Ptk Bab I-V Iwan Setiawan

67
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Iptek yang semakin maju saat ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Sekolah memiliki tugas dan tangung jawab mempersiapkan sumber daya manusia harus lebih meningkatkan perannya dalam mengelola pendidikan. Peran guru dalam merancang serta melaksanakan strategi pembelajaran salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan banyak ragamnya, salah satunya adalah strategi Students Team Achievement Divisions (STAD). Dengan strategi ini semua peserta didik akan terlibat untuk dapat melakuakan aktivitas pembelajaran. Selain strategi pembelajaran media pembelajaran pun memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang optimal mempermudah pemahaman, daya ingat, semangat, kreatifitas serta rasa ingin tahu yang timbul pada diri peserta didik. Guru hendaknya senantiasa dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Pada dasarnya proses pembelajaran dikatakan optimal apabila mampu mengembangkan imajinasi serta kreatifitas peserta didik dalam belajar.

description

LAPORAN PTK

Transcript of Ptk Bab I-V Iwan Setiawan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Iptek yang semakin maju saat ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Sekolah memiliki tugas dan tangung jawab mempersiapkan sumber daya manusia harus lebih meningkatkan perannya dalam mengelola pendidikan. Peran guru dalam merancang serta melaksanakan strategi pembelajaran salah satu faktor penentu dalam keberhasilan pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan banyak ragamnya, salah satunya adalah strategi Students Team Achievement Divisions (STAD). Dengan strategi ini semua peserta didik akan terlibat untuk dapat melakuakan aktivitas pembelajaran. Selain strategi pembelajaran media pembelajaran pun memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam keberhasilan suatu proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang optimal mempermudah pemahaman, daya ingat, semangat, kreatifitas serta rasa ingin tahu yang timbul pada diri peserta didik. Guru hendaknya senantiasa dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Pada dasarnya proses pembelajaran dikatakan optimal apabila mampu mengembangkan imajinasi serta kreatifitas peserta didik dalam belajar.

Pada kondisi sekarang ini pada umumnya pembelajaran dilakukan tanpa mempersiapkan dan merancang pembelajaran yang dapat meningkatkan dan membantu peserta didik memecahkan masalah dan memperoleh pengalaman dari hasil belajarnya. Akibatnya hasil belajar peserta didik tidak mencapai hasil yang maksimal. Dari pengalaman penulis ketika selesai melaksanakan pembelajaran dikelas hasil evaluasi hasil belajar pada pembelajaran PKn di kelas IV B SDN Kali Pasir pada tanggal 5 Agustus 2013 hasil yang dicapai jauh dari harapan. Dari jumlah Peserta didik 32, hanya 14 Peserta didik atau 43,7% yang mencapai tingkat penguasaan materi, dengan memperoleh nilai diatas 70 padahal menurut penulis pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik.

Dari hasil evaluasi diatas diketahui bahwa pembelajaran kurang berhasil karena masih terdapat sebanyak 18 orang peserta didik yang memperoleh nilai dibawah 70. Untuk memperbaiki pembelajaran penulis melakukan penelitian dan meningkatkan hasil belajar Peserta didik pada bidang studi Pkn dalam dua siklus perbaikan melalui strategi pembelajaran STAD, dengan memperbaiki beberapa kekurangan baik dalam menentukan metoda mupun tekhnik pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan liatanatar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain:

1. Kegiatan pembelajaran masih didomiansi guru dengan metode ceramah.

1. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pkn masih rendah

1. Keaktifan Peserta didik selama proses pembelajaran masih rendah.

1. Penerapan pendekatan dan metoda kurang optimal..

1. Rendahnya minat peserta didik terhadap mata pelajaran Pkn.

1. Peserta didik tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran.

1. Pembelajaran yang dilakukan guru tidak menarik minat peserta didik.

1. Analisis Masalah

Sebelum peneliti melakukan penelitian terhadap masalah-masalah yang terjadi dimana peneliti bertugas, maka peneliti melakukan analisis masalah terhadap hal-hal berikut:

1. Pemilihan jenis pendekatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap minat dan hasil belajar.

1. Pemilihan Strategi pembelajaran harus sesuai dengan karakteristik mata pelajaran

1. Media pembelajaran sangat membantu mempermudah memahami materi dan tujuan pembelajaran.

1. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus semaksimal mungkin mampu melibatkan peserta didik dala proses pembelajaran.

1. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dapat terungkap bahwa ketidakberhasilan Peserta didik dalam memahami materi pelajaran disebabkan beberapa faktor diantaranya sebagai berikut :

1. Penggunaan metode ceramah yang dominan oleh guru.

1. Guru menggunakan alat peraga yang tidak menarik.

1. Guru kurang memberikan motivasi kepada Peserta didik .

1. Guru kurang memberikan kesempatan peserta didik untuk aktif terlibat dalam pembelajaran.

1. Guru kurang menggali minat Peserta didik dalam kegiatan pemebelajaran.

1. Kurang meratanya guru

1. Rumusan Masalah

Setelah dikaji , dianalisis, dan diidentifikasi maslah tersebut maka peneliti memfokuskan penelitian pada penerapan pendekatan Students Team Achievement Division (STAD) dan keaktifan peserta didik dalam belajar sehingga disusun rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Strategi pembelajaran Students Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Peserta didik pada pelajaran PKn di Sekolah Dasar?

1. Bagaimana cara menerapkan strategi pembelajaran Students Team Achievement Division (STAD) agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran PKn di kelas IV SDN Kali Pasir?

1. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Tujuan Umum

Meningkat hasil belajar Peserta didik dalam pembelajaran melalui pendekatan Student Team Achievement Divisions (STAD).

1. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian Perbaikan Pembelajaran bertujuan sebagai berikut:

3. Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Menemukan langkah-langkah Pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran

3. Menerapkan pendekatan Student Team Achievement Divisions (STAD) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

1. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

2. Manfaat teoritis

Secara teoritis dari penelitian dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam proses pembelajaran melalaui pendekatan Student Team Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian tindakan kelas, akan bermanfaat bagi peserta didik , guru, dan lembaga terkait.

6. Bagi Guru Kelas

1. Sebagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar Peserta didik dalam pembelajaran PKn.

1. Memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru karena sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya.

1. Dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

1. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan sendiri.

1. Merupakan bahan diskusi dengan teman sejawat untuk meningkatkan motivasi belajara Peserta didik dalam pembelajaran yang kondusif.

6. Bagi Peserta didik

1. Merupakan alternatif untuk menumbuhkan motivasi belajar Peserta didik dalam pembelajaran PKn.

1. Memperbaiki praktek pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki belajar Peserta didik, sehingga lebih dapat meningkatkan kemampuan guru.

6. Bagi guru (Peneliti)

1. Untuk meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran PKn sebagai guru kelas, sehingga mampu menerapkan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi Peserta didik.

1. Untuk meningkatkan bekal dalam mengajar, juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan melalui kegiatan penelitian.

6. Bagi Sekolah/Institusi

1. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan citra sekolah di masyarakat, sehingga masyarakat simpati sebagai lembaga pendidikan yang dipercaya untuk meningkatkan pendidikan di lingkungannya.

1. Sekolah yang gurunya sudah mampu membuat inovasi / perubahan maka perbaikan pembelajarannya memberi kesempatan yang besar bagi guru dan sekolah untuk berkembang.

6. Bagi Pendidikan

Memberikan kontribusi terhadap program pemerintah dalam peningkatan mutu pendidikan pada sekolah dasar.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. A. Hakikat Belajar

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh peserta didik sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya yang ditulis oleh Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan beberapa tindakan yang dapat diamati. Belajar merupakan hasil pengalaman Peserta didik yang dialami selama proses pembelajaran , semakin besar keterlibatannya dalam pembelajaran semakin kuat hasil belajar yang di

dapat peserta didik. Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberikan hadiah dan atau reinforcement (penguatan). Sedangkan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan peserta didik dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu . Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/ media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, peserta didik, orang lain ataupun penulis buku dan media. Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedang peserta didik pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik hanya pasif, maka pada hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila pembelajaran di mana peserta didik yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan peserta didik.

1. B. Hakikat Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu proses pendidik yang terjadi karena suatu aktifitas peserta didik dalam mencapai suatu tujuan. Pembelajaran yang dikelola dengan baik akan menggerakan semua komponen yang terlibat dalam pembelajaran terutama peserta didik. Apabila terjadi interaksi peseerta didik dengan pendidik dan dan sumber belajar dalam lingkungan suatu pembelajaran maka peerta didik akan memperoleh pengalaman dari apa yang dipelajarinya. Pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila hasil pengalaman belajarnya akan mengubah prilaku dan tabiat peserta didik serta memeperoleh pengetahuan dan keterampilan dari apa yang dipelajarinya . Hal ini sejalan dengan keiginan Pemerintah Republik Indonesia yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 Bab 1 tentang ketentuan umum pasal 1 ayat 20 bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajarakun kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pada interaksi peserta didik dan mendukung pada pembelajaran kontektual . melalui belajar berkelompok peserta didik dapat berinteraksi aktif dan saling membantu sesama anggota kelompok. model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama diantara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif menuurut wawan-junaidi memiliki ciri-ciri:

1. untuk memuntaskan materi belajar peserta didik berkelompok secara bekerja sama.

1. kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah

1. jika dalam kelas terdapat peserta didik-peserta didik yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.

1. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.

Pembelajaran Kooperatif memiliki tujuan agar dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu peserta didik dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Penerimaan terhadap keragaman dari teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang dapat mengembangkan keterampilan sosial peserta didik diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

1. Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif di kelas yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan model pembelajaran kooperatif di kelas, diantaranya:

1. memilih pendekatan STAD

1. Pilih materi yang sesuai untuk model ini

1. mempersiapkan kelompok yang heterogen

1. menyiapkan LKS atau panduan belajar peserta didik

1. Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

1. Pengertian Model Pembelajaran STAD

Student Teams Achievement Division (STAD) menurut STAD (Slavin, 2008) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.

Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok peserta didik, menyajikan informasi akademik baru kepada peserta didik. Peserta didik dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari latar belakang peserta didik, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Secara individual setiap minggu atau setiap dua minggu peserta didik diberi kuis. Kuis itu diskor, dan tiap individu diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak peserta didik, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, peserta didik yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau peserta didik yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu.

1. Karakteristik STAD menurut Arends (2001) adalah sebagai berikut:

1. Tujuan kognitif : informasi akademik sederhana.

1. Tujuan sosial : kerja kelompok dan kerja sama.

1. Struktur tim : kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota.

1. Pemilihan topik pelajaran : biasanya oleh guru.

1. Tugas utama : peserta didik dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya.

1. Penilaian : tes mingguan.

1. Komponen dan Langkah-Langkah dalam Medote Pembelajaran STAD

Pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) jika dilaksanakan sesuai sintaks atau tahapan-tahapannya dengan baik maka hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PKn di kelas IV dengan materi pemerintahan desa dan kecamatan dapat meningkat. Penguasaan terhadap langkah dan prosedur pelaksanaan dari pendekatan kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD ) dengan benar turut memberikan sumbangan terhadap hasil yang optimal.

Menurut Slavin (2008), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi kelas, kerja kelompok (tim), kuis, skor kemajuan individual, rekognisi (penghargaan) kelompok.

1. Presentasi kelas (Class presentation)

Dalam STAD materi pelajaran mula-mula disampaikan dalam presentasi kelas. Metode yang digunakan biasanya dengan pembelajaran langsung atau diskusi kelas yang dipandu guru. Selama presentasi kelas peserta didik harus benar-benar memperhatikan karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis individu yang juga akan menentukan nilai kelompok.

1. Kerja kelompok (Teams Works). Setiap kelompok terdiri dari 4-5 peserta didik yang heterogen 8 laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan berbeda). Fungsi utama dari kelompok adalah menyiapkan anggota kelompok agar mereka dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menjelaskan materi, setiap anggota kelompok mempelajari dan mendiskusikan LKS, membandingkan jawaban dengan teman kelompok dan saling membantu antar anggota jika ada yang mengalami kesulitan. Setiap saat guru mengingatkan dan menekankan pada setiap kelompok agar setiap anggota melakukan yang terbaik untuk kelompoknya dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya.

1. Kuis (quizzes). Setelah guru memberikan presentasi, peserta didik diberi kuis individu. Peserta didik tidak diperbolehkan membantu sama lain selama kuis berlangsung. Setiap peserta didik bertanggung jawab untuk mempelajari dan memahami materi yang telah disampaikan.

1. Peningkatan Nilai Individu (Individual Improvement Score ). Peningkatan Nilai Individu dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai jika ekatan peserta didik dapat berusaha keras dan hasil prestasi yang lebih baik dari yang telah diperoleh sebelumnya. Setiap peserta didik dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap peserta didik mempunyai skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya peserta didik menyumbangkan nilai untuk kelompok berdasarkan peningkatan nilai individu yang diperoleh.

1. Penghargaan kelompok (Team Recognation). Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain jika rata-rata skor kelompok melebihi kriteria tertentu. Skor tim peserta didik dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Dari pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan, peneliti memperoleh kelebihan dari penerapan pendekatan Student Team Achievement Divisions (STAD) terhadap hasil belajar peserta didik. Hal tersebut dikarenakan pada proses pemebelajaran peneliti lebih banyak melibatkan peserta didik pada pengalaman belajar mereka sendiri, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Adapun proses pembelajaran yang dilakukan peserta didik dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Peneliti menyampaikan materi pada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai melalui bantuan teman sejawat dalam kelompoknya.

b. Dalam proses pembelajaran tidak ada kompetisi melainkan keinginan mereka secara bersama-sama saling membantu menguasai materi yang dipelajarinya.

c. Pembagian kelompok secara heterogen serta meratanya keberadaan anak yang cerdas dalam masing-masing kelompok.

d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.

e. Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan,

d. memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan evaluasi pada peserta didik secara individual.

g. Guru memberikan reword pada peserta didik berdasarkan perolehan skor dasar tertinggi.

Gagasan utama dibalik model STAD adalah untuk memotivasi para peserta didik untuk mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang disajikan oleh guru. Jika para peserta didik menginginkan agar kelompok mereka memperoleh penghargaan, mereka harus membantu teman sekelompoknya mempelajari materi yang diberikan. Mereka harus mendorong teman meraka untuk melakukan yang terbaik dan menyatakan suatu norma bahwa belajar itu merupakan suatu yang penting, berharga dan menyenangkan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran STAD

Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Keunggulan pembelajaran STAD antara lain :

5. Peserta didik bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma- norma kelompok.

5. Peserta didik aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

5. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

5. Interaksi antar peserta didik seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.

5. Meningkatkan kecakapan individu.

5. Meningkatkan kecakapan kelompok.

5. Tidak bersifat kompetitif.

5. Tidak memiliki rasa dendam.

Kekurangan metode pembelajaran STAD antara lain :

3. Konstribusi dari peserta didik berprestasi rendah menjadi kurang.

3. Peserta didik berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target kurikulum.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

0. Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.

0. Keaktifan peserta didik belajar

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaranakan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik ataupun dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini akan membuat suasana kelas menjadi segar dan kondusif, masing - masing peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada peserta didik sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan peserta didik) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif danpsikomotor. Keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajarmerupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Peserta didik dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau peserta didik lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, danlainsebagainya.(Rosalia, 2005:4).

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik ataupun dengan peserta didik itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing masing peserta didik dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari peserta didik akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

1. Tinjauan Materi PKn Kelas IV

PKn sebagai salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan membekali Peserta didik untuk mengembangkan aspek nilai dan moral serta untuk membekali Peserta didik dengan kesadaran bela negara serta kemampuan berfikir secara komprehensif integral dalam rangka ketahanan nasional. Sifat materi mata pelajaran PKn membawa konsekuensi terhadap proses belajar mengajar yang didominasi oleh pendekatan ekspositoris. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan Peserta didik harus secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan pendengaran, dan psikomotor.

Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak Peserta didik untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.

1. Kaitan hubungan materi dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan seperti berikut:

1. Memahami dan mengenal lingkungan hidup bangsa dan cara pandang bangsa kita tentang diri dan lingkungan hidup bangsa Indonesia serta cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya merupakan syarat dasar untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.

1. Bangsa Indonesia mempunyai konsep kemampuan yang merupakan derivasi dari pancasila yaitu Ketahanan Nasional.

1. Kemampuan / kekuatan diwujudkan melalui pembangunan Nasional.

1. Cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara dalam rangka Ketahanan Nasional yang diwujudkan dalam pembangunan Nasional sesuai dengan arahan GBHN.

Proses belajar mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar, karena di dalamnya tersirat satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara Peserta didik yang belajar dan guru yang mengajar, yang terjalin dalam bentuk interaksi edukatif.

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

4. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian

1. Subjek penelitian

Subjek perbaikan ini adalah peserta didik kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kali Pasir yang berjumlah 32 orang yang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 17 orang. Peneliti memilih kelas IV sebagai subjek penelitian, karena selain kelas IV adalah peserta didik yang telah memiliki pemikiran dan pemahaman materi yang sudah mapan juga penulis sebagai guru kelas IVB (empat) di SDN Kali Pasir, sehingga diharapkan, sekaligus dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran peserta didik yang menjadi tanggungjawab peneliti.

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN Kali Pasir Kp. Kali Pasir RT 04 RW 02 Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Lokasi sekolah dapat dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, berjarak sekitar 200 meter dari jalan utama. Sarana prasarana yang dimiliki sekolah antara lain enam ruang kelas yang terdiri dari kelas satu sampai kelas enam yang masing-masing berjumlah dua kelas (rombel), satu lapangan upacara , 4 ruang toilet peserta didik , dan 2 ruang toilet guru. Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan saat penelitian dilakukan di SDN Kali Pasir berjumlah 15 personil , 4 berstatus PNS dan 11 berstatus sebagai tenaga honor sekolah yang masing-masing menjabat seorang kepala sekolah , 10 guru kelas, 3 guru mata pelajaran dan satu penjaga sekolah. Pada tahun pelajaran 2013-2014 jumlah peserta didik sebanyak 296 terdiri dari 141 peserta didik laki-laki dan 155 peserta didik perempuan , berdasarkan data statistik 80% Peserta didik berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke bawah. Kesadaran serta perhatian orang tua Peserta didik terhadap pendidikan sangatlah kurang, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak mereka. Peneliti amati data dari kependudukan di Desa Kali Pasir rata-rata pendidikan orang tua Peserta didik hanya lulus sekolah dasar dan pekerjaan rata-rata orang tua peserta didik petani.

1. Waktu penelitian

Penelitian diawali dari kegiatan perencanaan untuk menyusun laporan bisa dilihat dari jadwal yang tergambar pada tabel berikut:

Penelitian perbaikan Pembelajaran dilaksanakan mulai tanggal 22 Agustus sampai dengan tanggal 5 September 2013, dengan jadwal sebagai berikut:

Tabel 1

Jadwal Penelitian Perbaikan

No

Uraian Kegiatan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

ket

Juli

Agustus

Septeber

Oktober

2

3

4

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

1

2

1

Perencanaan

2

Prasiklus

3

Refleksi keg. Prasiklus

4

Siklus 1

5

Refleksi keg. Siklus 1

6

Siklus 2

7

Refleksi keg. Siklus 2

8

Penyusunan laporan

Tabel 2

Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran

No

Hari /Tanggal

Waktu

Kelas

Siklus

1

Selasa/22/08/2013

2 X 35 menit

IV

Siklus 1

2

Selasa/05/09/2013

2 X 35 menit

IV

Siklus 2

Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal mengajar yang diatur sesuai jadwal pelajaran yang berlaku di SDN Kali Pasir. Selain itu penelitian dilakukan pada awal tahun pelajaran 2013/2014 bersamaan dengan bulan Ramadhan 1434 H sehingga siklus 1 dan 2 menyesuaikan dengan libur sekitar hari raya Idul Fitri.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

1. Perencanaan penelitian

Penelitian perbaikan peneliti lakukan dikelas IV dimana peneliti bertugas, keputusan untuk melakukan tindakan ini sendiri peneliti putuskan setelah melakukan pembelajaran serta refleksi, ditemukanlah permasalahan yang mendesak harus segera ditindaklanjuti karena berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Proses Perencanaan penelitian disusun secara terencana dan sistematis. penelitian tersebut melalui 4 tahapan yang berulang yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Secara lebih rinci diuraikan dalam Gambar 1 sebagai berikut :

Gambar 1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Prosedur Perbaikan PTK

1. Siklus I

0. Perencanaan Perbaikan

Membuat rencana Penelitian pembelajaran pada siklus 1 di mulai dengan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Sebelum peneliti melakukan penelitian perbaikan terlebih dahulu menyiapkan perangkat perbaikan berupa Rencana pembelajaran perbaikan disertai media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKS), Lembar observasi dan instrumen evaluasi hasil belajar

0. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan perbaikan yang dilaksanakan di kelas IV B SDN Kali Pasir setelah peneliti refleksi terdapat permasalahan atau kendala. Permasalahan tersebut berupa situasi kelas saat pembelajaran berlangsung belum terkendali dan masih ada beberapa nilai hasil belajar peserta didik yang berada dibawah KKM . Dengan adanya permasalahan tersebut peneliti putuskan untuk mengatasinya dengan menggunakan pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD), Peserta didik dibagi dalam kelompok yang berjumlah delapan orang dalam satu kelompok, sehingga kelas itu terbentuk sebanyak 4 kelompok belajar. Diharapkan setiap individu memeiliki tugas dan kewajiban yang sama serta bekerjasama diantara setiap anggota, dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

0. Pengamatan (observasi).

Pada tahap ini peneliti telah menyiapkan perangkat observasi yang akan digunakan berupa dua lembar observasi yakni satu lembar observasi guru dan satu lembar observasi peserta didik . Perangkat observasi Guru digunakan untuk menilai penerapan strategi pembelajaran Students Team Achievement Division (STAD) dalam kegiatan perbaikan pembelajaran sedangkan perangkat lembar observasi peserta didik digunakan untuk mendapatkan data keaktifan peserta didik dalam interaksinya dengan anggota lain dalam satu kelompok pada saat perbaikan pembelajaran berlangsung.

0. Refleksi

Hasil observasi diperoleh dari refleksi peneliti dan supervisor ternyata pada siklus I hasil belajar peserta didik yang tuntas belajar sebanyak 14 orang atau 43,7% sedangkan yang belum tuntas belajar sebanyak 18 orang atau 56,3% dengan rata-rata hasil belajar peserta didik 66,8, hasil ini dirasakan peneliti masih belum memuaskan karena peserta didik kurang aktif pada saat pembelajaran.

1. Siklus II

7. Perencanaan

Dalam perencanaan siklus II peneliti menjadikan bahan awal dari data yang diperoleh pada observasi siklus 1 untuk dilengkapi dan ditindaklanjuti. Sebelum peneliti melakukan penelitian perbaikan terlebih dahulu menyiapkan perangkat perbaikan berupa Rencana pembelajaran perbaikan siklus 2 disertai media pembelajaran, lembar kerja peserta didik (LKS), Lembar observasi dan instrumen evaluasi hasil belajar .

7. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 5 September 2013 pukul 08.10 09.20 di kelas IVB semester I yang be rtempat di SDN Kali Pasir Desa Kali Pasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh dua supervisor sebagai pengamat Peserta didik untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada perbaikan pembelajaran siklus sebelumnya. Peneliti berusaha mengoptimalkan penerapan pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD dan juga pengurangan jumlah anggota kelompok belajar dari delapan menjadi 4 anggotanya, sehingga jumlahnya ada 8 kelompok didalam kelas tempat peneliti melakukan tugas. Hasilnya terjadi perubahan signifikan dari keaktifan peserta didik menjadi meningkat dan nilai hasil belajar peserta didik juga menjadi meningkat.

7. Tahap Pengamatan

Dari hasil pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus 1 peneliti merasakan bahwa hasil belajar yang telah dilakukan hasilnya belum memuaskan dalam hal:

2. .Hasil belajar siswa masih berada dibawah KKM sebanyak 56,3% dari 32 peserta didik dikelas IV SD Negeri Kalipasir.Rata-rata prosentasi Keaktifan peserta didik dalam proses perbaikan pembelajaran siklus 1 baru mencapai 41,4%

7. Refleksi

Hasil dari observasi / pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Ternyata nilai hasil belajar pada siklus II telah mengalami perubahan yang signifikan dari 32 peserta didik 27 orang telah tuntas belajar atau 84,4% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 79,7, Hal tersebut juga terlihat dari Keaktifan Peserta didik meningkat dari 41,4% meningkat menjadi dalam proses pembelajaran mata pelajaran PKn semakin tinggi. Oleh karena itu peneliti telah merasa cukup puas dengan kemajuan peserta didik pada hasil belajarnya, dengan demikian peneliti cukupkan hanya sampai pada siklus dua dan tidak melanjutkan.

C. Teknik Analisis Data.

1. Teknik pengumpulan Data yang dilakukan peneliti pada penelitian ini dengan dua cara yaitu tes dan non tes.

0. Teknik tes

Tes yang dilakukan peneliti dimulai dari kegiatan awal, inti dan akhir proses pembelajaran dilakukan dengan cermat dan teliti, baik itu tes secara lisan, tulisan maupun perbuatan, terhadap peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.

Tes lisan dilakukan pada saat kegiatan awal dan inti terhadap peserta didik yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas secara lisan. Lembar kerja peserta didik dikerjakan secara kelompok dibahas bersama-sama oleh kelompok , kemudian pada akhir pembels pembelajaran diberikan tes individual untuk mengukur hasil belajar akhir siklus pembelajaran.

1. Teknik non tes

Dalam kesempatan ini, penulis menggunakan lembar observasi untuk mengumpulkan data . Dengan dibantu oleh supervisor dua, lembar observasi yang digunakan untuk mendapatakan data aktifitas guru maupun peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung . Data yang diperoleh dari lembar observasi untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dirumuskan.

1. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian perbaikan, yaitu:

1. Tes, berbentuk isian/uraian yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas peserta didik di tiap kelompok berupa lembar kerja peserta didik yang berupa soal isian kemudian dilanjutkanasi dengan lembar evaluasi yang akan dikerjakan secara individu terdiri dari 10 soal isian.

1. Non tes, bentuk tes yang digunakan berupa lembar observasi. Lembar observasi yang disiapkan terdiri dari dua bentuk, lembar observasi guru dan juga lembar observasi peserta didik

1. Validitas Data

Dalam membuat alat pengumpul data, peneliti menggunakan p tes hasirosedur yang ditentukan seperti 30% soal mudah, 50% soal sedang dan 20% ssioal sulit yang termasuk kedalam tiga aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.

Untuk menghasilkan alat ukur yang valid dan reliable disusun berdasarkan kisi-kisi dan divalidasi sebelum instrumen digunakan. Kisi-kisi tes hasil belajar siklus 1 dn silus 2 dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel.3

Kisi-kisi format penilaian siklus 1 dan siklus 2

Standar kompetensi: Memahami sistempemerintahan desa danpemerintahan

kecamatan

Kompetensi Dasar/ Indikator

Soal tes formatif tertulis siklus1

Aspek

C1

C2

C3

1.1.Mengenal lembaga-lembaga dalam susunanpemerintahan desa

Mengidentifikasi lembaga-lembaga dalam susunan pemerintahan desa

1.peraturan yang mengatur tentang pemerintahan desa diatur oleh..

2.Masa jabatan kepala desa yaitu..

3.Lokasi Perkantoran keluran biasanya di..

4.Wadah tempat pembinaan generasi muda di desa

5.Catatantentangkeadaandesa/kelurahanataukecamatan disebut..

1

2

5

4

3

Kompetensi Dasar/ Indikator

Soal tes formatif tertulis

siklus 2

Aspek

C1

C2

C2

Menggambarkan struktur organisasi pemerintahan

1.Lurah diangkat oleh

2. Kepala pemerintahan ditingkat kelurahan yaitu

3. Kedudukan Antara kepala desa dan BPD lebih tinggi

4. Sebuahdesadipimpinoleh.

5.Melaksanakanpengawasanpenyelenggaraanpemerintahdesa merupakan

1

2

4

4

\5

3

3

1. Analisis Data

0. Data kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi, melalui data ini dapat dilihat peningkatan motivasi minat serta keaktifan peserta didik terhadap pembelajaran Pkn yang dilaksanakan dalam dua siklus. Lembar observasi juga berfungsi untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan guru dalam hal ini peneliti, baik itu strategi, metode, alat peraga, serta langkah-langkah pembelajaran yang digunakan, kesesuaiannya dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dibuat. Dengan lembar observasi ini dapat diketahui kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran yang dilaksanakan.

0. Data kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar dari peserta didik kelas IVB SDN Kali pasir , setelah menggunakan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD), aktifitas belajar maupun nilai hasil belajar meningkat secara signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar sebelum diadakan perbaikan pada siklus ke dua mata pelajaran Pkn, dengan keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran PKn tentang sistem pemerintahan desa dan kecamatan nilai rata-rata kelas 79,7. Peserta didik yang tuntas 27 Peserta didik dengan prosentase ketuntasan belajar 84,4 %.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi hasil penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh supervisor 2 sebagai tim observer untuk menilai pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di kelas IV SDN Kalipasir pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan strategi Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

0. Gambaran awal sebelum menggunakan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division

Pada setiap pembelajaran mata pelajaran PKn di kelas IV SDN Kalipasir hasil belajar peserta didik kurang memuaskan, hal ini kemungkinan karena pada proses pembelajaran anak kurang aktif. Dari masalah yang ditemukan tersebut peneliti melakukan refleksi serta analisis masalah, setelah itu diambil keputusan untuk menggunakan strategi pemebelajaran Student Teams Achievement Division untuk memperbaiki serta meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dalam belajar.

0. Hasil Belajar peserta didik

Setelah dilakukan perbaikan pemebelajaran terjadi suatu perubahan yang signifikan terhadap hasil belajar maupun keaktifan peserta didik dalam belajar. Apabila peneliti perbandingkan dengan saat awal sebelum perbaikan pembelajaran hasil prestasi belajar maupun keaktifan siswa begitu memuaskan hal tersebut karena peneliti menggunakan strategi pembelajaran Student Teams Achievement Division untuk meningkatkan hasil belajar serta keaktifan peserta didik dalam belajar.

0. Keberhasilan Perbaikan Pembelajaran

Hasil perbaikan pembelajaran siklus 2 dengan menggunakan pendekatan Students Team Achievement Divisions (STAD) pada materi pendidikan kewarganegaraan kelas IV tentang pemerintahan desa dan Kecamatan dari hasil pengamatan dan diskusi dengan supervisor terungkap bahwa hasil belajar peserta didik meningkat ketika siklus 1 yang tuntas belajar sebanyak 14 anak dengan nilai rata-rata 66,8 meningkat menjadi sebanyak 27 anak pada siklus 2 dengan nilai perolehan rata-rata peserta didik 79,7 prosentasi peningkatan hasil belajar sebesar 84,4%.

Demikian juga dengan keaktifan peserta didik pada pembelajaran, dari 32 Peserta didik yang aktif bertanya 62,5% atau sebanyak 20 Peserta didik, aktif menjawab 81,3% atau 26 Peserta didik, aktif berpendapat sebanyak 87,5% atau 28 Peserta didik, aktif menanggapi sebanyak 78% atau 25 peserta didik, hal ini berarti terjadi peningkatan prosentase rata-rata keaktifan peserta didik dalam belajar sebesar 86,7% . Ini menunjukan bahwa strategi yang telah dipilih sangat relevan dengan mata pelajaran PKn pada materi pemerintahan desa dan kecamatan karena mampu meningkatkan hasil belajar dan juga keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran.

0. Kegagalan

Dari hasil perbaikan kegiatan pembelajaran siklus satu masih belum memuaskan hal ini karena hasil prestasi belajar peserta didik dan tingkat keaktifan pada pembelajaran masih rendah. Penyebbabnya penerapan pendekatan Students Team Achievement Divisions (STAD) kurang optimal terutama terkait dengan pembagian kelompok belum merata antara peserta didik yang cerdas pada tiap kelompok belajar sehingga peneliti membutuhkan pengaturan lebih teliti untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

1. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan

1. Siklus 1

Pada pelaksanaan siklus 1 dengan menggunakan pendekatan Students Team Achievement Divisions (STAD) untuk hasil pengamatan keaktifan peserta didik penulis akan tampilkan hasil pengamatan keaktifan peserta didik pada table. 4 berikut:

Tabel 4

Indikator Hasil Keaktifan Peserta Didik Siklus 1

No

INDIKATOR

KETERANGAN

1

2

3

4

bertanya

menjawab

berpendapat

menanggapi

10

17

15

11

Pada tabel 4 menunjukkan ada 10 Peserta didik aktif bertanya, 17 Peserta didik aktif menjawab, 15 Peserta didik aktif berpendapat, dan 11 peserta didik aktif menanggapi.

Lebih terperinci hasil keaktifan peserta didik siklus 1 seperti pada tabel 5

Tabel. 5

Prosentase Hasil Keaktifan Peserta didik Siklus 1

No

Indikator

Jumlah Peserta didik

Prosentase

1

bertanya

10

31,3%

2

menjawab

17

53,1%

3

Berpendapat

15

46,9%

4

menanggapi

11

34,4%

Dari tabel 5 terlihat kriteria keaktifan peserta didik pada pembelajaran, dari 32 Peserta didik yang aktif pada kriteria bertanya 31,3% atau sebanyak 10 Peserta didik, kriteria menjawab 53,1% atau 17 Peserta didik, kriteria berpendapat sebanyak 46,9% atau 15 Peserta didik, kriteria menanggapi sebanyak 34,4% atau 11 Peserta didik. Bila dirata-ratakan prosentasi dari ke empat kriteria keaktifan peserta didik tersebut diperoleh angka sebesar 41,4% masih kurang dari 50% hal ini menunjukan keefektifan pembelajaran yang dilaksanakan masih perlu ditingkatkan lagi.

Apabila ke empat kriteria Keaktifan Peserta didik pada perbaikan pembelajaran mata pelajaran PKn dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan kelas IVB semester I di SDN Kali Pasir Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor disajikan dalam bentuk diagram maka akan terlihat seperti diagram 1 berikut ini.

GRAFIK 1

HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN PESERTA DIDIK SIKLUS 1

Dari anlisis keaktifan peserta didik pada gambar diagram di atas dalam pembelajaran PKn tentang materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan nilai prosentasi rata-rata keaktifan kelas 41,4% , nilai ini masih jauh dari harapan peneliti untuk keaktifan peserta didik yang ideal.

Pada siklus kedua peneliti melakukan perbaikan pembelajaran , kali ini penekanan lebih difokuskan pada pengoptimalan penerapan strategi pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD). Hasil pengamatan keaktifan Peserta didik ditampilkan pada tabel. 6 sebagai berikut:

Pada tabel 6 menunjukkan ada 20 Peserta didik aktif bertanya, 26 Peserta didik aktif menjawab, 28 Peserta didik aktif bekerjasama, dan 32 peserta didik aktif mengerjakan tugas.

Lebih jelasnya hasil keaktifan peserta didik siklus 1 ditampilkan pada tabel. 6

Tabel. 6

Prosentase Hasil Keaktifan Peserta didik Siklus 2

No

Indikator

Jumlah Peserta didik

Prosentase

1

Bertanya

20

62,5%

2

menjawab

26

81,3%

3

berpendapat

28

87,5%

4

Menanggapi

25

78%

Dari tabel 5 terlihat hasil keaktifan peserta didik pada pembelajaran, bahwa dari 32 Peserta didik yang aktif bertanya 62,5% atau sebanyak 20 Peserta didik, aktif menjawab 81,3% atau 26 Peserta didik, aktif berpendapat sebanyak 87,5% atau 28 Peserta didik, aktif menanggapi sebanyak 78% atau 25 Peserta didik.

Apabila hasil Keaktifan Peserta didik disajikan dalam bentuk diagram maka akan terlihat seperti diagram. 2 dibawah ini.

GRAFIK 2

HASIL OBSERVASI KEAKTIFAN PESERTA DIDIK SIKLUS 2

pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat terlihat peningkatan keaktifan peserta didik yang sebagaimana ditampilkan berikut ini:

Tabel. 7

Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dan Nilai Rata-rata

NO.

Kriteria

Siklus I

Siklus 2

Jumlah

%

Jumlah

%

1

bertanya

10

31,3%

20

62,5%

2

menjawab

17

53,1%

26

81,3%

3

berpendapat

15

46,9%

28

87,5%

4

menanggapi

11

34,4%

25

78%

Prosentase Rata-rata keaktifan

41,4%

77,3%

Dari tabel di atas Peserta didik yang dikatakan aktif apabila memenuhi kriteria bertanya, menjawab, berpendapat, dan menanggapi, pada siklus 1 hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilakukan menunjukan kriteria sebagai berikut kriteria bertanya meningkat 62,5% dari 25% atau 10 orang aktif bertanya menjadi 20 orang , kriteria keaktifan menjawab juga terjadi peningkatan dari 53,1% menjadi 81,3% atau dari 12 orang aktif menjawab menjadi 26 orang, kriteria keaktifan dalam berpendapat dari 46,9% meningkat menjadi 87,5% atau dari 15 orang yang aktif berpendapat meningkat menjadi sebanyak 28 orang. Kriteria keaktifan peserta didik dalam mengerjakan menanggapi tugas meningkat dari 34,4% menjadi 78% atau dari 11 orang yang aktif mengerjakan tugas meningkat menjadi 25 orang pada siklus 2, dengan terjadinya peningkatan keaktifan peserta didik seperti digambarkan diatas maka hal tersebut telah menunjukan pencapaian target seperti apa yang diharapkan peneliti. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas berikut peneliti tampilkan data hasil pengamatan tersebut dalam diagram. 3.

GRAFIK. 3

PENINGKATAN KEAKTIFAN PESERTA DIDIK

SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2

Dari hasil perbaikan pembelajaran rata-rata prosentasi keaktifannya dari siklus 1 41,4% meningkat pada siklus 2 menjadi 77,3% itu artinya telah terjadi peningkatan prosentase keaktifan peserta didik dalam belajar sebesar 86,7%.

Pada perolehan hasil perbaikan pembelajaran siklus I dari hasil belajar peserta didik peneliti sajikan pada tabel 9 seperti terlihat di bawah ini:

Tabel. 8

Indikator Hasil Belajar Siklus I

No

INDIKATOR

KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Jumlah Nilai

Nilai rata-rata

Banyaknya Peserta didik dengan nilai > 70

Banyaknya Peserta didik dengan nilai < 70

Prosentase Peserta didik dengan nilai > 70

Prosentase Peserta didik dengan nilai < 70

50

90

2137

66,8

14

18

43,7 %

56,3 %

Pada tabel 8 menunjukkan ada 14 Peserta didik yang mendapat nilai 70 ke atas dan 18 Peserta didik nilainya di bawah 70. Jika diperinci hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I seperti pada tabel 11 berikut.

Tabel. 9

Prosentase Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus I

No

Rentang Nilai

Jumlah Peserta didik

Prosentase

5

41 50

-

6

51 60

14

43,7%

7

61 70

6

18,7%

8

71 80

10

31,3%

9

81 90

2

6,3%

10

91 100

-

Jumlah

32

100%

Dari tabel 11 terlihat hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I, bahwa dari 32 Peserta didik tidak seorang pun yang mendapat nilai antara 31 sampai 40 dan juga nilai 41 sampai dengan 50, nilai 51 sampai dengan 60 sebanyak 14 Peserta didik, nilai 61 sampai dengan 70 sebanyak 6 Peserta didik, nilai 71 sampai dengan 80 sebanyak 10 Peserta didik, nilai 81 sampai dengan 90 sebanyak 2 Peserta didik, dan tidak ada Peserta didik yang mendapat nilai lebih dari 91.

Apabila hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I mata pelajaran PKn dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan kelas IVB semester I di SDN Kali Pasir Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor jika disajikan dalam bentuk diagram maka akan terlihat seperti diagram 4 di bawah ini.

GRAFIK. 4

PERBAIKAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1

Dari analisis hasil tes formatif siklus I dan gambar grafik di atas dalam pembelajaran PKn tentang Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan nilai rata-rata kelas 69,4. Peserta didik yang belum tuntas dalam pembelajaran sebanyak 13 Peserta didik (52 %), dan yang tuntas ada 12 Peserta didik dengan prosentase ketuntasan belajar baru mencapai 48 %. Hal ini menunjukkan bahwa hasil prestasi Peserta didik sudah ada kemajuan atau peningkatan prestasi, akan tetapi masih perlu ditingkatkan agar Peserta didik lebih dapat menguasai materi pelajaran PKn tentang Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan yang diajarkan oleh guru dengan utuh dan menyeluruh. Maka peneliti masih perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki pembelajaran tersebut, agar Peserta didik dapat memahami materi sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.

Siklus II

Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan di SDN Kali Pasir desa Leuwi Sadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor. Dengan dibantu teman sejawat yang bertindak sebagai observer / peneliti melaksanakan Perbaikan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana. Skenario pembelajaran berlangsung dengan baik. Pada akhir pembelajaran, peneliti mengadakan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui tingkat keberhasilan. Hasil perbaikan pembelajaran disajikan pada tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 10

Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

NO

INDIKATOR

KETERANGAN

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Nilai terendah

Nilai tertinggi

Jumlah Nilai

Nilai rata-rata

Banyaknya Peserta didik dengan nilai > 70

Banyaknya Peserta didik dengan nilai < 70

Prosentase Peserta didik dengan nilai > 70

Prosentase Peserta didik dengan nilai < 70

60

100

2550

79,7

27

5

84,4 %

15,6 %

Dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada akhirnya pembelajaran PKn dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan dikelas IVB Semester I tahun pelajaran 2013/ 2014 di SDN Kali Pasir Desa Kali Pasir Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor dapat berhasil dengan memuaskan, Walaupun masih ada 5 Peserta didik belum tuntas belajar dengan nilai 60 ada 3 anak, dan 65 ada 2 anak, sedangkan yang lainnya sudah mencapai 70 ke atas. Setelah melalui kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II maka hasil tes formatif mata pelajaran PKn pada akhir siklus II mengalami peningkatan yang signifikan bila dibanding dengan hasil belajar sebelum perbaikan. Jika diperinci hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II seperti pada tabel 11 sebagai berikut.

Tabel 11

Prosentase Hasil Evaluasi Perbaikan Pembelajaran Siklus II

No

Rentang Nilai

Jumlah Peserta didik

Prosentase

1

0 10

-

-

2

11 20

-

-

3

21 30

-

-

4

32 40

-

-

5

41 50

-

-

6

51 60

3

9,4%

7

61 70

4

12,5%

8

71 80

13

40,6%

9

81 90

8

25%

10

91 100

4

12,5%

Jumlah

32

100%

Dari tabel 11 dapat dilihat hasil evaluasi perbaikan pembelajaran siklus II, bahwa dari 32 Peserta didik hanya 5 anak yang tidak mencapai KKM yaitu nilai 60 dan 65 selebihnya 2 peserta didik memperoleh nilai 70, nilai 71 sampai dengan 80 sebanyak 13 Peserta didik, nilai 81 sampai dengan 90 sebanyak 8 Peserta didik, nilai 90 sampai dengan 100 sebanyak 4 Peserta didik.

Agar lebih memudahkan dalam melihat peningkatan atau perubahannya hasil evaluasi perbaikan pembelajaran dari siklus 1 ke siklus 2 pada mata pelajaran PKn dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan kelas IVB semeter I di SDN Kali Pasir Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor maka dibuatlah diagram 3 sebagai berikut .

Dari analisis hasil tes formatif siklus II pada gambar diagram 3 di atas dalam pembelajaran PKn tentang sistem pemerintahan desa dan kecamatan nilai rata-rata kelas 79,7. Peserta didik yang tuntas 27 Peserta didik dengan prosentase ketuntasan belajar 84,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti selama proses perbaikan pembelajaran telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam menguasai materi pembelajaran PKn tentang sistem pemerintahan desa dan kecamatan.

Setelah kedua siklus perbaikan pembelajaran dilaksanakan terdapat kemajuan yang semakin meningkat, tingkat kemajuan tersebut dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.

Tabel 12

Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar dan Nilai Rata-rata

NO

Kriteria

Siklus I

Siklus II

Jumlah

%

Jumlah

%

1.

Tuntas

14

43,7%

27

84,4%

1.

Belum Tuntas

18

56,3%

5

15,6%

3.

Nilai Rata-rata

66,8

79,7

Dari tabel di atas Peserta didik yang nilainya 70 ke atas pada evaluasi perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 14 Peserta didik atau 43,7 % dan pada perbaikan pembelajaran siklus II yang mendapat nilai 70 ke atas menjadi 27 Peserta didik atau 84,4 %. Pada nilai rata-rata juga mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata pada siklus I yaitu 66,8. Sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 79,7 dan pada siklus II ini peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan penelitian dengan alasan upaya perbaikan yang dilakukan telah memberikan perubahan pada keaktifan serta hasil belajar peserta didik SD Negeri Kalipasir dengan memuaskan.

Apabila peningkatan hasil belajar pada siklus 1 dan siklus 2 disajikan dalam bentuk diagram, maka akan terlihat seperti diagram 6 berikut ini.

GRAFIK. 6

PENINGKATAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR

SIKLUS 1 DAN SIKLUS II

Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar apabila penulis gambarkan dalam bentuk diagram dari perbaikan siklus 1 sampai siklus 2 maka akan terlihat seperi berikut dibawah ini:.

GRAFIK 7

PENINGKATAN NILAI RATA-RATA SIKLUS 1 DAN SIKLUS 2

Diagram 5 menunjukkan peningkatan rata-rata nilai hasil evaluasi dsiklus I dan siklus II mata pelajaran PKn kelas Ivs emester I SDN Kali Pasir dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan. Sebelum perbaikan pembelajaran (pra siklus) nilai rata-ratanya 55,8. Pada siklus I nilai rata-ratanya 66,8 dan siklus II nilai rata-ratanya 79,7. Kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu 12,9 poin

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

1. SIMPULAN

Setelah peneliti melaksanakan proses perbaikan pembelajaran PKn melalui perbaikan pembelajaran siklus I dan perbaikan pembelajaran siklus II dengan materi Sistem Pemerintahan Desa dan Kecamatan di kelas IVB SDN Kali Pasir Desa Leuwisadeng Kecamatan Leuwisadeng Kabupaten Bogor dapat disimpulkan seperti berikut:

Pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar Peserta didik karena dari kriteria keaktifan yang diamati terjadi peningkatan, pada siklus 1 rata-rata prosentasi keaktifan peserta didik 41,4%, menjadi 86,7% rata-rata prosentasi keaktifannya pada siklus 2, hal ini merupakan indikasi adanya peningkatan keaktifan peserta didik dalam proses perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan.

1. Pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan peserta didik karena peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran, hal in i dapat dilihat dari antusiasnya anak didik dalam belajar.

1. Pendekatan Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar Peserta didik, terbukti dari Peserta didik yang tuntas belajar dari 31,3 % pada pra siklus menjadi 43,7 % pada siklus I dan 84,4 % pada siklus II.

1. Penggunaan media pembelajaran akan membuat kegiatan belajar mengajar lebih menarik. Sehingga akan mendorong minat Peserta didik untuk belajar sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran.

1. Prosentase ketuntasan hasil belajar Peserta didik menglami peningkatan yang sangat signifikan setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran.

1. SARAN DAN TINDAK LANJUT

Berdasarkan kesimpulan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru untuk meningkatkan hasil prestasi Peserta didik dalam pembelajaran sebagai tugas profesional. Saran yang diberikan peneliti seperti berikut.

1. Penerapan Pendekatan pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) yang sesuai dengan materi setiap melaksanakan pembelajaran dikelas meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik

1. Gunakan alat peraga sebagai media dalam setiap pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

1. Biasakan melakukan perbaikan pembelajaran apabila Peserta didik belum tuntas dalam menguasai materi pembelajaran.

1. Guru seyogyanya mampu menerapakan model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan efektif.

1. Guru hendaknya menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran sehingga Peserta didik dapat belajar dengan optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud.

Wardani, IGAK. (2008). Penilaian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas terbuka

Depdiknas. (2003) kurikulum 2004: Standar Kompetensi Bahan Kajian Jakarta: Depdiknas.

Solehan T. W. Dkk. (1995). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, 2003, Jakarta : Depdiknas

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Anggoro, M. Toha. (2008). Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka

Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Penerbit AlfabetaSlameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Dinn. 2004. Pengantar Pendidikan. Jakarta: UT.

Hamalik. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ibrahim, dkk. 1993. Materi Pokok Pengembangan Inovasi dan Kurikulum. Jakarta: Universitas Terbuka.

banyaknya siswa

bertanyamenjawabberpendapatmenanggapi101715110

kategori

banyak siswa

26

bertanyamenjawabberpendapatmenanggapi20262825

kategori

banyak siswa

siklus 1

bertanyamenjawabberpendapatmenanggapi0.313000000000000330.531000000000000030.469000000000000080.34400000000000008Siklus 2

bertanyamenjawabberpendapatmenanggapi0.625000000000000780.812999999999999940.875000000000000780.78

41-5051-6061-7071-8081-9091-100146102

Banyak siswa

GRAFIK. 5HASIL EVALUASI PERBAIKAN SIKLUS 2

Banyaknya siswa

51 6061 7071 8081 9091 100341384Siklus 251 6061 7071 8081 9091 100

banyak siswa

Belum Tuntas

Siklus ISiklus II56.315.6Tuntas

Siklus ISiklus II43.784.4

Prosentase

Siklus ISiklus II66.879.7

Nilai Rata-rata

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Perkembangan Iptek yang semakin maju saat ini perlu diimbangi dengan

peningkatan kemampuan sumber daya manusia. Sekolah memiliki tugas dan

tangung jawab mempersiapkan sumber daya manusia harus lebih meningkatkan

perannya dalam mengelola pendidikan. Peran g

uru dalam merancang serta

melaksanakan strategi pembelajaran salah satu faktor penentu dalam keberhasilan

pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan banyak ragamnya,

salah satunya adalah

strategi Students Team Achievement Divisions

(STAD).

Dengan strategi ini semua peserta didik akan terlibat untuk dapat melakuakan

aktivitas pembelajaran. Selain strategi pembelajaran media pembelajaran pun

memiliki peranan yang tidak kalah penting dalam keberhasilan suatu proses

pembelajaran. Penggunaan med

ia pembelajaran yang optimal mempermudah

pemahaman, daya ingat, semangat, kreatifitas serta rasa ingin tahu yang timbul

pada diri peserta didik. Guru hendaknya senantiasa dapat memperbaiki

kekurangan

-

kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran. P

ada

dasarnya proses pembelajaran dikatakan optimal apabila mampu mengembangkan

imajinasi serta kreatifitas peserta didik dalam belajar.

Pada kondisi sekarang ini pada umumnya pembelajaran dilakukan tanpa

mempersiapkan dan merancang pembelajaran yang dapat

meningkatkan dan

membantu peserta didik memecahkan masalah dan memperoleh pengalaman dari

hasil belajarnya. Akibatnya hasil belajar peserta didik tidak mencapai hasil yang

maksimal. Dari pengalaman penulis ketika selesai melaksanakan pembelajaran

dikelas

hasil evaluasi hasil belajar pada pembelajaran PKn di kelas IV B SDN

Kali Pasir pada tanggal 5 Agustus 2013 hasil yang dicapai jauh dari harapan. Dari

jumlah Peserta didik 32, hanya 14 Peserta didik atau 43,7% yang mencapai

tingkat penguasaan materi, de

ngan memperoleh nilai diatas 70 padahal menurut

penulis pembelajaran telah dipersiapkan dengan baik.

Dari hasil evaluasi diatas diketahui bahwa pembelajaran kurang berhasil

karena masih terdapat sebanyak 18 orang peserta didik yang memperoleh nilai