Radang Akut Adalah Respon Yang Cepat Dan Segera Terhadap Cedera Yang Didesain Untuk Mengirimkan...

22
Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera. 2 Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit. 2 Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan. 2 Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial

description

MDP

Transcript of Radang Akut Adalah Respon Yang Cepat Dan Segera Terhadap Cedera Yang Didesain Untuk Mengirimkan...

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera.2Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit.2Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan.2Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik.2Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat di dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. Beberapa produk sel darah putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal tertentu menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti.2Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri. Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan terdapat di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel.2Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan nyata.2Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen, misalnya produk bakteri.2Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit.2Radang akut merupakan jawaban segera atau respon langsung dan dini terhadap agen jejas. Respon ini relatif singkat, hanya berlangsung beberapa jam atau hari. Pengenalan segera terhadap masuknya agen jejas akan mempunyai dua dampak penting yaitu : berhimpunnya antibodi di sekitar agen jejas, emigrasi leukosit dari pembuluh darah ke jaringan yang terkena agen jejas. Dengan demikian radang akut mempunyai komponen-komponen sbb :

1. Perubahan penampang pembuluh darah dengan akibat meningkatnya aliran darahSegera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang didahului oleh vasokontriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka mengakibatkan aliran darah dalam kapiler meningkat, demikian juga anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif akan terbuka. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian vaskulator mikro pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung.

2. Perubahan struktural pada pembuluh darah mikro yang memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darahPeningkatan permiabilitas vaskular disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan, disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama radang akut. Gerakan normal cairan berlangsung keluar masuk dalam vaskulator mikro yang diatur oleh keseimbangan antara tekanan hidrostatik intra vaskuler dan dampak lawan tekanan osmotik koloid oleh protein plasma. Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultra filtrasi, sehingga konsentrasi protein plasma meningkat dan tekanan osmotik koloid bertambah besar. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Pada umumnya dinding kapiler dapat dilalui air, garam dan larutan sampai berat jenis 10.000 Dalton. Gerakan protein plasma dengan berat jenis diatas 10.000 Dalton akan dihambat oleh karena ukuran molekul protein bertambah besar. Cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi diatas 1.020 disebut eksudat, yang mengandung protein 2 sampai 4 mg% serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas vaskuler, bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskuler sebagai akibat aliran darah lokal yang meningkat serta peristiwa emigrasi leukosit.

3. Agregasi leukosit di lokasi jejasPenimbunan sel-sel darah putih terutama Neutrofil dan Monosit terhadap lokasi jejas merupakan aspek terpenting dalam reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu melahap bahan yang bersifat asin termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat didalamnya membantu pertahanan tubuh. Rangkaian agregasi sel darah putih dalam perilakunya dalam lokasi radang meliputi :

a. Marginasi dan susunan berlapisDalam fokus radang awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan berbentuk agregat-agregat yang lebih besar dari leukosit. Menurut hukum fisika, massa sel darah merah ini akan terdapat dibagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi) sehingga mengadakan hubungan dengan permukaan endotel. Mula-mula sel darah putih ini bergerak pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang tersendat tetapi kemudian akan melekat dan melapisi lapisan endotel.

b. Emigrasi Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi sel darah putih adalah pertemuan antara sel endotel. Neutrofil adalah sel pertama yang tampak pada ruang perivaskuler, biasanya disusul oleh monosit. Neutrofil tidak melebihi umur lebih dari 24 48 jam diluar pembuluh darah dan monosit akan menggantikannya.

c. KemotaksisSetelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh kimia yang dapat berdifusi dan oleh karena itu disebut kemotaksis. Yang paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis itu adalah neutrofil dan monosit. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen misalnya produk-produk bakteri.

d. FagositosisFagositosis diawali dengan perlekatan partikel pada permukaan fagosit, pelahapan dan pemusnahan serta penghancuran jasad renik atau partikel yang dimakan.

Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan proses radang akut sebagian besar dimungkinkan oleh produksi dan pelepasan berbagai macam mediator kimia. Meskipun jenis pengaruh jejas dapat bermacam-macam dan jaringan yang menyertai radang berbeda, mediator yang dilepaskan sama, sehingga respon terhadap radang tampak stereotip. Jadi infeksi yang disebabkan oleh kuman, jejas karena panas, dingin atau tenaga radiasi, jejas listrik atau bahan kimia, dan trauma mekanik akan memberi reaksi radang segera yang sama.

Kumar-Robbins, Basic Pathology Part 1, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1987

Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine McCarty, Pathophysiology-Clinical Concepts of Desesase Processes, Fourth edition, Mosby Year Book Inc.,Michigan, 1992

Respon inflamasi akut dapat dimulai dari berbagai rangsangan eksogen dan endogen yang mengakibatkan cidera pada jaringan vaskularisasi. Respon terhadap cidera dimulai dari hiperemi aktif dengan peningkatan aliran darah ke jaringan yang terluka atau cidera serta diikuti oleh terjadi dilatasi arteri dan kapiler. Hal ini difasilitasi oleh mediator kimia yaitu prostaglandin, leukotrien dan oksida nitrat. Akibat dari dilatasi pada arteri dan kapiler, darah yang mengalir di daerah yang cidera menjadi lebih banyak dan tergenang karena aliran darah menjadi lambat. Suhu lokasi tempat terjadinya radang menjadi lebih hangat (kolor) dan memiliki warna kemerahan (rubor).

Daerah hiperemi membentuk kapsul atau pagar yang melokalisasi sarang radang. Stimulasi mediator inflamasi seperti vasoaktif amin, komponen pelengkap C3a dan C5a, bradikinin, leukotrien, dan platelet activating factor (PAF) memicu kontraksi dan relaksasi sel-sel endotel dinding kapiler yang menimbulkan gap (celah) antar endotel. Hal ini mengakibatkan terjadinya permeabilitas vaskuler dan diikuti dengan peningkatan tekanan hidrostatik di dalam kapiler mendorong cairan plasma darah (mengandung berbagai protein plasma seperti albumin dan fibrinogen) keluar ke daerah ektravaskuler. Cairan tersebut menggenangi daerah intertitium sehingga mengakibatkan terjadinya edema radang atau cairan eksudat dan mengakibatkan kebengkakan lokal (tumor). Protein penting di dalam eksudat akan teraktivasi menjadi mediator inflamasi. Protein penting yangpato telah teraktivasi menjadi mediator inflamasi diantaranya yaitu faktor penggumpal darah (trombin dan fibrinopeptida), faktor fibrinolisis plasmin dan produk pemecah fibrin, komplemen C3a, C5a, dan C5b-9 serta bradikinin. Mediator inflamasi yang menimbulkan nyeri (dolor) di lokasi radang yaitu prostaglandin.

Setelah terjadinya hiperemi dan pembentukan edema radang, kemudian diikuti juga dengan pengiriman leukosit dari lumen pembuluh darah ke lokasi terjadinya kerusakan atau cidera jaringan. Pada kondisi ini dapat terjadi perubahan pengaliran leukosit di dalam vaskuler pada daerah inflamasi yang mengalami vasodilatasi kapiler tersebut. Pada kondisi vaskuler normal, sel darah mengalir di tengah arus. Pada aliran darah yang lamban terjadi marginasi pengaliran leukosit. Pengiriman leukosit ke lokasi kerusakan jaringan melalui beberapa tahap diantaranya:

Marginasi leukosit dalam pengaliran darah

Mendaratnya leukosit pada dinding endotel vaskuler dengan menggelinding di sepanjang endotel (rolling)

Leukosit terhenti dengan melekat pada reseptor di permukaan endotel (adhesi)

Terjadi ekstravasasi (keluar dari vaskuler) leukosit dengan cara bergerak amuboid menembus gap dinding endotel dan membran basal dan kemudian keluar dari vaskuler (diapedesis)

Migrasi leukosit dari dalam vaskuler berlanjut setelah tiba di daerah ektravaskuler, pada jaringan interstitium leukosit mencapai sumber stimulus kemotaktik di dalam sarang inflamasi. Fenomena kemotaksis menuntut perjalanan amoeboid leukosit dengan mengikuti alur datangnya bahan kemotaktik mediator inflamasi dengan arah menuju konsentrasi yang lebih pekat. Leukosit yang sampai di interstitium daerah inflamasi bertindak sebagai sel-sel radang dan bergabung dengan ektravasasi cairan plasma sebelumnya sebagai bagian dari eksudat serous. Netrofil merupakan leukosit pertama yang memasuki eksudat pada saat peradangan akut. Fungsi sel radang di sarang inflamasi akut adalah untuk untuk melaksanakan fagositosis dan degradasi terhadap agen perusak, agen infeksius seperti bakteri, virus dan mikroba lainnya, sel dan jaringan nekrotik serta antigen asing. Selain bersifat kemoktatik, mediator inflamasi memiliki kemapuan meningkatkan potensi atau aktivasi bermacam-macam sel di dalam lokasi inflamasi seperti sel radang, endotel, dan fibroblast. Pada proses fagositosis oleh leukosit terjadi proses eliminasi, fagosom bersatu dengan lisosom menjadi fagolisosom dan proses penghancuran secara enzimatik terjadi. Tahapan yang terjadi pada proses inflamasi akut dapat dilihat pada Gambar 3.

Sumber: McGavin dan Zachary 2007

Gambar 1 Respon seluler dan vaskuler selama terjadinya inflamasi

Sumber: McGavin dan Zachary 2007

Gambar 2 Manifestasi lokal pada inflamasi akut dibandingkan dengan yang normal. (1) Dilatasi vaskuler; (2) ektravasasi cairan plasma dan protein (edema); (3) Emigrasi leukosit dan akumulasi pada daerah yang cidera

Sumber: McGavin dan Zachary 2007

Gambar 3 Tahapan pada proses inflamasi akut

Sumber:McGavin MD, Zachary JF. 2007. Pathologic Basis of Veterinary Disease. Edisi ke-4. USA: Mosby Elsevier.

Price SA, Wilson L M. 2006. Patofisiologi. Edisi VI. Volume I. Jakarta: EGC.

Shapiro LS. 2010. Pathology and Parasitology for Veterinary Tecnicians. Edisi ke-2. USA: Delmar.

Radang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk mengirimkan leukosit ke daerah cedera. Leukosit membersihkan berbagai mikroba yang menginvasi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat 2 komponen utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh darah serta emigrasi dari leukosit. Perubahan penampang pembuluh darah akan mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan sirkulasi darah. Leukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera (Mitchell & Cotran, 2003).Segera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh vasokonstriksi singkat. Sfingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah berfungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inaktif. Akibatnya anyaman venular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras. Dengan demikian, mikrovaskular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung. Kecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah (hiperemia) pada tahap awal akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intravaskular dan perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya. Perubahan pembuluh darah dilihat dari segi waktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya jejas. Dilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. Perlambatan dan bendungan tampak setelah 10-30 menit (Robbins & Kumar, 1995).Peningkatan permeabilitas vaskuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut. Vaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. Sel endotel dilapisi oleh selaput basalis yang berkesinambungan (Robbins & Kumar, 1995).Pada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam ruang jaringan interstisial dengan cara ultrafiltrasi. Hal ini berakibat meningkatnya konsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar, dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler venula. Pertukaran normal tersebut akan menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan melalui saluran limfatik. Umumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan sampai berat jenis 10.000 dalton (Robbins & Kumar, 1995).Eksudat adalah cairan radang ekstravaskuler dengan berat jenis tinggi (di atas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg% serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas vaskuler (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravaskular sebagai akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya (Robbins & Kumar, 1995).Penimbunan sel-sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit pada lokasi jejas, merupakan aspek terpenting reaksi radang. Sel-sel darah putih mampu memfagosit bahan yang bersifat asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan enzim lisosom yang terdapat di dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. Beberapa produk sel darah putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal tertentu menimbulkan kerusakan jaringan yang berarti (Robbins & Kumar, 1995).Dalam fokus radang, awal bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri. Menurut hukum fisika aliran, massa sel darah merah akan terdapat di bagian tengah dalam aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi (marginasi). Mula-mula sel darah putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel (Robbins & Kumar, 1995).Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluh darah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel. Walaupun pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan nyata (Robbins & Kumar, 1995).Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas. Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis. Sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Beberapa faktor kemotaksis dapat mempengaruhi neutrofil maupun monosit, yang lainnya bekerja secara selektif terhadap beberapa jenis sel darah putih. Faktor-faktor kemotaksis dapat endogen berasal dari protein plasma atau eksogen, misalnya produk bakteri (Robbins & Kumar, 1995).Setelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses fagositosis. Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan yang khas, tetapi fagositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3). Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi melekat pada permukaan, selanjutnya sel fagosit sebagian besar akan meliputi partikel, berdampak pada pembentukan kantung yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel sitoplasma yang masih terikat pada selaput sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu pembentukan fagosom, sebelum menutup lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil menyatu dengan fagosom dan melepaskan isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut degranulasi. Sebagian besar mikroorganisme yang telah mengalami pelahapan mudah dihancurkan oleh fagosit yang berakibat pada kematian mikroorganisme. Walaupun beberapa organisme yang virulen dapat menghancurkan leukosit (Robbins & Kumar, 1995).Metabolit asam arakidonatb. Produk leukositGranula lisosom yang terdapat dalam neutrofil dan monosit mengandung molekul mediator inflamasi. Mediator ini dilepaskan setelah kematian sel oleh karena peluruhan selama pembentukan vakuola fagosit atau oleh fagositosis yang terhalang karena ukurannya besar dan permukaan yang tidak dapat dicerna. Kalikrein yang dilepaskan dari lisosom menyebabkan pembentukan bradikinin. Neutrofil juga merupakan sumber fosfolipase yang diperlukan untuk sintesis asam arakidonat (Robbins & Kumar, 1995).Di dalam lisosom monosit dan makrofag juga banyak mengandung bahan yang aktif untuk proses radang. Pelepasannya penting pada radang akut dan radang kronik. Limfosit yang telah peka terhadap antigen melepaskan limfokin. Limfokin merupakan faktor yang menyebabkan penimbunan dan pengaktifan makrofag pada lokasi radang. Limfokin penting pada radang kronik (Robbins & Kumar).c. Mediator lainnyaMetabolit oksigen reaktif yang dibentuk dalam sel fagosit saat fagositosis dapat luruh memasuki lingkungan ekstrasel. Diduga bahwa radikal-radikal bebas yang sangat toksik meningkatkan permeabilitas vaskular dengan cara merusak endotel kapiler. Selain itu, ion-ion superoksida dan hidroksil juga dapat menyebabkan peroksidase asam arakidonat tanpa enzim. Akibatnya, akan dapat terbentuk lipid-lipid kemotaksis (Robbins & Kumar, 1995).Aseter-PAF merupakan mediator lipid yang menggiatkan trombosit. Hal ini karena menyebabkan agregasi trombosit ketika dilepaskan oleh sel mast. Selain sel mast, neutrofil dan makrofag juga dapat mensintesis aseter-PAF. Aseter-PAF meningkatkan permeabilitas vaskular, adhesi leukosit dan merangsang neutrofil dan makrofag (Robbins & Kumar, 1995).Daftar Pustaka1. Dorland, W.A.N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (Setiawan, A., Banni, A.P., Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah). Jakarta: EGC. (Buku asli diterbitkan 2000).2. Rukmono (1973). Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Bagian patologi anatomik FK UI.3. Guyton, A.C. & Hall, J.E. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran (9th ed.) (Setiawan, I., Tengadi, K.A., Santoso, A., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1996).4. Abrams, G.D. (1995). Respon tubuh terhadap cedera. Dalam S. A. Price & L. M. Wilson, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit (4th ed.)(pp.35-61)(Anugerah, P., penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1992).5. Mitchell, R.N. & Cotran, R.S. (2003). Acute and chronic inflammation. Dalam S. L. Robbins & V. Kumar, Robbins Basic Pathology (7th ed.)(pp33-59). Philadelphia: Elsevier Saunders.6. Robbins, S.L. & Kumar, V. (1995). Buku ajar patologi I (4th ed.)(Staf pengajar laboratorium patologi anatomik FK UI, penerjemah). Jakarta: EGC (Buku asli diterbitkan 1987)ekanisme kerja

Gambar-1

Asam arakidonat terdapat dalam membran sel dan membentuk 5-15% asam lemak dalam fosfolipid. Asam dekoheksaenoat (DHA : w3, 2:6) yang disintesis dari asam a-linoleat atau diperoleh langsung dari minyak ikan, terdapat dengan konsentrasi yang tinggi di dalam retina mata, korteks serebri, testis dan sperma. DHA terutama diperlukan bagi perkembangan otak dan dipasok lewat plasenta serta air susu. Segmen sebelah luar sel-sel batang retina mengandung DHA dengan konsentrasi yang sangat tinggi dan dengan sebagian besar fosfolipid yang mengandung sedikitnya satu molekul. Fluiditas yang tinggi sebagai akibat dari keadaan di atas tampaknya diperlukan bagi pelaksanaan fungsi rodopsin yang jika diaktifkan oleh sebuah foton akan menimbulkan gerakan lateral dan rotasi di dalam membran. Penderita retinitis pigmentosa dilaporkan memiliki kadar DHA yang rendah di dalam darahnya. Bayi prematur mempunyai aktivitas enzim D4 desaturase yang rendah sehingga menurunkan kemampuannya dalam menyintesis DHA dari prekursor asam lemak n-3.Diantara banyak fungsi struktural yang dimilikinya, asam lemak esensial defisiensi asam lemak esensial, asam lemak polienoat non esensial dari kelompok w9 akan menggantikan asam lemak esensial dalam fosfolipid, senyawa lipid kompleks lainnya dan membran sel, khususnya asam eikosatrienoat D5,8,11 (Gambar 25-3). Rasio triena : tetraena dalam lipid plasma dapat digunakan untuk mendiagnosis derajat defisiensi asam lemak esensial.

Asam Lemak-Trans Dapat Bersaing dengan Asam Lemak-CisAsam lemak takjenuh trans dengan jumlah yang kecil ditemukan di dalam lemak hewan pemamah biak (misal, lemak mentega memiliki 2-7%) yang dihasilkan dari kerja mikroorganisme di usus hewa tersebut; tetapi, keberadaan asam lemak takjenuh-trans dengan jumlah yang besar dalam minyak nabati yang terhidrogenasi sebagian (misal, margarin) menimbulkan pertanyaan tentang kemanannya sebagai bahan aditif makanan. Sampai sebanyak 15% dari asam lemak jaringan ditemukan pada saat otopsi dengan konfigurasi trans. Sampai saat ini tidak ada efek serius yang bisa dibuktikan kebenarannya. Meskipun demikian, asam lemak ini lebih banyak dimetabolisasi seperti asam lemak jenuh daripada seperti asam lemak takjenuh-cis, yang mungkin disebabkan oleh bentuk rantai-lurusnya yang serupa (Bab 16). Dalam masalah ini, asam lemak tersebut cenderung menaikkan kadar LDL dan menurunkan kadar HDL sehingga pemberiannya dikontraindikasikan guna mencegah penyakit aterosklerosis dan jantung koroner (Bab 28). Asam lemak takjenuh majemuk-trans tidak memiliki aktivitas asam lemak esensial dan dapat mengatagonisasi metabolisme asam lemak esensial serta memperberat kelainan defisiensi asam lemak esensial.

SENYAWA EIKOSANOID DIBENTUK DARI ASAM LEMAK TAKJENUH MAJEMUK C20

LINTASAN SIKLOOKSIGENASE BERTANGGUNG JAWAB ATAS SINTESIS PROSTANOID

Sintesis prostanoid (Gambar 25-7) meliputi konsumsi dua molekul O2 yang dikatalisis oleh enzim prostaglandin H sintase (PGHS) yang mempunyai dua aktivitas enzim yang tersendiri, yaitu siklooksigenase dan peroksidase. PGHS terdapat sebagai dua isoenzim, PGHS-1 dan PGHS-2, yang masing-masing memiliki aktivitas siklooksigenase serta peroksidase. Produk lintasan siklooksigenase yang berupa endoperoksida (PGH) akan dikonversi menjadi prostaglandin D, E, dan F di samping menjadi tromboksan (TXA2) serta prostasiklin (PGI2). Setiap tipe sel hanya menghasilkan satu tipe prostanoid. Aspirin, yang merupakan preparat antiinflamasi non steroid (NSAID), menghambat siklooksigenase pada PGHS-1 maupun PGHS-2 melalui reaksi asetilasi. Sebagian besar preparat NSAID lainnya, seperti indometasin dan ibuprofen, menghambat siklooksigenase lewat kompetisi dengan arakidonat. Transkripsi PGHS-2 tetapi bukan PGHS-1 - akan dihambat secara penuh oleh preparat anti-inflamasi kortikosteroid.

Aktivitas Asam Lemak Esensial dan Produksi Prostaglandin Saling Berhubungan

Meskipun ada hubungan yang nyata antara aktivitas asam lemak esensial dalam berbagai asam lemak dan kemampuannya untuk dikonversi menjadi prostaglandin, tetapi asam lemak esensial tidak terlihat memberikan semua efek fisiologiknya lewat sintesis prostaglandin. Peranan asam lemak esensial dalam pembentukan membran tidak berhubungan dengan pembentukan prostaglandin. Prostaglandin tidak akan menghilangkan gejala pada defisiensi asam lemak esensial, dan sindrom defisiensi asam lemak esensial bukan disebabkan oleh inhibisi kronis sintesis prostaglandin.

Siklooksigenase Merupakan Enzim Bunuh DiriPenghentian pembentukan prostaglandin sebagian didapat melakui sifat siklooksigenase yang luar biasa - yaitu sifat penghancuran yang dikatalisis sendiri : dengan kata lain, siklooksigenase merupakan suatu enzim bunuh diri. Adanya enzim-hidroksiprostaglandin dehidrogenase pada sebagian besar jaringan tubuh mamalia mungkin menjadi penyebab utamanya. Tindakan menyekat kerja enzim ini dengan sulfalazin atau indometasin ternyata dapat memperpanjang usia-paruh prostaglandin di dalam tubuh.

ASPEK KLINISManusia Juga Memperlihatkan Gejala Jika Mengalami Defisiensi Asam Lemak Esensial

Gejala pada kulit dan gangguan pengangkutan lipid pernah ditemukan pada manusia yang makanannya kurang mengandung asam lemak esensial. Pada orang dewasa dengan diet yang normal, tanda-tanda defisiensi asam lemak esensial tidak pernah dilaporkan. Meskipun demikian, bayi yang mendapatkan susu formula yang rendah lemak akan menunjukkan gejala kulit yang bisa disembuhkan dengan pemberian linoleat. Defisiensi yang berhubungan dengan kekurangan asam lemak esensial, termasuk asam a-linoleat, juga terjadi pada pasien-pasien yang hanya mendapatkan nutrisi parenteral dengan kandungan asam lemak esensial yang rendah untuk waktu yang lama. Defisiensi lemak esensial dapat dicegah dengan asupan asam lemak esensial sebesar 1-2% dari kebutuhan total kalori.

Metabolisme Abnormal Asam Lemak Esensial Terjadi pada Beberapa Penyakit

Di luar defisiensi asam lemak esensial dan perubahan pada asam lemak tak jenuh pada keadaan malnutrisi kronis, metabolisme abnormal asam lemak esensial yang mungkin berhubungan dengan defisiensi di dalam makanan telah ditemukan pada penderita kistik fibrosis, akrodermatitis enteropatika, sindrom hepatorenal, sindrom Sjorgen-Larsson, degenerasi neuronal multisistem, penyakit Crohn, sirosis serta alkoholismem dan sindrom Reye. Kenaikan kadar asam polienoat dengan rantai yang sangat panjang pernah ditemukan di otak para penderita sindrom Zellweger (Bab 24). Diet dengan rasio P : S (asam lemak tak jenuh majemuk : asam lemak jenuh yang tinggi akan menurunkan kadar kolesterol serum, khususnya kolesterol dalam lipoprotein densitas-rendah (LDL). Keadaan ini dipandang menguntungkan akibat hubungan antara kadar kolesterol serum dan penyakit jantung koroner.

Prostanoid Merupakan Senyawa Biologis-Aktif yang PotenTromboksan disintesis di dalam trombosit dan pelepasannya akan menyebabkan vasokonstriksi serta agregasi trombosit. Sintesis tromboksan dihambat secara spesifik oleh aspirin dosis-rendah. Prostasiklin (PGI2) diproduksi oleh dinding pembuluh darah dan merupakan inhibitor agregasi trombosit yang poten. Jadi, tromboksan dan prostasiklin berkerja saling berlawanan (antagonistik). Insiden penyakit jantung yang rendah, penurunan frekuensi agregasi trombosit dan pemanjangan waktu pembekuan pada orang-orang Eskimo Greenland ternyata disebabkan oleh tingginya konsumsi minyak ikan yang mengandung 20 : 5 w3 (EPA, atau asam eikosapentanoat); asam eikosapentanoat ini memberikan senyawa-senyawa seri 3 prostaglandin (PG3) dan tromboksan (TX3) (Gambar 25-6). PG3 dan TX3 menghambat pelepasan arakidonat dari fosfolipid serta pembentukan PG2 dan TX2. PGI3 merupakan antiantegrator trombosit yang sama potennya seperti PGI2, tetapi TXA3 adalah agregator yang lebih lemah daripada TXA2; dengan demikian, keseimbangan aktivitasnya bergeser ke arah nonagregasi. Di samping itu, konsentrasi kolesterol, triasil-gliserol, LDL serta VLDL di dalam plasma semuanya terlihat rendah pada orang-orang. Eskimo, sementara konsentrasi HDL meninggi - semua faktor ini dianggap berperan untuk menghalangi aterosklerosis dan infark miokardium.Prostaglandin dengan takaran 1 ng/mL akan menyebabkan kontraksi otot polos pada hewan. Penggunaan terapeutiknya yang potensial mencakup pencegahan konsepsi, induksi persalinan pada usia aterm, terminasi kehamilan, pencegahan atau pengobatan ulkus lambung, pengontrolan proses inflamasi serta tekanan darah, dan pengurangan gejala asma serta kongesti nasal.Prostaglandin meningkatkan cAMP pada trombosit, tiroid, korpus luteum, tulang janin, adenohipofisis dan paru, tetapi menurunkan cAMP pada sel-sel ginjal serta jaringan adiposa (Bab 27).

Leukotrien dan Lipoksin Merupakan Regulator yang Poten Terhadap Banyak Proses Penyakit

Zat anafilaksis yang bereaksi-lambat (SRS-A; slow reacting substance of anaphylaxis) merupakan campuran leukotrien C4, D4 dan E4. Campuran leukotrien ini 100-1000 kali lebih poten daripada histamin ataui prostaglandin sebagai konstriktor otot saluran bronkus. Senyawa leukotrien ini bersama dengan leukotrien B4 juga menyebabkan permeabilitas vaskular dan penarikan serta pengaktifan leukosit; senyawa leukotrien tampak pula sebagai regulator yang penting pada banyak penyakit yang melibatkan reaksi inflamasi atau hipersensitivitas-segera, seperti pada asma. Senyawa leukotrien bersifat vasoaktif, dan enzim 5-lipoksigenase ditemukan pada dinding pembuluh arteri.Bukti yang ada mendukung peranan lipoksin pada fungsi vasoaktif dan imunoregulasi, seperti misalnya senyawa kontra-regulasi (chalones) pada respons imun.

RANGKUMAN(1) Biosintesis asam lemak tak jenuh rantai-panjang dicapai melalui penggabungan enzim disaturase yang menyisipkan ikatan rangkap dan enzim elongase yang memperpanjang rantai asil yang ada oleh 2 atom klarbon pada saat yang sama.(2) Hewan dengan derajat yang lebih tinggi memiliki keterbatasan pada enzim desaturase D4, D5, D6 dan D9 sehingga tidak memungkinkan penyisipan ikatan rangkap, di luar posisi 9 asam lemak. Sebagai akibatnya, asam linoleat (w6) serta a-linoleat (w3) tidak dapat disintesis dan harus diperoleh dari makanan. Kedua asam lemak tersebut dinamakan asam lemak esensial.(3) (4) Karena berbagai kelompok eikosanoid yang berbeda disintesis dari asam lemak esensial, keseimbangan antar-efek fisiologis dari berbagai senyawa eikosanoid dapat dimanipulasi dengan mengubah komposisi asam lemak di dalam makanan/diet.