Ekokes Atp Wtp Edit

28
Laporan Praktikum Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan Pengukuran Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) pada Pedagang Keliling untuk Penetapan Tarif Pelayanan Puskesmas Disusun oleh: Lilis Muntamah G1B008012 Resti Yudiarti G1B008032 Tri Wulan Nurmanita G1B008050 Desi Mirantika G1B008064 Ainurrofik G1B008114

Transcript of Ekokes Atp Wtp Edit

Page 1: Ekokes Atp Wtp Edit

Laporan Praktikum

Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan

Pengukuran Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP)

pada Pedagang Keliling untuk Penetapan Tarif Pelayanan

Puskesmas

Disusun oleh:

Lilis Muntamah G1B008012

Resti Yudiarti G1B008032

Tri Wulan Nurmanita G1B008050

Desi Mirantika G1B008064

Ainurrofik G1B008114

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU- ILMU KESEHATANJURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

PURWOKERTO

2010

Page 2: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rasionalisasi tarif puskesmas sangat diperlukan agar pemberian subsidi

oleh pemerintah dapat tepat sasaran. Tarif puskesmas sekarang yang sangat

murah karena adanya subsidi pemerintah ini dinilai kurang efektif karena

subsidi tersebut dinikmati juga oleh orang yang mampu (kaya), selain itu

dengan penetapan tarif yang rasional akan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam keanggotaan JPKM, sebab selama ini ketidakberhasilan

program JPKM karena penetapan tarif puskesmas yang belum rasional.

Sektor kesehatan sebagai industri mempunyai ciri khas tersendiri, yang

tidak dimiliki oleh sektor lainnya, diantaranya mempunyai sifat bukan profit

motive (nirlaba), consumer ignorance, sehat dan pelayanan kesehatan sebagai

hak, padat karya, eksternalitas, mixoutputs, kejadian penyakit yang tidak

terduga, upaya kesehatan sebagai konsumsi dan investasi, dan restriksi

berkompetisi (Alimin, 2001).

Untuk mendapatkan patokan tarif yang wajar dan terjangkau maka kita

harus memperhitungkan unit cost dan jumlah biaya pengembangan yang

digunakan oleh pihak penyedia pelayanan kesehatan. Hal ini penting dilakukan

karena tingkat kemampuan dan kemauan masyarakat membeli pelayanan

kesehatan di Indonesia sangat bervariasi dan belum ada data yang akurat

mengenai hal itu.

Page 3: Ekokes Atp Wtp Edit

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mempelajari dan mengukur kemampuan membayar dan kemauan membayar

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas.

2. Tujuan Khusus

a) Mempelajari dan mengukur tingkat kemampuan membayar masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas.

b) Mempelajari dan mengukur tingkat kemauan membayar masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan di puskesmas.

c) Menganalisis tingkat kemampuan dan kemauan membayar masyarakat

dalam menetapkan tarif pelayanan kesehatan di puskesmas dengan

memperhatikan beberapa faktor.

C. Manfaat

1. Mengetahui tingkat kemampuan membayar masyarakat terhadap

pelayanan kesehatan di puskesmas.

2. Mengetahui tingkat kemauan membayar masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan di puskesmas.

3. Mengetahui tingkat kemampuan dan kemauan membayar masyarakat

dalam menetapkan tarif pelayanan kesehatan di puskesmas dengan

memperhatikan beberapa faktor.

Page 4: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat

penting di Indonesia. Puskesmas merupakan unit yang strategis dalam

mendukung terwujudnya perubahan status kesehatan masyarakat menuju

peningkatan kesehatan masyarakat yang optimal. Puskesmas yang telah

didirikan di hampir setiap pelosok tanah air memiliki peranan yang penting

dalam pembangunan masyarakt Indonesia yang sehat dan menuju Indonesia

sehat (Alwi, 2008).

Di Indonesia, pelayanan kesehatan dasar belum dimanfaatkan secara

maksimal. Sebagian besar masyarakat lebih memilih menggunakan pelayanan

dari praktek dokter dan praktek tenaga kesehatan.hal cukup memperihatinkan

karena pemerintah telah mengeluarkan banyak dana untuk meningkatkan

kualitas dari pelayanan kesehatan dasar (puskesmas) namun pemanfaatannya

belum bisa maksimal. Berdasarkan data susenas tahun 2002 menunjukan

bahwa dari masyarakat yang berobat jalan hanya 15,17% yang memanfaatkan

puskesmas, 4,79% yang memanfaatkan puskesmas pembantu, dan hanya 6,62

yang memanfaatkan rawat inap di puskesmas (Profil Kesehatan Dinas

Kesehatan Propinsi Sumatera Utara(2004), dalam alwi (2008).

B. Tarif Pelayanan Kesehatan

Tarif atau price adalah harga dalam nilai uang yang harus dibayar oleh

konsumen untuk memperoleh atau mengkonsumsi suatu komoditi yaitu barang

Page 5: Ekokes Atp Wtp Edit

dan jasa. Pengertian tarif tidak sama dengan harga. Sekalipun keduanya

menunjuk pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh konsumen, tetapi

pengertian tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus

dikeluarkan untuk memperoleh jasa pelayanan, sedangkan harga lebih terkait

pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh barang.

Peranan tarif dalam pelayanan kesehatan amatlah penting. Untuk dapat

menjamin kesinambungan pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat

menentukan besarnya tarif yang dapat menjamin total pendapatan yang lebih

besar dari total pengeluaran. Saat ini, sebagai akibat dari mulai berkurangnya

pihak-pihak yang mau menyumbang dana pada pelayanan kesehatan (misal

rumah Sakit dan Puskesmas), maka sumber keuangan utama kebanyakan

sarana hanyalah dari pendapatan saja. Hal ini menjelaskan bahwa kecermatan

menetapkan besarnya tarif memegang peranan yang amat penting. Apabila tarif

itu terlalu rendah, dapat menyebabkan total pendapatan (income) yang rendah

pula, yang apabila ternyata juga lebih rendah dari total pengeluaran (expenses),

pasti akan menimbulkan kesulitan keuangan (Azwar, 1996).

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan tarif yaitu :

1. Biaya satuan adalah informasi yang menggambarkan besarnya biaya

pelayanan per pasien (besar pengorbanan faktor produksi untuk

menghasilkan pelayanan).

2. Tingkat kemampuan masyarakat, salah satu persyaratan dalam penetapan

tarif adalah mempertimbangkan kemampuan membayar masyarakat diukur

dengan cara melihat ATP (ability to pay) serta WTP (willingness to pay)

masyarakat.

Page 6: Ekokes Atp Wtp Edit

3. Tarif pelayanan pesaing yang setara

Meskipun telah menghitung biaya satuan dari tingkat kemampuan

masyarakat, Puskesmas maupun Rumah Sakit perlu juga membandingkan

tarif pelayanan pesaing setara, misalnya : poliklinik swasta, praktek bidan

swasta, dokter praktek swasta (Gani, 1993).

C. Ability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP)

1. Pengertian ATP

Kemampuan membayar kesehatan (ability to pay) atau dikenal

dengan ATP, yaitu besarnya dana yang sebenarnya dapat dialokasikan untuk

membiayai kesehatan yang bersangkutan, nilai ini merupakan ATP per

kapita penduduk , sehingga tidak langsung identik dengan WTP yang

berdasarkan rumah tangga.

Dua batasan ATP yang dapat digunakan sebagai berikut:

a. ATP 1

Besarnya kemampuan membayar yang setara dengan 5 % dari

pengeluaran non makanan. Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran

untuk non makanan dapat diarahkan untuk keperluan lain , termasuk

untuk kesehatan.

b. ATP 2

Besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah

pengeluaran untuk konsumsi alkohol dan tembakau ,sirih dan pesta atau

upacara keagamaan. Batasan ini didasarkan kepada pengeluaran yang

sebenarnya dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk

Page 7: Ekokes Atp Wtp Edit

kesehatan. Misalnya dengan mengurangi pengeluaran alkohol,

tembakau dan sirih untuk kesehatan .

Mukti (2001) menyebutkan bahwa untuk mengetahui kemampuan

membayar masyarakat dapat dilihat dari dari sisi pengeluaran untuk

keperluan yang bersifat tersier seperti: pengeluaran rekreasi, sumbangan

kegiatan sosial, dan biaya rokok. Kemampuan masyarakat membayar biaya

pelayanan kesehatan dapat dilihat dari pengeluaran tersier non pangan (Gani

dkk, 1997).

Susilowati dkk. (2001) berpendapat bahwa, kemampuan membayar

biaya pelayanan kesehatan dapat diukur dari keseluruhan biaya yang

dikeluarkan untuk konsumsi kebutuhan di luar kebutuhan dasar. Dalam hal

ini antara lain minuman atau makanan jadi, minuman beralkohol, tembakau,

rokok, sirih, serta pengeluaran pesta yang diukur setahun. Kemampuan

untuk membayar berhubungan dengan tingkat pendapatan dan biaya jasa

pelayanan lain yang dibutuhkan masyarakat untuk hidup.

Mendukung formula diatas batasan ATP yang di pakai oleh negara-

negara di dunia yang sudah menjadi rekomendasi WHO yang di sampaikan

oleh Xu, et. al (2005) adalah 5% dari kapasitas membayar rumah tangga

atau dalam rumus :

ATP = 5% X CTP

CTP = Kapasitas Membayar yang di peroleh dari pengeluaran non pangan di

tambah dengan pengeluaran pangan non esensial.

Page 8: Ekokes Atp Wtp Edit

Formula ini merupakan formula yang di rekomendasikan sebagai

batasan kemampuan membayar rumah tangga. Kapasitas membayar rumah

tangga atau Disposible Income merupakan sebuah nilai yang dapat dipakai

sebagai dasar untuk melihat kemampuan membayar masyarakat. Batasan ini

dapat berubah sesuai dengan situasi dan kondisi dari suatu negara

(Kikihariyadi, 2008).

2. Pengertian WTP

Departemen Kesehatan Indonesia menyatakan bahwa kemauan

membayar kesehatan (Willingness to pay ), atau dikenal dengan WTP, yaitu

besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data

pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan didalam data susenas dapat

digunakan sebagai proksi terhadap WTP.

Menurut Susenas (2000), kemauan membayar kesehatan atau dikenal

dengan WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk

kesehatan. WTP dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi, karakteristik sosial

demografi dan karakteristik dari barang itu sendiri.

Perbedaan tarif akibat adanya perbedaan kemauan dan kemampuan

membayar dapat dilihat pada penjelasan berikut (Yudariansyah, 2006):

a. Tarif lebih kecil dari ATP dan WTP

Apabila terjadi kondisi ini maka kemampuan masyarakat sangat

baik, karena tarif yang diberlakukan ternyata lebih kecil dari daya beli

masyarakat. Pada kondisi ini masyarakat mampu membeli jasa atau

barang yang ditawarkan tanpa memikirkan untuk mencari alternatif lain.

b. Tarif hampir sama dengan ATP dan WTP

Page 9: Ekokes Atp Wtp Edit

Pada kondisi ini pemakai jasa berkemampuan hampir sama dengan

tarif yang diberlakukan, tidak semua masyarakat mampu membeli jasa

atau barang tersebut, ada kemungkinan sebagian masyarakat yang

mengunakan alternatif lain seperti sumur.

c. Tarif lebih besar dari ATP dan WTP

Apabila terjadi kondisi seperti ini maka kemampuan dari

masyarakat sangat jelek, karena tarif yang diberlakukan ternyata lebih

besar dari daya beli masyarakat, maka sebagian besar masyarakat tidak

mampu membeli barang atau jasa yang ditawarkan.

Page 10: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Deskripsi Sasaran

Praktikum pengukuran ATP dan WTP kelompok mengambil 40 data

responden pada kelompok sasaran yaitu pedagang keliling dari beberapa

daerah. Pengambilan data dilakukan tanggal 18 Nopember 2010-1 Desember

2010. Sebanyak 6 orang responden dari Ciamis, 11 responden dari Puwokerto,

9 responden dari Cilongok, 6 responden dari Tegal dan 8 responden dari

Pekalongan.

B. Deskripsi Kesulitan Pengambilan Data

Kesulitan dalam pengambilan data dari responden yang bekerja sebagai

pedagang keliling antara lain yaitu kesibukan responden dalam melayani

pembeli sehingga kita harus menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk

wawancara. Terkadang responden tidak bersedia diwawancara karena harus

mengejar setoran, tapi baru mau diwawancara jika membeli dagangannya.

Sebagian besar responden adalah laki-laki, sehingga kurang mengetahui secara

pasti pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

C. Pembagian Tugas dalam Tim

Tabel 3.1 Pembagian Tugas dalam Tim

No Nama Waktu Tempat Pembagian Kerja1 Lilis

Muntamah18 Nopember- 1 Desember 2010

Cilongok Pengambilan data responden

    12-Des-10 Kampus FKIK Analisa data dan penyusunan laporan

2 Resti Yudiarti

18 Nopember- 1 Desember 2010

Ciamis dan Purwokerto

Pengambilan data responden

    12-Des-10 Kampus FKIK Analisa data dan penyusunan laporan

Page 11: Ekokes Atp Wtp Edit

3 Tri Wulan Nurmanita

18 Nopember- 1 Desember 2010

Tegal dan Purwokerto

Pengambilan data responden

    12-Des-10 Kampus FKIK Pengambilan data responden

4 Desi Mirantika

18 Nopember- 1 Desember 2010

Pekalongan Pengambilan data responden

    12-Des-10 Kampus FKIK Analisa data dan penyusunan laporan

5 Ainurrofik 18 Nopember- 1 Desember 2010

Tegal dan Purwokerto

Pengambilan data responden

    12-Des-10 Kampus FKIK Analisa data dan penyusunan laporan

Page 12: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid Laki-laki 31 77.5 77.5 77.5

Perempuan 9 22.5 22.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber: Data praktikum terolah

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh sebanyak 77,5%

responden laki-laki dan 22,5% responden perempuan.

Tabel 4.2 Pendidikan Terakhir Responden

Pendidikan Terakhir Responden

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid SD 24 60.0 60.0 60.0

SMP 10 25.0 25.0 85.0

SMA 6 15.0 15.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber: Data praktikum terolah

Berdasarkan pengambilan data di lapangan diperoleh responden dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 60%, SMP sebanyak 25% dan SMA sebanyak 15%.

Tabel 4.3 Jumlah Keluarga Responden

Page 13: Ekokes Atp Wtp Edit

Jumlah Keluarga Responden

Frequency Percent Valid PercentCumulative

Percent

Valid 1 1 2.5 2.5 2.5

2 2 5.0 5.0 7.5

3 9 22.5 22.5 30.0

4 17 42.5 42.5 72.5

5 6 15.0 15.0 87.5

6 3 7.5 7.5 95.0

7 2 5.0 5.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Sumber: Data praktikum terolah

Berdasarkan data diatas, sebagian besar responden memiliki anggota

keluarga sebanyak 4 orang (42,5%).

B. ATP

Tabel 4.4 Kemampuan Membayar Responden

Statistics

Kemampuan membayar responden

N Valid 40

Missing 0

Mean 39127.5625

Std. Deviation 57692.65927

Minimum 8175.00

Maximum 381325.00

Sumber: Data praktikum terolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan

responden membayar pelayanan kesehatan yaitu sebesar Rp 39.127,-.

Page 14: Ekokes Atp Wtp Edit

Kemampuan membayar terendah yaitu sebesar Rp 8175,- dan kemampuan

membayar tertinggi yaitu sebesar Rp 381.325,-.

C. WTP

Tabel 4.5 Kemauan Membayar Responden

Statistics

Tarif rawat jalan yang diinginkan responden

Tarif rawat inap yang diinginkan responden

N Valid 40 40

Missing 0 0

Mean 11370.97 365555.56

Median 5000.00 125000

Std. Deviation 15201.408 53267.632

Minimum 1500 10000

Maximum 80000 2000000

Sumber: Data praktikum terolah

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui rata-rata kemauan membayar

responden untuk tarif rawat jalan yaitu sebesar 11370,97,- sedangkan untuk

rawat inap yaitu sebesar Rp 365555.56,-. Kemauan membayar tertinggi untuk

tarif rawat jalan yaitu sebesar Rp 80.000,- sedangkan untuk rawat inap yaitu

sebesar Rp. 2.000.000,-.

Page 15: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB V

PEMBAHASAN

Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar

jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal.

Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya

untuk pelayanan dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain

ability to pay adalah kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos

pelayanan kesehatan yang dilakukannya.

Penetapan tarif pelayanan kesehatan harus memperhatikan kemampuan

masyarakat dalam membayar pelayanan kesehatan selain memperhatikan dari

jumlah unit cost dan profit agar dapat menjangkaunya. Susenas 1998,

menunjukkan bahwa kemampuan membayar rumah tangga untuk kesehatan per

bulan adalah Rp.41.000,- sekitar 12,2% dari total pengeluaran rumah-tangga

(dinilai sebagai Ability to Pay/ATP). Kemampuan membayar (Abilty to

Pay/ATP) diperkirakan sebesar 2,5 kali kebutuhan biaya rawat jalan, namun

hanya merupakan 7,2% dari kebutuhan rawat inap (Pedoman JPKM, 2004).

Dibandingkan dengan hasil praktikum yang diperoleh ATP pada responden

lebih kecil (Rp 39.127,-) dari ATP yang ada pada data susenas 1998

(Rp.41.000,-). (Depkes RI, 2004).

Perbedaan ATP antara responden dengan data Susenas disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain :

1. Besar penghasilan

2. Kebutuhan pelayanan kesehatan

3. Total biaya pelayanan kesehatan

Page 16: Ekokes Atp Wtp Edit

4. Prosentase penghasilan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan

Selain memperhatikan ATP (Kemampuan membayar) dalam penetapan

tarif pelayanan kesehatan juga harus memperhatikan besar kemauan

masyarakat untuk membayar pelayanan kesehatan (WTP), karena jika tarif

tidak sesuai dengan jumlah kemauan membayar masyarakat maka pelayanan

tersebut tidak akan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Analisis

data hasil praktikum menunjukkan rata-rata kemauan membayar responden

untuk tarif rawat jalan yaitu sebesar Rp 11.370,97,- dan untuk rawat inap yaitu

sebesar Rp 365.555.56,-.

Perbedaan WTP antara responden dengan data Susenas disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain :

1. Produk yang ditawarkan/disediakan oleh penyedia jasa pelayanan

kesehatan

2. Kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan yang disediakan

3. Utilitas pengguna terhadap pelayanan kesehatan

4. Perilaku pengguna dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

Hasil data praktikum kemampuan dan kemauan membayar tarif rawat

jalan menunjukkan nilai ATP lebih besar dari WTP. Kondisi ini menunjukan

bahwa kemampuan membayar lebih besar dari pada keinginan membayar jasa

pelayanan kesehatan tersebut. Ini terjadi bila pengguna mempunyai

penghasilan yang relatif tinggi tetapi utilitas terhadap jasa tersebut relatif

rendah (Anonim, 2009).

Berbeda dengan kemampuan dan kemauan membayar tarif rawat inap

menunjukkan nilai ATP lebih kecil dari WTP. Kondisi ini merupakan

kebalikan dari kondisi diatas, dimana keinginan pengguna untuk membayar

jasa tersebut lebih besar dari pada kemampuan membayarnya. Hal ini

memungkinkan terjadi bagi pengguna yang mempunyai penghasilan yang

relatif rendah tetapi utilitas terhadap jasa tersebut sangat tinggi, sehingga

keinginan pengguna untuk membayar jasa tersebut cenderung lebih

dipengaruhi oleh utilitas (Anonim, 2009).

Pada prinsipnya penentuan tarif dapat ditinjau dari beberapa aspek

utama dalam sistem pelayanan kesehatan. Aspek-aspek tersebut adalah:

Page 17: Ekokes Atp Wtp Edit

1. Pengguna (User)

2. Penyedia layanan kesehatan (Provider)

3. Pemerintah (Regulator)

Bila parameter ATP dan WTP yang ditinjau, maka aspek pengguna

dalam hal ini dijadikan subyek yang menentukan nilai tarif yang diberlakukan

dengan prinsip sebagai berikut:

1. ATP merupakan fungsi dari kemampuan membayar, sehingga nilai

tarif yang diberlakukan, sedapat mungkin tidak melebihi nilai ATP kelompok

masyarakat sasaran. Intervensi/campur tangan pemerintah dalam bentuk

subsidi langsung atau silang dibutuhkan pada kondisi, dimana nilai tarif

berlaku lebih besar dari ATP, sehingga didapat nilai tarif yang besarnya sama

dengan nilai ATP.

2. WTP merupakan fungsi dari tingkat pelayanan kesehatan, sehingga

bila nilai WTP masih berada dibawah ATP maka masih dimungkinkan

melakukan peningkatan nilai tarif dengan perbaikan kinerja pelayanan

(Anonim, 2009).

Page 18: Ekokes Atp Wtp Edit

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Berdasarkan hasil praktikum menunjukan rata-rata kemampuan

membayar responden yaitu sebesar Rp 39.127, 56,-.

2. Rata-rata kemauan membayar responden untuk tarif rawat jalan

yaitu sebesar Rp 11.370,97,- sedangkan untuk rawat inap yaitu

sebesar Rp 365.555,56,-.

3. Hasil data praktikum kemampuan dan kemauan membayar tarif

rawat jalan menunjukkan nilai ATP lebih besar dari WTP. Berbeda

dengan kemampuan dan kemauan membayar tarif rawat inap

menunjukkan nilai ATP lebih kecil dari WTP, dengan faktor yang

mempengaruhi ATP yaitu besar penghasilan, kebutuhan pelayanan

kesehatan, total biaya pelayanan kesehatan, prosentase penghasilan

yang digunakan untuk pelayanan kesehatan. WTP dipengaruhi

oleh produk yang ditawarkan/disediakan oleh penyedia jasa

pelayanan kesehatan, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan

yang disediakan, utilitas pengguna terhadap pelayanan kesehatan

dan perilaku pengguna dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan

B. Saran

Page 19: Ekokes Atp Wtp Edit

DAFTAR PUSTAKA

Alimin. 2001. Analysis of ATP and WTP of the Community who Participated

in SSN and Non SSN Program at District of Jeneponto South Sulawesi.

(online http://www.searo.who.int/LinkFiles/National_Health_Accounts_

(N)_CS_23_Alimin_3.doc). Diakses tanggal 23 Nopember 2010.

Anonim. 2009. Ability to Pay (ATP)/ Willingness to Pay (WTP). (online

www.dardela.com). Diakses tanggal 12 Desember 2010.

Azwar, A. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Binarupa

Aksara. Jakarta.

Depkes RI. 2004. Pedoman Penetapan Premi JPKM. (online

http://www.depkes.go.id/downloads/Pedoman%20Penetapan%20Premi

%20JPKM.pdf). Diakses tanggal 23 Nopember 2010.

Gani, A. 1993. Analisis Kebijakan Tarif dalam Pelayanan Kesehatan. Seminar

Optimalisasi Investasi Perorangan dan Kelompok di Bidang Kesehatan.

Hariyadi. 2008. Beberapa Dasar Kemampuan Membayar Masyarakat. (online

http://kihariyadi.blogspot.com/2008/02/beberapa-dasar-kemampuan-

membayar.html). Diakses tanggal10 Desember 2010.

Hasibuan, Alwi Mujahit. 2008. Pengaruh Pelayanan tenaga Kesehatan, Sarana dan

Prasaranan Puskesmas, serta Tarif Terhadap Permintaan Masyarakat

dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kota Rantauprapat. Tesis

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Husain, Farid. 2008. Kebijakan Pelayanan Kesehatan Rujukan dalam Jamkesmas

Tahun 2008. (online http://www.jothi.or.id/root/files/userfiles/Presentasi

Page 20: Ekokes Atp Wtp Edit

%20Dirjen%20Yanmed%20mengenai%20JAMKESMAS.pdf). Diakses

tanggal10 Desember 2010.

Yudariansyah, Hadi. 2006. Analisis Keterjangkauan Daya Beli Masyarakat

Terhadap Tarif Air Bersih (PDAM) Kota Malang (Studi Kasus Perumahan

Sawojajar). http://eprints.undip.ac.id/5263/1/Hadi.pdf. Diakses tanggal 23

Nopember 2010.

Lampiran