PTK Mapel aqidah ahlak MTs
-
Upload
deden-e-permana -
Category
Documents
-
view
399 -
download
42
description
Transcript of PTK Mapel aqidah ahlak MTs
1
IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG
SKRIPSI
Oleh:
IZAH ULYA QADAM 06110125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
2
IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Oleh:
IZAH ULYA QADAM 06110125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG
SKRIPSI
Oleh:
IZAH ULYA QADAM 06110125
Telah Disetujui
Pada tanggal 09 Juli 2010
Oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 19650403 199803 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I NIP. 19651205 199403 1 003
4
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI METODE COOPERATIVE LEARNING DALAM
MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN
AQIDAH AKHLAK KELAS VII MTS NEGERI LAWANG MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh Izah Ulya Qadam (06110125)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 30 Juli 2010 dengan nilai: A
Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Pada tanggal:
Panitia ujian Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd Dr. H. M. Mujab, M.A NIP. 19650403 199803 1 002 NIP. 19661121200212 1 001
Penguji Utama, Pembimbing,
Dr. Hj. Sulalah, M. Pd Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 1961112199403 2 002 NIP. 19650403 199803 1 002
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Seluruh keluarga Bani Choiron (khususnya Abah, Ibu, dan Adikku). Yang telah
mencurahkan kasih sayang, keagungan doa, motivasi, inspirasi dan segala
perhatiannya. Semoga adinda menjadi putri yang sholehah dan berguna bagi nusa
dan bangsa kelak. Amieen..
Seluruh sahabat-sahabatku khususnya penggodokan PM11 Rayon”kawah”
Chondrodimuko Sunan Ampel UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
6
HALAMAN MOTTO
( ギハゲャや りケヲシ :11)
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.”
(QS. Ar-Ra’d : 11)
Sumber : Al-Qur‟an dan terjemahannya juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab
Mubarokatan Toyyibah, 2004), hal. 250
7
Dr. H. Nur Ali, M.Pd Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Izah Ulya Qadam Malang, 09 Juli 2010 Lamp : 4 (empat) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Di
Malang Assalamu'alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi tersebut di bawah ini:
Nama : Izah Ulya Qadam NIM : 06110125 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Skripsi : “Implementasi Metode Cooperative Learning
Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII MTs Negeri Lawang Malang”
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Pembimbing, Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 19650403 199803 1 002
8
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 09 Juli 2010 Izah Ulya Qadam
9
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
serta ucapan Alhamdulillaahhirobbil„aalamiin, akhirnya dengan izin Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Metode
Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam
Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII MTs Negeri Lawang Malang” sebagai
salah satu persyaratan guna mendapatkan gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan
Islam di Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang membawa cahaya kebenaran, sehingga mengeluarkan umat manusia
dari zaman kegelapan ke masa yang terang benderang yaitu agama Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah memberi informasi dan inspirasi, sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada :
1. Abah )Drs. H. Ahmad Choiron, M.Ag(, ibu )Hj. Masru‟ah, S.Ag( yang dengan
ketulusan hati membesarkan, mendidik, merawat, dan senantiasa mencurahkan
segalanya baik tenaga, dukungan maupun iringan do‟a yang tiada putus. Dan
adikku (Husni Mubarok) yang tanpa henti memberi semangat dan dukungan
kepada penulis.
2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang.
3. Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
4. Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan PAI.
5. Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan
tulus memberikan bimbingan dan arahan serta masukan-masukan yang sangat
berarti kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10
6. Dr. H. Mudjab, M.Ag selaku dosen wali selama kuliah yang dengan butiran-
butiran kalimat yang bermakna dan berinpirasi hingga penulis dapat menyusun
skripsi ini.
7. H. Achmad Said, M.Ag selaku kepala MTs Negeri Lawang Malang yang telah
memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di Mts Negeri
Lawang Malang.
8. Bapak Wardi, S.Ag, selaku guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak yang telah
memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan
penelitian di kelas VII D
9. Siswa dan siswi kelas VII D MTs Negeri Lawang Malang yang telah
menerima peneliti dengat hangat dan penuh cinta kasih dan juga memberikan
masukan-masukan yang nantinya sangat bermanfaat di hari kemudian
khususnya dalam proses belajar mengajar.
10. Teman-teman seperjuangan di PAI angkatan 2006 atas kebersamaan, semangat
dan kerjasamanya selama 4 tahun ini.
11. Seluruh sahabat-sahabati PM11 khususnya ”Kawah” Chondrodimuka yang
telah memberikan banyak inspirasi dan inovasi serta sejuta keilmuan sehingga
penulis seperti ini dan tetap bersemangat. Jazakunnallah atas semuanya.
12. Seluruh warga ”Wisma Catalonia”, khususnya Inoeng, Bonche, Yuyun dan
Vin-Toot, thank for all. Jazakumullah khoirul jaza‟.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membagi
banyak pengalaman berharga bagi penulis.
Semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah yang telah dilakukan
dengan ikhlas atas bantuan dan bimbingan pihak-pihak tersebut selama penulisan
skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Akhir
kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Malang, 09 Juli 2010
Penulis
11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS .......................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
ABSTRAK ..................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 12
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 14
E. Definisi Operasional ..................................................................... 14
F. Sistematika Penelitian ................................................................. 16
12
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 18
A. Metode Cooperative Learning ...................................................... 18
1. Pengertian Metode Cooperative Learning ............................ 18
2. Unsur Penting Dalam Pembelajaran Cooperative
Learning ................................................................................. 22
3. Jenis-Jenis Cooperative Learning ......................................... 25
4. Langkah-langkah Cooperative Learning ............................... 36
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative
Learning ................................................................................. 38
B. Kreativitas ..................................................................................... 40
1. Pengertian Kreativitas ............................................................ 40
2. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif ................................................ 49
3. Hambatan-Hambatan Kreativitas .......................................... 53
4. Kreativitas Dalam Dunia Pendidikan .................................... 55
C. Bidang Studi Aqidah Akhlak ....................................................... 62
1. Pengertian Aqidah Akhlak .................................................... 62
2. Metode Pencapaian Aqidah Akhlak ..................................... 62
3. Prinsip-Prinsip Aqidah Akhlak .............................................. 64
D. Cooperative Learning dan Kreativitas dalam Perspektif Islam .... 66
E. Implementasi Cooperative Learning Dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak ..................... 70
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 73
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 73
13
B. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 80
C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 80
D. Sumber Data .................................................................................. 81
E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 81
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 83
G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 84
H. Tahapan Penelitian ........................................................................ 84
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN .......................... 94
A. Deskripsi Lokasi Peneltian ............................................................. 94
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang .. 94
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang ............ 96
3. Struktur Organisasi ................................................................. 97
B. Observasi Awal sebelum Tindakan .............................................. 100
1. Pemeriksaan di Lapangan ..................................................... 100
2. Rencanaan Tindakan ............................................................. 101
3. Pelaksanaan Tindakan ........................................................... 102
4. Observasi ............................................................................... 103
5. Refleksi .................................................................................. 103
C. Paparan Data dan Hasil Penelitian ................................................. 104
1. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus I ............. 104
a. Perencanaan Tindakan Siklus I .................................... 104
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I .................................... 105
c. Observasi Tindakan Siklus I ........................................ 107
14
d. Refleksi Tindakan Siklus I .......................................... 108
2. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus II ........... 109
a. Perencanaan Tindakan Siklus II .................................. 109
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ................................... 109
c. Observasi Siklus II ....................................................... 111
d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus II .................... 113
3. Paparan Data dan Temuan Penelitian Pada Siklus III .......... 113
a. Perencanaan Tindakan Siklus III ................................. 113
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ................................. 114
c. Observasi Siklus III ..................................................... 116
d. Refleksi Pelaksanaan Tindakan Siklus III ................... 117
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................... 120
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 128
A. Kesimpulan ................................................................................. 128
B. Saran ............................................................................................ 129
Daftar Rujukan ............................................................................................. 131
Lampiran-Lampiran .................................................................................... 134
15
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran
Kooperatif ........................................................................................ 25
Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran cooperative learning ..................... 37
Tabel 3.1 Perbedaan PTK dan non-PTK ......................................................... 79
16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Tahapan atau Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ............. 76
17
DAFTAR LAMPIRAN
Kalender Pendidikan ......................................................................................... 68
Pekan Efektif ..................................................................................................... 6
Program Tahunan) ........................................................................................... 68
Program Semester ............................................................................................. 68
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ..................................................... 68
Modul Pembelajaran ........................................................................................ 68
Presensi Siswa ................................................................................................. 68
Lembar Observasi Kreativitas ......................................................................... 68
Perhitungan Skor Peningkatan Nilai Kreativitas ............................................. 68
Daftar Nilai Pre Test ........................................................................................ 68
Rekap daftar nilai ............................................................................................... 68
Lembar Observasi Hasil Belajar Pre Test .......................................................... 68
Kunci Jawaban Pre Test .................................................................................... 68
Soal-soal Pada Siklus I ..................................................................................... 68
Soal-soal Pada Siklus II ................................................................................... 68
Soal-soal Pada Siklus III .................................................................................. 68
Kunci Jawaban Siklus I ................................................................................... 68
Kunci Jawaban Siklus II .................................................................................. 68
Kunci Jawaban Siklus III .................................................................................. 68
Pedoman Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ............... 68
Pedoman Wawancara dengan Kepala MTs Negeri Lawang ........................... 68
Pedoman Wawancara dengan Waka Madrasah Urusan Kurikulum ................ 68
18
Pedoman Wawancara dengan Siswa Kelas VII D MTs Negeri Lawang ........ 68
Data Guru dan Karyawan MTs Negeri Lawang ............................................... 68
Data Siswa MTs Negeri Lawang ..................................................................... 68
Data siswa kelaas VII D MTsNegeri Lawang ................................................. 68
Sarana dan Prasarana MTs Negeri Lawang ..................................................... 68
Dokumentasi berupa Foto-Foto Pembelajaran ................................................. 68
Surat Izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang .................................................................................................. 68
Surat Keterangan Penelitian dari MTs Negeri Lawang Malang ........................ 68
Biodata Penulis (Riwayat Hidup) .................................................................... 68
19
ABSTRAK Qadam, Izah Ulya. 2010. Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam
Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII MTs Negeri Lawang Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Kata Kunci: Cooperative Learning, Kreativitas, dan Aqidah Akhlak
Fenomena pendidikan di Indonesia dewasa ini lebih banyak pada pembelajaran yang bersifat kompetitif dan individualitis. Dalam sistem pembelajaran ini siswa harus berjuang untuk memperoleh sebuah nilai yang bagus sebagai akhir dari perjuangannya. Para siswa pun harus saling berkompetisi, bahkan siswa terkadang tidak sehat dalam keikutsertaan dalam kompetisi ini. Ketika keadaan seperti ini masih berkelanjut, maka individualitis berkembang tanpa ada hubungan sosial dan kerjasama dalam meraih prestasi siswa. Sehingga kreativitas peserta didik tidak berkembang dengan baik dan bahkan bisa mematikan kreativitas siswa. Untuk menghindari hal-hal tersebut pembelajaran Cooperative learning sebagai tawaran alternatif karena dapat mengarahkan siswa untuk meningkatkan motivasi, kreativitas, imajinatif, dan etos keilmuan serta berkembangnya potensi anak yang belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Sehingga nilai-nilai Islami dalam proses belajar terwujud dengan motode yang manusiawi, menyenangkan dan mengarahkan anak didik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dengan implementasi metode Cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII MTs Negeri Lawang Malang.
Metode penelitian yaitu menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Tahapan penelitian ini berupa siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengann menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan menggunakan rumus presentase:
Post Rate - Base Rate P = X 100%
Base Rate Hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi metode Cooperative
learning dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII MTs Negeri Lawang Malang. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa kreativitas mengalami peningkatan dari pre test ke post test yang semula perolehan nilai skor 13 menjadi 25 skor. Atau berdasarkan hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar observasi
20
menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%, sikus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan sebesar 54% point. Dan juga perolehan nilai belajar siswa terjadi peningkatan juga dengan perolehan pada siklus I nilai rata-rata 71,5, siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point. Indikator peningkatan ditandai siswa dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya, memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa berani untuk mengkritisi terhadap permasalahan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain-lain.
Saran yang disampaikan peneliti bersifat konstruktif yang dapat diberikan demi terwujudnya dan berkembangnya pembelajaran di kelas. Pertama, Bagi guru dapat mengimplementasikan implementasi metode Cooperative learning dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan mengemasnya dalam pembelajaran yang menarik dan menggunakan strategi atau model yang bervariasi. Kedua, Bagi siswa ciptakan suasana belajar lebih hidup, inovatif dan kreatif. Ketiga, Perlu diadakan penelitian serupa yang mengkaji metode Cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa pada jenjang pendidikan yang berbeda.
21
ABSTRACT Qadam, Izah Ulya. 2010. Implementation of Cooperative Learning Method In
Improving Student Creativity And Books Lessons of Virtue In Class VII The State MTs Lawang Malang. Thesis, Department of Islamic Religious Education, Faculty of Tarbiyah, The State Islamic University of Malang Maulana Malik Ibrahim. Dr. H. Nur Ali, M. Pd
Keywords: Cooperative Learning, Creativity, and the Aqidah of Virtue
The phenomenon of adult education in Indonesia is more competitive on
the learning and individual. In this learning system students have to struggle to get a good value as the end of the struggle. Students also must compete with each other, sometimes not even healty for student participation in this competition. When things like this still continuous, then individual developed without any social relations and cooperation in student achievement. So that the creativity of learners do not develop properly and can even turn off the creativity of students. To avoid those things that Cooperative learning as an alternative bid because it can lead students to improve motivation, creativity, imaginative, and the ethos of science and the development potential of children who can not be executed fully. So that Islamic values in the learning process of human existence with methods, fun and direct the students.
The purpose of this study was to describe the process of planning, implementation and assessment of the implementation of cooperative learning methods in enhancing student creativity in classroom lesson Virtue VII Aqidah Akhlak the state MTs Lawang Malang.
The research method that is using the class-action research (CAR). Stages of this research is a cycle that includes planning, execution, observation, and reflection documentation. The quantitative data were analyzed using a percentage formula:
Post Rate - Base Rate
P = X 100% Base Rate
The research proves that the implementation of cooperative learning
methods can improve the creativity of students in classes VII Moral lessons Aqidah the state MTs Lawang Malang. Field observation results indicate that creativity has increased from pre test to post test score grades initially 13 to 25 score. Or based on the calculation of the value of creativity assessment score based on the indicators in the observation sheet shows that in the first cycle the average value of cycle rating of 38%, the second cycle the average value of 76%, and the average value of III cycles of 92%, so an increase of 54% points. And also
22
the acquisition value of student learning also increased with the acquisition in the first cycle the average value of 71.5, the second cycle the average value of 74.9, and in cycle III, the average value of 81.2. Thus, an increase of 9.7 points. Indicators marked increase in students can express ideas or opinions, have a great curiosity towards learning Aqidah of Virtue, the students dared to criticize the problems in the subject Aqidah of Virtue, and others. Suggestions submitted by researchers as constructive that can be given for realization and development of classroom learning. First, teachers can implement for the implementation of cooperative learning methods can enhance students' creativity with an attractive packaging in the learning and use strategies or models that vary. Second, create an atmosphere for students to learn more vibrant, innovative and creative. Third, similar studies should be conducted to assess the cooperative learning method in enhancing the creativity of students at different educational levels
23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan yang
lain. Karena sifanya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan
manusia yang lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus
menjadi makhluk sosial, makhluk yang membutuh interaksi dengan makhluk
disekitarnya. Pembelajaran dengan model pengelompokan atau dalam bahasa
ilmiahnya Cooperative learning merupakan pembelajaran yang secara sadar
dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antara satu siswa
dengan sesama siswa yang lainnya.
Sebagai manusia yang mengharapkan kesempurnaan dalam hidup
maka salah satunya kita saling membantu satu dengan yang lainnya.
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya
sebagai satu kelompok atau satu tim.1
Pendidikan di Indonesia dewasa ini, kalau kita perhatikan lebih
banyak pada pembelajaran yang bersifat kompetitif dan induvidualitis. Bahkan
proses belajar yang seperti itupun kerap terjadi dalam fenomena pendidikan di
Indonesia. Akan tetapi, bukan berarti belajar secara kompetitif dan
individualitif merupakan belajar yang buruk. Jika disusun dan ditata sebaik
1Isjoni, Cooperative Learning : Efektifitas Pembelajaran Kelompok (Bandung :
Alfabeta, 2009), hal. 15
24
mungkin akan menjadi belajar yang sangat efektif. Dalam buku “Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif Progresif”, menyatakan bahwa belajar secara
individualities dan kompetitif jika disusun dengan baik, maka belajar tersebut
akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang
terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar
kompetitif dan individualitif seperti kompetisi siswa yang kadang tidak sehat.
Untuk menghindari hal-hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa
yang lain untuk mencapai sukses, maka jalan keluarnya adalah dengan belajar
kooperatif.2
Di Indonesia adalah Negara dengan kuantitas penduduknya
beragama Islam. Yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi sebuah
primadona bagi masyarakat Indonesia. Seperti orang tua, peserta didik, dan
lain-lain. Dan yang seharusnya pendidikan agama Islam menjadi sebuah
momok pendidikan yang penting. Karena dalam pendidikan agama Islam,
banyak sekali uraian-uraian yang berhaluan atas berdasarkan al-Qu‟an dan al-
Hadist yang menjadi pegangan hidup seorang muslim sampai liang kubur dan
akan mendapatkan syafa‟atnya sampai kapan pun. Akan tetapi, daya tarik
masyarakat Indonesia sedikit sekali untuk memasukkan penerus keturunan
hidupnya ke lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Kurang tertariknya masyarakat untuk memilih lenbaga-lembaga
pendidikan Islam sebenarnya bukan karena terjadi pergeseran nilai atau ikatan
keagamaannya yang mulai pudar, melainkan karena sebagai besar kurang
2 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif (Jakarta: kencana, 2009), hal. 55
25
menjajikan masa depan dan kurang responsive terhadap tuntunan dan
permintaan saat ini maupun mendatang. Padahal, paling tidak ada tiga hal
yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam memilih lembaga pendidikan,
yaitu nilai (agama), status social dan cita-cita. Masyarakat yang terpelajar
akan semakin beragam pertimbangannya dalam memilih pendidikan bagi
anak-anaknya. Hal ini berbeda dengan kondisi tempo dulu yang masih serba
terbatas dan terbelakang. Tempo dulu, pendidikan lebih merupakan model
untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi
masyarakat. Artinya, kalau anaknya sudah mempunyai sikap positif dalam
beragama dan dalam memelihara tradisi masyarakatnya, maka pendidikan
dinilai sudah menjalankan misinya. Tentang seberapa jauh persoalan
keterkaitan dengan kepentingan ekonomi, ketenagakerjaan dan sebagainya
merupakan persoalan yang kedua. Akan tetapi, bagi masyarakat yang sudah
semakin terdidik dan terbuka, pada umunya lebih rasional, pragmatis, dan
berfikir jangka panjang dan karenanya pula, ketiga aspek tersebut (nilai, status
social, cita-cita) dijadikan pertimbangan secara bersama-sama, bahkan dua
pertimbangan terakhir (status social dan cita-cita) cenderung lebih dominan.3
Menuju pendidikan Islam pertama adalah niscaya bahwa kehadiran
lembaga pendidikan Islam yang berkualitas dalam berbagai jenis dan jenjang
pendidikan itu sesungguhnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak, terutama
umat Islam. Bahkan kini terasa sebagai kebutuhan yang sangat mendesak
terutama bagi kalangan muslim kelas menengah ke atas yang secara kuantitatif
3 Malik Fajar, Quo Vadis Pendidikan Islam “Pengembangan Pendidikan Islam Yang
Menjajikan Masa Depan” (Malang : UIN-Malang Press, 2006), hal. 11-12
26
terus meningkat belakangan ini. Fenomena social yang sangat menarik ini
mestinya bisa dijadikan tema sentral kalangan pengelola lembaga pendidikan
Islam melakukan pembaharuan dan pengembangan.4
Pendidikan agama Islam merupakan kebutuhan manusia, karena
sebagai makhluk paedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa potensi
dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta
pendukung dan pemegang kebudayaan.5
Salah satu pesan dalam pendidikan agama Islam adalah
menjadikan pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran yang dapat
memacu siswa rajin dan pintar serta kreatif dan inovatif.6 Karena dalam logika
al-Qur‟an manusia memiliki segala kelebihan yang potensial dan mereka
harus mengarahkan diri mereka sendiri untuk menerapkan kecenderungan-
kecenderungan baik itu dalam perintis tindakan.7 Karena agama Islam selain
mengajarkan norma-norma, agama juga mendorong manusia berfikir dan
bertindak kretif. Allah SWT selalu mendorong manusia untuk berfikir.8
Sebagaimana firman Allah SWT :
4 Ibid., hal. 10 5 Abdul Majid dan Dian Andani, Pendidikan Agama Islam Kompetensi Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 130 6 Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan Kurikulum Hingga
Refidinasi Islamisasi Pengetahuan (Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia, 2003), hal. 185 7 Rifaat Syauqi Nawawi, dkk, Metodologi Psikologi Islam (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2002), hal. 15 8 Fuad Nashori dan Diana Mucharam, Mengembangkan Kreatifitas dalam Perspektif
Psikologi Islam (Yogyakarta : Menara Kudus, 2002), hal. 27
27
Artinya :
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir.” )Q.S. Al-Baqoroh : 219).9
Menengok dari firman Allah SWT diatas bahwasanya manusia di
Bumi ini banyak sekali permasalah-permasalahan yang mana hanya ada satu
kunci untuk membukanya yaitu berfikir untuk memecahkan suatu masalah.
Dan Islam adalah agama rahmat lil „alamin bagi umatnya yang tidak hanya
berfikir secara rasio saja tetapi juga hati nurani dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan didepannya.
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan intelektual atau
berfikir manusia. Meski tidak menjamin seseorang untuk bertindak kreatif,
namun dengan dasar-dasar suatu pengetahuan, maka seseorang dapat
melengkapi atau mengembangkan sistem pengetahuan yang ada, membuat
analogi-analogi untuk merencanakan pemecahan suatu masalah atau
mentransformasikan ke dalam situasi yang baru.10
Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagi interaksi dan
pengalaman belajar. Namun dalam hal pelaksanaannya yang dilaksanakan
justru menghambat aktivitas dan kretivitas peserta didik.11
Pengembangan kreativitas dalam sistem pendidikan sangat penting
karena sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan pembangunan dari segala
9 Al -Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah,
2004), hal. 34 10 Suharnan, Psikologi Kognitif, (Surabaya: Srikandi, 2005), hal. 392-393 11 E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kretifitas dan
Menyenangkan (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 164
28
bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat
sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan efisiensi kerja. 12
Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
menekankan bahwa “Pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, professional,
bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani”. Selanjutnya
ditekankan pula bahwa “Iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan budaya belajar dikalangan masyarakat terus
dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan
keinginan untuk maju.” Dalam GBHN 1993 dinyatakan bahwa pengembangan
kreatifitas (daya cipta) hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu di lingkungan
keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam pendidikan pra-
sekolah. Secara eksplisit dinyatakan pada setiap tahap perkembangan anak
pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai di
perguruan tinggi, bahwa kretifitas perlu dipupuk, dikembangkan dan
ditingkatkan, disamping mengembangkan kecerdasan dan ciri-ciri lain yang
menunjang pembangunan.13
Dalam interaksi edukatif guru harus berusaha agar anak didik aktif
dan kreatif secara optimal. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing
12 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat Dan Kreativitas Anak Sekolah (Jakarta :
Gramedia Widiasarana, 1992), hal. 46 13 Ibid., hal. 17
29
sedangkan anak aktif dan kreatif dan belajar.14 Dewasa ini, muncul bermacam-
macam keanekaragaman jenis belajar. Namun diantara berbagai jenis kegiatan
belajar tersebut tidak tercantum belajar kreatif. Demikian pula ragam
pemecahan masalah, tidak mencakup pemecahan masalah secara kreatif.15
Sampai sekarang ini, masih banyak kecenderungan dalam masyarakat kita,
bahwa anak yang baik adalah anak yang patuh dan memiliki disiplin kuat.
Begitu pula dalam pendidikan, proses pendidikan bukan mendorong anak
didik pada penemuan jati diri, kreativitas melainkan wawasan yang dekat ke
proses domestifikasi subyek didik.16
Agar kreativitas dapat tumbuh pada diri peserta didik, maka dalam
proses pendidikan harus melibatkan peserta didik secara aktif. Karena anak
didik merupakan subyek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap
saat.17 Menurut teori pengajaran, keikutsertaan secara aktif dari peserta didik
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan konsekuensi logis dari pengajaran
yang sebenarnya. Bahkan merupakan faktor penting dalam hakikat kegiatan
belajar mengajar. Sebab, suatu pengajaran tidak akan berlangsung dengan
berhasil tanpa keaktifan peserta didik.18
Oleh karena itu, para peserta didik untuk mengubah paradigma
dalam proses pembelajaran, dari yang bersifat “teacher centered” menjadi
14 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hal. 62-63 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004), hal.
VII 16 Abdullah Ahmad Ni‟am, dkk, Pemikiran Islam Kontemporer (Yogyakarta : Jendela,
2007), hal. 12 17 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hal. 46 18 Subadijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta : PT. Raja Grafindo,
1996), hal. 32
30
“student centered instruction”. Dimana dalam sistem pengajaran ini peranan
dan partisipasi yang tinggi dari peserta didik sangat ditonjolkan.19 Dan salah
satu metode pembelajaran yang dapat digunakan adalah metode cooperative
learning. Dengan menggunakan metode cooperative learning selain siswa
dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya juga dituntut memiliki
solidaritas sosial.
Bila kita cermati pendidikan di Indonesia selama ini, proses
pembelajaran yang dilakukan sebagian guru termasuk guru pendidikan agama
Islam adalah menggunakan sistem pembelajaran kompetitif dan individual.
Mulai dari yang paling dasar sampai perguruan tinggi pun, peserta didik
belajar dalam nuansa kompetitif dan individual, dan itu pun harus
diperjuangkan untuk memperoleh sebuah kemenangan. Tempat pembelajaran
secara tidak langsunng telah mendidik anak untuk memperoleh nilai atau hasil
yang sangat memuaskan dengan segala cara pun dihalalkan. Kemudian, ketika
keadaan seperti itu masih berlanjut, maka kreativitas peserta didik tidak
berkembang dengan baik dan bahkan bisa mematikan kreativitas anak. Allah
SWT berfirman :
ぐぐ ..
19 Syaifuddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal. 115-116
31
Artinya :
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” )QS. Ar-Ra‟d : 11(20
Jika dilihat dari firman Allah SWT diatas bahwasanya, kita bisa
merubahnya dengan salah satu satu model pembelajaran sebagai alternatif
utama yaitu dengan model pembelajaran cooperative learning. Istilah
Cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan
sebutan pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin cooperative learning adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen.21 Model ini didasari falsafah homo homini socius, yang
menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang berkecenderungan
untuk hidup bersama.22 Model pembelajaran kooperatif yang bertujuan agar
peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan
cara saling menghargai pendapat dan memberi kesempatan kepada orang lain
untuk menggemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka
secara berkelompok.23 Dengan demikian, hubungan kerjasama antar siswa
dengan siswa yang lainnya merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting.
Model ini bisa diterapkan dalam pembelajaran, termasuk dalam mata pelajaran
pendidikan Islam, salah satunya pendidikan agama Islam dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak. Selama ini, proses belajar mengajar dalam pelajaran
20 Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 250 21 Isjoni, Op.Cit., hal. 12 22 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit, hal. 17 23 Isjoni, Op.Cit., hal. 21
32
ini, begitu monoton dan siswa pasif, bosan, jenuh, bahkan terhambat
kreativitasnya ketika seorang guru mengajar. Sehingga siswa kurang kepekaan
sosial, dan sering kali hanya mencakup dataran kognitif saja, tanpa sentuhan
afektik apalagi psikomotorik, sehingga sangat menghambat kreativitas peserta
didik.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Wakhidah Nurul
Milati, tahun 2007, dengan judul skripsinya “Implementasi Cooperative
Learning Metode Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13 Malang”. Menyimpulkan
bahwa peningkatan belajar siswa semula nilai rata-rata pada pre tes sebesar
6,9 pada siklus I sebesar 7,6 meningkat 10%, siklus II sebesar 8,8 meningkat
27%.24 Sedangkan, tinjauan penelitian terdahulu dalam kreativitas dengan
hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh M. Syamsun Ni‟am tahun 2009,
dengan judul skripsi “Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran ,Pendidikan Agama Islam Kelas III Di MIN Beji Pasuruan”.
Hasil penelitian membuktikan bahwa implementasi pembelajaran berbasis
kecerdasan majemuk dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa
pada pelajaran PAI di MIN Beji Pasuruan. Hasil observasi di lapangan
menunjukkan bahwa kreativitas mengalami peningkatan dari pre test ke post
test yang semula nilai rata-rata sebesar 1,33 meningkat menjadi 3,22 atau
24 Wakhidah Nurul Milati, Implementasi Cooperative Learning Metode Jigsaw dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13 Malang, Skripsinya, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang, 2007, Abstrak
33
sebesar 71,3%, sedangkan hasil belajar juga mengalami peningkatan yang
semula nilai rata-rata pada pre test sebesar 60 meningkat menjadi 84,6 atau
sebesar 41%. Indikator peningkatan ditandai siswa menjadi lebih kreatif dalam
memecahkan masalah suatu permasalahan dan kreatif dalam membuat sesuatu
yang baru.25
Dengan adanya pembelajaran cooperative learning diharapkan
dapat memecahkan suatu masalah dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam terutama pelajaran Aqidah Akhlak yang bisa dikatakan condong pada
pembelajaran tradisional. Kemudian, dengan model pembelajaran ini, dapat
mengarah untuk meningkatkan motivasi, kreativitas, imajinatif, dan etos
keilmuan serta berkembangnya potensi anak yang belum dapat dilaksanakan
sepenuhnya. Sehingga nilai-nilai Islami yang seharusnya diterapkan dalam
proses belajar mengajar belum terwujud. Metode pendidikan yang Islami
adalah metode yang yang manusiawi, menyenangkan dan menggarahkan anak
didik.26
Di lain pihak, kreativitas dan performasi guru menunjukkan
perbaikan yang berarti baik dalam menyusun perencanaan, penggunaan
teknologi pembelajaran, pelaksanaan maupun pengembangan sistem evaluasi
yang dilakukan. Kualitas pembelajaran yang sesuai dengan rambu-rambu
25 M. Syamsu Ni‟am, Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Dalam
Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran ,Pendidikan Agama Islam Kelas III Di MIN Beji Pasuruan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri maulana malik ibrahim Malang, 2009, Abstrak
26 Abuddin nata, Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia (Bogor : Kencana Prenada Media, 2003), hal. 184-185
34
pendidikan agama Islam dipengaruhi pula oleh sikap yang kreatif untuk
memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan sebelum peneliti
melaksanakan penelitian tindakan kelas di MTs Negeri Lawang Malang,
terkhususkan dalam mata pelajaran Aqidah Akhlak. Guru pelajaran Aqidah
Akhlak disana masih menggunakan metode pembelajaran dengan model
ceramah. Dalam proses pembelajaran ini, cenderung bersifat kompetitif dan
individualitis yang mana peran siswa selama pembelajaran saling
berkompetisi dan juga individualitis berkembang tanpa ada hubungan sosial
dan kerjasama dalam meraih prestasi siswa. Sehingga kreativitas peserta didik
tidak berkembang dengan baik dan bahkan bisa mematikan kreativitas siswa.
Peneliti memilih pelajaran Aqidah Akhlak sebagai pelajaran yang akan diteliti
dalam penelitian tindakan kelas, karena pelajaran ini memuat tentang Aqidah
dan juga pelajaran pendidikan moral agama Islam. Setelah meninjau dan
menelaah permasalahan diatas, maka peneliti mengambilan keputusan dan
menyakini untuk memilih dengan judul “Implementasi Metode Cooperative
Learning Dalam Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran
Aqidah Akhlak Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah proses perencanaan dengan menggunakan cooperative
learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah
Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?
35
2. Bagaimanakah proses pelaksanaan dengan menggunakan cooperative
learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah
Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?
3. Bagaimanakah penilaian dengan menggunakan cooperative learning
dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak
kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah :
1. Untuk mengetahui proses perencanaan dengan menggunakan
cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri
Lawang.
2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan dengan menggunakan
cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri
Lawang.
3. Untuk mengetahui penilaian dengan menggunakan cooperative
learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah
Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang.
36
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
1. Peserta didik, agar dapat termotifasi sehingga mereka dapat belajar
dengan menyenangkan dan sekreatif mungkin.
2. Para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan Islam agar dapat
menggunakan karya ini, khususnya pendidik yang membimbing mata
pelajaran Aqidah Akhlak, agar dapat menambah pengetahuan dalam
strategi pembelajaran.
3. Lembaga pendidikan, khususnya untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
4. Para pembaca, diharapkan dapat memahami dan bermanfaat sebagai
bahan pedoman untuk dalam kegiatan pendidikan terutama mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
5. Peneliti, diharapkan semoga karya yang akan dibuat menjadi sarana
belajar, dan semoga di lain kesempatan agar lebih memperdalam kajian
hasanah keilmuan.
E. Definisi Operasional
Untuk menjaga dan sebagai antisipasi timbulnya kesalah pahaman serta
pengaburan pemahaman makna dan sekaligus memberikan arah kepada penulisan
skripsi ini, maka sebelum membahas lebih lanjut tentang skripsi ini, maka
ditegaskan dahulu definisi operasional yang terdapat dalam judul skripsi
“Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan
37
Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak Kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Lawang”.
1. Cooperative Learning
Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning
merupakan pembelajaran secara bersama-sama satu dengan yang lainnya
untuk mencapai keberhasilan suatu pembelajaran. Dalam hal ini siswa
lebih ditekankan dalam keaktifan, tidak hanya guru saja yang yang
menjadi sentralnya.
2. Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk berkreasi dengan sebuah ide-
ide yang baru yang merupakan esensial dalam pemecahan masalah.27
Dalam hal ini, kemampuan siswa untuk berfikir secara secara mandiri
dengan kemampuan ide masing-masing untuk memperoleh suatu karya
atau hasil untuk tercapainya sebuah gagasan baru.
3. Pelajaran Aqidah Akhlak
Pelajaran Aqidah Akhlak merupakan salah satu pelajaran agama
Islam yang hanya dapat diperoleh di lembaga-lembaga pendidikan yang
berasaskan Islam, seperi Madrasah, sekolah Islam, pesantren, dan lain-
lainnya. Isi kandungan yang terdapt dalam mata pelajaran ini adalah
tentang Aqidah dan juga Akhlak yaitu tentang budi pekerti ala Islamiyah
tang berdasarkan atas Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
27 Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu Tinjauan Konseptual Operasional (Jakarta Timur : Bumi Aksara, 2009), hal. 138
38
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
menjadi beberapa bab, yang mana setiap babnya sendiri terdiri dari beberapa
sub bab yaitu :
Bab I pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini, akan memaparkan
ringkasan gambaran secara singkat apa yang terdapat dalan keseluruhan
penulisan ini. Pembahasan bab ini meliputi : Latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, definisi operasional, batasan
masalah, dan sistematika bahasan.
Bab II kajian teori. Bab ini berisi tentang teori-teori yang terkait
mengenai permasalahan dalam penelitian, yaitu meliputi : Kajian tentang
Cooperative Learning, dan teori tentang Kreativitas Siswa
Bab III metode penelitian. Pada bab ini memaparkan tentang
bagaimana penelitian dilakukan, meliputi : Jenis dan pendekatan penelitian,
kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,
teknik analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan penelitian.
Bab IV laporan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang hasil penemuan-
penemuan yang diperoleh oleh peneliti selama mengadakan penelitian.
Bab V pembahasan hasil penelitian. Bab ini berisi tentang : a) Proses
perencanaan dengan menggunakan cooperative learning dalam meningkatkan
kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah
Tsanawiyah Negeri Lawang, b) Proses pelaksanaan dengan menggunakan
cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran
39
Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang, c) penilaian
dengan menggunakan cooperative learning dalam meningkatkan kreativitas
siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri
Lawang.
Bab VI kesimpulan dan saran. Bab ini berisikan tentang uraian
keseluruhan bab yang disimpulkan dalam penutup yang berisikan kesimpulan,
kritik dan saran.
40
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Cooperative Learning
1. Pengertian Metode Cooperative Learning
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama
lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.28 Slavin mengemukakan, “In
cooperation learning method, students work together in four member teams to
master material initially presented by the teacher (dalam metode
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok
yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang akan
disampaikan oleh guru).29
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok
untuk memecahkan suatu permasalah dengan cara saling membantu sesama
anggotanya agar masalah tersebut terpecahkan dengan didampingi oleh guru.
Menurut Isjoni dalam bukunya cooperative learning mengutip
pendapat Slavin menyebutkan bahwa cooperative learning merupakan model
pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru
mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching).
28 Isjoni, Op. Cit., hal. 15 29Robert E. Slavin, Cooperative Learning : Theory, Research, Practice (London :
Allymand Bacon, 2005), (terjemahan, cooperative learning : Teori, Riset dan Praktik (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009), hal. 8
41
Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi
seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai
informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama
mereka.30
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam
kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik
didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, berdiskusi, dan
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang
berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang
disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompoknya untuk
mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota
kelompok ada yang belum menguasai materi pelajaran.31
Cooperative learning ini bukan bermaksud untuk menggantikan
pendekatan kompetitif (persaingan). Nuansa kompetitif dalam kelas akan
sangat baik bila diterapkan secara sehat. Pendekatan kompetitif ini adalah
sebagai alternatif pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya
sebagaian siswa saja yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya
semakin tenggelam kompetisi, yakni hanya lainnya semakin tenggelam dalam
ketidak tahuannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuannya merasa
malu bila kekurangannya diekspose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan
30 Isjoni, Op. Cit., hal. 17 31Trianto, Op.Cit., hal. 56-57
42
menjadi kurang sehat bila tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal
yang diberikan guru. Sikap mental inilah yangn dirasa perlu untuk mengalami
improvement (perbaikan).32
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina
untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Mereka sadar bahwa
hidup ini saling ketergantungan seperti ekosistem dalam mata rantai
kehidupan. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa
keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari tidak
disadari, makhluk lain ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.33
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok,
akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang
mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu yang kekurangan.
Sebaliknya yang kekurangan dengan rela hati mau belajar dari yang
berlebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas
dalam rangka untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Inilah yang
diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.34
Model pembelajaran ini akan membantu anak/siswa dalam
pembelajaran atau materi yang belum dikuasainya. Dengan adanya saling
bantu membatu anak/ siswa yang mempunyai kelebihan dalam dirinya dapat
32 Isjoni, Op. Cit., hal. 18 33 Syaiful Bahri Djamrah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta :
Rineka Cipta, 2000), hal. 7 34 Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta : Rineka
Cipta, 1997), hal. 63
43
membantu temanya yang mempunyai kekurangan dalam memahami pelajaran
atau ketika guru memberikan suatu permasalahan materi dan diajak untuk
memecahkan materi sangat lamban.
Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative learning tidak
hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi
juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, bekerja
sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif
pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap
kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa
untuk meningkatkan prestasi belajarnya.35
Dalam model cooperative learning, terdapat beberapa ciri dari
cooperative learning :36
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman sekelompoknya.
d. Guru membantu keterampilan-keterampilan interpersonal
kelompok.
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan
kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat
meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong
35 Ibid, hal 13 36 Isjoni, Op.Cit, hal. 20
44
menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar
mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara
berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai
pendapat dan memperbaiki kesempatan kepada orang lain untuk
mengemukakan pendapat mereka secara berkelompok.37
Dalam pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya untuk membantu
dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama, maka tanpa disadari pada
diri anak/siswa sebenarnya mereka melakukan suatu hubungan interaksi sosial
dalam pembelajaran hal itu ditandai adanya saling menghargai hasil pemikiran
atau pendapat setiap siswa dengan teman-temannya.
Berdasarkan pemahaman ini, maka peranan guru di kelas haruslah
jelas tampak. Misalnya, dalam menjamin terlaksananya pembelajaran
kooperatif seyogyanya guru harus membantu siswa memahami dinamika
dalam bekerja sama dalam kelompok, membantu siswa agar memahami
bahwa mereka menghadapi kepentingan serta tujuan sama, terampil untuk
berpartisipasi atau berbagi tugas, bertanggung jawab dan saling menghargai
dalam pembelajaran kooperatif.38
2. Unsur Penting Dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning:
Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas mengutip
pendapatnya roger dan david Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja
37 Ibid, hal. 21 38 Isjoni, dkk, Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2007), hal. 68
45
kelompok bisa dianggap cooperative learning.39 Oleh karena itu, ada beberapa
unsur-unsur dalam pembelajaran cooperative learning.
Menurut Isjoni mengutip pendapatnya menurut Lundgren, unsur-unsur
dasar dalam cooperative learning adalah sebagai berikut : 40
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama”.
b. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain
dalam kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri
sendiri, dalam mempelajari materi yang dihadapi.
c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki
tujuan yang sama.
d. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama
besarnya diantara anggota kelompok.
e. Para siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang
akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota
kelompok.
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
g. Para siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
39 Anita Lie, Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-
Ruang Kelas (Jakarta : PT Grasindo, 2004), hal. 31 40 Ibid,.
46
Sedangkan menurut Johnson&Johnson dan Sutton dalam bukunya
Trianto “Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif Progresif”, terdapat lima
unsur penting dalam belajar kooperatif:41
1. Pertama, Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang
bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama
lain. Seoranng tidak akan sukses kecuali semua anggota
kelompoknya sukses.
2. Kedua, Interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar
kooperatif akan meningkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi
dalam hal seoranng siswa akan membantu siswa lain untuk sukses
sebagai anggota kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan
berlangsung secara alamiah karena kegagalan seseorang dalam
kelompok memengaruhi suksesnya kelompok.
3. Ketiga, Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual
dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung jawab siswa dalam
hal :
a. Membantu siswa yang membutuhkan bantuan.
b. Siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil
kerja teman jawab siswa dan teman sekelompoknya.
4. Keempat, Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam
belajar kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang
41 Trianto, Op. Cit., hal. 60
47
diberikan seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.
5. Kelima, Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan
berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika
anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan
mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang
baik.
3. Jenis-Jenis Model Cooperative Learning
Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif, sangat banyak sekali dan
bervariasi. Dalam bukunya Trianto menjelaskan bahwa ada beberapa variasi
dari model pembelajaran kooperatif. Yaitu : STAD, JIGSAW, Investigasi
Kelompok (Teams Games Tournaments atau TGT), dan Pendekatan Struktural
yang meliputi Think pair Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).
Berikut ini mengikhtisarkan dan membandingkan empat pendekatan dalam
pembelajaran kooperatif :42
STAD JIGSAW Investigasi
Kelompok
Pendekatan
Struktural
Tujuan
Kognitif
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
sederhana
Informasi
akademik
tingkat tinggi
&
Informasi
akademik
sederhana
42 Ibid., hal. 67-68
48
keterampilan
inkuiri
Tujuan
Sosial
Kerja
kelompok
dan kerja
sama
Kerja
kelompok dan
kerja sama
Kerja sama
dalam
kelompok
kompleks
Keterampilan
kelompok &
keterampilan
sosial
Struktur
Tim
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
orang
anggota
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
menggunakan
pola
kelompok
„asal‟ &
kelompok
„ahli‟
Kelompok
belajar
heterogen
dengan 5-6
orang anggota
homogen
Bervariasi,
berdua,
bertiga,
kelompok
dengan 4-5
orang
anggota
Pemilihan
Topik
Biasanya
guru
Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya
guru
Tugas
Utama
Siswa dapat
Menggunaka
n lembar
kegiatan &
Siswa
Mempelajari
materi dalam
kelompok
Siswa
menyelesaikan
Inkuiri
kompleks
Siswa
menerjakan
Tugas-tugas
yang
49
saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya
„ahli‟
kemudian
membantu
anggota
kelompok asal
mempelajari
materi itu
diberikan
secara sosial
dan kognitif
Penilain Tes
mingguan
Bervariasi
dapat berupa
tes mingguan
Menyelesaikan
proyek dan
menulis
laporan, dapat
menggunakan
tes essay
Bervariasi
Pengakuan Lembar
pengetahuan
& publikasi
lain
Publikasi lain Lembar
pengakuan &
publikasi lain
Bervariasi
Table 2.1 Perbandingan Empat Pendekatan Dalam Pembelajaran Kooperatif
Sedangkan dalam bukunya Isjoni, menyebutkan bahwa dalam
cooperative learning terdapat beberapa model yang dapat diterapkan, yaitu
diantaranya : Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group
50
Investigation (GI), Rotating Trio Exchange, dan Group Resume, berikut
penjelasannya :43
1. Student Team Achievement Division (STAD)
Pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipe STAD
melalui lima tahapan yang meliputi :
a. Tahap penyajian materi, yang mana guru memulai dengan
menyampaikan indikator yang harus dicapai hari itu dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan
dipelajari.
b. Tahap kegiatan kelompok, pada tahap ini setiap siswa diberi
lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja
kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu
memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok
dapat memahami materi yang akan dibahas, dan satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok.
c. Tahap tes individual, yaitu untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara
individual, mengenai materi yangn akan dibahas.
d. Tahap penghitungan skor perkembangan individu,
dimaksudkan untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai
dengan kemampuannya. Perhitungan skor kelompok
dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing
43
Isjoni, Op. Cit.,, hal. 50
51
perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai
jumlah anggota kelompok.
e. Tahap pemberian penghargaan kelompok, berdasarkan
perolehan skor rata-rata yang dikategorikan menjadi
kelompok baik, kelompok hebat, kelompok super.
Dari tinjauan pembelajaran kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang sederhana. Hal ini
adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat dengan
pembelajaran model konvensional. Hal ini terbukti adanya tahap pertama pada
tipe STAD yaitu tahap penyajian materi. Hanya saja perbedaanya terletak pada
adanya pemberian penghargaan kelompok.
2. Jigsaw
Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk
mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa-siswa atau perwakilan
dan kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota
dan kelompok lain yang mempelajari materi yangn sama. Selanjutnya
materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap
masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat
memahami dan menguasai materi tersebut. Lalu, masing-masing
perwakilan tersebut kembali kekelompok masing-masing atau
kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut
menjelaskan pada teman atau kelompoknya sehingga teman satu
kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
52
Dalam tipe Jigsaw ini keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator saja
yang bertugas untuk mengarahkan dan juga memotivasi siswa untuk belajar.
Guru bukan lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi disini siswa yang
menjadi pusat kegiatan kelas atau lebih aktif dari pada guru.
3. Group Investigation (GI)
Pada model ini siswa dibagi kedalam kelompok yang
beranggotaka 4-5 orang. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan
perkawanan atau berdasarkan pada keterkaitan akan sebuah materi
tanpa melanggar ciri-ciri cooperative learning. Pada model ini siswa
memilih sub topik yang ingin mereka pelajari dan topik yang biasanya
telah ditentukan guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan
tujuan, langkah-langkah belajar berdasarkan sub topik dan materi
yang dipilih.
Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang
sangat komplek dan paling sulit unttuk diterapkan. Berbeda degan STAD dan
Jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari dan
bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan model group
investigation memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada
pendekatan yang lebih terpusat pada guru. Pendekatan ini memerlukan
mengajar siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang baik.
4. Rotating Trio Exchange
Pada model ini, kelas dibagi kedalam beberapa kelompok yang
terdiri dari 3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat
53
kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, berikan pada setiap trio
tersebut pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai
berilah nomor untuk setiap anggota trio tersebut. Lalu berikan
pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan, tambahkanlah sedikit
tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan
yang telah disiapkan.
Rotating Trio Exchange ini hampir sama dengan Jigsaw hanya saja
model ini setiap kelompok hanya terdiri dari 3 orang saja kemudian adanya
pertukaran dengan kelompok lain kemudian guru memberikan pertanyaan-
pertanyaan yang berbeda dari sebelumnya. Dan ini akan mengakibatkan
adanya timbul trio baru.
5. Group Resume
Model ini akan menjadikan interaksi antar siswa lebih baik, kelas
dibagi kedalam kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6
orang siswa. Berikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang
bagus, baik bakat atau pun kemampuannya di kelas. Biarkan
kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang didalamnya
terdapat data-data latar belakang pendidikan, pengetahuan akan isi
kelas, pengalaman kerja, kedudukan yang dipegang sekarang,
keterampilan, hobby, bakat dan lain-lainnya. Kemudian setiap
kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok
mereka.
54
Group resume ini merupakan pendekatan model yang mengidentifikasi
dan menunjukkan kelebihan yang dimiliki kelas dengan cara membuat resume
kelompok, yang mana resume tersebut harus mencakup informasi yang dapat
menarik kelompok secara keseluruhan.
Agus Suprijono dalam bukunya “Cooperative Learning Teori Dan
Aplikasi Paikem”, menyatakan bahwa metode – metode pembelajaran
kooperatif terdiri dari 12 (dua belas) macam, yaitu :44
a. Jigsaw, yaitu pembelajaran yang diawali dengan pengenalan topik
yang akan dibahas oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas
menjadi kelompok lebih kecil. Kemudian siswa-siswa atau
perwakilan dan kelompoknya masing-masing bertemu dengan
anggota-anggota dan kelompok lain yang mempelajari materi
yangn sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari
serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga
perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi
tersebut. Lalu, masing-masing perwakilan tersebut kembali
kekelompok masing-masing atau kelompok asalnya. Selanjutnya
masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada teman atau
kelompoknya sehingga teman satu kelompoknya dapat memahami
materi yang ditugaskan guru.
b. Think pair share, yaitu pembelajaran yang diawali dengan guru
mengajukan pertanyaan, kemudian guru meminta peserta didik
44 Agus suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2010) hal. 89
55
berpasang-pasangan untuk berdiskusi, setelah itu hasil dari diskusi
intersubyektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan
pasangan seluruh kelas.
c. Numbered head together, yaitu pembelajaran yang diawali dengan
numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok
kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah
konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas
terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan
jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap-tiap kelompok diberi
nomer 1-8. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus
dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara
berdiskusi dari pertanyaan yang diajukan guru. Langkah
selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang
sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini
dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang
sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan
jawaban atas pertanyaan guru).
d. Group investigation, yaitu pembelajaran yang dimulai dengan
pembagian kelompok. Dilanjutkan dengan memilih topik-topik
yang akan dibahas oleh guru beserta peserta didik. Setelah itu
menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk
56
memecahkan masalahnya. Langkah selanjutnya adalah presentasi
hasil diskusi masing-masing kelompok.
e. Two stay two stray, yaitu metode dua tinggal dua tamu.
Pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok selajutnya
memberi tugas yang harus didiskusikan jawabanya. Setelah itu
guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing
kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk berdiskusi ke
kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang tidak bertugas
menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari
kelompok lain (tamu).
f. Make a match, hal-hal yang yang perlu disiapkan dalam
pembelajaran ini adalah kartu. Kartu-kartu tersebut diberi
pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya diberi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
g. Listening team, pembelajaran ini diawali dengan pemaparan materi
pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membentuk kelas
menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama, bertugas sebagai
kelompok penanya. Kelompok kedua, merupakan kelompok orang
yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu. Kelompopk
ketiga, kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang
berbeda dengan kelompok kedua. Sementara kelompok keempat,
kelompok yang bertugas untuk mereview dan membuat
kesimpulan dari hasil diskusi.
57
h. Inside – outside circle, pembelajaran ini diawali dengan
pembentukan kelompok. Jika dalam kelas terdapat 40 siswa, maka
dibentuk menjadi 2 kelompok besar. Tiap-tiap kelompok besar
terdiri menjadi 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah
anggota 10 orang dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10
orang. Kemudian atur sedemikian rupa pada masing-masing
kelompok besar yaitu anggota kelompok ligkaran dalam berdiri
melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar
berdiri menghadap kedalam. Setelah itu, diberikan tugas kepada
pasangan asal yang sesuai dengan indikator-indikator pembelajaran
yang telah dirumuskan. Selanjutnya beri kesempatan untuk
berdikusi tiap-tiap pasangan. Setelah itu anggota kelompok
lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota
kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk
pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib
memberikan informasi berdasarkan hasil diskusinya.
i. Bamboo dancing, pembelajaran dengan metode ini serupa dengan
metode inside outside circle.
j. Point counter point, metode pembelajaran ini dipergunakan untuk
mendorong peserta didik berfikir dalam berbagai perspektif. Jika
metode pembelajaran ini dikembangkan, maka yang harus
diperhatikan adalah materi pembelajaran.
58
k. The power of two, seperti pada pembelajaran kooperatif lainnya,
praktik pembelajaran dengan metode the power of two diawali
dengan mengajukan pertanyaan. Diharapkan pertanyaan yang
dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran
kritis.
l. Listening team, dalam pembelajaran ini ada beberapa langkah
yaitu; bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini
dengan tugas-tugas (penanya, pendukung, penentang, dan penarik
kesimpulan), dan setelah itu penyaji memaparkan laporan hasil
penelitiannya, setelah beri waktu kepada tiap kelompok untuk
menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Cooperative Learning
Pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative learning,
aktivitas yang akan dilakukan oleh guru selama mengajar adalah melakukan
beberapa langkah. Pembelajaran kooperatif ini terdapat 6 langkah utama di
dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun
langkah-langkah pembelajaran cooperative learning adalah sebagai berikut :
NO FASE TINGKAH LAKU GURU
1. Fase-1
Menyampaikan tujuan
dan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut
dan memotivasi siswa belajar
59
2. Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan
3. Fase-3
Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4. Fase-4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka
5. Fase-5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
6. Fase-6
Memberikan
penghargaan
Guru mencari-cari cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Cooperative Learning45
Dalam fase pertama, guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
dalam materi yang akan dibahas lalu, guru juga memotivasi siswa yang ada
hubungannya dengan materi yang akan dibahas. Fase kedua, guru
menginformasi kepada siswa atau mentranser keilmuannya kepada siswa
45 Trianto, Op.Cit., hal. 66-67
60
tentang memateri yang dibahas melalui beberapa sumber bacaan. Fase
ketiga, guru menjelaskan kepada siswa terkait masalah pembentukan
kelompok belajar dan juga bagaimana berdiskusi dalam hal ini yaitu transisi
efisien. Fase keempat, yaitu guru membimbing dan juga mengarahkan siswa
dalam mengerjakann tugas atau dalam memecahkan masalah yang harus
dipecahkan bersama-sama dengan satu dan lainnya dalam kelompok belajar.
Fase kelima, yaitu guru mengevaluasi siswa dengan tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pemahaman atau kawasan mereka dalam menguasai materi
pelajaran atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi atau
hasil belajar bersama mereka. Fase keenam, yaitu guru memberikan
penghargaan kepada siswa. Dalam hal ini guru mencari- banyak cara untuk
menghargai hasil kerja kelompok siswa. Penghargaan dapat bervariasi,
diantaranya penghargaan berupa nilai, penghargaann berupa sanjungan,
penghargaan berupa hadiah.
5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Cooperative Learning
Setiap segala sesuatu pasti ada kelebihan dan juga kekurangan.
Termasuk model pembelajaran, seperti model pembelajaran dengan metode
pembelajaran cooperative learning ini, mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan cooperative learning :
61
a. Kelebihan cooperative learning
Jarolimek & Parker dalam bukunya Isjoni, mengatakan keunggulan
yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah: 46
1) Saling ketergantungan yang positif,
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu,
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas,
4) Suasana kelas rileks dan menyenangkan,
5) Terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa
dengan guru,
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan
pengalaman serta emosi yang menyenangkan.
b. Kekurangan cooperative learning
Menurut Isjoni, kelemahan atau kekurangan cooperative learning
bersumber dari dua faktor yaitu dari dalam (intern) dan faktor dari luar
(ekstern).47 Akan tetapi, dalam hal ini Isjoni hanya menyebutkan faktor
dari dalam saja. Berikut keterangannya :
1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,
disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan
waktu,
2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka
dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai,
46 Isjoni, Op.cit., hlm 24
47 Ibid., hlm. 25
62
3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan,
4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Penjelasan mengenai pengertian kretivitas banyak sekali oleh para
ahli mengidentifikasikan dan mengembangkan kreativitas bahwa ada begitu
banyak definisi tentang kretifitas, tetapi tidak ada satu definisi pun yang dapat
diterima secara universal. Mengingat kompleksitas dari konsep kreatifitas,
agaknya hal ini tidak mungkin dan juga tidak perlu, karena kreatifitas dapat
ditinjau dari berbagai aspek, yang kendatipun berbeda-beda. Rhodes
menyebutkan adanya enpat jenis definisi tentang kreativitas sebagai “Four P‟s
of creativity : person, process, press, and product”)empat P kretivitas : pribadi,
proses, dorongan dan produk).
Kebanyakan definisi kreatifitas berfokuskan pada salah satu dari
empat P ini yang saling berkaitan : pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam
proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan
63
menghasilkan produk kreatif. Adapun definisi tentang kreatifitas yang
berdasarkan empat P, menurut para pakar :48
a. Definisi pribadi
Definisi (teori) yang lebih baru tentang kreatifitas diberikan
dalam “three-facet model of creativity” oleh Sternberg, bahwa
kreatifitas merupakan titik pertemuan yang khas antara atribut
psikologis : inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu
memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif.
b. Definisi proses
Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance tentang
kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam
metode ilmiah, yaitu definisi yang meliputi seluruh proses kreatif
dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan
menyampaikan hasil. Sedangkan menurut wallas, langkah-langkah
proses kreatif yang sampai sekarang masih banyak diterapkan dalam
pengembangan kreatifitas, meliputi tahap persiapan, inkubasi,
iluminasi, dan verifikasi.
c. Definisi produk
Definisi yang terfokus pada produk kreatif menekankan
orisinalitas, seperti defenisi dari Barron yang menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau mencipakan
48 Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2009), hal. 19-20
64
sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele, kreatifitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna social. Sedangkan menurut Roger
mengemukakan kriteria untuk produk kretif yaitu :
1. Produk harus nyata (observable).
2. Produk itu harus baru.
3. Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam
interaksi dengan lingkungannya.
d. Definisi press
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap
kreatifitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan
internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta
atau bersibuk diri secara kretif) maupun dorongan eksternal dari
lingkungan sosial psikologi. Kretifitas juga tidak berkembang dalam
kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan
kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru.
Made Wena berpendapat bahwa kretifitas adalah kemampuan untuk
berkreasi dengan sebuah ide-ide yang baru yang merupakan esensial dalam
pemecahan masalah. Bagaimana meningkatkan kreativitas yang masih
terpendam dalam diri siswa? Menurut Wankat dan Oreovoc, meningkatkan
kreativitas siswa dapat dilakukan dengan :49
a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative)
49Made wena, Op.Cit,, hal. 138
65
b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach
student some creativity methods), dan
c. Menerina ide-ide kretif yang dihasilkan siswa (accept the result
of creative exercises)
Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan
hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajarnya, adalah:50
1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan
mengurangi rasa takut;
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah; aktivitas,
kreativitas, dan motivasi siswa
3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan
evaluasinya;
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak
otoriter;
5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan
pendekatan sebagai berikut :51
1. Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self
50http//www.google.com// Pengelolaan Kelas Dalam Meningkatkan Aktivitas, Kreativitas, Dan Motivasi Siswa.html. 17 November 2009
51 Ibid,.
66
esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.
2. Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain
storming, inquiry, dan role playing.
3. Value clarification and moral development approach; guru
mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan
humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju
tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan
intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek
kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
4. Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan
seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang
menunjang kesehatan mental.
5. Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip
ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.
6. Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok
kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
kreatif.
7. Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada
kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor
untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional,
67
kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah
secara rasional.
Dalam kondisi seperti ini seorang guru mendorong dan membiarkan
anak/siswa untuk bebas mengekspresikan dirinya dalam memgemukakan
gagasan, saran, ide-ide baru, dengan membiarkan mereka untuk berkreasi
dengan dirinya sendiri tanpa ada rasa kurang diri dan rasa takut untuk
berkomunikasi. Seorang guru memberikan banyak materi dan mendorong
kepada anak/siswa untuk bekerja bersama bila mungkin dan perlu, tetapi
tidak menekankan bahwa setiap anak mempunyai kreatifitas dan kekuatannya
sendiri-sendiri.
Dalam buku psikologi kognitif menyatakan bahwa kreatifitas
(creativity) adalah salah satu kemampuan intelektual manusia yang sangat
penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi kognitif kedalam kemampuan
memecahkan masalah. Kreatifitas sering juga disebut dengan berfikir kreatif
(creative thinking). Kreatifitas dapat didefinisikan sebagai aktifitas kognitif
atau proses perfikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan
berguna atau new ideas and useful.52
Proses kretif dianggap menyerupai proses pemecahan masalah oleh
para ahli psikologi kognitif, kecuali pada aspek baru di dalam permasalahan
atau pemecahan yang dihasilkan. Menurut perspektif ini, berfikir kreatif
melibatkan proses mengidentifikasi masalah, memutuskan pentingnya
masalah, perumusan pokok masalah, dan pencapaian suatu cara baru bagi
52 Suharnan, Op.Cit., hal. 373
68
pemecahan masalah. Menurut Wallas dalam buku kognitif, menyatakan bahwa
langkah-langkah berfikir kreatif sebagai berikut:53
1. Persiapan
Pada tahap ini, seseorang berusaha untuk mengumpulkan
berbagai macam informasi yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dihadapi. Informasi secara lengkap sangat dibutuhkan agar
seseorang dapat lebih memahami pokok permasalahan dan hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan itu.
2. Inkubasi
Pada tahap inkubasi seseorang dengan sengaja untuk sementara
waktu tidak memikirkan masalah yang tengah dicari pemecahan itu.
Meski demikian, sebenarnya di dalam pikiran tidak sadar orang itu
tetap berlangsung proses pencarian pemecahan. Dalam tahap ini,
seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas misalnya pergi keluar
kota untuk melihat pemandangan, membaca majalah, atau
menyelesaikan tugas lain yang tidak berhubungan dengan masalah
yang dihadapi.
3. Iluminasi
Suatu gagasan atau rencana pemecahan telah ditemukan.
Namun, gagasan ini biasanya masih berupa gagasan pokok atau garis
besar. Tahapan ini sering disebut tahapan munculnya ilham secara
tiba-tiba, berupa kilatan imajinasi yang melahirkan jawaban atas
53 Ibid., hal. 382
69
permasalahan.
4. Verifikasi
Pada tahap akhir proses berfikir kreatif adalah melaksanakan
gagasan yang ditemukan itu untuk telah berhasil maka proses berfikir
kreatif selesai. Namun, jika ternyata gagal memecahkan masalah,
sambil dievaluasi bagaimana hasil-hasilnya. Jika, maka
kemungkinan orang itu akan kembali pada tahap awal (merumuskan
kembali pokok permasalahan) dan diikuti oleh langkah-langkah
selanjutnya yaitu menghasilkan suatu gagasan, eksplorasi, dan juga
evaluasi.
Ketika berfikir kreatif disamakan dengan pemecahkan masalah maka
seharusnya ada prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan terhadap lintas
bidang pengetahuan. Dalam berfikir kreatif setiap manusia mempunyai proses
yang berdeba dalam berkreasi untuk memecahkan masalah. Meskipun terdapat
perbedaan, namun mereka semua harus menemukan dan menghasilkan
pemecahan-pemecahan yang mungkin terhadap masalah dan melakukan
eksplorasi ruang masalah, mencari dan menemukan jalan keluar yang dapat
menjembatani antara situasi yang dihadapi dengan tujuan yang diinginkan.
Ketika gagal memecahkan masalah perlu adannya evaluasi dalam proses
berfikir kreatif. Evaluasi yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa
proses kreatif telah selesai atau belum, atau apakah seseorang perlu
merumuskan kembali permasalahan dan pencapaian suatu cara baru untuk
pemecahan masalah.
70
Terkait erat dengan mitos tentang pribadi kreatif adalah keyakinan yang
terlanjur mendarah daging bahwa kreatifitas adalah cermin kemampuan
intelektual. Terlalu banyak orang menganggap bahwa kreativitas “sejati”
adalah hak khusus orang-orang yang dikaruniai bakat. Namun, hal ini juga
merupakan pikiran penghambat yang mampu memangkas potensi kreatif.
Sebenarnya, riset membuktikan bahwa kita semua mempunyai daya untuk
menjadi kreatif dalam banyak bidang. Menurut Howard Gardner dari
Universitas Harvard dalam bukunya Frames of Mind dan dipopulerkan oleh
Thomas Armstrong dalam bukunya Seven Kinds of Smart, kita diberkahi tidak
hanya satu jenis kecerdasan umum, namun tujuh.54 Dalam hal ini, bahwa ada
tujuh jenis kreativitas, yaitu:
a. Verbal/linguistic : kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau
tertulis.
b. Matematis/logis : kemampuan memanipulasi sistem nomor dan
konsep logis.
c. Spasial : kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan
mendesaian.
d. Musical : kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep music,
seperti ; nada, irama dan keselarasan.
e. Kinestetis-tubuh : kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan,
seperti ; dalam olahraga atau tari.
f. Intrapersonal : kemapuan memahami perasaan diri sendiri, gemar
54 Jordan E. Ayan, Bengkel Kreatifitas : 10 Cara Menemukan Ide-Ide Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, Perjalanan, Permainan, Alam Bawah Sadar, Seni, Teknologi, Berfikir, Bacaan, Jiwa Kreatif., (Bandung : Penerbit Kaifa, 2002), hal. 39
71
merenung dan berfilsafat.
g. Interpersonal : kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta
perasaan mereka.
Pribadi kreatif yang dibawa anak sejak lahir pada diri individu, tidak
hanya terpacu pada bidang kemampuan kecerdasan atau intelektualnya saja.
Namun dapat dilihat dari keseluruhan dalam diri individu, Dalam suasana
seperti ini kepribadian sebenarnya dimungkinkan untuk timbul, untuk
diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru dalam hubungannya dengan
lingkungannya. Inilah pada dasarnya yang disebut memupuk kreativitas.
Memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara
simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya. Dalam hal ini individu
anak/siswa akan memangkas potensi kreatif dan juga memberikan individu
kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam
dirinya. Ekspresi dalam bentuk tindakan agresif tidak selalu dimungkinkan,
namun tindakan-tindakan konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.
2. Ciri-Ciri Kepribadian Kreatif
Pribadi yang kreatif biasanya lebih terorganisir dalam tindakan dan
rencana inovatif serta produk orisinalnya telah dipikirka matang-matang
terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan masalah yang mungkin timbul
dan implikasinya.55
55 Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif
& Bakat” )Jakarta : PT Gramedia, 2002(, hal. 54
72
Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan
sumbangan kretif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan sebagai
berikut : berani dalam pendirian/keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam
berfikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya,
intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja.
Kenyataan menunjukkan, bahwa guru dan orang tua lebih menginginkan
perilaku sopan, rajin, dan patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan
dengan kretifitas.56
Bagaimana pandangan di Indonesia tentang ciri-ciri pribadi yang
kreatif disatu pihak dan ciri-ciri yang diinginkan pendidik pada anak dilain
pihak? Peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi yang diperoleh dari kelompok pakar
psikologi (30 orang) adalah sebagai berikut:57
1. Imajinatif.
2. Mempunyai prakasa.
3. Mempunyai minat luas.
4. Mandiri dalam berfikir.
5. Melit.
6. Senang berpetualangan.
7. Penuh energi.
8. Percaya diri.
9. Bersedia mengambil resiko.
10. Berani dalam pendirian dan keyakinan.
56 Utami Munandar, Op.Cit, hal. 36 57
Ibid., hal. 36-37
73
Bandingkan ciri-ciri tersebut dengan peringkat ciri siswa yang paling
diinginkan oleh guru sekolah dasar dan menengah (102 orang):
1. Penuh energi.
2. Mempunyai prakarsa.
3. Percaya diri.
4. Sopan.
5. Rajin.
6. Melaksanakan pekerjaan pada waktunya.
7. Sehat.
8. Berani dalam berpendapat.
9. Mempnyai ingatan baik.
10. Ulet.
Melihat dari ciri-ciri diatas bahwa kreatifitas yang dikatakan suatu
keadaan ilmiyah seorang anak terutama siswa, apa yang terjadi di jalan
menuju suatu kedewasaannya. Ketika kreatifitas menyala-nyala bagai darah
panas dan kobaran api, suatu keterampilan akan berpadu dengannya.
Semuanya terasa harmonis, menyatu, dan mudah.
Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang
menyebabkan seseorang itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari
kreativitas dapat diamati dalam dua aspek yakni aspek aptitute dan
nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan
kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri
yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian
74
yang menunjukan indikator kreativitas dikemukan oleh Munandar, S. C. U,
sebagai berikut :58
1. Dorongan ingin tahu besar
2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah
4. Bebas dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai rasa keindahan
6. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak
mudah terpengaruh oleh orang lain.
7. Rasa humor tinggi
8. Daya imajinasi kuat
9. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan,
karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah
menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-
anak lain)
10. Dapat bekerja sendiri
11. Senang mencoba hal-hal baru
12. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi).
Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami
bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan
lingkungan ciri-ciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas
58Eko Susanto//http://konselingcenter.co.cc// Ciri-Ciri Dan Faktor Yang Mempengaruhi
Kreativitas.html. 8 Januari 2010
75
kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua
ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap
individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif.
3. Hambatan-Hambatan Kreatifitas
Menurut Utami Munandar, hambatan-hambatan dalam
mengembangkan kreatifitas meliputi :59
a. Hambatan yang bersifat eksternal
1) Pola kebudayaan tertentu (lingkungan makro)
2) Kendala lingkungan dekat, sosial, dan fisik.
b. Hambatan yang bersifat internal
1) Kendala kultural
Setiap masyarakat mengembangkan pola-pola budaya yang
amat mempengaruhi mereka yang hidup dalam masyarakat
tersebut. Beberapa contoh dari kendala cultural terhadap
kreatifitas menurut Adams dalam bukunya Isjoni, yaitu ; a)
berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu, b)
suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak, c)
kita harus berfikir logis, kritis, analitis, dan tidak
mengandalkan pada perasaan dan firasat, d) setiap masalah
dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang
banyak, e) keterikatan pada tradisi, dan f) adanya atau
59 Utami Munandar, Op.Cit, hal. 231
76
berlakunya tabu.
2) Kendala lingkungan dekat
Termasuk lingkungan dekat ialah lingkungan keluarga dan
lingkungan kerja.
3) Kendala perseptual
Kendala persepsual dapat berupa ; a) kesulitan untuk
mengisolasi masalah, b) kecenderungan untuk terlalu
membatasi masalah, c) ketidak mampuan untuk melihat suatu
masalah dari berbagai sudut padang, d) melihat apa yang
diharapkan akan melihat, e) kejenuhan, sehingga tidak peka
lagi dalam pengamatan, dan f) ketidak mampuan untuk
menggunakan semua masukan sensorik.
4) Kendala emosional
Kendala emosional mewarnai dan membatasi bagaimana kita
melihat, dan bagaimana kita berfikir tentang suatu masalah.
5) Kendala imajinasi
Hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan
memanipulasi gagasan-gagasan.
6) Kendala intelektual
Hal ini timbul bila informasi dihimpun, dirumuskan, atau
diolah secara tidak benar.
7) Kendala dalam ungkapan
Kendala dalam ungkapan, misalnya ; a) keterampilan bahasa
77
yang kurang untuk mengungkapkan gagasan, b) kelambanan
dalam ungkapan secara tertulis.
Hambatan-hambatan dalam kreatifitas dapat menunda individu untuk
berpikir kreatif, lalu kendala-kendala yang harus mendapat perhatian khusus
oleh guru. Hendaknya guru dalam pembelajaran dapat mencapai
keseimbangan antara materi kurikulum baku dan merupakan pembaharuan,
antara evaluasi eksternal dan evaluasi oleh siswa sendiri, antara penyesuaian
terhadap aturan dan norma kelas dengan memberikan kebebasan kepada siswa
yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa bebas dari berbagai
kendala.
4. Kreatifitas dalam Dunia Pendidikan
Sistem pendidikan tinggi muncul pada masa terhadap realita-realita
sosial dan kebutuhan yang berbeda-beda dan ketika gelar kesarjanahan
merupakan tanda kehormatan dan prestasi dalam pendidikan. Visi dalam
pendidikan saat ini harus difokuskan pada relevansinya terhadap profesi yang
spesifik atau beragam ketrampilan yang bisa ditransfer berdasarkan
kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai kebutuhan yang baru dan terus
berubah. Ini merupakan sebuah tantangan yang hanya bisa dipecahkan oleh
institusi-institusi pendidikan jika mereka mau “berfikir di luar kotak” dan
menerapkan konsep kreatifitas dan adaptibilitas.60
60
Alan J. Rowe, Creative Intelligence ,(Bandung: Kaifa, 2005), hal. 132
78
Ken Robinson, seorang pendidik ternama, dikenal karena
kontribusinya dalam dunia pendidikan. Dia membuat sejumlah rekomendasi,
yang tidak satupun menjawab pertanyaan dimana siswa akan menggunakan
pengetahuan mereka. Saat ini, perusahaan-perusahaan umumnya mencari
karyawan yang percaya diri, yang mampu berfikir secara intuitif,
berkomunikasi secara efektif, serta imajinatif, fleksibel, dan mampu bekerja
secara tim. Namun, sistem pendidikan tidak dirancang untuk menghasilkan
lulusan dengan keterampilan-keterampilan ini. Untuk mengatasi masalah ini,
para pendidik harus meningkat standar, meskipun tidak perlu mengubah
secara drastis kurikulum yang berlaku saat ini.61
Seorang guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada
prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan
terhadap belajar pada umumnya. Namun, guru juga dapat melumpuhkanrasa
ingin tahu (kemelitan) alamiah anak, merusak motivasi, harga diri, dan
kreatifitas anak. Bahkan guru-guru yang sangat baik (atau yang sangat buruk)
dapat mempengaruhi anak lebih kkuat dari pada orang tua. Karena guru lebih
banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak dari
pada orang tua. Guru mempunyai tugas mengevaluasi pekerjaan, sikap, dan
perilaku anak .62
Dalm buku “pengembangan kreativitas anak berbakat”, menyatakan
bahwa diakui atau tidak bahwa dalam kenyataannya seorang guru tidak dapat
mengajarkan kreativitas, tetapi ia dapat memungkinkan kretivitas muncul,
61 Ibid., hal. 132 62 Utami Munandar,Op.Cit., hal. 109
79
memupuknya, dan merangsang pertumbuhannya. Diantaranya yaitu:63
1. Sikap guru
Cara yang paling baik untuk mengembangkan kreatifitas
siswa, adalah dengan mendorong motivasi intrinsic. Semua anak
harus belajar semua keterampilan di sekolah dan banyak anak
memperoleh keterampilan kreatif melalui model-model berfikir dan
bekerja kreatif, tetapi sedikit sekalli anak yang dapat
mempertahankan motivasi intrinsic di sekolah dengan system yang
diterapkan.
Motifasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan
anak untuk bisa diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas.
Beberapa peneliti menugaskan anak membaca teks ilmu
pengetahuan social dengan tiga cara instruktif yang berbeda,
diantaranya tidak diarahkan (non-directed), tidak diawasi tetapi
diarahkan (non-controlling but directed), dan diawasi plus
diarahkan (controlling and directed).
2. Falsafah mengajar
Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas anak secara
keseluruhan, adalah sebagai berikut:
a. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
b. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang
unik.
63 Ibid., hal. 109
80
c. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif.
d. Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang didalam kelas.
e. Anak harus merasa memiliki dan kebanggaan didalam
kelas.
f. Guru merupakan narasumber, bukan polisi atau dewa.
g. Guru memang kompeten, tetapi tidak perlu sempurna.
h. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah
secara terbuka baik dengan guru maupun dengan teman
sebaya.
i. Kerjasama selalu lebih daripada kompetisi.
j. Pengalaman belajar hendaknya dekat dengan pengalaman
dari dunia nyata.
Untuk meningkatkan kreatifitas seseorang anak/siswa dalam
pendidikan, pembelajaran akan sangat menyenangkan ketika tempat
pembelajaran juga dirasa perlu diperhatikan. Semisal masalah pengaturan
ruang kelas. Dimana, ruang kelas juga akan merangsang daya fikir anak/siswa
secara kreatif.
Ruang kelas hendaknya merangsang secara visual, tanpa mengganggu
perhatian.ruang kelas penuh dengan berbagai produk hasil karya siswa yang
beragam. Ada lukisan, foto, karangan, patung, dan karya-karya lain. Siswa
boleh memilih karyanya yang mana akan dipamerkan dan boleh diganti sesuai
keinginannya. Anak-anak dapat mengusahakan bahan-bahan untuk kelas
mereka. Mereka dapat membawa objek-objek dari rumah atau berbagai
81
material. Pengatura ruang yang luwes dan tidak konvensional merupakan
tatntangan bagi siswa untuk mewujudkan bakat dan kemampuan secara
kreatif. 64
Dalam pengaturan ruang kelas, pada umumnya adakalanya
pembelajaran dilakukan dikelas yang terbuka dan tertutup. Kelas terbuka
dilakukan diluar ruang kelas, sedangkan kelas tertutup dilakukan didalam
ruangan kelas.
Dalam bukunya Utami Munandar, bahwa kelas terbuka mempunyai
struktur yang tidak kaku, kurang ada tekanan terhadap kinerja siswa dan lebih
banyak pada perhatian individual. Gerakan kelas terbuka yang diprakarsai
seputar tahun 1960 dinyatakan sebagai cara yang baik untuk memupuk belajar
yang bermakna kreatifitas pada anak. Manfaat yang penting dari kelas terbuka
adalah penekanannya pada pembelajaran yang individualized. Anak akan
belajar lebih baik jika tingkat dan kecepatan kurikulum disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan anak. Gaya belajar anak pun berbeda-beda.65
Pengaturan ruang kelas tidak sepenuhnya ada ditangan guru, akan
tetapi anak/siswa juga punya hak juga untuk menentukan kelas yang
menyenangan. Dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari dapat juga
dibentuk sebuah strategi yan mana dapat meningkat kretivitas anak/siswa.
Adapun sejumlah strategi mengajar khusus yang ditawarkan dalam
upaya meningkatkan kretifitas anak/siswa, dalam buku “Kreativitas &
64 Ibid., hal. 112 65 Ibid., hal. 112
82
Keberbakatan )Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat(” bahwa :66
1. Penilaian
Menurut Amabile,67 penilaian terhadap murid mungkin
merupakan pembunuhan kreativitas paling besar. Lalu, apa yang
dapat dilakukan guru? Pertama, memberikan umpan balik yang
berarti daripada evaluasi yang abstrak dan tidak jelas. Kedua,
melibatkan siswa dalam menilai pekerjaan mereka sendiri dan
belajar dari kesalahan mereka. Ketiga, penekanan hendaknya pada
“Apa yang telah kamu pelajari?” dan bukan pada “Bagaimana
kamu melakukannya?”
2. Hadiah
Anak senang menerima hadiah dan kadang-kadang
melakukan sesuatu untuk dapat memperolehnya dan itu
masalahnya. Cukup banyak penellian yang menunjukkan bahwa
jika perhatian anak /siswa terpusat untuk mendapat hadiah sebagai
untuk melakukan sesuatu, maka motivasi intrinsic dan kretivitas
mereka akan menurun.
Hadiah yang diberikan hendaknya berkaitan erat dengan
kegiatannya, misalnya mendaklamasikan sajak yang dibuat dengan
baik, sehingga meningkatkan motivasi intrinsik dan kreativitas
anak/siswa.
66 Utami Munandar, Op.Cit., hal. 161 67 Ibid., (dikutip dari buku Utami Munandar, Kreativitas & Keberbakatan “Strategi
Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat” )Jakarta : PT Gramedia, 2002(( hal. 113
83
3. Pilihan
Kretivitas tidak akan berkembang jika anak/siswa hanya
dapat melakukan sesuatu dengan satu cara. Anak/siswa sebaiknya
diberi kegiatan belajar yang bersifat bebas dalam batas struktur
tertentu. Semisal, memberikan kesempatan pada anak/siswa untuk
menentukan atau memilih topik atau kegiatan belajar sampai batas
tertentu (setelah minimal yang dipersyaratkan sudah tercapai).
Dalam kelas merupakan tempat untuk menunjang siswa untuk
berkreativitas. Guru yang bertugas sebagai fasilitator dalam menilai seorang
anak/siswa hendaknya menghindari dari ucapan yang negatif. Yang penting
adalah bahwa siswa memahami kesalahan . kemudian dari sebuah kesalahan
itu mereka akan belajar. Seyogyanya anak pun jangan menutupi atau
menyembunyikan kesalahan-kesalahan bahkan merasa terganggu karena.
Kemudian pemberian reward kepada anak/siswa dalam hal ini sanngat
diperhatikan, jika tidak dapat menyebabkan kreativitas anak/siswa mati.
Kreatifitas tidak akan berkembang jika anak/siswa hanya dapat melakukan
satu cara atau satu jalan saja. Mereka memerlukan batasan dan garis besar
dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Tetapi, di dalam batas-batas ini,
hendaknya mereka dimungkinkan untuk membuat suatu pilihan.
84
C. Bidang Studi Aqidah Akhlak
1. Pengertian Aqidah Akhlak
Aqidah adalah bentuk masdar dari kata “aqada, ya‟qidu, „aqdan-
„aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, sangkutan, perjanjian, dan kokoh.
Sedangkan secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan, dan keyakinan, dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud
aqidah adalah kepercayaan yang menghujam atau simpul di dalam hati.68
Pengertian akhlah secara etimologi berasal dari kata khuluk dan
jamaknya akhlak yang barati budi pekerti, etika, dan moral. Sedangkan
etimologis, akhlak berarti character, disposition, dan moral constitution. Al-
gozali berpendapat bahwa manusia memiliki citra lahiriyah yang disebut
dengan khalaq, dan citra batiniyah yang disebut dengan khuluq. Khalaq
merupakan citra psikis manusia. Berdasarkan kategori ini, maka khuluq secara
etimologi memiliki arti gambaran atau kondisi kejiwaan seseorang tanpa
melibatkan unsur lahirnya.69
2. Metode Pencapaian Aqidah Akhlak
Untuk pencapaian aqidah Islam, maka dibutuhkan metode pencapaian
yang khusus, mengingat aqidah Islam tidak hanya dapat dimengerti dengan
pendekatan empiris tetapi juga menggunakan pendekatan supra-empiris.
Karena itu metode pencapaian aqidah dapat dilakukan dengan cara :70
68 Muhaimin, dkk, Kawasan dan Wawasan Studi Islam (Jakarta : Kencana, 2005), hal.
259 69 Ibid., hal. 262 70 Ibid., hal. 265-267
85
a. Doktrin yang bersumber dari wahyu Ilahi yang disampaikan
melalui Rasul-Nya dan pesan Tuhan tersebut diabaikan dalam satu
kitab al-Qur‟an yang secara operasional dijelaskan sabda Nabi-
Nya.
b. Melalui hikmah (filosofis) di mana Tuhan mengarahkan
kebijaksanaan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk
mengenal adanya Tuhan dengan cara memerhatikan fenomena
yang diambil sebagai bukti-bukti adanya Tuhan melalui
perenungan (kontemplasi) yang mendalam.
c. Melalui metode ilmiah, dengan memerhatikan fenomena alam
sebagai bukti adanya Allah SWT.
d. Irfani‟ah, yakni metode yang menekankan pada instuisi dan
perasaan hati seseorang setelah melalui upaya suluk (perbuatan
yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu). Metode ini
membagi alam dalam dua kategori yaitu ; 1) alam nyata yang dapat
diobservasi dan dieksperimen oleh ilmu pengetahuan modern
dengan metode dieksperimen oleh ilmu pengetahuan modern
dengan metode ilmiah, dan 2) alam intuisi yang berkaitan dengan
jiwa yang tidak bisa ditundukkan dengan pengalaman atau analogi.
Metode yang dipergunakan dalam pendakian akhlak terdapat 3 cara,
yaitu:71
a. Takhalli, yakni mengkosongkan diri dari sifat-sifat yang tercela dan
71 Ibid., hal. 267-268
86
maksiat lahir batin. Para ahli menyatakan dengan “al takhalli bi al
akhlak al sayyiah” )mengkosongkan diri dari sifat tercela(.
b. Tahalli, yakni mengisi diri dengan sifat-sifat mahmudah (terpuji)
secara lahir batin. Para ahli mengatakan dengan “al tahalli bi al
akhlah al hasanah” )mengisi dari sifat-sifat baik).
c. Tajalli, yakni merasa akan keagungan Allah SWT. Para ahli
menyatakan dengan “al tajalli ila rabb al bariyyah” )merasa akan
mengagungkan Allah Tuhan manusia).
Dalam pencapaian Aqidah Akhlak seseorang harus berusaha untuk
mencapainya dengan cara mendekatkan diri dengan Allah (Taqor al robb
Allah). Akhlak merupakan suatu aspek dalam kepribadian manusia dalam
sistem norma yang mengatur hubungannya dengan Allah (Hablum min Allah),
hubungannya dengan manusia (Hablum min al Nas), dan hubungannya dengan
alam (Hablum min al Alam). Hal tersebut harus tertanam dalam jiwa seorang
muslim dengan begitu kebahagian dunia akhiratnya dengan mudah
didapatkannya setelah pencapain tersebut ada dalam pribadinya.
3. Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak
Dalam Islam aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi
pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang ditentukan dari
aqidahnya, mengingat amal saleh merupakan pancaran dari akidah yang
sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan
manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat
87
menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah
yang dimaksud adalah:72
a. Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala
dominasi yang lain.
b. Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir
hayat kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarka kepada orang
lain.
c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan
membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan,
sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.
d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk
mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam
al-Qur‟an dan al-sunnah.
Sedangkan dalam akhlak prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah :73
a. Akhlak yang benar dan baik harus didasarkan atas al-Qur‟an
atau al-sunnah, bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu
yang sudah tampak tersesat.
b. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama
manusia, dan kepada Allah.
c. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan
syari‟ah, karena ketiga unsur diatas merupakan bagian internal
dari syar‟ah Allah SWT.
72 Ibid., hal. 269-273 73 Ibid., hal. 273-275
88
d. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek
akhlak adalah pada makhluk.
e. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak
harus lebih hormat kepada orang tuanya daripada kepaada
orang lain.
Berbicara mengenai prinsip tentang Aqidah Akhlak yang mana harus
berdasarkan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Dengan begitu manusia dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan dijalan yang lurus karena berdasarkan
dua pegangan tersebut dan menghindar dari perbuatan yang dilarang dari Al-
Qur‟an dan Al-Hadits. Dengan begitu kehidupan manusia perlu menerapkan
prinsip-prinsip tersebut agar dapat menyelamatkan dirinya dalam kehidupan
dunia dan akhirat.
D. Cooperative Learning dan Kreativitas dalam Perspektif Islam
Pembelajaran kooperatif bisa dikatakan sebagai pembelajaran yang
membutuhkan kerjasama antara satu sama lainnya dalam menemukan sebuah
pemikiran atau ide yang membutuhkan banyak personel untuk
memecahkannya. Di dalam Al-Qur‟an menyebutkan adanya pembahasan
tentang adanya kerjasama dalam memecahkan seuatu dengan cara bersama-
sama. Yakni terdapat dalam surat As-Syura ayat 38 :
89
Artinya :
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami
berikan kepada mereka.” )Q.S. Asy-Syuura : 38)74
Dalam ayat diatas dapat dijelaskan bahwa ada anjuran untuk
mengadakan musyawarah dalam segala urusan untuk memperoleh suatu
keputusan dari hasil musyawarah dalam mencari mufakat secara bersama-
sama, termasuk di dalamnya dalam urusan belajar atau mencari ilmu.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran secara bersama-sama,
sudah tentu terjadi suatu proses musyawarah untuk mencari suatu pemecahan
masalah secara bersama-sama antar satu sama lainnya.
Kreatifitas dalam kehidupan manusia sangat penting untuk melibatkan
segala aktifitas keseharian. Kreatifitas sangat bermanfaat untuk memecahkan
masalah persoalan-persoalan yang setiap hari menghadang kehidupan
manusia.
Agama diciptakan Tuhan agar kehidupan manusia menjadi lebih baik.
Islam misalnya dilahirkan agar menjadi petunjuk bagi alam semesta
74
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 16-30, Op. Cit., hal. 487
90
(rahmatan lil „alamin). Agama mendorong manusia berfikir dan bertindak
kreatif. Allah Azza wa jalla selalu mendorong manusia untuk berfikir. 75
Artinya:
“Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir”. )Q.S. Al-Baqarah : 219)76
Kreatifitas manusia terbentang luas, terutama oleh adanya kenyataan
bahwa problem-problem manusia akan terus datang dan salah satu jalan
adalah memecahkannya. Kretifitas manusia didukung dan didorong oleh
agama agar kehidupan manusia menjadi lebih baik. Agama memberikan
kelapangan pada manusia untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan
hati nuraninya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang
alaminya. Dalam agama Islam dikatakan bahwa Tuhan hanya akan mengubah
nasib manusia jika manusia melakukan usaha untuk memperbaikinya. Allah
berfirman :77
75 Fuad dan Diana, Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi Islam
(Yogyakarta: Menara kudus, 2002), hal. 54 76
Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 34 77 Ibid., hal. 55
91
Artinya:
“)Siksaan( yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali
tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada
suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka
sendiri dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
(QS. Al-Anfal : 53).78
Dalam ayat lain Allah berfirman dalam surat Ar-Ra‟d ayat 11
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” )QS.
Ar-Ra‟d : 11).79
Usaha yang berhasil biasanya melibatkan pemikiran dan kretifitas.
Dengan demikian agama sangat mendukung dan mendorong pengembangan
kretifitas.
78 Al Qur‟an dan Terjemahannya Juz 1-15, Op. Cit., hal. 184 79
Ibid,, hal. 250
92
E. Implementasi Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan
Kreativitas Siswa Dalam Pelajaran Aqidah Akhlak
Pesan-pesan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya
adalah menjadikan Pendidikan Agama Islam termasuk Aqidah Akhlak sebagai
salah satu rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Sebagai mata
pelajaran yang dapat memacu siswa untuk menjadi rajin dan pintar serta
kretatif, kritis, dan inovatif.80 Dalam agama selain mengajarkan norma-norma
agamajuga mendorong manusia berfikir dan bertindak kreatif.81
Hal ini sesuai ddengan prinsip penyelunggara pendidikan dalam UU
sisdiknas Bab II pasal 4 ayat 4 yang berbunyi, “pendidikan diselenggarakan
dengan memberi keteladanan, membangun kemamuan dan mengembangkan
kreativitas peserta didik dalamm proses pembelajaran”.82
Sebagai pendidikan keagamaan, maka Pendidikan Agama Islam
bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memahami, mengembangkan, dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai
keagamaan Islam. Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di sampinng didekati secara keagamaan juga di dekati secara keilmuan.
Pendekatan keagamaan mengasumsikan perlunya pembinaan perilaku agama
Islam yang memiliki komitmen loyalitas terhadap masalah keagamaan dan
dedikasi demi tegaknya ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup
muslim. Sedangkan pendekatan keilmuan mengasumsikan perlunya kajian
80 Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum
Hingga Redefinisi Pengetahuan (Bandung, : Yayasan Nuansa Cendekia), hal. 85 81 Fuad Nashori dan Rachmi Diana Mucharam, Op.Cit, hal. 27 82 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal.9
93
historis, rasional, objektivitas, empirik, dan universal terhadap masalah
keagamaan Islam. Kedua pendekatan tersebut memerlukan dukungan
komitmen akademis, religious atau personal dan professional religius para
penggalak dan pembinanya untuk tidak terjebak pada ketertindasan antara satu
dengan lainnya.83
Sehingga, jika pendidikan berhasil dengan baik sejumlah orang
kretaif akan lahir. Karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-
orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak haya mengulang apa
yang telah dikerjakan oleh generasi lain. Oleh karena itu, secara umum guru
diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap
peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik
kerja kelompok kecil, penegasan dan mensponsori pelaksanaan proyek.84
Dengan menggunakan teknik kerja kelompok kecil dalam
pembelajaran, interaksi sosial menjadi salah satu faktor penting bagi
perkembangan mental yang baru peserta didik. Disinilah pembelajaran
kooperatif memainkan perannya dalam memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk berfikir secara analitis, praktis, kreatif, reflektif, dan produktif.
Karena pengajaran yang terkesan akan menghasilkan pembelajaran yang
diinginkan sehingga sekolah selain mempunyai fungsi tradisional untuk
membekali anak didik dengan keterampilan-keterampilan dasar dan muatan-
muatan informasi, sekolah yang mampu membina peserta didik agar
mempunyai kemampuan untuk berfikir kritis kreatif, kemampuan
83 Muhaimin, Op. Cit., hal. 190 84 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 126-128
94
berkomunikasi, dan berkehidupan sosial.85
85Anita lie, Op.Cit., hal. 16
95
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dilihat dari segi tema atau judul yang diangkat, penelitian ini temasuk
dalam pendekatan penelitian bentuk kuantif atau mix methods. Dengan
penerapan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk penelitian tindakan
kelas lebih banyak menggunakan pendekatan kualitatif dari pada pendekatan
kuantitatif adapun hipotesis dalam penelitian tindakan kelas adalah hipotesis
tindakan.86
Penelitian tindakan kelas berasal dari dari istilah bahasa Inggris
Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada
sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu
subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya
dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave
Ebbutt dan lainnya. Pada awalnya penelitian tindakan kelas menjadi salah satu
model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana
peneliti melakukan pekerjaannya, baik dibidang pendidikan, kesehatan
maupun pengelolaan sumber daya manusia.87
86Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Classroom Action Research : Teknik Penulisan
Dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK), ( Kudus: Rahayasa Research and Training, 2008), hal. 40
87 Ibid, hal. 42
96
Suharsimi Arikunto menjabarkan tiga pengertian penelitian tindakan
kelas (PTK), sebagai berikut :88
1. Penelitian, kegiatan mencermati objek dengan menggunakan cara
dan aturan metodologi tertentu utuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu. Dalam penelitian berupa siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima
pelajaran yangn sama dari guru yang sama pula.
Dari tiga pengertian di atas disimpulkan penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau arahan dari guru yang
dilakukan siswa. 89
Heidi Watt mengemukakan definisi action search dikutip dalam bukunya
Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana, bahwa :90
Action research is a process in which participants their own
education practice systematically and carefully using the techniques
of research. It is based on the following assumptions :
a. Teacher and principals work and then consider ways of
identified for themselves.
88 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 2-3
89 Ibid., hal 3 90 Nizar Alam Hamdani, Dody Hermana, Op.Cit., hal. 44
97
b. Teacher and principals become more affective when
encouraged to examine and assess their own work and then
consider ways of working differently.
c. Teacher and principals help each other by working
collaboratively.
d. Working with colleagues help teacher and principals in
their professional development.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan merupakan merupakan proses yang mengevaluasi kegiatan proses
belajar mengajar yang dilaksanakan secara sistematik dan menggunakan
teknik-teknik yang relevan. Adapun kegunaan penelitian tindakan adalah
untuk memecahkan masalah yang teridentifikasi, meningkatkan tingkat
efektivitas dalam proses pembelajaran, prinsip kemitraan dan meningkatkan
profesionalisme guru.91
Dalam penelitian tindakan kelas, ada beberapa model penelitian
tindakan kelas yang diterapkan oleh beberapa para ahli. Minimal ada empat
model PTK. Dalam pemilihan model tergantung kebutuhan serta kemampuan
peneliti memahami model PTK.
Dari keempat model tersebut umumnya memiliki kesamaan. Secara
garis besar keempat model tersebut memiliki bentuk seperti gambar dibawah
ini : 92
91 Ibid., hal. 44 92Ibid., hal 52
98
Gambar 3.1 Tahapan atau Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)93
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat
pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta
93
Ibid., hal 52
PELAKSANAAN
SIKLUS I PENGAMATAN PERENCANAAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
SIKLUS II PERENCANAAN PENGAMATAN
REFLEKSI
SIKLUS SELANJUTNYA
99
mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran
kontekstual model pengajaran berbasis masalah.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu siklus 1, 2, dan seterusnya,
dimana masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan adanya
kekreativitas siswa di akhir masing putaran. Siklus ini berkelanjutan dan akan
dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
Penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.94 Di ruang kelas, menurut
Wiriatmadja dalam bukunnya Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana,
bahwa penelitian tindakan kelas berfungsi sebagai :95
a. Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam
situasi pembelajaran di kelas.
b. Alat pelatihan dalam jabatan, membekali guru dengan
keterampilan, metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran
diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.
94 Ibid., hal. 45 95 Ibid., hal. 45-46
100
c. Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami)
pendekatan tambahan atau inovasi.
d. Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara
guru dan peneliti.
e. Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subyektif,
impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
f. Alat untuk mengembangkan keterampilan guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menaggulangi berbagai permasalahan
pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.
Secara garis besar bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah
untuk mengubah perilaku pengajaran guru, perilaku peserta didik di kelas,
peningkatan proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan guru yang
professional dan lulusan yang memiliki daya saing. Dengan adanya penelitian
tindakan kelas dapat meningkatkan kepercayaan guru dan dapat meningkatkan
kreatifitas melalui hasil-hasil penelitian tindakan kelas yang memiliki inovatif
value.96
Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik atau ciri dalam
tindakan kelas sebagai berikut :97
a. Mengkaji permasalahan situasional dan kontekstual.
b. Adanya tindakan.
c. Adanya evaluasi terhadap tindakan.
d. Pengkajian terhadap tindakan.
96 Ibid., hal. 46 97
Ibid., hal. 47
101
e. Adanya kerjasama.
f. Adanya refleksi.
Penelitian tindakan kelas mempunyai suatu perbedaan dengan penelitian
formal. Perbedaan esensi adalah keterlibatan guru dengan tujuan memperbaiki
proses belajar mengajar. 98
NO PENELITIAN
NON-PTK
PTK
1. Dilakukan oleh orang dari luar Dilakukan oleh guru
2. Selalu memperhatikan populasi
dan sampel
Tidak kenal istilah populasi
dan sampel
Kurang memperhatikan
ukuran/kerepresentatifan
sampel
3. Validitas & realibilitas instrument
harus dikembangkan dan diuji
Instrumen cukup memiliki
validitas isi
4. Menuntut penggunaan analisis
statistik yangn kompleks
Tidak digunakan analisis analisis
statistik
5. Sering memerlukan pembanding
atau kelas control
Tidak memerlukan kelas control
sebagai pembanding
keberhasilan
6. Mempersyaratkan hipotesis
penelitian
Tidak selalu menggunakan
hipotesis penelitian (kecuali
98 Ibid., hal. 48
102
yang terkait dengan uji teori)
7. Tujuannya untuk :
Menggembangkan pengetahuan
umum (teori)
Tidak langsung memperbaiki
praktik pembelajaran, tetapi
melalui RDD
Tujuannya untuk :
Memperbaiki praktik
pembelajaran secara langsung
Memperbaiki mutu proses
pembelajaran
Table 3.1 Perbedaan PTK dengan Non-PTK99
B. Kehadiran Peneliti
Peran peneliti dalam kehadirannya untuk penelitian tindakan kelas
bertindak sebagai partisipan aktif.100 Dalam hal ini, peneliti mempunyai
keterlibatan aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengumpula data,
menganalisis di kelas dan juga melaporkan hasil penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII D
yang berlokasi di Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang, yang beralamat di Jl.
Mandiri No. 9, Telp. (0341) 425401, Fax. 422910 Kecamatan Lawang
Kabupaten Malang, yang merupakan sekolah Negeri dibawah naungan
99 Ibid., hal. 49 100 Paul Suparno, Riset Tindakan Untuk Pendidik (Jakarta : Grasindo, 2007), hal. 45
103
Kementrian Agama Kota Malang Provinsi Jawa Timur Indonesia. Email :
[email protected], Web : mtsnlawang.com.
D. Sumber Data
Secara garis besar data dalam penelitian tindakan kelas ini dapat
dikategorikan menjadi dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data pada penelitian tindakan kelas dibedakan menjadi dua macam :101
1. Data kulitatif, yaknni data abstrak (intangible).102 Data ini diperoleh
dari bentuk informasi yang berupa kalimat untuk memperoleh
gambaran lebih mendalam yang diperoleh dari observasi,
dokumentasi, dan interview.
2. Data kuantitatif, yakni data yang konkrit (tangible).103 Data ini
diperoleh dari hasil pembelajaran yang dapat diketahui dari
penilaian, dimana akan diungkapkan persoalan di lapangan dalam
hal ini adalah MTs Negeri Lawang.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian yang dilaksanakan di kelas VII D MTs Negeri Lawang
Malang ini menggunakan beberapa cara untuk mengumpulkan data selama
proses penelitian berlangsung diantaranya sebagai berikut :
101 Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), hal. 131 102 Rosady Ruslan, Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hal. 28 103 Ibid., hal 29
104
1. Metode Observasi
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengamatan
terhadap obyek dengan cara ini peneliti akan memperoleh data
secara obyektif karena obyek tidak mengetahui bahwa dirinya
sedang diteliti. Untuk memantau aktivitas setiap siswa selama
pembelajaran peneliti mengamati, mencatat dan juga terjun
langsung ke tempat lokasi tersebut terutamanya kelas VII D MTs
Negeri Lawang Malang.
2. Pendekatan Partisipatif
Pendekatan ini digunakan untuk lebih menjadikan suasana
dalam kegiatan belajar mengajar lebih hidup, sehingga peneliti
terlibat secara langsung atau berpartisipasi dalam hal pengumpulan
yang diinginkan dan terkadang pula mengarahkan tindakan atau
arahan yang mengarah kepada data yang di inginkan oleh peneliti.
3. Interview (wawancara)
Interview ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data
melalui tanya jawab dengan obyek penelitian, sehingga data akan
lebih valid karena langsung diperoleh dari sumbernya.
4. Dokumentasi
Dokumentasi di sini untuk mengumpulkan data secara
tertulis dan tidak tertulis. Data ini berupa tulisan dan foto.
105
F. Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti, meliputi dua data
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Pertama, data yang bersifat kualitatif
terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif
kualitatif. Tahapan teknik analisis deskriptif, yaitu:104
1. Reduksi data, dengan memilah-milah data mana saja yang sekiranya
bermanfaat dan mana yang diabaikan, sehingga data yang terkumpul
dapat memberikan informasi yang bermakna.
2. Memaparkan data bisa ditampilkan dalam bentuk narasi, grafik, tabel
untuk menguraikan informasi tentang sesuatu yang berkaitan dengan
variabel yang satu dengan yang lain.
3. Menyimpulkan, yaitu menarik intisari atas sajian data dalam bentuk
pemaparan yang singkat dan padat.
Kedua, data yang bersifat kuantitatif dianalisa dengan analisa
deskriptif kuantitatif, didapatkan dari hasil pembelajaran dan perhitungan skor
penilaian nilai kreativitas yang dapat diketahui dari penilaian dengan
rumus:105
Post Rate - Base Rate P = X 100%
Base Rate
104 Susilo, Paduan PTK (Yogyakarta: Pustaka Book Peblisher, 2007), hal. 12-13
105 M. Syamsun Ni‟am, Op.Cit.., Abstak
106
Keterangan:
P = Persentase peningkatan
Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan
Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan
G. Pengecekan Keabsahan Data
Peneliti dalam mengecek keabsahan data menggunakan teknik
triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data tersebut.106 Dalam triangulasi ini menggunakan
beberapa sumber dan metode.
H. Tahapan Penelitian
Tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu :
1. Perencanaan Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dipakai model siklus yang
dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan, sehingga diharapkan
semakin lama akan semakin menunjang hasil yang ingin dicapai.
Langkah-langkah kegiatan yang harus dipersiapkan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah :
a. Observasi
b. Konsultasi dengan guru pamong
106 Lexy .J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosdakarya, --), hal. 178
107
c. Identifikasi permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar
d. Merumuskan metode strategi yang sesuai dengan pembelajaran
e. Melakukan pemilihan metode atau strategi yang sesuai
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan
dengan mulai observasi awal sebelum tindakan sampai dari siklus I, siklus II,
dan siklus III di kelas VII D MTs Negeri Lawang Malang yang dimulai pada
hari Senin 5 April 2010 – hari Senin 3 Mei 2010.
2. Implementasi Tindakan
Adapun kegiatan atau tindakan yang dilaksanakan di kelas selama
pertemuan sebagai berikut :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Mengelompokkan siswa menjadi 10 kelompok dalam Siklus I
kemudian dalam siklus II dan siklus III menjadi 5 kelompok.
c. Menyampaikan materi secara garis besar
d. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative
learning (dengan menggunakan Two Stay Two Stray dan
Numbered Heads Together)
e. Memberi arahan yang berkaitan dengan tugas-tugas yang akan
dibebankan pada siswa
f. Memberi tugas kepada siswa sesuai dengan materi pembelajaran
108
3. Observasi dan Interpretasi
Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan
dengan pengambilan data hasil belajar dan kinerja siswa. Hal tersebut
antara lain :
a. Aktivitas Siswa
Siswa terbentuk menjadi beberapa kelompok
Siswa diberi kesempatan untuk menjawab atau
menanggapi pertanyaan temannya.
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya.
Siswa melaksanakan tugas yang di perintahkan oleh guru.
b. Interaksi guru dengan siswa
Hubungan sangat komunikatif baik dalam kegiatan proses
belajar mengajar maupun di luar kelas.
c. Interaksi siswa dengan siswa
Hubungan antara siswa satu dengan siswa lain saling
kekeluargaan baik di dalam kelas maupun di luar kelas dan
kooperatif.
4. Analisis dan Refleksi
Data yang diperoleh dari tindakan kelas yang telah dilaksanakan
akan dianalisis untuk memastikan bahwa pencatatan dengan
menggunakan pembelajaran dengan model cooperative learning dalam
meningkatkan kreativitas siswa dalam pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII
MTs Negeri Lawang Malang.
109
Dalam menganalisis data akan digunakan prosedur dan tehnik yang
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yakni memberikan kesempatan pada
masing-masing kelompok untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru
dan juga untuk mengungkapkan gagasan ide-idenya yang bertujuan untuk
meningkatkan kreativitas siswa khususnya mata pelajaran Aqidah Akhlak.
5. Siklus Penelitian
Siklus penelitian tindakan kelas dipersiapkan untuk 3 kali
pertemuan yang semuanya dibentuk dalam skenario pembelajaran atau
dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dan waktu proses
belajar mengajar dalam mata pelajaran Akidah Akhlah selama 2 X 40
menit.
Adapun tahap penelitian tiap siklus sebagai berikut :
a. Siklus I (1x pertemuan)
1) Kegiatan awal :
a) Peneliti (sebagai pengajar) memberi salam dan memulai
pelajaran dengan doa.
b) Peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan sekaligus
menyampaikan maksud dalam kehadirannya.
c) Peneliti mengabsen siswa sambil berkenalan.
d) Peneliti memberikan gambaran apa saja yang akan mereka
dapatkan dalam pelajaran Akidah Akhlak.
e) Peneliti memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas
adalah tentang akhlak tercela kepada Allah SWT
110
2) Kegiatan inti :
a) Menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.
b) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran
berlangsung proses pembelajaran dengan model belajar
bersama-sama atau kelompok (cooperative learning).
c) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII
D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).
d) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-
masing kelompok.
e) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi
mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.
f) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-
masing kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk
berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang
tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2
orang dari dari kelompok lain (tamu).
3) Kegiatan akhir :
a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek
pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda
111
dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh
peneliti sendiri.
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.
d) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk
pertemuan berikutnya.
e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
b. Siklus II (1x pertemuan)
1) Kegiatan awal :
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
2) Kegiatan inti :
a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.
b) Siswa diminta menjawab secara individu.
c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai
Nifaq)
d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap
kelompok diberi nomor 1-8.
e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-
masing kelompok.
112
f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban
dengan cara berdiskusi dari pertanyyan yang diajukan guru.
g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju
kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa
dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok
mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan
guru).
h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
i) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
3) Kegiatan akhir :
a) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang
Nifaq.
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek
pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda
dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh
peneliti sendiri.
113
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.
d) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat
perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk
pertemuan berikutnya.
e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
c. Siklus III (1x pertemuan)
1) Kegiatan awal :
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
2) Kegiatan inti :
a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-
nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
b) Siswa diminta menjawab secara individu.
c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-
nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan).
d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap
kelompok diberi nomor 1-8.
114
e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-
masing kelompok.
f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban
dengan cara berdiskusi dari pertanyan yang diajukan guru.
g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju
kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa
dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok
mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan
guru).
h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
3) Kegiatan akhir :
a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek
pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda
dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh
peneliti sendiri.
115
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu nilai-nilai negatif
akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena
kehidupan.
d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
116
BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang
MTsN Malang III Fillial di Lawang semula adalah Madrasah
Tsanawiyah “AlMaarif” Lawang yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1983
atas prakarsa Bapak H. M. Farchan Ketua Lembaga Pendidikan AlMaarif
Lawang. Prakarsa tersebut dilimpahkan kepada Bapak Drs. Masyhudi Ahmad
dengan modal sebesar Rp 10.000,- modal tersebut digunakan untuk segala
sesuatu yang berkenaan dengan persiapan tahun ajaran baru 1983/1984.
Alhamdulillah Madrasah Tsanawiyah AlMaarif Lawang dapat berdiri dengan
murid tahun pertama berjumlah 24 orang, menempati gedung Sekolah Dasar
Islam Jalan Untung Suropati 530 Lawang. Kepala Sekolahnya adalah Drs.
Masyhudi Ahmad, Wakil Kepala Sekolah Bapak H.M. Farchan dibantu oleh
staf pengajar : Ibu Kus Mardiyah, Bapak Mohammad Su‟ud, Bapak N.
Chanafi M., Ibu Masyitah, Bapak Iman Aruman, Bapak Rahmat Suyono,
Bapak H. Achmad Hadi (Kepala Kelurahan Kec. Lawang), Bapak Mundzir
Ma‟ruf, BA )Kepala KUA Kec. Lawang(, Bapak Achmad Ramelan dan staf
Tata Usaha yaitu Ibu Fitriyatul Masruro. Mereka semua dengan ikhlas
mengabdikan dirinya bersama-sama demi tegak dan bangunnya Madrasah.107
107
Company Profile MtsN Lawang, Tahun 2008
117
Pada tahun ajaran 1984/1985 murid kelas 1 berjumlah 30 orang, pada
tahun ini pemerintah memberi kepercayaan kepada Madrasah bagaimana
kalau sekiranya dinegerikan. Setelah melalui pertemuan Dewan Guru,
Pengurus Yayasan dan tokoh-tokoh masyarakat mereka sepakat menerima
penawaran tersebut. Setelah diadakan pemeriksaan oleh Team Penjajakan
persiapan Fillial Kanwil. Depag. Prop. Jawa Timur, maka dinyatakan
memenuhi syarat dan ditetapkan sebagai Madrasah Tsanawiyah Persiapan
Fillial Negeri Lawang.108
Pada tahun ajaran 1985/1986 murid kelas 1 berjumlah 49 orang,
keadaan Madrasah makin lama makin berkembang dengan dibantu oleh
Pengurus BP3 antara lain : Bapak Moh. Naim, Bapak Achmad Subandi,
Bapak Serma Saimin, Bapak Kasiyan dan Ibu Arbaniyah.
Pada tahun ajaran 1986/1987 Madrasah dinyatakan resmi menjadi
Madrasah Tsanawiyah Negeri Malang III Fillial di Lawang dengan murid
kelas 1 berjumlah 106 orang, sehingga murid keseluruhan akhir tahun ajaran
1986/1987 tercatat berjumlah 166 orang.109
Kemudian pada tahun 1993/1994 Madrasah Tsanawiyah Negeri
Malang III Fillial di Lawang dinyatakan resmi menjadi Madrasah Tsanawiyah
Negeri Lawang dengan SK Menteri Agama Republik Indonesia Nomor : 244
Tanggal 25 Oktober 1993 tentang Pembukaan dan Penegrian Madrasah hingga
108 Ibid., 109 Ibid.,
118
sampai sekarang tahun 2003/2004 dengan jumlah murid kelas 1 = 206, kelas 2
= 197, kelas 3 = 190, sehingga jumlah keseluruhan menjadi 593.110
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, bahwa Madrasah ini
mempunyai visi dan misi yang sangat mendukung terselenggaranya Madrasah.
Adapun visi dan misinya sebagai berikut :111
a. Visi Madrasah :
Unggul Prestasi Berdasarkan Iman dan Taqwa
1. Unggul dalam pembinaan keagamaan Islam.
2. Unggul dalam peningkatan prestasi UNAS.
3. Unggul dalam prestasi Bahasa Arab.
4. Unggul dalam prestasi Bahasa Inggris.
5. Unggul dalam prestasi Olahraga.
6. Unggul dalam prestasi Kesenian.
7. Memiliki lingkungan Madrasah yang nyaman dan kondusif untuk
belajar.
8. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
b. Misi Madrasah :
1. Menumbuh kembangkan sikap dan amaliah keagamaan Islam.
110 Ibid., 111 Ibid.,
119
2. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif,
sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
3. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada
seluruh warga Madrasah baik dalam prestasi akademik maupun
non akademik.
4. Menciptakan lingkungan Madrasah yang sehat, bersih dan indah.
5. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi
dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.
6. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga Madrasah dan Komite Madrasah.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang merupakan
jajaran penyelenggara, pengelolaan, pengembangan dan keberhasilan dalam
mencapai visi dan misinya, adapun struktur organisasi MTsN Lawang
sebagai berikut :
120
WAKA MADRASAH Urusan Sarpras Drs. Trijahyono
Budiharjo
Urusan Kurikulum Dra. Diyah
Suryaningsih
Urusan Hub. Kerjasama Masy. Tiyas Untoyo, S.Pd
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MTsN Lawang Tahun Pelajaran 2009/2010112
112 Ibid.,
TATA USAHA LAILI AVIATI
KEPALA SEKOLAH H. ACHMAD SAID, M. AG
Kordinator MGMP IPA
Nurul Proklamasinta,
S. Pd
Kordinator MGMP B. Indonesia
Drs. Imam Hujali
Kordinator MGMP Sosiologi
Kewarganageraan
Tiyas Untoyo, S.Pd
Kordinator MGMP Matematika
Dra. Diyah
Suryaningsih
KOMITE SEKOLAH Drs. H. QISMUL HADI
Kordinator MGMP IPS
Drs. Wardi
Kordinator MGMP B. Inggris
Rokhana Idayani, S. Pd
Kordinator MGMP Agama
Jauhardi, S. Pd
SISWA
Tenaga Kependidikan Lainnya
Guru Pembimbing (BP)
Guru Mata Pelajaran
Wali Kelas
121
Selanjutnya adalah deskripsi tentang struktur organisasi tata usaha Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang sebagai berikut :
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Tata Usaha MTsN Lawang Tahun Ajaran 2009/2010113
113 Ibid.,
KEPALA SEKOLAH H. ACHMAD SAID, M. AG
BENDAHARA GAJI Drs. SUTITO
PRESENSI KOMARIA ULFAH
KEBERSIHAN IRVAN AGUNG MARETNO
SECURITY MU’ASIM
PERPUSTAKAAN Drs. SASI EKANI W.
OPERATOR KOMPUTER IMAM BASORI
ADM. SURAT KHOIRUL BANYAH
INVENTARIS MAX DJAJAPRAWIRA
KAUR TATA USAHA LAILI AVIATI
BENDAHARA KMT ERNA FIDIYAH, BA
cxxii
cxxii
B. Observasi Awal Sebelum Tindakan
1. Pemeriksaan di Lapangan
Peneliti sebelum melaksanakan penelitian langkah awal yang
dilakukan adalah observasi terlebih dahulu sebagai langkah awal untuk
melaksanakan penelitian. Jauh sebelum melaksanakan penelitian, pada hari
Jum‟at tanggal 26 Maret 2010 peneliti bersilaturrami terlebih dahulu kepada
pihak Madrasah yang pada waktu itu oleh Bapak Achmad Said, M.Ag selaku
Kepala Sekolah MTsN Lawang memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk melakukan penelitian di Sekolah MTsN Lawang tanpa adanya surut
Rekomendasi langsung dari Kementrian Keagamaan Malang. Kemudian pada
hari senin tanggal 29 Maret 2010 peneliti mengirim surat izin resmi dari
Fakultas yang diajukan kepada Kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri
Lawang.
Pada hari senin tanggal 29 Maret 2010, peneliti dipertemukan langsung
oleh guru mata pelajaran Aqidah Akhlak yaitu Bapak Wardi, S.Ag (guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII, VIII, dan IX) dan juga Waka Madrasah
Urusan Kurikulum yaitu Ibu Dra. Diyah Suryaningsih. Kemudian peneliti
menemui guru Aqidah Akhlak kelas VII, Bapak Wardi, S.Ag untuk meninta
izin sekaligus bimbingan beliau selama penelitian tindakan kelas berlangsung
di kelas VII. Peneliti diberi kesempatan oleh guru Aqidah Akhlak untuk
melakukan penelitian tindakan kelas di kelas VII D.
Pada tanggal hari Senin tanggal 5 April 2010 peneliti melaksanakan
observasi awal. Pelaksanaan pembelajaran di kelas VII D menggunakan model
cxxiii
cxxiii
belajar konvensional. Dari hasil observasi ternyata dalam pembelajaran
dengan model belajar konvensional kurang cocok diterapkan pada
pembelajaran Aqidah Akhlak. Karena dengan model belajar konvensional
tersebut menyebabkan rendahnya kreativitas siswa kelas VII D MTsN
Lawang.
2. Rencana Tindakan
Sebagai langkah awal dari pelaksanaaan Pre Test. Peneliti melakukan
beberapa persiapan untuk melaksanakan Pre Test antara lain :
a. Mengadakan rundingan atau berdiskusi terlebih dahulu dengan guru
mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D.
b. Guru mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D bersedia untuk
membimbing peneliti selama proses penelitian berlangsung dan jika
dibutuhkan ketika setelah penelitian yang menyangkut dengan
penelitian.
c. Peneliti membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi
kreativitas, hasil belajar dan membuat pedoman wawancara.
d. Peneliti membuat RPP.
e. Peneliti menyiapkan modul pembelajaran serta menyusun soal-soal
yang akan diberikan ketika kegiatan mengajar berlangsung.
f. Peneliti membagi siswa dalam kelompok heterogen.
cxxiv
cxxiv
3. Pelaksanaan Tindakan
Pre Test dilaksakan pada hari Senin tanggal 5 April 2010 dengan
menggunakan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode ceramah
seperti yang dilakukan pengajar sebelumnya.
Diawal pembelajaran peneliti datang bersama dengan guru mata
pelajaran Aqidah Akhlak kelas VII D yaitu Bapak Wardi untuk masuk kelas
tersebut. Kemudian Bapak Wardi mengenalkan peneliti dengan siswa kelas
VII D, selanjutnya Bapak Wardi mempersilahkan peneliti untuk
memperkenalkan diri secara pribadi. Peneliti memperkenalkan diri kepada
seluruh siswa kelas VII D mulai dari nama, alamat, tanggal lahir, dan lain-lain.
Setelah itu memberitahukan tujuan dan maksud kedatangan peneliti di kelas
VII D. Peneliti memberitahukan bahwa tujuan kedatangannya di kelas ini
untuk melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran cooperative
learning yang mana hasilnya nanti diharapkan dapat meningkatkan kreativitas
siswa.
Kemudian peneliti/guru menjelaskan materi tentang Riya‟ dan Nifaq,
lalu guru membentuk kelompok secara homogen untuk membahas tentang
Riya‟ dan Nifaq. Guru menunjuk seseorang dalam setiap kelompok untuk
menjadi pemimpin dalam kelompoknya dan ketika diskusi berjalan guru
membiarkan atau tidak ada pemantauan terhadap siswa untuk berdikusi saat
belajar kelompok sedang berlangsung.
Pada akhir proses pembelajaran, guru mengadakan pre test dengan
membagi-bagikan soal yang sudah dibuat oleh guru kepada siswa dan
cxxv
cxxv
dikerjakan selama kurang lebih 20 menit. Tujuan diadakan pre test ini untuk
mengetahui efektifitas dari pembelajaran konvensional. Dalam mengerjakan
soal pre test siswa tampak kurang kreatif dan nilainya pun rendah. Kemudian
peneliti dalam hal ini sebagai guru mengakhiri pembelajaran dengan doa dan
mengucapkan salam.
4. Observasi
Pada observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
kondisi kelas VII D selama proses pembelajaran sebelumnya. Selain itu juga
untuk mengetahui seberapa besar tingkat kreativitas siswa kelas VII D MTsN
Lawang Malang. Kemudian, dari hasil pre test dalam lembar observasi
kreativitas bahwa siswa kurang antusias dan juga kurang kreatif dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini dapat diamati juga pada hasil belajar siswa
melalui pre test yang dilakukan peneliti untuk siswa kelas VII D di akhir
pembelajaran. Siswa kelas VII D dalam hal ini cenderung banyak diam
daripada bertanya, pasif, dan juga mereka takut untuk bertanya dan
mengungkapkan pendapat/idenya. Indikator lain menunjukkan bahwa
rendahnya kreatifitas siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah siswa
kurang berani untuk mengekspresikan pikiran-pikiran mereka dan juga dalam
menggungkapkan pendapatnya mereka belum berani bahkan mereka
cenderung malu.
5. Refleksi
Berdasarkan dari hasil pre test yang peneliti lakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa pembelajaran konvensional dengan model ceramah dan
cxxvi
cxxvi
pembentukan kelompok secara konvensional kurang cocok diterapkan pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran
ini kurang dapat meningkatkan keativitas siswa kelas VII D di MTsN Lawang
Malang.
Pembelajaran model konvensional dalam hal ini kurang cocok
diterapkan di kelas VII D karena dapat mengakibatkan siswa menjadi kurang
kreatif dan juga menghambat para siswa kelas VII D yang berbeda satu sama
lain. Lalu dalam pembelajaran ini, kurang dapat membangkitkan kreativitas
siswa kelas VII D sehingga hasil belajar mereka dalam mata pelajaran Aqidah
Akhlak kurang maksimal.
C. Paparan Data dan Hasil Penelitian
1. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus I
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini peneliti
menerapkan metode cooperative learning dengan model two stay two
stray. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus I yaitu :
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT
yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.
3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan
Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.
4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.
cxxvii
cxxvii
5. Menyusun lembar observasi kreativitas.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)
Pada pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan pada hari senin
tanggal 12 April 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40
Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model Two
Stay Two Stray. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu :
1) Kegiatan Pendahuluan (10 menit):
a) Guru mengucapkan salam dan memulai pelajaran dengan doa.
b) Guru mengabsen siswa.
c) Guru memberikan gambaran apa saja yang akan mereka
dapatkan dalam pelajaran Aqidah Akhlak.
d) Guru memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas adalah
tentang akhlak tercela kepada Allah SWT.
2) Kegiatan Inti (50 menit):
a) Guru menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.
b) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran
berlangsung proses pembelajaran dengan model belajar
bersama-sama atau kelompok (cooperative learning).
c) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII
D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).
d) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing
kelompok.
cxxviii
cxxviii
e) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi
mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.
f) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-
masing kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk
berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang
tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2
orang dari dari kelompok lain (tamu).
3) Kegiatan Penutup (20 menit):
a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman
siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan
isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti
sendiri.
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.
d) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk
pertemuan berikutnya.
e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
cxxix
cxxix
c. Observasi Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)
Diawal pembelajaran pada siklus I siswa kelas VII D, dimulai pada
jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada siklus I peneliti (sekaligus
guru) menerapkan pembelajaran cooperative learning dengan model Two
Stay Two Stray. Dalam hal ini siswa dibagi menjadi 10 kelompok (jumlah
kelas VII D ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa). Kemudian,
guru memberi nama kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun
nama kelompok sebagai berikut :
1. Nabi Adam as
2. Nabi Muhammad SAW
3. Nabi Isa as
4. Nabi Ibrahim as
5. Nabi Nuh as
6. Nabi Huud as
7. Nabi Musa as
8. Nabi Yusuf as
9. Nabi Idris as
10. Nabi Sholeh as
Dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran ini, peningkatan
kreativitas pada siklus I mengalami peningkatan. Hal ditunjukkan adanya
siswa kelas VII D menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu
yang cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.
cxxx
cxxx
Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai
meningkat sebesar 5 point dengan perolehan nilai skor 18 dari observasi
pertama dengan perolehan nilai skor 13. Kemudian perolehan nilai siswa
kelas VII D terjadi peningkatan juga. Perolehan nilai dari observasi awal
dengan nilai rata-rata kelas 68,9 menjadi 71,5 pada siklus I. Jadi,
meningkat sebesar 2,6 (secara lengkap dapat dilihat pada lampiran I, III
dan IV).
d. Refleksi Tindakan Siklus I (Senin, 12 April 2010)
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I diketahui adanya
peningkatan kreativitas siswa kelas VII D dengan perolehan nilai skor 18
dari perolehan nilai skor 13. Akan tetapi pada siklus I antusiasme siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran belum begitu terlihat. Mereka
terlihat belum bisa untuk diajak belajar secara cooperative. Dan juga
kreativitas siswa kelas VII D belum maksimal. Adapun faktor-faktor
kendala pada siklus I dari hasil obsevasi adalah :
1. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran cooperative
learning.
2. Peneliti masih sulit untuk memancing siswa agar dapat
berkreatif dalam mata pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga
harus diberi banyak rangsangan.
Sehingga peneliti perlu adanya revisi pembelajaran dalam upaya
terus meningkatkan kreativitas siswa pada siklus-siklus berikutnya.
cxxxi
cxxxi
2. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus I ini peneliti
menerapkan metode cooperative learning dengan model Numbered Heads
Together. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus II yaitu:
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT
yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.
3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan
Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.
4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.
5. Menyusun lembar observasi kreativitas.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)
Pada pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada hari senin
tanggal 26 April 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40
Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model
Numbered Heads Together. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus II
yaitu :
1) Kegiatan awal (10 menit):
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
2) Kegiatan inti (50 menit):
a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.
cxxxii
cxxxii
b) Siswa diminta menjawab secara individu.
c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai
Nifaq)
d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap
kelompok diberi nomor 1-8.
e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-
masing kelompok.
f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban
dengan cara berdiskusi dari pertanyyan yang diajukan guru.
g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju
kedepan (hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa
dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok
mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan
guru).
h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
i) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
cxxxiii
cxxxiii
3) Kegiatan akhir (20 menit):
a) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang
Nifaq.
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek
pemahaman siswa dengan memberikan tugas kepada siswa
untuk mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda
dan isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh
peneliti sendiri.
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.
d) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat
perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk
pertemuan berikutnya.
e) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
c. Observasi Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)
Pada pembelajaran disiklus II siswa kelas VII D MTsN Lawang
Malang, dimulai pada jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada
siklus II peneliti (sekaligus guru) menerapkan pembelajaran cooperative
learning dengan model Numbered Heads Together. Dalam hal ini peneliti
membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa).
Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian,
cxxxiv
cxxxiv
peneliti memberi nama kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun
nama-nama kelompok tersebut adalah :
1. Malaikat Jibril
2. Malaikat Isrofil
3. Malaikat Izrofil
4. Malaikat Munkar
5. Malaikat Nakir
Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan metode cooperative
learning dengan model numbered heads together. Peneliti merubah
metode cooperative learning dengan model two stay two stray kedalam
metode cooperative learning dengan model numbered heads together
karena siswa kelas VII D mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Maka
peneliti merubahnya, dan hasilnya cukup memuaskan. Hal ini dikarenakan
ada peningkatan kreativitas pada siklus II dari siklus I. Bukti menunjukkan
bahwa siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang sudah mulai berani untuk
mengungkapkan ide atau pendapatnya dan juga mereka mampu untuk
menyesuaikan diri dengan kelomopoknya dan juga menyukai hal-hal baru
dan memilliki rasa ingin tahu yang cukup besar terhadap pelajaran Aqidah
Akhlak.
Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai
meningkat sebesar 5 point dengan perolehan nilai skor 23 dari siklus I
dengan perolehan nilai skor sebanyak 18. Kemudian perolehan nilai siswa
kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga. Perolehan
cxxxv
cxxxv
nilai dari siklus I dengan nilai rata-rata kelas 71,5 disiklus II nilai rata-
ratanya adalah 74,9. Jadi, meningkat sebesar 3,4 (secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran I, III dan IV).
d. Refleksi Tindakan Siklus II (Senin, 26 April 2010)
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan kreativitas siswa kelas VII D dengan perolehan nilai skor 23
dari siklus I dengan perolehan nilai skor 18. Siswa VII D MTsN Lawang
Malang dalam pembelajaran Aqidah Akhlak sudah berani mengungkapkan
ide atau pendapatnya dan juga mereka mampu untuk menyesuaikan diri
dengan kelomopoknya dan juga menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa
ingin tahu yang cukup besar dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak.
Dalam hal ini sudah mengalami peningkatan yang baik dan kepedulian
mereka untuk bekerjasama dengan kelompoknya sudah mulai nampak
dibanding pada siklus I. Akan tetapi meskipun sudah ada peningkatan
minat dalam belajar yang baik, peneliti belum merasa puas. Sehingga
peneliti perlu adanya merevisi kembali seperti pada siklus I agar
pembelajaran Aqidah Akhlak dalam upaya terus meningkatkan kreativitas
siswa dapat meningkat.
3. Paparan Data dan Temuan Penelitian pada Siklus III
a. Perencanaan Tindakan Siklus III
Pada tahap perencanaan tindakan pada siklus III ini peneliti
menerapkan metode cooperative learning dengan model Numbered Heads
cxxxvi
cxxxvi
Together. Hal-hal yang perlu disiapkan dalam pembelajaran siklus III
yaitu :
1. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Menyiapkan materi tentang Akhlak tercela kepada Allah SWT
yang terangkum dalam modul pembelajaran siswa.
3. Menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-Qur‟an dan
Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa.
4. Menyusun soal-soal serta lembar jawaban.
5. Menyusun lembar observasi kreativitas.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)
Pada pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan pada hari senin
tanggal 03 Mei 2010 pada jam 11.10 sampai jam 12.30 WIB (2JP x 40
Menit), dengan menggunakan metode cooperative learning model
Numbered Heads Together. Adapun dalam pelaksanaan tindakan siklus III
yaitu :
1) Kegiatan awal (10 menit):
a) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
b) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
2) Kegiatan inti (50 menit):
a) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-
nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
b) Siswa diminta menjawab secara individu.
cxxxvii
cxxxvii
c) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-
nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan).
d) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok
diberi nomor 1-8.
e) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing
kelompok.
f) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab
oleh tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan
kepada tiap-tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan
cara berdiskusi dari pertanyaan yang diajukan guru.
g) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan
(hal ini dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan
nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat
giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru).
h) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari
guru.
3) Kegiatan akhir (20 menit):
a) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal
yang tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
cxxxviii
cxxxviii
b) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman
siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk
mengerjakan soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan
isian melalui lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti
sendiri.
c) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu nilai-nilai negatif
akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan.
d) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
c. Observasi Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)
Pada pembelajaran disiklus III siswa kelas VII D MTsN Lawang
Malang, dimulai pada jam 11.10-12.30 WIB. Selama penelitian pada
siklus III peneliti (sekaligus guru) menerapkan pembelajaran cooperative
learning dengan model Numbered Heads Together lagi seperti yang
dilakukan pada siklus II. Dalam hal ini peneliti membagi siswa menjadi 5
kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-
tiap kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian, peneliti memberi nama
kelompok tiap masing-masing kelompok. Adapun nama-nama kelompok
tersebut adalah :
1. Al-Ghozali
2. Jalaluddin ar-Rumi
cxxxix
cxxxix
3. Al-Farobi
4. Abdul Qodir Jaelani
5. Ibnu Sina
Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan metode cooperative
learning dengan model numbered heads together sama halnya pada siklus
II. Pada siklus III dapat diketahui bahwa penerapan cooperative learning
dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran Aqidah Akhlak kelas
VII D MTsN lawang Malang. Hal ditunjukkan bahwa siswa kelas VII D
sudah berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya dan juga mereka
mampu untuk mengkritisi pendapat kelompok lain ketika presentasi dan
juga mereka menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang
cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.
Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa meningkat
sebesar 2 point dengan perolehan nilai skor 25 dari siklus II dengan
perolehan nilai skor 23. Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D
MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga. Perolehan nilai dari
siklus II dengan nilai rata-rata kelas 74,9 pada siklus III nilai rata-ratanya
adalah 81,2. Jadi, meningkat sebesar 6,3 (secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran I, III dan IV).
d. Refleksi Tindakan Siklus III (Senin, 03 Mei 2010)
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus III,
menyatakan bahwa ada peningkatan kreativitas siswa kelas VII D MTsN
Lawang Malang. Hal ini ditunjukkan adanya peningkatan mulai dari siklus
cxl
cxl
I yang dimulai pada hari Senin tanggal 12 April 2010 sampai siklus III
pada hari Senin tanggal 03 Mei 2010 pada lembar observasi dengan nilai
skor 25 dari perolehan nilai skor 18 dengan peningkatan sebesar 7 point.
Lalu perolehan skor peningkatan nilai kreativitas pada siklus I sebesar
38%, siklus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% dengan
peningkatan sebesar 54%. Dan juga dalam penilaian hasil belajar siswa
kelas VII D mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan perolehan nilai
rata-rata 71,5, pada siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai
rata-rata 81,2. Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan dalam setiap
siklus dengan perolehan sebesar 9,7 (secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran I, II, III dan IV).
Adapun indikator-indikator dalam keberhasilan tersebut adalah :
1. Siswa memiliki semangat dan ketarikatan dalam mengikuti mata
pelajaran Aqidah Akhlak.
2. Adanya kerjasama yang bagus dalam pembelajaran cooperative
learning.
3. Siswa dapat mengungkapkan ide atau pendapatnya, memiliki rasa
ingin tahu yang besar terhadap pembelajaran Aqidah Akhlak, siswa
berani untuk mengkritisi terhadap permasalahan dalam mata
pelajaran Aqidah Akhlak, dan lain-lain.
4. Perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator
dalam lembar observasi menunjukkan bahwa pada siklus I
cxli
cxli
penilaian sebesar 38%, sikus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar
92% , jadi peningkatan sebesar 54% point.
5. Rata-rata kelas siswa berdasarkan penilaian setiap siklus
mengalami peningkatan. Pada siklus I dengan perolehan nilai rata-
rata 71,5, pada siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai
rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point.
Untuk itu peneliti merasa cukup untuk melakukan penelitian
karena penerapan metode cooperative learning dalam meningkatkan
kreativitas siswa kelas VII D sudah mengalami peningkatan.
cxlii
cxlii
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan di kelas VII D Madrasah
Tsanawiyah Negeri Lawang Malang yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Siklus I
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Senin, 12 April 2010,
siklus II satu kali pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2010, dan
siklus III dilaksanakan dalam satu kali pertemuan pada hari Senin, 03 Mei 2010.
Pada jam 11.10 WIB sampai jam 12.30 WIB.
Peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas terlebih dahulu
mengadakan observasi awal dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi
kelas VII D selama proses pembelajaran sebelumnya yang dilakukan oleh guru
Aqidah Akhlak yaitu Bapak Wardi, S.Ag. Selain itu juga untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kreativitas siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang.
Dalam observasi awal dapat diketahui bahwa selama ini guru Aqidah
Akhlak hanya menerapkan pembelajaran konvensional dengan model ceramah
dan pembentukan kelompok secara konvensional kurang cocok diterapkan pada
mata pelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ini
kurang dapat meningkatkan keativitas siswa kelas VII D di MTsN Lawang
Malang. Dalam hal ini, kondisi siswa cenderung banyak diam daripada bertanya,
pasif, dan juga mereka takut untuk bertanya dan mengungkapkan
pendapat/idenya. Indikator lain menunjukkan bahwa rendahnya kreatifitas siswa
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah siswa kurang berani untuk
cxliii
cxliii
mengekspresikan pikiran-pikiran mereka dan juga dalam menggungkapkan
pendapatnya mereka belum berani bahkan mereka cenderung malu.
Setelah mengetahui kondisi awal di kelas VII D MTsN Lawang Malang,
peneliti pada siklus I langsung menerapkan pembelajaran dengan metode
cooperative learning dengan model two stay two stray. Dalam hal ini kelas
dibentuk menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII D ada 40 siswa, tiap kelompok
berjumlah 4 siswa). Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-
masing kelompok. Lalu, guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi
mencari contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi. Kemudian, guru meminta
setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing kelompok untuk meninggalkan
kelompoknya untuk berdiskusi ke kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang
tidak bertugas menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari
kelompok lain (tamu).
Pada siklus I antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
belum begitu terlihat. Mereka terlihat belum bisa diajak belajar secara
cooperative. Dan juga kreativitas siswa kelas VII D belum maksimal. Adapun
kendala-kendalanya yaitu siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran
cooperative learning dan peneliti masih sulit untuk memancing siswa agar dapat
berkreatif dalam mata pembelajaran Aqidah Akhlak sehingga harus diberi banyak
rangsangan. Oleh karenanya peneliti sekaligus guru perlu adanya revisi
pembelajaran dalam upaya untuk terus meningkatkan kreativitas siswa.
cxliv
cxliv
Menurut Wankat dan Oreovoc, meningkatkan kreativitas siswa dapat
dilakukan dengan :114
a. Mendorong siswa untuk kreatif (tell student to be creative)
b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif (teach student
some creativity methods), dan
c. Menerina ide-ide kretif yang dihasilkan siswa (accept the result of
creative exercises)
Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E. Mulyasa (2003) mengemukakan
hal-hal yang perlu dilakukan guru agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam
belajarnya, adalah:115
1. Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa
takut;
2. Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi
ilmiah secara bebas terarah; aktivitas, kreativitas, dan motivasi siswa
3. Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;
4. Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter;
5. Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses
pembelajaran secara keseluruhan.
Hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator
dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%,
Pada lembar observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai meningkat dengan
skor 5 dengan perolehan nilai skor 18 dari observasi pertama dengan perolehan
114Made wena, Op. Cit., hal. 138 115http//www.google.com// Pengelolaan Kelas dalam meningkatkan aktivitas, kreativitas,
dan motivasi siswa.html. 17 November 2009
cxlv
cxlv
nilai skor 13. Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D terjadi peningkatan
juga. Perolehan nilai dari observasi awal dengan nilai rata-rata kelas 68,9 menjadi
71,5 pada siklus I. Jadi, meningkat sebesar 2,6.
Menindak lanjuti dari pelaksanaan dari siklus I peneliti melanjutkan
penelitian ketahap selanjutnya yaitu pada siklus II yang dilaksanakan pada tanggal
26 April 2010 pada jam 11.10 WIB-12.30 WIB. Peneliti menggunakan metode
cooperative learning dengan model numbered heads together. Peneliti merubah
metode cooperative learning dengan model two stay two stray kedalam metode
cooperative learning dengan model numbered heads together karena siswa kelas
VII D mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Maka peneliti merubahnya, dan
hasilnya cukup memuaskan. Dalam hal ini peneliti membentuk kelas menjadi 5
kelompok (tiap kelompok berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap
kelompok diberi nomor 1-8. Kemudian, peneliti memberi nama kelompok tiap
masing-masing kelompok.
Pada siklus II antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
sudah mulai terlihat. Siswa sudah berani untuk mengungkapkan ide atau
pendapatnya dan juga mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan
kelompoknya dan juga menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang
cukup besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak. Dalam hal ini mereka sudah
mengalami peningkatan yang baik dan kepedulian untuk bekerja sama dengan
kelompoknya sudah mulai nampak.
Dalam pembelajaran kooperatif yang pada dasarnya untuk membantu
dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama, maka tanpa disadari pada
cxlvi
cxlvi
diri anak/siswa sebenarnya mereka melakukan suatu hubungan interaksi sosial
dalam pembelajaran hal itu ditandai adanya saling menghargai hasil pemikiran
atau pendapat setiap siswa dengan teman-temannya. Pembelajaran dengan model
cooperative learning merupakan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pemahaman dan sikapnya yang sesuai dengan kehidupan nyata
di masyarakat. Sehingga dengan kerjasama diantara anggota kelompok akan
meningkatkan kreativitas dan juga minat belajar. Dalam surat Al-Imron : 159,
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.” )Q.S. Al-Imron : 159)116
116 Al -Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15 (Kudus : Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah,
2004), hal. 71
cxlvii
cxlvii
Berdasarkan hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan
indikator dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus II penilaian
sebesar 76%. Jadi meningkat menjadi 38% dari siklus I yaitu 38%. Pada lembar
observasi, menunjukkan kreativitas siswa mulai meningkat dengan nilai skor 5
dengan perolehan nilai skor 23 dari siklus I dengan perolehan nilai skor 18.
Kemudian perolehan nilai siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi
peningkatan juga. Perolehan nilai dari siklus I dengan nilai rata-rata kelas 71,5
disiklus II nilai rata-ratanya adalah 74,9. Jadi, meningkat sebesar 3,4 (secara
lengkap dapat dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).
Menindak lanjuti dari pelaksanaan dari siklus II peneliti melanjutkan
penelitian ketahap selanjutnya yaitu pada siklus terakhir yaitu siklus III yang
dilaksanakan pada Senin, 03 Mei 2010 pada jam 11.10 WIB-12.30 WIB. Pada
tahap perencanaan tindakan pada siklus III ini peneliti menerapkan metode
cooperative learning dengan model Numbered Heads Together.
Pada siklus III dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran dengan
model cooperative learning dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran
Aqidah Akhlak kelas VII D MTsN Lawang Malang. Hal ini ditunjukkan adanya
siswa kelas VII D sudah berani untuk mengungkapkan ide atau pendapatnya dan
juga mereka mampu untuk mengkritisi pendapat kelompok lain ketika presentasi
dan juga mereka menyukai hal-hal baru dan memilliki rasa ingin tahu yang cukup
besar terhadap pelajaran Aqidah Akhlak.
Berdasarkan hasil perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan
indikator dalam lembar observasi menujukkan bahwa pada siklus III penilaian
cxlviii
cxlviii
sebesar 92%. Jadi meningkat menjadi 16% dari siklus II yaitu 76%. Pada lembar
observasi, menunjukkan kreativitas siswa meningkat 2 point dengan perolehan
nilai skor 25 dari siklus II dengan perolehan nilai skor 23. Kemudian perolehan
nilai belajar siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang terjadi peningkatan juga.
Perolehan nilai dari siklus II dengan nilai rata-rata kelas 74,9 pada siklus III nilai
rata-ratanya adalah 81,2. Jadi, meningkat sebesar 6,3 point (secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).
Dalam pelaksanaan siklus I, siklus II, dan siklus III tampak terjadi
perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Siswa lebih
aktif dan bersemangat dalam proses pembelajaran Aqidah Akhlak. Hal ini
ditunjukkan dengan antusisme siswa dalam mengikuti pembelajaran dan juga
kreativitas siswa tidak hanya dalam hal bertanya tetapi juga dilihat dari nilai-nilai
mereka baik yang sesuai dengan materi. Indikator pencapaian yang lalin adalah
mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi dan juga roman muka tampak
senang dan berseri-seri dalam mengerjakan tugas yang peneliti (sekaligus guru)
memberi tugas kepada mereka.
Hasil wawancara peneliti yang dilakukan pada tanggal 03 Mei 2010 pada
jam 13.32 WIB yang dikatakan oleh salah satu siswa yang bernama Eka Hanny
Islamiyah, ketika ditanya bagaimana perasaanmu setelah belajar cooperative
learning? Dia menjawab, “waaaah….seneng banget bu, jarang-jarang malah gak
pernah kita belajar kayak gini. Tiap kali belajar mesti laporan (presentasi), anak-
anak lain juga seneng bu…. Bu….ngajar disini ja, anak-anak seneng kalo diajar
ibu kayak gitu (cooperative learning(”.
cxlix
cxlix
Peneliti sangat gembira bahkah senang sekali, ternyata antusisme siswa-
siswa kelas VII D MTsN Lawang Malang dalam pembelajaran Aqidah Akhlak
sangat baik. Bahkan penelitian tindakan kelas ini telah cukup berhasil dalam
meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil
perhitungan skor penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar
observasi menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%, sikus II
sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan sebesar 54% point.
Dan juga perolehan nilai belajar siswa terjadi peningkatan juga dengan perolehan
pada siklus I nilai rata-rata 71,5, siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III
nilai rata-rata 81,2. Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point (secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran I, II, III dan IV).
cl
cl
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan selama proses
observasi dan pelaksanakan dalam tiga siklus, hasil seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat peneliti simpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative learning dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas
siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang Malang
dalam pelajaran Aqidah Akhlak, peneliti menyiapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan materi tentang
Akhlak tercela kepada Allah SWT yang terangkum dalam modul
pembelajaran siswa, menyiapkan sumber belajar lain, seperti Al-
Qur‟an dan Terjemahan, buku paket, dan lembar kerja siswa,
menyusun soal-soal serta lembar jawaban, menyusun lembar
observasi kreativitas.
2. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative
learning dalam upaya untuk meningkatkan kreativitas siswa kelas
VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Lawang Malang dalam pelajaran
Aqidah Akhlak, dalam hal ini peneliti menerapkan metode
cooperative learning dengan dua model yaitu model numbered heads
together dan model two stay two stray. Dalam pelaksanaannya disini
cli
cli
peneliti (sekaligus guru) menempatkan posisinya sebagai
pembimbing dan fasilitator.
3. Penilaian kreativitas dan hasil belajar dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode cooperative learning dalam upaya untuk
meningkatkan kreativitas siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah
Negeri Lawang Malang dalam pelajaran Aqidah Akhlak, terjadi
perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran Aqidah
Akhlak. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil perhitungan skor
penilaian nilai kreativitas berdasarkan indikator dalam lembar
observasi menunjukkan bahwa pada siklus I penilaian sebesar 38%,
sikus II sebesar 76%, dan siklus III sebesar 92% , jadi peningkatan
sebesar 54% point. Dan juga perolehan nilai belajar siswa terjadi
peningkatan juga dengan perolehan pada siklus I nilai rata-rata 71,5,
siklus II nilai rata-rata 74,9, dan pada siklus III nilai rata-rata 81,2.
Jadi, peningkatan sebesar 9,7 point.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar pendidikan Agama Islam terutamanya mata pelajaran Aqidah
Akhlak agar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa,
maka disini peneliti dengan rendah hati akan mengemukakan saran-saran yang
sekiranya bermanfaat, adapun saran-saran sebagai berikut:
clii
clii
1. Peserta didik, agar lebih belajar dan terus belajar dengan sesuka hati,
sekreatif mungkin dan juga buatlah belajar menjadi menyenangkan
dengan jalan yang tidak melanggar syari‟at Islam. Teruslah berkarya.
2. Para pendidik di lembaga-lembaga pendidikan Islam agar dapat
menggunakan karya ini, khususnya pendidik yang membimbing mata
pelajaran Aqidah Akhlak, agar dapat menambah pengetahuan dalam
strategi pembelajaran. Masih banyak model-model pembelajaran dalam
rangka meningkatkan kreativitas dan prestasi siswa.
3. Lembaga pendidikan, khususnya untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah.
4. Para pembaca, diharapkan dapat memahami dan bermanfaat sebagai
bahan pedoman untuk dalam kegiatan pendidikan terutama mata
pelajaran pendidikan agama Islam.
5. Peneliti, diharapkan semoga karya yang akan dibuat menjadi sarana
belajar (khususnya pembelajaran dengan model cooperative learning)
dan semoga di lain kesempatan agar lebih memperdalam kajian hasanah
keilmuan. Peneliti adalah manusia dengan segala kekurangan dan
tempatnya salah dan lupa, yang mengharapkan menjadi manusia ulil
albab dan insan kamil, mengharap kepada siapa saja yang membaca
sekripsi ini untuk memberikan saran dan kritiknya kepada para peneliti.
Supaya dalam penyusunan sekripsi ini lebih bermanfaat bagi kami
maupun bagi para pembaca, Amien.
cliii
cliii
DAFTAR RUJUKAN Ahmad, Abdullah Ni‟am, dkk. 2007. Pemikiran Islam Kontemporer. Yogyakarta :
Jendela Alam, Nizar Hamdani dan Dody Hermana. 2008. Classroom Action Research :
Teknik Penulisan Dan Contoh Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kudus: Rahayasa Research and Training
Al -Qur‟an dan Terjemahan Juz 1-15. 2004. Kudus : Toko Kitab Mubarokatan
Toyyibah Arikunto, Suharsimi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Bahri, Syaiful Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Jakarta : Rineka Cipta Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta -------, Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Company Profile MtsN Lawang, Tahun 2008 Eko Susanto//http://konselingcenter.co.cc// Ciri-Ciri Dan Faktor Yang
Mempengaruhi Kreativitas. html. 8 Januari 2010 Fajar, Malik. 2006. Quo Vadis Pendidikan Islam “Pengembangan Pendidikan
Islam Yang Menjajikan Masa Depan”. Malang : UIN-Malang Press Fuad, Diana. 2002. Mengembangkan Kreatifitas Dalam Perspektif Psikologi
Islam. Yogyakarta: Menara kudus http//www.google.com// Pengelolaan Kelas dalam meningkatkan aktivitas,
kreativitas, dan motivasi siswa.html. 17 November 2009 Isjoni. 2010. Cooperative learning efektifitas pembelajaran kelompok. Bandung :
Alfabeta -------, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner : Perpaduan Indonesia-Malaysia.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Jordan E. Ayan. 2002. Bengkel Kreatifitas : 10 Cara Menemukan Ide-Ide
Pamungkas Melalui Pergaulan, Lingkungan, Perjalanan, Permainan, Alam Bawah Sadar, Seni, Teknologi, Berfikir, Bacaan, Jiwa Kreatif. Bandung : Penerbit Kaifa
cliv
cliv
Lexy, J Moleong. Tanpa Tahun. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosdakarya
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning
Di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT Grasindo Majid, Abdul dan Dian Andani. 2004. Pendidikan Agama Islam Kompetensi
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Remaja Rosdakarya
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran
Kretifitas dan Menyenangkan. Bandung : Remaja Rosdakarya Muhaimin. 2003. Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan Kurikulum Hingga
Refidinasi Islamisasi Pengetahuan. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia
-------, dkk. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta : Kencana Munandar, Utami. 1992. mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah.
Jakarta : Gramedia Widiasarana -------. 2009. Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta : PT Rineka
Cipta -------. 2002. Kreativitas & Keberbakatan “Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif
& Bakat”. Jakarta : PT Gramedia Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan
Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Nashori, Fuad dan Diana Mucharam. 2002. Mengembangkan Kreatifitas dalam
Perspektif Psikologi Islam. Yogyakarta : Menara Kudus Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan : Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia. Bogor : Kencana Prenada Media Nurdin, Syaifuddin. 2002. Guru Professional dan Implementasi Kurikulum
Jakarta : Ciputat Press Nurul, Wakhidah Milati. 2007. Implementasi Cooperative Learning Metode
Jigsaw dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP 13 Malang. Skripsinya, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Malang.
clv
clv
Robert E. Slavin.. 2005. Cooperative Learning : Theory, Research, Practice. London : Allymand Bacon. Terjemahan, 2009. Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media
Ruslan, Rosady. 2004. Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Subadijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi Suparno, Paul. 2007. Riset Tindakan Untuk Pendidik. Jakarta : Grasindo -------. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Susilo. 2007. Paduan PTK. Yogyakarta: Pustaka Book Peblisher Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Syamsu, M. Ni‟am. 2009. Implementasi Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences Dalam Meningkatkan Kreativitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran, Pendidikan Agama Islam Kelas III Di MIN Beji Pasuruan, Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Syauqi, Rifaat Nawawi, dkk. 2002. Metodologi Psikologi Islam. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta:
Kencana Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 2006. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer : Suatu
Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta Timur : Bumi Aksara
clvi
clvi
clvii
clvii
ANALISIS BANYAKNYA PEKAN EFEKTIF DALAM KALENDER
PENDIDIKAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Nama Sekolah : MTs Negeri Lawang
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas : VII
Tahun Akademik : 2009/2010
Jumlah Pekan Efektif dalam Semester Genap
No Bulan Jumlah
Pekan
Pekan Tidak
Efektif Pekan Efektif
1 Januari - - -
2 Pebruari 4 - 4
3 Maret 5 - 5
4 April 4 2 2
5 Mei 4 - 4
6 Juni 4 - 4
7 Juli - - -
Jumlah 21 2 19
Jumlah Pekan efektif : (Jumlah pekan – pekan tidak efektif) = 19 Pekan
Jumlah jam efektif : (Jumlah pekan efektif x JP)= 19 x 2JP = 38 JP
1 JP : 40 Menit
clviii
clviii
PROGRAM TAHUNAN
Nama sekolah : MTs Negeri Lawang Mata pelajaran : Aqidah Akhlaq Kelas/semester : VII / Genap Tahun Pelajaran : 2009/2010
SMT No Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar
Materi pokok
Alokasi Waktu
Ketera-ngan
II 4. Memahami asma‟ul husna 6 1 JP = 40
Menit 4.1 Menguraikan 10 asma‟ul husna )al-‟Aziz, al-Gaffar, al-Fattah, al-Basit, al-‟Adl, al-Gafur, al-
Qayyum, al-Barru, ar-Ra‟uf, al-Nafi‟)
2
4.2 Menunjukkan bukti kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui pemahaman terhadap 10
asma‟ul husna
2
4.3 Menunjukkan perilaku orang yang mengamalkan 10 asma‟ul husna
1
4.4 Meneladani sifat-sifat Allah yang terkandung dalam 10 asma‟ul husna
1
5. Meningkatkan keimanan kepada malaikat-malaikat Allah SWT
6
5.1 Menjelaskan pengertian malaikat Allah SWT 1 5.2 Menjelaskan sifat-sifat malaikat Allah SWT 1 5.3 Menjelaskan tugas-tugas malaikat Allah SWT 2 5.4 Menunjukkan dalil naqli tentang adanya malaikat
Allah SWT 1
5.5 Menerapkan perilaku beriman kepada malaikat Allah SWT
1
6. Meningkatkan keimanan kepada adanya makhluk gaib selain malaikat
4
6.1 Menjelaskan pengertian alam jasmani dan alam rohani
1
6.2 Menunjukkan dalil naqli tentang alam jasmani dan alam rohani
1
6.3 Menjelaskan pengertian jin, iblis/setan 1 6.4 Menunjukkan dalil naqli tentang jin, iblis/setan 1 7. Menghindari akhlaq tercela kepada Allah 6 7.1 Menjelaskan pengertian riya‟, kufur, syirik, dan
nifaq 2
7.2 Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan riya‟, kufur, syirik, dan nifaq
2
7.3 Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan riya‟, kufur, syirik, dan nifaq
1
7.4 Membiasakan diri menghindari perilaku riya‟, kufur, syirik, dan nifaq dalam kehidupan sehari-
1
clix
clix
hari Ulangan Harian 8 Ujian Tengah Semester 2 Remidi / Pengayaan 2 Cadangan 2 Ujian Semester 2 Jumlah JP 38
clx
clx
PROGAM SEMESTER GENAP
SEKOLAH : MTsN Lawang KELAS : VII MATA PELAJARAN : AQIDAH AKHLAQ TAHUN PELAJARAN : 2009-2010
N
o
Standar Kompetensi /
Kompetensi Dasar
Alokasi
Waktu
Diberikan pada minggu ke-
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
4 Menェ┌ヴ;キニ;ミ ヱヰ ;ゲマ;げ┌ノ husna (al-げA┣キ┣が ;ノ-Gaffar,
al-Fattah, al-Basit, al-
げASノが ;ノ-Gafur, al-
Qayyum, al-Barru, ar-
R;げ┌aが ;ノ-N;aキげぶ
2
2
Menunjukkan bukti
kebenaran tanda-tanda
kebesaran Allah melalui
pemahaman terhadap 10
;ゲマ;げ┌ノ エ┌ゲミ;
2
2
Menunjukkan perilaku
orang yang mengamalkan
ヱヰ ;ゲマ;げ┌ノ エ┌ゲミ;
1
1
Meneladani sifat-sifat
Allah yang terkandung
S;ノ;マ ヱヰ ;ゲマ;げ┌ノ エ┌ゲミ;
1
1
Ulangan Harian 2 2
5 Menjelaskan pengertian
malaikat Allah SWT 1
1
clxi
clxi
N
o
Standar Kompetensi /
Kompetensi Dasar
Alokasi
Waktu
Diberikan pada minggu ke-
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Menjelaskan sifat-sifat
malaikat Allah SWT 1
1
2
Menjelaskan tugas-tugas
malaikat Allah SWT 2
2
Menunjukkan dalil naqli
tentang adanya malaikat
Allah SWT
1
1
Menerapkan perilaku
beriman kepada malaikat
Allah SWT
1
1
Ulangan harian 2 2
6 Menjelaskan pengertian
alam jasmani dan alam
rohani
1
1
. Menunjukkan dalil naqli
tentang alam jasmani
dan alam rohani
1
1
Menjelaskan pengertian
jin, iblis/setan 1
1
Menunjukkan dalil naqli
tentang jin, iblis/setan 1
1
clxii
clxii
No Standar Kompetensi /
Kompetensi Dasar
Alokasi
Waktu
Diberikan pada minggu ke-
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
7 Menjelaskan
pengertian ヴキ┞;げが ニ┌a┌ヴが syirik, dan nifaq
2
2
Mengidentifikasi
bentuk dan contoh-
Iラミデラエ ヮWヴH┌;デ;ミ ヴキ┞;げが kufur, syirik, dan nifaq
2
2
Menunjukkan nilai-nilai
negatif akibat
perbuatan ヴキ┞;げが ニ┌a┌ヴが syirik, dan nifaq
1
1
Membiasakan diri
menghindari perilaku
ヴキ┞;げが ニ┌a┌ヴが ゲ┞キヴキニが S;ミ nifaq dalam kehidupan
sehari-hari
1
1
Ulangan Harian 2 2
Ujian Tengah Semester 2 2
Remidi / Pengayaan 2 2
Cadangan 2 2
Ujian Semester 2 2
Jumlah JP 38
clxiii
clxiii
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Nama Madarasah : MTsN Lawang
Mata Pelajaran : Aqidah Akhlak
Kelas/Semester : VII/2
Alokasi Waktu : 6 x 2 Jam Pelajaran (3 x Pertemuan), 1JP = 40 Menit)
A. STANDAR KOMPETENSI
Menghindari Akhlak Tercela Kepada Allah SWT
B. KOMPETENSI DASAR
1. Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq
2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan Nifaq
3. Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
C. INDIKATOR HASIL BELAJAR
1.1. Menjelaskan tentang pengertian Riya‟.
1.2. Menjelaskan tentang pengertian Nifaq.
2.1. Menyebutkan bentuk-bentuk perbuatan Riya‟ dan Nifaq.
2.2. Menyebutkan contoh-contoh dari perbuatan Riya‟ dan Nifaq.
3.1. Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dalam
fenomena kehidupan.
3.2. Menyebutkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4.1. Menyebutkan kerugian-kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena
sifat Riya‟.
clxiv
clxiv
4.2. Menyebutkan kerugian-kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena
sifat dan Nifaq.
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah selesai proses pembelajaran, diharapkan siswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq serta macam-macam dan
tingkatannya.
2. Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan Nifaq
3. Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
4. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
E. MATERI PEMBELAJARAN
Riya‟ dan Nifaq
F. METODE PEMBELAJARAN
Metode cooperative learning dengan model two stray two stay dan
numbered head together.
G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan ke-1
4) Kegiatan awal (10 menit):
f) Peneliti (sebagai pengajar) memberi salam dan memulai pelajaran
dengan doa.
g) Peneliti memperkenalkan diri kepada siswa dan sekaligus
menyampaikan maksud dalam kehadirannya.
h) Peneliti mengabsen siswa sambil berkenalan.
clxv
clxv
i) Peneliti memberikan gambaran apa saja yang akan mereka
dapatkan dalam pelajaran Akidah Akhlak.
j) Peneliti memberikan ilustrasi pelajaran yang akan dibahas adalah
tentang akhlak tercela kepada Allah SWT
5) Kegiatan inti (50 menit):
g) Menjelaskan materi tentang pengertian Riya‟.
h) Guru membuat kesepakatan bahwa selama pelajaran berlangsung
proses pembelajaran dengan model belajar bersama-sama atau
kelompok (cooperative learning).
i) Guru membagi siswa menjadi 10 kelompok (jumlah kelas VII D
ada 40 siswa, tiap kelompok berjumlah 4 siswa).
j) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing
kelompok.
k) Guru meminta masing-masing kelompok untuk berdiskusi mencari
contoh tentang Riya‟ Jali dan Riya‟ Khafi.
l) Lalu, guru meminta setiap perwakilan 2 orang dari masing-masing
kelompok untuk meninggalkan kelompoknya untuk berdiskusi ke
kelompok yang lain. Sedangkan 2 orang yang tidak bertugas
menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada 2 orang dari dari
kelompok lain (tamu).
6) Kegiatan akhir (20 menit):
clxvi
clxvi
f) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang
tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
g) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman
siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan
soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui
lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.
h) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru
menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Riya‟.
i) Guru meminta siswa mempelajari materi tentang Nifaq untuk
pertemuan berikutnya.
j) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
Pertemuan ke-2
4) Kegiatan awal (10 menit):
c) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
d) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
5) Kegiatan inti (50 menit):
j) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai Nifaq.
k) Siswa diminta menjawab secara individu.
l) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai Nifaq)
clxvii
clxvii
m) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok
diberi nomor 1-8.
n) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing
kelompok.
o) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan kepada tiap-
tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara berdiskusi
dari pertanyyan yang diajukan guru.
p) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor
yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini
dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang
sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan
jawaban atas pertanyaan guru).
q) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
r) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang
tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
6) Kegiatan akhir (20 menit):
f) Guru menyimpulkan pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.
g) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman
siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan
clxviii
clxviii
soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui
lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.
h) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru menyimpulkan
pelajaran hari ini, yaitu materi tentang Nifaq.
i) Guru meminta siswa mempelajari nilai-nilai negatif akibat
perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena kehidupan untuk
pertemuan berikutnya.
j) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
Pertemuan ke-3
4) Kegiatan awal (10 menit):
c) Guru membuka pelajaran dengan salam dan do‟a.
d) Guru sedikit menanyakan keadaan mereka.
5) Kegiatan inti (50 menit):
i) Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai nilai-nilai
negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena
kehidupan.
j) Siswa diminta menjawab secara individu.
k) Guru menjelaskan materi yang akan dibahas (mengenai nilai-nilai
negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam fenomena
kehidupan).
clxix
clxix
l) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok (tiap kelompok
berjumlah 8 siswa). Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok
diberi nomor 1-8.
m) Kemudian, guru memberi nama kelompok tiap masing-masing
kelompok.
n) Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh
tiap-tiap kelompok. Lalu, guru memberi kesempatan kepada tiap-
tiap kelompok untuk menemukan jawaban dengan cara berdiskusi
dari pertanyan yang diajukan guru.
o) Langkah selanjutnya, guru memanggil siswa yang memiliki nomor
yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk maju kedepan (hal ini
dilakukan terus menurus hingga semua siswa dengan nomor yang
sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan
jawaban atas pertanyaan guru).
p) Siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dari guru.
6) Kegiatan akhir (20 menit):
e) Guru meminta kepada masing-masing kelompok mengajukan
pertanyaan kepada guru apabila ada pelajaran atau hal-hal yang
tidak dipahami dari pelajaran hari ini.
f) Guru mereview kegiatan pembelajaran, mengecek pemahaman
siswa dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan
soal-soal sebanyak 15 soal pilihan ganda dan isian melalui
lembaran soal yang sudah dibuat oleh peneliti sendiri.
clxx
clxx
g) Guru memberikan penghargaan kepada seluruh siswa atas
partisipasi aktifnya dalam belajar, selanjutnya guru menyimpulkan
pelajaran hari ini selanjutnya guru menyimpulkan pelajaran hari
ini, yaitu nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq dalam
fenomena kehidupan.
h) Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam.
H. ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
a. Kertas HVS
b. Nomor urut
c. Al-Qur‟an dan Terjemahannya
d. Hidayat, Junaidi, dkk. 2009. Ayo Memahami Akidah dan Akhlak; Untuk
MTs/SMP Islam Jilid I Kelas VII. Jakarta: Erlangga
e. Supiatun, Siti, dkk. 2009. LKS “Insan Cendekia” Akidah Akhlak MTs
& SMP Plus; Berorientasi Pada Kurikulum 2006 (KTSP) Untuk Kelas 7
Semester Genab. Malang: Citra Mentari
I. PENILAIAN
a. Penilaian sikap, perilaku, serta wawasan yang luas.
b. Tes tulis dan kerjasama dalam kelompok.
c. Keaktifan siswa dalam bertanya dan menyampaikan pendapat atau ide-
ide.
clxxi
clxxi
Lembar Pertanyaan Kinerja Kelompok
No Sifat Hati Apakah kalian memilikinya Bukti Solusi
Ya Kadang-
kadang
Tidak
1. Dusta
2. Ingkar janji
3. Tepat janji
4. Khianat
5. Amanat
Lembar Penilaian Kinerja Kelompok
PENILAIAN KINERJA (DISKUSI)
Nama Kelompok :
Kompetensi : Diskusi
No. Aspek / Kriteria yang dinilai Tingkat Kemampuan
1 2 3 4
1. Memahami Tujuan Diskusi.
2. Mampu merumuskan tujuan diskusi.
3. Aktif menyampaikan gagasan.
4. Gagasannya disampaikan dengan cara dan
bahasa yang santun.
5. Menghargai pendapat teman
6. Melakukan kerjasama dengan temannya
dalam kelompok.
7. Keterampilan mempresentasikan hasil
diskusi kelompoknya.
clxxii
clxxii
Keterangan :
1. Isikan tanda cek pada kolom tingkat kemampuan, dengan penjelasan
sebagai berikut :
2. 1 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan kurang.
3. 2 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan cukup.
4. 3 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan baik.
5. 4 = Jika kemampuan siswa memahami dan melaksanakan aspek/kriteria
kegiatan sangat baik.
Skala penskoran :
A (amat baik) : 22-28
B (baik) : 15-21
C (cukup) : 8-14
D (kurang) : 7 atau kurang
Rubrik :
A (amat baik), jika semua aspek/ kriteria kemampuan berdiskusi, dilakukan siswa
dengan amat baik dan mengesankan, dengan tidak memerlukan bimbingan atau
bantuan guru.
B (baik), jika terdapat satu aspek/kriteria kemampuan berdiskusi yang tidak dapat
dilakukan dengan baik oleh siswa, tetapi ia tidak memerlukan bimbingan atau
bantuan dari guru.
C (cukup), jika siswa belum menguasai dua aspek/kriteria berdiskusi, sehingga ia
masih memerlukan bimbingan atau bantuan oleh guru.
D (kurang), jika banyak (lebih dari dua) aspek/kriteria berdiskusi, sehingga ia
banyak memerlukan bimbingan atau bantuan oleh guru.
clxxiii
clxxiii
MODUL MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
AKHLAK TERCELA
KEPADA
ALLAH SWT
UNTUK MTs/SMP ISLAM
KELAS VII
SEMESTER II
By :
IZAH ULYA QADAM
clxxiv
clxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an dan Terjemahannya
Hidayat, Junaidi, dkk. 2009. Ayo Memahami Akidah dan Akhlak; Untuk MTs/SMP Islam Jilid I Kelas VII. Jakarta: Erlangga
Supiatun, Siti, dkk. 2009. LKS “Insan Cendekia” Akidah Akhlak MTs & SMP Plus; Berorientasi
Pada Kurikulum 2006 (KTSP) Untuk Kelas 7
Semester Genab. Malang: Citra Mentari
clxxv
clxxv
Standar Kompetensi
Menghindari Akhlak Tercela Kepada Allah SWT
Kompetensi Dasar
Menjelaskan pengertian Riya‟ dan Nifaq.
Mengidentifikasi bentuk dan contoh-contoh perbuatan Riya‟ dan
Nifaq.
Menunjukkan nilai-nilai negatif akibat perbuatan Riya‟ dan Nifaq
dalam fenomena kehidupan.
Pelajaran 6
AKHLAK TERCELA KEPADA ALLAH SWT
“ Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di Setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan
mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepadaNya)"
(Q.S. Al-A‟raaf : 29)
clxxvi
clxxvi
Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
Akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang
dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika
tindakan spontan tersebut baik menurut pandangan agama maka akhlak
disebut akhlak mahmudah. Akan tetapi jika tindakan itu berupa
perbuatan jelek maka disebut akhlak madzmumah. Akhlak tercela
banyak sekali ragamnya diantaranya adalah riya‟ dan nifaq.
A. Riya’ (¬ゅΑケ)
Disamping kekurangannya, setiap orang pasti mempunyai
suatu kelebihan yang membanggakan. Biasanya kebanggaan itu
diekspresikan dengan memperlihatkan kita didepan orang lain, baik
dengan perkataan atau perbuatan, dengan harapan mendapatkan
pujian dari orang lain, sehingga terjebak dalam sikap riya‟.
Secara bahasa, riya‟ berasal dari kata (¬ゅΑケヱ ⇒ るΑぼケ ⇒ ンゲΑ ⇒ ンぺケ)
yang artinya melihat. Maksudnya adalah berbuat kebaikan agar
kebaikann itu dilihat dan dipuji oleh orang lain. Hal yang sama
adalah sum‟ah (るバヨシ) yaitu berbuat kebaikan itu didengar orang lain
dan dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada
Allah SWT. Misalnya, seseorang melaksanakan sholat di masjid pada
Abstraksi 1
Pembahasan 2
clxxvii
clxxvii
Allah SWT, atau bersedekah agar dikatakan sebagai dermawan, dan
sebagainya.
Riya‟ termasuk perbuatan syirik kecil yang sangat
berbahaya. Disebut demikian, karena dalam beribadah tidak
menyandarkan keikhlasan kepada Allah SWT, melainkan kepada
orang lain. Riya‟ dapat dihapus amal kebaikan yang telah dilakukan,
sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT :
Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia
tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah
Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
clxxviii
clxxviii
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (Q.S. Al-
Baqarah : 264)
Ayat diatas diperkuat dengan sabda Rasulullah SAW :
¬ゅΑケ リョ りケク メゅボんョ ヮΒプ Κヨハ モィ ヱ ゴハ モらボゎ Ι(ゑΑギエャや)
Terjemahannya :
“Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamnya
terdapat riya‟ sekalipun sekecil biji sawi”, (Al-Hadits)
Tanda-tanda sifat riya‟ adalah :
sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka
menampakkan sifat-sifat mulia dan hal-hal yang baik pada
dirinya. Hal-hal yang cenderung dipamerkan itu meliputi keelokan
dirinya, pakain dan perhiasan, atau kecakapan berbicara.
Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa riang dan
senang bila ada yang melihatnya.
Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya‟ dan terus
beribadah tanpa sedikit pun disertai dengan riya‟, tetapi begitu
ada orang lain mengetahui amal ibadah dan amal salehnya, dia
sangat bahagia dan makin menambah ibadahnya.
Riya‟ dibagi menjadi dua yaitu :
1. Riya‟ Jali, yaitu ibadah atau
kebaikan yang disengaja
dilakukan didepan orang lain
dengan tujuan tidak untuk
mengagungkan Allah SWT,
Poin penting!
Riya‟ ada dua; Riya‟ Jali, melakukan kebaikan
demi pujian orang
lain.
Riya‟ Khafi, melakukan kebaikan
sembunyi-sembunyi
demi dihormati
orang lain.
clxxix
clxxix
melainkan demi untuk mencari
pujian orang lain, untuk
kebanggan, atau tujuan lain
selain Allah SWT.
2. Riya‟ Khafi, yaitu melakukan ibadah atau kebaikan secara
tidak terang-terangan, tapi dengan maksud agar ia dihormati
dan dimulyakan oleh masyarakat. Riya‟ khafi merupakan
penyakit hati yang sangat halus dan samar, yang ujungnya
sama dengan riya‟ jail, yaitu mengharap pujian dan sanjungan
dari orang lain.
Namun, riya‟ tidak boleh dijadikan alasan keengganan kita
untuk beribadah dan beramal sholeh. Artinya, seseorang
menghindari dari berbuat kebaikan karena takut dianggap riya‟.
Anggapan semacam itu merupakan godaan setan yang halus dan
tersamarkan.
B. Nifaq (ベゅヘレャや)
Secara bahasa nifaq berasal dari kata ( ペヘル– ペヘレΑ –ベゅヘル ) yang
artinya habis. Dalam istilah syari‟at Islam, nifaq mempunyai arti
perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya dan
menampakkan keimanannya dengan ucapan dan tindakan. Perilaku
seperti ini pada hakikatnya adalah kesesuaian antara keyakinan,
perkataan, dan perbuatan. Atau dengan kata lain, tindakan yang
selalu dilakukan adalah kebohongan, baik terhadap hati nuraninya,
terhadap Allah SWT maupun sesama manusia. Orang yang
clxxx
clxxx
melakukan perbuatan nifaq disebut munafiq. Allah SWT
mencotohkan melalui firman-Nya :
Terjemahannya :
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka
kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka
mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu,
Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqarah : 14)
Perbuatan nifaq dapat dikategorikan menjadi dua menjadi :
1. Nifaq I‟tiqadi, melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak
ada keimanan sama sekali. Dia sholat, sedekah, dan beramal
sholeh lainnya, namun tindakan itu tanpa didasari keimanan
dalam hatinya. Allah SWT melukiskan sifat nifaq I‟tiqadi ini
dalam Al-Qur‟an :
Terjemahannya :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan
Allah akan membalas tipuan merekadan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
clxxxi
clxxxi
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An-
Nisa‟ : 142)
2. Nifaq „Amali, yaitu mengingkari kebenaran dalam bentuk
perbuatan. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW :
ゐΚを リΒボヘレヨャや るΑや : ラゅカ リヨわもや やクや ヱ ブヤカぺ ギハヱ やクや ヱ ゆグミ ゐギェ やクや( ンケゅガらャや ロやヱケ
ユヤジョ ヱ)
Terjemahanya :
“ Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga, yaitu apabila
berkata selalu berdusta, apabila berjanji selalu tidak
ditepati, dan apabila dipercaya selalu selalu menghianati.”
(H.R. Bukhori Muslim)
Sebagai muslim, kita mampu menghindari diri dari perbuatan
nifaq. Orang Islam tidak boleh berdusta, berkhianat, dan
mengingkari janji. Sebab perbuatan-perbuatan tersebut termasuk
akhlak tercela yang dapat mendatangkan akibat buruk di dunia dan
di akhirat. Akibat buruk di dunia berupa ketidak percayaan dari
masyarakat sekitarnya, dan akibat buruk di akhirat yaitu Allah
SWT akan menempatkan mereka di tempat paling bawah dalam
neraka (darkil asfali). Sebagaimana firman Allah :
clxxxii
clxxxii
Terjemahannya :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali
tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S.
An-Nisa‟ : 145)
C. Menunjukkan Nilai-Nilai Negatif Akibat Perbuatan Riya’ dan
Nifaq dalam Fenomena Kehidupan
1. Kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena sifat riya‟
diantaranya adalah sebagai berikut :
Tidak diperdulikan Allah SWT, karena seorang yang
riya‟ meka terputuslah apa yang ada di antara dirinya
dan Allah SWT.
Terungkap kejelekannya di dunia dan akan mendapatkan
siksaan di akhirat.
Amalannya batal dan tidak mendapatkan pahala.
Akan dikucilkan dalam kehidupan masyarakat.
Terjerumus kedalam perbuatan syirik kecil.
2. Kerugian dari akibat yang ditimbulkan karena sifat nifaq
diantaranya adalah sebagai berikut :
Dapat membayakan kedamaian dan keutuhan
masyarakat.
Hidupnya penuh kebimbingan yang dapat menjadi
mengurangi keimanan.
Akan dikucilkan dalam kehidupan masyarakat.
clxxxiii
clxxxiii
Tidak dipercaya lagi oleh masyarakat.
Akan menjadi penghuni neraka paling bawah.
D. Membiasakan diri menghindari perilaku perbuatan tersebut
dalam kehidupan sehari-hari
Akhlak tercela merupakan penyakit hati yang harus diobati.
Apabila, jika akhlak tercela tersebut berhubungan langsung dengan
Allah SWT dan bentuk kedurhakaan kepada-Nya. Secara langsung
melalui firman-Nya, Allah SWT telah mengisyaratkan obat unutuk
terapi penyakit hati. Firman Allah SWT dalamm surat Yunus ayat :
57, yaitu :
Terjemahannya :
“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-
orang yang beriman.” (Q.S. Yunus : 57).
Adapun perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam
menghindari sifat riya‟ dan nifaq diantaranya sebagai berikut :
1. Berpegang teguh kepada Al-Qur‟an, dengan cara membaca
dan merenungkan.
2. Memahami bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit hati.
3. Merasa akan adanya penyakit hati dalam diri kita.
clxxxiv
clxxxiv
4. Sering bergaul dan berinteraksi dengan orang sholeh.
5. Memperbanyak dzikir, do‟a, memohon ampun dan senantiasa
mengingat keberadaan Allah dimanapun kita berada.
6. Dengan jalan muraqobah (mengawasi diri sendiri) dan sikap
lawamah (berani menegur diri sendiri).
7. Segera melakukan taubah dan istighfar dengan sungguh-
sungguh apabila gejala-gejala riya‟ dan nifaq mulai muncul.
Menjauhkan sifat riya‟ dari hati adalah usaha untuk ikhlas
beribadah kepada Allah SWT.
Keikhlasan beribadah akan mendapatkan pujian dari Allah SWT.
Pujian Allah SWT akan mendapatkan ridho-Nya. Dengan ridho-
Nya, akan kita raih kasih sayang dan kebahagian dunia akhirat.
Mengamalkan makna syahadat berarti mengamalkan ikrar itu
dalam kehidupan nyata, yaitu dengan tidak menghadirkan Tuhan
selain Allah SWT dalam hati, lisan, dan perbuatan, walaupun
menghadapi kesulitan hidup.
Gajah matimeninggalkan gading, harimau mati meninggalkan
belang dan manusia mati meninggalkan nama. Akhlak terpuji akan
selalu terkenang sepanjang masa dan akhlak buruk akan selalu
membawa malu sepanjang masa.
Tafakur 3
clxxxv
clxxxv
Kekuatan iman dan amal sholeh karena mengharap ridho Allah
SWT akan menghindari kita dari perbuatan nifaq.
Riya‟ adalah berbuat kebaikan agar kebaikann itu dilihat dan
dipuji oleh orang lain. Disebut sebagai syirik kecil karena dalam
beribadah tidak menyandarkan keikhlasan kepada Allah SWT,
sehingga dapat menghapus pahala ibadah itu.
Riya‟ ada dua yaitu riya‟ Jali dan riya‟ Khofi. Riya‟ Jali yaitu
melakukan kebaikan demi pujian orang lain. Riya‟ Khafi yaitu
melakukan kebaikan sembunyi-sembunyi demi dihormati orang
lain.
Amal kebaikan yang dilakukan karena ridho Allah SWT, dengan
tujuan mengajak orang mau meniru merupakan riya‟ yang baik dan
tidak merusak pahala ibadah.
Takut riya‟ tidak boleh dijadikan alasan seseorang untuk enggan
beribadah dan beramal sholeh.
Intisari 4
Riya‟
clxxxvi
clxxxvi
Nifaq adalah perbuatan menyembunyikan kekafiran dalam
hatinya dan menampakkan keimanannya dengan ucapan dan
tindakan.
Nifaq ada dua yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „Amali. Nifaq I‟tiqodi
yaitu melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya beriman
kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan
sama sekali. Sedangkan, Nifaq „Amali yaitu mengingkari
kebenaran dalam bentuk perbuatan.
Sifat utama yang melekat pada orang munafiq adalah berdusta,
tidak menempati janji, dan berkhianat.
S E L A M A T B E L A J A R
Nifaq
clxxxvii
clxxxvii
PRESENSI SISWA KELAS VII D
MTs N Lawang Malang
Tahun Ajaran 2009/2010
NO NAMA SISWA Tanggal KBM
12 Apr 2010
26 Apr 2010
03 Mei 2010
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO v v v 2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR v v v 3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT v v v 4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. v v v 5 AMIRUL MUKMININ v v v 6 ANJAS RAHASTA KHIRANA v v v 7 ASROL UKAMA v v v 8 ATIYAH ARIFIANAH v v v 9 DEWI MASITOH v v v 10 DICKY APRIANTONI v v v 11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA v v v 12 EKA HANNY ISLAMIYAH v v v 13 ENI KURNIATI HANINGTIAS v v v 14 FAIZ NUR IHSAN ARIF v v v 15 FANDHI YUDHA SAPUTRA v v v 16 FARWA NUR ANNISA v v v 17 FATIMATUZ ZAHRO v v v 18 FATIN TRI SEPTI v v v 19 HANIF v v v 20 INSYIYAH FAJRIYATI v v v 21 IZZATUL MUFIDAH v v v 22 LAILATUL MUHIMMATUS S. v v v 23 LILIS SURYANI v v v 24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA v v v 25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI v v v 26 MAFATIKHUR ROKHMAH v v v 27 MAUDY QOMARIYAH v v v 28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA v v v 29 NABILLA YANUAR ISNAYNI v v v 30 NADA WAHYUNINGSIH v v v 31 NADILA YUNIAR SAFIRA v v v 32 NEVRILA MANDALA v v v 33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO v v v 34 PRESTI ANGGILIANA v v v 35 RAMADHAN ARDINATA v v v 36 RIZAH AMELIA ANWAR v v v 37 SUCI EKASARI v v v
clxxxviii
clxxxviii
38 SYLVIAH INDAYANI v v v 39 VANDY ARDA PRATAMA v v v 40 ZULDA SALENA NUR ADHA v v v
LAMPIRAN I
LEMBAR OBSERVASI KREATIVITAS
Sub
Variabel Indikator
Observasi
Awal Siklus I Siklus II Siklus III
Inovatif
a. Memiliki rasa
ingin tahu yang
besar terhadap
pembelajaran
Aqidah Akhlak
2 2 3 3
b. Menyukai hal-
hal yang baru
dalam
pembelajaran
1 2 2 2
c. Mampu
mengungkapkan
gagasan yang up
to date
1 2 3 3
d. Mampu
menunjukkan
bermacam-
macam hasil
karya
1 2 2 3
clxxxix
clxxxix
Flexibel
a. Lebih terbuka
terhadap
perbedaan-
perbedaan
pendapat yang
muncul
2 3 2 3
b. Mampu
menyesuaikan
diri dengan
kelompok
3 3 3 3
Exspresif
a. Semangat pada
setiap KBM 1 2 3 3
b. Lebih bebas
mengungkapkan
pendapat/ide
1 1 2 2
c. Kritis terhadap
permasalahan 1 1 3 3
Jumlah 13 18 23 25
Keterangan :
4 : Sangat baik
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
cxc
cxc
LAMPIRAN II
PERHITUNGAN SKOR PENINGKATAN NILAI KREATIVITAS
Peningkatan Siklus I :
Post Rate - Base Rate
P = X 100% Base Rate
18 - 13 = X 100%
13 5 = X 100%
13
= 0, 38 X 100% = 38%
Peningkatan Siklus II :
Post Rate - Base Rate P = X 100% Base Rate
23 - 13 = X 100%
13 10 = X 100%
13
= 0, 76 X 100% = 76%
Peningkatan Siklus III :
Post Rate - Base Rate
P = X 100% Base Rate
25 - 13
= X 100% 13
cxci
cxci
12 = X 100%
13
= 0, 92 X 100% = 92%
LAMPIRAN III
Daftar Nilai Pre Test Siswa Kelas VII D MTsN Lawang Malang
NO NAMA SISWA NILAI
Pre Test 1 AGUNG WICAKSONO SURASNO 62 2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR 70 3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT 68 4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. 68 5 AMIRUL MUKMININ 65 6 ANJAS RAHASTA KHIRANA 67 7 ASROL UKAMA 86 8 ATIYAH ARIFIANAH 70 9 DEWI MASITOH 72 10 DICKY APRIANTONI 69 11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA 67 12 EKA HANNY ISLAMIYAH 62 13 ENI KURNIATI HANINGTIAS 74 14 FAIZ NUR IHSAN ARIF 70 15 FANDHI YUDHA SAPUTRA 68 16 FARWA NUR ANNISA 65 17 FATIMATUZ ZAHRO 75 18 FATIN TRI SEPTI 68 19 HANIF 68 20 INSYIYAH FAJRIYATI 61 21 IZZATUL MUFIDAH 67 22 LAILATUL MUHIMMATUS S. 68 23 LILIS SURYANI 71 24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA 68 25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI 70 26 MAFATIKHUR ROKHMAH 70 27 MAUDY QOMARIYAH 65 28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA 72 29 NABILLA YANUAR ISNAYNI 72 30 NADA WAHYUNINGSIH 70 31 NADILA YUNIAR SAFIRA 65
cxcii
cxcii
32 NEVRILA MANDALA 74 33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO 68 34 PRESTI ANGGILIANA 75 35 RAMADHAN ARDINATA 70 36 RIZAH AMELIA ANWAR 65 37 SUCI EKASARI 70 38 SYLVIAH INDAYANI 65 39 VANDY ARDA PRATAMA 68 40 ZULDA SALENA NUR ADHA 68
JUMLAH 2756 RATA-RATA 68.9
LAMPIRAN IV
Daftar Nilai Siswa Kelas VII D MTsN Lawang Malang
NO NAMA SISWA NILAI
Siklus I Siklus II Siklus III 1 AGUNG WICAKSONO SURASNO 62 70 82 2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR 70 73 85 3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT 70 73 78 4 ALIF AKBAR ANUGRAH A. 70 75 87 5 AMIRUL MUKMININ 68 78 80 6 ANJAS RAHASTA KHIRANA 69 71 87 7 ASROL UKAMA 85 85 80 8 ATIYAH ARIFIANAH 76 79 81 9 DEWI MASITOH 81 81 81 10 DICKY APRIANTONI 74 74 78 11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA 67 75 82 12 EKA HANNY ISLAMIYAH 70 74 80 13 ENI KURNIATI HANINGTIAS 77 79 81 14 FAIZ NUR IHSAN ARIF 69 78 72 15 FANDHI YUDHA SAPUTRA 76 76 79 16 FARWA NUR ANNISA 68 76 79 17 FATIMATUZ ZAHRO 69 73 75 18 FATIN TRI SEPTI 75 75 79 19 HANIF 70 73 83 20 INSYIYAH FAJRIYATI 68 68 82 21 IZZATUL MUFIDAH 61 68 81 22 LAILATUL MUHIMMATUS S. 67 80 82 23 LILIS SURYANI 70 70 81 24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA 68 77 86 25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI 69 73 85
cxciii
cxciii
26 MAFATIKHUR ROKHMAH 70 72 75 27 MAUDY QOMARIYAH 74 74 81 28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA 67 72 87 29 NABILLA YANUAR ISNAYNI 71 68 80 30 NADA WAHYUNINGSIH 70 78 81 31 NADILA YUNIAR SAFIRA 89 87 90 32 NEVRILA MANDALA 70 71 86 33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO 68 77 87 34 PRESTI ANGGILIANA 80 79 81 35 RAMADHAN ARDINATA 70 69 78 36 RIZAH AMELIA ANWAR 65 74 76 37 SUCI EKASARI 67 77 74 38 SYLVIAH INDAYANI 72 76 88 39 VANDY ARDA PRATAMA 72 67 74 40 ZULDA SALENA NUR ADHA 87 83 83
JUMLAH 2861 2998 3247 RATA-RATA 71.5 74.9 81.2
cxciv
cxciv
LEMBAR OBSERVASI HASIL BELAJAR
PRE TEST
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Jelaskan pengertian riya‟ dan nifaq !
2. Berapakah macam-macam riya‟ ? Sebutkan !
3. Sebutkan ciri-ciri orang munafiq !
4. Tulislah contoh-contoh perbuatan riya‟ ?
5. Tulislah dalil Al-Qur‟an tentang nifaq, beserta terjemahannya !
cxcv
cxcv
KUNCI JAWABAN PRE TEST
1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer. Nifaq adalah ucapan, perbuataan atau sikap
yang sesungguhnya bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam
hati.
2. Macam-macam riya‟ ada 2. Yaitu riya‟ jali dan riya‟ khafi.
3. Ciri-ciri orang munafiq ada 3:
a. Apabila berkata selalu berdusta.
b. Apabila berjanji tidak ditepati.
c. Apabila dipercaya selalu menghianati
4. Contoh-contoh perbuatan riya‟;
a. Membicarakan tentang amal perbuatan yang baik.
b. Beribadah dengan khusuk karena ada wanita/laki-laki yang disukai.
c. Selalu mengingat-ingat pemberian atau bantuan darinya.
d. Menyombongkan kekayaannya, kepandaiannya, keelokan darinya,
dan lain-lain.
5. Dalil Al- Qur‟an tentang nifaq;
Artinya :
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami
sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqoroh :
14)
cxcvi
cxcvi
SOAL-SOAL PADA SIKLUS I
I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Memperlihatkan kelebihan kita didepan orang lain dengan maksud ingin
dipuji termasuk sifat …
a. Kufur c. Syirik
b. Riya‟ d. Tawaduk
2. Sifat yang sama dengan riya‟ adalah …
a. Syirik c. Sum‟ah
b. Nifaq d. Kufur
3. Melakukan kebaikan terang-terangan dengan bermaksud riya‟ dinamakan …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
4. Melakukan kebaikan sembunyi-sembunyi, demi kehormatan orang lain
dinamakan riya‟ …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
5. Kekuatan iman dan amal sholeh, akan menghindarkan kita dari, kecuali …
a. Riya‟ c. Muhsin
b. Nifaq d. Musyrik
6. Riya‟ dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. Khafi dan Jali
b. I‟tiqodi dan „Amali d. I‟tiqodi dan Khafi
7. Ayat dibawah ini terdapat pada surat …
a. An-Nisa‟ : 142 c. Al-Maidah : 124
b. Al-Baqoroh : 142 d. At-Taubah : 124
cxcvii
cxcvii
8. Akhlak yang tercela juga disebut akhlak …
a. Mahmudah c. Madzmumah
b. Karimah d. Ahsan
9. Akhlak madzmumah adalah akhlak …
a. Terpuji c. Tercela
b. Termulya d. Terindah
10. Yang termasuk akhlak tercela kepada Allah SWT adalah …
a. Kufur c. Nifaq
b. Riya‟ d. Semua benar
II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !
1. Jelaskan pengertian riya‟ dan sebutkan ciri-ciri orang riya‟!
2. Apa istilah lain dari perbuatan riya‟? Jelaskan !
3. Sebutkan macam-macam riya‟!
4. Jelaskan pengertian riya‟ khafi !
5. Jelaskan maksud Hadits dibawah ini !
¬ゅΑケ リョ りケク メゅボんョ ヮΒプ Κヨハ モィ ヱ ゴハ モらボゎ Ι(ゑΑギエャや)
cxcviii
cxcviii
SOAL-SOAL PADA SIKLUS II
I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Secara bahasa nifaq berarti …
a. Habis c. Khianat
b. Bohong d. Ingkar
2. Orang yang melakukan perbuatan nifaq disebut …
a. Fasik c. Murtadin
b. Munafiq d. Mujtahidin
3. Ciri-ciri orang munafiq antara lain, kecuali …
a. Khianat c. Tidak menepati janji
b. Dusta d. Curang
4. Kerugian yang didapat apabila melakukan perbuatan syirik yaitu …
a. Tidak diampuni dosanya oleh Allah SWT
b. Dibenci masyarakat
c. Mengurangi pahala kebaikan
d. Menambah keimanan
5. Nifaq ada dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. I‟tiqodi dan Ashgor
b. „Amali dan I‟tiqodi d. Azali dan „Amali
6. ラヲよグムャ リΒボヘレヨャや ラま...
Arti potongan ayat diatas adalah sesungguhnya orang-orang … itu benar-
benar orang pendusta.
a. Riya‟ c. Syirik
b. Kufur d. Munafiq
7. Perbuatan mengingkari kebenaran dalam bentuk perbuatan disebut …
a. Nifaq „Amali c. Nifaq Khofi
b. Nifaq I‟tiqodi d. Nifaq Khasanah
8. Akhlak mahmudah adalah akhlak …
a. Tercela c. Madzmumah
b. Terpuji d. Musyrik
9. やゲΒダル ユヰャ ギイゎ リャ ヱ ケゅレャや リョ モヘジャや ポケギャや ヶプ リΒボプゅレヨャや ラま(.)
cxcix
cxcix
Ayat diatas menjelaskan bahwa …
a. Orang munafiq adalah orang yang tercela
b. Orang munafiq akan bertempat di neraka paling bawah
c. Orang munafiq merupakan salah satu penghuni neraka.
d. Benar semua
10. Perbuatan menyekutukan Allah SWT dengan makhluknya adalah perbuatan
…
a. Kufur c. Syirik
b. Riya‟ d. Nifaq
II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !
1. Jelaskan pengertian nifaq secara bahasa dan istilah !
2. Berapakah macam-macam nifaq ? Sebutkan !
3. Sebutkan ciri-ciri orang munafiq !
4. Jelaskan pengertian dari nifaq I‟tiqodi !
5. Tulislah Hadits tentang ciri-ciri orang munafiq !
cc
cc
SOAL-SOAL PADA SIKLUS III
I. Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Akhlak tercela juga disebut dengan ...
a. Akhlak Mahmudah c. Akhlak Madzmumah
b. Akhlak Karimah d. Akhlak Ahsan
2. Yang termasuk akhlak tercela kepada Allah SWT adalah …
a. Kufur c. Nifaq
b. Riya‟ d. Semua benar
3. Ada dua macam riya‟ yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. Khafi dan Jali
b. I‟tiqodi dan „Amali d. I‟tiqodi dan Khafi
4. Melakukan kebaikan terang-terangan dengan bermaksud riya‟ dinamakan …
a. Riya‟ khafi c. Riya‟ Jali
b. Riya‟ khauf d. Riya‟ Jani
5. Sifat yang sama dengan riya‟ adalah …
a. Syirik c. Sum‟ah
b. Nifaq d. Kufur
6. Perbuatan menampakkan keimanan dalam ucapan dan tindakan tetapi
menyembunyikan kekafiran dalam hati, disebut …
a. Nifaq c. Riya‟
b. Kufur d. Jaly
7. Ciri-ciri orang munafiq antara lain, kecuali …
a. Khianat c. Tidak menepati janji
b. Dusta d. Curang
8. Nifaq ada dua macam yaitu …
a. Ashgor dan Akbar c. I‟tiqodi dan Ashgor
b. „Amali dan I‟tiqodi d. Azali dan „Amali
9. やゲΒダル ユヰャ ギイゎ リャ ヱ ケゅレャや リョ モヘジャや ポケギャや ヶプ リΒボプゅレヨャや ラま
Ayat diatas menjelaskan bahwa …
a. Orang munafiq adalah orang yang tercela
b. Orang munafiq akan bertempat di neraka paling bawah
cci
cci
c. Orang munafiq merupakan salah satu penghuni neraka
d. Benar semua
10. ¬ゅΑケ リョ りケク メゅボんョ ヮΒプ Κヨハ モィ ヱ ゴハ モらボゎ Ι(ゑΑギエャや)
Hadits diatas menjelaskan bahwa …
a. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang di dalamnnya
terdapat riya‟
b. Allah SWT akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
jika sekecil biji sawi
c. Allah SWT akan menerima suatu amal yang di dalamnnya terdapat
riya‟
d. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat
riya‟ walaupun sekecil biji sawi
II. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan singat dan tepat !
1. Jelaskan pengertian riya‟ dan nifaq !
2. Perbuatan riya‟ dibagi menjadi berapa macam ? Sebutkan dan jelaskan !
3. Perbuatan nifaq dibagi menjadi berapa macam ? Sebutkan dan jelaskan !
4. Tuliskan satu dalil yang menjelaskan tentang riya‟ dan nifaq !
5. Sebutkan perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam menghindari sifat
riya‟ dan nifaq !
ccii
ccii
KUNCI JAWABAN SIKLUS I
GANDA
1. B 6. C
2. C 7. A
3. C 8. C
4. A 9. C
5. C 10. D
ISIAN
1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer.
Ciri-ciri orang riya‟:
a. Sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang, seperti suka
menampakkan sifat-sifat mulia dan hal-hal yang baik pada dirinya.
b. Keengganan melakukan ibadah sendirian, namun merasa riang dan
senang bila ada yang melihatnya.
c. Yang lebih tersembunyi adalah menolak riya‟ dan terus beribadah
tanpa sedikit pun disertai riya‟, tetapi begitu ada orang lain mengetahui
amal ibadah dan amal sholehnya, dia sangat bahagia dan makin
menambah ibadahnnya.
2. Sum‟ah. Yaitu berbuat kebaikan agar kebaikan itu didengar orang lain dan
dipujinya, walaupun kebaikan itu berupa amal ibadah kepada Allah SWT.
3. Riya‟ khafi dan Riya‟ jaly.
4. Riya‟ khafi adalah Melakukan kebaikan terang-terangan dengan
bermaksud riya‟.
5. Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
walaupun sekecil biji sawi.
cciii
cciii
KUNCI JAWABAN SIKLUS II
GANDA
1. A 6. D
2. B 7. A
3. D 8. B
4. A 9. B
5. B 10. C
ISIAN
1. Bahasa : Habis.
Istilah : Ucapan, perbuataan atau sikap yang sesungguhnya bertentangan
dengan apa yang tersembunyi dalam hati.
2. Ada 2. Yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „Amali.
3. Ciri-ciri orang munafiq ada 3:
a. Apabila berkata selalu berdusta.
b. Apabila berjanji tidak ditepati.
c. Apabila dipercaya selalu menghianati
4. Nifaq I‟tiqodi adalah melakukan perbuatan yang menyatakan dirinya
beriman kepada Allah SWT, sedangkan dalam hatinya tidak ada keimanan
sama sekali.
5. ゐΚを リΒボヘレヨャや るΑや : ラゅカ リヨわもや やクや ヱ ブヤカぺ ギハヱ やクや ヱ ゆグミ ゐギェ やクや(ユヤジヨャやヱ ンケゅガらャや ロやヱケ)
cciv
cciv
KUNCI JAWABAN SIKLUS III
GANDA
1. C 6. D
2. D 7. C
3. C 8. B
4. C 9. B
5. C 10. D
ISIAN
1. Riya‟ adalah memperlihatkan amal kebajikan, agar dilihat dan dipuji orang
lain atau disebut juga pamer.
Nifaq adalah ucapan, perbuataan atau sikap yang sesungguhnya
bertentangan dengan apa yang tersembunyi dalam hati.
2. Ada 2 macam. Yaitu riya‟ jali dan riya‟ khafi.
3. Ada 2 macam. Yaitu nifaq I‟tiqodi dan nifaq „amali.
4. Dalil tentang riya‟
¬ゅΑケ リョ りケク メゅボんョ ヮΒプ Κヨハ モィ ヱ ゴハ モらボゎ Ι(ゑΑギエャや)
Artinya :
Allah SWT tidak akan menerima suatu amal yang didalamya terdapat riya‟
walaupun sekecil biji sawi
Dalil tentang nifaq;
Artinya :
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami
ccv
ccv
sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok." (Al-Baqoroh :
14)
5. Perilaku-perilaku untuk membiasakan diri dalam menghindari sifat riya‟
dan nifaq :
8. Berpegang teguh kepada Al-Qur‟an, dengan cara membaca dan
merenungkan.
9. Memahami bahaya yang ditimbulkan akibat penyakit hati.
10. Merasa akan adanya penyakit hati dalam diri kita.
11. Sering bergaul dan berinteraksi dengan orang sholeh.
12. Memperbanyak dzikir, do‟a, memohon ampun dan senantiasa
mengingat keberadaan Allah dimanapun kita berada.
13. Dengan jalan muraqobah (mengawasi diri sendiri) dan sikap
lawamah (berani menegur diri sendiri).
14. Segera melakukan taubah dan istighfar dengan sungguh-sungguh
apabila gejala-gejala riya‟ dan nifaq mulai muncul.
ccvi
ccvi
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN GURU MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini
anda terapkan/gunakan ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini
anda terapkan/gunakan ?
3. Bagaimana penilain pembelajaran Aqidah Akhlak yang selama ini anda
terapkan/gunakan ?
4. Bagaimana menurut anda dengan pembelajaran dengan model cooperative
learning ?
5. Bagaimana anda mengembangkan kreativitas siswa dalam pelajaran
Aqidah Akhlak ?
ccvii
ccvii
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN KEPALA MTsN LAWANG
1. Bagaimana kepemimpinan/perilaku anda dalam perencanaan selama
periode ini, kedepan di MTsN Lawang?
2. Bagaimana tindakan anda dalam memantau kegiatan dan lingkungan yang
ada di MTsN Lawang ?
3. Bagaimana anda mengevaluasai selama kepimimpinan yang anda jalani
selama ini ?
4. Bagaimana sarana prasarana yang ada di MTsN lawang untuk menunjang
dalam proses pembelajaran di sekolah ini?
5. Bagaimana proses pembelajaran pendidikan agama Islam, khususnya mata
pelajaran Aqidah Akhlak ?
ccviii
ccviii
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN WAKA MADRASAH URUSAN KURIKULUM
1. Bagaimana kurikulum yang ada di MTsN Lawang ini ?
2. Bagaimana perencanaan dalam pengembangan kurikulum di MTsN
Lawang ?
3. Bagaimana pelaksanaan dalam pengembangan kurikulum kurikulum di
MTsN Lawang ?
4. Bagaimana mengevaluasi kurikulum dalam pengembangan kurikulum di
MtsN Lawang ?
5. Bagaiman proses pembelajaran pendidikan agama Islam, terutamanya
mata pelajaran Aqidah Akhlak di MTsN Lawang ini?
ccix
ccix
PEDOMAN WAWANCARA
DENGAN SISWA KELAS VII D MTSN LAWANG
1. Bagaimana perasaan kamu setelah mengikuti pembelajaran cooperative
learning ?
2. Menurut kamu, kamu lebih senang belajar dengan cooperative learning
atau dengan cara ceramah dan pemberian tugas secara individu tanpa
kelompok ?
3. Menurut kamu, selama ini bagaimana pelaksanaan pembelajaran Aqidah
Akhlak selama ini ?
4. Bagaimana selama ini guru Akidah Akhlak mengevaluasi pembelajaran
Akidah Akhlak ?
ccx
ccx
DATA GURU DAN KARYAWAN
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
NO NAMA LENGKAP
GELAR
AKADEMI
K
JENIS
KELAMI
N
NIP (BAGI PNS)
1 ACMAD SAID M.Ag L 1954051319790310
02
2 WARSI Dra. P 1968070119930320
03
3 ROKHANA
IDAYANI S.Pd P
1962022319870320
03
4 SAADIH SIDIK S.Pd L 1969050619980310
02
5 DEWI MASITAH Dra. P 150384486
6 SRI MASDIENI S.Pd P 150392667
7 DIYAH
SURYANINGSIH Dra. P
1969042319950320
01
8 TIYAS UNTOYO S.Pd L 1961122319890310
01
9 ULUMIN
NADHIROH Dra. P
1963042719920320
01
10 SIH WIAJENG S.Pd P 132136012
11 NURUL
PROKLAMASINTA S.Pd P
1971081719951220
01
12 ERNAWATI
WAHYU NURDIA S.Pd P
1971121819970320
07
13 ASMU'I Drs. L 1969070319940310
05
ccxi
ccxi
14 SUTITO Drs. L 1967051119950310
01
15 ERNA FIDIAH S.Pd P 1959120419870320
02
16 EMY
DWISTYOWATI S.Pd P
1967031219941220
04
17 IMAM HUJALI Drs. L 1964082520031210
01
18 INDAH AFIFA S.Pd P 1972080620031220
01
19 UMI KULSUM S.Ag P -
20 RUSMIATI S.Pd P -
21 SASI EKANI
WARDATININGSIH Dra. P -
22 TRI TJAHJONO
BUDI RAHARDJO Drs. L
1966090419940310
02
23 SAIPUL HADI S.Pd L 132160062
24 HIMYATUL
AMANAH S.Pd P
1978060920050120
06
25 WARDI S.Ag L 150398471
26 MAHMIYAH S.Pd P 1975043020071020
01
27 AHMAD SUNYOTO S.Ag L -
28 SUPRAYITNO S.Ag L -
29 AHMAD
BAHAUDIN S.Pd L -
30 HILMATUL AZZAH
TSANIYATI S.Hum P -
31 ENY SETIYOWATI A.Md P -
ccxii
ccxii
32 LAILI AVIATI Dra. P 1962042119910320
03
33 MAX
DJAJAPRAWIRA - L
1966042419890310
03
34 KOMARIA ULFAH - P 150402720
35 IMAM BASORI - L
36 MU'ASIM - L
37 IRVAN AGUNG
MARETNO - L
38 KHAIRUL
BARIYAH - P
39 IDA LAILATUL
FITRIYAH - P
40 M. CHOIRUL
ANWAR - L
Adapun data jumlah guru dan karyawan di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Lawang pada tahun pelajaran 2009/2010 adalah 40 orang dengan perincian
sebagai berikut :
PNS
KEMENAG
PNS
DIKNAS GTT PT PTT JUMLAH
L P L P L P L P L P L P
11 14 0 3 1 2 1 2 4 2 17 23
25 3 3 3 6 40
ccxiii
ccxiii
DATA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
KELAS IX KELAS VIII KELAS VII JUMLAH
L P L P L P L P
100 101 104 97 102 139 306 337
201 201 241 643
ccxiv
ccxiv
DATA SISWA KELAS VII D
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN PELAJARAN 2009/2010
NO NAMA SISWA JENIS
KELAMIN
ASAL
DAERAH
1 AGUNG WICAKSONO SURASNO L Malang
2 AHMAD MISBAKHUL MUNIR L Malang
3 AHMAD SAHRUL HIDAYAT L Malang
4 ALIF AKBAR ANUGRAH AL-IMANI L Malang
5 AMIRUL MUKMININ L Malang
6 ANJAS RAHASTA KHIRANA P Malang
7 ASROL UKAMA L Malang
8 ATIYAH ARIFIANAH P Malang
9 DEWI MASITOH P Malang
10 DICKY APRIANTONI L Malang
11 DICKY MARGA BUDI KUSUMA L Malang
12 EKA HANNY ISLAMIYAH P Malang
13 ENI KURNIATI HANINGTIAS P Malang
14 FAIZ NUR IHSAN ARIF L Malang
15 FANDHI YUDHA SAPUTRA L Malang
16 FARWA NUR ANNISA P Malang
17 FATIMATUZ ZAHRO P Pasuruan
18 FATIN TRI SEPTI P Malang
19 HANIF L Malang
20 INSYIYAH FAJRIYATI P Malang
21 IZZATUL MUFIDAH P Malang
22 LAILATUL MUHIMMATUS S. P Malang
23 LILIS SURYANI P Malang
24 MOCH. LUKMAN ADI SAPUTRA L Malang
ccxv
ccxv
25 MUHAMMAD YUSUF AHSANI L Malang
26 MAFATIKHUR ROKHMAH P Malang
27 MAUDY QOMARIYAH P Malang
28 MAULIDA VINA ROKHMATIKA P Malang
29 NABILLA YANUAR ISNAYNI P Malang
30 NADA WAHYUNINGSIH P Malang
31 NADILA YUNIAR SAFIRA P Malang
32 NEVRILA MANDALA P Malang
33 OKTAVIAN BUDI LAKSONO L Malang
34 PRESTI ANGGILIANA P Malang
35 RAMADHAN ARDINATA L Malang
36 RIZAH AMELIA ANWAR P Malang
37 SUCI EKASARI P Malang
38 SYLVIAH INDAYANI P Purwosari
39 VANDY ARDA PRATAMA L Malang
40 ZULDA SALENA NUR ADHA P Malang
ccxvi
ccxvi
SARANA DAN PRASARANA
MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI LAWANG
TAHUN AJARAN 2009/2010
No Fasilitas Jumlah Kondisi
1 R. Kepala Madrasah 1 Baik
2 R. Guru 1 Baik
3 R. Tata Usaha 1 Baik
4 R. BK 1 Baik
5 R. Kelas 16 Baik
6 Perpustakaan 1 Baik
7 Lab. Bahasa 1 Baik
8 Lab. IPA 1 Baik
9 Lab. Komputer 1 Baik
10 R. OSIS 1 Baik
11 R. UKS 1 Baik
12 R. PMR/ Pramuka 1 Baik
13 R. Kesenian 1 Baik
14 Tempat Ibadah 1 Baik
15 Koperasi 1 Baik
16 Kantin 2 Baik
17 Tempat Parkir 1 Baik
18 KM Guru 4 Baik
19 KM Siswa 13 Baik
20 Lapangan 1 Baik
21 Rumah Penjaga 2 Baik
22 Dapur 1 Baik
23 Gudang 1 Baik
ccxvii
ccxvii
FOTO-FOTO HASILPENELITIAN
A. Proses Belajar Mengajar Dengan Model Cooperative Learning
ccxviii
ccxviii
ccxix
ccxix
B. Foto-foto Wawancara
a. Wawancara dengan Bapak Wardi, S,Ag (Guru Aqidah Akhlak kelas
VII D MTsN Lawang Malang)
ccxx
ccxx
b. Wawancara dengan Ibu Dra. Diyah Suryaningsih (Waka Madrasah
Urusan Kurikulum MTsN Lawang Malang)
ccxxi
ccxxi
C. Wawancara dengan Bapak H. Achmad Said, M.Ag (Kepala Sekolah
MTsN Lawang Malang)
D. Wawancara dengan Eka Hanny Islamiyah (Siswa Kelas VII D MTsN
Lawang Malang)
ccxxii
ccxxii
BIODATA MAHASISWA
Nama : Izah Ulya Qadam
NIM : 06110125
Tempat Tanggal Lahir : Pati, 09 Juni 1988
Fak/Jur : Tarbiyah, Pendidikan Agama Islam
Tahun Masuk : 2006
Alamat Rumah : Jl. Anugrah IV/No. 1 Winong Pati Kota Pati
Jawa Tengah Indonesia
No. Hp : 081390632088
Malang, 09 Juli 2010
Izah Ulya Qadam NIM. 06100125