Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

11
PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA BUDAYA DAN KESEHATAN Di Susun Oleh : Kartika Eka B 46111010013 Induro Asmodiwati P 46111010030 Febri Arif B 46111010035 Anggit Verdaningrum 46112010074 Andreas Fajar N 46112010089 Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana 2014

Transcript of Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

Page 1: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

BUDAYA DAN KESEHATAN

Di Susun Oleh :

Kartika Eka B 46111010013

Induro Asmodiwati P 46111010030

Febri Arif B 46111010035

Anggit Verdaningrum 46112010074

Andreas Fajar N 46112010089

Fakultas Psikologi

Universitas Mercu Buana

2014

Page 2: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas Psikologi Lintas

Budaya mengenai Budaya dan Kesehatan. Kami berharap semoga makalah yang

kami buat ini dapat bermanfaat untuk memenuhi tugas mata kuliah. Dan kami

berharap semoga dengan tugas makalah ini kami menjadi lebih giat dalam

membaca buku dan memiliki keingintahuan yang semakin besar.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen studi Psikologi Lintas

Budaya, Bu Laila Meiliyandrie Indah Wardani, M.Psi, Dr yang telah memberikan

kami tugas pembuatan makalah ini. Kami mengucapkan kepada terima kasih Orang

Tua kami yang tidak hanya membantu dalam materil tetapi juga membantu dengan

doa-doanya yang membantu kami memudahkan tugas-tugas kuliah.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat

kekurangan maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami

harapkan demi menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, 19 Mei 2014

Penulis

Page 3: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada karya tulis ini, kami sebagai penulis ingin menyusun makalah dengan judul “Budaya

dan Kesehatan”. Dimana pada makalah ini kami akan membahas mengenai perbedaan budaya

yang mempengaruhi persepsi tentang kesehatan pada setiap budaya. Seperti pada budaya

yunani dan china yang menganggap bahwa kesehatan terdiri atas keseimbangan energy positif

dan negative di dalam tubuh. Bukan hanya energy negatif yang sedang mendominasi di dalam

tubuh dan mengganggu kesehatan, seperti persepsi pada beberapa budaya tentang kesehatan.

B. PERUMUSAN MASALAH

Rumusan masaalah yang diteliti dalam makalah ini adalah sebagai berikut

a. Bagaimana treatmen perilaku abnormal secara lintas budaya ?

b. Bagaimana pengaruh sosiokultural pada gangguan psikologis dan perilaku abnormal ?

c. Bagaimana pengaruh sosiokultural pada persepsi kesehatan ?

C. TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Megetahui factor apa saja yang mempengaruhi

b. Mengetahui gejala-gejala gangguan ADHD dan gangguan tingkah laku

c. Mengetahui bagaimana penanganan terhadap penderita gangguan ADHD dan gangguan

tingkah laku

D. SISTEMATIKA BAB KARYA TULIS

Makalah ini disusun dalam tiga bab yang berbeda yang terdiri dari Bab I Pendahuluan yang

berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan pembuatan makalah, dan

sistematika makalah. Bab II pembahasan mengenai judul makalah ini. Dan bab III penutup

yang berisi kesimpulan dari penulis dan kritik saran untuk penulis.

Page 4: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

BAB II

PEMBAHASAN

Pengaruh social kultural pada kesehatan,penyakit dan pelayanan kesehatan.

Salah satu peran pendidikan yang paling utama adalah untuk memperbaiki kualitas

hidup manusia. Apakah melalui riset riset atau pelayanan kesehatan primer atau sekunder,

kita menanti akan suatu hari dimana kita mampu mendiagnosa dan mengobati penyakit

medis, mencegah perilaku abnormal dan membantu perkembangan keadaan yang positif

dalam keseimbangan orang lain dan di lingkungan sekitar kita. Hal ini bukan suatu tugas

mudah dimana suatu kekuatan yang besar mempengaruhi kesehatan kita dan kemampuan kita

untuk mencegah dan mengobati penyakit itu sendiri.

Perbedaan budaya dalam definisi kesehatan

Dalam tradisi Amerika pandangan tentang kesehatan sangat di pengaruhi dengan

pendekatan omedical model. Dimana model ini memandang penyakit sebagai suatu hasil

penyebab spesifik yang bisa di identifikasikan di dalam badan. Penyebab ini apakah karena

virus bakteri atau yang lainnya yg dikenal dengan pathogens dan dapat dilihat sebagai

akarnya dari fisik dan penyakit medis,misalnya penyakit jantung koroner dihubungkan

dengan kolestrol yang berlebih di dalam tubuh .

Tak dapat di elakkan model medis tentang kesehatan yang tradisional di kedokteran

maupun psikologi ini juga berpengaruh terhadap pendekatan pengobatan (tretmen).

Perawatan medis seperti halnya pendekatan psikologi tradisional memusatkan untuk

membuat suatu intervensi di dalam tubuh seseorang menggunakan model medis tradisional,

kesehatan terbaik ditandai sebagai ketiadaan penyakit. Jika seseorang bebas dari penyakit,

model atau pendekatan ini akan memandang orang ini sebagai sehat.

Pandangan dari kultur lainnya mengusulkan definisi kesehatan yang berbeda. Orang

Yunani dan Negeri China memandang kesehatan tidak hanya sebagai ketidak hadiran kondisi

atau keadaan negartif tetapi juga sebagai kehadiran kondisi yang positif. Keseimbangan

antara tubuh dan alam serta mengatasi berbagai peran dalam hidup dipandang sebagai suatu

Page 5: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

bagian integral kesehatan pada kebanyakan kultur orang asia. Keseimbangan ini dapat

menghasilkan suatu hal positif yang menyatakan suatu sinergi kekuatan diri, alam dan orang

lain.

Menurut pandangan orang Buton bahwa sakit adalah semacam gangguan terhadap

pikiran dan fisik manusia, sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan /

pekerjaan dengan baik. Dengan kata lain sakit adalah gangguan yang datang menyerangtubuh

manusia baik secara fisik maupun batin(kejiwaan).

Banyak yang menyebutini kesehatan. kita sekarang mengetahui bahwa banyak yang

menjadi penyebab kematian yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat dikaitkan

dengan pilihan gaya hidup dan pada perilaku yang tidak sehat .(feist dan barnon1998).

Pengaruh sosiokultural pada kesehatan fisik dan proses penyakit medis

Pengaruh factor psikososial pada proses penyakit adalah salah satu dari bidang riset

dan studi yang menarik saat ini. Riset yang menghubungkan kepribadian tipe A dan penyakit

cordiovasculer adalah suatu contoh yang baik dari area studi ini, selain factor kepribadian

banyak sarjana dan praktisi pelayanan kesehatan mempunyai ketertarikan yang sudah lama

juga pada kontribusi factor sosiokultural pada kesehatan. Tetapi beberapa studi terbaru telah

menunjukkan bagaimana cultural memainkan suatu peran utama pada perkembangan dan

perawatan atau pengobatan penyakit. Studi adalah penting, sebab menghancurkan dugaan

yang umum bahwa penyakit fisik tak ada kaitannya atau jauh dari factor-faktor sosiokultural

dan psikologis dan sebaliknya. Perubahan dalam gaya hidup (misalnya karena diet, merokok,

latihan olahraga, dan mengkonsumsi alcohol dapat dilihat sebagai tanggapan bahwa untuk

meningkatkan kesadaran dan pengakuan mengenai hubungan timbal balik yang kompleks

antara kultur, psikologi, dan proses medis.

Isolasi Sosial dan Kematian

Beberapa studi telah menyoroti efek negative yang potensial dari isolasi social dan

kerugian social pada kesehatan dan penyakit (veis and barnon : 1998). Salah satu yang

terbaik yang dikenal dan berpengaruh untuk studi ini adalah studi alameda county (berkman

& syme, 1979) yang dinamai menurut daerah atau provinsi dimana data telah dikumpulkan

dan studi diselengggarakan. Peneliti mewawancarai hampir 7000 individu untuk menemukan

derajat tingkat kontak social mereka. Data yang terakhir digunakan dalam studi ini mencakup

kira-kira 4725orang alhasil dengan jelas menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun

Page 6: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

perempuan yang memiliki ikatan social paling sedikit mengalami tingkat kematian yang

paling tinggi, dan orang-orang dengan ikatan social yang paling banyak mempunyai tingkat

kematian yang paling rendah. Studi ini adalah salah satu dari yang pertama dengan jelas

menggambarkan peran yang sangat besar dari factor sosiokultural dalam pemeliharaan

kesehatan fisik dan penyakit.

Penyakit Cardiovasculer

Penyakit cardivasculer telah menerima perhatian yang pantas dipertimbangkan dari

peneliti yang tertarik akan pengaruh sosiokultural dan psikologis pada penyakit ini. Untuk

bertahun lamanya, peneliti sudah menguji bagaimana factor social dan psikologis

mempengaruhi perawatan atau pengobatan dan perkembangan dari penyakit ini. Peneliti

sudah mengenali sejumlah factor tingkah laku dan psikologis yang nampaknya

mempengaruhi penyakit cardiovascular. Barangkali yang popular adalah penelitian mengenai

profile kepribadian tipe A versus tipe B (menurut Friedmen & Roshenmen, 1974) dan

dampaknya pada penyakit jantung.

Pengaruh Sosiokultural pada Gangguan Psikologis dan Perilaku Abnormal

Salah satu dari pertanyaan lintas budaya yang penting adalah penyelidikan tentang

peran kultur dalam memahami, menaksir, dan mengobati atau merawat perilaku abnormal.

Beberapa tema utama sudah memandu riset dan pemikiran dalam area psikologi ini. Yang

pertama dan terkemuka adalah pertanyaan mengenai definisi abnormal. Pertanyaan kedua

berhubungan dengan ekspresi dari perilaku abnormal dan kemampuan untuk mendeteksi

ketika hal itu dinyatakan (dinilai). Pertanyaan ketiga adalah bagaimana kita seharusnya

melakukan treatment (pengobatan) ketika perilaku abnormal itu terdeteksi.

Definisi Abnormal

Ada beberapa sudut pandang secara tradisional dalam memberikan batasan tentang

perilaku abnormal. Salah satunya mendefinisikan abnormalitas dengan menggunakan

pendekatan statistic dan aplikasi tentang criteria kerusakan atau inefisiensi, penyimpangan,

dan distress subjektif, sebagai contoh perilaku seseorang bisa digambarkan sebagai abnormal

sebab kejadiannya adalah jarang. Ia menjadi tidak berhubungan lagi dengan lingkungannya,

mempunyai delusi atau keyakinan yang sama bahwa ia adalah binatang, da berbiacar dengan

yang mati. Fenomena ini bukan merupakan pengalaman umum. Salah satu dari permasalahan

Page 7: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

dengan pendekatan ini, adalah tidak semua perilaku yang jarang merupakan gangguan

(disorder) begitu juga tidak semua perilaku yang terganggu (disordered) adalah jarang.

Sudut pandang tentang abnormalitas secara lintas budaya

Sudut pandang ini menyatakan bahwa kita harus menerapkan prinsip tentang

relatifisme budaya pada abnnormalitas. Sebagai contoh, perilaku seseorang yang berbicara

dengan orang mati dan menganggap dirinya sebagai binatang mungkin dianggap terganggu

jika hal itu terjadi di sudut jalan dalam suatu kota besar di amerika serikat. Namun ini bisa di

mengerti dan sesuai atau dianggap bukan sebagi gangguan, jika terjadi dalam suatu upacara

shamanistic dimana ia sedang bertindak sebagi penyembuh . pada kultur yang memegang

kepercayaan dalam intervensi hal hal yang ghaib (supranatural)keadaan trance(tak sadarkan

diri) dan berbicara pada roh adalah suatu yang bisa di terima sebagai mantra perilaku dari

penyembuh, sementara perilaku yang sama ini akan di pertimbangkan sebagai suatu tanda

gangguan bagi kultur lainnya(murphi, 1976)

Perbedaan budaya dalam menghadapi penyakit

Perbedaan dalam pelayanan kesehatan dan system pengiriman medis

Untuk memahami bagaimana kultur berbeda dalam menghadapi macam-macam

penyakit psikologis dan medis, pertama harus mengenali perbedaan yang ada dalam system

pelayanan kesehatan. Negara dan kultur yang berbeda sudah mengembangkan milik mereka

sendiri, cara-cara yang unik berhadapan dengan pelayanan kesehatan. Tak diragukan

sejumlah factor berperan untuk tempatnya jenis system pengiriman pelayanan kesehatan yang

ada pada setiap negeri. Faktor-faktor ini meliputi perkembangan social dan ekonomi, keajuan

teknologi dan ketersediannya, dan pengaruh Negara tetangga atau kerjasama. Kecenderungan

social juga berperan untuk layanan dan jasa pengiriman kesehatan, mencakup urbanisasi,

industrialisasi, struktur pemerintahan, hukum perdagangan internasional dan praktek,

perubahan demografis, permintaan untuk privatisasi, dan pembelanjaan public.

Seluruh dunia ada 4 kategori utama system kesehatan nasional:

a. Enterpreneurial (swastanisasi)

b. Berorientasi kesejahteraan

c. Menyeluruh (komprehensif)

d. Sosialis

Page 8: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

Dalam masing-masing 4 jenis utama system pelayanan kesehatan ini, ada perbedaan

utama antar Negara-negara dalam kaitan dengan tingkatan ekonomi mereka. Sebagai contoh

Amerika Serikat adalah Negara dengan tingkatan ekonomi yang tinggi, mereka menggunakan

suatu system pelayanan kesehatan bersifat usahan atau swastanisasi yang di tandain oleh

suatu pengaruh industry pribadi substansil yang mencakup individu seperti halnya kelompok

Ghana yang menggunakan suatu system pelayanan kesehatan yang bersifat usahawan tetapi

mempunyai tingkat ekonomi yang relative moderat dan rendah . Myanmar adalah contoh dari

Negara yang tingkat ekonominya tinggi, moderat dan rendah yang menggunakan system

kesehatan berorientasi kesejahteraan demikian Swedia yang menggunakan pelayanan

kesehatan menyeluruh atau komprehensif. Uni Soviet, Kuba , dan Negeri Cina menggunakan

system kesehatan sosialis.

Salah satu factor yang belum dipertimbangkan banyak dalam kaitan dengan

kecocokan system pelayanan kesehatan nasional adalah kultur. Perbedaan budaya utama yang

ada di antara Negara-negara itu dan bahwa perbedaan budaya ini dihubungkan dengan jenis

kebijakan pelayanan kesehatan pada setiap Negara. Misalnya bisa dipertimbangkan untuk

suatu system bersifat usahawan digunakan di Amerika Serikat, karena budaya mereka yang

tinggi individualistic.

Perbedaan dalam psikoterapi dan penilaian psikologi

Penilaian tentang perilaku abnormal melibatkan pengidentifikasian dan

penggambaran gejala individual dalam konteks tingkatan keseluruhan fungsi dan lingkungan

( Carson et Al,. 1998 ). Alat dan metode asesmen harus peka pada budaya dan pengaruh

lingkungan lain pada perilaku dan fungsinya. Literatur mengenai standar teknik asesmen,

bagaimanapun menunjukkan bahwa mungkin ada permasalahan penyimpangan. Ditinjau

ulang literature itu pada penilaian dan perawatan secara lintas budaya, memperhatikan model

yang diusulkan untuk menunjuk isu-isu budaya dalam penilaian dan perawatan.

Treatmen Perilaku Abnormal Secara Linta Budaya

Dalam studi pendahuluan tentang perbedaan respon atas jasa kesehatan mental yang

standar di Seattle Area, Sue (1977) menemukan tingkat lebih rendah pada pemanfaatan jasa

kesehatan mental bagi orang Asia-Amerika dan Native Amerika dibandingkan Euro-Amerika

mempunyai tingkat drop out yang tinggi dan menilai hasil treatment secara relative buruk.

Dalam usaha untuk lebih menunjukkan jasa pelayanan yang lebih sensitive secara budaya,

Page 9: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

Sue dan yang lain menyatakan bahwa metode treatmen harus dimodifikasi untuk

meningkatkan kecocokan dengan cara pandang dan pengalaman klien yang berbeda

kulturnya. Suatu riset mengenai pilihan atas pendekatan dalam melakukan treatmen atau

terapi pada populasi yang beragam etnis di Amerika, menunjukkan bahwa klien non-Euro-

Amerika cenderung menyukai terapi yang berorientasi tindakan dari pada pendekatan non

direktif seperti terapi humanistic atau psikoanalisa. Riset terbaru menunjukkan bahwa

persamaan world views dan sikap terhadap treatment antara klien dengan terapis mungkin

lebih penting dibandingkan persamaan kesukuan. Konselor yang sensitive budaya dinilai

lebih kompeten dan dipercaya untuk melakukan treatment atau terapi secara lintas budaya

oleh orang-orang Mexico-Amerika

Page 10: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Setiap Negara memiliki pandangan yang berbeda dalam kesehatan seperti berbeda

dalam pendeskripsian tentang kesehatan itu sendiri serta cara penanganannya. Dalam budaya

dan kesehatan disini, terlihat bawasannya budaya benar-benar mempengaruhi tingkat

kesehatan suatu tempat kelompok masyarakat tinggal. Misalnya dimasyarakat Amerika

memiliki pandangan tentang kesehatan sangat di pengaruhi dengan pendekatan omedical

model. Dimana model ini memandang penyakit sebagai suatu hasil penyebab spesifik yang

bisa di identifikasikan di dalam badan. Begitu juga di masyarakat Buton (Indonesia) memiliki

pandangan bahwa sakit adalah semacam gangguan terhadap pikiran dan fisik manusia,

sehingga mengakibatkan tidak dapat melaksanakan kegiatan / pekerjaan dengan baik. Dengan

kata lain sakit adalah gangguan yang datang menyerangtubuh manusia baik secara fisik

maupun batin(kejiwaan).

Menurut Feist dan Baron (1998) yaitu Banyak yang menyebutini kesehatan. kita

sekarang mengetahui bahwa banyak yang menjadi penyebab kematian yang secara langsung

ataupun tidak langsung dapat dikaitkan dengan pilihan gaya hidup dan pada perilaku yang

tidak sehat .

Page 11: Psikologi Lintas Budaya "Budaya dan kesehatan"

Daftar Pustaka

Dayakdini Tri, Salis Yuniardi. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang

Matsumoto. D. 2000. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar

Sahrun. 2012. Pengobatan Tradisional Orang Buton. Dapat di akses di :

http://118.97.35.230/pustaka/download/syahrun/PENGOBATAN%20TRADISIONAL%20O

RANG%20BUTON%20(Studi%20Tentang%20%20Pandangan%20Masyarakat%20Terhada

p%20Penyakit%20di%20Kecamatan%20Betoambari%20Kota%20Bau-

Bau%20Propinsi%20Sulawesi%20Tenggara).pdf di akses pada tanggal15 mei 2014

Suryawati, C.2007. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik perawatan Kehamilan,

Persalinan, dan pasca Persalinan. Dapat diakses di

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/pjki/article/download/2800/2488 di akses pada tanggal

15 mei 2014