Proposal+Seminar+Ekokes

8
SABTU, 6 FEBRUARI 2010 09.00 – 12.00 WIB RUANG PROMOSI DOKTOR GEDUNG G FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, JAWA BARAT SEMINAR EKONOMI KESEHATAN UNIVERSAL COVERAGE 2014 DI INDONESIA…… MUNGKINKAH?????

Transcript of Proposal+Seminar+Ekokes

Page 1: Proposal+Seminar+Ekokes

SABTU, 6 FEBRUARI 201009.00 – 12.00 WIB

RUANG PROMOSI DOKTOR GEDUNG GFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS INDONESIADEPOK, JAWA BARAT

SEMINAR EKONOMI KESEHATAN

UNIVERSAL COVERAGE 2014 DI INDONESIA……MUNGKINKAH?????

Page 2: Proposal+Seminar+Ekokes

PANITIA SEMINAR EKONOMI KESEHATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

“UNIVERSAL COVERAGE 2014 DI INDONESIA,……MUNGKINKAH???”

PROPOSAL KEGIATAN

I. NAMA KEGIATANSeminar Ekonomi Kesehatan

II. TEMA KEGIATANUniversal Coverage 2014 di Indonesia,….Mungkinkah??

III. LATAR BELAKANGKesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

untuk dapat hidup layak, produktif, serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan berjalan dengan pesat dalam abad terakhir ini, yang manfaatnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Namun demikian jangkauan pelayanan kesehatan ini masih terbatas; artinya masih banyak masyarakat yang belum mampu menikmati pelayanan kesehatan yang bermutu. (andari 2001).

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut JAMKESMAS (Depkes, 2008)

Pada November 2009 (Antara news) Menteri Kesehatan menyiapkan rancangan sistem Jaminan Kesehatan Semesta 2014 yang akan mencakup seluruh populasi. Jamkesmas secara bertahap akan dikelola menggunakan sistem asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan ini akan menjangkau seluruh populasi, tidak hanya masyarakat miskin saja.

Page 3: Proposal+Seminar+Ekokes

Premi masyarakat miskin tetap ditanggung pemerintah, yang bekerja (ditanggung) oleh perusahaan, dan yang mampu membayar premi sendiri. Jaminan Kesehatan Semesta 2014 akan bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia dan penyelenggaraannya harus sesuai dengan undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional. Menurut undang-undang, pengelolaan jaminan kesehatan nasional harus dilakukan oleh badan nirlaba. Lembaga yang dibentuk oleh pemerintah tersebut, kata dia, sekaligus berfungsi sebagai pengelola dana wali amanah.

Kerangka itu hingga kini belum bisa dilaksanakan karena Dewan Jaminan Sosial Nasional belum menyelesaikan pembuatan peraturan pendukungnya, yakni undang-undang tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Peraturan lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SJSN seperti peraturan pemerintah tentang penerima bantuan iuran dan peraturan pemerintah tentang jaminan kesehatan juga belum selesai.

Selain kurangnya peraturan pendukung, kendala lain yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan asuransi kesehatan sosial yaitu :1. Akses pelayanan kesehatan belum merata untuk semua penduduk

Indonesia. Selain biaya pelayanan kesehatan, barier financial berupa biaya transportasi ke pusat pelayanan kesehatan masih dihadapi oleh sebagian penduduk Indonesia, terutama penduduk diluar Pulau Jawa, dibeberapa daerah justru biaya transportasi bias lebih mahal dibandingkan biaya pelayanan kesehatan di RSUD dan Puskesmas. Jika asuransi kesehatan social di wajibkan, sementara akses ke pelayanan kesehatan masih belum merata maka akan menimbulkan ke ketidakadilan terhadap penggunaan pelayanan kesehatan

2. Mutu pelayanan kesehatan belum merata, ada yang sudah baik, namun masih banyak yang kurang baik. Padahal penduduk yang mampu dalam menggunakan pelayanan kesehatan juga mempertimbangkan mutu pelayanan kesehatan. Jika asuransi kesehatan social diterapkan, sementara mutu pelayanan kesehatan belum diperbaiki, maka dikhawatirkan minat kepesertaan penduduk mampu kurang dan berpengaruh terhadap system pooling risk, jika asuransi kesehatan social diwajibkan, maka akan timbul konflik dikalangan masyarakat mampu dengan menganggap pemerintah bertindak otoriter.

3. Karakteristik penduduk Indonesia sangat beragam, hal ini menimbulkan pertanyaaan bagaimana mengumpulkan pendapatan untuk membiayai sistem asuransi kesehatan social. Lebih dari 60 juta pekerja pada sektor informal, 85 persen pekerja di badan-badan usaha

Page 4: Proposal+Seminar+Ekokes

yang memiliki pekerja kurang dari lima, dan 70 persen dari penduduk yang bertempat tinggal di daerah-daerah perdesaan.

4. Infrastruktur pendukung masih kurang, untuk menjalankan asuransi kesehatan social dibutuhkan infrastuktur yang memadai karena dengan system ini maka populasi penduduk tua akan menimbulkan tambahan beban bagi infrastruktur (butuh lebih banyak rumah sakit), para tenaga kesehatan (lebih banyak spesialis dan perawat) serta tunjangan social bagi para lansia. Pada saat yang sama, berkurangnya kesempatan kerja yang ditandai dengan pergerakan ke dalam sektor formal yang terhenti, akan kian meningkatkan tekanan biaya. Selain itu ada perbedaan yang besar dalam kemajuan transisi-transisi ini di seluruh Indonesia, dengan provinsi-provinsi di Indonesia bagian timur masih berada pada tahap-tahap awal transisi dan memiliki tingkat penyakit menular serta kematian anak yang tinggi, sementara provinsi-provinsi di Jawa dan Bali memiliki tingkat penyakit tidak menular (Non-Communicable Diseases/ NCDs) yang lebih tinggi.

5. Syarat portabilitas di Indonesia masih belum terpenuhi, system desentralisasi semua bidang membuat system portabilitas menjadi sulit, karena system pendanaan kesehatan yang belum integral, ditambah lagi dengan fleksibilitas birokrasi, terutama birokrasi keuangan yang kurang.

6. Tingkat kemiskinan di Indonesia masih tetap tinggi. Untuk sebuah Negara yang berpenghasilan rendah-menengah, tingkat kemiskinan masih menjadi masalah yang serius. Selain itu, sekitar 50 persen dari penduduk masih tergolong miskin atau hampir miskin, yang membuat sebagian besar penduduk rentan terhadap guncangan-guncangan ekonomi maupun kesehatan yang dapat membawa bencana (katastropik) dan menjerumuskan rumah tangga ke dalam kemiskinan. Selain itu, dinamika pasar tenaga kerja merupakan sesuatu yang penting untuk dipertimbangkan dalam mengembangkan suatu roadmap untuk menuju asuransi kesehatan dengan cakupan yang menyeluruh–misalkan saja, besarnya proporsi kerja informal pada pasar tenaga kerja akan mempersulit penggunaan iuran berbasis pekerja untuk membiayai sistem tersebut.

7. Penerapan Good governance di Indonesia masih rendah, padahal untuk menerapkan sistem asuransi kesehatan social dibutuhkan good governance sebagai syarat mutlak. Termasuk diantaranya adalah penerapan clinical pathway dan standar pelayanan medis.

Page 5: Proposal+Seminar+Ekokes

Seminar yang mengambil tema “Universal Coverage 2014 di Indonesia ....mungkinkah????” akan membahas bagaimana universal coverage dapat diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2014, apa saja yang perlu dipersiapkan dan dibenahi, termasuk kesiapan infrastruktur untuk menjalankan visi tersebut? Seperti apa target pelaksanaannya oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan? Seperti apa model financing di Asia dan Eropa? Dan seperti apa demand dan supplynya di daerah?

IV. TUJUAN KEGIATAN1. Memberikan gambaran universal coverage di berbagai negara.

2. Memberikan gambaran strategy dan implementasi dalam mencapai

universal coverage

3. Memberikan gambaran mengenai kesiapan Stake holder dalam

mencapai universal coverage

V. SASARAN 1. Pemerhati dan praktisi ekonomi kesehatan2. Pemerhati dan praktisi Asuransi dan jaminan kesehatan3. Mahasiswa 4. Dinas Kesehatan5. Pemerintah daerah

VI. AGENDA KEGIATANSeminar akan dilaksanakan pada :Hari/Tanggal : Sabtu / 6 Februari 2010Tempat : Ruang Promosi Doktor, Gedung G

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia DepokWaktu : 09.00 – 12.00Kegiatan akan berlangsung dalam bentuk Seminar setengah hari dengan metode presentasi dan diskusi interaktif yang terbagi dalam 2 sesi dengan Susunan Acara sebagai berikut:Jam Topik Pembicara Moderator

08.00-10.00 Registrasi Panitia

09.00-09.10 Laporan panitia

M. Syaripuddin, S.Si.,Apt.

09.10-09.30 Sambutan dan pembukaan

Ketua Departemen AKK FKM UI

09.30-10.15 Sesi Panel I 1. Drg. Rima Astuti “Model Dormaringan

Page 6: Proposal+Seminar+Ekokes

Universal Coverage dan Health Financing di Asia dan Eropa”

2. Dr.Hermawan Saputra MARS, “Analisis Suply Demand di daerah”

HS

10.15-11.45 Sesi Panel II 1. Kapus P2JK Depkes “Strategy Depkes dalam mencapai Universal Coverage Jaminan Kesehatan 2014”

2. Dinas Kesehatan DKI Jakarta, “Kesiapan pemda DKI Jakarta dalam mencapai Universal Coverage Jaminan kesehatan

3. FKM UI, Prof. Dr, Hasbullah Tabrany, MPH, DrPH. “Tinjauan akademis Universal Coverage”

Dr. Muhajir

11.45-12.00 Penutupan Prof. Dr. Hasbullah Thabrany MPH, DrPH

VII. RENCANA ANGGARAN

VIII. SUSUNAN PANITIA

Page 7: Proposal+Seminar+Ekokes

Kepanitiaan NamaKetua M. SyaripuddinWakil Ketua Anas Ma’rufSekretaris Andi Leny SusyantyBendahara Fatcha NuraliyahDana 1. Lusi Afriani

2. Lita Rahmalia3. Dewi Satiasari4. Rima Astuti5. Anas Ma’ruf6. M. Syaripuddin

Acara 1. Dewi Satiasari2. Dormaringan HS3. Hermawan Saputra4. Anantha Dian Tiara

Konsumsi 1. Lia Sumarti2. Sri Oktarina3. Eni Dwijayanti

Logistik 1. Sarto2. Muhajir

Dokumentasi dan Publikasi 1. Lusi Afriani2. Lita Rahmalia

Contact Person dan Pendaftaran

Andi Leny Susyanty