Invasive Peumococcal Diseases), yakni meningitis (radang selaput otak), bakteremia

(infeksi darah), dan pneumonia (radang paru). Ketiga penyakit ini disebabkan kuman

Streptococcus Pneumoniae atau Pneumokokus yang penularannya lewat udara. Gejala

yang timbul umumnya demam tinggi, menggigil, tekanan darah rendah, kurang

kesadaran, hingga tak sadarkan diri. Penyakit IPD sangat berbahaya karena kumannya

bisa menyebar lewat darah (invasif) sehingga dapat memperluas organ yang

terinfeksi. Diperlukan imunisasi Pneumokukus untuk mencekal penyakit ini.

16

Page 17: refarat imunisasi

Usia & Jumlah Pemberian

Dapat diberikan sejak usia 2 bulan, kemudian berikutnya di usia 4 dan 6 bulan.

Sedangkan pemberian ke-4 bisa dilakukan saat anak usia 12-15 bulan atau ketika

sudah 2 tahun.

Bila hingga 6 bulan belum divaksin, bisa diberikan di usia 7-11 bulan sebanyak dua

dosis dengan interval pemberian sedikitnya 1 bulan. Dosis ke-3 dapat diberikan pada

usia 2 tahun. Atau hingga 12 bulan belum diberikan, vaksin bisa di berikan di usia 12-

23 bulan sebanyak dua dosis dengan interval sedikitnya 2 bulan.

Efek Samping

Biasanya muncul demam ringan, kurang dari 380c, rewel, mengantuk, nafsu makan

berkurang, muntah, diare, dan muncul kemerahan pada kulit. Reaksi ini terbilang

umum dan wajar karena bisa hilang dengan sendirinya.

3) Imunisasi MMR

Memberikan kekebalan terhadap serangan penyakit Mumps (gondongan/parotitis),

Measles (campak), dan Rubella (campak Jerman). Terutama buat anak perempuan,

vaksinasi MMR sangat penting untuk mengantisipasi terjadinya rubela pada saat

hamil. Sementara pada anak lelaki, nantinya vaksin MMR mencegah agar tak

terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin sedang hamil. Penting

diketahui, rubela dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Kontra indikasi: wanita

hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya mendapat transfusi darah

atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur

Usia & Jumlah Pemberian

Diberikan 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan 6 tahun. Jika belum mendapat

imunisasi campak di usia 9 bulan, maka MMR dapat diberikan di usia 12 bulan, dan

diulangi pada umur 6 tahun.

Catatan: Bila orangtua khawatir atau anak menunjukkan keterlambatan bicara dan

perkembangan lainnya, pemberian imunisasi MMR dapat ditunda hingga anak berusia

3 tahun. Bila semua proses tumbuh kembangnya tak ada masalah alias normal, vaksin

MMR dapat diberikan kepada anak.

Efek Samping

Beberapa hari setelah diimunisasi, biasanya anak mengalami demam, timbul ruam

atau bercak merah, serta terjadi pembengkakan di lokasi penyuntikan. Namun tak

perlu khawatir karena gejala tersebut berlangsung sementara saja. Demamnya pun

17

Page 18: refarat imunisasi

dapat diatasi dengan obat penurun panas yang dosis pemakaiannya sesuai anjuran

dokter.

4) Imunisasi Influenza

Influenza merupakan penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan virus. Penyakit

ini dapat menular dengan mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang bila

terhirup dan masuk ke saluran pernapasan kita langsung tertular.

Sebenarnya, influenza tergolong ringan karena sifatnya yang self-limiting disease

alias bisa sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita hanya perlu beristirahat, banyak

minum air putih, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi makanan

bergizi seimbang.

Akan tetapi, influenza bisa berisiko pada anak-anak tertentu. Di antaranya, penderita

asma dan penyakit paru-paru kronis lainnya, penderita leukemia, thalassemia, dan

jantung bawaan. Juga, anak yang mendapat terapi obat golongan kortikosteroid dan

penderita kanker. Anak-anak yang berisiko tinggi ini, jika sampai terkena influenza,

daya tahan tubuh mereka akan sangat menurun sehingga penyakit utamanya

bertambah parah. Karena itulah, anak-anak ini perlu mendapatkan vaksinasi influenza.

Usia & Jumlah Pemberian

Dapat diberikan sejak usia 6 bulan yang kemudian diulang setiap tahun, lantaran

vaksinnya hanya efektif selama 1 tahun.

Efek Samping

Muncul demam ringan antara 6-24 jam setelah suntikan. Atau, muncul reaksi lokal

seperti kemerahan di lokasi bekas suntikan. Namun tidak usah khawatir karena reaksi

tersebut akan hilang dengan sendirinya.

Tanda Keberhasilan

Sulit dilihat karena tidak kasat mata.

Tingkat Kekebalan

Sebagaimana imunisasi lainnya, tingkat proteksi tak sampai 100%. Terlebih pada

penyakit influenza, ada kemungkinan virus yang beredar di masyarakat sudah

mengalami mutasi (perubahan sifat), atau jenis virus yang sedang menginfeksi anak

tak dapat dicegah oleh vaksin influenza yang diberikan.

18

Page 19: refarat imunisasi

5) Imunisasi Tifoid

Ada 2 jenis vaksin tifoid yang bisa diberikan ke anak, yakni vaksin oral (Vivotif) dan

vaksin suntikan (TyphimVi). Keduanya efektif mencekal demam tifoid alias penyakit

tifus, yaitu infeksi akut yang disebabkan bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hidup di

sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, dan makanan-minuman yang tidak

higienis. Dia masuk melalui mulut, lalu menyerang tubuh, terutama saluran cerna.

Gejala khas terinfeksi bakteri tifus adalah suhu tubuh yang berangsur-angsur

meningkat setiap hari, bisa sampai 400c. Basanya di pagi hari demam akan menurun

tapi lalu meningkat di waktu sore/malam. Gejala lainnya adalah mencret, mual berat,

muntah, lidah kotor, lemas, pusing, dan sakit perut, terkesan acuh tak acuh bahkan

bengong, dan tidur pasif (tak banyak gerak).

Pada tingkat ringan atau disebut paratifus (gejala tifus), cukup dirawat di rumah. Anak

harus banyak istirahat, banyak minum, mengonsumsi makanan bergizi, dan minum

antibiotik yang diresepkan dokter. Tapi kalau berat, harus dirawat di rumah sakit.

Penyakit ini, baik ringan maupun berat, harus diobati hingga tuntas untuk mencegah

kekambuhan. Selain juga untuk menghindari terjadi komplikasi karena dapat

berakibat fatal.

Namun pencegahan tetaplah yang terbaik, terlebih Indonesia merupakan negara

endemik penyakit tifus.

Usia & Jumlah Pemberian

Vaksin suntikan diberikan satu kali kepada anak umur 2 tahun dan diulang setiap 3

tahun. Pengulangan ini perlu mengingat serangan penyakit tifus bisa berulang,

ditambah banyaknya lingkungan yang tidak higienis dan kurang terjaminnya makanan

yang dikonsumsi anak. Sementara vaksin oral diberikan kepada anak umur 6 tahun

atau lebih.

Efek Samping

Umumnya berupa bengkak, nyeri, ruam kulit, dan kemerahan di tempat suntikan. Juga

bisa muncul demam, nyeri kepala/pusing, nyeri sendi, nyeri otot, nausea (mual), dan

nyeri perut (jarang dijumpai). Efek tersebut akan hilang dengan sendirinya.

6) Imunisasi Hepatitis A

Penyebaran virus hepatitis A (VHA) sangat mudah. Penderita akan mengeluarkan

virus ini saat meludah, bersin, atau batuk. Bila virus ini menempel di makanan,

minuman, atau peralatan makan, kemudian dimakan atau digunakan oleh anak lain

19

Page 20: refarat imunisasi

maka dia akan tertular. Namun, untuk memastikan apakah anak mengidap VHA atau

tidak, harus dilakukan tes darah.

Masa inkubasi berlangsung 18-50 hari dengan rata-rata kurang lebih 28 hari. Setelah

itu barulah muncul gejala seperti lesu, lelah, kehilangan nafsu makan, mual, muntah,

rasa tak enak di bagian kanan atas perut, demam, merasa dingin, sakit kepala, sakit

tenggorokan, dan batuk. Biasanya berlangsung 4-7 hari. Selanjutnya, urine mulai

berwarna lebih gelap seperti teh. Biasanya kuning ini menghilang dalam 2 minggu.

Tak ada pengobatan khusus untuk hepatitis A, karena sesungguhnya penyakit ini

dapat sembuh sendiri. Pengobatan dilakukan hanya untuk mengatasi gejala seperti

demam dan mual. Selebihnya, anak harus banyak istirahat dan mengonsumsi makanan

bergizi.

Meski tak separah hepatitis B, bukan berarti kita boleh menganggap remeh hepatitis

A. Pasalnya, penyakit yang kerap disebut penyakit kuning ini, bisa menjadi berat bila

terjadi komplikasi. Jadi, pencegahan tetap diperlukan, yakni dengan pemberian

imunisasi hepatitis A. Disamping, menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat,

termasuk kebersihan makanan dan minuman.

Usia & Jumlah Pemberian

Dapat diberikan saat anak berusia 2 tahun, sebanyak 2 kali dengan interval pemberian

6-12 bulan.

Efek Samping

Umumnya, tak menimbulkan reaksi. Namun, meski sangat jarang, dapat muncul rasa

sakit pada bekas suntikan, gatal, dan merah, disertai demam ringan. Reaksi ini akan

menghilang dalam waktu 2 hari.

Tingkat Kekebalan

Efektif mencekal hingga 90%.

7) Imunisasi Varisela

Memberikan kekebalan terhadap cacar air atau chicken pox, penyakit yang

disebabkan virus varicella zooster. Termasuk penyakit akut dan menular, yang

ditandai dengan vesikel (lesi/bintik berisi air) pada kulit maupun selaput lendir.

Penularannya sangat mudah karena virusnya bisa menyebar lewat udara yang keluar

saat penderita meludah, bersin, atau batuk. Namun yang paling potensial menularkan

adalah kontak langsung dengan vesikel, yaitu ketika mulai muncul bintik dengan

20

Page 21: refarat imunisasi

cairan yang jernih. Setelah bintik-bintik itu berubah jadi hitam, maka tidak menular

lagi.

Awalnya, anak mengalami demam sekitar 3-7 hari tapi tidak tinggi. Barulah kemudian

muncul bintik-bintik. Meski dapat sembuh sendiri, anak tetap perlu dibawa ke dokter.

Selain untuk mencegah bintik-bintik tidak meluas ke seluruh tubuh, juga agar tak

terjadi komplikasi yang bisa berakibat fatal. Sebaiknya penderita dipisahkan dari

anggota keluarga lainnya untuk mencegah penularan. Minta anak untuk tidak

menggaruk agar tak menimbulkan bekas luka. Atasi rasa gatalnya dengan bedak yang

mengandung kalamin. Tingkatkan daya tahan tubuhnya dengan asupan makanan

bergizi.

Usia & Jumlah Pemberian

Diberikan sebanyak 1 kali yakni pada usia antara 10-12 tahun.

Efek Samping

Umumnya tak terjadi reaksi. Hanya sekitar 1% yang mengalami demam.

Tingkat Kekebalan

Efektivitasnya bisa mencapai 97%. Dari penelitian terhadap 100 anak yang

diimunisasi varisela, hanya 3 di antaranya yang tetap terkena cacar air, itu pun

tergolong ringan.

21

Page 22: refarat imunisasi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Imunisasi adalah suatu usaha untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap

penyakit tertentu dengan menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup yang

dilemahkan/kuman mati/zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan

terhadap penyakit tertentu.

Imunisasi terdiri dari imunisasi aktif alamiah dan buatan serta imunisasi pasif alamiah

dan buatan. Imunisasi yang diwajibkan pemerintah ada 5 yaitu polio untuk mencegah

Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak untuk mencegah Campak (measles), DPT untuk

mencegah Difteri (indrak), Pertusis (batuk rejan / batuk seratus hari), Tetanus, BCG untuk

mencegah Tuberculosis (TBC), dan HB untuk mencegah Hepatitis B. Serta imunisasi yang

dianjurkan : HIB, PCV, MMR, Influenza, Hepatitis A, tifoid, dan Varisella.

22