Proposal TA Mineral

download Proposal TA Mineral

of 13

Transcript of Proposal TA Mineral

  • PROPOSAL TUGAS AKHIR METODE INDUCED POLARIZATION (IP) UNTUK EKSPLORASI MINERAL DENGAN DATA PENDUKUNG METODE MAGNETIK KEVIN DEVALENTINO NRP. 1111 100 080 Dosen Pembimbing : Prof . Dr. Rer. Nat. Bagus Jaya Santosa, S.U. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2015

  • PROPOSAL TUGAS AKHIR

    METODE INDUCED POLARIZATION (IP) UNTUK EKSPLORASI MINERAL DENGAN DATA PENDUKUNG METODE MAGNETIK

    Disusun oleh: KEVIN DEVALENTINO

    11 11 100 080

    Dosen Pembimbing: (Prof. Dr .rer .nat Bagus Jaya Santosa, S.U)

    NIP. 19620802 198701.1.001

    JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    INTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

    2015

  • LEMBAR PENGESAHAN

    METODE INDUCED POLARIZATION (IP) UNTUK EKSPLORASI MINERAL DENGAN DATA PENDUKUNG METODE MAGNETIK

    Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Tugas Akhir Program Strata 1

    Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember

    Oleh : KEVIN DEVALENTINO

    1111100080

    Surabaya, 8 Juli 2015

    Menyetujui, Dosen Pembimbing

    (Prof. Dr .rer .nat Bagus Jaya Santosa, S.U) NIP. 19620802 198701.1.001

    Ketua Jurusan Fisika FMIPA ITS

    Dr. Yono Hadi Pramono, M.Eng. NIP. 19690904 199203.1.003

    Koordinator Tugas Akhir

    Faridawati, M.Si. NIP. 19800330 201212.2.002

  • BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, salah satunya adalah mineral emas. Emas merupakan salah satu mineral yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu komoditas utama penghasil devisa negara yang cukup besar. Adapun eksploitasi mineral emas telah dilakukan di beberapa daerah antara lain, Grasberg, Batu Hijau, Pongkor, Martabe, dan lain.

    Penelitian geofisika tergantung dari tiga faktor utama yaitu pengambilan data, pengolahan data, dan interpretasi data. Aplikasi metode geofisika dalam eksplorasi mineral merupakan disiplin ilmu yang cukup sulit karena kondisi alam yang tidak homogen dan kecilnya kontras sifat fisika yang ada menyebabkan hasil yang diperoleh sangat sulit untuk diinterpretasi. Adapun salah satu metode geofisika untuk eksplorasi mineral adalah metode IP dan geomagnet. Hasil penelitian dapat menunjukkan daerah mineralisasi dengan ditunjukkannya anomali magnet dan nilai chargeability.

    Metode IP merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari struktur bawah permukaan dengan konsep kelistrikan dan polarisasi. Metode ini merupakan pengembangan dari metode geolistrik resistivitas. Penggunaan metode IP didasarkan pada sifat khas yang dimiliki mineral logam yang terendapkan pada batuan induk melalui nilai chargeability. Nilai chargeability tinggi dapat mencerminkan banyaknya kandungan mineral logam di bawah permukaan. Dengan menggunakan penggabungan kedua metode tersebut akan diperoleh gambaran mengenai lapisan batuan dan kedalamannya. Penggunaan data pendukung magnetik untuk mendapatkan korelasi pada kedalaman yang lebih dangkal.

    1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian tugas akhir ini adalah

    1. Bagaimana mendapatkan nilai chargeability mineral pada daerah eksplorasi secara 2D dan 3D

    2. Bagaimana mendapatkan nilai anomali magnetik 3. Bagaimana memetakan keberadaan mineral melalui hasil pemodelan inversi

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan nilai chargeability mineral pada daerah eksplorasi secara 2D dan 3D 2. Mendapatkan nilai anomali magnetik 3. Memetakan keberadaan mineral melalui hasil pemodelan inversi

    1.4. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah metode yang digunakan untuk pemodelan adalah metode IP dengan data pendukung metode magnetik. 1.5. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Perguruan Tinggi

    Sebagai tambahan referensi mengenai perkembangan teknologi eksplorasi di Indonesia. Mampu menghasilkan sarjana-sarjana yang handal dan memiliki pengalaman di bidangnya. Serta dapat membina kerja sama antara lingkungan akademis dengan lingkungan kerja.

    2. Bagi perusahaan Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama Tugas Akhir dapat menjadi bahan masukan dan rekomendasi bagi perusahaan untuk menentukan kebijakan perusahaan di masa yang akan datang.

    3. Bagi mahasiswa Mahasiswa mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu pengetahuan yang lebih. Karena pada tugas akhir ini mahasiswa akan mengoperasikan beberapa teknologi yang

  • canggih dalam mitigasi area tambang. Selain itu juga dapat mengetahui secara lebih mendalam gambaran tentang kondisi nyata dunia kerja sehingga nantinya diharapkan mampu menerapkan di dunia kerja.

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Metode IP (Induced Polarization)

    Metode IP (Induzed Polarization) merupakan salah satu pengembangan metode Resistivitas yang termasuk dalam metode Geofisika juga. Metode IP bekerja dengan cara memberikan arus induksi ke bawah permukaan bumi. Pada metode IP ini dilakukan penginjeksian arus ke bumi, serta mengukur beda potensial suatu batuan yang bersifat heterogen akibat terpolarisasi sesaat. Kondisi terpolarisasi sesaat ini dikarenakan ion-ion di batuan mengalami pengkutuban akibat injeksi arus tersebut. Setelah arus listrik dimatikan, maka ion-ion yang awalnya terjadi pengkutuban perlahan mulai kembali seperti sebelum di injeksikan arus.

    Gambar 2.1 (a) Distribusi Ion Stabil Sebelum Injeksi Arus. (b) Kondisi Ion Terpolarisasi Sesaat Akibat Injeksi Arus

    (Perdana, 2011) Gambar 2.1 menunjukan respon ion-ion di bawah permukaan sebelum dan sesudah diberikan

    arus, saat sebelum diberikan arus ion stabil masih terdistribusi acak, kemudian setelah diinjeksi arus akan mengalami pengkutuban sesaat, sesuai dengan polarisasi masing-masing ion, dalam hal ini ion positif dan negatif. Saat arus diputus beda potensialnya tidak langsung turun drastis melainkan akan turun secara perlahan. Proses penurunan beda potensial secara perlahan disebabkan oleh aerus yang teersimpan pada pori-pori batuan yang bersifat konduktif, berikut adalah sketsa penurunan beda potensial secara perlahan.

    Polarisasi pada batuan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu polarisasi elektroda dan polarisasi membran. Polarisasi elektroda dapat terjadi pada batuan yang pori-porinya terisi oleh mineral logam dan larutan elektrolit. Hal ini dikarenakan pada bidang batas antara mineral logam dan larutan elektrolit terjadi electrical double layer yang terbentuk akibat dua muatan yang berbeda. Dan pada saat batuan tersebut dialiri oleh arus listrik, maka ion-ion akan bergerak dan sebagian tertahan pada bidang batas. Pada bidang batas tersebut akan terjadi reaksi-reaksi kimia yang menimbulkan potensial ekstra atau overvoltage (Telford, 1990). Besarnya overvoltage dipengaruhi oleh kuat dan lamanya arus yang diinjeksikan.

    Jenis polarisasi selanjutnya adalah polarisasi membran. Polarisasi ini banyak terjadi pada batuan yang porinya terisi oleh lempung dan larutan elektrolit. Lempung biasanya bermuatan negatif, sehingga akan terjadi fenomena elektrokinetik. Fenomena ini ditandai dengan adanya variasi mobilitas ion positif dan negatif. Jadi, ion negatif lempung akan dikelilingi oleh ion-ion positif dari larutan elektrolit dan membentuk membran-membran. Oleh karena itu, arus listrik yang dialirkan pada batuan akan terhambat.

    Pengukuran metode IP dapat dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu pengukuran induksi polarisasi dengan domain waktu (time domain) dan domain frekuensi. Perbedaan keduanya terletak pada pengukuran tegangannya. Domain waktu mengukur tegangan berdasarkan peluruhan yang terjadi saat arus dihilangkan. Sedangkan domain frekuensi berdasarkan tinggi rendahnya frekuensi arus yang dialirkan.

    Pengukuran menggunakan metode TDIP (Time Domain Induced Polarization) lebih sering digunakan. Pengukuran TDIP dilakukan dengan mengalirkan arus listrik ke bawah permukaan melalui elektroda arus, kemudian mengukur tegangan saat arus sedang mengalir (Vp). Setelah arus dialirkan beberapa detik untuk menimbulkan polarisasi pada medium, maka arus dimatikan. Saat arus dimatikan, tegangan akan mengalami peluruhan secara perlahan (Vs). Lama waktu peluruhan tegangan umumnya antara 0,1 sampai 10 detik.

  • Gambar 2.2 Peluruhan Tegangan (Telford, 1990)

    Polarisasi yang terjadi pada medium akan menyebabkannya terlihat seperti kapasitor. Kapasitor

    memiliki kemampuan untuk menyimpan muatan listrik. Karakteristik inilah yang terjadi pada medium yang termineralisasi logam apabila dialiri arus listrik. Idealnya, tegangan pada suatu medium yang arusnya diputus akan langsung hilang, tetapi pada medium yang termineralisasi logam akan menunjukkan peluruhan tegangan terhadap waktu. Semakin lama peluruhannya, maka dimungkinkan semakin banyak mineral logam yang terendapkan.

    Gambar 2.3 Peluruhan Tegangan pada Perhitungan Chargeabilitas (Reynold, 1997)

    Ada beberapa perhitungan pada metode ini. Perhitungan yang umum digunakan adalah

    chargeabilitas, dengan konsep integral waktu peluruhan tegangan. Penggunaan integral didasarkan pada peluruhan tegangan yang terjadi secara kontinu. Salah satu parameter yang diukur dalam domain waktu adalah area di bawah permukaan kurva peluruhan tegangan (Gambar 2.5), sesuai dengan interval waktu.

    Ada beberapa parameter pada domain frekuensi, selain resistivitas semu yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu, percent frekuensi effect dan metal facor. PFE (Percent Frekuensi Effect) merupakan efek frekuensi dengan jumlah kandungan mineral logam (Telford, 1991). Nilai PFE menjelaskan hubungan antara efek frekuensi dengan mineral sulfida yang biasanya berasosiasi dengan keberadaan logam emas, dengan demikian parameter PFE diharapkan mampu memberikan informasi terkait keberadaan endapan emas. Frekuensi efek ini dapat didefinisikan sebagai berikut. = !!"!!!"!!" 100% (1) Selanjutnya domain waktu, yang erat hubungannya dengan proses penurunan tegangan. Pada saat arus diputus, maka seolah-olah terjadi pengisian dan pemutusan arus secara periodik oleh kedua buah elektroda arus yang terlacak pada saat pengukuran arus. Tegangan pada saat arus belum diputus dicatat sebagai tegangan primer (Vp), sedangkan pada saat arus mulai diputus dinamakan sebagai tegangan sekunder (Vs) (Telford, 1990). Pada time domain terdapat dua parameter yang dapat dihitung sebagi penunjuk adanya polarisasi dalam kawasan waktu, yaitu efek induksi polarisasi dan chargeability.

    Efek Induksi Polarisasi (IP Effect) merupakan pengukuran yang paling sederhana, mengukur tegangan residual pada waktu tertentu setelah arus diputuskan. Tegangan residual pada waktu setelah arus diputuskan dalam milivolt (mV), sedangkan tegangan normal dalam satuan volt (Robinson & Cahit, 1998). Akibat efek induksi polarisasi, sering dinyatakan dalam milivot/volt dengan perbandingan: !""#$% = !!!! 100% (2)

    Oleh sebab itu, untuk mendapatkan area di bawah kurva tersebut diperlukan proses integral. Ketika hasil dari integral tersebut dibagi dengan tegangan tetap (Vp), nilai yang dihasilkan disebut dengan chargeabilitas dan memiliki satuan waktu (milidetik). Chargeabilitas (M) didefinisikan sebagai berikut.

    = !!! !()!!!! = !!! (3)

  • 2.2. Metode Magnetik Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang aplikasinya sangat sering

    digunakan di bidang eksplorasi. Penggunaan metode magnetik pada eksplorasi didasarkan pada sifat kemagnetan masng-masing batuan, perbedaan ini dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik batuan tersebut, metode magnetik sangat efektif untuk menentukan struktur bawah permukaan serta mineral logam yang terkandungnya.

    Metode magnetik merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menghitung medan magnet yang ada di bumi. Metode magnetik dalam aplikasi geofisika akan tergantung pada pengukuran yang akurat dari anomali medan geomagnet lokal yang dihasilkan variasi intensitas magnetisasi dalam formasi batuan. Intensitas mannetik dalam batuan itu sendiri sebagian disebabkan oleh induksi dari magnet bumi dan sisanya disebabkan oleh adanya magnetisasi permanen. Intensitas dari induksi geomagnet akan bergantung pada suseptibilitas magnetik batuannya dan gaya magnetnya, serta intensitas permanennya pada sejarah deologi terbentuknya batuan tersebut.

    Gaya magnetik menurut hukum Coloumb, bila terdapat muatan atau kutub (m1 dan m2) yang berada dalam jarak r maka kedua muatan atau kutub tersebut, bila sejenis akan tolak menolak sedangkan kalau berlawanan jenis akan tarik- menarik dengan gaya ( F ) sebesar (Grand and West, 1965):

    F = m1m2or2

    (4)

    Di dalam pelaksanaan survei dengan menggunakan metode magnetik, variasi medan magnet yang terukur di permukaan inilah yang merupakan target dari penelitian. Adapun besar anomali medan magnetik berkisar ratusan hingga ribuan nano-tesla (nT), tetapi ada juga yang lebih besar dari 100.000 nT yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali medan magnet disebabkan oleh adanya medan magnet remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah medan magnetnya serta berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal Residual Magnetism yang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama (main field).

    Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnet remanen dan induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25 % medan utama magnetik bumi (Baranov, 1957).

    Sifat magnetisasi atau suseptibilitas pada batuan beranekaragam, tergantung pada pembentukan batuan itu sendiri diantaranya:

    a. Diamagnetik

    Merupakan jenis magnet dimana jumlah elektron dalam atomnya berjumlah genap dan semuanya sudah saling berpasangan sehingga efek magnetisasinya paling kuat dalam medan polarisasi. Pada diamagnetik ini nilai dari k akan negatif, hal ini menunjukan bahwa intensitas induksinya akan berlawanan arah dengan gaya magnetnya atau medan polarisasi.

    b. Paramagnetik

    Paramagnetik ini medan magnetinya hanya akan ada jika dimagnetisasi oleh medan magnet dari luar saja, sehingga jika pengaruh medan magnet dari luarnya dihilangkan maka pengaruh medannya akan menghilang juga. Karena pengaruh termal, maka gerakan elektronnya menjadi random kembali dan nilai k positif dan berbanding terbalik dengan temperatur absolut (hk curie wiess). Jumlah elektron pada paramagnetik adalah ganjil, momen magnet pada paramagnetik ini searah dengan medan polarisasi dan induksi magnetinya bernilai kecil karena hanya sebagian kecil spin yang teraleniasi.

  • c. Ferromagnetik

    Pada jenis magnet ini sebagian besar elektron tidak memiliki pasangan, sehingga sangat mudah ter induksi medan magnet dari luar serta memiliki sifat suseptibilitas magnetik yang besar. Pada Ferromagnetik ini apa bila ada pengaruh medan magnet dari luar,pengaruh ini juga dipengaruhi kuat medan magnet dari luar serta lingkungan sekitarnya spin magnetiknya hasil penyearahan cenderung mengikuti arah medan magnet pengaruh dari luar, dan arah spin magnet cenderung tidak akan berubah ke keadaan awal.

    d. Antiferromagnetik

    Merupakan jenis material yang tidak umum seperti superkonduktor, pada jenis ini hampir mirip dengan ferromagnetik hanya saja spin magnetiknya bernilai lebih kecil atau sama, arah spin magnetiknya berlawanan dan tidak memiliki gaya magnet.

    e. Ferrimagnetik

    Jenis ini hampir menyerupai ferromagnetik, namun perbedaanya arah spin magnetinya sebagian besar berlawanan.

    2.3. Endapan Hidrotermal

    Endapan hidrotermal merupakan suatu mineralisasi pada batuan yang terdapat di daerah sistem hidrotermal. Endapan ini terjadi akibat terubahnya batuan di bawah permukaan yang terkena panas dari fluida hidrotermal. Fluida hidrotermal yang ada pada suatu sistem dapat berasal dari air meteorik, air magmatik, atau dari kombinasi keduanya. Sirkulasi fluida hidrotermal menyebabkan himpunan mineral pada batuan dinding menjadi tidak stabil dan cenderung menyesuaikan kesetimbangan baru yang lebih sesuai dengan perubahan kondisi pH dan temperatur. Peristiwa tersebut dikenal sebagai alterasi hidrotermal (Yuwanto, 2013).

    Alterasi hidrotermal merupakan proses kompleks yang melibatkan perubahan komposisi mineralogi batuan, tekstur, dan komposisi kimia batuan. Proses tersebut merupakan hasil interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (Pirajno, 1992). Perubahan ini bergantung pada karakter batuan dinding, karakter fluida, lamanya aktifitas hidrotermal, kondisi temperatur dan tekanan pada saat reaksi berlangsung. Hasil proses alterasi ini dapat berupa mineral lempung (clay), kuarsa (silica), oksida atau sulfida logam.

    Menurut Lindgren (1933), endapan mineral sistem hidrotermal dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat kedalaman, temperatur, dan tekanan pada saat pembentukannya. Ketiga jenis endapan itu antara lain endapan hipotermal, endapan mesotermal, dan endapan epitermal. Setiap tipe endapan tersebut mimiliki ciri dan alterasi yang berbeda.

    Tipe endapan hipotermal berada didekat tubuh intrusi dengan bentuk pegmatitic dyke, endapan metamorfik kontak, deep seated vein, dan porphyry copper. Sedangkan endapan yang terbentuk cukup jauh dari tubuh intrusi sekitar 4 12 kilometer disebut dengan endapan mesotermal. Dan endapan yang paling jauh dari tubuh intrusi yaitu endapan epitermal. Endapan epitermal umumnya terbentuk pada batuan induk yang berupa batuan vulkanik. Endapan ini terbentuk pada temperatur 50 C 300 C dengan sumber panas utamanya berasal dari fluida panas yang bergerak naik dari lokasi intrusi menuju lokasi terbentuknya endapan ini. Menurut Corbett (2002), agar tidak membingungkan antara zona endapan epitermal dengan mesotermal, maka teori mesotermal tidak perlu digunakan dalam eksplorasi emas.

    Hedenquist (2000) membagi sistem epitermal menjadi dua tipe yang dibedakan berdasarkan sifat kimia fluidanya yaitu sulfida rendah dan sulfida tinggi. Endapan epitermal sulfida rendah atau juga disebut adularia sercite berasosiasi dengan mineral emas dan perak. Sedangkan endapan epitermal sulfida tinggi atau acid sulphate yang berhubungan dengan mineral emas dan tembaga.

  • 2.4. Diagram Alir Penelitian Tahapan penelitian ditunjukkan dengan diagram alir penelitian pada gambar dibawah ini :

    Gambar 2.4 Diagram Alir Penelitian

    Pemetaan Zona Mineral

    Studi Literatur

    Data IP dan Magnetik

    Koreksi Data

    Picking Data Lintasan

    Inversi Data 2D

    Pemodelan Tiap Lintasan

    Pemodelan Lintasan Gabungan

    Korelasi Data

    Interpretasi Data

  • BAB III

    METODOLOGI

    Bab metodologi ini akan membahas tentang perencanaan kegiatan selama Tugas Akhir, waktu Tugas Akhir, tempat Tugas Akhir, dan Tema Tugas Akhir. 1.1. Aktivitas Tugas Akhir

    Kegiatan Tugas Akhir akan diadakan di PT. ANTAM (Persero) Tbk pada tanggal 1 September sampai 31 Oktober 2015. Kegiatan terperinci yang akan dilakukan adalah:

    1. Studi literatur 2. Pengolahan data dan koreksi 3. Evaluasi dan Interpretasi 4. Konsultasi ke pembimbing

    Detail aktivitas selama Tugas Akhir di PT. ANTAM (Persero) Tbk adalah sebagai berikut.

    No

    Aktivitas SEPTEMBER OKTOBER

    I II III IV I II III IV

    1 Studi literatur 2 Pengumpulan data penelitian

    3 Pengolahan data dan analisa

    data

    4 Intepretasi 5 Presentasi dan evaluasi 8 Konsultasi ke pembimbing

    Tabel 3.1 Perencanaan Aktivitas Tugas Akhir

    1.2. Peserta Peserta pada Tugas Akhir ini adalah: Nama : Kevin Devalentino NRP : 1111100080 Jurusan/Fakultas : Fisika (Bidang Geofisika), Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam, ITS Surabaya Email : [email protected] 1.3. Waktu dan Tempat Tugas Akhir ini akan dilaksanakan pada: Waktu : September-Oktober 2015 Tempat : PT. ANTAM (Persero) Tbk

    Gedung Aneka Tambang Jl. Letjen TB Simatupang No.1

    Lingkar Selatan, Tanjung Barat Jakarta 12530

    1.4. Tema Penelitian Penulis tertarik di bidang eksplorasi geofisika dan teknologi dalam bidang mitigasi tambang, yang tentunya relevan dengan program yang didapatkan di kuliah dan di luar kuliah. Pada Tugas Akhir ini penulis tertarik untuk mengambil tema Metode Induced Polarization (IP) Untuk Eksplorasi Mineral Dengan Data Pendukung Metode Magnetik.

  • BAB IV

    PENUTUP

    Demikian proposal Tugas Akhir ini dibuat sebagai usulan pengajuan dalam penelitian Tugas Akhir di PT. ANTAM (Persero) Tbk. Adapun mengenai lokasi daerah penelitian ditentukan kemudian oleh pihak perusahaan. Besar harapan saya agar dapat melaksanakan Tugas Akhir sesuai dengan yang diharapkan. Atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Corbett, Greg. 2002. Epitermal Gold for Exploration. AIG Journal, Paper Hedenquist, J.W., 2000. Exploration For Epithermal Gold Deposits. SEG Reviews, Vol. 13, p. 245-

    277 Lindgren, W. 1933. Mineral Deposit. McGraw-Hill Book Company, Inc. Perdana, A.W. 2011. Metode CSAMT Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah A Dengan Data

    Pendukung Metode Magnetik dan Geolistrik. Laporan Tugas Akhir Jurusan Fisika, Universitas Indonesia

    Pirajno, F. 1992. Hydrothermal Mineral Deposits: Principles and Fundamental Concepts For The Exploration Geologist. Springer-Verlag

    Reynolds, J.M. 1997/ An Introduction to Applied and Environtmental Geophysics. John Wiley and Sons

    Telford, W. M., Geldart, L. P., dan Sheriff, R.E. 1990. Applied Geophysics. Cambridge University Press

    .