Akut Abdomen Iwan

58
BAB I PENDAHULUAN Akut abdomen ialah kondisi dimana gejala utamanya adalah nyeri perut, terjadi secara tiba- tiba dan dapat mengancam nyawa, untuk penanggulangannya biasanya diperlukan tindakan pembedahan. Kejadian ini sering ditemui. Penatalaksanaan pasien dengan nyeri akut abdomen bukanlah hal yang mudah, merupakan tantangan bagi seorang dokter untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab akut abdomen. Keputusan untuk tindakan pembedahan harus segera ditegakkan karena setiap keterlambatan yang terjadi dapat menimbulkan penyulit yang berakibat meningginya angka morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung kepada kemampuan menentukan analisis yang baik dari data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperoleh. Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu dari sekian banyak kemungkinan yang dapat menjadi penyebab nyeri perut akut. 1

description

medis

Transcript of Akut Abdomen Iwan

BAB I

PENDAHULUANAkut abdomen ialah kondisi dimana gejala utamanya adalah nyeri perut, terjadi secara tiba-tiba dan dapat mengancam nyawa, untuk penanggulangannya biasanya diperlukan tindakan pembedahan. Kejadian ini sering ditemui.Penatalaksanaan pasien dengan nyeri akut abdomen bukanlah hal yang mudah, merupakan tantangan bagi seorang dokter untuk dapat menegakkan diagnosis penyebab akut abdomen. Keputusan untuk tindakan pembedahan harus segera ditegakkan karena setiap keterlambatan yang terjadi dapat menimbulkan penyulit yang berakibat meningginya angka morbiditas dan mortalitas.

Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung kepada kemampuan menentukan analisis yang baik dari data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperoleh.

Pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi abdomen beserta isinya sangat menentukan dalam menyingkirkan satu demi satu dari sekian banyak kemungkinan yang dapat menjadi penyebab nyeri perut akut. Bila pasien masuk dengan nyeri abdomen yang hebat, dokter harus mempunyai pola pemikiran untuk membuat differensial diagnosis. Sangat penting tidak hanya mempersempit differensial diagnosis menjadi satu pilihan utama tetapi juga penting untuk menentukan apakah pasien membutuhkan tindakan operasi. Aturan utama pada nyeri abdomen adalah nyeri abdomen yang sangat hebat, yang tampak pada pasien yang sebelumnya sehat dan berlangsung sedikitnya selama 24 jam dan kadang memerlukan tindakan operasi. Tujuan penulisan ini adalah untuk menampilkan etiologi, tanda dan gejala klinis dan penyakit penyakit yang mendasari keadaan akut abdomen.

BAB II

AKUT ABDOMEN2.1. DefinisiAkut abdomen didefinisikan secara umum sebagai proses yang terjadi intraabdominal yang menyebabkan rasa nyeri yang hebat dan timbul mendadak, yang dapat cepat memburuk dan mengancam nyawa dan membutuhkan tindakan operasi. 1, 8Merupakan keadaan yang membutuhkan keputusan atau penilaian yang cepat untuk penatalaksanaannya. Istilah akut abdomen menunjukkan keadaan rasa sakit yang tiba-tiba dan hebat pada abdomen yang berlangsung kurang dari 24 jam. 2

Ini merupakan keadaan yang membutuhkan diagnosis yang cepat dan spesifik. Penatalaksanaannya biasanya membutuhkan tindakan operasi. 12.2. Etiologi

Keadaaan keadaan yang dapat menyebabkan akut abdomen dapat dibagi menjadi 6 bagian besar kategori :

1. Inflamasi

Kategori inflamsi ini dapat dibagi menjadi dua bagian:

Bakterial

Kimiawi

Contoh yang sering terjadi dari bakterial seperti Appendicitis akut, Divertikulitis, dan beberapa kasus PID. Contoh yang kimiawi adalah seperti perforasi, Ulkus peptikum dimana kandungan asam lambung menyebabkan reaksi peritoneal.2. Mekanik

Contoh penyebab mekanik seperti keadaan obstruksi contohnya hernia inkarserata, perlengketan, intussusepsi, malrotasi usus dengan volvulus, atresia kongenital atau stenosis usus. Penyebab tersering obstruksi mekanik usus besar adalah Ca Colon.

3. Neoplasma

4. Vaskular

Kelainan vaskular yang menyebabkan keadaan akut abdomen contohnya adalah trombosis atau embolisme A. mesenterika. Ketika aliran darah terhenti, timbul nekrosis jaringan, dengan ganggren usus yang terjadi pada usus.

5. Defek Kongenital

Defek kongenital dapat memerlukan tindakan operasi segera kapan saja dari sejak saat kelahiran ( contohnya atresia duodenum, omphalocele atau hernia diaphragmatica ) sampai bertahun-tahun setelahnya seperti pada malrotasi usus kronik.

6. Trauma

Penyebab traumatik dari akut abdomen bervariasi dari luka tusuk dan tembak sampai luka tumpul abdominal yang menyebabkan keadaan seperti ruptur lien. Riwayat kejadian trauma harus jelas. 12.3. Diagnosis

Nyeri, anoreksia, mual, muntah dan demam merupakan manifestasi khas suatu kelainan akut abdomen. Tanda penting pada pemeriksaan fisik mencakup nyeri tekan 'defence musculair' dan perubahan dalam peristaltik usus. Tetapi pembeda kritis bukan antara abdomen akuta dan nonakuta, tetapi antara abdomen bedah dan abdomen nonbedah. Identifikasi abdomen bedah tergantung atas penggunaan tiga komponen diagnostik dasar: anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang2.3.1. AnamnesisAnamnesis dapat dibagi dalam beberapa kategori utama: usia, jenis kelamin, nyeri abdomen dan gejala sistemik. 1USIA DAN JENIS KELAMIN

Yang sangat tua dan sangat muda, masing-masing menampilkan sekitar 10 % penyajian pasien nyeri akuta abdomen. Tetapi pasien di atas usia 65 tahun mempunyai dua kali insidens penyakit bedah (30 persen) sebagai sebab nyeri abdomennya dibandingkan pasien di bawah usia 65 tahun. Pada kelompok usia dewasa, wanita lebih mungkin tampil dengan nyeri abdomen dibanding pria, tetapi pria yang menampilkan gejala ini mempunyai insidens penyakit bedah yang lebih tinggi. Sistem genitourinarius lazim menyebabkan nyeri abdomen pada wanita. Dalam urutan penyajian lebih jarang, sebab genitourinarius yang lazim pada wanita meliputi penyakit peradangan pelvis, infeksi tractus urinarius, dismenore dan kehamilan ektopik. 1NYERI DAN GEJALA SISTEMIKRasa nyeri merupakan keluhan utama yang jelas pada pasien akut abdomen, sangat penting untuk mengetahui asal, lokasi, penjalaran, dan sifat nyerinya. Ada tiga jenis mulainya nyeri abdomen: ekplosif (tiba-tiba ), cepat dan perlahan-lahan.

Pasien yang mendadak dicekam nyeri eksplosif menderita sekali, contohnya seperti menderita pecahnya viskus berongga ke dalam cavitas peritonealis bebas atau menderita vascular accident berkelanjutan. Kolik berasal dari ginjal dan saluran empedu bisa dimulai mendadak, tetapi jarang menyebabkan nyeri begitu parah, sehingga pasien tak berdaya. Pasien dengan nyeri yang cepat dimulai dan yang cepat memburuk mungkin menderita pankreatitis akuta, trombosis mesenterica atau strangulasi usus halus. Pasien dengan nyeri yang dimulai perlahan-lahan mungkin menderita peradangan peritoneum ( peritonitis ), seperti yang terlihat dalam appendicitis atau divertikulitis.

Keparahan nyeri bisa ditandai sebagai menyiksa, parah, tumpul atau seperti kolik. Nyeri menyiksa tak berespon terhadap narkotika menggambarkan suatu lesi vaskular akuta seperti ruptura aneurisma abdominalis atau infark usus. Pasien infark usus halus khas menderita nyeri melebihi proporsi gambaran fisik dan laboratorium. Nyeri yang parah tetapi mudah dikendalikan oleh obat merupakan khas peritonitis akibat viskus yang pecah atau pankreatitis akuta. Nyeri tumpul, samar- samar yang sukar dilokalisasi, menggambarkan suatu proses peradangan dan merupakan tanda awal appendicitis. Nyeri kolik yang ditandai sebagai kram dan dorongan ('rush') menggambarkan gastroenteritis. Nyeri akibat obstruksi usus halus mekanik juga bersifat kolik, tetapi mempunyai pola berirama dengan interval bebas nyeri bergantian dengan kolik hebat. Dorongan peristaltik bisa terdengar selama kolik hebat Dorongan peristaltik yang menyertai gastroenteritis tidak perlu terkoordinasi dengan nyeri kolik. 1

Gambar 2.1 Organ organ abdomen 5A. Derivat foregut

B. Derivat midgut

C Derivat hindgut

Gambar 2.2. Lokasi nyeri abdomen berhubungan dengan perkembangan embriologi organ yang terlibat.

Gambaran klinik sangat penting, berhubungan dengan lokasi distribusi nyeri pada organ yang terkena. Tempat nyeri abdomen mencerminkan jenis rangsangan saraf dan asal embriologi organ. 8 Persepsi nyeri abdominal, pertama-tama nyerinya bersifat visceral kemudian menjadi somatis. Viscera abdominal dan viscera peritoneum dipersarafi oleh saraf sensoris dari T5 L3. Aliran saraf yang menuju ke viscera tersebut sangat sedikit sehingga rasa nyerinya itu samar-samar sehingga sulit menentukan lokasi nyerinya. 1 Sensasi nyeri yang sukar dilokalisasi dari abdomen diperantarai melalui susunan saraf autonom yang berhubungan dengan visera intraabdomen disebut nyeri viscera. Penyebab nyeri visceral adalah tegangan pada serabut otot yang disebabkan oleh regangan dari dindingnya, spasme otot atau regangan dari kapsul organ. Kontraksi peristaltik yang kuat timbul untuk mencegah terjadinya obstruksi. Rasa nyeri yang berhubungan dengan obstruksi itu terasa hebat dan dapat timbul kram tetapi bersifat intermitten, dengan adanya interval tanpa rasa nyeri yang disebut kolik. Iskemik dari otot visceral menimbulkan rasa sakit karena ususnya kehilangan kemampuan peristaltik dan menjadi terditensi. Nyeri visceral dengan penyebab iskemik paling sering terjadi akibat strangulasi usus pada hernia atau volvulus. Penyebab yang jarang contihnya thrombosis mesenterika akut.1Peritoneum parietal yang membatasi ruang abdominal dengan permukaan diafragma mendapat persarafan sensoris dari saraf somatis dar T6 L1. Ketika peritoneum parietal teriritasi, timbul nyeri somatik. Nyeri somatik bersifat terlokalisasi dan terjadi spasme pada kelompok ototnya dan dipersarafi berasal dari sumber asal nyerinya. Contohnya rasa nyeri dan spasme otot di RLQ biasanya yang dihubungkan dengan appendicitis disebabkan oleh inflamasi peritoneum parietal di RLQ. Tanda pada abdomen pada perforasi ulkus peptikum nyerinya bersifat menyeluruh karena adanya difusi cairan asam pada ruang peritoneal yang menyebabkan iritasi hebat pada seluruh peritoneum parietal.

Nyeri alih adalah rasa nyeri yang terjadi pada tempat lain dari asal nyeri yang dipersarafi dari segmen persarafan yang sama. Nyeri visceral dibagi menjadi tiga lokasi pada abdomen. Lokalisasi nyerinya menunjukkan organ yang terkena. Nyeri epigastrik dihubungkan dengan organ yang dipersarafi oleh T6-T8, lambung, duodenum, pankreas, hepar serta saluran biliaris dan peritoneum parietal yang berhubungan. Nyeri perimubilical berhubungan dengan persarafan dari T9-T10 dan termasuk usus halus,appendix, dan ureter bagian atas.Nyeri hipogastrik berhubungan dengan persarafan dari T11- T12, Colon, kandung kemih, bagian bawah ureter dan uterus. 1,6

Bagan persarafan sensoris yang mempersarafi organ visceral6

Organ Jalur persarafanTingkat Sensoris

Hepar, Limpa, dan bagian tengah DiafragmaN. phrenicusC3- C5

Diafragma perifer, lambung, pankreas, kantung empedu dan usus halusPleksus celiaca dan N splanchnicusT6 T9

Appendix, colon, dan organ dalam pelvisPleksus mesenterica dan N. splanchnicusT10 T11

Colon sigmoideum, rektum,ginjal,ureter dan testisN. splanchnicus bagian terendahT11 L1

Kandung kemih dan RectosigmoidPleksus hipogastrikaS2-S4

Nyeri 'flank' dan nyeri dalam Angulus costrovertebralis berhubungan dengan batu ginjal atau ureter atau dengan pielonefritis. Nyeri ginjal bisa juga disertai dengan nyeri dalam testis ipsilateral. Iritasi diaphragma bisa menyebabkan nyeri dalam daerah distribusi C4. Sehingga proses peradangan hati atau limpa atau kumpulan cairan subdiaphragma akibat ulkus perforata bisa mengalihkan nyeri ke bahu.82.3.2. Pemeriksaan Fisik

Bila pasien datang dengan nyeri abdomen, maka anamnesis yang tepat dan teliti merupakan dasar yang penting untuk diagnosis., tetapi keputusan tentang apakah dioperasi atau tidak, dibuat atas dasar pemeriksaan fisik yang harus dilakukan dengan teliti dan sistematik. 8

Enam langkah pemeriksaan fisik mencakup :

(1) Inspeksi,

(2) Auskultasi,

(3) Perkusi

(4) Palpasi,

(S) Pemeriksaan rektum/genitalis

(6) Pemeriksaan tanda khusus

Inspeksi

Perhatikan bagaimana posisi penderita. Pada kolik yang berat penderita tidak dapat berbaring dengan tenang, sedangkan dengan adanya peritonitis penderita akan berbaring tenang dengan kedua lututnya ditekuk meskipun ada rasa nyeri yang hebat. Perhatikan ekspresi muka penderita, juga bagaimana frekuensi respirasinya. Perhatikan terutama ketegangan musculus rectus, apakah gerakan respirasinya normal dan apakah ada "darmsteifung " (gerakan peristaltik yang tampak). 9Meraba pulsus. Sifat dan frekuensi nadi merupakan tanda yang penting dari beratnya penyakit akut abdomen. Pulsus yang lambat, penuh dan reguler tidak akan mengesampingkan kemungkinan infeksi peritoneal yang hebat, tetapi menunjukkan bahwa penderita memberi respon baik. Sedangkan nadi meninggi sedang, cepat, tidak teratur, merupakan sifat khas dari infeksi abdominal yang progresif. Ini merupakan salah satu tanda yang mengkhawatirkan, walaupun penemuan abdomen minimal. Pulsus yang sangat cepat dan kecil biasa terdapat pada peritonitis lanjut.

Sesudah pemeriksaan abdomen dilakukan, daerah inguinofemoral dan organ genetalia externa supaya diperiksa dengan teliti, sehingga tidak mengabaikan adanya hernia incarcerata strangulasi.

Selama pemeriksaan ini perlu juga meraba arteria femoralis, sebab tidak adanya atau tidak simetrisnya pulsasi arteria ini (kanan dan kiri), pada keadaan di mana terdapat rasa nyeri abdomen yang berat dapat merupakan salah satu tanda aneurysma dissectans aorta abdominalis.Auskultasi 9,1

Pemeriksa harus betul-betul mengetahui suara peristaltik yang normal. Peristaltik ini dapat meningkat, berkurang ataupun hilang sama sekali dengan adanya atau dicurigai akut abdomen. Peristaltik dikatakan hilang kalau tidak ada suara peritoneal setelah kita mendengarkan selama beberapa-menit. Tidak ada peristaltik berarti ada ileus paralitik disebabkan oleh karena iritasi peritoneal yang difus. Sedangkan hiperperistaltik biasanya dijumpai da!am 3 bentuk :

(1) Adanya borborygmi yang konstan dan cukup keras serta dapat bervariasi dalam intensitas, tetapi tidak ada pola tertentu. Itu terdapat pada gastroenteritis akut atau gangguan pencernaan yang disebabkan oleh gangguan makanan. Peristaltik ini iramanya tidak tertentu dan variasi intensitasnya terjadi tanpa adanya perubahan rasa tidak enak di daerah abdomen.

(2) Yang lebih jarang lagi tetapi jauh lebih penting adalah suara yang disebabkan oleh kontraksi ritmis dari intestinum. Ini dijumpai pada obstruksi mekanis yang akut. Pada keadaan ini, perut sunyi antara dua periode kolik kemudian terdengar borborygmi yang berangsur-angsur naik intensitasnya: borborygmi ini naik sampai puncak suara yang paling keras (crescendo), kemudian berangsur-angsur menghilang sampai hanya terdengar bunyi yang sangat lemah. Penderita menyadari akan timbulnya kejang-kejang dengan rasa nyeri yang bertambah dan berkurang bersamaan dengan aktivitas peristaltik. Jika seseorang sudah pernah mendengar crescendo peristalfik yang ritmis pada sumbatan mekanis akut, ia tidak akan dapat salah mendiagnosisnya.

(3) Pada obstruksi partiil yang kronis di usus halus bagian bawah dan juga pada fase penyembuhan dari suatu peritonitis yang difus, suara tinggi seperti bergema dapat didengarkan karena adanya kontraksi yang periodik: dari usus yang teregang oleh cairan di dalam rongga ususnya. Di sini tidak ada irama yang teratur pada peristaliknya. Dapat disertai atau tanpa gejala-gejala kekejangan abdomen.

(4} Suatu bising yang terdengar di episgastrium dapat merupakan tanda pentirtg ischemia usus kronis. Bruit (bising) pada sisi kiri atau kanan dari garis tengah pada abdomen atas dapat menunjukkan adanya sumbatan vasa darah ginjal yang berarti. Penemuan suatu bising sangat penting dalam penilaian nyeri abdomen yang samar-samar dan berulang-ulang.

Perkusi 9, 1

Perkusi yang dilakukan secara halus bermanfaat untuk menentukan daerah nyeri. Juga ini kerap kali mengungkapkan adanya daerah keredupan yang tidak terduga sebelumnya yang ada bersama dengan daerah nyeri; ini menunjukkan adanya massa tak dikenal yang menggeser intestinum. Adanya tanda-tanda shifting dullness (pekak beralih) dapat merupakan ciri dari perdarahan intra-abdominal setelah suatu trauma pada abdomen. Perlu diselidiki dengan cermat luasnya daerah pekak hepar dan vesica urinaria.

Palpasi 9,1

Pertama-tama penderita diminta untuk batuk. Kalau ada peradangan peritoneum yang akut, dengan batuk ini biasanya akan ditimbulkan rasa nyeri yang-hebat yang terbatas pada daerah peradangan. Pemeriksaan dengan cara menimbulkan rasa nyeri dengan batuk ini sangat bermanfaat; penderita diminta menunjukkan dengan ujung jarinya tempat yang tepat dimana timbul rasa nyeri tadi. Dengan cara demikian dapat dilokalisir tempat peradangan tanpa mengadakan palpasi sebelumnya. Jadi pemeriksa dapat menghindari agar tidak menyentuh daerah ini sampai bagian lain pemeriksaan abdomen telah selesai dikerjakan.

Penemuan suatu kekejangan dan membedakan antara kejaag yang disengaja (atas keinginan sendiri) dengan kejang spontan. Harus diperhatikan bahwa jangan disakiti. Pertama-tama tangan pemeriksa harus dalam keadaan hangat. Teknik pemeriksaan ini dapat dilihat pada gambar 2-3. Kejangnya kedua musculus rectus abdominis dapat dipalpasi dengan cara ini. Tempat yang terasa nyeri dengan batuk tadi diperiksa setelah semua pemeriksaan selesai kita lakukan. Gambar 2-4 menunjukkan cara sering dipakai.

Gambar 2.3. Cara memeriksa spasmus abdomen. Keseluruhan bagian lebar tangan kiri, diletakkan pada abdomen pada daerah kwadran yang paling jauh dari daerah sakit dan nyeri tekan: ini harus dilakukan selembut mungkin dalam waktu yang cukup lama untuk meyakinkan bahwa penderita benar-benar tak kesakitan. Kemudian penderita disuruh bernapas dalam, sedang jari-jari tangan kiri pemeriksa yang bersinggungan dengan musculus rectus abdominis, ditekan secara lembut dengan tangan kanan pemeriksa. Pada saat expirasi bila ada spasmus volunter dari musculus rectus akan selalu teraba di bawah tangannya: sedang pada spasmus involunter atau spasmus yang sesungguhnya tidak akan teraba. Otot tersebut akan teraba kaku, padat, tegang seperti bangunan papan. Tidak perlu di sini mendorong tangan terlalu dalam pada abdomen agar supaya teraba kekakuan tersebut, dan si pemeriksa tidak boleh menimbulkan rasa sakit.

Gambar 2.4. Cara palpasi abdomen yang salah.

Kekakuan yang luas pada kedua musculus rectus menunjukkan adanya iritasi peritoneal yang difus. Sedangkan spasme segmental pada sebuah musculus rectus (spasmus terbatas pada satu kwadran) dijumpai pada peritonitis yang awal. Tetapi karena tidak ada ruangan yang rnembatasi penyebaran cairan peritoneum ke satu sisi abdomen, maka kekakuan yang luas di sepanjang salah satu musculus rectus dengan kelumpuhan flacsid sepenuhnya pada musculus rectus lainnya tidak bisa terjadi sebagai akibat peritonitis atau iritasi peritoneum. Kekakuan unilateral yang luas (extensif) asalnya dari refleks. Ini terkadang ditemukan pada nyeri renal yang akut tetapi mekanismenya belum dimengerti.

Palpasi kedua musculi recti secara bersamaan bermanfaat dalam menilai luas dan sifat ketegangan abdomen.

Penentuan daerah rasa nyeri tekan. Daerah yang tepat dengan nyeri tekan pada abdomen, bisa ditentukan dengan pasti dengan palpasi secara halus dengan satu jari tangan (Gb. 2-5). Appendicitis akut atau cholecystitis akut biasanya berbatas tegas pada daerah organ itu kecuali kalau telah ada komplikasi peritonitis yang difus. Pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan dengan palpasi yang cermat dan lembut dengan satu jari. Jangan memeriksa dengan seluruh permukaan tangan kita; sebab dengan cara ini kita tidak dapat menentukan luas dan lokalisasi yang tepat. Pemeriksaan dengan perkusi ringan pada abdomen bisa dilakukan untuk menentukan lokalisasi nyeri tekan.

Gambar 2.5 Penentuan daerah rasa nyeri tekan. Daerah yang tepat dengan nyeri tekan pada abdomen, bisa ditentukan dengan pasti dengan palpasi secara halus dengan satu jari tangan

Palpasi abdomen perlu diikuti dengan pemeriksaan pada daerah pinggang, angulus costovertebralis dan bagian bawah cavum thoracis. Gunakanlah hanya satu jari saja untuk memeriksa daerah-daerah ini dengan cermat. Palpasi yang kuat dengan satu jari pada spatium intercostale bagian bawah kadang-kadang akan menimbulkan rasa sakit yang kadang-kadang mudah dikelirukan dengan kelainan-kelainan di atas diaphragma. Pada pemeriksaan rasa nyeri di daerah costovertebral, pemeriksa menggunakan satu jarinya untuk meraba daerah antara columna vertebralis dan costa keduabelas (Gb. 2-6). Rasa sakit di daerah ini pathognomonis untuk proses peradangan ren, sedangkan rasa nyeri tekan lebih lateral di atas costa-costa atau di atas tepi pinggang dapat menjadi tanda berbagai keadaan.

Gambar 2.6. Dalam memeriksa nyeri tekan pada daerah angulus costovertebralis maka jari pemeriksa secara tepat harus diletakkan di antara costa keduabelas dan otot-otot vertebral.

Penemuan suatu massa. Pemeriksa sudah menetapkan tempat nyeri tekan tadi tanpa menimbulkan kesakitan pada penderitanya. Juga sudah ditentukan adalah spasme otot-otot dinding perut dan bagaimana luasnya. Setelah ini dicoba melakukan palpasi abdomen secara lebih dalam. Kalau ada kekakuan otot-otot dinding perut, palpasi ini tidak akan dapat kita lakukan. Tetapi walaupun tidak ada kekakuan kita tetap sukar meraba alat-alat atau massa dalam perut kalau ada rasa nyeri pada penderita. Akan tetapi, dengan palpasi yang sangat lembut tanpa menyakiti penderita sehingga timbul kekakuan yang disengaja, seorang klinikus yang berpengalaman dapat menemukan dengan tegas batas-batas massa yang nyeri tekan seperti vesica fellea yang tegang atau abscess appendicitis.

Perlu kita adakan palpasi pada akut abdomen untuk ke dua kalinya setelah pemberian morphine atau di kamar bedah setelah dinarkose. Jika selalu taat pada peraturan ini maka massa-massa yang tadinya terabaikan sering dapat diketahui. Juga, cara ini memungkinkan penilaian yang jauh lebih tepat tentang sifat massa yang sudah diketahui.

Pemeriksaan Pelvis dan Rectum 9,1Ini dilakukan paling akhir, tetapi jangan sekali-kali dilupakan. Kelainan pada cavum Douglasi lebih mudah kita raba dengan posisi lithotomi daripada posisi lateral. Palpasi pada rectum dan cavum Douglasi hendaknya kita lakukan secara sistematis; dengan cara ini lokasi rasa nyeri yang tepat dapat ditentukan dan ini dapat menjadi keterangan yang berarti dalam menegakkan diagnosis. Juga prostat dan vesicula seminalis perlu diperhatikan sebab peradangan pada alat-alat ini mempunyai gejala seperti akut abdumen. Pada wanita, pada pulsasi bisa dijumpai pulsasi arteria uterina yang meningkat yang merupakan tanda kehamilan atau krepitasi pada ligamentum latum yang terjadi pada cellulitis bacillus gas sesudah suatu septik abortus. Diagnosis yang benar dan kadang kadang keselamatan jiwa penderita bisa tergantung pada hal-hal terperinci semacam itu. Pemeriksaan pelvis dan rectum supaya diulangi sekali lagi setelah diadakan narkose, jika ada alasan untuk menunjukkan lesi pelvis.Pemeriksaan pemeriksaan Khusus 9, 6

Ada beberapa pemeriksaan khusus untuk penyakit-penyakit tertentu. Nyeri batuk.

Rebound tenderness (Nyeri tekan lepas). Rasa nyeri ditimbulkan dengan tekanan yang kuat pada abdomen di tempat yang jauh dari proses inflamasi yang kita curigai, kemudian tekanan kita lepaskan dengan tiba-tiba. Tatkala dinding abdomen kembali ke posisi semula, rasa sakit terjadi pada tempat tekanan maupun tempat inflamasinya sendiri. Nyeri tekan lepas yang disebarkan ke sisi lain, yang merupakan sisi lesi, merupakan bukti penyokong yang bermanfaat akan adanya iritasi peritoneal akut yang terbatas di daerah nyeri. Sama bermaknanya dengan nyeri batuk tadi dan lebih dapat dipercaya karena nyeri tekan lepas ini ada, meski tidak ada nyeri batuk.

Nyeri tekan lepas yang terdapat dimana-mana menunjukkan iritasi peritoneal yang difus. Tidak perlu mengerjakan pemeriksaan pada peritonitis difusa yang jelas, sebab tindakan ini akan memperberat rasa nyeri si penderita. Pada kasus-kasus yang meragukan terutama penderita-penderita gemuk dengan otot yang tebal dan omentum yang tebal, "rebound phenomen" sangat berharga untuk menentukan luasnya proses-proses radang.

Iliopsoas test. Penderita diminta memfleksikan articulatio coxae melawan tahanan yang kita berikan (Gb. 2-7). Kalau ada proses radang yang letaknya dekat dengan muscuius psoas, dengan pemeriksaan tadi penderita akan merasa sakit. Gangguan dalam derajat rendah dapat diketahui dengan menyuruh panderita berbaring pada sisi yang berlawanan dan mengextensikan paha pada posisi yang terkena seluas-luasnya.

Gambar 2.7. Iliopsoas test

Obturator test. Di sini paha dilipat 90 kemudian diadakan endorotasi dan exorotasi (Gb. 2-8). Rasa nyeri pada hipogastrium dapat ditimbulkan jika ada massa radang yang letaknya bersentuhan dengan m. obturator internus. Hal ini mungkin positif jika ada appendicitis pelvis ataupun timbunan cairan atau darah dalam pelvis.

Gambar 2.8 . Obturator test.

Perkusi tinju pada dinding thorax anterior bawah (Gb. 2-9). Hasil positip terdapat pada bermacam-macam keadaan termasuk hepatitis akut. Tanda ini juga positif jika ada cholecystitis akut. Ini merupakan keterangan penyokong yang bermanfaat.

Gambar 2.9 Perkusi dengan genggaman tangan (Tinju) pada dinding thorax anterior bagian bawah. Intensitas pukulan dapat dikontrol dengan baik dan memungkinkan untuk melaksanakan cara meneuver ini dengan kelembutan. penderita akan merasakan rasa sakit sekejap yang tajam pada keadaan di mana ada proses inflamasi akut di bawah diaphragma atau hepar pada sisi kanan atau di sekitar lien dan lambung pada sisi kiri

Nyeri tekan kontralateral. Kadang-kadang sukar membedakan penyakit intrathoracal yang menyebabkan nyeri abdominal dengan rigiditas atau proses peradangan akut pada abdomen kuadran atas. Tekanan pada sisi berlawanan yang agak dalam menuju ke arah sisi yang terkena akan memberikan rasa sakit kalau proses ini intraabdominal, sedang kalau prosesnya di atas diaphragma tidak akan memberi rasa sakit.

Inspiratory arrest (Murphy). Ini ciri khas pada cholecystitis akut. Penderita bernapas panjang pada saat mana kita adakan tekanan yang dalam pada dinding abdomen kira-kira di daerah vesica fellea. Kalau hepar turun maka vesica fellea akan teraba oleh jari kita dan penderita akan merasakan suatu nyeri yang hebat dengan akibat pernapasan segera berhenti. Dapat positip pada hepatitis akut atau hepar kongestif, akibat kegagaian jantung akut.Perubahan warna umbilicus (cullen). Warna kulit umbilicus yang kebiru-biruan mungkin terlihat jika ada hemoperitoneurn yang luas. Ini biasanya merupakan petunjuk mengenai suatu kehamilan ektopik yang ruptur. Tetapi tanda ini juga positif pada setiap keadaan di mana ada darah yang banyak pada cavum peritonii. Tetapi "Cullen" yang negatif bukan berarti tidak adanya perdarahan intraperitoneal.92.3.3. Pemeriksaan Penunjang 6, 7, 8

2.3.3.1. Pemeriksaan Laboratorium

Hitung darah lengkap dan elektrolit serum rutin dilakukan pada pasien yang menderita nyeri abdomen. Inflamasi intra abdominal dapat meningkatkan peninggian leukosit meskipun itu tidak selalu benar. Bahkan yang lebih penting dari hitung darah awal adalah kecenderungan ke arah peningkatan hitung leukosit progresif, yang menunjukkan progresivitas proses peradangan atau sepsis. Pergeseran ke kiri pada hapusan darah tepi merupakan indikasi kuat lain bagi keadaan peradangan dibandingkan dengan hitung leukosit.

Jika pasien mengalami dehidrasi,riwayat muntah dan diare atau jika mereka menkonsumsi obat seperti diuretik yang dapat meningkatkan jumlah serum elektrolit, seperti konsentrasi serum sodium, potassium, nitrogen urea darah, kreatinin,glukosa, klorida, dan karbondioksida. Sebagai tambahan, pemeriksaan laboratorium ini dapat mendeteksi diabetes, gagal ginjal, atau penyakit sistemik lainnya. Pemeriksaan serum amilase dan lipase dapat membantu mengevaluasi nyeri perut atas akibat pankreatitis. Meskipun peningkatan serum amilase menyertai pankreatitis tetapi bisa juga menyertai penyakit lain seperti perforasi ulkus duodenumdan obstruksi usus. Pasien dengan nyeri perut kanan atas harus dilakukan pemeriksaan bilirubin,alkaline phosfatase,dan serum transaminase karena kemungkinan dari obstruksi jaundice atau hepatitis akut.

Pemeriksaan urine penting dilakukan dan memberikan informasi klinik bermanfaat. Urinalisis dapat mendeteksi kemungkinan infeksi traktus urinarius, hematuria,proteinuria, atau hemokonsentrasi. Wanita dengan usia subur yang menderita akut abdomen atau hipotensi harus memeriksa konsentrasi serum atau urine human chorionic gonadotropin. 82.3.3.2 Pemeriksaan X-Ray 6, 7, 8

Film yang didapat dalam seri abdomen akuta secara tradisional merupakan tes konfirmasi yang terlazimdimintapadapasienini.

Foto polos masih berguna di beberapa penyakit. X-Ray dapat mendeteksi pneumoperitoneum lebih baik daripada pemeriksaan radiographic lainnya. Pemeriksaan foto thorax tegak dapat mengetahui adanya udara 1 cm dari diafragma yang masuk ke cavitas peritoneal. Untuk beberapa pasien yang tidak dapat berdiri pemeriksaan abdomen dengan sikap dekubitus lateral juga dapat mengetahui pneumoperitoneum. Gambaran radiografi dengan posisi pasien miring ke kiri dapat mendeteksi 5 10 ml udara di bawah dinding abdominal lateral. Udara bebas dalam cavum peritoneal menunjukkan adanya perforasi pada saluran pencernaan. Perforasi ulkus duodenum biasanya menimbulkan udara masuk ke dalam cavum peritoneal. Sekitar 75 % pasien dengan perforasi ulkus duodenum secara radiografis menunjukkan adanya pneumoperitoneum. Perforasi lambung dan colon dapat menyebabkan pneumoperitoneum yang luas. Jumlah pneumoperitoneum juga tergantung pada lama dan kebocoran perforasi. Foto polos abdomen dapat menunjukkan gambaran pneumoperitoneum yang luas. Gambaran filmnya menunjukkan perbedaan lapisan serosa dan mukosa dari dinding usus artinya udara bebas terletak pada permukaan serosa. Hidropneumoperitoneum ekstensif tampak sebagai gambaran air fluid level. Posisi supine dapat menunjukkan kumpulan udara di antara dinding abdomen yang tidak tampak pada usus.

Foto polos dapat juga menunjukkan kalsifikasi abnormal. Sekitar 10 % batu empedu dan 90% batu ginjal mengandung kalsium yang cukup yang memberikan gambaran radioopak. Appendicolith dapat mengkalsifikasi dan secara radiografis tampak pada 5 % pasien appendicitis. Kalsifikasi pankreatitis yang ditandai dengan pankreatitis kronis tampak pada foto polos, dan kalsifikasi vaskuler dapat membantu evaluasi aneurisma aorta abdominal, aneurisma areteri visceral, dan atherosklerosis pembuluh darah visceral.

Foto polos abdomen posisi telentang dan tegak dapat menunjukkan obstruksi gaster; obstruksi usus halus proksimal, tengah, dan distal; dan obstruksi colon.

Gambar 2.10. A. Volvulus caecum. B, Batu empedu. C, Kalsifikasi pankreas D. Udara dalam vena porta dan garis lemak peritoneum dikaburkan. E. Udara bebas dalam abdomen.

2.3.3.3. Ultrasonografi 6, 7, 8

Pemeriksaan Ultrasonografi berguna pada pasien dengan nyeri akut abdominalkarena dapat memberikan evaluasi yang cepat, aman, murah pada hepar, kandung empedu, ductus biliaris, limpa,pankreas, appendix, ginjal, ovarium, dan uterus. USG transabdominal dan intravaginal dapat membantu evaluasi ovarium, adneksa dan uterus. USG juga dapat mendeteksi distribusi cairan intra abdominal. USG Color Doppler membantu evaluasi pembuluh darah intra abdominal dan retroperitoneal. Aneurisma arteri aorta dan visceral, thrombosis vena, fistula arteriol venosu, dan kelainan vaskular lainnya dapat di evaluasi dengan ultrasound. Sayangnya dengan pasien abdominal akut biasanya terdapat banyaknya udara pada abdomen yang mengganggu gambaran sonografi organ abdomen, tetapi tulang udara dan lemak tidak mengganggu gambaran CT-Scan. Karena itu CT menjadi pemeriksaan yang utama pada akut abdomen.2.3.3.4. CT-Scan 6, 7, 8

Pemeriksaan CT Scan segera untuk abdomen sekarang sering dilakukan. Pemeriksaan ini terbukti sangat berguna untukmengevaluasi keluhan abdomen pada pasien yang belumjelas indikasinya untuk laparotomi atau laparioskopi. CT-Scan sangat berguna dalam mengidentifikasi udara bebas intraperitoneal yang sangat sedikit dan lokasi daerah inflamasi yang memerlukan tindakan operasi segera ( appendicitis, abscess tubovarian ) atau tunda operasi ( divertikulitis,pankreatitis,abscess hepatikum). 2.4 . Differensial Diagnosis 6,7,8, 3Kelainan Pada Saluran pencernaan :

Nyeri abdomen yang nonspesifik

Appendicitis

Obstruksi usus halus dan usus besar

Perforasi ulkus peptikum

Hernia incarcerataPerforasi usus

Diverticulum Meckel

Boerhaave's syndrome Diverticulitis

Inflammatory bowel disorders

Mallory-Weiss syndrome

Gastroenteritis

Gastritis akut

Adenitis mesenterica

Infeksi parasit

Kelainan pada hepar,limpa dan traktus biliaris

Cholecystitis akut

Cholangitis akut

Hepatic abscess

Ruptur tumor heparRuptur spontan limpaInfark splenicus

Kolik biliaris

Hepatitis akut

Kelainan pankreas

Pancreatitis akut

Kelainan saluran kemih

Kolik ureter atau ginjal

Pyelonephritis akut

Cystitis akut

Infark Renalis

Kelainan ginekologis

Ruptur kehamilan ektopikTumor Ovarium

Ruptur kista folikel ovariumSalpingitis akut

Dysmenorrhea

Endometriosis

Kelainan vaskuler

Ruptur aneurisma aorta dan visceral

Colitis iskhemik akut

Thrombosis mesenterica

Kelainan peritoneal

Abscess intra abdominal

Peritonitis primer

Peritonitis tuberculosa

Kelainan retroperitoneal

Perdarahan peritoneal

2.4.1. Tanda- tanda pada penyakit yang paling sering terjadi pada akut abdomen . 1Tanda- tanda pembeda pada nyeri abdomen bagian atas :Appendicitis akutCholecystitis akutPerforasi ulkus peptikumPankreatitis akutPneumonia dan PleurisyOklusi coronary

Umur Biasanya < 40 tahun> 40 tahun30 50 tahun30 50 tahunSemua umur> 40 tahun

Jenis kelaminPria = WanitaWanita , gemukJarang pada wanitaTerutama pada wanitaPria = WanitaPria

Nyeri Epigastric; menjalar ke RLQ; sejalan dengan penyebarannyaHebat; menjalar ke punggung dan bahu; berkurang dengan antispasmodik60 70 % ada riwayat ulkus; onsetnya tiba-tiba; nyerinya terus menerus; Onsetnya tiba-tba setelah makan banyak; nyerinya hebat dan konstan; menjalar ke punggungPada abdomen bagian atas, tidak terlokalisasi; diperingan dengan membelat otot pernapasanMenusuk; menjalar ke bahu dan lengan kiri

Muntah Tidak ada, namun selalu terjadi anoreksiaBanyak muntahTidak banyak muntahSelalu Tidak ada Reflex

Penampilan Tidak nyeri sampai terjadi peritonitisTampak lelah karena nyeriTampak kesakitan; tidak menggerakkan perutnya; tampak shockTampak kesakitan,terlihat shock bila terjadi nekrosisTampak gelisah;pernapasan gruntingDyspnea; sianosis; gelisah sekali; berkeringat; tekanan darah subnormal

Suhu 99 100F; dapat lebih tinggi setelah terjadi perforasi99 102 FsubnormalSubnormal saat onset; selanjutnya bervariasi100 103 FNormal sampai subnormal

Rasa tidak enakTerlokalisasi di RLQTerlokalisasi di RUQDiffuse . banyak pada abdomen bagian atas,kakau seperti papan, tidak ada suara peristaltikEpigastric; rebound; menurunnya suara peristaltikEpigastric; tidak menetap; tidak ada pembatasan gerakan pernapasan abdominalBagian atas abdomen; tapi dapat berubah dan tidak menetap

Laboratorium Leukositosis LeukositosisLeukositosisMeningkatnya serum amilaseSangat leukositosisLeukositosis, EKG sangat membantu

X-RayTidak ada gunanyaDapat menunjukkan batu atau kantung empedu yang tidak terlihatUdara bebas pada 85% 4 jam setelah onsetSentinel Loop usus halusX-Ray thorax dilakukanTidak ada gunanya.

Tanda- tanda pembeda pada nyeri abdomen bagian bawah :

Appendicitis acutaObstruksi ureterSalpingitis acutaKehamilan ektopikDiverticulitis

Umur Biasanya < 40 tahun< 40 tahun< 40 tahun< 40 tahun> 40 tahun

Jenis kelaminPria = WanitaPria = WanitaWanita Wanita Pria

Nyeri Epigastric; berpindah ke RLQ; konstan dengan eksaserbasiBerat; seperti ditusuk; dimulai dari area lumbar; menjalar ke daerah scrotum; dysuria; frekuensiDull; nyeri tetap di LQ; serangan berulang; nyerinya hebat; sakit punggung; dysuriaTajam; seperti ditusuk ( biasanya tidak terdiagnosis sampai terjadi ruptur )Kram, nyeri LLP; diare

Menstruasi --Tidak berubah atau menorrhagiaTidak menstruasi; 15 25 % tidak teratur-

Suhu 90 100 F sebelum perforasiNormal 99 102 FNormal 99 101 F

Rasa tidak enak Terlokalisasi di RLQ; berulang Costovetebral; tidak di abdomenBilateral LQ; suprapubic; berulangUnilateral LQ; berulangLLQ; berulang; massa +/- , distensi +/-

Pemeriksaan pelvis dan RectalRasa tidak nyaman di sebelah kanan-Rasa tidak nyaman pada pergerakan cervix; pengeluaran purulentRasa tidak nyaman yang sedang pada pergerakan cervix; keluar darah ( berwarna coklat kehitaman )-

Laboratorium Sedimen normal; leukositosisHematuria; leukositosis -Kultur cairan vagina atau cervix postif untuk gonococcus; sedimen sedikit meningkatAschheim- Zondek bisa positif atau tidak; pungsi cul de sac terdapat darahLeukositosis

X-RayTidak berguna95 % melihat batu; Pyelogram IV dapat membantuTidak membantuTidak membantuTidak membantu meskipun barium X ray dapat menunjukkan diverticulosis

2.5 Penatalaksanaan Akut Abdomen 2.5.1. Penatalaksanaan secara umum 121. Puasa

2. Dekompresi lambung dengan cara pemasangan NGT

3. Rehidrasi dengan pemasangan infus

4. Pemasangan Kateter

5. Pemeriksaan Laboratorium:

- Darah rutin

- Amilase, Lipase

- Na, K

- Ureum, Kreatinin

- GDS

6. Rontgen

Foto 2 posisi : - BNO Tegak

- BNO Datar

atau

- LLD

- BNO Datar

Foto 3 posisi : - BNO Tegak

LLD

BNO Datar

2.5.2. Penatalaksanaan akut abdomen berdasarkan kegawatan dan gejala klinis 1Prioritas Mekanisme Gambaran klinik Penatalaksanaan

I.Nyeri, kolaps, shock ( catastrophic ) seperti ulkus perforasi,ruptur kehamilan ektopik, pankreatitis akut, thrombosis mesenterica, ruptur aneurisma dan lain-lain.Perforasi,hemorrhage, thrombosis,nekrosisNyeri hebat tiba-tiba, shock atau tahap seperti shock, perasaan tidak enak di abdomen, tegang,reaksi sistemik yang hebat, silent abdomenResusitasi segera dan tindak suportif, operasi segera jika ada indikasi

II.Nyeri ( intermittent ), colic seperti obstruksi intestinal akut, kolik obstruksi biliaris, kolik uereter.Obstruksi dari organ muskular yang lemah ( otot polos ), strangulasi dapat impending atau adaNyeri kram rekuren, muntah, distensi, noisy abdomen, reaksi sistemik yang ringan sampai berat, -Ray dapat digunakanTegakkan diagnosis jika memungkinkan, koreksi keseimbangan sistemik, operasi segera jika ada indikasi

III.Nyeri, rasa tidak enak, inflamasi seperti appendicitis akut, cholecystitis akut, diverticulitis akut, salpingitis akutIritasi oleh bakteri, kimia, faktos ischemicNyeri yang bervariasi, biasanya meningkat, rasa tidak nyaman yang terlokalisasi,lalu diffuse dengan ruptur, spasme otot, biasanya terdapat massa, reaksi sistemik dari yang sedang sampai berat.Diagnosis klinik biasanya memungkinkan, operasi segera pada appendicitis, persiapkan waktu untuk semua terapi( cairan, antibiotik,operasi )

2.5.3. Penyakit spesifik penyebab akut abdomen berdasarkan kategori dari kegawatan dan kebutuhan 1, 4Operasi Non Operasi

Catastrophe ( Prioritas I )Ruptur organ yang lemah yang spontan atau trauma ( ulkus peptikum, kehamilan ektopik ) dengan perdarahan hebat.

Ruptur organ yang solid terutama trauma ( limpa, hati, ginjal )

Oklusi vaskular akut ( kerusakan mesenterika, obstruksi stragulasi )

Perdarahan hebat, ulkus peptikum, varises oesophagus.

Pankreatitis akut

Thrombosis coronary

Dissecting aneurysm ( dengan diagnosis cepat dan keadaan yang memungkinkan dapat dilakukan operasi )

Colic ( prioritas II )Obstruksi intestinal akut

Appendicitis acuta ( kolik dari fecolith pada lumen )Kolik biliaris, kolik renal,gastroenteritis,impaksi fecal

Inflamasi ( Prioritas III )Appendicitis akut

Cholecystitis akut

Diverticulitis akutAdenitis mesenterica

Enteritis regional

Pelvic Inflammatory Disease

Ruptur folikel ovarium (Mttelschemrz )

Infeksi traktus urinarius

Pneumonia dan pleuritis

2.6. Peritonitis

2.6.1. Definisi

Peritonitis adalah inflamasi yang terjadi pada sebagian atau seluruh peritoneum.11Peritonitis adalah penyebab tersering utama kematian pada akut abdomen. Organisme yang infeksius dapat mencapai peritoneum melalui cara berikut :101. Melalui luka dari dinding abdomen

2. Melalui aliran darah.

3. Dari visceral abdomen ( penyebab tersering )

4. Melalui diafragma ( sangat jarang ) atau penyebaran limfatik (sangat jarang ).Organisme tersering dari darah adalah pneumococcus, yang dapat menyebabkan keadaan peritonitis primer. Organisme dapat mencapai peritoneum dari viscera melalui ( 1) Ruptur viscera (2) melalui dinding viscera yang rusak. Pada wanita terdapat jalur tambahan yaitu melalui tuba fallopi yang terinfeksi. Kadang kadang terdapat abscess lokal yang berasal dari ekstra atau intraperitoneal dari organ yang sakit, yang akhirnya akan pecah sehingga masuk ke cavum peritoneum dan menyebabkan peritonitis. 102.6.2. Etiologi 10

1. Perforasi

Appendix vermiformis

Ulkus gaster atau duodenum

Ulkus typhoid atau tuberculosis dari usus halus

Divertikulum pada colon

Kandung empedu atau duktus biliaris

2. Ganggren

Intussusepsi

Volvulus

3. Penyebaran infeksi dari

Pyosalpinx

Uterus yang terinfeksi

Pyonephrosis

4. Ruptur dari

Abscess hati

Abscess limpa

Bentuk peritonitis lain yang jarang dapat terjadi dari masuknya empedu atau urine ke dalam cavum peritoneal.

2.6.3. Gejala dan Tanda 10

Gejala peritonitis sangat bervariasi tergantung dari bagian dan luas peritoneal yang terkena, sumber infeksi, dan onset.

Gejalanya berupa :

1. Nyeri yang hebat di abdomen

2. Muntah

3. Mual 4. Demam Pada pemeriksaan fisik didapatkan : 9, 11Inspeksi :

Penderita tampak sakit, gelisah, wajahnya pucat

Posisi pasien tidak bergerak / takut bergerak karena semakin sakit

Perut terlihat tegang

Pernapasan cepat dan dangkal

Auskultasi :

Bising usus menurun / hilang

Perkusi :

Nyeri perkusi

Pada peritonitis Tuberculosa ada fenomena papan catur

Palpasi :

Nyeri Tekan

Nyeri lepas

Perut terasa seperti papan

Defence Musculair

Rectal Toucher :

Nyeri pada seluruh lingkaran

2.6.4. Pemeriksaan Penunjang 111. Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin, ditemukan leukositosis

Pemeriksaan Cairan peritoneum (untuk melihat eritrosit,leukosit dan bakteri,bila penyebabnya trauma )

2. Pemeriksaan X- Ray

Ada free air di cavum peritoneum pada posisi BNO tegak dan LLD Ada free air di sub difragma pada foto Thorax AP - Lateral

2.6.5. Penatalaksanaan 11

1. Puasa

2. Dekompresi dengan pemasangan NGT

3. Rehidrasi dengan pemasangan infus

4. Pemberian Oksigen

5. Pemasangan kateter

6. Pemberian Antibiotik Broad Spektrum intravena

7. Operasi

BAB IIIKESIMPULANKeadaan akut abdomen ditandai dengan nyeri abdomen yang sangat hebat dan tiba-tiba yang dapat mengancam nyawa, yang tampak pada pasien yang sebelumnya sehat dan berlangsung sedikitnya selama 24 jam dan memerlukan tindakan operasi. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung kepada kemampuan menentukan analisis yang baik dari data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperoleh karena banyaknya kemungkinan penyebab akut abdomen agar dapat segera diberikan penatalaksanaan yang tepat.DAFTAR PUSTAKA1. http://www.ece.ncsu.edu/imaging/MedImg/SIMS/Module2/GE2_4.html2. http://en.wikipedia.org/wiki/Acute_abdomen)

3. http://www.vin.com/proceedings/Proceedings.plx?CID=WSAVA2003&PID=pr06540&O=Generic

4. http://www.gehealthcare.com/usen/education/proff_leadership/products/msucmea.html

5. http://www.netterimages.com/image/1648.htm

6. Lawrence W. Way, Gerard M. Doherty. 2003.Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. Vol I.Mc Graw-Hill companies. California. Hal 503 516.

7. Michael J. Zinner, Seymour I. Schwartz, Harold Ellis. 2001. Maingots Abdominal Operations. Tenth Edition. Vol I. Singapore; Mc Graw-Hill International. Hal 351 359

8. Tomnsend, Beauchamp, Evers, Mattox.2004. Sabiston Textbook of Surgery,The Biological Basis of Modern surgical Practice. 17 edition. Philadelphia, Pennsylvonia. Elsevier saunders. Hal 1219 12399. Dunphy J. Englebert, Botsford T W. 1998. Pemeriksaan Fisik Bedah. Edisi 5. W B Saunders Company. Philadelphia. Hal 172 181

10. Cope, Zachary. 2005. Early Diagnosis of The Acute Abdomen. Edisi 21. Oxford University Press. New York. Hal 233 241

11. http://en.wikipedia.org/wiki/Peritonitis#Treatment12. http://puskesmaspalaran.wordpress.com/saran/

PAGE 38