PSIKOPATOLOGI

8
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI I. KEADAAN UMUM Kesadaran : Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik pada otak. Kesadaran berkabut adalah berkurangnya kesiagaan terhadap lingkungan secara meyeluruh. Pasien mungkin tidak dapat memusatkan perhatian kepada stimulus lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau perilaku yang mengarah ke tujuan. Sikap: Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, jertarik, blak-blakan, seduktif, defensif, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu, menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati; semua kata sifat dapat digunakan disini. Tingkah laku : Sekumpulan tingkah laku yang ditonjolkan oleh manusia dan dipengaruhi oleh budaya, sikap, emosi, nilai, etika, autoriti, hubungan baik, hipnosis, paksaan, dan /atau genetik. Ekspresi Fasial : Segala manifestasi dan cara untuk melahirkan proses-proses mental dan emosional individu. Verbalisasi dan cara bicara : Penggunaaan kata dan kalimat yang tepat atau tidak tepat serta cara bicara lancar, kurang lancar atau tidak lancar. Kontak psikis : Daya kemampuan individu untuk mengadakan hubungan mental dan emosional yang wajar dengan orang lain dalam jangkauan waktu yang cukup lama. Perhatian : Jumlah usaha yang dikeluarkan untuk memfokuskan diri pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan fokus pada suatu aktivitas; kemampuan berkonsentrasi. Inisiatif : Kekuatan atau kemampuan untuk memulai atau meneruskan suatu perbuatan dengan penuh energi tanpa petunjuk dari yang lain, atau atas kehendak sendiri.

description

artikel

Transcript of PSIKOPATOLOGI

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

I. KEADAAN UMUM Kesadaran : Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan organik pada otak. Kesadaran berkabut adalah berkurangnya kesiagaan terhadap lingkungan secara meyeluruh. Pasien mungkin tidak dapat memusatkan perhatian kepada stimulus lingkungan atau mempertahankan pemikiran atau perilaku yang mengarah ke tujuan. Sikap: Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, jertarik, blak-blakan, seduktif, defensif, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu, menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati; semua kata sifat dapat digunakan disini. Tingkah laku : Sekumpulan tingkah laku yang ditonjolkan oleh manusia dan dipengaruhi oleh budaya, sikap, emosi, nilai, etika, autoriti, hubungan baik, hipnosis, paksaan, dan /atau genetik. Ekspresi Fasial : Segala manifestasi dan cara untuk melahirkan proses-proses mental dan emosional individu. Verbalisasi dan cara bicara : Penggunaaan kata dan kalimat yang tepat atau tidak tepat serta cara bicara lancar, kurang lancar atau tidak lancar. Kontak psikis : Daya kemampuan individu untuk mengadakan hubungan mental dan emosional yang wajar dengan orang lain dalam jangkauan waktu yang cukup lama. Perhatian : Jumlah usaha yang dikeluarkan untuk memfokuskan diri pada bagian tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan fokus pada suatu aktivitas; kemampuan berkonsentrasi. Inisiatif : Kekuatan atau kemampuan untuk memulai atau meneruskan suatu perbuatan dengan penuh energi tanpa petunjuk dari yang lain, atau atas kehendak sendiri.

II. KEADAAN SPESIFIKA. Keadaan Alam Perasaan1. Keadaan Afektif : Afek didefinisikan sebagai reponsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat kongruen atau tidak kongruen dengan mood. Afek dapat dideskripsikan sebagai dalam kisaran normal, menyempit, tumpul, atau datar.2. Hidup Emosi Stabilitas : Ketetapan dalam bereaksi/tidak terlampau terbawa oleh hidup emosi yang timbul dalam hatinya. Pengendalian : sejalan dengan stabilitas, pengendalian normal harus bisa ditunjukkan secara wajar. Kadang-kadang bisaditemukan : hampa hidup emosinya, hatinya dapat tergoncang karena suasana sedih/gembira, tak mau terpengaruh oleh rasa benci dan cinta, menguasai dirinya secara berlebih dan ocer formalistik. Echt-unecht : Mengenai perbedaan apakah sesuatu hidup emosi itu sungguh-sungguh (echt) atau tak sungguh-sungguh (unecht). Diperoleh saat pasien memberikan ekspresi daripada perasaannya. Einfuhlung : Adanya kemampuan dari pihak pemeriksa untuk merasakan hidup emosi yang dialami dan dihayati oleh penderita. Dalam dangkal : Adakalanya berbagai kejadian emosional dangkal seolah-olah tanpa berbekas. Sebaliknya dalam adalah hidup emosional dalam hidup manusia yang sangat mendalam dan berkesan dalam hati yang bersangkutan. Skala Differensiasi : luas sempitnya skala differensiasi hidup emosi manusia erat hubungannya dengan didikan intelektualnya dan matangnya daripada kepribadian yang bersangkutan. Arus Emosi : Perasaan yang mengalir melalui suatu arus tertentu. Normalnya : hidup emosi terjadi cukup cepat dan lincah. Jika menyimpang, bisa lebih lambat secara perlahan-perlahan saja.

B. Keadaan dan fungsi intelek Daya ingat : Daya kemampuan seseorang individu untuk memproduksi hal ikhwal tertentu yang telah terjadi di masa yang lampau. Daya konsentrasi : Daya kemampuan seseorang individu untuk memusatkan pikiran atau perhatiannya terhadap sesuatu hal yang tercapai dalam keadaan sadar. Orientasi : Daya kemampuan individu untuk mengetahui dan menjelaskan relasi (hubungan) dan limitasnya (batas hubungan itu) terhadap dunia sekelilingnya secara temporal, personal, dan spatial. Luas pengetahuan umum dan sekolah : Apakah pengetahuannya yang sekarang sesuia dengan tingkatan sekolahnya/pengetahuan umumnya. Discriminative Insight : Tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien dapat menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mingkin menunjukkan sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal, atau bahkan faktor organik. Dugaan taraf inteligensia : Kemampuan untuk memahami, mengingat kembali, memobilisasi, dan mengintegrasikan secara konstruktif pelajaran di masa lalu dalam menghadapi situasi baru. Discriminative judgement : Kemampuan untuk mengkaji suatu situasi dengan benar dan bertindak sesuai situasi tersebut. Kemunduran intelek : Intelek adalah kemampuan individu untuk menerima dan mencernakan luas pengetahun di sekolah dan variasi pengalaman yang diperolehnya sepanjang hidup.

C. Kelainan sensasi dan persepsi Ilusi : Persepsi atau interpretasi yang salah akan stimulus sensorik eksterna yang nyata. Halusinasi : Persepsi sensorik palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus eksternal yang nyata; mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas pengalaman halusinasi tersebut namun mungkin pula tidak.

D. Keadaan proses berpikir1. Kecepatan proses berpikir : Proses berpikir adalah suatu proses intra psikis yang meliputi pengolahan daripada berbagai pikiran dan paham, dengan jalan membayangkan, memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan paham yang baru. Kecepetan proses berpikir itu dapat berlangsung secara normal, dipercepat (seperti dalam keadaan manik) atau diperlambat (seperti dalam keadaan depresi), juga suatu kecepatan yang tanpa mengenal hambatan dapat dijumpai pula.2. Mutu proses berpikir Jelas dan tajam : dalam keadaan normal, proses berpikir berlangsung secara jelas dan tajam, tidak berbelit-belit atau bercabang-cabang. Sirkumstansial : Gaya bicara tak langsung yang terlambat mencapai poin tertentu namun akhirnya dapat berangkat dari poin asal ke tujuan yang dikehendaki; ditandai oleh detail dan kata-kata sisipan yang berlebihan. Inkoheren : Pikiran yang secara umum tidak dapat dipahami; pikiran atau kata-kata yang keluar tanpa hubungan logis maupun tidak sesuai tata bahasa, mengakibatkan disorganisasi. Terhalang ; Interupsi alur pikiran secara mendadak sebelum suatu pikiran atau ide tuntas; setelah jeda sejenak, seseorang tampak tidak ingat hal yang sedang atau akan dikatakan. Terhambat ; apabila terdapat suatu hambatan yang melambatkan arus berpikir itu, walaupun masih dapat dilanjutkan. Meloncat loncat : Permainan kata-kata atau verbalisasi kontinu dan cepat yang menghasilkan perpindahan konstan dari satu ide ke ide lain; ide cenderung berhubungan dan pada keadaan yang tidak begitu parah, pendengar masih dapat mengikutinya. Verbigerasi : Pengulangan kata atau kalimat tertentu tanpa makna. Perseveratif : Respon yang menetap terhadap stimulus sebelumnya meski telah diberikan stimulus baru; sering disebabkan gangguan kognitif.

3. Isi pikiran Pola sentral : terpusat pada satu pikiran yang tetap walaupun telah dialihkan ke hal yang lain, pasien tetap pada pikirannya tersebut. Fobia : Kengerian patologis yang tidak bervariasi, berlebihan, tidak rasional, dan menetap akan suatu stimulus atau suatu situasi spesifik; sehingga timbul hasrat yang kuat untuk menhindari stimulus yang ditakuti tersebut. Obsesi : Menetapnya secara patologis suatu pikiran atau perasaan kuat yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran dengan usaha yang logis; dikaitkan dengan ansietas. Delusi : Kepercayaan yang salah, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang realitas eksterna, tidak konsisten dengan latar belakang inteligensi dan budaya pasien; tidak dapat dikoreksi dengan penalaran. Kecurigaan : merupakan bentuk waham yang lebih ringan, dimana ide atau perasaan menjadi patologis, peristiwa tertentu dan perbuatan-perbuatan tertentu dari orang lain mempunyai hubungan dengan dirinya. Konfabulasi : Pengisian kekosongan memori secara tidak sadar dengan pengalaman yang dibayangkan atau bukan yang sebenarnya yang dipercayai seseorang namun hal tersebut tidak sesuai kenyataan. Rasa permusuhan dan dendam : perasaan dendam atau permusuhan yang terus membayangi pasien walaupun telah diyakini bahwa tidak ada seorangpun yang memusuhinya. Persaan inferior : perasaan rendah diri, hina, tidak ada artinya bagi orang laim, dan sebagainya menjadi hal yang selau dipikirkan pasien. Banyak / sedikit ; apakah isi pikirannya banyak atau sedikit bisa diketahui dari cara bicaranya atau juga bisa dilihat dari tulisan dan gambar, dilihat apakah tulisan / gambar sedikit atau banyak. Perasaan bersalah : Emosi yang timbul akibat melakukan sesuatu yang dianggap salah. Hipokondria : Kekhawatiran yang berlebihan akan kesehatan yang tidak didasarkan atas patologi organik yang nyata, melainkan interpretasi yang tidak realistis atas tanda atau sensasi fisik yang dianggap abnormal.

E. Kelainan dorongan instinctual dan perbuatan Abulia : Penurunan rangsang untuk bertindak dan berpikir, akibat sikap tidak peduli akan konsekuensi dari tindakannya; akibat defisit neurologis. Stupor : Kurangnya reaksi atau ketidaksiagaan terhadap sekitar. Raptus : suatu keadaan yang bersifat serangan eksplosif dan sekonyong-konyong tanpa adanya provokasi yang adekuat, sehingga timbul keadaan agitasi yang hebat. Kegaduhan umum : perbuatan yang membuat kacau, membuat perasaan tidak aman pada orang lain disekitanya, dan lain-lain. Deviasi seksual : adanya penyimpangan seksual. Ekhopraksia : Peniruan gerakan seseorang oleh orang lain secara patologis. Vagabondage : petualangan yang patologis, dimana pasien merasa melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya tanpa ia sadari dan ia tak mengetahui tempat apa saja yang telah ia lewati setelah ia sadar. Piromania : Perilaku membuat api secara berulang, disengaja, dan bertujuan. Gambaran terkait mencakup tegangan atau rangsangan afektif sebelum melakukannya; terpesona dengan; berminat pada; rasa ingin tahu mengenai; atau tertarik dengan api dan aktivitas serta perlengkapan yang berkaitan dengan pemadaman api; dan kesenangan, kepuasan, atau perasaan lega saat mebuat api atau ketika menyaksikan atau berpartisipasi setelah kejadian. Mannerisme : Gerakan involunter yang menjadi kebiasaan dan mendarah daging.

F. Anxietas yang terlihat secara overt ; Rasa takut yang timbul akibat antisipasi terhadap bahaya, yang dapat bersifat internal maupun eksternal.

G. Hubungan dengan realita : daaya nilai sosial adalah manifestasi halus perilaku yang dapat membahayakan diri pasien dan bertentangan dengan norma perilaku yang diterima dalam masyarakatnya, apakah dia sadar akan akibat perilakunya dan apakah pengertian akan hal itu mempengaruhi dirinya.

REFERENSI1. Benjamin J.Sadock, Virginia A.Sadock : Buku Ajar Psikiatri klinis edisi 2. EGC; 2012