RDS

14
RDS 1. Definisi Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark 1986). Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi. Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) (bisa terjadi pada bayi dengan ibu yg punya ) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak, 2005). Terjadi hampir 100% pada bayi

description

Dunia Koass Anak Trisakti 08

Transcript of RDS

Page 1: RDS

RDS

1. Definisi

Adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda

takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk

pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan

besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA

(Stark 1986).

Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas

berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea ), sianosis yang menetap dengan terapi

oksigen, penurunan daya pengembangan paru,adanya gambaran infiltrat alveolar yang merata

pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema paru, dan adanya

hyaline membran pada saat otopsi.

Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress

syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologis yang terjadi terutama

akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang dan tidak

menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline Membrane Disease (HMD) (bisa

terjadi pada bayi dengan ibu yg punya ) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS

(Bobak, 2005). Terjadi hampir 100% pada bayi premature. Sering terjadi pada persalinan

prematurus. Foto thoraks wajib di lakukan pada bayi-bayi dengan premature

Respiratory Distress Syndrome adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakmaturan

dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut untuk menghasilkan surfaktan yang memadai.

(Dot Stables, 2005).

RD (Pneumotoraks, dan Aspiransi Mekonium)

2. Etiologi

Page 2: RDS

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya produksi surfaktan.

Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan,

makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan

pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksual sesaria.. Surfaktan

biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli

tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum

berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas.

Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat.

RDS merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Sindrom ini dapat terjadi

karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga tindakan disesuaikan dengan penyebab

sindrom ini. Kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah

pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH),

3. Patofisiologi

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh

alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana

dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan

mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut

menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)

menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan

terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik

Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein ,

lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap

mengembang. Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna

kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi

untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian

distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan

desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik

karena adanya defisiensi surfaktan ini.

Page 3: RDS

                              

Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan

keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan

bagian distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran

hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai

membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini

adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang

dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia

(BPD).

4. Pencegahan RDS

Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi resiko tinggi

adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak

sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat terhadap kehamilan dan

kelahiran bayi resiko tinggi.

Tindakan yang efektif utntuk mencegah RDS adalah:

Mencegah kelahiran < bulan (premature).

  Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.

Management yang tepat.

Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.

Optimalisasi kesehatan ibu hamil.

Kortikosteroid pada kehamilan kurang bulan yang mengancam.

Obat-obat tocolysis (β-agonist : terbutalin, salbutamol) relaksasi uterus

Contoh : Salbutamol (ex: Ventolin Obstetric injection) 5mg/5 ml (utk asma: 5 mg/ml)

Untuk relaksasi uterus : 5 mg salbutamol dilarutkan dalam infus 500 ml dekstrose/NaCl

diberikan i.v (infus) dgn kecepatan 10 – 50 μg/menit dgn monitoring cardial effect. Jika detak

jantung ibu > 140/menit kecepatan diturunkan atau obat dihentikan

Page 4: RDS

Steroid (betametason 12 mg sehari untuk 2x pemberian, deksametason 5 mg setiap 12

jam untuk 4 x pemberian)

Cek kematangan paru (lewat cairan amniotic pengukuran rasio lesitin/spingomielin : > 2

dinyatakan mature lung function)

5. Manifestasi Klinis

Berat dan ringannya gejala klinis pada penyakit RDS ini sangat dipengaruhi oleh tingkat

maturitas paru. Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis yang

ditujukan.

Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerosakan sel

dan selanjutnya menyebabkan kebocoran serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat

fungsi surfaktan. Gejala klinikal yang timbul iaitu : adanya sesak nafas pada bayi prematur

segera setelah lahir, yang ditandai dengan takipnea (> 60 x/minit), pernafasan cuping hidung,

grunting, retraksi dinding dada, dan sianosis, dan gejala menetap dalam 48-96 jam pertama

setelah lahir. Berdasarkan foto thorak, menurut kriteria Bomsel ada 4 stadium RDS

yaitu :pertama, terdapat sedikit bercak retikulogranular dan sedikit bronchogram udara, kedua,

bercak retikulogranular homogen pada kedua lapangan paru dan gambaran airbronchogram udara

terlihat lebih jelas dan meluas sampai ke perifer menutupi bayangan jantung dengan penurunan

aerasi paru. ketiga,alveoli yang kolaps bergabung sehingga kedua lapangan paru terlihat lebih

opaque dan bayangan jantung hampir tak terlihat, bronchogram udara lebih luas. keempat,

seluruh thorax sangat opaque ( white lung ) sehingga jantung tak dapat dilihat.

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe :

0 1 2

Frekuens

i Nafas

< 60x/menit 60-80 x/menit >80x/menit

Retraksi Tidak ada

retraksi

Retraksi ringan Retraksi berat

Page 5: RDS

Sianosis Tidak sianosis Sianosis hilang dengan O2 Sianosis menetap

walaupun diberi O2

Air Entry Udara masuk Penurunan ringan udara

masuk

Penurunan berat udara

masuk

Merintih Tidak merintih Dapat didengar dengan

stetoskop

Dapat didengar tanpa alat

bantu

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe

Skor < 4 gangguan pernafasan ringan (oksigen nasal)

Skor 4 – 5 gangguan pernafasan sedang (CPEP)

Skor > 6 gangguan pernafasan berat (pemeriksaan gas darah harus

dilakukan) (INTUBASI)

6.    Penunjang / Diagnostik

Laboratory Evaluation for Respiratory Distress in the Newborn

Test Indication

Blood culture May indicate bacteremia Not helpful initially because results may

take 48 hours

Blood gas Used to assess degree of hypoxemia if arterial sampling, or

acid/base status if capillary sampling (capillary sample usually

used unless high oxygen requirement)

Blood glucose Hypoglycemia can cause or aggravate tachypnea

Chest radiography Used to differentiate various types of respiratory distress

Complete blood

count with

differential

 Leukocytosis or bandemia indicates stress or infection

Neutropenia correlates with bacterial infection

Page 6: RDS

Low hemoglobin level shows anemia

High hemoglobin level occurs in polycythemia

Low platelet level occurs in sepsis

Lumbar puncture If meningitis is suspected

Pulse oximetry Used to detect hypoxia and need for oxygen supplementation

7. Penatalaksanaan

untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi :

1)  Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.

2)  Mempertahankan keseimbangan asam basa.

3)  Mempertahankan suhu lingkungan netral.

4)  Mempertahankan perfusi jaringan adekuat.

5)  Mencegah hipotermia.

6)  Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat.

Penatalaksanaan secara umum :

a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila

bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %

b. Pantau selalu tanda vital

c.  Jaga kepatenan jalan nafas

d.  Berikan Oksigen (2-3 liter/menit dengan kateter nasal)

e. Jika bayi mengalami apneu

f.  Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan

g. Lakukan penilaian lanjut

Page 7: RDS

h. Bila terjadi kejang potong kejang

i. Segera periksa kadar gula darah

j. Pemberian nutrisi adekuat

Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan

penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:

Gangguan nafas ringan

Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir

tanpa gejala-gejala lain disebut “Transient Tacypnea of the Newborn” (TTN). Terutama terjadi

setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa

pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda

awal dari infeksi sistemik.

Gangguan nafas sedang

 Lakukan pemberian O2 2-3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat

diberikan o2 4-5 liter/menit dengan sungkup. Bayi jangan diberi minum.

Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan

besar sepsis.

o    Suhu aksiler <> 39˚C

o    Air ketuban bercampur mekonium

o    Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam)

Bila suhu aksiler 34- 36,5 ˚C atau 37,5-39˚C. tangani untuk masalah suhu abnormal dan

nilai ulang setelah 2 jam:

Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan

antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis

Page 8: RDS

Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut

diatas.

Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam

Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam,

terapi untuk kemungkinan besar sepsis

Bila bayi mulai menunjukan tanda-tanda perbaikan kurangai terapi o2secara bertahap .

Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI

peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum

Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali

tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap

tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.

Gangguan nafas berat

Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya.

Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya.

Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera

dirujuk di rumah sakit rujukan.

Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan

menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman.

  Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan

pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30-60 kali/menit.

Penatalaksanaan medis:

Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah:

Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder

Page 9: RDS

Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru

Fenobarbital

Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen

 Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian

dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)

Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah

pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan

amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan ).

8. Komplikasi Penyakit

Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi

kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema

intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi,

apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Jangkitan penyakit karena keadaan

penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi

dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat

respirasi. 3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan

intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS

dengan ventilasi mekanik.

Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang

tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan

organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1. Bronchopulmonary Dysplasia

(BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan

masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang

digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi

vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur

Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10-70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi,

adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

Page 10: RDS