Psikologis Wanita Hamil Usia Diatas 30 Tahun

download Psikologis Wanita Hamil Usia Diatas 30 Tahun

of 14

Transcript of Psikologis Wanita Hamil Usia Diatas 30 Tahun

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pada prinsipnya jika seorang wanita hamil di atas usia 30 tahun sudah dalam

resiko tinggi, baik buat ibunya maupun buat bayi yang dikandungnya. Resiko atau komplikasi yang sering terjadi pada wanita atau ibu yang hamil di usia 40 tahun atau tepatnya di atas usia 30 tahun adalah hipertensi (Pre Eklampsia), pendarahan saat melahirkan (pendarahan post partum), dan berkurangnya tenaga saat melahirkan. Sedangkan resiko buat janin adalah pertumbuhan janin yang terhambat dan cacat atau kelainan janin (cacat pada bayi yang berkaitan langsung dengan usia ibu adalah Sindroma Down/Down Syndrome yang disebabkan karena kelainan kromosom). Untuk mendeteksi Down Syndrome dapat dilakukan dengan pemeriksaan ultrasonography (USG) dan pemeriksaan darah (kadar Alpha Feto Protein dan Human Chorionic Gonadotropin). Itulah sebabnya dianjurkan usia melahirkan yang aman adalah 25 hingga 30 tahun. Namun pada pasangan yang masih menginginkan anak, hal ini masih dapat ditolerir asalkan selama kehamilan sang ibu harus dalam pengawasan yang baik dan tidak ada kelainan yang membahayakan ibu dan janinnya. Masalah flek yang timbul selama kehamilan harus dipastikan dengan pemeriksaan USG. Bila berdasarkan hasil USG janinnya baik maka kehamilan tersebut dapat diteruskan, namun bila janin yang dikandung tidak berkembang (Blighted Ovum) maka harus dikeluarkan dengan obat atau kuretase. Sementara itu

1

kekhawatiran ibu mengenai sindrom pasca melahirkan (Baby Blues), hal tersebut sangat berkaitan dengan kondisi mental dan lingkungan si ibu. Mengenai jarak kehamilan yang cukup jauh (misal:6 tahun) sebenarnya tidak terlalu bermasalah namun jika saat melahirkan nanti usia si ibu telah 40 tahun maka dokter akan menilai secara keseluruhan, baik ukuran janin, jalan lahir dan kekuatan kontraksi rahim. Banyak wanita yang mempertanyakan mengapa hamil di usia 30-an atau 40-an dianggap memiliki resiko tinggi. Di atas usia 30 tahun, memang ada beberapa resiko yang meningkat baik untuk sang ibu (seperti tekanan darah tinggi dan pre-eklampsia) dan juga untuk sang bayi (seperti resiko Down Syndrome) meningkat tiap tahunnya. Tapi, tanpa mengabaikan resiko-resiko tersebut, wanita yang berusia di atas 30 tahun juga bisa menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sempurna.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini antara lain: a. Bagaimana gambaran Seorang wanita hamil di atas usia 30 tahun? b. Bagaimana kondisi psikologis jika seorang wanita hamil di atas usia 30 tahun dan prosesnya? c. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya?

2

1.3 Tujuan Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk: a. Memperoleh gambaran tentang proses jika seorang wanita hamil di atas usia 30 tahun b. Mengetahui kondisi psikologis seorang wanita hamil di atas usia 30 tahun c. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psikologisnya.

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Resiko Kehamilan Seorang wanita berusia di atas 30 tahun dan sedang hamil, dokter biasanya memperlakukan dengan ekstra hati-hati. Akan diminta untuk check up kehamilan lebih sering, dan lebih diwajibkan untuk menjalani serangkaian tes, konseling genetik dan skrining kendala-kendala yang mungkin terjadi pada wanita hamil usia 30-an. Pilihan proses melahirkan juga biasanya lebih terbatas. Kemungkinan tidak akan disarankan untuk melahirkan di bidan atau rumah bersalin kecil, karena resiko melahirkan lebih besar sehingga akan diminta untuk melahirkan di rumah sakit besar atau rumah bersalin besar. Namun, dengan melakukan perawatan prenatal yang baik, bisa mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan usia persalinan secara signifikan. Kabar baiknya adalah, kebanyakan wanita yang hamil di usia 40-an ternyata berhasil menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sehat pula. Dan wanita hamil pada usia 40-an biasanya lebih berhati-hati terhadap kehamilannya dibandingkan wanita yang lebih muda. Mereka akan lebih mencari dan menyerap informasi dengan baik tentang kondisi-kondisi dan resiko-resiko yang mungkin terjadi pada kehamilan mereka. Mereka biasanya lebih sering bertanya tentang perkembangan janin mereka.

4

2.2 Masalah-masalah utama Ada beberapa masalah yang sering ditemukan dokter pada wanita hamil dengan usia di atas 30 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-masalah pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resikoresiko lainnya adalah resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi melahirkan bayi cacat. Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan tumor otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan lain di dinding uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan vagina saat kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40 tahun, tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem tadi bisa bertambah dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi (kesulitan menahan keluarnya urin), varises, problem-problem pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses melahirkan yang lebih sulit dan lebih panjang. Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 30 tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan, namun pada wanita dengan usia 30 tahun ke atas, resiko ini lebih besar, yaitu 7 dari 1000 kehamilan.

5

2.3 Konseling Genetik Wanita yang hamil dengan usia di atas 30 tahun biasanya juga akan diminta untuk melakukan konseling genetik, atau konseling ini bisa juga dilakukan oleh dokter kandungan. Ada 3 wilayah yang menjadi fokus pada saat melakukan konseling genetik, yaitu sejarah/riwayat reproduksi pasien, riwayat kesehatan keluarga, serta consanguinity, yaitu kondisi genetika yang disebabkan perkawinan antar-saudara. Riwayat reproduksi meliputi apakah pasien pernah hamil, pernah mengalami keuguguran, atau pernah mengalami kematian janin di dalam rahim atau saat proses melahirkan. Selain itu penggunaan metode KB, lama waktu penggunaan KB, dan apakah pasien pernah terpapar zat-zat berbahaya misalnya karena lingkungan pekerjaan juga menjadi informasi yang penting dalam konseling. Riwayat kesehatan keluarga pasien juga penting untuk menentukan apakah kehamilan yang sedang dijalani termasuk kehamilan ber-resiko tinggi atau tidak. Informasi ini mencakup tentang status kesehatan pasien dan pasangan, para saudara kandung pasien dan pasangan, jika ada yang sudah meninggal juga akan ditanyakan penyebab dan usia saat meninggal serta apakah ada yang meninggal sehubungan dengan proses kelahiran (saat melahirkan atau saat dilahirkan). Riwayat kesehatan keluarga akan membantu dokter mengidentifikasi abnormalitas yang telah muncul di keluarga pasien dan membantu memprediksi kemungkinannya untuk muncul pada pasien.

6

2.4 Prenatal Testing Prenatal Testing atau pengujian-pengujian pada saat kehamilan yang dilakukan pada kehamilan beresiko tinggi tidak dapat mendeteksi semua abnormalitas yang mungkin terjadi. Namun abnormalitas kromosom bisa dideteksi pada saat perkembangan janin melalui serangkaian tes seperti amniocentesis, ultrasound, sampling chorionic villus dan fetoscopy. Hasil dari serangkaian pengujian ini akan memberi pilihan bagi pasangan untuk melanjutkan kehamilan atau menggugurkan janin yang dikandung jika ternyata terdeteksi adanya kelainan. Hasil tes-tes ini juga akan menjadi panduan bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan tindakantindakan yang dirasa perlu pada saat kehamilan, kelahiran, dan membantu sang orang tua untuk memberi saran-saran tentang tumbuh-kembang sang buah hati. Kehamilan di usia di atas 30 tahun kedengarannya memang menyeramkan, tapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kebanyakan wanita yang hamil di atas usia 30 tahun berhasil menjalankan kehamilan yang sehat dan melahirkan bayi yang sempurna. Memang benar bahwa resiko akan bertambah sejalan dengan meningkatnya usia calon ibu saat hamil, namun dengan persiapan yang lebih matang, informasi yang lebih lengkap, serta bantuan tenaga kesehatan yang lebih sigap dan informatif terhadap kondisi kehamilan beresiko tinggi akan membantu sang calon ibu untuk bisa tetap percaya diri, sehat, dan semangat saat menjalani kehamilannya. Kehidupan telah memasuki usia 40 tahun, namun justru pada saat inilah dalam rahim tumbuh sang buah hati. Kebahagiaan dan kekhawatiran bercampur menjadi satu. Bagaimana menjalani kehamilan dan proses persalinan yang sehat dan aman di usia yang cukup

7

beResiko bagi wanita ini. Dr Ivan R Sini, MD, FRANZCOG, GDRM, ahli kebidanan dari RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, menjelaskan bahwa kehamilan pada usia di atas 37 tahun ke atas merupakan kehamilan dengan Resiko komplikasi yang tinggi. Pada usia ini kualitas sel telur yang diproduksi sudah tidak bagus, dan ketika bertemu sperma akan menghasilkan kualitas janin yang tidak bagus. Seiring bertambahnya usia maka Resiko kelahiran bayi dengan down syndrome adalah 1:50, hal ini sangat jauh berbeda pada kehamilan wanita usia 20-30 tahun yang memiliki Resiko sebesar 1:1500. Selain itu kehamilan ini juga memiliki Resiko keguguran yang tinggi karena terjadi nature selection, yaitu janin yang awalnya tidak bagus bisa jadi tidak berkembang pada satu tahap tertentu atau tumbuh namun dengan kelainan, jelas Ivan. Resiko ini akan sama bahkan lebih meningkat pada kehamilan bukan anak pertama, seperti komplikasi pendarahan dan keguguran. Salah satu komplikasi yang biasa terjadi pada kehamilan ini adalah preclampsia yang menyebabkan terjadinya pendarahan saat hamil atau setelah melahirkan. Begitu mengetahui kehamilan,

datanglah ke dokter kebidanan dan konsultasikan mengenai pilihan screening atau tes yang bisa dilakukan, imbuhnya. Berbagai pilihan yang dapat dilakukan antara lain adalah: USG, Triple Test dengan mengambil sample darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amniocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke lab genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom. Panduan dan kunjungan ke dokter menjadi program utama dalam agenda Anda.

8

Saat ini makin banyak perempuan yang menunda kehamilannya hingga usia 30-an. Pada usia ini, biasanya secara finansial dan karir sudah mapan. Emosi calon ibu pun jauh lebih stabil. Namun demikian, hamil di atas usia 30 tahun punya Resiko. Namun dengan memerhatikan kondsi fisik dan kesehatan, calon ibu bisa melahirkan bayi sehat di usia ini. Bila merencanakan kehamilan di atas usia 30 tahun, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi menurut Mayoclinic.com. 1 Kesuburan menurun Secara alamiah setiap perempuan terlahir dengan jumlah sel telur terbatas. Begitu menginjak usia 30 tahun, kualitas dan kuantitas sel telur akan berkurang, meski masih datang bulan secara teratur. Sel telur perempuan di akhir usia 30-an juga tak mudah dibuahi seperti halnya pada wanita yang lebih muda. Apakah ini berarti wanita di usia matang tak bisa hamil? Tentu saja bisa, namun butuh waktu yang lebih lama. Karena itu bisa usia lebih dari 30 tahun dan belum berhasil hamil dalam waktu 6 bulan, segeralah berkonsultasi ke dokter kandungan.

2. Kesempatan punya anak kembar Kesempatan untuk memiliki anak kembar meningkat seiring dengan usia ibu. Terapi kesuburan atau program bayi tabung yang dilakukan calon ibu juga meningkatkan kemungkinan hamil bayi kembar. 3. BeResiko diabetes gestational Diabetes tipe ini biasanya hanya terjadi pada masa kehamilan dan sering diderita wanita berusia matang. Kontrol gula darah yang ketat lewat pola makan, olahraga, dan gaya hidup sehat lain sangat penting dilakukan. Diabetes gestasional

9

yang tak dikendalikan bisa menyebabkan bayi lahir terlalu besar dan meningkatkan Resiko dalam persalinan. 4. Persalinan Caesar Sebagian besar persalinan pada calon ibu di usia rawan dilakukan lewat operasi caesar. Masalah-masalah dalam persalinan biasanya terjadi pada perempuan yang pertama kali melahirkan di usia 30 tahun. 5. Kelainan kromosom Kualitas kromosom perempuan di usia menjelang 40 tahun tidak sebaik di usia muda. Akibatnya Resiko melahirkan anak dengan cacat fisik atau mental akan lebih besar. 6. Resiko keguguran lebih besar Resiko terjadinya keguguran pada ibu berusia matang juga lebih besar. Hal ini mungkin terjadi karena menurunnya kualitas kromosom ibu. Usia calon ayah juga berpengaruh pada kesehatan bayi. Beberapa penelitian menyebutkan bayi yang lahir dari calon ayah berusia 40 tahunan memiliki Resiko autisme lebih tinggi dibanding dengan anak dari pria yang berusia 30-an. Pria yang berusia 50 tahunan juga

cenderung memiliki bayi dengan berbagai cacat lahir karena mutasi dalam gen mereka. Bayi yang lahir juga cenderung memiliki kecerdasan yang lebih rendah. Studi terbaru menunjukkan bayi yang lahir dari ayah berusia tua memiliki skor yang lebih rendah dalam hal konsentrasi dan kemampuan logikal saat mereka duduk di sekolah dasar.

10

Usia 30-an: Usia berat untuk hamil Secara umum, kehamilan di usia 30-an dianggap agak beResiko, karena:

Kondisi fisik yang tidak lagi prima, membuat ibu hamil merasa lebih cepat lelah dan cenderung tidak tahan terhadap serangan morning sickness.

Pada usia ini muncul berbagai keluhan kesehatan saat hamil, seperti; tekanan darah tinggi dan diabetes. Gangguan kesehatan ini seringkali berpengaruh saat proses persalinan. Faktor inilah yang menyebabkan persalinan perempuan di usia 30-an cenderung lebih sering dilakukan melalui operasi caesar.

Resiko keguguran mencapai 11,7%, jika kehamilan di kisaran umur 30-34 tahun. Sedangkan di usia 30-39 tahun, Resiko meningkat menjadi 18%. Resiko lain adalah; Placenta previa, Placenta abruption, berat bayi kurang dan bayi lahir prematur. Paling parah adalah kemungkinan bayi menderita kelainan, seperti sindroma down (1: 952 kelahiran), dan ketidaknormalan jumlah kromosom (1:385 kelahiran).

Usia 40-an: Kehamilan beResiko Jika tidak dijaga maka kehamilan di usia 40-an, sangat rentan terhadap keguguran. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti; kualitas sel telur yang tidak lagi prima, kemungkinan dinding rahim yang mulai rapuh dan berkurangnya suplai darah. Bayi yang dilahirkan juga beResiko mengalami kelainan fisik. Seperti ukuran kepala bayi besar, hidung bayi datar dan tertutup (agak masuk ke dalam), alat kelamin dan dada bayi terlihat bengkak.

11

Sekalipun

demikian,

teknologi

kesehatan

yang

telah

berkembang

memungkinkan ibu berusia 40-an untuk tetap hamil dan melahirkan bayi yang sehat. Asalkan ibu menjaga kesehatannya serta rajin memeriksakan kandungannya ke dokter. perkembangan janin. Namun hal yang penting untuk diingat, adalah berapa pun usia seorang perempuan ketika hamil, sangat disarankan untuk menjaga kesehatan, melakukan pemeriksaan kandungan secara rutin, agar kehamilan berlangsung baik dan persalinan. Langkah ini dilakukan untuk memantau

12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Dari materi yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa ibu yang berusia diatas 30 tahun yang tengah hamil memiliki resiko terhadap kehamilannya yakni: 1 2 3 4 5 Kesuburan yang menurun Kemungkinan besar melahirkan anak kembar Tingginya risiko keguguran Meningkatnya risiko kelahiran yang bermasalah Komplikasi B. SARAN Bagi ibu yang berusia diatas 30 tahun yang tengah hamil sebaiknya: 1 2 3 4 Makan dan hidup sehat. Olahraga low-impact. Minum suplemem asam folat (Folic Acid) Prioritaskan kunjungan rutin ke dokter

13

DAFTAR PUSTAKA

http://bibilung.wordpress.com/2009/03/02/hamil-di-usia-40-tahun/ http://www.ilmukeperawatan.info/askep/hamil-usia-40-keatas

14