Proses Kehamilan

10
Proses Kehamilan Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Selama berhubungan seksual jumlah semen yang diejakulasikan rata-rata adalah 3.5 ml dan tiap 1 ml semen mengandung 120 juta spermatozoon.Jumlah ini diperlukan mengingat tingkat kematian spermatoon sangat tinggi.Hanya sekitar 100 spermatozoon yang mampu bertahan hidup untuk mendekati ovom di tuba fallofi.Sekitar 20% spermatozoon akan kehilangan kemampuan membuahi ovum ada juga yang mati karena keasaman vagina dan ada juga yang tidak dapat menjangkau leher rahim.Jadi hanya beberapa sperma saja yang memiliki kualitas baik yang mampu menembus ovum.Ovum tidak hanya dilapisi oleh membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain,sehingga sperma memerlukan waktu yang lama agar dapat menembus masuk ke dalam ovum. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.

description

hf

Transcript of Proses Kehamilan

Proses Kehamilan

Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di

ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat

dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita

selama kira-kira 24 jam.

Selama berhubungan seksual jumlah semen yang diejakulasikan rata-rata adalah 3.5 ml

dan tiap 1 ml semen mengandung 120 juta spermatozoon.Jumlah ini diperlukan mengingat

tingkat kematian spermatoon sangat tinggi.Hanya sekitar 100 spermatozoon yang mampu

bertahan hidup untuk mendekati ovom di tuba fallofi.Sekitar 20% spermatozoon akan

kehilangan kemampuan membuahi ovum ada juga yang mati karena keasaman vagina dan

ada juga yang tidak dapat menjangkau leher rahim.Jadi hanya beberapa sperma saja yang

memiliki kualitas baik yang mampu menembus ovum.Ovum tidak hanya dilapisi oleh

membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain,sehingga sperma memerlukan waktu yang

lama agar dapat menembus masuk ke dalam ovum.

Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam

saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu

diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu

menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang

pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari

protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah

akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel

korona dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh

protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan

untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.

Pada fertilisasi mencakup 3 fase :

a. penembusan korona radiata

b. penembusan zona pelusida

c. fusi oosit dan membrane sel sperma

Gambar : proses fertilisasi

fase 1 : penembusan korona radiata

Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita,

hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan

untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan

membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang

mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona. 

Fase 2 : penembusan zona pelusida

Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang

mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.

Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga

akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika

kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim

lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya,

enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk

menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi

spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa

menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.

Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma

Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel

tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada

saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan

selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor

spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.

Setelah itu terjadilah beberapa rentetan kejadian seperti yang dijabarkan dibawah ini.

1. Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang

berbeda :

a. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.

b. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain

c. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan

penetrasi sperma dengan cara  ini terjadinya polispermi dapat dicegah.

2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya

segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan

sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.

Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai

pronukleus wanita.

3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.

Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan

seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid)

harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel

tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini

dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan

enzim. Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya

berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama

besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini

diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh

morula. Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya

hasil konsepsi tetap sama. Dalarn ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke

pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah

kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.

Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.

Pada stadium blastula ini sel-sel Yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula,

akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang

disebut trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan

jaringan menemukan endometrium dalarn masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel

desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan

o1eh trofoblas. Blastula dengan bagian Yang mengandung inner-cell mass aktif mudah

masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kernudian menutup kembali.

Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknva ovurn ke dalarn endometrium-terjadi

perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman).

Pada umumnya blastula masuk di endometnium dengan bagian di mana inner-cell

mass berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali-pusat berpangkal

sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki

endometnium, maka terdapatlah tali-pusat dengan insersio velamentosa.

Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus

uteri. jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.

Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis;

yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta

akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis.

Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales dan

berpangkal pada korion.

Bila nidasl telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,

yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel

yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam

blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang

amnion dan yolk sac.

Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah

dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi

korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam 2

lapisan. Di sebelah dalam dibenruk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus)

dan di sebelah luar lapisan sinsitiotrofoblast, terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata

dalam sitoplasma.

Selain itu villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan

bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan

dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke

arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion

leave.

Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human cborionic

gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari

ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi

korpus luteurn untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta

dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas

untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalarn air

kencing wanita yang menjadi hamil.

Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga

unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion

tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati

korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan

merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk, menjadi tali pusat.

Yolk-sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisanya dapat ditemukan

dalam tali-pusat.

Di tali-pusat sendiri yang berasal darl body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah

sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat

dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat

jaringan lembek, selai Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikales dan 1 vena

umbilikalis yang berada di tali-pusat. Kedua arteri dari satu vena tersebut menghubungkan

satu sistern kardiovaskuler. Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 10, dan

disusul oleh masa fetal dan perinatal.

Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyal sifat menghancurkan desidua termasuk

spiral arteri serta vena-vena di dalamnya. Akibatnya terbentuklah ruangan-ruangan yang

terisi oleh perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ikut dihancurkan. Pertumbuhan

ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan intervillair di mana villi koriales

seolah-olah terapung-apung di antara ruangan ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.

Sebagian dari villi koriales tetap melekat pada desidua. Lagi pula, desidua yang tidak

dihancurkan oleh trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat dilihat di bagian maternal

plasenta.

Septa plasenta ini mernbagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon,umumnya

ditemukan 15 sampal 20 buah maternal cotyledon. Foetal cotyledon adalah suatu kelompok

besar villi koriales yang bercabang-cabang seperti pohon. Pada plasenta aterm diperkirakan

terdapat 200 foetal cotyledon. Dari tiap-tiap cabang Vili koriales terdapat sistern vena serta

arteria yang menuju ke vena umbilikalis dan arteria umbilikalis. Sebagian besar

cabang-cabang pohon itu tergenang di dalam ruangan intrviiler yang berisii darah ibu yang

mengandung banyak zat makanan dan zat asarn bagi janin.

Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan

korion. Plasenta yang dernikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada

percampuran darah antara janin dan ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat

dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut

lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan

Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab umpama pada abortus dikuret terlalu dalarn, maka

jonjot-jonjot plasenta tumbuh di antara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau dapat

pula dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan.