Proses Kehamilan
-
Upload
novita-elmy-mufida -
Category
Documents
-
view
4 -
download
1
description
Transcript of Proses Kehamilan
Proses Kehamilan
Fertilisasi (pembuahan) adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita,terjadi di
ampulla tuba fallopi. Bagian ini adalah bagian terluas dari saluran telur dan terletak dekat
dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita
selama kira-kira 24 jam.
Selama berhubungan seksual jumlah semen yang diejakulasikan rata-rata adalah 3.5 ml
dan tiap 1 ml semen mengandung 120 juta spermatozoon.Jumlah ini diperlukan mengingat
tingkat kematian spermatoon sangat tinggi.Hanya sekitar 100 spermatozoon yang mampu
bertahan hidup untuk mendekati ovom di tuba fallofi.Sekitar 20% spermatozoon akan
kehilangan kemampuan membuahi ovum ada juga yang mati karena keasaman vagina dan
ada juga yang tidak dapat menjangkau leher rahim.Jadi hanya beberapa sperma saja yang
memiliki kualitas baik yang mampu menembus ovum.Ovum tidak hanya dilapisi oleh
membran plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain,sehingga sperma memerlukan waktu yang
lama agar dapat menembus masuk ke dalam ovum.
Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam
saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu
diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu
menbuahi oosit. Mereka harus mengalami kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita,yang
pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu,suatu selubung glikoprotein dari
protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah
akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang mengalami kapasitasi yang dapat melewati sel
korona dan mengalami reaksi akrosom.
Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pellusida dan diinduksi oleh
protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan
untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Pada fertilisasi mencakup 3 fase :
a. penembusan korona radiata
b. penembusan zona pelusida
c. fusi oosit dan membrane sel sperma
Gambar : proses fertilisasi
fase 1 : penembusan korona radiata
Dari 200-300 juta spermatozoa yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita,
hanya 300-500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan
untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan
membuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang
mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona.
Fase 2 : penembusan zona pelusida
Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom.
Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga
akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika
kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim
lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya,
enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk
menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi
spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa
menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.
Fase 3 : penyatuan oosit dan membrane sel sperma
Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel
tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang menbungkus kepala akrosom telah hilang pada
saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan
selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor
spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit.
Setelah itu terjadilah beberapa rentetan kejadian seperti yang dijabarkan dibawah ini.
1. Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan 3 cara yang
berbeda :
a. reaksi kortikal dan zona : sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit.
b. selaput oosit tidak dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lain
c. zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah penambatan dan
penetrasi sperma dengan cara ini terjadinya polispermi dapat dicegah.
2. melanjutkan pembelahan meiosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya
segera setelah spermatozoa masuk. Salah satu dari sel anaknya hamper tidak mendapatkan
sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitive.
Kromosomnya (22+X) tersusun di dalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai
pronukleus wanita.
3. penggiatan metabolic sel telur. Factor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.
Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan
seluler dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.
Salama masa pertumbuhan, baik pronukleus wanita maupun pria (keduanya haploid)
harus menggandakan DNA-nya. Jika tidak,masing-masing sel dalam zigot tahap 2 sel
tersebut akan mempunyai DNA separuh dari jumlah DNA normal.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini
dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan
enzim. Segera setelah pembelahan im terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya
berjalan dengan lancar, dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel-sel yang sama
besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini
diperoleh dari vitellus, hingga volume vitellus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh
morula. Dengan demikian, zona pellusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya
hasil konsepsi tetap sama. Dalarn ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke
pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus ke arah
kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.
Pada stadium blastula ini sel-sel Yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula,
akan menjadi trofoblas. Dengan demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang
disebut trofoblas. Trofoblas yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan
jaringan menemukan endometrium dalarn masa sekresi, dengan sel-sel desidua. Sel-sel
desidua ini besar-besar dan mengandung lebih banyak glikogen serta mudah dihancurkan
o1eh trofoblas. Blastula dengan bagian Yang mengandung inner-cell mass aktif mudah
masuk ke dalam lapisan desidua, dan luka pada desidua kernudian menutup kembali.
Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknva ovurn ke dalarn endometrium-terjadi
perdarahan pada luka desidua (tanda Hartman).
Pada umumnya blastula masuk di endometnium dengan bagian di mana inner-cell
mass berlokasi. Dikemukakan bahwa hal inilah yang menyebabkan tali-pusat berpangkal
sentral atau para sentral. Bila sebaliknya dengan blastula bagian lain memasuki
endometnium, maka terdapatlah tali-pusat dengan insersio velamentosa.
Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus, dekat pada fundus
uteri. jika nidasi ini terjadi, barulah dapat disebut adanya kehamilan.
Lapisan desidua yang meliputi hasil konsepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis;
yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis; disitu plasenta
akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis.
Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan villi koriales dan
berpangkal pada korion.
Bila nidasl telah terjadi, mulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel yang lebih kecil,
yang dekat pada ruang eksoselom, membentuk entoderm dan yolk sac, sedangkan sel-sel
yang lebih besar menjadi ektoderm dan membentuk ruang amnion. Dengan ini di dalam
blastula terdapat suatu embryonal plate yang dibentuk antara dua ruangan, yakni ruang
amnion dan yolk sac.
Sel-sel fibrolas mesodermal tumbuh di sekitar embrio dan melapisi pula sebelah
dalam trofoblas. Dengan demikian, terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi
korion. Trofoblas yang amat hiperplastik itu tumbuh tidak sama tebalnya dan dalam 2
lapisan. Di sebelah dalam dibenruk lapisan sitotrofoblas (terdiri atas sel-sel yang monokleus)
dan di sebelah luar lapisan sinsitiotrofoblast, terdiri atas nukleus-nukleus, tersebar tak rata
dalam sitoplasma.
Selain itu villi koriales yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan
bercabang-cabang dengan baik, di sini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan
dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke
arah kavum uteri sehingga lambat-laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion
leave.
Dalam tingkat nidasi trofoblas antara lain menghasilkan hormon human cborionic
gonadotropin. Produksi human chorionic gonadotropin meningkat sampai kurang lebih hari
ke 60 kehamilan untuk kemudian turun lagi. Diduga bahwa fungsinya ialah mempengaruhi
korpus luteurn untuk tumbuh terus, dan menghasilkan terus progesteron, sampai plasenta
dapat membuat cukup progesteron sendiri. Hormon korionik gonadotropin inilah yang khas
untuk menentukan ada tidaknya kehamilan. Hormon tersebut dapat ditemukan di dalarn air
kencing wanita yang menjadi hamil.
Pertumbuhan embrio terjadi dari embryonal plate yang selanjutnya terdiri atas tiga
unsur lapisan, yakni sel-sel ektoderm, mesoderm, dan entoderm. Sementara itu ruang amnion
tumbuh dengan cepat dan mendesak eksoselom; akhirnya dinding ruang amnion mendekati
korion. Mesoblas antara ruang amnion dan embrio menjadi padat, dinamakan body stalk, dan
merupakan hubungan antara embrio dan dinding trofoblas. Body stalk, menjadi tali pusat.
Yolk-sac dan allantois pada manusia tidak tumbuh terus, dan sisa-sisanya dapat ditemukan
dalam tali-pusat.
Di tali-pusat sendiri yang berasal darl body stalk, terdapat pembuluh-pembuluh darah
sehingga ada yang menamakannya vascular stalk. Dari perkembangan ruang amnion dapat
dilihat bahwa bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion. Didalamnya terdapat
jaringan lembek, selai Wharton, yang berfungsi melindungi arteria umbilikales dan 1 vena
umbilikalis yang berada di tali-pusat. Kedua arteri dari satu vena tersebut menghubungkan
satu sistern kardiovaskuler. Organogenesis diperkirakan selesai pada minggu ke 10, dan
disusul oleh masa fetal dan perinatal.
Seperti telah dijelaskan, trofoblas mempunyal sifat menghancurkan desidua termasuk
spiral arteri serta vena-vena di dalamnya. Akibatnya terbentuklah ruangan-ruangan yang
terisi oleh perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang ikut dihancurkan. Pertumbuhan
ini berjalan terus, sehingga timbul ruangan-ruangan intervillair di mana villi koriales
seolah-olah terapung-apung di antara ruangan ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Sebagian dari villi koriales tetap melekat pada desidua. Lagi pula, desidua yang tidak
dihancurkan oleh trofoblas membentuk septa plasenta, yang dapat dilihat di bagian maternal
plasenta.
Septa plasenta ini mernbagi plasenta dalam beberapa maternal cotyledon,umumnya
ditemukan 15 sampal 20 buah maternal cotyledon. Foetal cotyledon adalah suatu kelompok
besar villi koriales yang bercabang-cabang seperti pohon. Pada plasenta aterm diperkirakan
terdapat 200 foetal cotyledon. Dari tiap-tiap cabang Vili koriales terdapat sistern vena serta
arteria yang menuju ke vena umbilikalis dan arteria umbilikalis. Sebagian besar
cabang-cabang pohon itu tergenang di dalam ruangan intrviiler yang berisii darah ibu yang
mengandung banyak zat makanan dan zat asarn bagi janin.
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan lapisan
korion. Plasenta yang dernikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di sini jelas tidak ada
percampuran darah antara janin dan ibu. Ada juga sel-sel desidua yang tidak dapat
dihancurkan oleh trofoblas dan sel-sel ini akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut
lapisan Nitabuch. Ketika melahirkan, plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan
Nitabuch ini. Bila oleh sesuatu sebab umpama pada abortus dikuret terlalu dalarn, maka
jonjot-jonjot plasenta tumbuh di antara otot-otot miometrium (plasenta akreta) atau dapat
pula dijumpai plasenta perkreta yang dapat menimbulkan ruptura uteri spontan.