PROSES PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTELEKTUAL PADA MASA...

6
PROSES PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTELEKTUAL PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU A. Latar Belakang Lahirnya Orde Baru G30S/PKI berhasil ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang dikumpulkan mengarah pada PKI sebagai dalang dibelakang gerakan itu. Semua itu menyebabkan kemarahan rakyat kepada PKI yang diikuti dengan berbagai demonstrasi menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya ( ormasnya ) dan tokoh-tokohnya harus diadili. Panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jendral Suharto yang diangkat sebagai Menteri / Panglima Angkatan Darat melakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya. Masyarakat luas yang terdiri dari bebagai unsur secara serentak membentuk satu kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila untuk menghancurkan para pendukung G30S/ PKI yang diduga didalangi oleh PKI. Kesatuan aksi yang muncul untuk menentang Gerakan 30 September 1965 itu diantaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ( KAMI ), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia ( KAPI ), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia ( KAPPI ), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia ( KASI ) dan lain-lain. Kesatuan- kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66. Pada tanggal 8 Januari 1966 mereka berdemonstrasi menuju gedung Sekretariat Negara untuk mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah tidak dapat dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila berkumpul di halaman Gedung DPR- GR untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat ( Tritura ) yang isinya sebagai berikut : • Pembubaran PKI beserta organisasi massanya.

Transcript of PROSES PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTELEKTUAL PADA MASA...

PROSES PERTUMBUHAN DAN MOBILITAS PENDUDUK DAN PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTELEKTUAL PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE BARU

A. Latar Belakang Lahirnya Orde BaruG30S/PKI berhasil ditumpas dan berbagai bukti-bukti yang dikumpulkan mengarah pada PKI sebagai dalang dibelakang gerakan itu. Semua itu menyebabkan kemarahan rakyat kepada PKI yang diikuti dengan berbagai demonstrasi menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya ( ormasnya ) dan tokoh-tokohnya harus diadili. Panglima Kostrad / Pangkopkamtib Mayor Jendral Suharto yang diangkat sebagai Menteri / Panglima Angkatan Darat melakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan ormasnya. Masyarakat luas yang terdiri dari bebagai unsur secara serentak membentuk satu kesatuan aksi dalam bentuk Front Pancasila untuk menghancurkan para pendukung G30S/ PKI yang diduga didalangi oleh PKI. Kesatuan aksi yang muncul untuk menentang Gerakan 30 September 1965 itu diantaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia ( KAMI ), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia ( KAPI ), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia ( KAPPI ), Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia ( KASI ) dan lain-lain. Kesatuan-kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66. Pada tanggal 8 Januari 1966 mereka berdemonstrasi menuju gedung Sekretariat Negara untuk mengajukan pernyataan bahwa kebijakan ekonomi pemerintah tidak dapat dibenarkan. Kemudian pada tanggal 12 Januari 1966 berbagai kesatuan aksi yang tergabung dalam Front Pancasila berkumpul di halaman Gedung DPR-GR untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat ( Tritura ) yang isinya sebagai berikut : Pembubaran PKI beserta organisasi massanya. Pembersihan Kabinet Dwikora Penurunan harga-harga barang.Dan pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora di Istana Bogor. Dalam sidang itu hadir para wakil mahasiswa. Presiden Soekarno menuduh kalau aksi-aksi mahasiswa itu didalangi oleh CIA ( Central Intelegence Agency )Amerika Serikat. Kemudian pada tanggal 21 Februari 1966, Presiden Soekarno mengumumkan perubahan kabinet. Ternyata perubahan itu tidak memuaskan hati rakyat, karena banyak tokoh yang diduga terlibat dalam G30S/ PKI masih bercokol di dalam kabinet baru yang terkenal dengan sebutan Kabinet Seratus Menteri.Pada tanggal 24 Februari 1966 pelantikan Kabinet dilaksanakan, pada saat pelantikan itu berlangsung para mahasiswa, pelajar dan pemuda memenuhi jalan-jalan menuju Istana Merdeka. Aksi itu dihadang oleh Pasukan Cakrabirawa. Hal ini menyebabkan terjadinya bentrokan antara pasukan Cakrabirawa dengan para demonstran. Dalam peristiwa itu, seorang mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim gugur dalam bentrokan tersebutB. Pertumbuhan dan Mobilitas Penduduk pada Masa Orde BaruPada jaman orde baru, tujuan utama transmigrasi tidak semata-mata memindahkan penduduk dari pulau Jawa ke luar Jawa, namun ada penekanan pada tujuan memproduksi beras dalam kaitan pencapaian swasembada pangan. Pembukaan daerah transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi, bahkan sampai ke Papua. Tahun 1965-1969, belum ditentukan target jumlah transmigran yang harus dipindahkan. Bahkan terkesan belum begitu perhatian terhadap progran transmigrasi. Daerah transmigran seperti Lampung, Jambi, Sumatera Selatan yang pada awalnya banyak sekali menerima transmigran, pada periode ini hanya menerima sekitar 52 % dari total transmigran yang diberangkatkan. Jumlah yang dikirim ke Sulawesi sekitar 25%, sisanya ke pulau-pulau lain seperti Kalimantan dan Papua. Jika pada masa orde lama dikenal empat katagori transmigrasi, pada periode ini hanya dikenal dua kategori yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi spontan.Pada transmigrasi spontan pemerintah hanya mengorganisir perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan, ongkos ongkos semua ditanggung peserta. Sementara transmigrasi spontan, semua ongkos ditanggung pemerintah, dan di lokasi memperoleh lahan seluas 2 hektar, rumah, dan alat-alat pertanian, serta biaya selama 12 bulan pertama untuk di daerah tegalan, dan 8 bulan pertama di daerah persawahan menjadi tanggungan pemerintah. Jumlah seluruh trasmigran yang berhsil dipindahkan pada periode ini sebanyak 182.414 orang atau sekitar 52.421 keluarga. Masih pada jaman orde baru, tepatnya tahun 1974 ketika Gunung Merapi meletus, ada kejadian seluruh warga desa diikutsertakan dalam program transmigrasi, di lokasi baru mereka menempati daerah yang sama. Dari kejadian inilah kemudian muncul istilah transmigrasibedoldesa.Pada periode rencana pembangunan lima tahun (repelita) ke-2 antara tahunn 1974-1979, konsep transmigrasi diintegrasikan ke dalam pembangunan nasional. Dalam kerangka pembangunan nasional tersebut, transmigrasi diharapkan dapat meningkatkan ketahanan nasional, baik di bidang ekonomi, sosial, maupun budaya, serta meningkatkan produksi pangan dan komoditi ekspor. Produksi pertanian diharapkan dapat mendukung sektor industri sebagai cita-cita pembangunan. Selain itu mulai tercetus pemikiran untuk mengembangkan daerah tujuan semenarik mungkin, sehingga akan banyak penduduk yang tertarik untuk pindah dari pulau Jawa dengan biaya mandiri tanpa tergantung pada pemerintah. Target transmigrasi pada repelita ke-2 adalah memberangkatkan 50ribu keluarga atau 250ribu orang per tahun, atau jika dihitung selama selama lima tahun, transmigran yang harus diberangkatan sebanyak 1,25 juta orang. Target yang tidak realistis tersebut pada tahun 1976 dikurangi menjadi 108ribu keluarga selama lima tahun, sedangkan realisasinya pemerintah hanya mampu memberangkatkan sebanyak 204ribu orang atau sekitar 16% dari target yang direncanakan.Masa selanjutnya, pada repelita ke-3 (1979-1983) ada penekanan yang lebih mendalam terhadap kepentingan pertahanan dan keamanan. Pelaksanaan transmigrasi spontan lebih didorong lagi dengan mengembangkan kegiatan ekonomi di luar pulau Jawa guna menarik minat calon transmigran. Target pemindahan transmigran sebanyak 250ribu keluarga dapat dicapai, bahkan terlampaui sebanyak dua kali lipat. Pemerintah berhasil memberangkatkan sebanyak 500ribu keluarga. Mengingat keberhasilan pada repelita ke-3, maka pada repelita ke-4 target transmigran ditingkatkan lagi menjadi 750 ribu keluarga atau 3,75 juta orang. Pada akhir bulan Oktober 1985 telah berhasil diberangkatkan sebanyak 350.606 keluarga atau 1.163.771 orang. Pada periode ini diintroduksi konsep tentang pelestarian lingkungan, sehingga transmigrasi juga diberi misi agar bisa memulihkan sumber daya alam yang sudah tereksploitasi dan memelihara lingkungan hidup.

Karakteristik penduduk Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu secara kuantitatif dan secara kualitatif. Secara kuantitatif yaitu jumlah penduduk tergolong besar, laju pertumbuhan cepat tetapi persebaran tidak merata. Sedangkan secara kualitatif yaitu kualitas SDM penduduk Indonesia tergolong rendah.Tingginya angka pertumbuhan penduduk dan berkurangnya lahan pertanian karena untuk keperluan non pertanian misalnya untuk perkantoran, jalan raya, dan pemukiman baru. Sebagai akibatnya presentase penduduk yang bermukim dipedesaan menurun, yang bermukim diperkotaan meningkat.Dari segi ekonomi program redistribusi penduduk yaitu menyediakan tenaga kerja untuk perluasan produksi didaerah dan pembukaan lapangan kerja baru. Dari aspek ideologi redistribusi penduduk berfungsi meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Dari aspek politik redistribusi penduduk menunjang pembauran etnik atau suku bangsa, mempersempit kesenjangan kelas serta meningkatkan hubungan antar kelompok masyarakat yang multikultural. Dari segi pertahanan keamanan redistribusi penduduk mewujudkan sistem pertahanan keamanan rakyat semesta atau Sishankamrata.

a.Tujuan Transmigrasi pada masa Orde Baru yaitu :1)Meningkatkan taraf hidup rakyat.2)Meningkatkan pembangunan daerah.3)Menyeimbangkan persebaran penduduk.4)Melaksanakan pembangunan secara merata.5)Memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga manusia.6)Memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan bangsa.7)Memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

b.Upaya menghambat arus Urbanisasi menuju kota-kota besarAlternatif dari kebijaksanaan itu ialah mengubah arah migran menuju ke kota-kota kecil dan kota-kota sedang. Kota kecil perlu dibangun dengan fasilitas perkotaan, prasarana transportasi dibangun dan ditingkatkan.

c.Peningkatan sarana transportasi dan komunikasiDengan membangun sentral-sentral telepon otomatis, telegram, radio dan televisi.

MenurutEdward Ullmanada 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya interaksi kota, yaitu :1. Adanya wilayah yang saling melengkapi2. Adanya kesempatan untuk berinteraksi3. Adanya kemudahan transfer/pemindahan dalam ruang

Dalam kaitannya dengan interaksi kota tersebut, maka mobilitas penduduk dapat diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk baik secara teritorial ataupun geografis. Hubungan timbal balik antara kota dengan kota maupun antara kota dengan desa dapat menyebabkan munculnya gejala-gejala yang baru yang meliputi aspek ekonomi, sosial maupun budaya. Gejala ini dapat bersifat positif ataupun negatif bagi desa dan kota.