Proposal TA Evan
-
Upload
yonatalio-sugianto -
Category
Documents
-
view
20 -
download
8
description
Transcript of Proposal TA Evan
-
EVALUASI TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BATUBARA
PT PAMAPERSADA NUSANTARA - JOB SITE KCMB
BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN
Proposal ini dibuat sebagai salah satu syarat Tugas Akhir
dalam menyelesaikan Studi Strata Satu
Oleh
Evan Anindita Subagjo
073.10.012
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2014
-
1
EVALUASI TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN BATUBARA
PT PAMAPERSADA NUSANTARA - JOB SITE KCMB
BANJARBARU, KALIMANTAN SELATAN
I. LATAR BELAKANG
Proses penambangan mencakup kegiatan penggalian (digging), pemuatan
(loading), serta pengangkutan (hauling) menuju Stockpile. Ada beberapa metode
untuk melakukan pemberaian salah satunya metode peledakan. Hal ini digunakan
pada saat kondisi material keras dan alat tidak mampu menggali secara langsung.
Dalam melakukan peledakan diperlukan rancangan untuk menentukan geometri
peledakan serta pola peledakan yang akan digunakan sehingga material dapat
terberai secara optimal. Peledakan yang tidak optimal dapat menimbulkan
fragmentasi yang besar dan tidak seragam sehingga dalam penanganan lebih
lanjutnya untuk pemuatan akan mengalami beberapa kendala.
Dalam suatu proses penambangan pada perusahaan tambang, tidak seluruh
kegiatan dilakukan oleh perusahaan utama (owner) tetapi beberapa kegiatan dapat
diserahkan kepada perusahaan kontraktor. PT Pamapersada Nusantara adalah salah
satu perusahaan kontraktor yang bergerak dalam bidang pertambangan dengan
tugas utamanya adalah pembongkaran material tanah penutup (overburden)
maupun material utama yang ditambang serta bergerak dalam proyek-proyek
konstruksi tambang maupun minyak dan juga sebagai anak perusahaan dari
distributor kendaraan konstruksi berat Komatsu di Indonesia.
-
2
II. PERUMUSAN MASALAH
Dalam proses penggalian diperlukan kegiatan penunjang yaitu peledakan
dimana untuk melakukannya harus memiliki perhitungan secara teknis mengenai
desain peledakan yang akan digunakan, sehingga target yang diinginkan dapat
tercapai secara efektif dan optimal, maka diperlukanlah perhitungan secara lebih
mendalam mengenai geometri peledakan.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang desain
peledakan adalah:
1. Diameter lubang ledak
2. Densitas batuan dan bahan peledak (handak)
3. Besar dari burden, spasi, stemming, sub-drilling, dan panjang kolom isian
bahan peledak
4. Pola peledakan, jumlah lubang ledak, jumlah baris
5. Target produksi yang diinginkan
6. Banyaknya bahan peledak yang akan digunakan, powder factor, dan
blasting ratio
III. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi teknis terhadap
rancangan geometri peledakan pada batubara sehingga dapat melakukan
pengamatan lebih lanjut terhadap hasil peledakan yang telah dilakukan.
-
3
Setelah melakukan pengkajian terhadap geometri peledakan secara aktual
maka akan dapat dilakukan rancangan secara teoritis sehingga dapat melakukan
perbandingan antara keadaan aktual dengan teoritis yang ada.
IV. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini maka akan didapatkan data-data secara
teoritis rancangan geometri peledakan yang baik, kemudian perusahaan dapat
melakukan pertimbangan mengenai rancangan geometri peledakan tersebut dan
mengambil keputusan selanjutnya.
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan serta bahan
perbandingan bagi peneliti lain yang melakukan penelitian yang serupa.
V. TAHAPAN PENELITIAN
1. Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan dengan mengambil data sekunder yaitu laporan
penelitian terdahulu serta dari buku-buku panduan yang bersangkutan
2. Pengambilan Data
Data Primer : rancangan teknis geometri peledakan Data Sekunder : data densitas batuan, data spesifikasi bahan peledak,
data konstanta (KB,KS,KT,KJ,KH)
-
4
3. Perhitungan dan Pengolahan Data
Data diolah dengan melakukan perhitungan dengan metode R.L. Ash dan
C.J Konya
4. Analisis Hasil Pengolahan Data
Menganalisa dan membandingkan data yang telah diolah sebelumnya
secara teoritis dengan kondisi aktual di lapangan
5. Kesimpulan dan Saran
Menarik kesimpulan dari analisa data geometri peledakan sehingga dapat
memberi saran atau masukan yang lebih baik apabila kondisi aktual tidak
sesuai dengan perhitungan teoritis
VI. LOKASI PENELITIAN
Lokasi dari penelitian tugas akhir ini akan dilaksanakan di:
PT Pamapersada Nusantara Jobsite KCMB, Banjarbaru, Kalimantan
Selatan
VII. WAKTU PENELITIAN
Penelitian akan dilaksanakan selama 2-3 bulan, dimulai sejak bulan Maret
Mei 2014, akan tetapi untuk kepastian waktu dapat disesuaikan dengan
kebijakan dari Perusahaan.
-
5
Tabel VII.1 Waktu Kegiatan
VIII. STUDI PUSTAKA
Fragmentasi batuan adalah besaran atau dapat dikatakan sebagai ukuran
dari sebuah massa batuan yang telah dipecahkan. Peledakan adalah salah satu
metode fragmentasi batuan yang saat ini sedang berkembang.
Bahan peledak adalah senyawa kimia, campuran, atau alat yang tujuan
utamanya adalah untuk meledakkan. Sebuah ledakan yang dihasilkan oleh bahan
peledak merupakan reaksi eksotermal berkecepatan tinggi, diikuti oleh pelepasan
energi dan gas panas dengan tekanan yang tinggi. Dikatakan sebagai detonasi
apabila reaksi tersebut terjadi dengan kecepatan supersonik.
Kegiatan
Minggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Studi Pustaka
2. Orientasi
3.Pengambilan Data
4. Analisa Data
5. Laporan
-
6
Blasting agent merupakan material kimia yang dapat meledak dengan
kondisi serta tekanan tertentu sehingga dapat terinisiasi, serta memiliki kecepatan
detonasi dibawah high explosive. Blasting agent memiliki kelebihan dalam
penanganan saat transportasi dan penyimpanannya, karena memiliki tingkat
bahaya yang lebih rendah dibandingkan high explosive.
Peledakan dapat dikerjakan setelah melalui tahapan pemboran dimana
dalam pemboran harus mengikuti rancangan geometri peledakan sehingga
peledakan yang dihasilkan nantinya akan baik dan seperti yang diinginkan. Dalam
pengerjaan pemboran alat yang digunakan adalah mesin bor untuk tambang
terbuka dengan berbagai macam ukuran dan jenis alat.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam merencanakan peledakan:
A. Geologi dan Struktur Diskontinuitas
Geologi merupakan keadaan batuan yang ada dalam area tertentu yang
disebabkan oleh faktor-faktor pembentukannya serta faktor air dan cuaca
yang mempengaruhi kondisi batuan tersebut. Struktur diskontinuitas
adalah rekahan-rekahan dalam batuan yang terjadi akibat adanya tekanan
atau tarikan yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bergerak pada kerak
bumi.
Geologi dari batuan yang lapuk dengan yang tidak akan
mempengaruhi kekuatan batu tersebut serta apabila suatu daerah memiliki
struktur-struktur diskontinuitas maka akan berpengaruh nantinya pada
energi gelombang ledak yang akan berkurang karena menerobos melalui
-
7
rekahan yang tidak menghantarkan energi gelombang yang dilepaskan
oleh bahan peledak.
B. Sifat dan Kekuatan Batuan
Sifat batuan yang perlu dipertimbangkan dalam mengatur fragmentasi
hasil peledakan adalah:
Sifat fisik: bobot isi. Pada umumnya bobot isi batuan digunakan sebagai petunjuk
kemudahan batuan untuk dipecahkan dan dipindahkan. Untuk volume
batuan yang sama, batuan yang berat memerlukan energi yang lebih
besar untuk membongkarnya
Sifat mekanik: cepat rambat gelombang, kuat tekan, dan kuat tarik. Kecepatan rambat gelombang tiap batuan berbeda. Batuan yang
massif mempunyai kecepatan perambatan gelombang yang tinggi,
berkaitan dengan hal tersebut, penggunaan bahan peledak yang
mempunyai kecepatan detonasi yang tinggi dapat memberikan hasil
fragmentasi yang baik. Kuat tekan dan kuat tarik juga dapat digunakan
sebagai petunjuk kemudahan batuan untuk dipecahkan. Batuan pada
dasarnya lebih kuat atau tahan terhadap tekanan dari pada tarikan, hal
ini dicirikan oleh kuat tekan batuan lebih besar dibandingkan dengan
kuat tariknya.
C. Kemiringan Lubang Ledak
Kemiringan lubang ledak dapat dilakukan dengan cara dua macam
yaitu lubang ledak tegak dan lubang ledak miring.
-
8
Adapun keuntungan dan kerugian dari pemboran pada lubang ledak
tegak dan miring adalah sebagai berikut:
Pemboran Tegak:
Tabel VIII.1 Kelebihan dan Kekurangan Pemboran Tegak
Kelebihan Kekurangan
Pemboran lebih mudah dan akurat Sering terjadi back break
Pengisian bahan peledak lebih mudah Sering terjadi toe
Gambar VIII.1 Sketsa Pemboran Tegak
-
9
Pemboran Miring:
Tabel VIII.2 Kelebihan dan Kekurangan Pemboran Miring
Kelebihan Kekurangan
Mengurangi terjadinya back break Sulit dalam penempatan sudut
kemiringan yang sama
Mengurangi terjadinya toe Pengisian bahan peledak lebih sulit
Gambar VIII.2 Sketsa Pemboran Miring
-
10
D. Pola Pemboran
Dalam persiapan proses peledakan, pemboran perlu dilakukan untuk
menciptakan lubang ledak dengan pola tertentu dan sistematis.
Penempatan lubang-lubang ledak tersebut dapat dikatergorikan secara
umum menjadi dua macam yaitu:
Pola pemboran sejajar (square pattern), adalah pola pemboran yang setiap lubangnya saling membentuk persegi dengan panjang spasi dan
burden tertentu.
Pola pemboran selang-seling (staggered patern), adalah pola pemboran yang satu lubang dengan lubang lainnya memiliki pola yang
selang-seling.
E. Diameter Lubang Ledak
Hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan diameter lubang ledak
adalah target produksi dari material yang akan diledakkan, karena semakin
besar diameter lubang ledak yang digunakan maka produksi akan
meningkat begitu pula sebaliknya. Serta pemilihan besarnya diameter
lubang akan mempengaruhi dalam fragmentasi batuan yang dihasilkan
karena isian dari bahan peledak akan bertambah sehingga kekuatan
ledakan juga akan bertambah.
-
11
F. Geometri Peledakan menurut Teori R.L. Ash
Dalam perhitungan geometri peledakan terdapat beberapa parameter
yang akan dihitung, yaitu:
Burden (B): adalah jarak dari lubang ledak terluar menuju free face. Perhitungan burden berdasarkan diameter lubang ledak (De) dengan
mempertimbangkan konstanta burden (Kb). Konstanta burden dapat
berubah-ubah sesuai dengan kondisi batuan serta bahan peledak yang
digunakan, apabila peledakan dilakukan pada kondisi batuan standar
(densitas: 160 lb/cuft) serta menggunakan peledak standar (SG: 1.2
dan VOD: 12000 fps) maka Kb standarnya adalah 30.
Apabila batuan dan peledak tidak standar maka perlu
memperhitungkan AF1 dan AF2 dengan menggunakan rumus:
Energi potensial = SGhandak x VOD2
Kb std = 30
-
12
Kemudian perhitungan burden dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus:
Spasi (S): adalah jarak antar lubang ledak pada baris yang sama dan arahnya sejajar dengan bidang bebas, spasi dapat didapatkan dengan
melihat konstanta spasi (Ks).
Spasi (S) = Ks x B
Ks = 1.0 ~ 2.0
Spasi yang terlalu dekat akan mengakibatkan batuan hasil peledakan
akan hancur dan apabila terlalu besar akan mengakibatkan bongkahan
batuan (boulder), sehingga diperlukan pengamatan terhadap rekahan-
rekahan pada area peledakan tersebut.
Pedoman yang digunakan adalah:
1. Bila orientasi antar retakan hampir tegak lurus, sebaiknya
menggunakan nilai S = 1.41 B
2. Bila orientasi antar retakan mendekati 60, sebaiknya
menggunakan nilai S = 1.15 B dan menerapkan interval waktu
long-delay
3. Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka rasio spasi dan
burden dirancang dengan menggunakan pola sejajar (square
pattern)
4. Bila peledakkan dilakukan pada bidang bebeas yang memanjang
maka sistem penyalaan dan perbandingan rasio spasi dan burden
-
13
dapat menggunakan pola peledakan V-cut sejajar dengan penyalaan
tunda close-interval
Stemming (T): merupakan panjang isian lubang ledak yang tidak diisi oleh bahan peledak tetapi diisi oleh material penutup (cutting) dari
hasil pemboran maupun tanah lainnya yang fungsinya adalah
meningkatkan tekanan dari gas hasil peledakan agar energi yang
terlepas tidak terbuang sia-sia sehingga peledakan dapat optimal, serta
untuk mengontrol kemungkinan flyrock dan airblast.
Rumus yang digunakan untuk menghitung panjang stemming adalah:
Stemming (T) = Kt x B
Untuk menghitung panjang stemming maka perlu menentukan
konstanta stemming (Kt) yang biasanya bernilai antara 0.7 ~ 1.0.
Sub-drilling (J): merupakan tambahan panjang dari keseluruhan lubang ledak pada bagian lantai bawah jenjang yang bertujuan agar
bentuk jenjang hasil peledakan pada bagian bawah diharapkan akan
rata. Panjang sub-drilling diperoleh dengan menentukan nilai
konstanta sub-drilling (Kj) yang berkisar antara 0.2 ~ 0.4.
Perhitungan sub-drilling adalah sebagai berikut:
Sub-drilling (J) = Kj x B
Tinggi jenjang (H): adalah tinggi keseluruhan jenjang yang dibentuk dengan menambahkan panjang kolom stemming (T) dan panjang
kolom isian bahan peledak (PC). Tinggi jenjang dapat diperoleh dari
-
14
konstanta tinggi jenjang (Kh) yang harganya berkisar antara 1.5 ~ 4.0
disesuaikan dengan tingkat produksi dan pertimbangan geoteknik.
Hubugan tinggi jenjang dengan burden adalah sebagai berikut:
Tinggi Jenjang (H) = Kh x B
Panjang kolom isian (PC): adalah panjang kolom dari lubang ledak
yang terisi oleh bahan peledak, didapatkan dengan cara pengurangan
dari tinggi jenjang dengan panjang stemming dengan rumus:
PC = H - T
G. Geometri Peledakan menurut Teori C.J. Konya
Burden (B): dihitung berdasarkan diameter lubang ledak, jenis batuan
dan jenis bahan peledak yang dapat dirumuskan dengan:
dimana:
- B = burden (ft)
- De = diameter lubang ledak (inch)
- e = densitas bahan peledak - r = densitas batuan
-
15
Spasi (S): ditentukan berdasarkan sistem delay yang direncakan
sebagai berikut:
1. Serentak tiap baris lubang ledak:
2. Beruntun dalam tiap baris lubang ledak:
dimana: H = tinggi jenjang
Stemming (T): untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumusan
seperti yang tertera berikut ini:
T = 0.7 x B
Sub-drilling (J): dalam penentuan tinggi sub-drilling dapat
menggunakan rumusan sebagai berikut:
J = 0.3 x B
Tinggi jenjang (H): perhitungan tinggi jenjang atau kedalaman
lubang ledak dapat ditulis sebagai berikut:
H = T + PC
Kolom isian (PC): perhitungan kolom isian bahan peledak dapat
menggunakan rumus:
PC = H T
-
16
H. Pengisian Bahan Peledak
Jumlah bahan peledak yang digunakan serta jenis bahan peledak
akan menentukan terhadap hasil peledakan, terutama pada tingkat
fragmentasi yang dihasilkan. Hal yang berpengaruh pada pengisian bahan
peledak adalah:
1. Konsentrasi Isian (loading density)
Adalah jumlah pemakaian bahan peledak yang digunakan dalam
mengisi kolom isian lubang ledak (PC). Untuk menghitung loading
density (de) menggunakan rumus:
de = 0.508 De2 x SG
dimana:
- de = loading density (kg/m)
- De = diameter lubang ledak (inchi)
- SG = specific gravity bahan peledak
Sehingga jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang
didapatkan dengan rumus:
E = de x PC
-
17
2. Blasting Ratio (BR)
Merupakan perbandingan dari jumlah bahan peledak yang digunakan
untuk membongkar satu m3 volume batuan, dapat ditulis dengan
rumus:
BR = E / V
dimana: V = volume batuan yang diledakkan (m3)
3. Powder Factor (PF)
Adalah perbandingan antara jumlah material yang diledakkan terhadap
jumlah bahan peledak yang digunakan. Dapat dituliskan dengan
rumus:
PF = W / E
dimana: W = berat batuan (ton)
-
18
IX. PENUTUP
Demikian usulan penelitian tugas akhir ini saya buat, dengan harapan agar
dapat dijadikan pertimbangan untuk disetujui. Semoga penelitian ini dapat
terlaksana sebagaimana mestinya dan mencapai hasil yang diharapkan. Atas
perhatian dan bantuan bapak/ibu, saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, 10 Maret 2014
Evan Anindita Subagjo [email protected]
+62-813-8118-1551
-
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Ash, R.L. Design of Blasting Round, Surface Mining. B.A. Kennedy, Editor,
1990. Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc. pp. 565-584.
2. Budiono, Bayu Eko. Kajian Teknis Geometri Peledakan dalam Upaya
Meningkatkan Keseragaman Fragmentasi Batubara PT Baradinamika
Mudasukses, Malinau, Kalimantan Timur. Proposal tugas akhir pada
Universitas Trisakti, 2012. Tidak diterbitkan.
3. Hartman, Howard L. dan Muttmansky, Jan M. Introductory Mining
Engineering. New Jersey, 2002. John Wiley and Sons, Inc.
4. Sunaryadi, Tri Atmojo. Penyusunan Program Aplikasi Komputasi
Perancangan Peledakan pada Tambang Terbuka dengan Menggunakan
Bahasa Pemrograman Visual Basic 6. Skripsi pada UPN Veteran Yogyakarta,
2011. Tidak diterbitkan.
1. Cover TA evan2. Latar Belakang TA Evan3. PROPOSAL TA - Evan